AHMADIYAH QADIAN
Halaman 11 dari 17 • Share
Halaman 11 dari 17 • 1 ... 7 ... 10, 11, 12 ... 17
AHMADIYAH QADIAN
First topic message reminder :
Saya tertarik sekali untuk membahas apa dan bagaimana AHMADIYAH.....kontroversi yang berkepanjangan tanpa ada TITIK TEMU yang jelas...itu kesannya.
Sayangnya...banyak dari Umat Muslim menggannggap bahwa hanya ada satu AHMADIYAH...padahal pada kenyataannya...Ahmadiyah ini terbagi jadi 2 golongan :
1. AHMADIYAH LAHORE (GERAKAN AHMADIYAH)
2. AHMADIYAH QADIAN (JEMAAT AHMADIYAH)
Di tret ini...kita akan mencoba untuk mendiskusikan dan mungkin saya akan undang dari pihak mereka untuk hadir di tret ini...sebagai bahan pencerahan..
Sebagai referensi....silahkan buka situs Ahmadiyah QADIAN yang ini..
www.ahmadiyya.or.id
Wasalam,
Saya tertarik sekali untuk membahas apa dan bagaimana AHMADIYAH.....kontroversi yang berkepanjangan tanpa ada TITIK TEMU yang jelas...itu kesannya.
Sayangnya...banyak dari Umat Muslim menggannggap bahwa hanya ada satu AHMADIYAH...padahal pada kenyataannya...Ahmadiyah ini terbagi jadi 2 golongan :
1. AHMADIYAH LAHORE (GERAKAN AHMADIYAH)
2. AHMADIYAH QADIAN (JEMAAT AHMADIYAH)
Di tret ini...kita akan mencoba untuk mendiskusikan dan mungkin saya akan undang dari pihak mereka untuk hadir di tret ini...sebagai bahan pencerahan..
Sebagai referensi....silahkan buka situs Ahmadiyah QADIAN yang ini..
www.ahmadiyya.or.id
Wasalam,
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: AHMADIYAH QADIAN
lanjutan.......
Apalagi seseorang yang hanya berdasarkan ayat ayat yang sengaja di kaburkan, bahkan di salah artikan untuk menguatkan claim semata.
Sedangkan kenabian telah berahir diterangkan dalam Al Quran, dan Hadist sahahih begitu jelasnya.
Kalimat Khaataminnabiyyin dalam QS Al Ahzab : 40, saya rasa Wa Abu dan Saudara muslim lainnya sudah mengetengahkan sebelumnya di awal tread ini, jadi saya rasa saya tidak perlu mengulanginya lagi, silahkan anda resapi argument argument di atas.
Yang akan saya ketengahkan disini juga sudah dibahas di atas, saya hanya ingin mengingatkan kembali :
Kalimat “Laa” pada “Laa Nabiyya Ba’dii”, setera dengan kalimat “Laa” pada “laa ilaa ha illa anaa, Fa’budnii” atau “Laa ilaa ha illallah”
Kata “Laa” yang berarti tidak ada tersebut menunjukkan sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil ada tampa embel embel umum atau khusus, yang menjadi pengertian anda selama ini.
Coba anda renungkan kembali, fikirkan kembali, hayati kembali yang menurut saya anda dalam kesilafan, dan semoga Allah menunjukkan kembali jalan yang lurus sebagaimana yang selalu kita lantunkan dalam shalat 17 Rokaat dalam sehari.
Wallahu A'lam
@ Pak Sabil, dari pada dibilang OOT disebelah mendingan komentar anda saya ambil kesini aja ya, karena sayapun kurang memahami dengan kedatangan Iman Mahdi itu, sekalian saya belajar untuk menambah pengetahuan saya, Silahkeeen…..
Dari saya cukup segitu dulu aja, nanti bisa dilanjut lagi kalo ada kesempatan, Monggo Wak Abu di teruskan diskusinya dengan pak kedunghalang, maaf Sudah memotong diskusi Wak Abu sebelumnya, dan juda neter muslim lainnya yang mungkin akan menambahkan komentarnya, agar semakin menambah wawasan kita bersama.....
Tak ada satu ayatpun dalam Al Quran yang menubuatkan akan kedatangan seorang Nabi setelah Rosululloh SAW, sebagaimana sanggahan saya diatas, walaupun sebagian Muslimin masih meyakini akan kedatangan kembali Nabi Isa As di ahir jaman , namun hal ini masih terus menjadi perdebatan oleh kalangan para Ulama.Pak kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Jelas…., Atas perintah Allah SWT, Sebagaimana termaktub dalam Al Quran, bahkan kedatangan Beliau SAW di Kitab kitab terdahulu di nubuatkan.pak Kedunghalang wrote: Apakah para nabi (termasuk Nabi Muhammad saw) mendakwahkan diri sebagai nabi/rasul Allah berdasarkan keberaniannya atau atas perintah Allah?.
Tetapi Para orang besar yang saya sebutkan diatas, sudah pasti tidak akan mendakwahkan diri sebagai Nabi, karena saya yakin mereka memahami dengan benar akan Al Quran dan Hadist Hadist Rosulullah SAW.
Tepatnya adalah karena para orang besar yang anda sebutkan itu tidak dinubuatkan dalam Al Qur'an dan juga tidak diperintah Allah SWT untuk mendakwahkan diri sebagai Nabi/Rasul.
Apalagi seseorang yang hanya berdasarkan ayat ayat yang sengaja di kaburkan, bahkan di salah artikan untuk menguatkan claim semata.
Ini lah yang menjadi hal yang tidak bisa saya terima tentang pengertian anda ini, darimana anda mendapat pengertian adanya ke Nabian umum dan ke Nabian khusus ini, yang seolah olah menjadi sandaran anda tentang masih terbukanya pintu kenabian, sedangkan ayat ayat yang anda kemukakan diatas tidak ada sangkut pautnya tentang pengertian tersebut.Pak Kedunghalang wrote:Kenabian dan kerasulan yang tertutup sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits-hadits di atas adalah kenabian/kerasulan yang membawa syari'at baru. Sedangkan Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru masih TERBUKA di dunia ini juga bagi orang-orang Islam yang mu'min dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya saw (An-Nisa 4:69/70 & Yunus 10:62/63-64/65)ngayarana wrote:Seandainya saya mengatakan pada teman teman saya yang keyakinannya di luar Islam bahwa Rosulullah SAW telah di nubuatkan didalam kitabnya sebagaimana keterangan Al Quran surat Ash shaff : 6, bukan berarti saya bagian dari mereka, bukan berarti saya akan mengamalkan syariat dari kitab mereka, karena saya yaqin bahwa Al Quran di turunkan oleh Allah SWT melalui Rosulullah SAW untuk umat akhir zaman, untuk meluruskan faham dan keyakinan mereka yang telah melenceng dari ajaran Tauhid, dan dijadikan sebagai jalan hidup umat Muslimin dan Hadist hadist sahih Rosulullah wajib saya imani dan amalkan sebagai interpretasi dari Al Quran.
Begitu pula dengan Hadist hadist ini…
“Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus. Maka tak ada lagi rasul, dan nabi setelahku”. [HR. At-Tirmidziy (2272), Ahmad (13851), Al-Hakim (8178), Abu Ya’laa (3947), dan Ibnu Abi Syaibah (30457). Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (1627), dan Al-Irwa’ (8/128)
"Tak akan tegak hari kiamat sampai ada beberapa kabilah diantara ummatku akan bergabung dengan orang-orang musyrikin; sampai ada beberapa kabilah diantara ummatku akan menyembah berhala. Sesungguhnya akan ada di antara ummatku 30 tukang dusta, semuanya mengaku bahwa ia adalah nabi. Akulah penutup para nabi, tak ada lagi nabi setelahku”. [HR. Abu Dawud (4253), At-Tirmidziy (2219), Ahmad (22448), Ibnu Hibban (7238), Al-Hakim (8390), Ath-Thobroniy dalam AlAusath (8397), dan Musnad Asy-Syamiyyin (2690),Abu Nu’aim (2/289), dan Asy-Syaibaniy dalam Al-Ahad wa Al-Matsaniy (456). Hadits ini dishohihkan Al-Albaniy dalamTakhrij Al-Misykah (5406)]
“Sesungguhnya tidaklah Allah mengutus nabi-nabi kecuali untuk memperingatkan umatnya akan kedatangan dajjal, AKU-LAH NABI TERAKHIR dan KALIAN UMAT TERAKHIR, Dajjal akan keluar diantara kalian, tidak bisa tidak. Sesungguhnya ia akan mulai berkata "Aku Nabi", PADAHAL TIDAK ADA NABI SESUDAHKU.” (HR. Ibnu Majah).
Bagaimana Dengan Anda........???
Sedangkan kenabian telah berahir diterangkan dalam Al Quran, dan Hadist sahahih begitu jelasnya.
Kalimat Khaataminnabiyyin dalam QS Al Ahzab : 40, saya rasa Wa Abu dan Saudara muslim lainnya sudah mengetengahkan sebelumnya di awal tread ini, jadi saya rasa saya tidak perlu mengulanginya lagi, silahkan anda resapi argument argument di atas.
Yang akan saya ketengahkan disini juga sudah dibahas di atas, saya hanya ingin mengingatkan kembali :
Hadist hadist diatas begitu terang benderangnya mengenai tertutupnya kenabian oleh kedatangan Rosulullah SAW, dengan kalimat begitu jelas “Laa Nabiyya Ba’dii”.Hadist wrote:“Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus. Maka tak ada lagi rasul, dan nabi setelahku”. [HR. At-Tirmidziy (2272), Ahmad (13851), Al-Hakim (8178), Abu Ya’laa (3947), dan Ibnu Abi Syaibah (30457). Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (1627), dan Al-Irwa’ (8/128)
"Tak akan tegak hari kiamat sampai ada beberapa kabilah diantara ummatku akan bergabung dengan orang-orang musyrikin; sampai ada beberapa kabilah diantara ummatku akan menyembah berhala. Sesungguhnya akan ada di antara ummatku 30 tukang dusta, semuanya mengaku bahwa ia adalah nabi. Akulah penutup para nabi, tak ada lagi nabi setelahku”. [HR. Abu Dawud (4253), At-Tirmidziy (2219), Ahmad (22448), Ibnu Hibban (7238), Al-Hakim (8390), Ath-Thobroniy dalam AlAusath (8397), dan Musnad Asy-Syamiyyin (2690),Abu Nu’aim (2/289), dan Asy-Syaibaniy dalam Al-Ahad wa Al-Matsaniy (456). Hadits ini dishohihkan Al-Albaniy dalamTakhrij Al-Misykah (5406)]
“Sesungguhnya tidaklah Allah mengutus nabi-nabi kecuali untuk memperingatkan umatnya akan kedatangan dajjal, AKU-LAH NABI TERAKHIR dan KALIAN UMAT TERAKHIR, Dajjal akan keluar diantara kalian, tidak bisa tidak. Sesungguhnya ia akan mulai berkata "Aku Nabi", PADAHAL TIDAK ADA NABI SESUDAHKU.” (HR. Ibnu Majah).
Kalimat “Laa” pada “Laa Nabiyya Ba’dii”, setera dengan kalimat “Laa” pada “laa ilaa ha illa anaa, Fa’budnii” atau “Laa ilaa ha illallah”
Kata “Laa” yang berarti tidak ada tersebut menunjukkan sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil ada tampa embel embel umum atau khusus, yang menjadi pengertian anda selama ini.
Coba anda renungkan kembali, fikirkan kembali, hayati kembali yang menurut saya anda dalam kesilafan, dan semoga Allah menunjukkan kembali jalan yang lurus sebagaimana yang selalu kita lantunkan dalam shalat 17 Rokaat dalam sehari.
Wallahu A'lam
Saya rasa jawaban ini sudah diberikan oleh Saudara muslim lainnya dalam tread lain dalam http://www.laskarislam.com/t2676p175-benarkah-yesus-akan-kembali-ke-dunia#126562 Post 187Pak Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Bisa anda tulis ulang Hadisnya Pak...?Pak kedunghalang wrote: Bagaimana seharusnya cara mendakwahkan diri sebagai Al Mahdi yang diutus Allah? (HR Musnad Ahmad bin Hambal).
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)
Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).
Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.
@ Pak Sabil, dari pada dibilang OOT disebelah mendingan komentar anda saya ambil kesini aja ya, karena sayapun kurang memahami dengan kedatangan Iman Mahdi itu, sekalian saya belajar untuk menambah pengetahuan saya, Silahkeeen…..
Dari saya cukup segitu dulu aja, nanti bisa dilanjut lagi kalo ada kesempatan, Monggo Wak Abu di teruskan diskusinya dengan pak kedunghalang, maaf Sudah memotong diskusi Wak Abu sebelumnya, dan juda neter muslim lainnya yang mungkin akan menambahkan komentarnya, agar semakin menambah wawasan kita bersama.....
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
@ Ngayarana,
Setelah menyimak komentar anda, ternyata hanya ada dua point perbedaan pendapat di antara kita. Menurut Nabi Muhammad saw, perbedaan pendapat dalam umat Islam adalah Rahmat, sepanjang diselesaikan dengan baik sesuai dengan pedoman dalam An-Nisa 4:59/60.
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:
“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).
"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).
Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).
Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)
Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).
Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.
Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 yang sudah saya jelaskan kepada Mbah Abu Hanan dalam thread ini. Silahkan dibaca, kecuali jika anda kesulitan dalam mencarinya, atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Mengenai kata pengikut Injil dalam Al Maidah 5:47/48 yang anda pahami sebagai pengikut syari'at Injil, sesungguhnya ayat sebelumnya, Al Maidah 5:46/47 sudah menjelaskan bahwa Injil itu membenarkan Taurat, yang artinya Injil itu bukan syari'at baru, melainkan hanya menggenapi dan/atau membenarkan Taurat. Jadi, Nabi Isa as bukan Nabi Pembawa Syariat Baru, melainkan Nabi dari kalangan Bani Israil yang diberi Kitab Injil yang menggenapi dan/atau membenarkan pelaksanaan syari'at Taurat.
Setelah menyimak komentar anda, ternyata hanya ada dua point perbedaan pendapat di antara kita. Menurut Nabi Muhammad saw, perbedaan pendapat dalam umat Islam adalah Rahmat, sepanjang diselesaikan dengan baik sesuai dengan pedoman dalam An-Nisa 4:59/60.
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:
“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).
"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).
Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).
Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)
Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).
Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.
Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 yang sudah saya jelaskan kepada Mbah Abu Hanan dalam thread ini. Silahkan dibaca, kecuali jika anda kesulitan dalam mencarinya, atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Mengenai kata pengikut Injil dalam Al Maidah 5:47/48 yang anda pahami sebagai pengikut syari'at Injil, sesungguhnya ayat sebelumnya, Al Maidah 5:46/47 sudah menjelaskan bahwa Injil itu membenarkan Taurat, yang artinya Injil itu bukan syari'at baru, melainkan hanya menggenapi dan/atau membenarkan Taurat. Jadi, Nabi Isa as bukan Nabi Pembawa Syariat Baru, melainkan Nabi dari kalangan Bani Israil yang diberi Kitab Injil yang menggenapi dan/atau membenarkan pelaksanaan syari'at Taurat.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
eits..sembari nunggu truk datang..
eh iyah tentang "kata ahmad" ntar dibahas pelan tetapi slow..
iyah nih..gimana2 kisahnyah si "ma'a" bisa diartikan "termasuk diantara" menurut nahwu?mr kedung wrote:
Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara.
eh iyah tentang "kata ahmad" ntar dibahas pelan tetapi slow..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:eits..sembari nunggu truk datang..iyah nih..gimana2 kisahnyah si "ma'a" bisa diartikan "termasuk diantara" menurut nahwu?mr kedung wrote:
Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara.
eh iyah tentang "kata ahmad" ntar dibahas pelan tetapi slow..
Karena dicontohkan dalam dua ayat lain pada Al Qur'an (Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147), maka kata "ma'a" boleh diartikan "termasuk di antara", tidak usah terpaku dengan nahwu.
Bukan kata AHMAD, melainkan nama AHMAD, sudah dijelaskan Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.
Nunggu truknya terlalu lamaaaaaa.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
lha piye tho pak?kok bisa keluar pakem/kaidah dalam menafsirkan atow menerjemahkan..karena ikutin logika doang berarti memaksa diri seperti katakan " tidak" meskipun "pengen"..
wong ada standar yah standar dulu kek yang didahulukan..
truk lama kan dia juga antri..lagian cari tenaga buat bongkar2 yang di depan juga susah..
wkwkwkwkwk..
wong ada standar yah standar dulu kek yang didahulukan..
truk lama kan dia juga antri..lagian cari tenaga buat bongkar2 yang di depan juga susah..
wkwkwkwkwk..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:lha piye tho pak?kok bisa keluar pakem/kaidah dalam menafsirkan atow menerjemahkan..karena ikutin logika doang berarti memaksa diri seperti katakan " tidak" meskipun "pengen"..
wong ada standar yah standar dulu kek yang didahulukan..
truk lama kan dia juga antri..lagian cari tenaga buat bongkar2 yang di depan juga susah..
wkwkwkwkwk..
Bukankah ayat-ayat suci Al Qur'an itu yufasiru ba'duhum ba'dan? Jadi, logika yang digunakan juga harus berdasarkan itu. Kita sering membaca ayat suci Al Qur'an yang ujungnya Allah bertanya, afalaa ta'qiluun?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
meskipun afalaa ta'qilun tetapi kaidah juga mesti diperhatikeun..
ibarat lapar,untuk itu butuh makan dan etika makan juga mesti dipelajari..
biarpun saling menafsirkan bukan berarti asal gathuk lalu masuk..ini kok jadi seperti orang mengemudi..asal masuk kabin,asal mesin hidup,asal maju.. sedangkan ilmu mengemudi dan rambu lalin disimpan di lemari..
mangkah seperti itu malah gak afalaa ta'qilun lagi melainkan "apakah kamu gak pikun?"
ibarat lapar,untuk itu butuh makan dan etika makan juga mesti dipelajari..
biarpun saling menafsirkan bukan berarti asal gathuk lalu masuk..ini kok jadi seperti orang mengemudi..asal masuk kabin,asal mesin hidup,asal maju.. sedangkan ilmu mengemudi dan rambu lalin disimpan di lemari..
mangkah seperti itu malah gak afalaa ta'qilun lagi melainkan "apakah kamu gak pikun?"
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: AHMADIYAH QADIAN
abu hanan wrote:meskipun afalaa ta'qilun tetapi kaidah juga mesti diperhatikeun..
ibarat lapar,untuk itu butuh makan dan etika makan juga mesti dipelajari..
biarpun saling menafsirkan bukan berarti asal gathuk lalu masuk..ini kok jadi seperti orang mengemudi..asal masuk kabin,asal mesin hidup,asal maju.. sedangkan ilmu mengemudi dan rambu lalin disimpan di lemari..
mangkah seperti itu malah gak afalaa ta'qilun lagi melainkan "apakah kamu gak pikun?"
Soook atuh ditunggu, supaya nggak keburu pikuuuuun.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
@Pak Kedunghalang
Maaf saya baru nongol lagi.....
1. Anda terlalu maksa ya, untuk mengartikan kata "MA'a" ini = Termasuk, ini dapat dari bahasa mana sih pak?, masa kaidah bahasa arab tidak harus terpaku pada Nahwu?
untuk menafsirkan suatu ayat Al Quran, kita harus menterjemahkan dulu dengan ilmu alat pak, jangan pake NAFSU dong....., yang penting harus sesuai pemahaman dan keyakinan sendiri, tetapi keluar dari kaedah bahasa yang akan kita terjemahkan.
Tapi saya juga gak bisa memaksa, Toh saya hanya ingin menunjukkan kekeliruan anda dalam menterjemahkan ayat tersebut, sehingga anda salah dalam menafsirkannya, dan semua itu berpulang ke diri kita masing masing dan umumnya para pembaca disini, syukur syukur ada jamaah ahmadiah lain yag mau memahaminya, sehingga bisa kembali ke jalan yang Lurus.
dan Masalah Hadist yang ada kemukakan di atas mengenai Al Mahdi, Mari kita bandingkan dengan hadist ini :
“Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani) ”
Coba anda bandingkan dengan Jaman sekarang, apa iya sudah sesuai dengan hadist di atas setelah kedatangan Al Mahdi.....
2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
Maaf saya baru nongol lagi.....
1. Anda terlalu maksa ya, untuk mengartikan kata "MA'a" ini = Termasuk, ini dapat dari bahasa mana sih pak?, masa kaidah bahasa arab tidak harus terpaku pada Nahwu?
untuk menafsirkan suatu ayat Al Quran, kita harus menterjemahkan dulu dengan ilmu alat pak, jangan pake NAFSU dong....., yang penting harus sesuai pemahaman dan keyakinan sendiri, tetapi keluar dari kaedah bahasa yang akan kita terjemahkan.
Tapi saya juga gak bisa memaksa, Toh saya hanya ingin menunjukkan kekeliruan anda dalam menterjemahkan ayat tersebut, sehingga anda salah dalam menafsirkannya, dan semua itu berpulang ke diri kita masing masing dan umumnya para pembaca disini, syukur syukur ada jamaah ahmadiah lain yag mau memahaminya, sehingga bisa kembali ke jalan yang Lurus.
dan Masalah Hadist yang ada kemukakan di atas mengenai Al Mahdi, Mari kita bandingkan dengan hadist ini :
“Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani) ”
Coba anda bandingkan dengan Jaman sekarang, apa iya sudah sesuai dengan hadist di atas setelah kedatangan Al Mahdi.....
2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:@Pak Kedunghalang
Maaf saya baru nongol lagi.....
1. Anda terlalu maksa ya, untuk mengartikan kata "MA'a" ini = Termasuk, ini dapat dari bahasa mana sih pak?, masa kaidah bahasa arab tidak harus terpaku pada Nahwu?
untuk menafsirkan suatu ayat Al Quran, kita harus menterjemahkan dulu dengan ilmu alat pak, jangan pake NAFSU dong....., yang penting harus sesuai pemahaman dan keyakinan sendiri, tetapi keluar dari kaedah bahasa yang akan kita terjemahkan.
Tapi saya juga gak bisa memaksa, Toh saya hanya ingin menunjukkan kekeliruan anda dalam menterjemahkan ayat tersebut, sehingga anda salah dalam menafsirkannya, dan semua itu berpulang ke diri kita masing masing dan umumnya para pembaca disini, syukur syukur ada jamaah ahmadiah lain yag mau memahaminya, sehingga bisa kembali ke jalan yang Lurus.
dan Masalah Hadist yang ada kemukakan di atas mengenai Al Mahdi, Mari kita bandingkan dengan hadist ini :
“Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun. (HR. Thabrani) ”
Coba anda bandingkan dengan Jaman sekarang, apa iya sudah sesuai dengan hadist di atas setelah kedatangan Al Mahdi.....
Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Sedangkan, mengenai hadits tentang Al Mahdi yang anda tampilkan, kalimat yang saya beri warna merah itu sudah jelas membuktikan bahwa Imam Mahdi itu adalah seorang laki-laki yang diutus Allah atau Utusan Allah dari umat Nabi Muhammad saw atau umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Nama Imam Mahdi adalah Ahmad, seperti nama sifat Nabi Muhammad saw, yakni Ahmad. Nama bapaknya Imam Mahdi adalah Murtadha (hamba yang diridhoi Allah), seperti nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni Abdullah (hamba Allah). Mengenai keadaan setelah Imam Mahdi datang yang dinubuatkan dalam hadits yang anda tampilkan telah dan sedang dalam penggenapan, baik pada zaman Imam Mahdi dan/atau Khilafat Rasyidah Aakhorin, karena hal ini melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan. Contohnya; Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159) di dunia, tetapi pada zaman Nabi Muhammad saw, agama Islam baru tersebar di Jazirah Arab. Tetapi, agama Islam sudah pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia melalui para Khalifah Rasulullah saw (Khilafat Rasyidah Awwallin dan Khilafat Rasyidah Aakhorin).
ngayarana wrote:
2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Jika anda membaca Kitab Injil, anda akan menemukan sabda Nabi Isa as yang menyatakan bahwa beliau as tidak akan satu noktah pun mengubah Kitab Taurat, melainkan hanya menggenapi. Kitab Injil itu lain tidak, hanyalah ucapan dan pengalaman Nabi Isa as, semacam hadits dalam agama Islam. Begitupula Zabur yang hanya berisi syair dan/atau kidung.
ngayarana wrote:
Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
Dasarnya Al Maidah 5:45, ada Nabi/Rasul yang khusus membawa syari'at seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Ada Nabi/Rasul yang umum hanya melaksanakan syari'at yang dibawa oleh Nabi/Rasul Pembawa Syari'at sebelumnya. Menurut Al Qur'an, setiap Nabi adalah Utusan/Rasul Allah (Az-Zukhruf 43:6/7).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Nah, dari situ ketika kita membandingkan kata “Ma’a” dengan ayat alquran yang lain, maka arti dari ayat tersebutakan berubah jauh dari konteks pembahasannya.Pak kedunghalang wrote:Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Anda membawa perbandingan kata “Ma’a” pada Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146, tapi anda tidak berani membandingkan kata “Ma’a” tersebut pada . Al Baqarah : 153, atau . An Nahl : 128, padahal arti kata tersebut sama yaitu = bersama/beserta.
Makanya ketika anda mengartikan kata Ma’a dalam An-Nisa 4:69, Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146 anda kekeh diartikkan “Termasuk”, entah dari kaidah bahasa apa, dan Ilmu apa, bukankah ini NAFSU namanya, agar sesuai dengan keinginan dan keyakinan anda.
Makanya saya tawarkan keanda, sebaiknya kata kata “Ma’a” tersebut anda ganti dengan “Min/Mina”, Bagaimana………..?
Ini saya copas teks hadistnya yang berhubungan dengan Almahdi;Pak Kedunghalang wrote:Sedangkan, mengenai hadits tentang Al Mahdi yang anda tampilkan, kalimat yang saya beri warna merah itu sudah jelas membuktikan bahwa Imam Mahdi itu adalah seorang laki-laki yang diutus Allah atau Utusan Allah dari umat Nabi Muhammad saw atau umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Nama Imam Mahdi adalah Ahmad, seperti nama sifat Nabi Muhammad saw, yakni Ahmad. Nama bapaknya Imam Mahdi adalah Murtadha (hamba yang diridhoi Allah), seperti nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni Abdullah (hamba Allah). Mengenai keadaan setelah Imam Mahdi datang yang dinubuatkan dalam hadits yang anda tampilkan telah dan sedang dalam penggenapan, baik pada zaman Imam Mahdi dan/atau Khilafat Rasyidah Aakhorin, karena hal ini melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan. Contohnya; Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159) di dunia, tetapi pada zaman Nabi Muhammad saw, agama Islam baru tersebar di Jazirah Arab. Tetapi, agama Islam sudah pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia melalui para Khalifah Rasulullah saw (Khilafat Rasyidah Awwallin dan Khilafat Rasyidah Aakhorin).
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ؛ يُبْعَثُ عَلَـى اخْتِلاَفٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلاَزِلَ، فَيَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جُوْرًا وَظُلْمًا، يُرْضِـى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ اْلأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا.
"Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata)"
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه: الْمَهْدِيْ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ
"Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunan kami, ahli bait, Allah memperbaikinya (memberi taufik dan hidayah) dalam sehari.”
Disana Almahdi hanya manusia biasa yang dibangkitkan Allah SWT,dan di Islahkan dalam satu malam, dia bukanlah seorang Nabi, apalagi seorang Rosul.
Coba anda bandingkan bunyi teks hadis tersebut dengan bunyi ayat Alquran tentang dibangkitkannya Rosulullah kepada kaumnya :
(QS. Al jumuah : 2)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
(QS. Attaubah : 33)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Kata “Ba’atsa” dan “Arsala” di ikuti dengan kata “Rosul”
Dan silahkan anda Tafsirkan dan renungkan beberapa perbandingan diatas.
Dan mengenai silsilah almahdi diatas juga tidak nyambung sama sekali bila kita artikan Nama Murtadha dengan Abdullah, walaupun anda memaksakan dan menambahkan dari artinya, tetap aja gak ada sangkut sangkutnya.
kalo yang ini apa ya maksudnya.....?
"Keluarga ini (yaitu keluarga aku) dikenal sebagai keluarga Mongol. Akan tetapi Allah yang mengetahui hal gaib dan hal sebenarnya telah menampakkan kepadaku berkali-kali di dalam wahyu-Nya yang suci bahwa keluargaku adalah keluarga (keturunan) Persia dan Allah telah memanggilku dan telah berkata kepadaku dengan sebutan Ibnu Paris (Anak Persia), sebagaimana Allah telah berfirman tentang aku, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menjauhkan diri dari jalan Allah, maka akan menjawab kepada mereka seorang laki-laki dari Persia dan Allah berterima kasih atas usahanya (usaha Mirza Ghulam Ahmad),” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).
”Sesungguhnya Muhyiddin Ibnul Arabi telah mengabarkan tentang aku di dalam kitabnya ”Fushulul Hikam” ketika dia berkata bahwa akan dilahirkan di akhir zaman seorang anak laki-laki yang akan berdakwah ke jalan Allah. Tempat lahirnya adalah di China dan bahasanya bahasa negerinya. Maka aku lah yang dimaksud itu, karena aku adalah asli keturunan China,” (Haqiqatul Wahyi, hal. 209).
Bersambung..........
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Lanjutan..........
Sebagai tambahan untuk anda bahwa nabi Isa AS. Mempunyai syariat baru, coba perhatikan Alquran surat Ali Imran Ayat 49-50:
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (49)
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (50)
Silahkan anda renungkan itu, jadi masih kekehkah anda mengistilahkan MGA itu semisal Ibnu Maryam…….?
Ini saya berikan pengertian nabi dan rosul berdasarkan hadist Rosulullah SAW, tentang manusia pada hari kiamat yang meminta syafaat kepada para Nabi…
فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَمَا تَرَى النَّاسَ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّنَا حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا
..................فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكَ وَيَذْكُرُ لَهُمْ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَهَا وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَأْتُونَ نُوح
".....Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh…".(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Silahkan di cermati..........
Kalau anda merasa masih seorang Muslim, dalil yang utama yang harus dikedepankan adalah Al Quran dan Hadist sahih Nabi, jangan bawa bawa saya untuk memahami kitab suci agama sebelah, karena kitab tersebut walaupun dinisbatkan sebagai Injil saya sangat meragukan kandungannya apakah masih murni seperti Injil yang Allah SWT telah berikan kepada Nabi Isa AS, ataukah sudah tidak murni, karena bercampur buah tangan golongan mereka ?, saya rasa tidak perlu saya bahas disini.Pak Kedunghalang wrote:Jika anda membaca Kitab Injil, anda akan menemukan sabda Nabi Isa as yang menyatakan bahwa beliau as tidak akan satu noktah pun mengubah Kitab Taurat, melainkan hanya menggenapi. Kitab Injil itu lain tidak, hanyalah ucapan dan pengalaman Nabi Isa as, semacam hadits dalam agama Islam. Begitupula Zabur yang hanya berisi syair dan/atau kidung.ngayarana wrote:2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Sebagai tambahan untuk anda bahwa nabi Isa AS. Mempunyai syariat baru, coba perhatikan Alquran surat Ali Imran Ayat 49-50:
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (49)
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (50)
Silahkan anda renungkan itu, jadi masih kekehkah anda mengistilahkan MGA itu semisal Ibnu Maryam…….?
Pak Kedunghalang wrote:Dasarnya Al Maidah 5:45, ada Nabi/Rasul yang khusus membawa syari'at seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Ada Nabi/Rasul yang umum hanya melaksanakan syari'at yang dibawa oleh Nabi/Rasul Pembawa Syari'at sebelumnya. Menurut Al Qur'an, setiap Nabi adalah Utusan/Rasul Allah (Az-Zukhruf 43:6/7).ngayarana wrote:Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
Ini saya berikan pengertian nabi dan rosul berdasarkan hadist Rosulullah SAW, tentang manusia pada hari kiamat yang meminta syafaat kepada para Nabi…
فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَمَا تَرَى النَّاسَ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّنَا حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا
..................فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكَ وَيَذْكُرُ لَهُمْ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَهَا وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَأْتُونَ نُوح
".....Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh…".(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Silahkan di cermati..........
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Nah, dari situ ketika kita membandingkan kata “Ma’a” dengan ayat alquran yang lain, maka arti dari ayat tersebutakan berubah jauh dari konteks pembahasannya.
Anda membawa perbandingan kata “Ma’a” pada Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146, tapi anda tidak berani membandingkan kata “Ma’a” tersebut pada . Al Baqarah : 153, atau . An Nahl : 128, padahal arti kata tersebut sama yaitu = bersama/beserta.
Makanya ketika anda mengartikan kata Ma’a dalam An-Nisa 4:69, Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146 anda kekeh diartikkan “Termasuk”, entah dari kaidah bahasa apa, dan Ilmu apa, bukankah ini NAFSU namanya, agar sesuai dengan keinginan dan keyakinan anda.
Makanya saya tawarkan ke anda, sebaiknya kata kata “Ma’a” tersebut anda ganti dengan “Min/Mina”, Bagaimana………..?
Dalam berdiskusi tentang agama Islam sebaiknya kita tidak menggunakan NAFSU atau menuduh lawan diskusi menggunakan NAFSU. Saya tidak menolak kata ma'a diartikan bersama/beserta pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang anda tampilkan, tetapi saya memahami kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 bermakna termasuk di antara , karena Allah menggunakannya pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Inilah yang disebut salah-satu cara menafsirkan ayat suci Al Qur'an dengan ayat lain dalam Al Qur'an. Jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan beserta/bersama, maka keseluruhan kalimat dalam ayat itu akan terasa ANEH. Anehnya adalah, orang Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya saw, untuk termasuk orang saleh pun tidak bisa, melainkan hanya bersama/beserta orang saleh saja. Tawaran anda untuk mengganti ma'a menjadi min/mina dalam Al Qur'an, bukan tawaran yang perlu dipertimbangkan sama sekali.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Sedangkan, mengenai hadits tentang Al Mahdi yang anda tampilkan, kalimat yang saya beri warna merah itu sudah jelas membuktikan bahwa Imam Mahdi itu adalah seorang laki-laki yang diutus Allah atau Utusan Allah dari umat Nabi Muhammad saw atau umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Nama Imam Mahdi adalah Ahmad, seperti nama sifat Nabi Muhammad saw, yakni Ahmad. Nama bapaknya Imam Mahdi adalah Murtadha (hamba yang diridhoi Allah), seperti nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni Abdullah (hamba Allah). Mengenai keadaan setelah Imam Mahdi datang yang dinubuatkan dalam hadits yang anda tampilkan telah dan sedang dalam penggenapan, baik pada zaman Imam Mahdi dan/atau Khilafat Rasyidah Aakhorin, karena hal ini melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan. Contohnya; Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159) di dunia, tetapi pada zaman Nabi Muhammad saw, agama Islam baru tersebar di Jazirah Arab. Tetapi, agama Islam sudah pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia melalui para Khalifah Rasulullah saw (Khilafat Rasyidah Awwallin dan Khilafat Rasyidah Aakhorin).
Ini saya copas teks hadistnya yang berhubungan dengan Almahdi;
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ؛ يُبْعَثُ عَلَـى اخْتِلاَفٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلاَزِلَ، فَيَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جُوْرًا وَظُلْمًا، يُرْضِـى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ اْلأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا.
"Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata)"
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه: الْمَهْدِيْ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ
"Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunan kami, ahli bait, Allah memperbaikinya (memberi taufik dan hidayah) dalam sehari.”
Disana Almahdi hanya manusia biasa yang dibangkitkan Allah SWT,dan di Islahkan dalam satu malam, dia bukanlah seorang Nabi, apalagi seorang Rosul.
Coba anda bandingkan bunyi teks hadis tersebut dengan bunyi ayat Alquran tentang dibangkitkannya Rosulullah kepada kaumnya :
(QS. Al jumuah : 2)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
(QS. Attaubah : 33)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Kata “Ba’atsa” dan “Arsala” di ikuti dengan kata “Rosul”
Dan silahkan anda Tafsirkan dan renungkan beberapa perbandingan diatas.
Dan mengenai silsilah almahdi diatas juga tidak nyambung sama sekali bila kita artikan Nama Murtadha dengan Abdullah, walaupun anda memaksakan dan menambahkan dari artinya, tetap aja gak ada sangkut sangkutnya.
Kalimat yang saya warnai biru mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah Utusan Allah, jika tidak maka Allah tidak akan mengutus Imam Al Mahdi. Nama Imam Al Mahdi itu AHMAD, seperti (tidak sama dengan) Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Nama bapak Imam Al Mahdi adalah MURTADHA (hamba yang diridhai Allah), seperti (tidak sama dengan) nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni ABDULLAH (hamba Allah).
Tidak ada yang dipaksakan dalam penjelasan saya, melainkan SEPERTI itu memang artinya TIDAK SAMA DENGAN.
Tidak ada yang dipaksakan dalam penjelasan saya, melainkan SEPERTI itu memang artinya TIDAK SAMA DENGAN.
Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
ngayarana wrote:
kalo yang ini apa ya maksudnya.....?
"Keluarga ini (yaitu keluarga aku) dikenal sebagai keluarga Mongol. Akan tetapi Allah yang mengetahui hal gaib dan hal sebenarnya telah menampakkan kepadaku berkali-kali di dalam wahyu-Nya yang suci bahwa keluargaku adalah keluarga (keturunan) Persia dan Allah telah memanggilku dan telah berkata kepadaku dengan sebutan Ibnu Paris (Anak Persia), sebagaimana Allah telah berfirman tentang aku, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menjauhkan diri dari jalan Allah, maka akan menjawab kepada mereka seorang laki-laki dari Persia dan Allah berterima kasih atas usahanya (usaha Mirza Ghulam Ahmad),” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).
”Sesungguhnya Muhyiddin Ibnul Arabi telah mengabarkan tentang aku di dalam kitabnya ”Fushulul Hikam” ketika dia berkata bahwa akan dilahirkan di akhir zaman seorang anak laki-laki yang akan berdakwah ke jalan Allah. Tempat lahirnya adalah di China dan bahasanya bahasa negerinya. Maka aku lah yang dimaksud itu, karena aku adalah asli keturunan China,” (Haqiqatul Wahyi, hal. 209).
Bersambung..........
Dari referensi yang anda tulis dan anda tanyakan, saya melihat bukan bersumber dari website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah. Maaf, saya tidak mau meladeni referensi yang bersumber dari, selain website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah: http://www.alislam.org/urdu/rk/
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Lanjutan..........Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Jika anda membaca Kitab Injil, anda akan menemukan sabda Nabi Isa as yang menyatakan bahwa beliau as tidak akan satu noktah pun mengubah Kitab Taurat, melainkan hanya menggenapi. Kitab Injil itu lain tidak, hanyalah ucapan dan pengalaman Nabi Isa as, semacam hadits dalam agama Islam. Begitupula Zabur yang hanya berisi syair dan/atau kidung.
Kalau anda merasa masih seorang Muslim, dalil yang utama yang harus dikedepankan adalah Al Quran dan Hadist sahih Nabi, jangan bawa bawa saya untuk memahami kitab suci agama sebelah, karena kitab tersebut walaupun dinisbatkan sebagai Injil saya sangat meragukan kandungannya apakah masih murni seperti Injil yang Allah SWT telah berikan kepada Nabi Isa AS, ataukah sudah tidak murni, karena bercampur buah tangan golongan mereka ?, saya rasa tidak perlu saya bahas disini.
Sebagai tambahan untuk anda bahwa nabi Isa AS. Mempunyai syariat baru, coba perhatikan Alquran surat Ali Imran Ayat 49-50:
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (49)
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (50)
Silahkan anda renungkan itu, jadi masih kekehkah anda mengistilahkan MGA itu semisal Ibnu Maryam…….?
Mengenai HMG Ahmad as sebagai Misal Ibnu Maryam terdapat dalam beberapa ayat suci Al Qur'an dan Hadits yang tidak berdiri sendiri melainkan saling mendukung satu-sama lain, misalnya Az-Zukhruf 43:57/58 yang didukung oleh HR Musnad Ahmad bin Hambal tentang Misal Isa Ibnu Maryam yang diutus Allah menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil. Kemudian didukung oleh Al Jumu'ah 62:3/4 yang ditafsirkan oleh Nabi Muhammad saw tertuju kepada seorang rasul AHMAD yang dibangkitkan Allah dari antara bangsa aakhorin keturunan Persia (HR Sahih Bukhari) dan dari anak-cucu Siti Fatimah ra (HR Abu Daud) yang mengenakan jubah kenabian Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70). Kemudian, An-Nur 24:55/56 yang ditafsirkan dalam HR Ibnu Majah juga mendukung bahwa Imam Mahdi adalah Khalifatullah yang berkonotasi sama penggunaannya dalam Al Qur'an, yang tertuju kepada para nabi.
Silahkan anda simpulkan Ali Imran Ayat 49-50, saya tidak melihat Nabi Isa as sebagai Nabi Pembawa Syari'at.
ngayarana wrote:Pak Kedunghalang wrote:Dasarnya Al Maidah 5:45, ada Nabi/Rasul yang khusus membawa syari'at seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Ada Nabi/Rasul yang umum hanya melaksanakan syari'at yang dibawa oleh Nabi/Rasul Pembawa Syari'at sebelumnya. Menurut Al Qur'an, setiap Nabi adalah Utusan/Rasul Allah (Az-Zukhruf 43:6/7).ngayarana wrote:Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
Ini saya berikan pengertian nabi dan rosul berdasarkan hadist Rosulullah SAW, tentang manusia pada hari kiamat yang meminta syafaat kepada para Nabi…
فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَمَا تَرَى النَّاسَ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّنَا حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا
..................فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكَ وَيَذْكُرُ لَهُمْ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَهَا وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَأْتُونَ نُوح
".....Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh…".(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Silahkan di cermati..........
Silahkan anda simpulkan, karena saya tidak melihat dalam hadits tersebut perbedaan antara Nabi dan Rasul.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Begini loh pak Kedung..., saya disini mengajak anda untuk mengartikan kata dalam bahasa arab itu haruslah didukung dengan ilmu yang berhubungan dengan pembahasan tersebut, makanya saya tawarkan anda untuk mengartikan ayat tersebut menggunakan ilmu Nahwu dan shorof sebagai landasan ilmu yang awal dalam menterjemahkan suatu ayat dalam Alquran, yang kebetulan ditakdirkan Allah SWT dalam bahasa arab.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Nah, dari situ ketika kita membandingkan kata “Ma’a” dengan ayat alquran yang lain, maka arti dari ayat tersebutakan berubah jauh dari konteks pembahasannya.
Anda membawa perbandingan kata “Ma’a” pada Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146, tapi anda tidak berani membandingkan kata “Ma’a” tersebut pada . Al Baqarah : 153, atau . An Nahl : 128, padahal arti kata tersebut sama yaitu = bersama/beserta.
Makanya ketika anda mengartikan kata Ma’a dalam An-Nisa 4:69, Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146 anda kekeh diartikkan “Termasuk”, entah dari kaidah bahasa apa, dan Ilmu apa, bukankah ini NAFSU namanya, agar sesuai dengan keinginan dan keyakinan anda.
Makanya saya tawarkan ke anda, sebaiknya kata kata “Ma’a” tersebut anda ganti dengan “Min/Mina”, Bagaimana………..?Dalam berdiskusi tentang agama Islam sebaiknya kita tidak menggunakan NAFSU atau menuduh lawan diskusi menggunakan NAFSU. Saya tidak menolak kata ma'a diartikan bersama/beserta pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang anda tampilkan, tetapi saya memahami kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 bermakna termasuk di antara , karena Allah menggunakannya pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Inilah yang disebut salah-satu cara menafsirkan ayat suci Al Qur'an dengan ayat lain dalam Al Qur'an. Jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan beserta/bersama, maka keseluruhan kalimat dalam ayat itu akan terasa ANEH. Anehnya adalah, orang Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya saw, untuk termasuk orang saleh pun tidak bisa, melainkan hanya bersama/beserta orang saleh saja. Tawaran anda untuk mengganti ma'a menjadi min/mina dalam Al Qur'an, bukan tawaran yang perlu dipertimbangkan sama sekali.
dan ketika anda menterjemahkan Kata "Ma'a" dalam QS. An Nisa : 69 dengan termasuk justru hal ini sudah jauh dari kaedah dari ilmu ilmu alat tersebut.
Walaupun anda menganggap jika mengartikan kata "Ma'a" = "Bersama sama" menjadi ANEH, dengan segala argumen yang anda kemukakan diatas, akan tetapi sebenarnya memang itu maksud dari ayat alquran tersebut, bukankah saya sudah sebutkan Asbabunnuzulnya, bahwa sebab turunnya ayat tersebut berdasarkan kekhawatiran sebagian sahabat rosullullah SAW, yang begitu cintanya kepada Beliau SAW, sehingga mereka takut bila diahirat nanti tidak dapat lagi bertemu dengan Beliau SAW, karena mereka para sahabat Nabi itu menyadari begitu tinggi kedudukan Rosulullah SAW dimata mereka sehingga tidak sebanding dengan mereka, maka turunlah ayat tersebut untuk menentramkan hati mereka dan menghilangkan kekhawatiran mereka atas hal tersebiut.
Silahkan anda Cekc lagi Asbabunnuzulnya QS. Annisa : 69 tersebut di tread ini post#245 http://www.laskarislam.com/t92p225-ahmadiyah-qadian
Nah dari situ apa anda masih dianggap aneh pengertian ayat tersebut..?
Justru anehnya Tafsir anda tersebut, tidak menggunakan kaidah bahasa dan Ilmu alat dalam menterjemahkan ayat tersebut, ditambah tampa mengindahkan Asbabunnuzulnya, hanya untuk menguatkan keyakinan akan datangnya seseorang yang bersetatus Nabi dimasa yang akan datang setelah turunnya ayat tersebut, apa bukan Namanya NAFSU.....?.
Cobalah anda fikirkan lagi, bukankah anda sering mengatakan Afalaa Ta'qiluun........
Nah ini juga anda masih belum Faham, anda selalu membawa terjemahan tentang hadist Almahdi tersebut, makanya saya tampilkan Teks hadistnya dalam bahasa arab, kalimat yang berwarna biru ("Diutus")sebenarnya menggunakan kata بَعَثَ yang juga bisa diartikan "membangkitkan" atau "Mengirim" dan diteruskan dengan kata رَجُلاً tampa embel embel Nabi atau Rosul, coba perhatikan ulang teks nya di atas.'Pak kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Sedangkan, mengenai hadits tentang Al Mahdi yang anda tampilkan, kalimat yang saya beri warna merah itu sudah jelas membuktikan bahwa Imam Mahdi itu adalah seorang laki-laki yang diutus Allah atau Utusan Allah dari umat Nabi Muhammad saw atau umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Nama Imam Mahdi adalah Ahmad, seperti nama sifat Nabi Muhammad saw, yakni Ahmad. Nama bapaknya Imam Mahdi adalah Murtadha (hamba yang diridhoi Allah), seperti nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni Abdullah (hamba Allah). Mengenai keadaan setelah Imam Mahdi datang yang dinubuatkan dalam hadits yang anda tampilkan telah dan sedang dalam penggenapan, baik pada zaman Imam Mahdi dan/atau Khilafat Rasyidah Aakhorin, karena hal ini melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan. Contohnya; Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159) di dunia, tetapi pada zaman Nabi Muhammad saw, agama Islam baru tersebar di Jazirah Arab. Tetapi, agama Islam sudah pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia melalui para Khalifah Rasulullah saw (Khilafat Rasyidah Awwallin dan Khilafat Rasyidah Aakhorin).
Ini saya copas teks hadistnya yang berhubungan dengan Almahdi;
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ؛ يُبْعَثُ عَلَـى اخْتِلاَفٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلاَزِلَ، فَيَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جُوْرًا وَظُلْمًا، يُرْضِـى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ اْلأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا.
"Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata)"
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه: الْمَهْدِيْ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ
"Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunan kami, ahli bait, Allah memperbaikinya (memberi taufik dan hidayah) dalam sehari.”
Disana Almahdi hanya manusia biasa yang dibangkitkan Allah SWT,dan di Islahkan dalam satu malam, dia bukanlah seorang Nabi, apalagi seorang Rosul.
Coba anda bandingkan bunyi teks hadis tersebut dengan bunyi ayat Alquran tentang dibangkitkannya Rosulullah kepada kaumnya :
(QS. Al jumuah : 2)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
(QS. Attaubah : 33)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Kata “Ba’atsa” dan “Arsala” di ikuti dengan kata “Rosul”
Dan silahkan anda Tafsirkan dan renungkan beberapa perbandingan diatas.
Dan mengenai silsilah almahdi diatas juga tidak nyambung sama sekali bila kita artikan Nama Murtadha dengan Abdullah, walaupun anda memaksakan dan menambahkan dari artinya, tetap aja gak ada sangkut sangkutnya.Kalimat yang saya warnai biru mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah Utusan Allah, jika tidak maka Allah tidak akan mengutus Imam Al Mahdi. Nama Imam Al Mahdi itu AHMAD, seperti (tidak sama dengan) Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Nama bapak Imam Al Mahdi adalah MURTADHA (hamba yang diridhai Allah), seperti (tidak sama dengan) nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni ABDULLAH (hamba Allah).
Tidak ada yang dipaksakan dalam penjelasan saya, melainkan SEPERTI itu memang artinya TIDAK SAMA DENGAN.
Beda dengan kata بَعَثَ pada Aljumuah : 2, disana diteruskan dengan kata رَسُولًا yang memang artinya seorang Rosul atau Nabi Allah yang di utus.
Jadi memang beda konteks dan pengertiannya, tapi anda tetep kekeh bahwa Almahdi itu seorang utusan yang Nabi dan Rosul, apakah ini Juga bukan NAFSU namanya, ini baru dari segi konteks bahasa loh pak, dan bila kita kita ambil dari konteks pengertian Almahdi dari hadist sahih lainnya, Junjungan Anda itu (MGA) gak ada sangkut sangkutnya dengan Almahdi tersebut, silahkan ceck lagi diskusi anda dengan Wa' Abu di theat ini sebelumnya, gamblang dan jelas kok, anda saja tidak mau mengindahkannya, apa itu juga bukan disebut NAFSU....
Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.Pak Kedunghalang wrote:Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?
Pak Kedung...,kata kata tersebut saya dapat dari kitab Hiqayatul Wahyi, dan bukankah kitab tersebut merupakan kitab karangan pendiri Ahmadi? dan disitu ada halamannya juga, apa anda belum tau tentang kitab tersebut..? atau sudah tidak mengakui kitab tersebut..?Pak kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
kalo yang ini apa ya maksudnya.....?
"Keluarga ini (yaitu keluarga aku) dikenal sebagai keluarga Mongol. Akan tetapi Allah yang mengetahui hal gaib dan hal sebenarnya telah menampakkan kepadaku berkali-kali di dalam wahyu-Nya yang suci bahwa keluargaku adalah keluarga (keturunan) Persia dan Allah telah memanggilku dan telah berkata kepadaku dengan sebutan Ibnu Paris (Anak Persia), sebagaimana Allah telah berfirman tentang aku, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menjauhkan diri dari jalan Allah, maka akan menjawab kepada mereka seorang laki-laki dari Persia dan Allah berterima kasih atas usahanya (usaha Mirza Ghulam Ahmad),” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).
”Sesungguhnya Muhyiddin Ibnul Arabi telah mengabarkan tentang aku di dalam kitabnya ”Fushulul Hikam” ketika dia berkata bahwa akan dilahirkan di akhir zaman seorang anak laki-laki yang akan berdakwah ke jalan Allah. Tempat lahirnya adalah di China dan bahasanya bahasa negerinya. Maka aku lah yang dimaksud itu, karena aku adalah asli keturunan China,” (Haqiqatul Wahyi, hal. 209).
Bersambung..........
Dari referensi yang anda tulis dan anda tanyakan, saya melihat bukan bersumber dari website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah. Maaf, saya tidak mau meladeni referensi yang bersumber dari, selain website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah: http://www.alislam.org/urdu/rk/
Saya hanya ingin membuktikan kepada anda dan para pembaca disini, bahwa bigitu berNafsunya Junjungan anda tersebut sampai sampai ingin sesuai dengan kabar Almahdi yang di kabarkan dan tentang Orang Farisi dalam salah satu hadits Nabi tersebut.
Cobalah anda Renungkan kembali......
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
Untuk Masalah Nabi Isa AS, sudah jelas kok, sebagaimana saya kemukakan dengan ayat ayat Alquran diatas merupakan Nabi dan Rosul yang membawa Syariat baru walaupun memang membenarkan hukum Taurot, tetapi tetap ada beberapa syariat yang di perbaharui sebagaimana termaktub dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 49 dan 50.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Lanjutan..........Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:2. Makanya Pak, kalo baca ayat jangan sepotong potong, cobalah membaca dari tanda 'ain ke 'ain, dan ini terusan ayatnya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (Al Maidah : 48)
"dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (Al Maidah : 49)
yang saya Bold, Al Quran juga membenarkan kitab terdahulu, diantaranya Taurat dan Injil, apakah kita mengikuti hukum hukum yang ada di kitab sebelumnya, bukankah seorang Muslim harus mengikuti hukum hukum (baik kemasyarakatan, cara beribadah dan lain sebagainya) yang terdapat dalam Al Quran?
dan diayat sebelumnya (Al Maidah : 46-47) bahwa Allah juga menurunkan kitab Injil, dan membenarkan kitab sebelumnya yaitu Taurat, dan pengikut Injil di perintahkan untuk menggunakan hukum Injil untuk hal kemasyarakatan dan sebagainya.
lihat aja redaksi ayatnya......
Jika anda membaca Kitab Injil, anda akan menemukan sabda Nabi Isa as yang menyatakan bahwa beliau as tidak akan satu noktah pun mengubah Kitab Taurat, melainkan hanya menggenapi. Kitab Injil itu lain tidak, hanyalah ucapan dan pengalaman Nabi Isa as, semacam hadits dalam agama Islam. Begitupula Zabur yang hanya berisi syair dan/atau kidung.
Kalau anda merasa masih seorang Muslim, dalil yang utama yang harus dikedepankan adalah Al Quran dan Hadist sahih Nabi, jangan bawa bawa saya untuk memahami kitab suci agama sebelah, karena kitab tersebut walaupun dinisbatkan sebagai Injil saya sangat meragukan kandungannya apakah masih murni seperti Injil yang Allah SWT telah berikan kepada Nabi Isa AS, ataukah sudah tidak murni, karena bercampur buah tangan golongan mereka ?, saya rasa tidak perlu saya bahas disini.
Sebagai tambahan untuk anda bahwa nabi Isa AS. Mempunyai syariat baru, coba perhatikan Alquran surat Ali Imran Ayat 49-50:
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (49)
“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (50)
Silahkan anda renungkan itu, jadi masih kekehkah anda mengistilahkan MGA itu semisal Ibnu Maryam…….?Mengenai HMG Ahmad as sebagai Misal Ibnu Maryam terdapat dalam beberapa ayat suci Al Qur'an dan Hadits yang tidak berdiri sendiri melainkan saling mendukung satu-sama lain, misalnya Az-Zukhruf 43:57/58 yang didukung oleh HR Musnad Ahmad bin Hambal tentang Misal Isa Ibnu Maryam yang diutus Allah menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil. Kemudian didukung oleh Al Jumu'ah 62:3/4 yang ditafsirkan oleh Nabi Muhammad saw tertuju kepada seorang rasul AHMAD yang dibangkitkan Allah dari antara bangsa aakhorin keturunan Persia (HR Sahih Bukhari) dan dari anak-cucu Siti Fatimah ra (HR Abu Daud) yang mengenakan jubah kenabian Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70). Kemudian, An-Nur 24:55/56 yang ditafsirkan dalam HR Ibnu Majah juga mendukung bahwa Imam Mahdi adalah Khalifatullah yang berkonotasi sama penggunaannya dalam Al Qur'an, yang tertuju kepada para nabi.
Silahkan anda simpulkan Ali Imran Ayat 49-50, saya tidak melihat Nabi Isa as sebagai Nabi Pembawa Syari'at.ngayarana wrote:Pak Kedunghalang wrote:Dasarnya Al Maidah 5:45, ada Nabi/Rasul yang khusus membawa syari'at seperti Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw. Ada Nabi/Rasul yang umum hanya melaksanakan syari'at yang dibawa oleh Nabi/Rasul Pembawa Syari'at sebelumnya. Menurut Al Qur'an, setiap Nabi adalah Utusan/Rasul Allah (Az-Zukhruf 43:6/7).ngayarana wrote:Oh Ya, pertanyaan saya masih belum anda jawab Nih....
Dari mana dasarnya anda mengatakan ada kenabian Umum dan ada kenabian Khusus?
kalo menurut saya cuma ada Nabi yang menjadi Rosul, dan nabi yang tidak menjadi Rosul.
Monggo Pak........
Ini saya berikan pengertian nabi dan rosul berdasarkan hadist Rosulullah SAW, tentang manusia pada hari kiamat yang meminta syafaat kepada para Nabi…
فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَمَا تَرَى النَّاسَ خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّنَا حَتَّى يُرِيحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذَا
..................فَيَقُولُ لَسْتُ هُنَاكَ وَيَذْكُرُ لَهُمْ خَطِيئَتَهُ الَّتِي أَصَابَهَا وَلَكِنْ ائْتُوا نُوحًا فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللَّهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَأْتُونَ نُوح
".....Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh…".(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Silahkan di cermati..........
Silahkan anda simpulkan, karena saya tidak melihat dalam hadits tersebut perbedaan antara Nabi dan Rasul.
Masih bingung pak.....?
Dan Mengenai Perbedaan Nabi dan Rosul tersebut apa kurang jelas...? Sebagaimana dengan Hadist diatas Bahwa Nabi Nuh AS. itu adalah Rosul pertama yang di utus Allah SWT ke Bumi ini, Sedangkan Nabi Adam AS. dan Nabi Idris AS. sesuai urutan Nabi yang wajib kita ketahui, hanya bersetatus sebagai Nabi saja bukan berstatus Rosul.
Makanya sesuai Hadist Rosulullah SAW yang sudah saya posting di thead yang lain Jumlah keseluruhan Nabi sebanyak 124.000 Nabi, dan diantara banyaknya Nabi tersebut yang menyandang gelar Rosul sebanyak 315 Rosul.
Jadi ada bedanya penegertian Nabi dan Rosul itu, bukan seperti pengertian anda Nabi=Rosul.
Wallahu A'lam.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Nah, dari situ ketika kita membandingkan kata “Ma’a” dengan ayat alquran yang lain, maka arti dari ayat tersebutakan berubah jauh dari konteks pembahasannya.
Anda membawa perbandingan kata “Ma’a” pada Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146, tapi anda tidak berani membandingkan kata “Ma’a” tersebut pada . Al Baqarah : 153, atau . An Nahl : 128, padahal arti kata tersebut sama yaitu = bersama/beserta.
Makanya ketika anda mengartikan kata Ma’a dalam An-Nisa 4:69, Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146 anda kekeh diartikkan “Termasuk”, entah dari kaidah bahasa apa, dan Ilmu apa, bukankah ini NAFSU namanya, agar sesuai dengan keinginan dan keyakinan anda.
Makanya saya tawarkan ke anda, sebaiknya kata kata “Ma’a” tersebut anda ganti dengan “Min/Mina”, Bagaimana………..?Dalam berdiskusi tentang agama Islam sebaiknya kita tidak menggunakan NAFSU atau menuduh lawan diskusi menggunakan NAFSU. Saya tidak menolak kata ma'a diartikan bersama/beserta pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang anda tampilkan, tetapi saya memahami kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 bermakna termasuk di antara , karena Allah menggunakannya pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Inilah yang disebut salah-satu cara menafsirkan ayat suci Al Qur'an dengan ayat lain dalam Al Qur'an. Jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan beserta/bersama, maka keseluruhan kalimat dalam ayat itu akan terasa ANEH. Anehnya adalah, orang Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya saw, untuk termasuk orang saleh pun tidak bisa, melainkan hanya bersama/beserta orang saleh saja. Tawaran anda untuk mengganti ma'a menjadi min/mina dalam Al Qur'an, bukan tawaran yang perlu dipertimbangkan sama sekali.
Begini loh pak Kedung..., saya disini mengajak anda untuk mengartikan kata dalam bahasa arab itu haruslah didukung dengan ilmu yang berhubungan dengan pembahasan tersebut, makanya saya tawarkan anda untuk mengartikan ayat tersebut menggunakan ilmu Nahwu dan shorof sebagai landasan ilmu yang awal dalam menterjemahkan suatu ayat dalam Alquran, yang kebetulan ditakdirkan Allah SWT dalam bahasa arab.
dan ketika anda menterjemahkan Kata "Ma'a" dalam QS. An Nisa : 69 dengan termasuk justru hal ini sudah jauh dari kaedah dari ilmu ilmu alat tersebut.
Walaupun anda menganggap jika mengartikan kata "Ma'a" = "Bersama sama" menjadi ANEH, dengan segala argumen yang anda kemukakan diatas, akan tetapi sebenarnya memang itu maksud dari ayat alquran tersebut, bukankah saya sudah sebutkan Asbabunnuzulnya, bahwa sebab turunnya ayat tersebut berdasarkan kekhawatiran sebagian sahabat rosullullah SAW, yang begitu cintanya kepada Beliau SAW, sehingga mereka takut bila diahirat nanti tidak dapat lagi bertemu dengan Beliau SAW, karena mereka para sahabat Nabi itu menyadari begitu tinggi kedudukan Rosulullah SAW dimata mereka sehingga tidak sebanding dengan mereka, maka turunlah ayat tersebut untuk menentramkan hati mereka dan menghilangkan kekhawatiran mereka atas hal tersebut.
Silahkan anda Cek lagi Asbabunnuzulnya QS. Annisa : 69 tersebut di tread ini post#245 http://www.laskarislam.com/t92p225-ahmadiyah-qadian
Nah dari situ apa anda masih dianggap aneh pengertian ayat tersebut..?
Justru anehnya Tafsir anda tersebut, tidak menggunakan kaidah bahasa dan Ilmu alat dalam menterjemahkan ayat tersebut, ditambah tampa mengindahkan Asbabunnuzulnya, hanya untuk menguatkan keyakinan akan datangnya seseorang yang bersetatus Nabi dimasa yang akan datang setelah turunnya ayat tersebut, apa bukan Namanya NAFSU.....?.
Cobalah anda fikirkan lagi, bukankah anda sering mengatakan Afalaa Ta'qiluun........
SUPAYA TIDAK TERLALU PANJANG, KOMENTAR SAYA DIBATASI SESUAI TOPIK
Tidak diragukan lagi, kata ma'a di dalam Al Qur'an berarti "beserta/bersama" jika dibahas secara nahwu shorof, dan berarti "termasuk di antara" jika dibahas secara tafsir Qur'an bil Qur'an. Namun, mengartikan kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 harus secara tafsir Qur'an bil Qur'an, karena ada pembandingnya dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147 yang tidak boleh kita abaikan. Jika kita abaikan, maka hasil akhir dari kalimat An-Nisa 4:69/70 akan menjadi ANEH, yakni seolah-olah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya itu tidak boleh menjadi nabi, tidak boleh menjadi shiddiq, tidak boleh menjadi syahid dan tidak boleh menjadi shaleh, melainkan hanya boleh beserta/bersama saja.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:'Pak kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Sedangkan, mengenai hadits tentang Al Mahdi yang anda tampilkan, kalimat yang saya beri warna merah itu sudah jelas membuktikan bahwa Imam Mahdi itu adalah seorang laki-laki yang diutus Allah atau Utusan Allah dari umat Nabi Muhammad saw atau umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Nama Imam Mahdi adalah Ahmad, seperti nama sifat Nabi Muhammad saw, yakni Ahmad. Nama bapaknya Imam Mahdi adalah Murtadha (hamba yang diridhoi Allah), seperti nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni Abdullah (hamba Allah). Mengenai keadaan setelah Imam Mahdi datang yang dinubuatkan dalam hadits yang anda tampilkan telah dan sedang dalam penggenapan, baik pada zaman Imam Mahdi dan/atau Khilafat Rasyidah Aakhorin, karena hal ini melalui proses yang bertahap dan berkelanjutan. Contohnya; Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159) di dunia, tetapi pada zaman Nabi Muhammad saw, agama Islam baru tersebar di Jazirah Arab. Tetapi, agama Islam sudah pasti akan tersebar ke seluruh pelosok dunia melalui para Khalifah Rasulullah saw (Khilafat Rasyidah Awwallin dan Khilafat Rasyidah Aakhorin).
Ini saya copas teks hadistnya yang berhubungan dengan Almahdi;
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ؛ يُبْعَثُ عَلَـى اخْتِلاَفٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلاَزِلَ، فَيَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جُوْرًا وَظُلْمًا، يُرْضِـى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ اْلأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا.
"Aku berikan kabar gembira kepada kalian dengan al-Mahdi, yang diutus saat manusia berselisih dengan banyaknya keguncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman sebelumnya. Penduduk langit dan penduduk bumi meridhainya, ia akan membagikan harta dengan cara shihaah (merata)"
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه: الْمَهْدِيْ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ
"Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Mahdi adalah dari keturunan kami, ahli bait, Allah memperbaikinya (memberi taufik dan hidayah) dalam sehari.”
Disana Almahdi hanya manusia biasa yang dibangkitkan Allah SWT,dan di Islahkan dalam satu malam, dia bukanlah seorang Nabi, apalagi seorang Rosul.
Coba anda bandingkan bunyi teks hadis tersebut dengan bunyi ayat Alquran tentang dibangkitkannya Rosulullah kepada kaumnya :
(QS. Al jumuah : 2)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
(QS. Attaubah : 33)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Kata “Ba’atsa” dan “Arsala” di ikuti dengan kata “Rosul”
Dan silahkan anda Tafsirkan dan renungkan beberapa perbandingan diatas.
Dan mengenai silsilah almahdi diatas juga tidak nyambung sama sekali bila kita artikan Nama Murtadha dengan Abdullah, walaupun anda memaksakan dan menambahkan dari artinya, tetap aja gak ada sangkut sangkutnya.Kalimat yang saya warnai biru mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah Utusan Allah, jika tidak maka Allah tidak akan mengutus Imam Al Mahdi. Nama Imam Al Mahdi itu AHMAD, seperti (tidak sama dengan) Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Nama bapak Imam Al Mahdi adalah MURTADHA (hamba yang diridhai Allah), seperti (tidak sama dengan) nama bapaknya Nabi Muhammad saw, yakni ABDULLAH (hamba Allah).
Tidak ada yang dipaksakan dalam penjelasan saya, melainkan SEPERTI itu memang artinya TIDAK SAMA DENGAN.
Nah ini juga anda masih belum Faham, anda selalu membawa terjemahan tentang hadist Almahdi tersebut, makanya saya tampilkan Teks hadistnya dalam bahasa arab, kalimat yang berwarna biru ("Diutus")sebenarnya menggunakan kata بَعَثَ yang juga bisa diartikan "membangkitkan" atau "Mengirim" dan diteruskan dengan kata رَجُلاً tampa embel embel Nabi atau Rosul, coba perhatikan ulang teks nya di atas.
Beda dengan kata بَعَثَ pada Aljumuah : 2, disana diteruskan dengan kata رَسُولًا yang memang artinya seorang Rosul atau Nabi Allah yang di utus.
Jadi memang beda konteks dan pengertiannya, tapi anda tetep kekeh bahwa Almahdi itu seorang utusan yang Nabi dan Rosul, apakah ini Juga bukan NAFSU namanya, ini baru dari segi konteks bahasa loh pak, dan bila kita kita ambil dari konteks pengertian Almahdi dari hadist sahih lainnya, Junjungan Anda itu (MGA) gak ada sangkut sangkutnya dengan Almahdi tersebut, silahkan ceck lagi diskusi anda dengan Wa' Abu di theat ini sebelumnya, gamblang dan jelas kok, anda saja tidak mau mengindahkannya, apa itu juga bukan disebut NAFSU....
Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Jika saya menggunakan hawa nafsu, tentu saya tidak akan membandingkan penggunaan kata ma'a dengan ayat-ayat suci lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Nah, sebaiknya anda pelajari kedua ayat tersebut.
Nah, dari situ ketika kita membandingkan kata “Ma’a” dengan ayat alquran yang lain, maka arti dari ayat tersebutakan berubah jauh dari konteks pembahasannya.
Anda membawa perbandingan kata “Ma’a” pada Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146, tapi anda tidak berani membandingkan kata “Ma’a” tersebut pada . Al Baqarah : 153, atau . An Nahl : 128, padahal arti kata tersebut sama yaitu = bersama/beserta.
Makanya ketika anda mengartikan kata Ma’a dalam An-Nisa 4:69, Ali Imron: 193 dan An Nisa : 146 anda kekeh diartikkan “Termasuk”, entah dari kaidah bahasa apa, dan Ilmu apa, bukankah ini NAFSU namanya, agar sesuai dengan keinginan dan keyakinan anda.
Makanya saya tawarkan ke anda, sebaiknya kata kata “Ma’a” tersebut anda ganti dengan “Min/Mina”, Bagaimana………..?Dalam berdiskusi tentang agama Islam sebaiknya kita tidak menggunakan NAFSU atau menuduh lawan diskusi menggunakan NAFSU. Saya tidak menolak kata ma'a diartikan bersama/beserta pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang anda tampilkan, tetapi saya memahami kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 bermakna termasuk di antara , karena Allah menggunakannya pada ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147. Inilah yang disebut salah-satu cara menafsirkan ayat suci Al Qur'an dengan ayat lain dalam Al Qur'an. Jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan beserta/bersama, maka keseluruhan kalimat dalam ayat itu akan terasa ANEH. Anehnya adalah, orang Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya saw, untuk termasuk orang saleh pun tidak bisa, melainkan hanya bersama/beserta orang saleh saja. Tawaran anda untuk mengganti ma'a menjadi min/mina dalam Al Qur'an, bukan tawaran yang perlu dipertimbangkan sama sekali.
Begini loh pak Kedung..., saya disini mengajak anda untuk mengartikan kata dalam bahasa arab itu haruslah didukung dengan ilmu yang berhubungan dengan pembahasan tersebut, makanya saya tawarkan anda untuk mengartikan ayat tersebut menggunakan ilmu Nahwu dan shorof sebagai landasan ilmu yang awal dalam menterjemahkan suatu ayat dalam Alquran, yang kebetulan ditakdirkan Allah SWT dalam bahasa arab.
dan ketika anda menterjemahkan Kata "Ma'a" dalam QS. An Nisa : 69 dengan termasuk justru hal ini sudah jauh dari kaedah dari ilmu ilmu alat tersebut.
Walaupun anda menganggap jika mengartikan kata "Ma'a" = "Bersama sama" menjadi ANEH, dengan segala argumen yang anda kemukakan diatas, akan tetapi sebenarnya memang itu maksud dari ayat alquran tersebut, bukankah saya sudah sebutkan Asbabunnuzulnya, bahwa sebab turunnya ayat tersebut berdasarkan kekhawatiran sebagian sahabat rosullullah SAW, yang begitu cintanya kepada Beliau SAW, sehingga mereka takut bila diahirat nanti tidak dapat lagi bertemu dengan Beliau SAW, karena mereka para sahabat Nabi itu menyadari begitu tinggi kedudukan Rosulullah SAW dimata mereka sehingga tidak sebanding dengan mereka, maka turunlah ayat tersebut untuk menentramkan hati mereka dan menghilangkan kekhawatiran mereka atas hal tersebut.
Silahkan anda Cek lagi Asbabunnuzulnya QS. Annisa : 69 tersebut di tread ini post#245 http://www.laskarislam.com/t92p225-ahmadiyah-qadian
Nah dari situ apa anda masih dianggap aneh pengertian ayat tersebut..?
Justru anehnya Tafsir anda tersebut, tidak menggunakan kaidah bahasa dan Ilmu alat dalam menterjemahkan ayat tersebut, ditambah tampa mengindahkan Asbabunnuzulnya, hanya untuk menguatkan keyakinan akan datangnya seseorang yang bersetatus Nabi dimasa yang akan datang setelah turunnya ayat tersebut, apa bukan Namanya NAFSU.....?.
Cobalah anda fikirkan lagi, bukankah anda sering mengatakan Afalaa Ta'qiluun........
SUPAYA TIDAK TERLALU PANJANG, KOMENTAR SAYA DIBATASI SESUAI TOPIKTidak diragukan lagi, kata ma'a di dalam Al Qur'an berarti "beserta/bersama" jika dibahas secara nahwu shorof, dan berarti "termasuk di antara" jika dibahas secara tafsir Qur'an bil Qur'an. Namun, mengartikan kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 harus secara tafsir Qur'an bil Qur'an, karena ada pembandingnya dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147 yang tidak boleh kita abaikan. Jika kita abaikan, maka hasil akhir dari kalimat An-Nisa 4:69/70 akan menjadi ANEH, yakni seolah-olah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya itu tidak boleh menjadi nabi, tidak boleh menjadi shiddiq, tidak boleh menjadi syahid dan tidak boleh menjadi shaleh, melainkan hanya boleh beserta/bersama saja.
segala kemungkinan adanya Nabi baru tidak akan pernah ada dan tidak akan ada samasekali, bersabda Nabi Muhammad:
“Kalau sekiranya ada Nabi sesudahku, maka Umarlah dia” (Masnad ibn Hambal Umar bin Khattab masih hidup tatkala Nabi Muhammad s.a.w. mengucapkan ucapan beliau tersebut. Dan tatkala beliau s.a.w. telah lama pergi, Umar masih ada, namun beliau hanyalah seorang Khalifah.
Ini bertepatan dengan sabda Rasul:
“Adapun bani Israil itu terpimpin oleh Nabi-nabi. Tiap seorang Nabi wafat maka datanglah Nabi yang lain mengikutinya. Dan sesungguhnya sesudah saya tidak akan ada Nabi, melainkan Khalifah.” (Ibn Hambal, Muslim, Ibn Majah)
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Nah kalo ayat ini mari kita cermati bersama dengan ilmu Nahwu sebagaimana tawaran anda diatas yang saya bold.Pak Kedunghalang wrote:Kata ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:2/3 yang artinya membangkitkan. Ayat ini adalah penjelasan tentang nubuatan Nabi Isa as yang menyampaikan kabar gembira (mubasysyirat) tentang seorang rasul yang akan datang setelah beliau as wafat yang namanya AHMAD dalam Ash-Shaf 61:6/7. Dalam Al Jumu'ah 62:2/3, seorang rasul yang dibangkItkan Allah dari bangsa umiyyin Arab, tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yang memiliki nama sifat AHMAD. Sedangkan ayat selanjutnya, yakni Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Al Mahdi, seorang rasul yang dibangkitkan Allah dari bangsa lain/aakhorin (keturunan Persia HR Sahih Bukhari) dari antara umat Islam yang belum bergabung (melihat) dengan bangsa umiyyin Arab. Dalam ayat ini ada kata wa dalam kalimat wa aakhorina minhum yang merupakan wau atap yang merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3.
Aljumuah :2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Aljumuah :3
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Mari kita fokus dulu pada apa yang anda tawarkan tentang "Wa" pada وَآخَرِينَ مِنْهُمْ yang merupakan "Wau Athaf" yang berarti merujuk pada ayat sebelumnya yaitu هُوَ الَّذِي بَعَثَ
Coba anda perhatikan kata بَعَثَ pada ayat 2 menunjukan Kata kerja bentuk lampau atau dalam istilah ilmu shorof di sebut Fi'il Madhi.
Jadi seandainya kita jabarkan ayat 3 dengan adanya Wau Athaf adalah sebagai berikut وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ dan Kata بَعَثَ disini masih tetap Fi'il Madhi yang artinya kata kerja bentuk Lampau.
jadi kedua ayat tersebut yang didalamnya ada kata "Ba'tsa" menunjukkan kata kerja yang sudah terjadi (karena menggunakan Fi'il Madhi) dan tidak ada hubungannya dengan masa depan untuk Aljumuah ayat 3 tersebut.
dan artinya tetap seperti ini :
"Dia-lah yang (Telah)mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."(2)
"Dan (juga telah mengutus) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (3)
Dan Maksud ayat 3 artinya Rosulullah SAW juga diutus untuk kaum yang lain, bukan hanya bangsa Arab saja tetapi untuk seluruh bangsa didunia ini sampai Ahir Zaman (Qiamat)
Apakah anda masih tetap kekeh dengan terjemahan dan tafsiran anda tersebut.....?
Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang anda benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il muta'addi yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti berikut ini:
وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ
Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang tertulis dalam bentuk fi'il madi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudari (yab'atsu). Untuk itu, saya jelaskan bahwa di dalam Al Qur'an akan kita temukan kalimat dalam ayat yang menggunakan fi'il madi, padahal maksudnya untuk yang akan datang. Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madi.
Begitupula dengan lafadz ba'atsa dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang diutus Allah itu sudah pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madi.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Mon Mar 03, 2014 11:08 pm, total 2 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Pak kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
kalo yang ini apa ya maksudnya.....?
"Keluarga ini (yaitu keluarga aku) dikenal sebagai keluarga Mongol. Akan tetapi Allah yang mengetahui hal gaib dan hal sebenarnya telah menampakkan kepadaku berkali-kali di dalam wahyu-Nya yang suci bahwa keluargaku adalah keluarga (keturunan) Persia dan Allah telah memanggilku dan telah berkata kepadaku dengan sebutan Ibnu Paris (Anak Persia), sebagaimana Allah telah berfirman tentang aku, ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menjauhkan diri dari jalan Allah, maka akan menjawab kepada mereka seorang laki-laki dari Persia dan Allah berterima kasih atas usahanya (usaha Mirza Ghulam Ahmad),” (Haqiqatul Wahyi, hal. 81).
”Sesungguhnya Muhyiddin Ibnul Arabi telah mengabarkan tentang aku di dalam kitabnya ”Fushulul Hikam” ketika dia berkata bahwa akan dilahirkan di akhir zaman seorang anak laki-laki yang akan berdakwah ke jalan Allah. Tempat lahirnya adalah di China dan bahasanya bahasa negerinya. Maka aku lah yang dimaksud itu, karena aku adalah asli keturunan China,” (Haqiqatul Wahyi, hal. 209).
Bersambung..........
Dari referensi yang anda tulis dan anda tanyakan, saya melihat bukan bersumber dari website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah. Maaf, saya tidak mau meladeni referensi yang bersumber dari, selain website resmi Jemaat Muslimin Ahmadiyah: http://www.alislam.org/urdu/rk/
Pak Kedung...,kata kata tersebut saya dapat dari kitab Hiqayatul Wahyi, dan bukankah kitab tersebut merupakan kitab karangan pendiri Ahmadi? dan disitu ada halamannya juga, apa anda belum tau tentang kitab tersebut..? atau sudah tidak mengakui kitab tersebut..?
Saya hanya ingin membuktikan kepada anda dan para pembaca disini, bahwa bigitu berNafsunya Junjungan anda tersebut sampai sampai ingin sesuai dengan kabar Almahdi yang di kabarkan dan tentang Orang Farisi dalam salah satu hadits Nabi tersebut.
Yang bernafsu itu anda, sehingga mengaku-ngaku pernah membaca buku berbahasa Urdu dengan judul Hiqayatul Wahyi dengan tulisan yang salah pula, saking bernafsunya anda.
Jika anda benar-benar telah membaca buku itu, coba tunjukkan kepada saya halamannya: http://www.alislam.org/urdu/rk/
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Mon Mar 03, 2014 11:00 pm, total 1 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
putramentari wrote:
segala kemungkinan adanya Nabi baru tidak akan pernah ada dan tidak akan ada samasekali, bersabda Nabi Muhammad:
“Kalau sekiranya ada Nabi sesudahku, maka Umarlah dia” (Masnad ibn Hambal) Umar bin Khattab masih hidup tatkala Nabi Muhammad s.a.w. mengucapkan ucapan beliau tersebut. Dan tatkala beliau s.a.w. telah lama pergi, Umar masih ada, namun beliau hanyalah seorang Khalifah.
Ini bertepatan dengan sabda Rasul:
“Adapun bani Israil itu terpimpin oleh Nabi-nabi. Tiap seorang Nabi wafat maka datanglah Nabi yang lain mengikutinya. Dan sesungguhnya sesudah saya tidak akan ada Nabi, melainkan Khalifah.” (Ibn Hambal, Muslim, Ibn Majah)
Nabi baru memang tidak akan pernah ada, tetapi Nabi/Rasul yang mengenakan Jubah Kenabian/Kerasulan Muhammad Rasulullah saw adalah mungkin (An-Nisa 4:69/70). Yang dimaksud Khalifah dalam kedua hadits di atas adalah Khalifah (Pengganti/Wakil) Nabi/Rasulullah saw, karena memang Umar bin Khattab ra adalah Khalifah/Pengganti/Wakil Nabi saw.
Namun, tentang Al Mahdi, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kalian kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Ibnu Majah).
Dalam hadits tentang Al Mahdi ini, Rasulullah saw tidak menyatakan Khalifah, Al Mahdi, melainkan Khalifatullah, Al Mahdi yang artinya Pengganti/Wakil Allah, Al Mahdi yang identik dengan Nabi. Namun, tentu saja kenabian Al Mahdi tidak membawa syari'at baru, melainkan yang mengenakan Jubah Kenabian/Kerasulan Muhammad Rasulullah saw, karena beliau saw adalah Khaataman-Nabiyyin.
Namun, tentang Al Mahdi, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kalian kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Ibnu Majah).
Dalam hadits tentang Al Mahdi ini, Rasulullah saw tidak menyatakan Khalifah, Al Mahdi, melainkan Khalifatullah, Al Mahdi yang artinya Pengganti/Wakil Allah, Al Mahdi yang identik dengan Nabi. Namun, tentu saja kenabian Al Mahdi tidak membawa syari'at baru, melainkan yang mengenakan Jubah Kenabian/Kerasulan Muhammad Rasulullah saw, karena beliau saw adalah Khaataman-Nabiyyin.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
Ya sudah, sekarang jika anda tidak mengindahkan Kaidah Ilmu Alat dalam mengartikan ayat alquran dan cenderung langsung menafsirkan Qur'an bil Qur'an, Silahkan anda tafsirkan kata Ma'a dalam Annisa :69 yang anda artikan "termasuk" tersebut, dengan Ayat ini :Pak Kedunghalang wrote:SUPAYA TIDAK TERLALU PANJANG, KOMENTAR SAYA DIBATASI SESUAI TOPIK
Tidak diragukan lagi, kata ma'a di dalam Al Qur'an berarti "beserta/bersama" jika dibahas secara nahwu shorof, dan berarti "termasuk di antara" jika dibahas secara tafsir Qur'an bil Qur'an. Namun, mengartikan kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 harus secara tafsir Qur'an bil Qur'an, karena ada pembandingnya dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147 yang tidak boleh kita abaikan. Jika kita abaikan, maka hasil akhir dari kalimat An-Nisa 4:69/70 akan menjadi ANEH, yakni seolah-olah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya itu tidak boleh menjadi nabi, tidak boleh menjadi shiddiq, tidak boleh menjadi syahid dan tidak boleh menjadi shaleh, melainkan hanya boleh beserta/bersama saja.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
(QS. Al Baqarah : 153)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ\
( QS. An Nahl : 128)
Sedangkan QS. Ali Imron: 193 dan An Nisa : 145-146 tetap artinya seperti ini :
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti."
(QS: Ali Imran Ayat: 193)
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."
"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."
(Annisa : 145-146)
Saya tidak mengerti dimana keanehan dari Tafsir ke 3 ayat diatas....?
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: AHMADIYAH QADIAN
ngayarana wrote:Ya sudah, sekarang jika anda tidak mengindahkan Kaidah Ilmu Alat dalam mengartikan ayat alquran dan cenderung langsung menafsirkan Qur'an bil Qur'an, Silahkan anda tafsirkan kata Ma'a dalam Annisa :69 yang anda artikan "termasuk" tersebut, dengan Ayat ini :Pak Kedunghalang wrote:SUPAYA TIDAK TERLALU PANJANG, KOMENTAR SAYA DIBATASI SESUAI TOPIK
Tidak diragukan lagi, kata ma'a di dalam Al Qur'an berarti "beserta/bersama" jika dibahas secara nahwu shorof, dan berarti "termasuk di antara" jika dibahas secara tafsir Qur'an bil Qur'an. Namun, mengartikan kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 harus secara tafsir Qur'an bil Qur'an, karena ada pembandingnya dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an, yakni dalam Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147 yang tidak boleh kita abaikan. Jika kita abaikan, maka hasil akhir dari kalimat An-Nisa 4:69/70 akan menjadi ANEH, yakni seolah-olah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya itu tidak boleh menjadi nabi, tidak boleh menjadi shiddiq, tidak boleh menjadi syahid dan tidak boleh menjadi shaleh, melainkan hanya boleh beserta/bersama saja.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
(QS. Al Baqarah : 153)
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ\
( QS. An Nahl : 128)
Sedangkan QS. Ali Imron: 193 dan An Nisa : 145-146 tetap artinya seperti ini :
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti."
(QS: Ali Imran Ayat: 193)
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."
"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar."
(Annisa : 145-146)
Saya tidak mengerti dimana keanehan dari Tafsir ke 3 ayat diatas....?
Saya setuju, kata ma'a dalam Al Baqarah 2:153/154 dan An-Nahl 16:128/129 di artikan bersama, karena sesuai dengan kaidah nahwu shorof. Tetapi, saya tidak setuju kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70, Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147 diartikan bersama, karena seharusnya diartikan termasuk di antara sesuai tafsir Qur'an bil Qur'an.
Keanehan Tafsir An-Nisa 4:69/70 sudah saya tuliskan di atas. Sekarang mari kita perhatikan keanehan dari tafsir Ali Imran 3:193/194 dan An-Nisa 4:146/147:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti." (QS: Ali Imran Ayat: 193)
Orang-orang yang beriman berdoa kepada Allah agar Dia mewafatkan mereka beserta (bareng-bareng atau bersamaan waktunya dan/atau dikuburkannya dengan) orang-orang yang banyak berbakti. Jelas sekali aneh dan tidak mungkin, karena orang-orang yang banyak berbakti itu sudah ada sejak zaman Nabi Adam as hingga sekarang. Jadi, yang benar adalah wafatkanlah kami termasuk di antara atau dalam golongan orang-orang yang banyak berbakti.
"Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (An-Nisa 4:146/147)
Kasihan sekali yah, orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah, tetapi tidak bisa menjadi atau termasuk di antara orang-orang yang beriman. Karena Allah itu Tawwab-ur-Rahiim (Maha Menerima Taubat Berulang-ulang, Maha Penyayang) dan akan memberikan hanya kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar, tetapi tidak kepada orang-orang yang hanya bersama-sama orang-orang yang beriman. Aneh bin ajaib bukan?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: AHMADIYAH QADIAN
@ Pak Kedunghalang....
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
Diskusi ini makin menarik saja walaupun kita sama sama mempunyai argumen yang saling menguatkan, namun disini sekali lagi Tegaskan saya ingin meluruskan pemahaman anda mengenai masalah ini, yang menurut saya ada kekeliruan dan selanjutnya saya serahkan keanda.....
Saya ingin mengomentari satu persatu dari argumen dan sanggahan anda dari beberapa argumen saya yang saya jelaskan diatas semoga saja bisa menarik kesimpulan yang mencerahkan.
Sekali lagi saya akan ulangi Teks Arab yang telah saya sampaikan untuk kita dapat kejelasan :Pak Kedunghalang wrote:Naaaah, supaya anda paham, maka anda harus membahas mulai dari hadits yang pertama anda tampilkan:
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.”
Ketika ada kalimat "Allah akan mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku", maka artinya "seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku akan diutus Allah". (Kalimat aktif diganti dengan kalimat pasif). Diutus Allah artinya Utusan Allah yang dalam bahasa Arab disebut Rasul Allah.
Tidak usah bernafsu untuk menyebut dan menuduh orang lain NAFSU.
:عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّيْ
يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِيْ وَاسْمَ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
"Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia tidak tersisa kecuali tinggal sehari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga mengutus seorang lelaki dari keturunanku atau dari ahli baitku, namanya seperti namaku dan nama ayahnya seperti nama ayahku, dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman dan penganiayaan.” (Riwayat Abu Daud: 4282, Tirmizi: 2230, 2231, Ahmad 1/376, 377, 430, 448, At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 10/10213-10230 dan Al-Mu’jam Ash-Shaghir hal. 245, Abu Nuaim dalam Al-Hilyah dan Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Imam Tirmidzi berkata: “Hasan Sahih”. Imam Az-Zahabi mensahihkannya dalam At-Talkhis 4/442 dan dipersetujui oleh Syeikh Al-Albani.
Riwayat Ibnu Majah: 4082 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/264.
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadnya hasan.”)
Saya sengaja Tetap menulis Kata "Mengutus" untuk mengartikan kalimat "Yub'atsu" walaupun bisa juga diartikan "membangkitkan atau "Mengirim".
Namun sekali lagi tolong perhatikan Obyek dari kata mengutus " يَبْعَثَ" itu adalah Seorang lelaki dari keturunanku dst..." رَجُلاً مِنِّيْ".
kenapa saya ingin anda memfokuskan pada masalah ini, karena menurut saya seseorang atau sesuatu yang di utus Allah itu bukan hanya seorang Nabi atau Rosul, karena dalam banyak ayat dalam Alquran kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" yang kita konotasikan sebagai Utusan, Obyeknya bisa kepada seorang Raja, Angin, Burung, Malaikat dan lain sebagainya.
Sedikit berbagi ke anda mengenai hal tersebut, coba anda perhatikan ayat berikut:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui" ( QS : Al Baqoroh : 247 )
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
"dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong" (QS. Al Fiil : 3)
وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih," (QS. Al Furqon : 48)
Dari ketiga contoh Ayat di Atas timbul pertanyaan, Apakah Thalut, Burung yang berbondong bondong dan Angin yang telah di utus atau dibangkitkan oleh Allah SWT itu sebagai Nabi ?
silahkan anda Renungkan........
Lalu bagaimana kalimat yang menjelaskan tentang seorang nabi yang di utus itu dalam Ayat Al Quran?
Silahkan anda perhatikan Contoh Ayat ayat Al Quran berikut ini :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali Imron : 164)
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya "(dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. Attaubah : 33)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka yang fasik" (QS. Al Hadid ; 26)
Dari Contoh ketiga ayat di atas, sangat jelas kata " يَبْعَثَ" atau "َأَرْسَلَ" di ikutiti obyek yang jelas yaitu kata "Rosul" atau nama Nabi tersebut seperti Ibrohim dan Nuh.
Jadi bagi saya jelas sudah Pengertian hadist diatas tentang "dibangkitkannya seorang lelaki dari keturunanku (keturunan Rosulullah SAW)" hanya sebagai Manusia biasa tanpa di dianugerahkan Pangkat kenabian dan atau kerosulan, dan di Islahkan dalam satu Malam sebagaimana hadist seterusnya yang saya posting diatas, karena "Kenabian dan kerosulan sudah tertutup Rapat (Tersegel/Ter Lak) setelah kedatangan Muhammad Rosulullah SAW"
Jadi bagaimana dengan Anda...?
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Halaman 11 dari 17 • 1 ... 7 ... 10, 11, 12 ... 17
Similar topics
» Mang Odoy versus KEDUNGHALANG (Ahmadiyah Qadian)
» Kristen Paulus dan Ahmadiyah Qadian MGA..bagaikan Pinang dibelah Kampak..
» islam dan ahmadiyah
» kesesatan ahmadiyah
» jihad ala ahmadiyah
» Kristen Paulus dan Ahmadiyah Qadian MGA..bagaikan Pinang dibelah Kampak..
» islam dan ahmadiyah
» kesesatan ahmadiyah
» jihad ala ahmadiyah
Halaman 11 dari 17
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik