AHMADIYAH QADIAN
Halaman 12 dari 17 • Share
Halaman 12 dari 17 • 1 ... 7 ... 11, 12, 13 ... 17
AHMADIYAH QADIAN
First topic message reminder :
Saya tertarik sekali untuk membahas apa dan bagaimana AHMADIYAH.....kontroversi yang berkepanjangan tanpa ada TITIK TEMU yang jelas...itu kesannya.
Sayangnya...banyak dari Umat Muslim menggannggap bahwa hanya ada satu AHMADIYAH...padahal pada kenyataannya...Ahmadiyah ini terbagi jadi 2 golongan :
1. AHMADIYAH LAHORE (GERAKAN AHMADIYAH)
2. AHMADIYAH QADIAN (JEMAAT AHMADIYAH)
Di tret ini...kita akan mencoba untuk mendiskusikan dan mungkin saya akan undang dari pihak mereka untuk hadir di tret ini...sebagai bahan pencerahan..
Sebagai referensi....silahkan buka situs Ahmadiyah QADIAN yang ini..
www.ahmadiyya.or.id
Wasalam,
Saya tertarik sekali untuk membahas apa dan bagaimana AHMADIYAH.....kontroversi yang berkepanjangan tanpa ada TITIK TEMU yang jelas...itu kesannya.
Sayangnya...banyak dari Umat Muslim menggannggap bahwa hanya ada satu AHMADIYAH...padahal pada kenyataannya...Ahmadiyah ini terbagi jadi 2 golongan :
1. AHMADIYAH LAHORE (GERAKAN AHMADIYAH)
2. AHMADIYAH QADIAN (JEMAAT AHMADIYAH)
Di tret ini...kita akan mencoba untuk mendiskusikan dan mungkin saya akan undang dari pihak mereka untuk hadir di tret ini...sebagai bahan pencerahan..
Sebagai referensi....silahkan buka situs Ahmadiyah QADIAN yang ini..
www.ahmadiyya.or.id
Wasalam,
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....
Mohon jangan terlalu percaya diri, karena sesungguhnya yang ada kekeliruan dan perlu diluruskan itu pemahaman anda mengenai masalah ini. Sekarang, apakah anda setuju dan sudah siap mengakui bahwa ternyata kata ma'a itu bisa juga berarti termasuk di antara, selain beserta/bersama?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
@atas saya..
ngelesmology mode on ......
ngelesmology mode on ......
Ibnu Sabil- LETNAN SATU
-
Age : 84
Posts : 1795
Kepercayaan : Islam
Location : JAYA - RAYA
Join date : 28.07.13
Reputation : 36
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.Sekali lagi saya akan ulangi Teks Arab yang telah saya sampaikan untuk kita dapat kejelasan :Pak Kedunghalang wrote:Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
Thalut itu nama sifat seorang raja Bani Israil yang hidup kira-kira dua ratus tahun sebelum Nabi Daud as dan kira-kira sejumlah tahun yang sama sesudah Nabi Musa as. Kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ", jika obyeknya bukan malaikat atau manusia, maka kita tidak bisa mengatakannya rasul atau utusan Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:
Allah memilih dari antara malaikat-malaikat, rasul-rasul dan dari antara manusia. Sesungguhnya allah Maha Mendengar, Maha Melihat (Al Hajj 22:75/76).
Firman Allah berikut ini membuktikan bahwa kerasulan masih berkelanjutan:
Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana. (Asy-Syura 42:51/52)
Ayat ini menyebut tiga cara Tuhan berbicara kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka;
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (Penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata “dari belakang tabir.”
(c) Tuhan menurunkan seorang rasul atau seorang malaikat, yang menyampaikan Amanat Ilahi.
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (Penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata “dari belakang tabir.”
(c) Tuhan menurunkan seorang rasul atau seorang malaikat, yang menyampaikan Amanat Ilahi.
Dengan demikian, maka kerasulan/kenabian masih terbuka khususnya bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70), dan hal ini tidak merusak segel Khaataman-Nabiyyin wa Khaatamal Mursalin, karena orang yang Dia anugerahi Nikmat Allah ini, yakni Imam Mahdi as, mengenakan jubah kenabian/kerasulan Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.Pak Kedunghalang wrote:Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:"Dan, Dia (juga) yang akan mengutus pada kaum lain dari antara mereka (aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْAnda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Al Jumu'ah 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htm
Terakhir diubah oleh ngayarana tanggal Wed Mar 05, 2014 5:31 pm, total 1 kali diubah
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Tenang....., sabar dulu....Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....Mohon jangan terlalu percaya diri, karena sesungguhnya yang ada kekeliruan dan perlu diluruskan itu pemahaman anda mengenai masalah ini. Sekarang, apakah anda setuju dan sudah siap mengakui bahwa ternyata kata ma'a itu bisa juga berarti termasuk di antara, selain beserta/bersama?
PRnya lagi banyak nih, nanti akan saya komentari....., Satu satu dulu lah.....
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.Pak Kedunghalang wrote:Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:"Dan, Dia (juga) yang akan mengutus pada kaum lain dari antara mereka (aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
[size=42]وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ[/size]Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Annisa 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htm
Satu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.
Jika firman Allah dalam Al Ahzab 33:27/28 sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang harta yang diwariskan, begitupula dengan Al Jumu'ah 62:3/4 yang sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang kedatangan Imam Al Mahdi yang diutus/dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin dari antara mereka. Kata kerja dalam kedua ayat itu tidak mengalami perubahan, yakni menggunakan fi'il madhi yang mutaadhi.
Jika tidak, maka seolah-olah Nabi Muhammad saw itu dalam waktu yang bersamaan dibangkitkan dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:2/3), dan juga dari antara bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4 & HR Sahih bukhari), karena di dalam dua ayat itu terkandung kata-kata rasulam-minhum.
Dua point untuk kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Thu Mar 06, 2014 12:51 am, total 1 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Tenang....., sabar dulu....Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....Mohon jangan terlalu percaya diri, karena sesungguhnya yang ada kekeliruan dan perlu diluruskan itu pemahaman anda mengenai masalah ini. Sekarang, apakah anda setuju dan sudah siap mengakui bahwa ternyata kata ma'a itu bisa juga berarti termasuk di antara, selain beserta/bersama?
PRnya lagi banyak nih, nanti akan saya komentari....., Satu satu dulu lah.....
Point pertama kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Oalaaaah Pakedeng ini Gimana Toooh....? Jadi Si Thalut itu siapa kalo bukan Manusia...? Jin....?, malaikat......?. makanya kan saya sudah sampaikan kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" dalam Al Qu'ran sangat jelas Obyeknya siapa yang di bangkitka/diutus/dikirim itu, Manusia biasa, malaikat, Seorang Nabi/Rosul, Burung Ababil Bahkan Angin dengan kata yang sama, namun kita sebagai manusia yang di anugerahi akal fikiran dapat membedakan penjelasan dan maksud ayat Ayat ayat tersebut.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.Sekali lagi saya akan ulangi Teks Arab yang telah saya sampaikan untuk kita dapat kejelasan :Pak Kedunghalang wrote:Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
Thalut itu nama sifat seorang raja Bani Israil yang hidup kira-kira dua ratus tahun sebelum Nabi Daud as dan kira-kira sejumlah tahun yang sama sesudah Nabi Musa as. Kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ", jika obyeknya bukan malaikat atau manusia, maka kita tidak bisa mengatakannya rasul atau utusan Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:Allah memilih dari antara malaikat-malaikat, rasul-rasul dan dari antara manusia. Sesungguhnya allah Maha Mendengar, Maha Melihat (Al Hajj 22:75/76).
Nih saya ulangi Ayatnya, (Maaf) anda bisa baca Tulisan Arab bukan...?
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Ini Hadistnya..
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
Dan ini perbandingannya :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
MASIH BINGUNG......? dua kali dah....
Pakedung...., Islam sudah sempurna setelah turunnya Wahyu terahir kepada Rosululloh SAW, sebagai mana termaktub dalam Alquran :Pakedunghalang wrote:Firman Allah berikut ini membuktikan bahwa kerasulan masih berkelanjutan:Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana. (Asy-Syura 42:51/52)Ayat ini menyebut tiga cara Tuhan berbicara kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka;
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (Penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata “dari belakang tabir.”
(c) Tuhan menurunkan seorang rasul atau seorang malaikat, yang menyampaikan Amanat Ilahi.Dengan demikian, maka kerasulan/kenabian masih terbuka khususnya bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70), dan hal ini tidak merusak segel Khaataman-Nabiyyin wa Khaatamal Mursalin, karena orang yang Dia anugerahi Nikmat Allah ini, yakni Imam Mahdi as, mengenakan jubah kenabian/kerasulan Nabi Muhammad Rasulullah saw.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu Nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS: Al-Maidah Ayat: 3)
Jangan menghayal , hati hati, Allah SWT memperingatkan tentang hal tersebut, walaupun di tunjukkan khususnya pada kaum Bani Isra'il, tapi pada umumnya untuk kita semua, perhatikan ayat Alquran berikut ini:
فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا يَكْسِبُوْنَ
"Maka celakalah (bagi) orang-orang yang menulis al-Kitâb dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang mereka kerjakan" (QS. Al Baqoroh : 79)
Terakhir diubah oleh ngayarana tanggal Thu Mar 06, 2014 12:51 pm, total 2 kali diubah
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.Pak Kedunghalang wrote:Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:"Dan, Dia (juga) yang akan mengutus pada kaum lain dari antara mereka (aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
[size=42]وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ[/size]Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Annisa 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htmSatu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.Jika firman Allah dalam Al Ahzab 33:27/28 sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang harta yang diwariskan, begitupula dengan Al Jumu'ah 62:3/4 yang sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang kedatangan Imam Al Mahdi yang diutus/dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin dari antara mereka. Kata kerja dalam kedua ayat itu tidak mengalami perubahan, yakni menggunakan fi'il madhi yang mutaadhi.Jika tidak, maka seolah-olah Nabi Muhammad saw itu dalam waktu yang bersamaan dibangkitkan dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:2/3), dan juga dari antara bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4 & HR Sahih bukhari), karena di dalam dua ayat itu terkandung kata-kata rasulam-minhum.
Dua point untuk kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Baca Lagi....., komentar diatas, jangan asal cuap cuap, jangan jangan Belum ngarti Ini....
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Tenang....., sabar dulu....Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....Mohon jangan terlalu percaya diri, karena sesungguhnya yang ada kekeliruan dan perlu diluruskan itu pemahaman anda mengenai masalah ini. Sekarang, apakah anda setuju dan sudah siap mengakui bahwa ternyata kata ma'a itu bisa juga berarti termasuk di antara, selain beserta/bersama?
PRnya lagi banyak nih, nanti akan saya komentari....., Satu satu dulu lah.....
Point pertama kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Widiiih, main klaim aja ini orang......
Sebenarnya saya ingin menambah pembahasan mengenai Poin ini, tapi Ya....,kayaknya percuma la...Wong belum apa apa sudah main Menang kalah aja.
Dari pada saya cape nerangin panjang lebar..., saya ikutan gaya anda aja dah....
Gimana caranya mengartikan Ayat ayat ini dengan gaya Qur'an bil Qur'annya ala Kanjeng Rai Nira Kedunghalang AlMahdi....
Saya ulang Ayatnya...
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
(QS. Al Baqarah : 153)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
( QS. An Nahl : 128)
Sebenarnya masih banyak loh..., cuma biar gak terlalu bingung.
Dan sedikit saya tambahkan, sekiranya kita ingin membandingkan Qur'an bil Qur'an, coba perhatikan ayat berikut, tentang bagaimana Allah SWT menerangkan tentang anugrah Allah SWT dalam masalah Kenabian:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
"Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian, dan kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang yang saleh" ( QS. Al Ankabuut : 27)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Wallahu A'lam
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.Sekali lagi saya akan ulangi Teks Arab yang telah saya sampaikan untuk kita dapat kejelasan :Pak Kedunghalang wrote:Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
Thalut itu nama sifat seorang raja Bani Israil yang hidup kira-kira dua ratus tahun sebelum Nabi Daud as dan kira-kira sejumlah tahun yang sama sesudah Nabi Musa as. Kata [size=60]" يَبْعَثَ[/size]" atau[size=60] "َأَرْسَلَ"[/size], jika obyeknya bukan malaikat atau manusia, maka kita tidak bisa mengatakannya rasul atau utusan Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:Allah memilih dari antara malaikat-malaikat, rasul-rasul dan dari antara manusia. Sesungguhnya allah Maha Mendengar, Maha Melihat (Al Hajj 22:75/76).
Oalaaaah Pakedeng ini Gimana Toooh....? Jadi Si Thalut itu siapa kalo bukan Manusia...? Jin....?, malaikat......?. makanya kan saya sudah sampaikan kata [size=60]" يَبْعَثَ[/size]" atau[size=60] "َأَرْسَلَ"[/size] dalam Al Qu'ran sangat jelas Obyeknya siapa yang di bangkitka/diutus/dikirim itu, Manusia biasa, malaikat, Seorang Nabi/Rosul, Burung Ababil Bahkan Angin dengan kata yang sama, namun kita sebagai manusia yang di anugerahi akal fikiran dapat membedakan penjelasan dan maksud ayat Ayat ayat tersebut.
Nih saya ulangi Ayatnya, (Maaf) anda bisa baca Tulisan Arab bukan...?
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Ini Hadistnya..
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
Dan ini perbandingannya :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
MASIH BINGUNG......? dua kali dah....
Walaupun seorang raja Bani Israil yang memiliki sifat Thalut itu manusia, tetapi kata kerja ba'atsa (membangkitkan / mengutus / mengirimkan) itu ditujukan kepada obyeknya yang bukan manusia, atau hanya sifatnya saja, yakni Thalut. Dengan demikian, maka Al Hajj 22:75/76 tidak berlaku untuk Thalut.
Lagipula, jika seorang manusia yang mendakwakan diri diutus Allah atau sebagai Rasul Allah, maka tentu saja dia juga harus membuktikan wahyu Allah yang diterimanya, sebagaimana wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw:
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu sekalian dari Yang mempunyai kerajaan seluruh langit dan bumi. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Ummi yang beriman kepada Allah dan Kalimat-kalimat-Nya. Maka ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al 'Araf 7:158/159)
Begitupula HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as menerima wahyu Allah seperti yang diterima oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw tersebut.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Pakedunghalang wrote:Firman Allah berikut ini membuktikan bahwa kerasulan masih berkelanjutan:Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana. (Asy-Syura 42:51/52)Ayat ini menyebut tiga cara Tuhan berbicara kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka;
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (Penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata “dari belakang tabir.”
(c) Tuhan menurunkan seorang rasul atau seorang malaikat, yang menyampaikan Amanat Ilahi.Dengan demikian, maka kerasulan/kenabian masih terbuka khususnya bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70), dan hal ini tidak merusak segel Khaataman-Nabiyyin wa Khaatamal Mursalin, karena orang yang Dia anugerahi Nikmat Allah ini, yakni Imam Mahdi as, mengenakan jubah kenabian/kerasulan Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Pakedung...., Islam sudah sempurna setelah turunnya Wahyu terahir kepada Rosululloh SAW, sebagai mana termaktub dalam Alquran :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu Nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS: Al-Maidah Ayat: 3)
Jangan menghayal , hati hati, Allah SWT memperingatkan tentang hal tersebut, walaupun di tunjukkan khususnya pada kaum Bani Isra'il, tapi pada umumnya untuk kita semua, perhatikan ayat Alquran berikut ini:
فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا يَكْسِبُوْنَ
"Maka celakalah (bagi) orang-orang yang menulis al-Kitâb dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang mereka kerjakan" (QS. Al Baqoroh : 79)
Siapa yang mengkhayal? Ayat-ayat suci Al Qur'an yang saya tampilkan, malah anda menganggap mengkhayal. Walaupun Islam sudah sempurna menurut Al Qur'an (Al Maidah 5:3), tetapi menurut Al Qur'an pula kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam (An-Nisa 4:69/70 & Al 'Araf 7:35/36 & Asy-Syura 42:51/52) dan menurut Rasulullah saw kenabian/kerasulan yang masih terbuka itu adalah al mubasysyirat (khabar suka) atau Nikmat Allah yang senantiasa diminta dan harus disyukuri oleh umat Islam (Ibrahim 14:7/8).
Al Baqarah 2:79/80 tidak berlaku bagi Imam Mahdi as dan para pengikutnya karena kami sama sekali tidak melakukan apa yang dikhawatirkan anda dalam ayat tersebut.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:"Dan, Dia (juga) yang akan mengutus pada kaum lain dari antara mereka (aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
[size=50]وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ[/size]Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Annisa 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htmSatu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.Jika firman Allah dalam Al Ahzab 33:27/28 sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang harta yang diwariskan, begitupula dengan Al Jumu'ah 62:3/4 yang sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang kedatangan Imam Al Mahdi yang diutus/dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin dari antara mereka. Kata kerja dalam kedua ayat itu tidak mengalami perubahan, yakni menggunakan fi'il madhi yang mutaadhi.Jika tidak, maka seolah-olah Nabi Muhammad saw itu dalam waktu yang bersamaan dibangkitkan dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:2/3), dan juga dari antara bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4 & HR Sahih bukhari), karena di dalam dua ayat itu terkandung kata-kata rasulam-minhum.
Dua point untuk kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Baca Lagi....., komentar diatas, jangan asal cuap cuap, jangan jangan Belum ngarti Ini....
Qur'an bil Qur'an itu bukan cuap-cuap dan bukan pula boong, melainkan kebenaran dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Jika anda menganggap hal itu boong, artinya anda mendustakan firman Allah karena tidak paham.
Ingat, Imam Mahdi diutus Allah antara lain untuk menyatukan umat Islam yang sudah bercerai-berai menjadi 73 golongan, yang menurut Nabi Muhammad sa, semuanya terkena api, kecuali satu, yakni yang mengikuti sunnah Rasulullah saw dan sunnah para sahabat (Khulafa-ur-Rasyidin) ra. Apa ciri khasnya? Lain tidak, ukhuwwah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah dalam Khilafat Al Minhajjin Nubuwwah.
Apakah pemimpin ruhani anda seorang Khalifah yang dipilih Allah (An-Nur 24:55/56) atau seorang kiai/ulama/ustadz yang dipilih oleh manusia?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Tenang....., sabar dulu....Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....Mohon jangan terlalu percaya diri, karena sesungguhnya yang ada kekeliruan dan perlu diluruskan itu pemahaman anda mengenai masalah ini. Sekarang, apakah anda setuju dan sudah siap mengakui bahwa ternyata kata ma'a itu bisa juga berarti termasuk di antara, selain beserta/bersama?
PRnya lagi banyak nih, nanti akan saya komentari....., Satu satu dulu lah.....
Point pertama kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Widiiih, main klaim aja ini orang......
Sebenarnya saya ingin menambah pembahasan mengenai Poin ini, tapi Ya....,kayaknya percuma la...Wong belum apa apa sudah main Menang kalah aja.
Dari pada saya cape nerangin panjang lebar..., saya ikutan gaya anda aja dah....
Gimana caranya mengartikan Ayat ayat ini dengan gaya Qur'an bil Qur'annya ala Kanjeng Rai Nira Kedunghalang AlMahdi....
Saya ulang Ayatnya...
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
(QS. Al Baqarah : 153)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
( QS. An Nahl : 128)
Sebenarnya masih banyak loh..., cuma biar gak terlalu bingung.
Dan sedikit saya tambahkan, sekiranya kita ingin membandingkan Qur'an bil Qur'an, coba perhatikan ayat berikut, tentang bagaimana Allah SWT menerangkan tentang anugrah Allah SWT dalam masalah Kenabian:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ وَآتَيْنَاهُ أَجْرَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
"Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian, dan kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang yang saleh" ( QS. Al Ankabuut : 27)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Kenabian itu adalah Nikmat Allah yang Dia anugerahkan kepada siapa yang Dia kehendaki (An-Nisa 4:69/70), bukan atas kehendak manusia. Oleh karena itu manusia hanya dianjurkan untuk menerima dan mensyukuri Nikmat Allah itu (Ibrahim 14:7/8) serta mentaati rasul yang telah Dia anugerahi Nikmat Allah tersebut, dengan izin-Nya. (An-Nisa 4:64/65).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
SKAK MAT!!!Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.Sekali lagi saya akan ulangi Teks Arab yang telah saya sampaikan untuk kita dapat kejelasan :Pak Kedunghalang wrote:Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
Thalut itu nama sifat seorang raja Bani Israil yang hidup kira-kira dua ratus tahun sebelum Nabi Daud as dan kira-kira sejumlah tahun yang sama sesudah Nabi Musa as. Kata [size=60]" يَبْعَثَ[/size]" atau[size=60] "َأَرْسَلَ"[/size], jika obyeknya bukan malaikat atau manusia, maka kita tidak bisa mengatakannya rasul atau utusan Allah, sebagaimana firman Allah berikut ini:Allah memilih dari antara malaikat-malaikat, rasul-rasul dan dari antara manusia. Sesungguhnya allah Maha Mendengar, Maha Melihat (Al Hajj 22:75/76).
Oalaaaah Pakedeng ini Gimana Toooh....? Jadi Si Thalut itu siapa kalo bukan Manusia...? Jin....?, malaikat......?. makanya kan saya sudah sampaikan kata [size=60]" يَبْعَثَ[/size]" atau[size=60] "َأَرْسَلَ"[/size] dalam Al Qu'ran sangat jelas Obyeknya siapa yang di bangkitka/diutus/dikirim itu, Manusia biasa, malaikat, Seorang Nabi/Rosul, Burung Ababil Bahkan Angin dengan kata yang sama, namun kita sebagai manusia yang di anugerahi akal fikiran dapat membedakan penjelasan dan maksud ayat Ayat ayat tersebut.
Nih saya ulangi Ayatnya, (Maaf) anda bisa baca Tulisan Arab bukan...?
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Ini Hadistnya..
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
Dan ini perbandingannya :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
MASIH BINGUNG......? dua kali dah....Walaupun seorang raja Bani Israil yang memiliki sifat Thalut itu manusia, tetapi kata kerja ba'atsa (membangkitkan / mengutus / mengirimkan) itu ditujukan kepada obyeknya yang bukan manusia, atau hanya sifatnya saja, yakni Thalut. Dengan demikian, maka Al Hajj 22:75/76 tidak berlaku untuk Thalut.Lagipula, jika seorang manusia yang mendakwakan diri diutus Allah atau sebagai Rasul Allah, maka tentu saja dia juga harus membuktikan wahyu Allah yang diterimanya, sebagaimana wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw:Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu sekalian dari Yang mempunyai kerajaan seluruh langit dan bumi. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Ummi yang beriman kepada Allah dan Kalimat-kalimat-Nya. Maka ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al 'Araf 7:158/159)Begitupula HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as menerima wahyu Allah seperti yang diterima oleh Nabi Muhammad Rasulullah saw tersebut.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
KENA TINJU UPERCUT..., KO!!!!!!Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Pakedunghalang wrote:Firman Allah berikut ini membuktikan bahwa kerasulan masih berkelanjutan:Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana. (Asy-Syura 42:51/52)Ayat ini menyebut tiga cara Tuhan berbicara kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka;
(a) Dia berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
(b) Dia membuat mereka menyaksikan kasyaf (Penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud orang yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata “dari belakang tabir.”
(c) Tuhan menurunkan seorang rasul atau seorang malaikat, yang menyampaikan Amanat Ilahi.Dengan demikian, maka kerasulan/kenabian masih terbuka khususnya bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70), dan hal ini tidak merusak segel Khaataman-Nabiyyin wa Khaatamal Mursalin, karena orang yang Dia anugerahi Nikmat Allah ini, yakni Imam Mahdi as, mengenakan jubah kenabian/kerasulan Nabi Muhammad Rasulullah saw.
Pakedung...., Islam sudah sempurna setelah turunnya Wahyu terahir kepada Rosululloh SAW, sebagai mana termaktub dalam Alquran :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu Nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS: Al-Maidah Ayat: 3)
Jangan menghayal , hati hati, Allah SWT memperingatkan tentang hal tersebut, walaupun di tunjukkan khususnya pada kaum Bani Isra'il, tapi pada umumnya untuk kita semua, perhatikan ayat Alquran berikut ini:
فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِمَّا يَكْسِبُوْنَ
"Maka celakalah (bagi) orang-orang yang menulis al-Kitâb dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan celakalah (bagi) mereka, akibat apa yang mereka kerjakan" (QS. Al Baqoroh : 79)
Siapa yang mengkhayal? Ayat-ayat suci Al Qur'an yang saya tampilkan, malah anda menganggap mengkhayal. Walaupun Islam sudah sempurna menurut Al Qur'an (Al Maidah 5:3), tetapi menurut Al Qur'an pula kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam (An-Nisa 4:69/70 & Al 'Araf 7:35/36 & Asy-Syura 42:51/52) dan menurut Rasulullah saw kenabian/kerasulan yang masih terbuka itu adalah al mubasysyirat (khabar suka) atau Nikmat Allah yang senantiasa diminta dan harus disyukuri oleh umat Islam (Ibrahim 14:7/8).Al Baqarah 2:79/80 tidak berlaku bagi Imam Mahdi as dan para pengikutnya karena kami sama sekali tidak melakukan apa yang dikhawatirkan anda dalam ayat tersebut.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Bagi Saya Ulama adalah Pewaris Para Nabi, Sebagaimana hadist Nabi berikut :Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.Kedunghalang wrote:Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:"Dan, Dia (juga) yang akan mengutus pada kaum lain dari antara mereka (aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
[size=50]وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ[/size]Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Annisa 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htmSatu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.Jika firman Allah dalam Al Ahzab 33:27/28 sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang harta yang diwariskan, begitupula dengan Al Jumu'ah 62:3/4 yang sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang kedatangan Imam Al Mahdi yang diutus/dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin dari antara mereka. Kata kerja dalam kedua ayat itu tidak mengalami perubahan, yakni menggunakan fi'il madhi yang mutaadhi.Jika tidak, maka seolah-olah Nabi Muhammad saw itu dalam waktu yang bersamaan dibangkitkan dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:2/3), dan juga dari antara bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4 & HR Sahih bukhari), karena di dalam dua ayat itu terkandung kata-kata rasulam-minhum.
Dua point untuk kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Baca Lagi....., komentar diatas, jangan asal cuap cuap, jangan jangan Belum ngarti Ini....Qur'an bil Qur'an itu bukan cuap-cuap dan bukan pula boong, melainkan kebenaran dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Jika anda menganggap hal itu boong, artinya anda mendustakan firman Allah karena tidak paham.Ingat, Imam Mahdi diutus Allah antara lain untuk menyatukan umat Islam yang sudah bercerai-berai menjadi 73 golongan, yang menurut Nabi Muhammad sa, semuanya terkena api, kecuali satu, yakni yang mengikuti sunnah Rasulullah saw dan sunnah para sahabat (Khulafa-ur-Rasyidin) ra. Apa ciri khasnya? Lain tidak, ukhuwwah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah dalam Khilafat Al Minhajjin Nubuwwah.Apakah pemimpin ruhani anda seorang Khalifah yang dipilih Allah (An-Nur 24:55/56) atau seorang kiai/ulama/ustadz yang dipilih oleh manusia?
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ
"Ulama adalah pewaris para nabi.”
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Bagi Saya Ulama adalah Pewaris Para Nabi, Sebagaimana hadist Nabi berikut :Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Nah Ini hebatnya Anda yang selalu mencoba mencari celah yang sebenarnya tidak ada kemungkinan itu dengan merubah sedikit arti kata dalam bahasa Arab walaupun anda mencoba mengikuti pembahasan dengan mengikuti Ilmu Alat dalam menterjemahkan ayat Alqur'an.
disini saya melihat anda selalu memaksakan pengertian suatu ayat Alquran dengan mengikuti dulu keinginan dari anda sendiri lalu menerjemahkan ayat tersebut agar sesuai dengan keinginan anda, bukan menterjemahkan ayat dengan benar terlebih dahulu baru kita mencoba memahaminya, dan menerima serta menjalankan seruan alQuran, walaupun dengan berat hati dan atau tidak sesuai dengan keinginan kita, tetapi kita harus terima, bukankah sudah kita yakini bahwa ayat ayat Al Quran sebagai Kalamullah melalui Rosulullah SAW adalah suatu kebenaran mutlak sebagai panduan Jalan hidup utnuk umat Muslim agar selamat Dunia dan AKhirat.
Contoh kedua Ayat di Atas ( Annisa 2 dan 3) ketika antara ayat pertama dan kedua di ikuti "Wawu Athaf" dan didalamnya terdapat Kata بَعَثَ yang merupakan Fiil Madhi yang berarti pekerjaan yang dilakukan dalam waktu lampau, tiba tiba pada ayat kedua berubah menjadi Fiil Mudhari yang berarti pekerjaan yang belum dilakukan (akan)....?, pelajaran dari mana gerangan ini...?, sejak kapan peraturan ini berlaku...?
Terus anda berargumen kata بَعَثَ bukan Fi'il Madhi Tapi Fi'il Muta'addi, Lah ini apa hubungannya..... ?
Sekedar Mengingatkan, mari kita ambil pengertian dan penjabaran Fi'il berdasarkan Ilmu Nahwu
Berdasarkan pembagian waktu yang dikenakan kepada Fi'il terbagi menjadi 3
- Fi'il Madhi yaitu : suatu kalimat kerja yang menujukan kerjaan Telah selesai/lewat contoh..نصر.
- Fi'il Mudhari yaitu : suatu kalimat yang menujukan kejadian bisa sekarang bisa di masadepan contoh يضرب
- Fi'il Amar Yaitu : suatu kalimat yang menunjukan perintah dan atau permintaan..contoh أنصر
Berdasarkan kondisi atau tempat Fi'il Tam terbagi menjadi 2
- Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya.
- Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Coba anda Ceck lagi disana setelah kata "Ba'atsa" ada kata "fi" dan "fi" tersebut adalah huruf jar, berarti kata "ba'atsa" tersebut menurut anda Apa....?
Dan juga "Ba'atsa" berwazan "Fa'ala" sedangkan untuk menjadi Fi'il Muta'addi berwazan "Af'ala" atau "Fa''ala" yang di huruf 'ain ada Tasydidnya.
dan lagian antara Fi'il Madhi dan Fi'il Muta'addi gak ada sangkut pautnya dalam definisi....... Duuh Gusti ........paringi Sabaar
Dan untuk (Al Ahzab :27) tetep pak Fi'il madhi itu gak bisa berubah menjadi Fi'il mudhari.
dan seandanya kita mendalami ayatnya Allah SWT memang telah mewariskan kepada Rosulullah SAW dan umatnya pada waktu itu, karena memang sudah menjadi ketetapan (Taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya, silahkan Ceck Asbabunnuzulnya.
disini mungkin bisa membantu http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Ahzab/Al-Ahzab-ayat-26-27.htmSatu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.Jika firman Allah dalam Al Ahzab 33:27/28 sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang harta yang diwariskan, begitupula dengan Al Jumu'ah 62:3/4 yang sudah menjadi ketetapan (taqdir) Allah SWT, sebagai Jaminan akan janji Allah SWT kepada Nabi SAW dan umatnya tentang kedatangan Imam Al Mahdi yang diutus/dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin dari antara mereka. Kata kerja dalam kedua ayat itu tidak mengalami perubahan, yakni menggunakan fi'il madhi yang mutaadhi.Jika tidak, maka seolah-olah Nabi Muhammad saw itu dalam waktu yang bersamaan dibangkitkan dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:2/3), dan juga dari antara bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4 & HR Sahih bukhari), karena di dalam dua ayat itu terkandung kata-kata rasulam-minhum.
Dua point untuk kemenangan Qur'an bil Qur'an yang mengalahkan Nahwu Shorof.
Baca Lagi....., komentar diatas, jangan asal cuap cuap, jangan jangan Belum ngarti Ini....Qur'an bil Qur'an itu bukan cuap-cuap dan bukan pula boong, melainkan kebenaran dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Jika anda menganggap hal itu boong, artinya anda mendustakan firman Allah karena tidak paham.Ingat, Imam Mahdi diutus Allah antara lain untuk menyatukan umat Islam yang sudah bercerai-berai menjadi 73 golongan, yang menurut Nabi Muhammad sa, semuanya terkena api, kecuali satu, yakni yang mengikuti sunnah Rasulullah saw dan sunnah para sahabat (Khulafa-ur-Rasyidin) ra. Apa ciri khasnya? Lain tidak, ukhuwwah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang Khalifah dalam Khilafat Al Minhajjin Nubuwwah.Apakah pemimpin ruhani anda seorang Khalifah yang dipilih Allah (An-Nur 24:55/56) atau seorang kiai/ulama/ustadz yang dipilih oleh manusia?
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُاْلأَنْبِيَاءِ
"Ulama adalah pewaris para nabi.”
Ya, saya setuju bahwa ulama adalah pewaris para nabi, tetapi bukan ulama penyebar fitnah yang memfatwa Ahmadiyah di luar Islam, sesat dan menyesatkan, karena akidah pokok Jemaat Muslimin Ahmadiyah itu adalah Laa Ilaaha Illallaah, Muhammad-ar-Rasulullaah.
Dari antara golongan umat Islam itu ada beberapa di antaranya para ulama Islam yang beriman dan bertakwa sebagai pewaris para nabi, yang menurut Nabi Muhammad saw, mereka itu adalah MUJADIDDIN. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa akan membangkitkan untuk umat (Islam) ini pada permulaan setiap abad MUJADDID (PEMBAHARU) yang akan memperbaiki pemahaman agamanya." (HR Abu Daud dalam Misykat, hal.36).
Seorang ulama dan ahli sejarah Islam dari Hindustan, Nawwab Shiddiq Hasan Khan, dalam bukunya, Hujajul Kiramah, hal.135-139, mencatat nama MUJADDIDIN yang telah datang setelah Nabi Muhammad saw, yakni:
Mujaddid Islam abad 1. Umar bin Abdul AzizMujaddid Islam abad 2. Imam Syafi'i
Mujaddid Islam abad 3. Abu Syarah/Abdul Hasan Asy-Syari
Mujaddid Islam abad 4. Abu Ubaidullah Nisyapuri/Abu Bakar Baqlani
Mujaddid Islam abad 5. Imam Al Ghazali
Mujaddid Islam abad 6. Sayyid Abdul Qadir Jaelani
Mujaddid Islam abad 7. Imam Ibnu Taimiya/Khwaja Mu'inuddin Chsiti
Mujaddid Islam abad 8. Hafiz Ibnu Hajar Asqalani/Saleh bin Umar
Mujaddid Islam abad 9. Imam Abdurrahman As-Suyuti
Mujaddid Islam abad 10. Imam Muhammad Tahir Gijrati
Mujaddid Islam abad 11. Mujaddid Alif Tsani Sarhindi
Mujaddid Islam abad 12. Syah Waliullah Muhaddas Dhelwi
Mujaddid Islam abad 13. Sayyid Ahmad Brelwi
Mujaddid Islam abad 14. Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud as.
Pada permulaan abad ke 14H, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dari Qadian, Hindustan, telah mendakwakan diri diutus Allah sebagai Mujaddid Islam abad ke-14H, Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud as. Sesungguhnya dialah ulama pewaris Nabi Muhammad saw.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya"pak kedung wrote:Satu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.
nahwu dan shorof adalah KAIDAH dan alat untuk mendalami al quran..
kalow quran bil quran adalah penafsiran berdasarkan sesama ayat..
lha kalow ayat2 berbasa arab,lalu gimana anda menjelaskan "quran bil quran"?
makna per makna ato gimana yah?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya"pak kedung wrote:Satu lagi Nahwu Shorof versus Qur'an bil Qur'an. Nahwu Shorof itu kaidah Bahasa Arab yang baku, sedangkan Qur'an bil Qur'an itu firman Allah Al Mutakalliman yang yufashiru ba' duhum ba'dhan saling menafsirkan antara ayat yang satu dengan yang lainnya.
nahwu dan shorof adalah KAIDAH dan alat untuk mendalami al quran..
kalow quran bil quran adalah penafsiran berdasarkan sesama ayat..
lha kalow ayat2 berbasa arab,lalu gimana anda menjelaskan "quran bil quran"?
makna per makna ato gimana yah?
Nahwu Shorof itu memang kaidah Bahasa Arab, tetapi bukan satu-satunya alat untuk mendalami dan memahami Al Qur'an. Jika kita mau memahami ayat-ayat suci Al Qur'an makna per makna dengan menggunakan alat nahwu shorof, ya tidak apa-apa. Tetapi, bagaimana hasil akhirnya? Masuk akal atau malah menjadi ANEH. Anda sendiri memahami, alat-alat lain untuk mendalami dan memahami Al Qur'an seperti asbabun-nuzul, hadits, kamus/lexicon dlsb. Nah, gunakanlah itu, karena hal itu pun digunakan juga oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra.
Contoh:
Kata-kata Khaataman-Nabiyyin hanya ada dalam Surah Al Ahzab 33:40/41, sehingga tidak bisa ditafsirkan dengan cara Qur'an bil Qur'an, dan pada umumnya diartikan Penutup Nabi-Nabi. Arti itu tidak sepenuhnya salah, tetapi ada juga arti lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan setelah Nabi Muhammad saw itu masih terbuka yang juga tidak salah artinya. Kenabian/Kerasulan yang masih terbuka itu ternyata hanya terbatas pada umat Islam saja, itu pun yang taat sempurna kepada Nabi Muhammad saw saja, tidak kepada umat nabi-nabi/rasul-rasul lain. Kenabian/kerasulan yang masih terbuka itupun tidak berdiri sendiri, melainkan yang tidak membawa syariat baru atau, menurut istilah Imam Mahdi as, kenabian/kerasulan yang mengenakan jubah kenabian/kerasulan Nabi Muhammad Rasulullah saw. Itulah sebabnya, mengapa di dalam nubuatan pada Ash-Shaf 61:6/7 dinyatakan bahwa yang akan datang setelah Nabi Isa as itu hanya seorang rasul, bukan dua orang rasul.
Nabi Muhammad saw mencontohkan di dalam hadits bahwa Ali bin Abu Thalib ra sebagai Khaatamal Aulia dan Ibnu Abbas ra sebagai Khaatamul Muhajjirin yang jika diartikan sebagai Penutup Wali-Wali atau Penutup Orang-orang Hijrah tidak tepat, karena Aulia Allah dan Muhajjirin setelah keduanya masih tetap ada dan masih berlangsung. Demikian pula dengan kata-kata Khaataman-Nabiyyin.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
pak kedung..
sedangkan nahwu kan uda jelas kalow nahwu = grammar..
khatam..
gimana sih aplikasi khatam di dalam al quran?
al ahzab 40
وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ = tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
al baqarah 7
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ = Allah telah menutup hati
al muthafifin 26
يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ = Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak/disegel
pak kedung..
nah gimana KHATAM yang quran bil quran versi anda?
kamus/leksikon itu bagian dari shorof..shorof adalah bagian ilmu yang mendalami akar kata/tashrif..gimana akar itu digunakan dan dalam keadaan bugimanah..
alat-alat lain untuk mendalami dan memahami Al Qur'an seperti asbabun-nuzul, hadits, kamus/lexicon dlsb. Nah, gunakanlah itu, karena hal itu pun digunakan juga oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra.
sedangkan nahwu kan uda jelas kalow nahwu = grammar..
khatam..
gimana sih aplikasi khatam di dalam al quran?
al ahzab 40
وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ = tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
al baqarah 7
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ = Allah telah menutup hati
al muthafifin 26
يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ = Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak/disegel
pak kedung..
nah gimana KHATAM yang quran bil quran versi anda?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:pak kedung..
alat-alat lain untuk mendalami dan memahami Al Qur'an seperti asbabun-nuzul, hadits, kamus/lexicon dlsb. Nah, gunakanlah itu, karena hal itu pun digunakan juga oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra.
kamus/leksikon itu bagian dari shorof..shorof adalah bagian ilmu yang mendalami akar kata/tashrif..gimana akar itu digunakan dan dalam keadaan bugimanah..
sedangkan nahwu kan uda jelas kalow nahwu = grammar..
khatam..
gimana sih aplikasi khatam di dalam al quran?
al ahzab 40
وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ = tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
al baqarah 7
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ = Allah telah menutup hati
al muthafifin 26
يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍ مَّخْتُومٍ = Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak/disegel
pak kedung..
nah gimana KHATAM yang quran bil quran versi anda?
Kata-kata خَاتَمَ النَّبِيِّينَ atau kata Khaatam (bukan Khatam) yang berdampingan dengan kata majemuk, tidak ada di dalam Al Qur'an, kecuali hanya dalam Al Ahzab 33:40/41 saja. Jadi, alat tafsir Qur'an bil Qur'an tidak bisa dimanfaatkan.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
lalu alat tafsir apa yang TEPAT untuk menjelaskan al ahzab 40?Kedunghalang wrote:Kata-kata خَاتَمَ النَّبِيِّينَ atau kata Khaatam (bukan Khatam) yang berdampingan dengan kata majemuk, tidak ada di dalam Al Qur'an, kecuali hanya dalam Al Ahzab 33:40/41 saja. Jadi, alat tafsir Qur'an bil Qur'an tidak bisa dimanfaatkan.
dan tolong dunk..jika hanya al ahzab 40 yang tidak berarti MENUTUP (atow bermakna sebagai cincin,tutup) lalu makna apa yang tepat utk ayat tersebut dengan tinjauan ilmu alat?
silahkeun pak..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:lalu alat tafsir apa yang TEPAT untuk menjelaskan al ahzab 40?Kedunghalang wrote:Kata-kata خَاتَمَ النَّبِيِّينَ atau kata Khaatam (bukan Khatam) yang berdampingan dengan kata majemuk, tidak ada di dalam Al Qur'an, kecuali hanya dalam Al Ahzab 33:40/41 saja. Jadi, alat tafsir Qur'an bil Qur'an tidak bisa dimanfaatkan.
dan tolong dunk..jika hanya al ahzab 40 yang tidak berarti MENUTUP (atow bermakna sebagai cincin,tutup) lalu makna apa yang tepat utk ayat tersebut dengan tinjauan ilmu alat?
silahkeun pak..
Saya pernah menyampaikan sebuah hadits kepada anda, dimana Nabi Muhammad saw bersabda kepada Ali bin Abu Thalib ra bahwa, "Aku adalah Khaatamul Anbiya dan engkau wahai Ali adalah Khaatamul Aulia" (Tafsir Safi). Jika, Khaatamul Aulia diartikan penutup wali-wali secara mutlak, maka setelah Ali bin Abu Thalib ra, tidak akan ada lagi wali-wali Allah. Tapi, ternyata di Nusantara, kita mengenal Wali Songo. Ternyata, kata-kata seperti Khaatan-Nabiyyin, Khaatamul Anbiya, Khaatamal Aulia, Khaatamul Mufassirin dan sebagainya lebih banyak diartikan yang paling sempurna, paling unggul atau paling afdhal dalam kata majemuknya dibandingkan diartikan terakhir atau penutup.
Khaatam berasal dari kata khaatama yang berarti, ia memeterai, mencap, mensahkan atau mencetakkan pada barang itu. Inilah arti-pokok kata itu.
Adapun arti kedua ialah: ia mencapai ujung benda itu; atau menutupi benda itu, atau melindungi apa yang tertera dalam tulisan dengan memberi tanda atau mencapkan secercah tanah liat di atasnya, atau dengan sebuah mererai jenis apa pun. Khaatam berarti juga sebentuk cincin stempel; sebuah segel, atau mererai dan sebuah tanda; ujung atau bagian terakhir dan hasil atau anak (cabang) suatu benda. Kata itu pun berarti hiasan atau perhiasan; terbaik atau paling sempurna. Kata-kata khaatim, khaatim dan khaatam hampir sama artinya (Lexicon oleh: Lane, Mufradat, Fat-h, dan Zurqani). Maka kata khaataman-Nabiyyin akan berarti mererai para nabi; yang terbaik dan paling sempurna dari antara nabi-nabi; hiasan dan perhiasan nabi-nabi. Arti kedua ialah penutup nabi-nabi atau nabi terakhir.
Di Mekkah pada waktu semua putra Rasulullah saw telah meninggal dunia semasa masih kanak-kanak, musuh-musuh beliau saw mengejek baliau saw seorang abtar (yang tidak mempunyai anak laki-laki), yang berarti karena ketidakadaan ahliwaris lelaki itu untuk menggantikan beliau saw, sehingga Jemaat beliau saw cepat atau lambat akan menemui kesudahan (Muhith). Sebagai jawaban terhadap ejekan orang-orang kafir, secara tegas dinyatakan dalam Surah Al-Kautsar, bahwa bukan Rasulullah saw melainkan musuh-musuh beliau saw lah yang tidak akan berketurunan. Sesudah Surah Al-Kautsar diturunkan, tentu saja terdapat anggapan di kalangan kaum muslimin di zaman permulaan bahwa Rasulullah saw akan dianugerahi anak-anak lelaki yang akan hidup sampai dewasa. Al Ahzab 33:40/41 menghilangkan salah paham itu, sebab ayat ini menyatakan bahwa Rasulullah saw, baik sekarang maupun dahulu ataupun di masa yang akan datang bukan atau tidak pernah akan menjadi bapak seorang orang lelaki dewasa (rijal berarti pemuda).
Dalam pada itu Al Ahzab 33:40/41 nampaknya bertentangan dengan Surah Al-Kautsar, yang di dalam-nya bukan Rasulullah saw, melainkan musuh-musuh beliau saw yang diancam dengan tidak akan berketurunan, tetapi sebenarnya berusaha menghilangkan keragu-raguan dan prasangka-prasangka terhadap timbulnya arti yang kelihatannya bertentangan itu. Ayat ini mengatakan bahwa Baginda Nabi Besar Muhammad saw adalah Rasul Allah yang mengandung arti bahwa baliau saw adalah bapak ruhani semua orang mukmin dan semua nabi, betapa beliau saw dapat disebut abtar atau tak berketurunan. Bila ungkapan ini diambil dalam arti bahwa baliau saw itu nabi yang terakhir, dan bahwa tiada nabi akan datang sesudah beliau, maka ayat ini akan nampak sumbang bunyinya dan tidak mempunyai pertautan dengan konteks ayat, dan daripada menyangga ejekan orang-orang kafir bahwa Rasulullah saw tidak berketurunan, malahan mendukung dan menguatkannya. Pendek kata, menurut arti yang tersimpul dalam kata khaatam seperti dikatakan di atas, maka ungkapan Khaataman-Nabiyyin dapat mempunyai kemungkinan empat macam arti :
1. Rasulullah saw adalah materai para nabi, yakni, tiada nabi dapat dianggap benar, kalau kenabiannya tidak bermeterai Rasulullah saw. Kenabian semua nabi yang sudah lampau harus dikuatkan dan disahkan oleh Rasulullah saw dan juga tiada seorang pun yang dapat mencapai tingkat kenabian sesudah beliau saw, kecuali dengan menjadi pengikut beliau saw (An-Nisa 4:69/70 & Al 'Araf 7:35/36).
2. Rasulullah saw adalah yang terbaik, termulia, dan paling sempurna dari antara semua nabi dan juga beliau saw adalah sumber hiasan bagi mereka (Zulqani, Syarah Muwahib al-Laduniyyah)
.3. Rasulullah saw adalah yang terakhir di antara para nabi pembawa sya’riat. Penafsi-ran ini telah diterima oleh para ulama terkemuka, orang-orang suci dan waliullah seperti Ibn’Arabi, Syah Waliaullah, Imam ‘Ali Qari, Mujaddid Alf Tsani, dan lain-lain. Menurut ulama-ulama besar dan para waliullah itu, tiada nabi dapat datang sesudah Rasulullah saw yang dapat memansukhkan (membatalkan) millah beliau saw atau yang akan datang dari luar umat beliau (Futuhat, Tafhimat, Makrubat, dan Yawaqit wa’l Jawahir). Siti Aisyah ra. istri Rasulullah saw yang amat berbakat, menurut riwayat pernah mengatakan, “Katakanlah bahwa beliau (Rasulullah) saw adalah Khaataman Nabiyyin, tetapi janganlah mengatakan tidak akan ada nabi lagi sesudah beliau saw” (Mantsur).
4. Rasulullah saw adalah nabi yang terakhir (Akhirul Anbiya) hanya dalam arti kata bahwa semua nilai dan sifat kenabian terjelma dengan sesempurna-sempurnanya dan selengkap-lengkapnya dalam diri beliau saw: khaatam dalam arti sebuatan terakhir untuk menggambarkan kebagusan dan kesempurnaan, adalah sudah lazim dipakai.
Lebih-lebih Alquran dengan jelas mengatakan tentang bakal diutusnya seorang rasul sesudah Rasulullah saaw wafat (Al Jumu'ah 62:3/4) dan masih terbukanya kerasulan setelah beliau saw (Al 'Araf 7:35/36). Rasulullah saw sendiri jelas mempunyai tanggapan tentang berlanjutnya kenabian sesudah beliau saw. Menurut riwayat, beliau saw pernah bersabda, “Sekiranya Ibrahim (putra beliau) masih hidup, niscaya ia akan menjadi nabi” (Majah, Kitab al-Jana’iz) dan Ali bin Abu Thalib ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya aku diutus sebagai PEMBUKA dan PENUTUP NABI-NABI" (Kanzul 'Ummal). Maksudnya, Nabi Muhammad saw adalah pembuka nabi-nabi yang tidak membawa syari'at baru, dan penutup nabi-nabi yang membawa syari'at baru.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Kedunghalang wrote:
Saya pernah menyampaikan sebuah hadits kepada anda, dimana Nabi Muhammad saw bersabda kepada Ali bin Abu Thalib ra bahwa, "Aku adalah Khaatamul Anbiya dan engkau wahai Ali adalah Khaatamul Aulia" (Tafsir Safi). Jika, Khaatamul Aulia diartikan penutup wali-wali secara mutlak, maka setelah Ali bin Abu Thalib ra, tidak akan ada lagi wali-wali Allah. Tapi, ternyata di Nusantara, kita mengenal Wali Songo. Ternyata, kata-kata seperti Khaatan-Nabiyyin, Khaatamul Anbiya, Khaatamal Aulia, Khaatamul Mufassirin dan sebagainya lebih banyak diartikan yang paling sempurna, paling unggul atau paling afdhal dalam kata majemuknya dibandingkan diartikan terakhir atau penutup.
minta hadits tentang Nabi Muhammad SAW adalah Khaatamul Anbiya dan Ali bin Abu Thalib adalah Khaatamul Aulia lengkapnya dong, usung kemari plus sanadnya..
mystery- LETNAN DUA
-
Posts : 1484
Kepercayaan : Islam
Location : yogyakarta
Join date : 22.02.12
Reputation : 28
Halaman 12 dari 17 • 1 ... 7 ... 11, 12, 13 ... 17
Similar topics
» Mang Odoy versus KEDUNGHALANG (Ahmadiyah Qadian)
» Kristen Paulus dan Ahmadiyah Qadian MGA..bagaikan Pinang dibelah Kampak..
» islam dan ahmadiyah
» kesesatan ahmadiyah
» jihad ala ahmadiyah
» Kristen Paulus dan Ahmadiyah Qadian MGA..bagaikan Pinang dibelah Kampak..
» islam dan ahmadiyah
» kesesatan ahmadiyah
» jihad ala ahmadiyah
Halaman 12 dari 17
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik