KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Halaman 8 dari 12 • Share
Halaman 8 dari 12 • 1, 2, 3 ... 7, 8, 9, 10, 11, 12
KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
First topic message reminder :
KHAYALAN AHMADIYAH PENGIKUT NABI PALSU " KUCH KUCH HOTA HAI " TENTANG FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI, ATAU YANG MAKNANYA UNTUK YANG AKAN DATANG YANG DIGUNAKAN ALLAH PADA AL JUMU'AH 62:2/3.
PENGIKUT HMGA MENGATAKAN :
1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain pada bangsa dan dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, bahwa hal ini pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, dapat kita temukan contoh kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, atau yang maknanya untuk yang akan datang.
MARI KITA LIHAT AYATNYA :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwa allathee baAAatha fee alommiyyeena rasoolan minhum yatloo AAalayhim ayatihi wayuzakkeehim wayuAAallimuhumu alkitaba waalhikmata wain kanoo min qablu lafee dalalin mubeenin
QS 62:2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
sekarang kata : بَعَثَ
mengikuti pola wajan yang mana ???? yups, bukanlah Fi’il Muta’addi
tapi jawabannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
TOBATLAH WAHAI PENGIKUT ALIRAN SESAT
KHAYALAN AHMADIYAH PENGIKUT NABI PALSU " KUCH KUCH HOTA HAI " TENTANG FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI, ATAU YANG MAKNANYA UNTUK YANG AKAN DATANG YANG DIGUNAKAN ALLAH PADA AL JUMU'AH 62:2/3.
PENGIKUT HMGA MENGATAKAN :
1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain pada bangsa dan dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, bahwa hal ini pasti akan terjadi, maka digunakanlah fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, dapat kita temukan contoh kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, atau yang maknanya untuk yang akan datang.
MARI KITA LIHAT AYATNYA :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwa allathee baAAatha fee alommiyyeena rasoolan minhum yatloo AAalayhim ayatihi wayuzakkeehim wayuAAallimuhumu alkitaba waalhikmata wain kanoo min qablu lafee dalalin mubeenin
QS 62:2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
sekarang kata : بَعَثَ
mengikuti pola wajan yang mana ???? yups, bukanlah Fi’il Muta’addi
tapi jawabannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
TOBATLAH WAHAI PENGIKUT ALIRAN SESAT
Terakhir diubah oleh putramentari tanggal Fri Apr 18, 2014 2:03 am, total 1 kali diubah
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Bukan MEMVONIS/MENUDUH, anda sendiri berargumen begitu......tuh yang Merah..Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Yai ya, yang jadi perkara inikan Ummiyin dan Akhorin, Seorang rosul itu di utus/di bangkitkan untuk kedua bangsa tersebut dengan waktu bersamaan, makanya digunakan kata "Ba'atsa", karena ayat tersebut di turunkan setelah Rosulullah SAW di Utus 1400-an Tahun yang lalu, lalu kenapa anda menghubungkan dengan waktu sekarang (1300 an tahun setelahnya), sedangkan Alqur'an tersebut di turunkan kepada Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya hingga Ahir Zaman..?Kedunghalang wrote:Kan kata aakhorina menggantikan kata umiyyin. Seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dibangkitkan Allah dari antara bangsa umiyyin Arab (Al Jumu'ah 62:3/4) adalah Nabi Muhammad Rasulullah saw, sedangkan dari bangsa aakhorin Persia (Al Jumu'ah 62:3/4 & Shahih Bukhari) adalah HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as. Inilah kaidah wau athaf yang merupakan salah-satu ilmu alat untuk menafsirkan Al Qur'an dalam nahwu sharaf yang dikembangkan pada zaman Dinasti Abbasiah.
Maksudnya, Allah telah merencanakan sejak dulu bahwa Dia pasti akan membangkitkan seorang rasul pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka, dan pada bangsa aakhoriina (keturunan bangsa Persia) dari antara mereka.
berarti anda membatasi pengutusan Rosulullah SAW kepada bangsa arab saja, dan anda mengingkari kepengutusan Beliau SAW untuk sekalian Ummat.
SENENGNYA ANDA MENUDUH / MEMVONIS ORANG LAIN. Pahamilah kata kuncinya:
Al Jumu'ah 62:2/3 Dia membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka
Al Jumu'ah 62:3/4 Dia membangkitkan pada bangsa aakhoriina seorang rasul dari antara mereka
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis)ngomongKedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Kedua rasul itu namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7), sehingga di dalam ayat itu disebut seorang rasul namanya AHMAD, karena rasul AHMAD yang pertama pembawa syari'at Islam (prototype) dan rasul AHMAD yang datang kemudian hanya pelaksana syar'at Islam (counter-type). Itulah makna fi'il madi lil mustaqbal atau past future tense.
Fiil Madhi itu selalu menerangkan waktu yang lampau pak..., bila dia mengindikasikan waktu yang akan datang selalu memakai Fi'il Mudhare, di Islam tidak ada prototype atau Contertype, Islam sudah sempurna setelah lengkapnya Wahyu Allah yang di turunkan kepada Rosulullah SAW, dan segala argumen yang anda bawakan disini melalui ayat ini tidak akan mendukung apapun tentang Kenabian setelah Rosulullah SAW.Anda belum paham fiil madi lil mustaqbal? Belajar dulu, jangan main tuduh/vonis orang lain. Kenabian bagi umat lain sudah tertutup, tetapi bagi umat Islam yang beriman dan beramal shaleh masih terbuka, yakni Khalifatullah, Imam Al Mahdi (An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah) seorang RASUL, yang namanya AHMAD yang dinubuatkan dalam Ash-Shaf 61:6/7 dan dijelaskan dalam Al Jumu'ah 62:3/4, dan yang merupakan Perumpamaan/Matsil Isa Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
yang namanya sempurna ya berarti tidak perlu ada tambahan lagi pak, masa anda maksa adanya tambahan, Allah SWT aja mengajarkan kita berdo'a agar tidak membebani di luar kemampuan kita (QS. Al Baqoroh 286), Kalo sudah di Cukupkan mengapa minta di tambahkan...? namanya Maruk kalo gitu...Kedunghalang wrote:Begitupula dengan wahyu syari'at dari Allah sudah sempurna dan sudah tertutup, tetapi wahyu non-syari'at dari Allah masih terbuka. Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia, bahkan dengan tetap akan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Bukan MEMVONIS/MENUDUH, anda sendiri berargumen begitu......tuh yang Merah..Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Yai ya, yang jadi perkara inikan Ummiyin dan Akhorin, Seorang rosul itu di utus/di bangkitkan untuk kedua bangsa tersebut dengan waktu bersamaan, makanya digunakan kata "Ba'atsa", karena ayat tersebut di turunkan setelah Rosulullah SAW di Utus 1400-an Tahun yang lalu, lalu kenapa anda menghubungkan dengan waktu sekarang (1300 an tahun setelahnya), sedangkan Alqur'an tersebut di turunkan kepada Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya hingga Ahir Zaman..?
Maksudnya, Allah telah merencanakan sejak dulu bahwa Dia pasti akan membangkitkan seorang rasul pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka, dan pada bangsa aakhoriina (keturunan bangsa Persia) dari antara mereka.
berarti anda membatasi pengutusan Rosulullah SAW kepada bangsa arab saja, dan anda mengingkari kepengutusan Beliau SAW untuk sekalian Ummat.
SENENGNYA ANDA MENUDUH / MEMVONIS ORANG LAIN. Pahamilah kata kuncinya:
Al Jumu'ah 62:2/3 Dia membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka
Al Jumu'ah 62:3/4 Dia membangkitkan pada bangsa aakhoriina seorang rasul dari antara merekaKedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Kedua rasul itu namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7), sehingga di dalam ayat itu disebut seorang rasul namanya AHMAD, karena rasul AHMAD yang pertama pembawa syari'at Islam (prototype) dan rasul AHMAD yang datang kemudian hanya pelaksana syar'at Islam (counter-type). Itulah makna fi'il madi lil mustaqbal atau past future tense.
Fiil Madhi itu selalu menerangkan waktu yang lampau pak..., bila dia mengindikasikan waktu yang akan datang selalu memakai Fi'il Mudhare, di Islam tidak ada prototype atau Contertype, Islam sudah sempurna setelah lengkapnya Wahyu Allah yang di turunkan kepada Rosulullah SAW, dan segala argumen yang anda bawakan disini melalui ayat ini tidak akan mendukung apapun tentang Kenabian setelah Rosulullah SAW.Anda belum paham fiil madi lil mustaqbal? Belajar dulu, jangan main tuduh/vonis orang lain. Kenabian bagi umat lain sudah tertutup, tetapi bagi umat Islam yang beriman dan beramal shaleh masih terbuka, yakni Khalifatullah, Imam Al Mahdi (An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah) seorang RASUL, yang namanya AHMAD yang dinubuatkan dalam Ash-Shaf 61:6/7 dan dijelaskan dalam Al Jumu'ah 62:3/4, dan yang merupakan Perumpamaan/Matsil Isa Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis) ngomong.
Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Begitupula dengan wahyu syari'at dari Allah sudah sempurna dan sudah tertutup, tetapi wahyu non-syari'at dari Allah masih terbuka. Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia, bahkan dengan tetap akan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
yang namanya sempurna ya berarti tidak perlu ada tambahan lagi pak, masa anda maksa adanya tambahan, Allah SWT aja mengajarkan kita berdo'a agar tidak membebani di luar kemampuan kita (QS. Al Baqoroh 286), Kalo sudah di Cukupkan mengapa minta di tambahkan...? namanya Maruk kalo gitu...
Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia melalui wahyu dengan tiga cara, satu di antaranya dengan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
bagaimana saya tidak mengimplementasikan Kaidah nahwu?, jelas jelas argumen yang saya kemukakan menggunakan kaidah Nahwu, dan siapa yang bertentangan dengan Ayat Ayat yang anda sebutkan diatas, karena tak ada satupun ayat tersebut mengindikasikan tentang adanya Nabi/Rosul setelah Muhammad SAW, dan sudah jelas sesuai Alqur'an dan hadist hadist sahih yang telah di kemukakan di forum ini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup Nabi Nabi.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Maaf yah, kata الْأُمِّيِّينَ itu bukan maf'ul (obyek), melainkan kata keterangan yang digantikan atau diathafkan dengan kata الْآخَرِينَ dalam Al Jumu'ah 62:3/4. Sedangkan maf'ulnya adalah رَسُولًا مِّنْهُمْ (seorang rasul dari antara mereka/bangsa aakhoriina/keturunan bangsa Persia).
Apakah anda tidak tau bahwa dalam satu kalimat bisa terdapat dua Maf'ul...?
dan Justru terbukti kata "Ummiyyina" tersebut di atafkan pada kata "Aakhorina" yang merupakan Maful dari kalimat "Hualladzi"Bukankah sudah saya jelaskan bahwa kaidah wau athaf yang digunakan dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 tepatnya pada kata الْأُمِّيِّينَ yang digantikan dengan kata الْآخَرِينَ . Sedangkan maf'ulnya yang harus diulang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 adalah رَسُولًا مِّنْهُمْ (seorang rasul dari antara mereka atau bangsa lain/aakhoriina). Dan, kata umiyyin dan aakhoriina adalah kata keterangan, bukan maf'ul.
Berarti anda tidak mengatafkan الْأُمِّيِّينَ itu Namanya, ,melainkan membuat ayat Baru, dengan mengganti ayat Alqur'an yang sudah jelas ada, yang namanya Mengatafkan berarti menggati kalimat sebelum nya dengan huruf athaf dalam hal ini huruf athafnya "Wa" sedangkan sebelum kata الْأُمِّيِّينَ disitu tertulis هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي , dan Huruf athaf "Wa" tersebut menggantikan kalimat itu.
Kalo anda ingin bicara kaidah "Nahwu" mari kita bicara Nahwu, jangan di tambah dengan "Nafsu"Anda belum mampu mengimplementasikan kaidah nahwu dengan benar, tetapi sudah berani menuduh/memvonis orang lain. Akibatnya, hasil penafsiran anda juga tidak benar dan bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lainnya yang mengisyaratkan tentang masih terbukanya kenabian/kerasulan bagi umat Islam (An-Nur 24:55/56, An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
lalu siapa yang mendustakan Ayat ayat tersebut...?
kata Fii ini tergantung kalimat setelahnya dan sebelumnya pak, Bisa kita artikan dengan "di, didalam, pada, kepada" lalu silahkan anda artikan di atas dengan "Kepada" apa ada perubahan arti...?, Konteks ayat ini kan pengutusannya "Kepada/pada" bangsa Ummiyyin dan Aakhorin, jadi apa masalahnya..?Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:kedunghalang wrote:Dalam Shahih Bukhari, Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aakhoriina (bangsa lain) itu adalah seorang lelaki atau beberapa orang lelaki dari bangsanya Salman dari Persia. Kita mengetahui bahwa yang dimaksud seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:2/3 dibangkitkan pada BANGSA UMIYYIN DARI ANTARA MEREKA itu tertuju kepada Nabi Muhammad saw. Bagaimana dengan seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 dibangkitkan pada BANGSA AAKHORIINA DARI ANTARA MEREKA? Mungkinkah tertuju kepada Nabi Muhammad saw? Tentu saja tidak, karena Nabi Muhammad saw adalah dari bangsa Arab, bukan dari keturunan Persia. Dengan demikian, maka seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 dibangkitkan pada BANGSA AAKHORIINA DARI ANTARA MEREKA itu adalah HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as, karena nenek moyang beliau as berasal dari bangsa Persia yang hijrah ke Hindustan.
Ini masalah pengutusan pak Kedung........, dalam ayat 2 "KEPADA" Bangsa Ummiy (Bangsa Arab) dan Ayat 3 "KEPADA" Bangsa Aakhorin (Bukan Bangsa Arab), jadi rosulnya tetap satu, tetapi pengutusannya kepada kedua Bangsa tersebut secara bersamaan.
Dan hanya Kaum Ahmadi saja yang mengartikan Kalimat Akhorinaa dalam aljumuah 3 ini menjadi Keturunan Bangsa Persia, padahal kalo kita menelisik dalam ayat alquran yang lain banyak terdapat kalimat "Aakhorina" ini, silahkan lihat QS. Annisa 91, QS. Almaidah 41, QS. Al An'aam 6 dan 113 dan masih banyak lagi.
dan sekali lagi saya tanyakan, jika anda berargumen seperti itu (Bold), apakah anda mendustakan pengutusan Rosulullah SAW kepada sekalian Ummat sampai Akhir Zaman.......
Pikirkan lah Itu......Kata fi artinya pada atau di, bukan kepada. Contohnya: Robbana atina fi dunya khasanah wa fi'l aakhirati khasanah. Coba anda hentikan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar itu, karena arti kata fi saja anda tidak tahu, SALAH. Apalagi menafsirkan Surah Al Jumu'ah.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
jangan mengalihkan perhatian dulu, jelaskan saja pengertian "Fi'il Madhi lil Mustaqbal" seperti apa..?Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Bukan MEMVONIS/MENUDUH, anda sendiri berargumen begitu......tuh yang Merah..Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:
Maksudnya, Allah telah merencanakan sejak dulu bahwa Dia pasti akan membangkitkan seorang rasul pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka, dan pada bangsa aakhoriina (keturunan bangsa Persia) dari antara mereka.
berarti anda membatasi pengutusan Rosulullah SAW kepada bangsa arab saja, dan anda mengingkari kepengutusan Beliau SAW untuk sekalian Ummat.
SENENGNYA ANDA MENUDUH / MEMVONIS ORANG LAIN. Pahamilah kata kuncinya:
Al Jumu'ah 62:2/3 Dia membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka
Al Jumu'ah 62:3/4 Dia membangkitkan pada bangsa aakhoriina seorang rasul dari antara merekaKedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Kedua rasul itu namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7), sehingga di dalam ayat itu disebut seorang rasul namanya AHMAD, karena rasul AHMAD yang pertama pembawa syari'at Islam (prototype) dan rasul AHMAD yang datang kemudian hanya pelaksana syar'at Islam (counter-type). Itulah makna fi'il madi lil mustaqbal atau past future tense.
Fiil Madhi itu selalu menerangkan waktu yang lampau pak..., bila dia mengindikasikan waktu yang akan datang selalu memakai Fi'il Mudhare, di Islam tidak ada prototype atau Contertype, Islam sudah sempurna setelah lengkapnya Wahyu Allah yang di turunkan kepada Rosulullah SAW, dan segala argumen yang anda bawakan disini melalui ayat ini tidak akan mendukung apapun tentang Kenabian setelah Rosulullah SAW.Anda belum paham fiil madi lil mustaqbal? Belajar dulu, jangan main tuduh/vonis orang lain. Kenabian bagi umat lain sudah tertutup, tetapi bagi umat Islam yang beriman dan beramal shaleh masih terbuka, yakni Khalifatullah, Imam Al Mahdi (An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah) seorang RASUL, yang namanya AHMAD yang dinubuatkan dalam Ash-Shaf 61:6/7 dan dijelaskan dalam Al Jumu'ah 62:3/4, dan yang merupakan Perumpamaan/Matsil Isa Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis) ngomong.Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
Baru kita Implementasikan ke dalam surat Aljumuah : 2 ini, apakah "Ba'atsa" tersebut adalah Fi'il Madhi lil Mustaqbal atau bukan.
BERANI..!!!, Sekalian saya pingin tau kedalaman Ilmu Nahwu Utusan Ahmadiah ini.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Sudah pak, gak usah ngebahas yang lain dulu Fokus pada Thead ini, dan kedua ayat tersebut tidak ada indikasi bahwa Wahyu masih terbuka setelah wafatnya Rosulullah SAW, melainkan Cara Wahyu itu turun kepada beliau SAW.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Begitupula dengan wahyu syari'at dari Allah sudah sempurna dan sudah tertutup, tetapi wahyu non-syari'at dari Allah masih terbuka. Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia, bahkan dengan tetap akan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
yang namanya sempurna ya berarti tidak perlu ada tambahan lagi pak, masa anda maksa adanya tambahan, Allah SWT aja mengajarkan kita berdo'a agar tidak membebani di luar kemampuan kita (QS. Al Baqoroh 286), Kalo sudah di Cukupkan mengapa minta di tambahkan...? namanya Maruk kalo gitu...Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia melalui wahyu dengan tiga cara, satu di antaranya dengan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
Jadi jangan memaksakan untuk MGA....
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Apakah anda tidak tau bahwa dalam satu kalimat bisa terdapat dua Maf'ul...?
dan Justru terbukti kata "Ummiyyina" tersebut di atafkan pada kata "Aakhorina" yang merupakan Maful dari kalimat "Hualladzi"Bukankah sudah saya jelaskan bahwa kaidah wau athaf yang digunakan dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 tepatnya pada kata الْأُمِّيِّينَ yang digantikan dengan kata الْآخَرِينَ . Sedangkan maf'ulnya yang harus diulang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 adalah رَسُولًا مِّنْهُمْ (seorang rasul dari antara mereka atau bangsa lain/aakhoriina). Dan, kata umiyyin dan aakhoriina adalah kata keterangan, bukan maf'ul.
Berarti anda tidak mengatafkan الْأُمِّيِّينَ itu Namanya, ,melainkan membuat ayat Baru, dengan mengganti ayat Alqur'an yang sudah jelas ada, yang namanya Mengatafkan berarti menggati kalimat sebelum nya dengan huruf athaf dalam hal ini huruf athafnya "Wa" sedangkan sebelum kata الْأُمِّيِّينَ disitu tertulis هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي , dan Huruf athaf "Wa" tersebut menggantikan kalimat itu.
Kalo anda ingin bicara kaidah "Nahwu" mari kita bicara Nahwu, jangan di tambah dengan "Nafsu"Anda belum mampu mengimplementasikan kaidah nahwu dengan benar, tetapi sudah berani menuduh/memvonis orang lain. Akibatnya, hasil penafsiran anda juga tidak benar dan bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lainnya yang mengisyaratkan tentang masih terbukanya kenabian/kerasulan bagi umat Islam (An-Nur 24:55/56, An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
bagaimana saya tidak mengimplementasikan Kaidah nahwu?, jelas jelas argumen yang saya kemukakan menggunakan kaidah Nahwu, dan siapa yang bertentangan dengan Ayat Ayat yang anda sebutkan diatas, karena tak ada satupun ayat tersebut mengindikasikan tentang adanya Nabi/Rosul setelah Muhammad SAW, dan sudah jelas sesuai Alqur'an dan hadist hadist sahih yang telah di kemukakan di forum ini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup Nabi Nabi.
lalu siapa yang mendustakan Ayat ayat tersebut...?
Nabi Muhammad saw adalah Penutup Nabi-Nabi pasti diambil dari kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41). Apakah ada arti lain dari kata Khaataman-Nabiyyin, selain Penutup Nabi-Nabi atau Nabi Terakhir?
Dalam Kaidah Nahwu ada yang disebut dengan Hukum Idhafah, dan saya akan memberi contoh kata yang mirip dengan kata Khaataman-Nabiyyin, yakni dalam Hukum Idhafah ketiga:
Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.
1. Idhafah menyimpan makna huruf MIN Lil-Bayan apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa jenis dari Mudhaf. contoh:
خاتمُ ذهبٍ
KHOOTAMU DZAHABIN = cincin dari emas
Takdirannya adalah KHOOTAMUN MIN DZAHABIN’
http://nahwusharaf.wordpress.com/2011/12/24/pengertian-idhafah-idhofah-sununan-mudhaf-dan-mudhof-ilaih-alfiyah-bait-385-386-387/
Pertanyaan: Mengapa artinya cincin dari emas? Mengapa artinya tidak Penutup Cincin-Cincin atau Cincin Terakhir?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:kedunghalang wrote:Dalam Shahih Bukhari, Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aakhoriina (bangsa lain) itu adalah seorang lelaki atau beberapa orang lelaki dari bangsanya Salman dari Persia. Kita mengetahui bahwa yang dimaksud seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:2/3 dibangkitkan pada BANGSA UMIYYIN DARI ANTARA MEREKA itu tertuju kepada Nabi Muhammad saw. Bagaimana dengan seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 dibangkitkan pada BANGSA AAKHORIINA DARI ANTARA MEREKA? Mungkinkah tertuju kepada Nabi Muhammad saw? Tentu saja tidak, karena Nabi Muhammad saw adalah dari bangsa Arab, bukan dari keturunan Persia. Dengan demikian, maka seorang Rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) yang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 dibangkitkan pada BANGSA AAKHORIINA DARI ANTARA MEREKA itu adalah HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as, karena nenek moyang beliau as berasal dari bangsa Persia yang hijrah ke Hindustan.
Ini masalah pengutusan pak Kedung........, dalam ayat 2 "KEPADA" Bangsa Ummiy (Bangsa Arab) dan Ayat 3 "KEPADA" Bangsa Aakhorin (Bukan Bangsa Arab), jadi rosulnya tetap satu, tetapi pengutusannya kepada kedua Bangsa tersebut secara bersamaan.
Dan hanya Kaum Ahmadi saja yang mengartikan Kalimat Akhorinaa dalam aljumuah 3 ini menjadi Keturunan Bangsa Persia, padahal kalo kita menelisik dalam ayat alquran yang lain banyak terdapat kalimat "Aakhorina" ini, silahkan lihat QS. Annisa 91, QS. Almaidah 41, QS. Al An'aam 6 dan 113 dan masih banyak lagi.
dan sekali lagi saya tanyakan, jika anda berargumen seperti itu (Bold), apakah anda mendustakan pengutusan Rosulullah SAW kepada sekalian Ummat sampai Akhir Zaman.......
Pikirkan lah Itu......Kata fi artinya pada atau di, bukan kepada. Contohnya: Robbana atina fi dunya khasanah wa fi'l aakhirati khasanah. Coba anda hentikan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar itu, karena arti kata fi saja anda tidak tahu, SALAH. Apalagi menafsirkan Surah Al Jumu'ah.
kata Fii ini tergantung kalimat setelahnya dan sebelumnya pak, Bisa kita artikan dengan "di, didalam, pada, kepada" lalu silahkan anda artikan di atas dengan "Kepada" apa ada perubahan arti...?, Konteks ayat ini kan pengutusannya "Kepada/pada" bangsa Ummiyyin dan Aakhorin, jadi apa masalahnya..?
Kata kepada jelas berbeda dengan kata pada. Dalam Bahasa Inggris, kata kepada itu artinya TO, sedangkan pada artinya AT. Jadi, kata fii lebih tepat diterjemahkan pada (bukan kepada), karena jika tidak, maka anda menuduh saya membatasi pengutusan Nabi Muhammad saw hanya kepada Bangsa Arab saja. Padahal saya sangat memahami bahwa Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159).
Dengan demikian, maka terjemahan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 adalah:
62:2/3 Dia-lah yang telah membangkitkan pada umiyyin (bangsa Arab) seorang rasul dari antara mereka.....
62:3/4 Dan, Dia (juga yang telah membangkitkan) pada aakhoriina (keturunan bangsa Persia, seorang rasul) dari antara mereka....
Yang di dalam kurung adalah tafsiriyah berdasarkan hukum wau athaf, fi'il mutaaddi dan tafsir Rasulullah saw dalam Kitab Shahih Bukhari.
62:2/3 Dia-lah yang telah membangkitkan pada umiyyin (bangsa Arab) seorang rasul dari antara mereka.....
62:3/4 Dan, Dia (juga yang telah membangkitkan) pada aakhoriina (keturunan bangsa Persia, seorang rasul) dari antara mereka....
Yang di dalam kurung adalah tafsiriyah berdasarkan hukum wau athaf, fi'il mutaaddi dan tafsir Rasulullah saw dalam Kitab Shahih Bukhari.
YANG HARUS DIINGAT ADALAH KATA KUNCINYA:
62:2/3 Allah telah membangkitkan pada umiyyin, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka.......
62:3/4 Allah telah membangkitkan pada aakhoriina, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka....
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:2/3 adalah NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW dari antara bangsa Arab.
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:3/4 adalah HMG AHMAD (KHALIFATULLAH, IMAM MAHDI & MASIH MAU'UD) AS dari antara keturunan bangsa Persia.
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan hanya seorang rasul? Karena kenabian/kerasulan yang disandang oleh HMG Ahmad as pada hakekatnya adalah kenabian/kerasulan Muhammad saw, karena HMG Ahmad as adalah Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud bukan seorang nabi/rasul yang membawa syari'at baru, melainkan seorang nabi/rasul yang hanya melaksanakan syariat Islam saja.
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan namanya AHMAD tidak MUHAMMAD? Karena keduanya memiliki nama yang sama, yakni AHMAD, yang pertama sebagai nama sifat, sedangkan yang berikutnya sebagai nama dzat/panggilan. Apakah mengubah SHAHADAT?
SHAHADATNYA TETAP: LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH
62:2/3 Allah telah membangkitkan pada umiyyin, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka.......
62:3/4 Allah telah membangkitkan pada aakhoriina, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka....
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:2/3 adalah NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW dari antara bangsa Arab.
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:3/4 adalah HMG AHMAD (KHALIFATULLAH, IMAM MAHDI & MASIH MAU'UD) AS dari antara keturunan bangsa Persia.
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan hanya seorang rasul? Karena kenabian/kerasulan yang disandang oleh HMG Ahmad as pada hakekatnya adalah kenabian/kerasulan Muhammad saw, karena HMG Ahmad as adalah Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud bukan seorang nabi/rasul yang membawa syari'at baru, melainkan seorang nabi/rasul yang hanya melaksanakan syariat Islam saja.
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan namanya AHMAD tidak MUHAMMAD? Karena keduanya memiliki nama yang sama, yakni AHMAD, yang pertama sebagai nama sifat, sedangkan yang berikutnya sebagai nama dzat/panggilan. Apakah mengubah SHAHADAT?
SHAHADATNYA TETAP: LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Fiil Madhi itu selalu menerangkan waktu yang lampau pak..., bila dia mengindikasikan waktu yang akan datang selalu memakai Fi'il Mudhare, di Islam tidak ada prototype atau Contertype, Islam sudah sempurna setelah lengkapnya Wahyu Allah yang di turunkan kepada Rosulullah SAW, dan segala argumen yang anda bawakan disini melalui ayat ini tidak akan mendukung apapun tentang Kenabian setelah Rosulullah SAW.Anda belum paham fiil madi lil mustaqbal? Belajar dulu, jangan main tuduh/vonis orang lain. Kenabian bagi umat lain sudah tertutup, tetapi bagi umat Islam yang beriman dan beramal shaleh masih terbuka, yakni Khalifatullah, Imam Al Mahdi (An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah) seorang RASUL, yang namanya AHMAD yang dinubuatkan dalam Ash-Shaf 61:6/7 dan dijelaskan dalam Al Jumu'ah 62:3/4, dan yang merupakan Perumpamaan/Matsil Isa Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis) ngomong.Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
jangan mengalihkan perhatian dulu, jelaskan saja pengertian "Fi'il Madhi lil Mustaqbal" seperti apa..?
Baru kita Implementasikan ke dalam surat Aljumuah : 2 ini, apakah "Ba'atsa" tersebut adalah Fi'il Madhi lil Mustaqbal atau bukan.
BERANI..!!!, Sekalian saya pingin tau kedalaman Ilmu Nahwu Utusan Ahmadiah ini.
Jangan PETANTANG-PETENTENG, seperti PUTERAMENTARI yang sekarang sudah NYUNGSEP, karena MALU akibat KESOMBONGAN dan KECONGKAKANNYA, jika Hukum IDHAFAH saja anda belum paham. Ilmu Nahwu itu hanya salah-satu alat tafsir, dan tentang fi'il madi, fi'il mutaaddi, fi'il madi lil mustaqbal dan kaidah wau athaf sudah sering kita bahas. Anda tinggal lihat saja komentar-komentar saya sebelum ini.
Sekarang saya mengajak anda untuk membahas ilmu alat tafsir yang lain, yakni qur'an bil qur'an dan qur'an bil hadits yang bisa kita implementasikan untuk menafsirkan kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41) yang menurut pemahaman anda hanya memiliki satu arti, yakni PENUTUP NABI-NABI atau NABI TERAKHIR, sehingga TIDAK AKAN ADA LAGI NABI/RASUL, SETELAH NABI MUHAMMAD SAW.
An-Nisa 4:69/70 Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah menganugerahkan nikmat-Nya, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah akan menganugerahkan Nikmat-Nya (kenabian) bagi umat Islam yang paling taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Anda sudah mengajukan keberatan terhadap arti kata ma'a yang hanya anda terjemahkan menjadi "bersama", padahal telah saya bantah bahwa terdapat arti lain yang lebih tepat untuk ayat ini, yakni "termasuk di antara". Dengan demikian, maka kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam yang paling mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw.
Al 'Araf 7:35/36 Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.
Meskipun yang diseru dalam ayat ini adalah Bani (keturunan) Adam, tetapi karena ayat ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, maka seruan itu hanya berlaku bagi Bani Adam yang telah menganut agama Islam. Ketika ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, beliau saw sudah menjadi Rasul Allah, tetapi di dalam ayat ini terdapat kalimat "jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu,". Kalimat itu mengisyaratkan bahwa kerasulan masih terbuka dari antara umat Islam yang akan memperdengarkan Ayat-ayat suci Al Qur'an kepada umat Islam. Dengan demikian, maka kerasulan setelah Nabi Muhammad saw, masih terbuka bagi umat islam.
An-Nur 24:55/56 Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.
Ayat ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari antara umat Islam bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di bumi. Dalam terminologi Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra, kata Khalifah itu memiliki dua makna, yakni Khalifah Rasulullah (contohnya: Khulafa-ur-Rasyidin) dan Khalifatullah atau Khalifah Allah, contohnya para nabi, seperti Nabi Adam as dan Nabi Daud as:
Al Baqarah 2:30/31 Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi;” berkata mereka, “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kekacauan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mensucikan Engkau.” Berfirman Dia, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Shad 38:27 “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini; maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan- jangan ia menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya, orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras, disebabkan mereka telah lupa Hari Perhitungan.
Kedua ayat di atas adalah bukti bahwa Allah telah menjadikan Adam as dan Daud as sebagai Nabi atau Khalifah Allah.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (Sunan Ibnu Majah).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah seorang Nabi atau Khalifah Allah sebagaimana Adam as dan Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya di bumi. Dengan demikian maka Kenabian atau Khalifah Allah setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam.
Al Baqarah 2:30/31 Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi;” berkata mereka, “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kekacauan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mensucikan Engkau.” Berfirman Dia, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Shad 38:27 “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini; maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan- jangan ia menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya, orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras, disebabkan mereka telah lupa Hari Perhitungan.
Kedua ayat di atas adalah bukti bahwa Allah telah menjadikan Adam as dan Daud as sebagai Nabi atau Khalifah Allah.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (Sunan Ibnu Majah).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah seorang Nabi atau Khalifah Allah sebagaimana Adam as dan Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya di bumi. Dengan demikian maka Kenabian atau Khalifah Allah setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam.
Az-Zukhruf 43:57/58 Dan, apabila dijelaskan Ibnu Maryam sebagai misal/perumpamaan, tiba-tiba kaum engkau (umat Islam) meneriakkan suara protes terhadapnya;
Ayat ini mengisyaratkan tentang Isa Ibnu Maryam (yang menurut Ali Imran 3:144/145 sudah wafat, dan menurut Al Hijr 15:48/49 tidak akan kembali lagi ke dunia) yang dijelaskan sebagai misal/perumpamaan kepada umat Islam, akan turun diutus sebagai Imam Mahdi sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam:
Shahih Bukhari: Bagaimana sikapmu, ketika Ibnu Maryam turun pada kalian (umat Islam) dan sebagai Imam (Mahdi) kalian (umat Islam), dari antara kalian (umat Islam)".
Musnad Ahmad bin Hambal: "Hampir dekat saatnya, orang yang hidup di antara kalian (umat Islam) akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuah babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan."
Shahih Bukhari: Bagaimana sikapmu, ketika Ibnu Maryam turun pada kalian (umat Islam) dan sebagai Imam (Mahdi) kalian (umat Islam), dari antara kalian (umat Islam)".
Musnad Ahmad bin Hambal: "Hampir dekat saatnya, orang yang hidup di antara kalian (umat Islam) akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuah babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan."
Dengan demikian, maka berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, ternyata Kenabian/Kerasulan setelah Nabi Muhammad saw MASIH TERBUKA BAGI UMAT ISLAM, dan Khalifah Allah dan Perumpamaan Isa Ibnu Maryam AKAN DATANG pada umat Islam dan dari antara umat Islam.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Wed Jun 04, 2014 6:01 am, total 6 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Begitupula dengan wahyu syari'at dari Allah sudah sempurna dan sudah tertutup, tetapi wahyu non-syari'at dari Allah masih terbuka. Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia, bahkan dengan tetap akan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
yang namanya sempurna ya berarti tidak perlu ada tambahan lagi pak, masa anda maksa adanya tambahan, Allah SWT aja mengajarkan kita berdo'a agar tidak membebani di luar kemampuan kita (QS. Al Baqoroh 286), Kalo sudah di Cukupkan mengapa minta di tambahkan...? namanya Maruk kalo gitu...Silahkan pelajari Asy-Syura 42:51/52 dan Al Hajj 22:75/76 yang didalamnya Allah menegaskan bahwa Allah Al Mutakallim masih tetap akan berbicara kepada manusia melalui wahyu dengan tiga cara, satu di antaranya dengan mengirimkan seorang rasul dari antara malaikat dan dari antara manusia.
Sudah pak, gak usah ngebahas yang lain dulu Fokus pada Thead ini, dan kedua ayat tersebut tidak ada indikasi bahwa Wahyu masih terbuka setelah wafatnya Rosulullah SAW, melainkan Cara Wahyu itu turun kepada beliau SAW.
Jadi jangan memaksakan untuk MGA....
Asy-Syura 42:51/52 Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.
Jika anda memahami bahwa Al Qur'an itu sudah sempurna dan berlaku sebagai agama bagi sekalian manusia sampai hari kiamat, maka anda pun pasti memahami bahwa berdasarkan ayat di atas, setelah kewafatan Nabi Muhammad saw, Allah Al Mutakallim tidak membisu, melainkan masih tetap berbicara kepada manusia dengan tiga cara, yakni 1. Dia mewahyukan secara langsung kepada manusia, 2. Dia mewahyukan kepada manusia dari belakang tabir (seperti ru'ya/kasysyaf dalam peristiwa Mi'raj dan Israa), dan 3. Dia mengirimkan seorang rasul (dari antara malaikat dan dari antara manusia) (Al Hajj 22:75/76).
Rasulullah saw bersabda: "Semua pengalaman dan pemandangan-pemandangan ruhaniah itu di dalam Israa dan Mi'raj, ketika aku berada dekat Ka'bah dalam keadaan antara tidur dan jaga." (Shahih Bukhari 2, hal 137, Bab Dzikir Al Malaikah).
Al Hajj 22:75/76 Allah senantiasa memilih dari antara malaikat-malaikat, seorang rasul dan dari antara manusia. Sesungguhnya allah Maha Mendengar, Maha Melihat.
Dengan demikian, berdasarkan kedua ayat tersebut, maka setelah Nabi Muhammad saw wafat, Wahyu dan Rasul Allah itu masih terbuka bagi umat Islam.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
bro ngay..
sebelum engkau bosan dan aku menjemukan..
kutitipkan mr kedung padamu..
kuwariskan al muta'adhi untukmu..
soekarno mode on..
wkwkwk
sebelum engkau bosan dan aku menjemukan..
kutitipkan mr kedung padamu..
kuwariskan al muta'adhi untukmu..
soekarno mode on..
wkwkwk
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
abu hanan wrote:bro ngay..
sebelum engkau bosan dan aku menjemukan..
kutitipkan mr kedung padamu..
kuwariskan al muta'adhi untukmu..
soekarno mode on..
wkwkwk
YAHUIIIIIIIIII
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Siaap 86 Wak, untuk tread ini biar saya yang Urus....abu hanan wrote:bro ngay..
sebelum engkau bosan dan aku menjemukan..
kutitipkan mr kedung padamu..
kuwariskan al muta'adhi untukmu..
soekarno mode on..
wkwkwk
Biar tambah
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
@ Wak AbuKedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Bukankah sudah saya jelaskan bahwa kaidah wau athaf yang digunakan dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 tepatnya pada kata الْأُمِّيِّينَ yang digantikan dengan kata الْآخَرِينَ . Sedangkan maf'ulnya yang harus diulang dalam Al Jumu'ah 62:3/4 adalah رَسُولًا مِّنْهُمْ (seorang rasul dari antara mereka atau bangsa lain/aakhoriina). Dan, kata umiyyin dan aakhoriina adalah kata keterangan, bukan maf'ul.
Berarti anda tidak mengatafkan الْأُمِّيِّينَ itu Namanya, ,melainkan membuat ayat Baru, dengan mengganti ayat Alqur'an yang sudah jelas ada, yang namanya Mengatafkan berarti menggati kalimat sebelum nya dengan huruf athaf dalam hal ini huruf athafnya "Wa" sedangkan sebelum kata الْأُمِّيِّينَ disitu tertulis هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي , dan Huruf athaf "Wa" tersebut menggantikan kalimat itu.
Kalo anda ingin bicara kaidah "Nahwu" mari kita bicara Nahwu, jangan di tambah dengan "Nafsu"Anda belum mampu mengimplementasikan kaidah nahwu dengan benar, tetapi sudah berani menuduh/memvonis orang lain. Akibatnya, hasil penafsiran anda juga tidak benar dan bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lainnya yang mengisyaratkan tentang masih terbukanya kenabian/kerasulan bagi umat Islam (An-Nur 24:55/56, An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
bagaimana saya tidak mengimplementasikan Kaidah nahwu?, jelas jelas argumen yang saya kemukakan menggunakan kaidah Nahwu, dan siapa yang bertentangan dengan Ayat Ayat yang anda sebutkan diatas, karena tak ada satupun ayat tersebut mengindikasikan tentang adanya Nabi/Rosul setelah Muhammad SAW, dan sudah jelas sesuai Alqur'an dan hadist hadist sahih yang telah di kemukakan di forum ini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup Nabi Nabi.
lalu siapa yang mendustakan Ayat ayat tersebut...?
Nabi Muhammad saw adalah Penutup Nabi-Nabi pasti diambil dari kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41). Apakah ada arti lain dari kata Khaataman-Nabiyyin, selain Penutup Nabi-Nabi atau Nabi Terakhir?
Dalam Kaidah Nahwu ada yang disebut dengan Hukum Idhafah, dan saya akan memberi contoh kata yang mirip dengan kata Khaataman-Nabiyyin, yakni dalam Hukum Idhafah ketiga:
Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.
1. Idhafah menyimpan makna huruf MIN Lil-Bayan apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa jenis dari Mudhaf. contoh:
خاتمُ ذهبٍ
KHOOTAMU DZAHABIN = cincin dari emas
Takdirannya adalah KHOOTAMUN MIN DZAHABIN’
http://nahwusharaf.wordpress.com/2011/12/24/pengertian-idhafah-idhofah-sununan-mudhaf-dan-mudhof-ilaih-alfiyah-bait-385-386-387/
Pertanyaan: Mengapa artinya cincin dari emas? Mengapa artinya tidak Penutup Cincin-Cincin atau Cincin Terakhir?
Untuk Urusan ini saya serahkan ke wak Abu dah...., karena di Tread Sebelah juga lagi di Bahas, biar lebih Fokus, Nanti kapan kapan saya mampir dah.......
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
gimana DUNG?
SEGOROWEDI wrote:
QS 62:3/4 Dan, Dia juga yang TELAH MENGUTUS PADA kaum AAKHORIINA (lain seorang Rasul) DARI ANTARA MEREKA, yang belum bergabung dengan mereka.
pengutusan sudah ada
kok bisa nyelonong ke MGA?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
SEGOROWEDI wrote:
gimana DUNG?SEGOROWEDI wrote:
QS 62:3/4 Dan, Dia juga yang TELAH MENGUTUS PADA kaum AAKHORIINA (lain seorang Rasul) DARI ANTARA MEREKA, yang BELUM bergabung dengan mereka.
pengutusan sudah ada
kok bisa nyelonong ke MGA?
Tapi ada kata BELUM dalam ayat itu.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
kata Fii ini tergantung kalimat setelahnya dan sebelumnya pak, Bisa kita artikan dengan "di, didalam, pada, kepada" lalu silahkan anda artikan di atas dengan "Kepada" apa ada perubahan arti...?, Konteks ayat ini kan pengutusannya "Kepada/pada" bangsa Ummiyyin dan Aakhorin, jadi apa masalahnya..?Kata kepada jelas berbeda dengan kata pada. Dalam Bahasa Inggris, kata kepada itu artinya TO, sedangkan pada artinya AT. Jadi, kata fii lebih tepat diterjemahkan pada (bukan kepada),
Kita sedang bicara Bahasa Arab pak, yang didalamnya terdapat kaidah Nahwu, dan kata Fii tersebut tergantung penggunaannya.
Sedangkan dalam Inggris pun sama TO bisa berarti : Untuk, ke, kepada, pada dan masih banyak lagi tergantung penggunaannya, dan kata AT bisa berarti : di, didalam, diatas dan laiinya.
kedunghalang wrote:karena jika tidak, maka anda menuduh saya membatasi pengutusan Nabi Muhammad saw hanya kepada Bangsa Arab saja. Padahal saya sangat memahami bahwa Nabi Muhammad saw diutus Allah kepada sekalian manusia (Al 'Araf 7:158/159).
kedunghalang wrote:Dengan demikian, maka terjemahan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 adalah:
62:2/3 Dia-lah yang telah membangkitkan pada umiyyin (bangsa Arab) seorang rasul dari antara mereka.....
Betul saya setuju itu
kedunghalang wrote:
62:3/4 Dan, Dia (juga yang telah membangkitkan) pada aakhoriina (keturunan bangsa Persia, seorang rasul) dari antara mereka....
Yang di dalam kurung adalah tafsiriyah berdasarkan hukum wau athaf, fi'il mutaaddi dan tafsir Rasulullah saw dalam Kitab Shahih Bukhari.
kedunghalang wrote:YANG HARUS DIINGAT ADALAH KATA KUNCINYA:
62:2/3 Allah telah membangkitkan pada umiyyin, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka.......
62:3/4 Allah telah membangkitkan pada aakhoriina, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka....
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:2/3 adalah NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW dari antara bangsa Arab.
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:3/4 adalah HMG AHMAD (KHALIFATULLAH, IMAM MAHDI & MASIH MAU'UD) AS dari antara keturunan bangsa Persia.
Mari kita bahas mengenai Nubuat yang di Sampaikan menurut As Shaf : 6
ۖ وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata'."
Perhatikan kalimat yang Merah, kata بِرَسُولٍ merupakan Isim Mufrod atau menerangkan kata isim yang tunggal sedangkan Jamaknya رُّسُلَ (Jamak Taksir)
Dan Kalimat جَاءَ juga Fi'il yang menerangkan Tunggal sedang Jamaknya adalah جَاءُوا
Jadi jelas dalam Nubuat yang di terangkan dalam Ash shaf tersebut merupakan Rosul yang tunggal bukan Jamak atau Mustanna (2 Orang) dan Nubuat tersebut telah tergenapi dengan di Utusnya Rosulullah SAW, dan setelah itu takkan ada lagi nabi setelahnya.
Tidak ada Nubuat untuk MGA dalam Ash shaf : 6 melainkan nubuat itu telah tergenapi oleh Rosulullah SAW.kedunghalang wrote:
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan hanya seorang rasul? Karena kenabian/kerasulan yang disandang oleh HMG Ahmad as pada hakekatnya adalah kenabian/kerasulan Muhammad saw, karena HMG Ahmad as adalah Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud bukan seorang nabi/rasul yang membawa syari'at baru, melainkan seorang nabi/rasul yang hanya melaksanakan syariat Islam saja.
Jadi...., Hentikan Hayalanmu....
kedunghalang wrote:
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan namanya AHMAD tidak MUHAMMAD? Karena keduanya memiliki nama yang sama, yakni AHMAD, yang pertama sebagai nama sifat, sedangkan yang berikutnya sebagai nama dzat/panggilan. Apakah mengubah SHAHADAT?
SHAHADATNYA TETAP: LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberitahu kepada kami nama-nama beliau. Beliau bersabda: ‘Aku Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah‘” (HR. Muslim 2355).
Saya tidak mempersoalkan Syahadat anda, yang saya persoalkan apakah tujuan Syahadat anda itu untuk MGA juga...?
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Fokus, Fokus pak....., Kita sedang membahas Aljumuah 2 dan 3 yang menurut anda terdapat Fi'il Madhi wal Muta'addi dan lil Mustaqbal, silahkan anda terangkan Fi'il Madhi lil Mustaqbal ini ke saya agar dapat kita Implementasikan dalam ayat tersebut.Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Anda belum paham fiil madi lil mustaqbal? Belajar dulu, jangan main tuduh/vonis orang lain. Kenabian bagi umat lain sudah tertutup, tetapi bagi umat Islam yang beriman dan beramal shaleh masih terbuka, yakni Khalifatullah, Imam Al Mahdi (An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah) seorang RASUL, yang namanya AHMAD yang dinubuatkan dalam Ash-Shaf 61:6/7 dan dijelaskan dalam Al Jumu'ah 62:3/4, dan yang merupakan Perumpamaan/Matsil Isa Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis) ngomong.Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
jangan mengalihkan perhatian dulu, jelaskan saja pengertian "Fi'il Madhi lil Mustaqbal" seperti apa..?
Baru kita Implementasikan ke dalam surat Aljumuah : 2 ini, apakah "Ba'atsa" tersebut adalah Fi'il Madhi lil Mustaqbal atau bukan.
BERANI..!!!, Sekalian saya pingin tau kedalaman Ilmu Nahwu Utusan Ahmadiah ini.Jangan PETANTANG-PETENTENG, seperti PUTERAMENTARI yang sekarang sudah NYUNGSEP, karena MALU akibat KESOMBONGAN dan KECONGKAKANNYA, jika Hukum IDHAFAH saja anda belum paham. Ilmu Nahwu itu hanya salah-satu alat tafsir, dan tentang fi'il madi, fi'il mutaaddi, fi'il madi lil mustaqbal dan kaidah wau athaf sudah sering kita bahas. Anda tinggal lihat saja komentar-komentar saya sebelum ini.Sekarang saya mengajak anda untuk membahas ilmu alat tafsir yang lain, yakni qur'an bil qur'an dan qur'an bil hadits yang bisa kita implementasikan untuk menafsirkan kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41) yang menurut pemahaman anda hanya memiliki satu arti, yakni PENUTUP NABI-NABI atau NABI TERAKHIR, sehingga TIDAK AKAN ADA LAGI NABI/RASUL, SETELAH NABI MUHAMMAD SAW.An-Nisa 4:69/70 Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah menganugerahkan nikmat-Nya, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah akan menganugerahkan Nikmat-Nya (kenabian) bagi umat Islam yang paling taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Anda sudah mengajukan keberatan terhadap arti kata ma'a yang hanya anda terjemahkan menjadi "bersama", padahal telah saya bantah bahwa terdapat arti lain yang lebih tepat untuk ayat ini, yakni "termasuk di antara". Dengan demikian, maka kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam yang paling mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw.Al 'Araf 7:35/36 Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.Meskipun yang diseru dalam ayat ini adalah Bani (keturunan) Adam, tetapi karena ayat ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, maka seruan itu hanya berlaku bagi Bani Adam yang telah menganut agama Islam. Ketika ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, beliau saw sudah menjadi Rasul Allah, tetapi di dalam ayat ini terdapat kalimat "jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu,". Kalimat itu mengisyaratkan bahwa kerasulan masih terbuka dari antara umat Islam yang akan memperdengarkan Ayat-ayat suci Al Qur'an kepada umat Islam. Dengan demikian, maka kerasulan setelah Nabi Muhammad saw, masih terbuka bagi umat islam.An-Nur 24:55/56 Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.Ayat ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari antara umat Islam bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di bumi. Dalam terminologi Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra, kata Khalifah itu memiliki dua makna, yakni Khalifah Rasulullah (contohnya: Khulafa-ur-Rasyidin) dan Khalifatullah atau Khalifah Allah, contohnya para nabi, seperti Nabi Adam as dan Nabi Daud as:
Al Baqarah 2:30/31 Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi;” berkata mereka, “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kekacauan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mensucikan Engkau.” Berfirman Dia, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Shad 38:27 “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini; maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan- jangan ia menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya, orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras, disebabkan mereka telah lupa Hari Perhitungan.
Kedua ayat di atas adalah bukti bahwa Allah telah menjadikan Adam as dan Daud as sebagai Nabi atau Khalifah Allah.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (Sunan Ibnu Majah).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah seorang Nabi atau Khalifah Allah sebagaimana Adam as dan Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya di bumi. Dengan demikian maka Kenabian atau Khalifah Allah setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam.Az-Zukhruf 43:57/58 Dan, apabila dijelaskan Ibnu Maryam sebagai misal/perumpamaan, tiba-tiba kaum engkau (umat Islam) meneriakkan suara protes terhadapnya;Ayat ini mengisyaratkan tentang Isa Ibnu Maryam (yang menurut Ali Imran 3:144/145 sudah wafat, dan menurut Al Hijr 15:48/49 tidak akan kembali lagi ke dunia) yang dijelaskan sebagai misal/perumpamaan kepada umat Islam, akan turun diutus sebagai Imam Mahdi sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam:
Shahih Bukhari: Bagaimana sikapmu, ketika Ibnu Maryam turun pada kalian (umat Islam) dan sebagai Imam (Mahdi) kalian (umat Islam), dari antara kalian (umat Islam)".
Musnad Ahmad bin Hambal: "Hampir dekat saatnya, orang yang hidup di antara kalian (umat Islam) akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuah babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan."Dengan demikian, maka berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, ternyata Kenabian/Kerasulan setelah Nabi Muhammad saw MASIH TERBUKA BAGI UMAT ISLAM, dan Khalifah Allah dan Perumpamaan Isa Ibnu Maryam AKAN DATANG pada umat Islam dan dari antara umat Islam.
Segala argumen yang anda jabarkan diatas pun sedang kita bahas, dan gak usahlah anda bawa kemari, sehingga anda semakain ingin menjauhkan dari akar permasalahan.
Jadi Stop OOT , dan mari kita Kupas tuntas ayat ini, baik secara Nahwu, Shorof, kamus, Qur'an Bil Quran atau Qur'an bil Hadist....
Tapi jangan bawa bawa hadist Dhaif wal munkar ya, seperti yang saya underline
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:@ Wak AbuKedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Berarti anda tidak mengatafkan الْأُمِّيِّينَ itu Namanya, ,melainkan membuat ayat Baru, dengan mengganti ayat Alqur'an yang sudah jelas ada, yang namanya Mengatafkan berarti menggati kalimat sebelum nya dengan huruf athaf dalam hal ini huruf athafnya "Wa" sedangkan sebelum kata الْأُمِّيِّينَ disitu tertulis هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي , dan Huruf athaf "Wa" tersebut menggantikan kalimat itu.
Kalo anda ingin bicara kaidah "Nahwu" mari kita bicara Nahwu, jangan di tambah dengan "Nafsu"Anda belum mampu mengimplementasikan kaidah nahwu dengan benar, tetapi sudah berani menuduh/memvonis orang lain. Akibatnya, hasil penafsiran anda juga tidak benar dan bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lainnya yang mengisyaratkan tentang masih terbukanya kenabian/kerasulan bagi umat Islam (An-Nur 24:55/56, An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
bagaimana saya tidak mengimplementasikan Kaidah nahwu?, jelas jelas argumen yang saya kemukakan menggunakan kaidah Nahwu, dan siapa yang bertentangan dengan Ayat Ayat yang anda sebutkan diatas, karena tak ada satupun ayat tersebut mengindikasikan tentang adanya Nabi/Rosul setelah Muhammad SAW, dan sudah jelas sesuai Alqur'an dan hadist hadist sahih yang telah di kemukakan di forum ini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup Nabi Nabi.
lalu siapa yang mendustakan Ayat ayat tersebut...?
Nabi Muhammad saw adalah Penutup Nabi-Nabi pasti diambil dari kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41). Apakah ada arti lain dari kata Khaataman-Nabiyyin, selain Penutup Nabi-Nabi atau Nabi Terakhir?
Dalam Kaidah Nahwu ada yang disebut dengan Hukum Idhafah, dan saya akan memberi contoh kata yang mirip dengan kata Khaataman-Nabiyyin, yakni dalam Hukum Idhafah ketiga:
Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.
1. Idhafah menyimpan makna huruf MIN Lil-Bayan apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa jenis dari Mudhaf. contoh:
خاتمُ ذهبٍ
KHAATAMU DZAHABIN = cincin dari emas
Takdirannya adalah KHAATAMUN MIN DZAHABIN’
http://nahwusharaf.wordpress.com/2011/12/24/pengertian-idhafah-idhofah-sununan-mudhaf-dan-mudhof-ilaih-alfiyah-bait-385-386-387/
Pertanyaan: Mengapa artinya cincin dari emas? Mengapa artinya tidak Penutup Cincin-Cincin atau Cincin Terakhir?
Untuk Urusan ini saya serahkan ke wak Abu dah...., karena di Tread Sebelah juga lagi di Bahas, biar lebih Fokus, Nanti kapan kapan saya mampir dah.......
SEBUAH PENGAKUAN YANG DIBUNGKUS DENGAN GENGSI, TIDAK MAU MENGAKUI BELUM PAHAM HUKUM IDHOFAH.
PADAHAL, KHAATAMAN-NABIYYIN atau KHAATAMU MIN NABIYYIN bisa juga berarti CINCIN DARI PARA NABI.
PADAHAL, KHAATAMAN-NABIYYIN atau KHAATAMU MIN NABIYYIN bisa juga berarti CINCIN DARI PARA NABI.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Wed Jun 04, 2014 8:59 pm, total 1 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
kata Fii ini tergantung kalimat setelahnya dan sebelumnya pak, Bisa kita artikan dengan "di, didalam, pada, kepada" lalu silahkan anda artikan di atas dengan "Kepada" apa ada perubahan arti...?, Konteks ayat ini kan pengutusannya "Kepada/pada" bangsa Ummiyyin dan Aakhorin, jadi apa masalahnya..?Kata kepada jelas berbeda dengan kata pada. Dalam Bahasa Inggris, kata kepada itu artinya TO, sedangkan pada artinya AT. Jadi, kata fii lebih tepat diterjemahkan pada (bukan kepada),
Kita sedang bicara Bahasa Arab pak, yang didalamnya terdapat kaidah Nahwu, dan kata Fii tersebut tergantung penggunaannya.
Sedangkan dalam Inggris pun sama TO bisa berarti : Untuk, ke, kepada, pada dan masih banyak lagi tergantung penggunaannya, dan kata AT bisa berarti : di, didalam, diatas dan laiinya.
Jika kata fii diartikan "kepada", maka seolah-olah seorang rasul yang namanya AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) itu dibangkitkan Allah hanya kepada dua bangsa saja, yakni bangsa Arab (Al Jumu'ah 62:2/3) dan keturunan bangsa Persia (Al Jumu'ah 62:3/4). Padahal di dalam Al 'Araf 7:158/159 sudah jelas bahwa Allah mengutus Rasulullah saw kepada sekalian manusia.
Dengan demikian, maka kata fii lebih tepat diartikan "pada" untuk Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Fi'il-nya ba'atsa yang berarti "membangkitkan", sedangkan maf'ul-nya rasulam-minhum yang berarti "seorang rasul dari antara mereka". Jadi, seorang rasul yang namanya AHMAD (Asy-Syaf 61:6/7) itu dibangkitkan Allah pada bangsa Arab dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:2/3) dan pada keturunan bangsa Persia dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:3/4). Itulah sebabnya, mengapa di dalam Kitab Tafsir Shahih Bukhari, ketika para sahabat bertanya tentang "apa/siapa yang dimaksud dengan wa aakhoriina minhum", Rasulullah saw, sambil meletakkan tangan beliau saw di atas pundak Salman (yang berasal) dari Persia, bersabda:"Jika iman telah terbang ke bintang tsurayya, maka seorang lelaki atau beberapa orang lelaki dari orang ini (Salman dari Persia) dapat mengambilnya kembali ke bumi".
Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang rasul yang namanya AHMAD (Asy-Syaf 61:6/7) itu dibangkitkan Allah pada bangsa Arab dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:2/3) dan pada bangsanya Salman, yakni Persia, dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:3/4 & Kitab Tafsir Shahih Bukhari). Nenek moyang HMG Ahmad as berasal dari bangsa Persia yang hijrah ke Qadian, Hindustan. HMG Ahmad as adalah seorang lelaki keturunan bangsa Persia yang dibangkitkan Allah sebagai seorang rasul yang namanya AHMAD, Khalifatullah, Imam Al Mahdi. Sedangkan para penerus beliau as, yakni Khulafa-ul-Masih-al Mahdiyyin adalah beberapa orang lelaki dari antara keturunan bangsa Persia.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:sekali lagi saya tidak menuduh, melainkan anda sendiri yang berargumen demikian, sedangkan Al A'raf 158 sangat berkaitan dengan Al jumuah 3.
kedunghalang wrote:
62:3/4 Dan, Dia (juga yang telah membangkitkan) pada aakhoriina (keturunan bangsa Persia, seorang rasul) dari antara mereka....
Yang di dalam kurung adalah tafsiriyah berdasarkan hukum wau athaf, fi'il mutaaddi dan tafsir Rasulullah saw dalam Kitab Shahih Bukhari.
ngayarana wrote:
Justru ini lah yang saya maksud bahwa anda membatasi pengutusan Rosulullah SAW hanya kepada Bangsa arab saja....
Abu Hurairah ra menerangkan, kami sedang duduk-dukuk dekat Nabi saw, ketika Surah Al Jumu'ah diturunkan kepada Nabi saw. Para sahabat bertanya, 'Siapakah yang dimaksud dengan wa aakhoriina minhum di dalam ayat itu'. Nabi saw tidak menjawab hingga para sahabat bertanya sampai tiga kali. Di antara kami terdapat seorang yang bernama Salman dari Persia. Kemudian Nabi saw meletakkan tangan beliau saw di atas pundak Salman sambil bersabda, 'Jika iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang lelaki atau beberapa orang lelaki dari antara orang ini (Salman) akan dapat mengambilnya kembali.' (Kitab Tafsir, Shahih Bukhari).
Dari Kitab Tafsir, Shahih Bukhari tersebut sangat jelas bahwa seorang rasul yang namanya AHMAD (Asy-Syaf 61:6/7) itu dibangkitkan Allah pada bangsa Arab dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:2/3) dan pada bangsanya Salman, yakni Persia, dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:3/4). Nenek moyang HMG Ahmad as berasal dari bangsa Persia yang hijrah ke Qadian, Hindustan. HMG Ahmad as adalah seorang lelaki keturunan bangsa Persia yang dibangkitkan Allah sebagai seorang rasul yang namanya AHMAD, Khalifatullah, Imam Al Mahdi. Sedangkan para penerus beliau as, yakni Khulafa-ul-Masih-al Mahdiyyin adalah beberapa orang lelaki dari antara keturunan bangsa Persia.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:kedunghalang wrote:YANG HARUS DIINGAT ADALAH KATA KUNCINYA:
62:2/3 Allah telah membangkitkan pada umiyyin, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka.......
62:3/4 Allah telah membangkitkan pada aakhoriina, seorang rasul AHMAD (Ash-Shaf 61:6/7) dari antara mereka....
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:2/3 adalah NABI MUHAMMAD RASULULLAH SAW dari antara bangsa Arab.
Yang dimaksud seorang rasul yang namanya AHMAD dalam 62:3/4 adalah HMG AHMAD (KHALIFATULLAH, IMAM MAHDI & MASIH MAU'UD) AS dari antara keturunan bangsa Persia.
Mari kita bahas mengenai Nubuat yang di Sampaikan menurut As Shaf : 6
ۖ وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata'."
Perhatikan kalimat yang Merah, kata بِرَسُولٍ merupakan Isim Mufrod atau menerangkan kata isim yang tunggal sedangkan Jamaknya رُّسُلَ (Jamak Taksir)
Dan Kalimat جَاءَ juga Fi'il yang menerangkan Tunggal sedang Jamaknya adalah جَاءُوا
Jadi jelas dalam Nubuat yang di terangkan dalam Ash shaf tersebut merupakan Rosul yang tunggal bukan Jamak atau Mustanna (2 Orang) dan Nubuat tersebut telah tergenapi dengan di Utusnya Rosulullah SAW, dan setelah itu takkan ada lagi nabi setelahnya.
Jika nubuatan dalam Ash-Shaf 61:6/7 itu menyatakan "seorang rasul yang namanya MUHAMMAD" dan tidak ada penjelasan nubuatan dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, maka sudah pasti itu hanya tertuju kepada Nabi Muhammad saw saja. Tetapi, karena nubuatan itu menyatakan "seorang rasul yang namanya AHMAD" dan dijelaskan dengan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, maka hal ini mengisyaratkan bahwa Allah memiliki maksud tertentu dengan nubuatan tersebut. Apalagi, jika kita perhatikan ayat berikutnya:
Dan, siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah, padahal ia diajak kepada agama Islam ? Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya. (Ash-Shaf 61:7/8)
Kata ia dalam ayat di atas tertuju kepada "seorang rasul yang namanya AHMAD" (Ash-Shaf 61:6/7). Maka, jika nubuatan itu hanya tertuju kepada Nabi Muhammad saw, apakah Nabi Muhammad saw diajak kepada agama Islam? Tentu tidak, karena justru Nabi Muhammad saw lah yang mengajak sekalian manusia untuk memeluk agama Islam.
ngayarana' wrote:kedunghalang wrote:"
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan hanya seorang rasul? Karena kenabian/kerasulan yang disandang oleh HMG Ahmad as pada hakekatnya adalah kenabian/kerasulan Muhammad saw, karena HMG Ahmad as adalah Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud bukan seorang nabi/rasul yang membawa syari'at baru, melainkan seorang nabi/rasul yang hanya melaksanakan syariat Islam saja.
Tidak ada Nubuat untuk MGA dalam Ash shaf : 6 melainkan nubuat itu telah tergenapi oleh Rosulullah SAW.
Jadi...., Hentikan Hayalanmu....
Menurut anda nubuatan itu telah tergenapi hanya oleh Nabi Muhammad saw, yang diajak kepada agama Islam (Ash-Shaf 61:7/8) dan beliau saw juga memiliki maqam shahadat. Sementara, kalimat wahyu nubuatannya adalah "seorang rasul yang namanya AHMAD". Hal ini seolah-olah anda boleh mengucapkan shahadat "LAA ILAAHA ILLALLAH, AHMAD-AR-RASULULLAH". Begitukah shahadat anda?
ngayarana' wrote:kedunghalang wrote:
Mengapa di dalam nubuatan (Ash-Shaf 61:6/7) disebutkan namanya AHMAD tidak MUHAMMAD? Karena keduanya memiliki nama yang sama, yakni AHMAD, yang pertama sebagai nama sifat, sedangkan yang berikutnya sebagai nama dzat/panggilan. Apakah mengubah SHAHADAT?
SHAHADATNYA TETAP: LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH
Ahmad atau Muhammad adalah merupakan salah satu nama untuk Rosulullah SAW, masih banyak nama nama lain untuk Beliau, Yaasin, Thoha dan masih banyak lagi, sebagaimana Hadist Rosulullah SAW berikut ini :
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberitahu kepada kami nama-nama beliau. Beliau bersabda: ‘Aku Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah‘” (HR. Muslim 2355).
Saya tidak mempersoalkan Syahadat anda, yang saya persoalkan apakah tujuan Syahadat anda itu untuk MGA juga...?
Jika saya menyatakan dengan ikhlas bahwa shahadat saya adalah LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH dan tertuju hanya kepada Allah dan Nabi Muhammad saw saja, apakah anda boleh menyatakan bahwa shahadat saya tertuju kepada HMG Ahmad as?
Apakah agama Islam yang anda amalkan mengajarkan untuk memaksakan kehendak anda? Pahamkah anda akan kandungan Al Baqarah 2:256/257?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:
Justru anda yang menuduh saya tidak faham masalah ini, Atas dasar apa anda berargumen kalimat "Ba'atsa" ini adalah fi'il madhi lil Mustaqbal, kalo perlu anda uraikan pengertian Fi'il Madhi lil Mustaqbal disini, biar anda tidak dikatakan Asal (Nulis) ngomong.Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
jangan mengalihkan perhatian dulu, jelaskan saja pengertian "Fi'il Madhi lil Mustaqbal" seperti apa..?
Baru kita Implementasikan ke dalam surat Aljumuah : 2 ini, apakah "Ba'atsa" tersebut adalah Fi'il Madhi lil Mustaqbal atau bukan.
BERANI..!!!, Sekalian saya pingin tau kedalaman Ilmu Nahwu Utusan Ahmadiah ini.Jangan PETANTANG-PETENTENG, seperti PUTERAMENTARI yang sekarang sudah NYUNGSEP, karena MALU akibat KESOMBONGAN dan KECONGKAKANNYA, jika Hukum IDHAFAH saja anda belum paham. Ilmu Nahwu itu hanya salah-satu alat tafsir, dan tentang fi'il madi, fi'il mutaaddi, fi'il madi lil mustaqbal dan kaidah wau athaf sudah sering kita bahas. Anda tinggal lihat saja komentar-komentar saya sebelum ini.Sekarang saya mengajak anda untuk membahas ilmu alat tafsir yang lain, yakni qur'an bil qur'an dan qur'an bil hadits yang bisa kita implementasikan untuk menafsirkan kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41) yang menurut pemahaman anda hanya memiliki satu arti, yakni PENUTUP NABI-NABI atau NABI TERAKHIR, sehingga TIDAK AKAN ADA LAGI NABI/RASUL, SETELAH NABI MUHAMMAD SAW.An-Nisa 4:69/70 Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah menganugerahkan nikmat-Nya, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah akan menganugerahkan Nikmat-Nya (kenabian) bagi umat Islam yang paling taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Anda sudah mengajukan keberatan terhadap arti kata ma'a yang hanya anda terjemahkan menjadi "bersama", padahal telah saya bantah bahwa terdapat arti lain yang lebih tepat untuk ayat ini, yakni "termasuk di antara". Dengan demikian, maka kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam yang paling mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw.Al 'Araf 7:35/36 Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.Meskipun yang diseru dalam ayat ini adalah Bani (keturunan) Adam, tetapi karena ayat ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, maka seruan itu hanya berlaku bagi Bani Adam yang telah menganut agama Islam. Ketika ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, beliau saw sudah menjadi Rasul Allah, tetapi di dalam ayat ini terdapat kalimat "jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu,". Kalimat itu mengisyaratkan bahwa kerasulan masih terbuka dari antara umat Islam yang akan memperdengarkan Ayat-ayat suci Al Qur'an kepada umat Islam. Dengan demikian, maka kerasulan setelah Nabi Muhammad saw, masih terbuka bagi umat islam.An-Nur 24:55/56 Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.Ayat ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari antara umat Islam bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di bumi. Dalam terminologi Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra, kata Khalifah itu memiliki dua makna, yakni Khalifah Rasulullah (contohnya: Khulafa-ur-Rasyidin) dan Khalifatullah atau Khalifah Allah, contohnya para nabi, seperti Nabi Adam as dan Nabi Daud as:
Al Baqarah 2:30/31 Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi;” berkata mereka, “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kekacauan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mensucikan Engkau.” Berfirman Dia, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Shad 38:27 “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini; maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan- jangan ia menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya, orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras, disebabkan mereka telah lupa Hari Perhitungan.
Kedua ayat di atas adalah bukti bahwa Allah telah menjadikan Adam as dan Daud as sebagai Nabi atau Khalifah Allah.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (Sunan Ibnu Majah).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah seorang Nabi atau Khalifah Allah sebagaimana Adam as dan Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya di bumi. Dengan demikian maka Kenabian atau Khalifah Allah setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam.Az-Zukhruf 43:57/58 Dan, apabila dijelaskan Ibnu Maryam sebagai misal/perumpamaan, tiba-tiba kaum engkau (umat Islam) meneriakkan suara protes terhadapnya;Ayat ini mengisyaratkan tentang Isa Ibnu Maryam (yang menurut Ali Imran 3:144/145 sudah wafat, dan menurut Al Hijr 15:48/49 tidak akan kembali lagi ke dunia) yang dijelaskan sebagai misal/perumpamaan kepada umat Islam, akan turun diutus sebagai Imam Mahdi sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam:
Shahih Bukhari: Bagaimana sikapmu, ketika Ibnu Maryam turun pada kalian (umat Islam) dan sebagai Imam (Mahdi) kalian (umat Islam), dari antara kalian (umat Islam)".
Musnad Ahmad bin Hambal: "Hampir dekat saatnya, orang yang hidup di antara kalian (umat Islam) akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuah babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan."Dengan demikian, maka berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, ternyata Kenabian/Kerasulan setelah Nabi Muhammad saw MASIH TERBUKA BAGI UMAT ISLAM, dan Khalifah Allah dan Perumpamaan Isa Ibnu Maryam AKAN DATANG pada umat Islam dan dari antara umat Islam.
Fokus, Fokus pak....., Kita sedang membahas Aljumuah 2 dan 3 yang menurut anda terdapat Fi'il Madhi wal Muta'addi dan lil Mustaqbal, silahkan anda terangkan Fi'il Madhi lil Mustaqbal ini ke saya agar dapat kita Implementasikan dalam ayat tersebut.
Segala argumen yang anda jabarkan diatas pun sedang kita bahas, dan gak usahlah anda bawa kemari, sehingga anda semakain ingin menjauhkan dari akar permasalahan.
Jadi Stop OOT , dan mari kita Kupas tuntas ayat ini, baik secara Nahwu, Shorof, kamus, Qur'an Bil Quran atau Qur'an bil Hadist....
Tapi jangan bawa bawa hadist Dhaif wal munkar ya, seperti yang saya underline
Bukankah yang saya jabarkan di atas itu menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dengan metode Qur'an bil Qur'an dan Qur'an bil Hadits? Sedangkan Kaidah Nahwu (wau athaf, fi'il madi wal muta'adi, fi'il madi lil mustaqbal) untuk dua ayat Al Jumu'ah itu sudah saya sampaikan dengan lengkap dalam komentar-komentar saya sebelumnya, dan juga masih di thread ini. Begitupula dengan hadits (Sunan Ibnu Majah) yang anda tuduh dhaif wal munkar itu sesungguhnya SHAHIH.
Apakah anda menghindar itu adalah PENGAKUAN YANG DIBUNGKUS GENGSI, karena tidak memahami metode Qur'an bil Qur'an dan Qur'an bil Hadits sebagaimana anda tidak memahami Hukum Idhofah? STOP DULU PETANTANG PETENTANG.
Apakah anda menghindar itu adalah PENGAKUAN YANG DIBUNGKUS GENGSI, karena tidak memahami metode Qur'an bil Qur'an dan Qur'an bil Hadits sebagaimana anda tidak memahami Hukum Idhofah? STOP DULU PETANTANG PETENTANG.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:ngayarana wrote:Kedunghalang wrote:Hasil akhir penafsiran anda menampakkan bahwa anda tidak tahu mengimplementasikan kaidah nahwu yang digunakan untuk menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4. Dasarnya adalah, hasil akhir penafsiran anda bertentangan dengan ayat-ayat suci Al Qur'an lain yang mengisyaratkan bahwa kenabian/kerasulan dan wahyu non-syari'at bagi umat Islam masih terbuka, yakni Khalifah Allah, Imam Al Mahdi (An-Nisa 4:69/70, Al 'Araf 7:35/36, An-Nur 24:55/56 & Sunan Ibnu Majah, Az-Zukhruf 43:57/58 & Shahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal, Asy-Syura 42:51/52 & Al Hajj 22:75/76)
jangan mengalihkan perhatian dulu, jelaskan saja pengertian "Fi'il Madhi lil Mustaqbal" seperti apa..?
Baru kita Implementasikan ke dalam surat Aljumuah : 2 ini, apakah "Ba'atsa" tersebut adalah Fi'il Madhi lil Mustaqbal atau bukan.
BERANI..!!!, Sekalian saya pingin tau kedalaman Ilmu Nahwu Utusan Ahmadiah ini.Jangan PETANTANG-PETENTENG, seperti PUTERAMENTARI yang sekarang sudah NYUNGSEP, karena MALU akibat KESOMBONGAN dan KECONGKAKANNYA, jika Hukum IDHAFAH saja anda belum paham. Ilmu Nahwu itu hanya salah-satu alat tafsir, dan tentang fi'il madi, fi'il mutaaddi, fi'il madi lil mustaqbal dan kaidah wau athaf sudah sering kita bahas. Anda tinggal lihat saja komentar-komentar saya sebelum ini.Sekarang saya mengajak anda untuk membahas ilmu alat tafsir yang lain, yakni qur'an bil qur'an dan qur'an bil hadits yang bisa kita implementasikan untuk menafsirkan kata Khaataman-Nabiyyin (Al Ahzab 33:40/41) yang menurut pemahaman anda hanya memiliki satu arti, yakni PENUTUP NABI-NABI atau NABI TERAKHIR, sehingga TIDAK AKAN ADA LAGI NABI/RASUL, SETELAH NABI MUHAMMAD SAW.An-Nisa 4:69/70 Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah menganugerahkan nikmat-Nya, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat yang sejati.Ayat ini mengisyaratkan bahwa Allah akan menganugerahkan Nikmat-Nya (kenabian) bagi umat Islam yang paling taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Anda sudah mengajukan keberatan terhadap arti kata ma'a yang hanya anda terjemahkan menjadi "bersama", padahal telah saya bantah bahwa terdapat arti lain yang lebih tepat untuk ayat ini, yakni "termasuk di antara". Dengan demikian, maka kenabian setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam yang paling mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw.Al 'Araf 7:35/36 Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.Meskipun yang diseru dalam ayat ini adalah Bani (keturunan) Adam, tetapi karena ayat ini diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw, maka seruan itu hanya berlaku bagi Bani Adam yang telah menganut agama Islam. Ketika ayat ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, beliau saw sudah menjadi Rasul Allah, tetapi di dalam ayat ini terdapat kalimat "jika datang kepadamu rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku kepadamu,". Kalimat itu mengisyaratkan bahwa kerasulan masih terbuka dari antara umat Islam yang akan memperdengarkan Ayat-ayat suci Al Qur'an kepada umat Islam. Dengan demikian, maka kerasulan setelah Nabi Muhammad saw, masih terbuka bagi umat islam.An-Nur 24:55/56 Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan beramal shaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka ; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka ; dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka.Ayat ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dari antara umat Islam bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di bumi. Dalam terminologi Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat ra, kata Khalifah itu memiliki dua makna, yakni Khalifah Rasulullah (contohnya: Khulafa-ur-Rasyidin) dan Khalifatullah atau Khalifah Allah, contohnya para nabi, seperti Nabi Adam as dan Nabi Daud as:
Al Baqarah 2:30/31 Dan ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi;” berkata mereka, “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kekacauan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mensucikan Engkau.” Berfirman Dia, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Shad 38:27 “Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini; maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan- jangan ia menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Sesungguhnya, orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras, disebabkan mereka telah lupa Hari Perhitungan.
Kedua ayat di atas adalah bukti bahwa Allah telah menjadikan Adam as dan Daud as sebagai Nabi atau Khalifah Allah.
Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka bai'atlah kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (Sunan Ibnu Majah).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa Imam Al Mahdi itu adalah seorang Nabi atau Khalifah Allah sebagaimana Adam as dan Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya di bumi. Dengan demikian maka Kenabian atau Khalifah Allah setelah Nabi Muhammad saw masih terbuka bagi umat Islam.Az-Zukhruf 43:57/58 Dan, apabila dijelaskan Ibnu Maryam sebagai misal/perumpamaan, tiba-tiba kaum engkau (umat Islam) meneriakkan suara protes terhadapnya;Ayat ini mengisyaratkan tentang Isa Ibnu Maryam (yang menurut Ali Imran 3:144/145 sudah wafat, dan menurut Al Hijr 15:48/49 tidak akan kembali lagi ke dunia) yang dijelaskan sebagai misal/perumpamaan kepada umat Islam, akan turun diutus sebagai Imam Mahdi sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam:
Shahih Bukhari: Bagaimana sikapmu, ketika Ibnu Maryam turun pada kalian (umat Islam) dan sebagai Imam (Mahdi) kalian (umat Islam), dari antara kalian (umat Islam)".
Musnad Ahmad bin Hambal: "Hampir dekat saatnya, orang yang hidup di antara kalian (umat Islam) akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil, memecahkan salib, membunuah babi, menghapuskan jizyah dan menghentikan peperangan."Dengan demikian, maka berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, ternyata Kenabian/Kerasulan setelah Nabi Muhammad saw MASIH TERBUKA BAGI UMAT ISLAM, dan Khalifah Allah dan Perumpamaan Isa Ibnu Maryam AKAN DATANG pada umat Islam dan dari antara umat Islam.
Fokus, Fokus pak....., Kita sedang membahas Aljumuah 2 dan 3 yang menurut anda terdapat Fi'il Madhi wal Muta'addi dan lil Mustaqbal, silahkan anda terangkan Fi'il Madhi lil Mustaqbal ini ke saya agar dapat kita Implementasikan dalam ayat tersebut.
Segala argumen yang anda jabarkan diatas pun sedang kita bahas, dan gak usahlah anda bawa kemari, sehingga anda semakain ingin menjauhkan dari akar permasalahan.
Jadi Stop OOT , dan mari kita Kupas tuntas ayat ini, baik secara Nahwu, Shorof, kamus, Qur'an Bil Quran atau Qur'an bil Hadist....
Tapi jangan bawa bawa hadist Dhaif wal munkar ya, seperti yang saya underlineBukankah yang saya jabarkan di atas itu menafsirkan Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dengan metode Qur'an bil Qur'an dan Qur'an bil Hadits? Sedangkan Kaidah Nahwu (wau athaf, fi'il madi wal muta'adi, fi'il madi lil mustaqbal) untuk dua ayat Al Jumu'ah itu sudah saya sampaikan dengan lengkap dalam komentar-komentar saya sebelumnya, dan juga masih di thread ini. Begitupula dengan hadits (Sunan Ibnu Majah) yang anda tuduh dhaif wal munkar itu sesungguhnya SHAHIH.
Apakah anda menghindar itu adalah PENGAKUAN YANG DIBUNGKUS GENGSI, karena tidak memahami metode Qur'an bil Qur'an dan Qur'an bil Hadits sebagaimana anda tidak memahami Hukum Idhofah? STOP DULU PETANTANG PETENTANG.
masih juga buta nahwu shorof, kirain udah ada kemajuan, masih juga ngawur.com.
coba jabarkan Fi'il Madhi lil Mustaqbal berdasarkan nahwu shorof. ????
ingat ya Nahwu shorof bukannya NAFSU CURUT
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: KHAYALAN AHMADIYAH FI'IL MADHI YANG MUTA'ADDHI DI AL JUMU'AH 62:2/3.
Kedunghalang wrote:SEGOROWEDI wrote:
gimana DUNG?SEGOROWEDI wrote:
QS 62:3/4 Dan, Dia juga yang TELAH MENGUTUS PADA kaum AAKHORIINA (lain seorang Rasul) DARI ANTARA MEREKA, yang BELUM bergabung dengan mereka.
pengutusan sudah ada
kok bisa nyelonong ke MGA?
Tapi ada kata BELUM dalam ayat itu.
kan rasulnya sudah diutus..
hanya waktu itu ia belum bergabung dengan kaumnya (aakhorina)
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 8 dari 12 • 1, 2, 3 ... 7, 8, 9, 10, 11, 12
Similar topics
» Sebuah cermin Islam vs Ahmadiyah: mana yang palsu, mana yang asli?
» EDITIKASI MEMALUKAN TERHADAP HADIS SHAHIH BUKHARI YANG DILAKUKAN KEDUNGHALANG SANG PENGANUT AHMADIYAH
» fiil (kata kerja)
» HADIS TENTANG IMAM MAHDI ANDALAN AHMADIYAH HANYALAH HADIS DHOIF YANG ACAKADUL
» bukti bahwa alam semesta adalah khayalan
» EDITIKASI MEMALUKAN TERHADAP HADIS SHAHIH BUKHARI YANG DILAKUKAN KEDUNGHALANG SANG PENGANUT AHMADIYAH
» fiil (kata kerja)
» HADIS TENTANG IMAM MAHDI ANDALAN AHMADIYAH HANYALAH HADIS DHOIF YANG ACAKADUL
» bukti bahwa alam semesta adalah khayalan
Halaman 8 dari 12
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik