An Najm,Allah menampakkan wujud-Nya kepada Rasulullah saw

Kedunghalang wrote:

Di dalam dunia kasysyaf, wujud Jibril as dan Allah Subhaana wa Ta'ala sangat mungkin dapat dilihat oleh Nabi Muhammad saw, karena mata yang digunakan Rasulullah pun adalah mata hati ruhani (fuaad), bukan kasat mata. Hadits menyatakan bahwa Rasulullah saw melihat (dengan mata hati ruhani/fuaad) Jibril as, dan Al Qur'an (An-Najm) menyatakan bahwa Allah Subhaana wa Ta'ala menampakkan wujud-Nya kepada Rasulullah saw yang melihat-Nya dengan mata hati ruhani/fuaad.

Tetapi, saya kira hanya grammar/nahwu & shorof saja tidak akan cukup menafsirkan dunia kasysyaf.

crescent-star wrote:wah seenak udel rupanya ya ... kayak kodok dikejar saja bung ini, loncat locat. sekarang tafsirnya DERAJAT pula.

ini contoh standar ganda yg bisa dimainkan sesuka bung, lihat kelakuan bung di bawah ini :

kedunghalang wrote:Rasulullah saw telah mencapai batas tertinggi dalam Mi'raj beliau saw, ketika Tuhan menampakkan wujud-Nya kepada beliau dengan kebenaran dan keangungan yang sempurna. Atau, ayat ini dapat berarti, bahwa cahaya Islam ditempatkan pada suatu tempat yang amat tinggi dan dari tempat itu dapat menyinari seluruh dunia. [size=31]Kata ganti huwa dapat menunjuk kepada Tuhan dan kepada Rasulullah saw[/size]. Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10.

bagaimana bisa seenak udel begitu bung ???
pantas saja ...


saya saya tanya kalau itu ungkapan kedekatan derajat.
posisi Allah di ufuk tinggi derajat apa itu ?
posisi Allah di 2 tali busur derajat apa itu ?
lalu apakah Allah hanya menyampaikan wahyu jika posisinya 2 tali busur ??

mystery wrote:

Kedunghalang wrote:
Mari kita bahas terjemahan & tafsir ayat-ayat berikut ini, wan Abu:

Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas [a] ufuk tertinggi, (An-Najm 53:7/8)

Rasulullah saw telah mencapai batas tertinggi dalam Mi'raj beliau saw, ketika Tuhan menampakkan wujud-Nya kepada beliau dengan kebenaran dan keangungan yang sempurna. Atau, ayat ini dapat berarti, bahwa cahaya Islam ditempatkan pada suatu tempat yang amat tinggi dan dari tempat itu dapat menyinari seluruh dunia. Kata ganti huwa dapat menunjuk kepada Tuhan dan kepada Rasulullah saw. Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10.

yang biru itu gimana ceritanya? sedangkan

﴾ An Najm:5 ﴿

عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ الْقُوَىٰ

yang diajarkan kepadanya oleh yang terkuat.

mystery wrote:

mystery wrote:

Kedunghalang wrote:
Mari kita bahas terjemahan & tafsir ayat-ayat berikut ini, wan Abu:

Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas [a] ufuk tertinggi, (An-Najm 53:7/8)

Rasulullah saw telah mencapai batas tertinggi dalam Mi'raj beliau saw, ketika Tuhan menampakkan wujud-Nya kepada beliau dengan kebenaran dan keangungan yang sempurna. Atau, ayat ini dapat berarti, bahwa cahaya Islam ditempatkan pada suatu tempat yang amat tinggi dan dari tempat itu dapat menyinari seluruh dunia. Kata ganti huwa dapat menunjuk kepada Tuhan dan kepada Rasulullah saw. Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10.

yang biru itu gimana ceritanya? sedangkan

﴾ An Najm:5 ﴿

عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ الْقُوَىٰ

yang diajarkan kepadanya oleh yang terkuat.

mbok terbangnya itu tetep pake radar mas kedung, pasti rusak ya radarnya? kok dilewati loh...

Kedunghalang wrote:

Ungkapan yang terkandung dalam tulisan-tulisan anda mencerminkan kegalauan anda mengenai pemahaman Mi'raj Rasulullah saw tanpa dasar Al Qur'an dan Hadits, sehingga keluar kata-kata yang tidak sepantasnya dituliskan oleh seorang muslim yang baik. Padahal, yang dimaksud derajat itu adalah derajat keruhanian Nabi Muhammad saw yang telah mencapai maqam syahadat. Saya sudah menulis, Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10, agar anda dapat lebih memahaminya. Dan juga, jangan lupa untuk membaca perkataan Siti 'Aisyah ra yang diriwayatkan dalam Tafsir Al Kasysyaf oleh Qastalani, bahwa yang diangkat itu rohnya, sedangkan jasadnya tidak.

crescent-star wrote:

Kedunghalang wrote:

Ungkapan yang terkandung dalam tulisan-tulisan anda mencerminkan kegalauan anda mengenai pemahaman Mi'raj Rasulullah saw tanpa dasar Al Qur'an dan Hadits, sehingga keluar kata-kata yang tidak sepantasnya dituliskan oleh seorang muslim yang baik. Padahal, yang dimaksud derajat itu adalah derajat keruhanian Nabi Muhammad saw yang telah mencapai maqam syahadat. Saya sudah menulis, Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10, agar anda dapat lebih memahaminya. Dan juga, jangan lupa untuk membaca perkataan Siti 'Aisyah ra yang diriwayatkan dalam Tafsir Al Kasysyaf oleh Qastalani, bahwa yang diangkat itu rohnya, sedangkan jasadnya tidak.

sekarang plin plan lagi, jadi teorinya Kasyaf atau ruh jalan2 ???
apa iya kasyaf definisinya ruh jalan-jalan ??
standar ganda dimana-mana supaya leluasa memainkan plintiran.

crescent-star wrote:kehabisan apa toh ? ... kemarin PENGLIHATAN (sebuah penglihatasn tanpa berpisahnya ruh dan jasad) sekarang RUH JALAN-JALAN, apa tidak malu plintat plintut begitu ?

crescent-star wrote:dhomir HUWA saja bung bisa enteng saja mengatakan itu bisa ALLAH bisa juga MUHAMMAD. maka enteng pula memlintir ayat suci al Quran dan hadits2 mutawatir maupun shahih.
berargumen kok tanpa kode etik sama sekali.

crescent-star wrote:apa yang harus dibantah, la wong kamu saja masih sangsi apa itu Allah atau Muhammad. itukan cara kerja kamu mengambangkan sesuatu supaya mudah memelintirnya.

crescent-star wrote:artinyanya memang dibuat standar ganda oleh mu,
tadinya itu proses penglihatan ada di ufuk kemudian dekat, baru-baru ini dikembangkan lagi setelah bertapa tidak muncul yakni derajat kedekatan.
ya tentu saja lawan bicara menjadi terbengong-bengong melihat tabiat plintat plintut mu.

crescent-star wrote:jurus kodok meloncat memang ampuh memusingkan lawam bicara, tapi sayang hal itu menunjukkan tidak ada nya martabat.

crescent-star wrote:kenapa harus dibantah ayat lain ?? ini masalahnya adalah ayat suci yg kamu pakai telah kamu perkosa baik dari segi kebahasaan maupun tafsirnya. huwa saja kamu tidak jelas begitu.

crescent-star wrote:sembarangan sekali, kamu tuh harus sadar ALLAH itu TUhan dan Muhammad itu manusia. seenteng begitu cara mu menafsirkan Quran ?? posisi Tuhan bisa saja digantikan oleh manusia ?? itu cara mu ??? pantas saja

Kedunghalang wrote:

abu hanan wrote:wokeh pak kedung..
silahkeun anda beri satu ayat yang menjadi pijakan "allah menampakkan WUJUD"..

Mari kita bahas terjemahan & tafsir ayat-ayat berikut ini, wan Abu:

Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas ufuk tertinggi, (An-Najm 53:7/8)

Rasulullah saw telah mencapai batas tertinggi dalam Mi'raj beliau saw, ketika Tuhan menampakkan wujud-Nya kepada beliau dengan kebenaran dan keangungan yang sempurna. Atau, ayat ini dapat berarti, bahwa cahaya Islam ditempatkan pada suatu tempat yang amat tinggi dan dari tempat itu dapat menyinari seluruh dunia. Kata ganti huwa dapat menunjuk kepada Tuhan dan kepada Rasulullah saw. Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10.

Kemudian ia, Rasulullah, mendekati Allah, lalu Dia, Allah, kian dekat kepadanya, (An-Najm 53:8/9)

abu hanan wrote:

Kedunghalang wrote:

abu hanan wrote:wokeh pak kedung..
silahkeun anda beri satu ayat yang menjadi pijakan "allah menampakkan WUJUD"..

Mari kita bahas terjemahan & tafsir ayat-ayat berikut ini, wan Abu:

Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas ufuk tertinggi, (An-Najm 53:7/8)

Rasulullah saw telah mencapai batas tertinggi dalam Mi'raj beliau saw, ketika Tuhan menampakkan wujud-Nya kepada beliau dengan kebenaran dan keangungan yang sempurna. Atau, ayat ini dapat berarti, bahwa cahaya Islam ditempatkan pada suatu tempat yang amat tinggi dan dari tempat itu dapat menyinari seluruh dunia. Kata ganti huwa dapat menunjuk kepada Tuhan dan kepada Rasulullah saw. Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10.

Kemudian ia, Rasulullah, mendekati Allah, lalu Dia, Allah, kian dekat kepadanya, (An-Najm 53:8/9)

yang sayah tebalin pak..
itu kaidah basa mana yang mempunyai 2 kemungkinan untuk sebuah kata ganti "DIA"?

7..
وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَىٰ
terjemahan versi anda ;
Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas ufuk tertinggi,

bisakan anda beri sayah kata per kata untuk ayat 7?

manggah pak..

Maksudnya begini wan Abu. Terjemahan yang saya tampilkan itu terdapat kalimat tafsiriyah. Setelah penjelasan tentang tafsir ayat itu, ada tertulis: Lihat juga ayat An-Najm 53:9/10:

Maka jadilah ia, seakan-akan, seutas tali dari dua buah busur atau lebih dekat lagi. (An-Najm 53:9/10)

Karena kami meyakini bahwa Mi'raj Rasulullah saw itu dalam bentuk kasysyaf, yakni salah-satu dari tiga cara Allah Al Mutakallim menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia yang Dia kehendaki (Asy-Syura 42:51/52). Pada saat yang sama kedekatan Rasulullah saw dengan Allah Al Mutakallim itu begitu dekat atau manunggal, seakan-akan seutas tali dari dua busur atau lebih dekat lagi, maka terjemahan + tafsiriyahnya:
Dan, Dia mewahyukan kalam-Nya  ketika ia berada di atas ufuk tertinggi, (An-Najm 53:7/8)

Ketika kata ganti huwa menunjuk kepada Tuhan, maka terjemahan (An-Najm 53:7/8) akan seperti ini:
Dan, Dia (mewahyukan kalam-Nya  ketika ia) berada di atas ufuk tertinggi,

Ketika kata ganti huwa menunjuk kepada Rasulullah saw, maka terjemahan (An-Najm 53:7/8) akan seperti ini:
Dan, (Dia mewahyukan kalam-Nya ketika) ia berada di atas ufuk tertinggi,

Kalimat yang ada di dalam kurung adalah terjemahan tafsiriyah.

crescent-star wrote:sayah jadih teringat pesan beliau saw, Islam itu hancur bukan sama orang2 kafir tetapi sama orang islam sendiri.