Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Halaman 3 dari 6 • Share
Halaman 3 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
First topic message reminder :
Amanah dari Opa Abu Hanan:
NB: Diharapkan hanya membuat post yg terkait dengan tema. Available untuk semua member
Selamat Berbincang dan berdiskusi
Amanah dari Opa Abu Hanan:
daripada ngalor ngidul..tolong buka lapak deh buat wak sama sis emil..biar nyaman dan enjoy berbagi dimari.. sf budha..
NB: Diharapkan hanya membuat post yg terkait dengan tema. Available untuk semua member
Selamat Berbincang dan berdiskusi
moderator 2- GLOBAL MODERATOR
-
Posts : 304
Kepercayaan : Islam
Location : Kursi Saya
Join date : 25.04.13
Reputation : 10
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emiliana
dan kematian adalah kesadaran (yang sementara sayah golongkan seperti kesadaran saat tidur) dan jika berbalik ke
“Segala sesuatu yang berkondisi adalah tanpa inti; apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan, Inilah jalan yang membawa pada kesucian .”( Dhammapada XX ; 279 )
dan bila sayah memandang dari titik ini (dhammapada) maka ada nihil di dalam jasad manusia,sang nihil ini ,entah bugimanah,kemudian menjadi ada yang dapat merasakan-berpikir atow dengan kata lain dari 5 point diatas maka point no 2-5 pada akhirnyah membutuhkan point no 1 untuk menjadi ada atow dikenali sebagai objek penyucian..
karena menurutnyah sayah,no 2 hingga 5 adalah tiada berkondisi bila dipisahkan dari point 1( bersifat fisik aka jasad-materi termasuk harta benda)..
yang berarti bila 5 point diatas terpisah karena kematian maka no 2-5 menjadi tiada karena gak ada kesadaran lagi..
dan entahlah apakah benar atow tidak,jika nil/nihil pun turut mewarnai pemikiran pak siddharta..dan sayah menjadi lebih bingung jika teori nihil ini kemudian sayah kaitkan dengan reinkarnasi sebagai karma..pada akhirnyah karma pun menjadi tiada bila nihilisme ini digunakan untuk menganalisa "tiada aku"..
**nb ; "aku" sesuai pertanyaan sayah adalah tidak ada sangkut pautnyah dengan hartaku-rambutku-kulitku dan segala sesuatu yang berhubungan dengan "hak milik"..
justru inilah yang sayah gak mengerti..
kalo lah Anda sudah baca doktrin Anatta (tanpa Aku) yg sdh dijelaskan sebelumnya, dan sdh pula menerima penjelasan seputarnya
dan karena rasa penasaran darinyah sayah maka sayah susulkan ;
karena kesadaran saat mimpi BERBEDA dengan kesadaran saat normal..dan tak jarang orang orang tidur/pingsan benar2 lupa diri/gak sadar total..mohon pencerahan.."
dan kematian adalah kesadaran (yang sementara sayah golongkan seperti kesadaran saat tidur) dan jika berbalik ke
Maka sosok yang menghuni jasad (untuk dapat dikatakan hidup) menjadi tiada (bila berangkat dari asumsi sederhana bahwa “aku”) terbentuk/tersusun dari 5 point diatas..Untuk sementara,definisi “aku”adalah ;
1.. Rupa = Bentuk, tubuh, badan jasmani.
2. Viññana = Kesadaran.
3. Sañña = Pencerapan.
4. Sankhära = Pikiran, bentuk-bentuk mental
5. Vedanä = Perasaan.
“Segala sesuatu yang berkondisi adalah tanpa inti; apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan, Inilah jalan yang membawa pada kesucian .”( Dhammapada XX ; 279 )
dan bila sayah memandang dari titik ini (dhammapada) maka ada nihil di dalam jasad manusia,sang nihil ini ,entah bugimanah,kemudian menjadi ada yang dapat merasakan-berpikir atow dengan kata lain dari 5 point diatas maka point no 2-5 pada akhirnyah membutuhkan point no 1 untuk menjadi ada atow dikenali sebagai objek penyucian..
karena menurutnyah sayah,no 2 hingga 5 adalah tiada berkondisi bila dipisahkan dari point 1( bersifat fisik aka jasad-materi termasuk harta benda)..
yang berarti bila 5 point diatas terpisah karena kematian maka no 2-5 menjadi tiada karena gak ada kesadaran lagi..
dan entahlah apakah benar atow tidak,jika nil/nihil pun turut mewarnai pemikiran pak siddharta..dan sayah menjadi lebih bingung jika teori nihil ini kemudian sayah kaitkan dengan reinkarnasi sebagai karma..pada akhirnyah karma pun menjadi tiada bila nihilisme ini digunakan untuk menganalisa "tiada aku"..
**nb ; "aku" sesuai pertanyaan sayah adalah tidak ada sangkut pautnyah dengan hartaku-rambutku-kulitku dan segala sesuatu yang berhubungan dengan "hak milik"..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Sy klarifikasi soal kesadaran mimpi, itu hanya tafsiran sy dan tdk berarti itu 100% sesuai dengan filsafat Buddhis, atau tdk sama sekali, sehingga layak diabaikan. Jujur dr awal sy tekankan Anatta ini masih sulit saya pahami, namun sy coba jelaskan.
Masih sama, ga ada inti maksudnya ga ada roh/spirit, kyk Casper...yg keluar saat org meninggal, atau dgn kata lain roh/spirit yg dipercayai di ajaran lain. Dan roh ini dianggap menguasai dan menjalankan tubuh serta pikiran. Nah, utk memahami scr mudah, tidak ada inti ini sdh sy jelaskan dgn lampu senter, bagian mana yg dpt disebut membuat lampu senter mengeluarkan cahaya? Atau perumpamaan bung Gravelord, dgn roti abon...mana yg dpt disebut roti abon, tepung? Gula? Abon? Ragi? Air?
Adapun yg disebut "aku" atau "roh" yg abadi tdk tersentuh faktor eksternal ini, sebenarnya adlh kombinasi 5 agregat, dan krn ia menyebab-akibatkan, maka ia tidak kekal. Suka tidak suka, karena adanya pengertian "roh" yg kekal spt Casper ini, maka timbul pengertian "aku" dan dengan sendirinya metamorfosis jadi "aku yg tumbuh tinggi", "aku yg baru makan es krim", "aku yg takut ketinggian", "hartaku", "anakku", "aku dirampok", "aku dihina".
Lalu siapa yg kena rampok, klo bukan "aku"....nah dalam pergaulan, dipakailah "aku" karena akan muncul kebingungan yg sangat luar biasa. Akan tetapi pula, syp yg mati, syp yg kena karma, siapa yg tumimbal lahir? Sebelumnya sy katakan ini sebagai si pemilik rantai samsara yg dimotori oleh arus kesadaran yg masih berdaya. Jd bukan nihil, ibaratnya orang lain mengatakan di dalam tubuh ada 1 roh spt Casper, di dalam kubus itu ada 1 inti, Buddha mengatakan tidak ada 1 roh spt Casper, melainkan kerja kombinasi 5 Kelompok Kegemaran, dan kubus tdd dari atom-atom.
Klo spt itulah nihil ajaran Buddha, maka seharusnya kelihatan pengikutnya pd hidup foya2 dgn semboyan: hidup cuma sekali, jgn disia-siakan, ayo berbuat onar, tapi kenyataannya? Ok, balik lagi ke siapa yg menikmati buah karma...klo sy menamakan "arus kesadaran", tdk semestinya Anda melihat "kesadaran" pd poin ke-2 Pancakhanda sebagai "arus kesadaran" ini. Karena klo begitu, telah salah kt mengatakan satu elemen itu adalah "diri". Missing link dari siapa yg menikmati buah karma, perlu dicermati dari 12 Rantai Kesaling-bergantungan. Dan mohon maaf klo penjelasan sy msh tdk dpt Anda pahami, krn sy juga masih dlm proses, klo sy dpt memberikan penjelasan yg memuaskan sesungguhnya sy minimal sdh di tingkat Arahat. Tp jelaslah itu tdk mungkin.
Paticcasamuppada:
- Ketidaktahuan menimbulkan bentukan kehendak
- Bentukan kehendak menimbulkan kesadaran
- Kesadaran menimbulkan nama dan rupa (individualitas)
- Nama dan rupa menimbulkan enam-landasan indra
- Enam landasan indra menimbulkan singgungan
- Singgungan menimbulkan perasaan
- Perasaan menimbulkan nafsu keinginan
- Nafsu keinginan menimbulkan kemelakatan
- Kemelekatan menimbulkan kelangsungan hidup
- kelangsungan hidup menimbulkan kelahiran
- kelahiran menimbulkan penuaan dan kematian
Arus kesadaran membawa serta kemelekatannya utk hidup, dan hiduplah dia!
Sang Buddha pernah berkata kepada Ratthapala ;
"0 brahmana, kesadaran itu seperti juga sebuah sungai di gunung yang mengalir jauh dan cepat dengan membawa serta segala sesuatu yang dijumpai diperjalanannya; tak sekejap, sesaat atau sedetik pun ia berhenti mengalir, tetapi ia terus menerus mengalir tak henti-hentinya. Begitu pula brahmana, penghidupan seorang manusia dapat diumpamakan sebagai sebuah sungai di gunung".
Dalam konteks kelahiran kembali, kesadaran yang berpindah atau arus kesadaran (samvattanika-viññana) adalah salah satu penyebab munculnya kelahiran baru. Perumpamaan yang dipakai adalah berpindahnya api dari satu lilin ke lilin yang lain. Jika api di lilin A sudah mau padam (misal karena lilinnya habis), lalu dekatkan sumbu lilin B ke api lilin A, maka lilin B akan menyala. Apakah api di lilin A sama atau tidak sama dengan api lilin B? Tidak sama, karena faktor udara, sumbu dan lilinnya pun tidak sama, tetapi merupakan kesinambungan dari lilin A. Jadi dibilang sama juga tidak, dibilang tidak sama juga tidak tepat.
Apakah kamu sama dengan kamu waktu masih SD dulu? Siapa yang belajar berhitung? Dan siapa yang sekarang sudah menuai hasil karena bisa berhitung? Bukankah tetap kamu juga? Semua sudah berubah, tubuh sudah berubah, cara pikir sudah berubah, tetapi secara umum ya tetap kamu juga yang bisa berhitung. Sama halnya dengan karma, ya kamu juga yang akan menerima buahnya.
Ada sebab ada akibat
Di mana ada akibat, di situ ada sebab
Untuk melenyapkan akibat, pangkaslah sebab
Untuk melenyapkan kematian, pangkaslah kelahiran...
Stop! Berarti bunuh diri begitu, atau menggugurkan kandungan? Bukan begitu! Lihat keseluruhan rantai musabab-nya...(misal jgn berhubungan intim, jgn menikah, dll)
Dalam spiritualitas, kelahiran disebabkan kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup disebabkan kemelekatan
dan seterusnya sampailah kita pada "pemahaman yg salah", "pandangan yg keliru", "batin yg gelap", "batin yang bodoh", dinamakan avijja. Maka sumber penderitaan adalah avijja, org yg dpt menghalau avijja inilah maksud quote Dhammapada XX:279.
“Segala sesuatu yang berkondisi adalah tanpa inti; apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat ini, maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan, Inilah jalan yang membawa pada kesucian .”( Dhammapada XX ; 279 )
Masih sama, ga ada inti maksudnya ga ada roh/spirit, kyk Casper...yg keluar saat org meninggal, atau dgn kata lain roh/spirit yg dipercayai di ajaran lain. Dan roh ini dianggap menguasai dan menjalankan tubuh serta pikiran. Nah, utk memahami scr mudah, tidak ada inti ini sdh sy jelaskan dgn lampu senter, bagian mana yg dpt disebut membuat lampu senter mengeluarkan cahaya? Atau perumpamaan bung Gravelord, dgn roti abon...mana yg dpt disebut roti abon, tepung? Gula? Abon? Ragi? Air?
Adapun yg disebut "aku" atau "roh" yg abadi tdk tersentuh faktor eksternal ini, sebenarnya adlh kombinasi 5 agregat, dan krn ia menyebab-akibatkan, maka ia tidak kekal. Suka tidak suka, karena adanya pengertian "roh" yg kekal spt Casper ini, maka timbul pengertian "aku" dan dengan sendirinya metamorfosis jadi "aku yg tumbuh tinggi", "aku yg baru makan es krim", "aku yg takut ketinggian", "hartaku", "anakku", "aku dirampok", "aku dihina".
Lalu siapa yg kena rampok, klo bukan "aku"....nah dalam pergaulan, dipakailah "aku" karena akan muncul kebingungan yg sangat luar biasa. Akan tetapi pula, syp yg mati, syp yg kena karma, siapa yg tumimbal lahir? Sebelumnya sy katakan ini sebagai si pemilik rantai samsara yg dimotori oleh arus kesadaran yg masih berdaya. Jd bukan nihil, ibaratnya orang lain mengatakan di dalam tubuh ada 1 roh spt Casper, di dalam kubus itu ada 1 inti, Buddha mengatakan tidak ada 1 roh spt Casper, melainkan kerja kombinasi 5 Kelompok Kegemaran, dan kubus tdd dari atom-atom.
Klo spt itulah nihil ajaran Buddha, maka seharusnya kelihatan pengikutnya pd hidup foya2 dgn semboyan: hidup cuma sekali, jgn disia-siakan, ayo berbuat onar, tapi kenyataannya? Ok, balik lagi ke siapa yg menikmati buah karma...klo sy menamakan "arus kesadaran", tdk semestinya Anda melihat "kesadaran" pd poin ke-2 Pancakhanda sebagai "arus kesadaran" ini. Karena klo begitu, telah salah kt mengatakan satu elemen itu adalah "diri". Missing link dari siapa yg menikmati buah karma, perlu dicermati dari 12 Rantai Kesaling-bergantungan. Dan mohon maaf klo penjelasan sy msh tdk dpt Anda pahami, krn sy juga masih dlm proses, klo sy dpt memberikan penjelasan yg memuaskan sesungguhnya sy minimal sdh di tingkat Arahat. Tp jelaslah itu tdk mungkin.
Paticcasamuppada:
- Ketidaktahuan menimbulkan bentukan kehendak
- Bentukan kehendak menimbulkan kesadaran
- Kesadaran menimbulkan nama dan rupa (individualitas)
- Nama dan rupa menimbulkan enam-landasan indra
- Enam landasan indra menimbulkan singgungan
- Singgungan menimbulkan perasaan
- Perasaan menimbulkan nafsu keinginan
- Nafsu keinginan menimbulkan kemelakatan
- Kemelekatan menimbulkan kelangsungan hidup
- kelangsungan hidup menimbulkan kelahiran
- kelahiran menimbulkan penuaan dan kematian
Arus kesadaran membawa serta kemelekatannya utk hidup, dan hiduplah dia!
Sang Buddha pernah berkata kepada Ratthapala ;
"0 brahmana, kesadaran itu seperti juga sebuah sungai di gunung yang mengalir jauh dan cepat dengan membawa serta segala sesuatu yang dijumpai diperjalanannya; tak sekejap, sesaat atau sedetik pun ia berhenti mengalir, tetapi ia terus menerus mengalir tak henti-hentinya. Begitu pula brahmana, penghidupan seorang manusia dapat diumpamakan sebagai sebuah sungai di gunung".
Dalam konteks kelahiran kembali, kesadaran yang berpindah atau arus kesadaran (samvattanika-viññana) adalah salah satu penyebab munculnya kelahiran baru. Perumpamaan yang dipakai adalah berpindahnya api dari satu lilin ke lilin yang lain. Jika api di lilin A sudah mau padam (misal karena lilinnya habis), lalu dekatkan sumbu lilin B ke api lilin A, maka lilin B akan menyala. Apakah api di lilin A sama atau tidak sama dengan api lilin B? Tidak sama, karena faktor udara, sumbu dan lilinnya pun tidak sama, tetapi merupakan kesinambungan dari lilin A. Jadi dibilang sama juga tidak, dibilang tidak sama juga tidak tepat.
Apakah kamu sama dengan kamu waktu masih SD dulu? Siapa yang belajar berhitung? Dan siapa yang sekarang sudah menuai hasil karena bisa berhitung? Bukankah tetap kamu juga? Semua sudah berubah, tubuh sudah berubah, cara pikir sudah berubah, tetapi secara umum ya tetap kamu juga yang bisa berhitung. Sama halnya dengan karma, ya kamu juga yang akan menerima buahnya.
Ada sebab ada akibat
Di mana ada akibat, di situ ada sebab
Untuk melenyapkan akibat, pangkaslah sebab
Untuk melenyapkan kematian, pangkaslah kelahiran...
Stop! Berarti bunuh diri begitu, atau menggugurkan kandungan? Bukan begitu! Lihat keseluruhan rantai musabab-nya...(misal jgn berhubungan intim, jgn menikah, dll)
Dalam spiritualitas, kelahiran disebabkan kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup disebabkan kemelekatan
dan seterusnya sampailah kita pada "pemahaman yg salah", "pandangan yg keliru", "batin yg gelap", "batin yang bodoh", dinamakan avijja. Maka sumber penderitaan adalah avijja, org yg dpt menghalau avijja inilah maksud quote Dhammapada XX:279.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
terlepas bicara medis,seperti apa penjelasan tentang kematian itu sendiri?karena dengan mati maka satu unsur yang melekat dengan jasad/fisik/benda uda lepas dan tinggalah 4 unsur..dalam situasi semacam ini,gimana penjelasan buddha?jujur sayah belum menangkap pesan kematian..
perbedaan tentulah tumimbal dan nibbhana..tetapi bukan itu yang sayah ingin pahami tetapi kematian itu sendiri..
ketidaktahuan menimbulkan kematian adalah shortcut dari 12 efek ketergantungan..nah,kematian ada 2 macam,sempurna dan biasa..Paticcasamuppada:
- Ketidaktahuan menimbulkan bentukan kehendak
- Bentukan kehendak menimbulkan kesadaran
- Kesadaran menimbulkan nama dan rupa (individualitas)
- Nama dan rupa menimbulkan enam-landasan indra
- Enam landasan indra menimbulkan singgungan
- Singgungan menimbulkan perasaan
- Perasaan menimbulkan nafsu keinginan
- Nafsu keinginan menimbulkan kemelakatan
- Kemelekatan menimbulkan kelangsungan hidup
- kelangsungan hidup menimbulkan kelahiran
- kelahiran menimbulkan penuaan dan kematian
perbedaan tentulah tumimbal dan nibbhana..tetapi bukan itu yang sayah ingin pahami tetapi kematian itu sendiri..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Kematian menurut Buddhis itu hancurnya 5 kelompok agregat, ini berarti jasmani sekaligus batin. Akan tetapi klo semua sdh habis, siapa yg tumimbal lahir? Makanya sy sebutkan di atas, harus pake Paticcasamuppada..yaitu bentukan 5 agregat itu yg sdh berbuah pada kemelekatan akan kelangsungan hidup, dst, dst...apabila avijja belum dikikis, maka berlangsung roda kelahiran yg tiada henti2.
Proses kehidupan adalah proses kesinambungan hidup dan mati. Sy kutip dari http://dhammavijja.web.id/2012/01/kematian-menurut-buddhis-ngapain-takut/. Di sana dijelaskan seseorang yg berada di suatu ruangan berarti ia telah 'mati' di luar ruangan tsb, sebab tdk dpt ditemukan seseorang itu di luar ruangan. Kematian seseungguhnya adalah berpindah-tempat, apa yg berpindah? Balik maning, balik maning...arus kesadaran bro....yg uda dijelasin di atas, bahwa ia bukan poin "kesadaran" dalam 5 Agregat, melainkan diibaratkan nyala api yg berpindah ke sumbu lilin yg lain.
Berikut dikutip lagi dari http://buletin-narhasem.blogspot.com/2010/01/artikel-arti-dan-makna-kematian.html
coba bandingkan dgn sabda Sang Buddha yg sebelumnya diutarakan, bahwa arus kesadaran bagaikan air sungai yang menyapu apa yg dilewatinya....
Sila dibrowse 2 link dlm komentar ini...
Yang saya tangkap mah bukan 'kematian' yg ingin bro kupas, tapi keberadaan 'roh' yg di agama kami ga ada. Sy menangkap satu inti pertanyaan: "siapa yang"...mungkin krn bro udah biasa dgn ajaran agama bro sendiri, bahwa roh itu ditiupkan Tuhan ke dalam badan. Jangan slh, sy jg masih berpikiran spt itu, ada kira2 80% dlm pikiran sy. Krn emang Anatta ini susah sekali dipahami, tapi ini semakin membuat sy kagum dgn filosofi Buddha yg menolak kemudahan 'mitos' bahwa dlm diri ada spirit semacam Casper.
Proses kehidupan adalah proses kesinambungan hidup dan mati. Sy kutip dari http://dhammavijja.web.id/2012/01/kematian-menurut-buddhis-ngapain-takut/. Di sana dijelaskan seseorang yg berada di suatu ruangan berarti ia telah 'mati' di luar ruangan tsb, sebab tdk dpt ditemukan seseorang itu di luar ruangan. Kematian seseungguhnya adalah berpindah-tempat, apa yg berpindah? Balik maning, balik maning...arus kesadaran bro....yg uda dijelasin di atas, bahwa ia bukan poin "kesadaran" dalam 5 Agregat, melainkan diibaratkan nyala api yg berpindah ke sumbu lilin yg lain.
Berikut dikutip lagi dari http://buletin-narhasem.blogspot.com/2010/01/artikel-arti-dan-makna-kematian.html
Sang Budha menjelaskan bahwa (Lima) kelompok ini bukan suatu pribadi lagi, melainkan suatu serial dari proses fisik dan mental yang tidak akan diam tetapi akan terus mengalir.
coba bandingkan dgn sabda Sang Buddha yg sebelumnya diutarakan, bahwa arus kesadaran bagaikan air sungai yang menyapu apa yg dilewatinya....
Sila dibrowse 2 link dlm komentar ini...
Yang saya tangkap mah bukan 'kematian' yg ingin bro kupas, tapi keberadaan 'roh' yg di agama kami ga ada. Sy menangkap satu inti pertanyaan: "siapa yang"...mungkin krn bro udah biasa dgn ajaran agama bro sendiri, bahwa roh itu ditiupkan Tuhan ke dalam badan. Jangan slh, sy jg masih berpikiran spt itu, ada kira2 80% dlm pikiran sy. Krn emang Anatta ini susah sekali dipahami, tapi ini semakin membuat sy kagum dgn filosofi Buddha yg menolak kemudahan 'mitos' bahwa dlm diri ada spirit semacam Casper.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
sayah masih belum paham..karena nyala api tetaplah nyala api dengan komposisi nan samah meskipun berpindah lokasi..Kematian seseungguhnya adalah berpindah-tempat, apa yg berpindah? ....diibaratkan nyala api yg berpindah ke sumbu lilin yg lain.
pada taraf kematian biasa..kematian adalah nyala api yang berpindah sumbu tetapi nyala api yang baru ini berbeda dengan nyala api sebelum dia berpindah..sayah katakan demikian karena "arus kesadaran" kehidupan sebelumnyah gak pernah diingat di kehidupan baru..
dan bila sayah memahami dari sisi lain,maka nibbhana adalah nihil/musnah dalam arti sebenarnyah karena "aku" benar2 gak ada baik secara utuh 5 point maupun terpisah..karena gak ada kesadaran (seperti kesadaran saat ini) tetapi dapat merasakan bahagia (kebahagiaan yang susah dilukiskan dengan kata2 karena gak lahir kembali aka reinkarnasi)..
dilink kedua dikatakan ;
dan itu mungkin mewakili pendapat sayah tentang "nihilisme" karena kematian adalah hancurnyah ego/arus kesadaran..dan karena arus kesadaran telah hancur (dalam kematian sitimewa/nibbhana) maka nihil..Kematian menurut definisi yang terdapat dalam kitab suci agama Budha adalah hancurnya Khanda. Khanda adalah lima kelompok yang terdiri dari pencerapan, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, kesadaran dan tubuh jasmani manusia atau materi. Keempat kelompok pertama merupakan kelompok batin atau ‘nama’ yang membentuk suatu kesatuan kesadaran. Sedangkan kelompok kelima yaitu jasmani manusia atau materi merupakan ‘rupa’, yakni kelompok fisik atau materi. Gabungan batin dan jasmani inilah yang disebut individu, pribadi atau ego.
seperti yang anda katakan.casper/roh/spirit,itu bisa didekati dengan pola pikir buddha bahwa gabungan 5 unsur (dimisalkan sebuah spirit/nyawa/roh)..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
sayah masih belum paham..karena nyala api tetaplah nyala api dengan komposisi nan samah meskipun berpindah lokasi..
pada taraf kematian biasa..kematian adalah nyala api yang berpindah sumbu tetapi nyala api yang baru ini berbeda dengan nyala api sebelum dia berpindah..sayah katakan demikian karena "arus kesadaran" kehidupan sebelumnyah gak pernah diingat di kehidupan baru..
banvak kok kisah2 cenayang yg bs lihat kehidupan masa lalu, bahkan di Oprah Show. Dan ada banyak juga anak2 indigo, yg bs memberi pendapat seputar ini. Apakah itu fakta? Well, saya tdk tahu persis, tp setdknya ada "keraguan beralasan" atau "reasonable doubt" terhadap gagasan bahwa tidak ada tumimbal lahir. Kalau dilihat dari perumpamaan lilin, maka emang terlihat itu api yg sama, tp jg berbeda.
dan bila sayah memahami dari sisi lain,maka nibbhana adalah nihil/musnah dalam arti sebenarnyah karena "aku" benar2 gak ada baik secara utuh 5 point maupun terpisah..karena gak ada kesadaran (seperti kesadaran saat ini) tetapi dapat merasakan bahagia (kebahagiaan yang susah dilukiskan dengan kata2 karena gak lahir kembali aka reinkarnasi)..
ya kalau Anda mau memahaminya spt itu, sila saja...Dan cobalah memusnahkan "aku" itu, rasanya susah bukan kepalang! Sebenarnya Nibbhana yg bener tuh menurut sy, tdk bahagia, tdk merasakan, karena balik lagi ke kebahagiaan itu ga kekal/konstan, bs berubah, dan perubahan2 adalah dukkha. Ketenangan atau kedamaian mungkin lbh pas utk mendeksripsikan "rasa" di Nibbhana ini.
dan itu mungkin mewakili pendapat sayah tentang "nihilisme" karena kematian adalah hancurnyah ego/arus kesadaran..dan karena arus kesadaran telah hancur (dalam kematian sitimewa/nibbhana) maka nihil..
seperti yang anda katakan.casper/roh/spirit,itu bisa didekati dengan pola pikir buddha bahwa gabungan 5 unsur (dimisalkan sebuah spirit/nyawa/roh)..
srsrsrsr...sy kok agaknya krg greget klo konsep Buddhisme disandingkan dengan nihilisme. Kita tilik dulu yak bro, makna nihilisme dari om wiki (http://id.wikipedia.org/wiki/Nihilisme).
Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.
1) Nibbhana adalah tujuan akhir umat Buddha
2) Meski tidak mendukung keberadaan Sang Pencipta, moral sejati (dan etika) dijunjung tinggi
3) Kehidupan memiliki arti, sekalipun itu fana
4) Ada tindakan yang lebih baik drpd yg lain (merujuk pd moral & etika yg tertera dalam Jalan Mulia Berunsur 8) yg menghubungkan pada karma baik
"Nihil" menurut pengertian Bung mungkin "hampa", "pemusnahan", "kosong"..ya ini emang bs diterima, dr segi Nibbhana lho ya. Namun merujuk kembali ke definisi nihilisme, yg segala2nya tdk ada, maka ga bisa dkatakan Buddhisme itu nihilisme. Paham nihilisme sendiri sdh menyangkal dirinya sendiri, karena ia ada dan berwujud, ini pendapat saya...
Silakan kopinya :)
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
yang menjadi fokus sayah adalah "arus kesadaran" aka ego saat ini yang tidak dapat mengingat kehidupan masa lalu..cenayang dan anak indigo bukan termasuk bagian dari objek perhatian sayah..banvak kok kisah2 cenayang yg bs lihat kehidupan masa lalu, bahkan di Oprah Show. Dan ada banyak juga anak2 indigo, yg bs memberi pendapat seputar ini. Apakah itu fakta? Well, saya tdk tahu persis, tp setdknya ada "pendukung" atau "reasonable doubt" terhadap gagasan bahwa tidak ada tumimbal lahir. Kalau dilihat dari perumpamaan lilin, maka emang terlihat itu api yg sama, tp jg berbeda.
"aku" yang tidak diikuti rasa memiliki benda/tidak berhasrat pada benda membawa sayah ke situasi nihil..sayah bukan apa2 dan tidak ada,tidak berwujud dan tidak berkondisi..tidak memiliki kesadaran dan perasaan,tidak berpikiran dan berkeinginan..Dan cobalah memusnahkan "aku" itu, rasanya susah bukan kepalang!
segitu dulu deh..kopinyah keburu dingin
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
yang menjadi fokus sayah adalah "arus kesadaran" aka ego saat ini yang tidak dapat mengingat kehidupan masa lalu..cenayang dan anak indigo bukan termasuk bagian dari objek perhatian sayah..
jawaban sy sebenarnya sdh tepat masuk ke jantung pertanyaan Anda, yg menyatakan: tidak ada "arus kesadaran" yg dapat mengingat masa lampau...ya ini sbg pendukung kalau Anda skeptis soal penuturan Buddha Gautama sendiri yg blg dy pernah jd kelinci, jd bhikkhu zaman apa gitu....
""aku" yang tidak diikuti rasa memiliki benda/tidak berhasrat pada benda membawa sayah ke situasi nihil..sayah bukan apa2 dan tidak ada,tidak berwujud dan tidak berkondisi..tidak memiliki kesadaran dan perasaan,tidak berpikiran dan berkeinginan.."
itu emang benar, sy udah blg di atas, dlm arti kondisi Nibbhana ud tercapai, di mana kosong adalah isi, isi adalah kosong (kata Tom Sam Cong hehehe). Karena Nibbhana sendiri tidak dpt didefinisikan secara gamblang (*sesungguhnya segala sesuatu yg didefinisikan telah kehilangan makna sejatinya), maka terserah Anda pada tingkat pengetahuan Anda saat ini untuk memaknai Nibbhana spt apa.
ya udah, ga diminum jg ga apa2..kata pepatah yg dinilai adalah niatnya :)
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
wah jauh sekali dari menikam jantung sayah..jawaban sy sebenarnya sdh tepat masuk ke jantung pertanyaan Anda, yg menyatakan: tidak ada "arus kesadaran" yg dapat mengingat masa lampau...ya ini sbg pendukung kalau Anda skeptis soal penuturan Buddha Gautama sendiri yg blg dy pernah jd kelinci, jd bhikkhu zaman apa gitu....
mengafah sayah berkata seperti itu?karena emang jauh dan sama sekali bukan menjadi fokus sayah di obrolan tentang ajaran pak sg..
jakatamala,sebagai riwayat kehidupan pak sg sebelum menjadi siddharta,di situ dijelaskan hewan bisa berbicara satu sama lain..
menjadi aneh baginyah sayah bila seekor kelinci penuh dengan kebijakan..Kemudian monyet mendekat. Dia membawa mangga-buahan, matang dan akibatnya dibedakan oleh kelembutan mereka, warna oranye yang kuat, seolah-olah mereka dicelup dengan orpiment merah, mereka tangkai-ujung sangat merah, dan kebulatan mereka, dan melakukan penghormatan dari Anjali, ia berbicara:
28. "Mangga matang, air lezat, bayangan menyegarkan seperti kesenangan masyarakat yang baik, hal-hal ini, O terbaik mereka yang tahu brahma, saya memiliki bagimu. Nikmati mereka, dan menginap malam ini di sini. "
Kemudian kelinci mendekat, dan segera setelah ia membuat penghormatan, ia memintanya menerima tawaran tubuhnya sendiri. Jadi dia berbicara, menengadah ke dia dengan hal yang besar:
29. "A hare, yang telah tumbuh di hutan, tidak memiliki kacang atau biji wijen atau butir beras untuk menawarkan, tetapi mempersiapkan tubuh saya ini dengan api, dan setelah makan atasnya menginap malam ini di padepokan ini.
30. Pada hari libur kedatangan pengemis setiap orang memberikan dia dengan apa pun barang nya dapat menjadi sarana penyediaan keinginannya. Tapi kekayaan saya terbatas pada tubuh saya, bawa, maka, ini seluruh harta saya ".
Sakra menjawab:
31. "Bagaimana mungkin bahwa orang seperti saya harus membunuh makhluk hidup lain? Dan apalagi makhluk seperti Engkau, Engkau yang menunjukkan persahabatan kepada saya? "
Kelinci itu berkata: "Sesungguhnya, ini menjadi sumur Brahman, cenderung kasih sayang. Kalau begitu, engkau harus memberikan saya setidaknya nikmat beristirahat di sini, di tempat ini, dalam mean sementara saya pikir saya akan menemukan dalam beberapa cara atau lain sarana untuk menunjukkan mendukung saya kepadamu ".
Sekarang Sakra, Tuhan Deva, pemahaman [44] niatnya, diciptakan oleh sihir tumpukan arang pembakaran tanpa asap, massa ini memiliki warna emas murni, api sangat tipis ditembak keluar dari itu, dan banyak percikan yang berserakan. Kelinci, yang melihat-lihat di semua sisi, dirasakan bahwa api. Begitu melihatnya, katanya, bergembira, untuk Sakra: "Saya telah menemukan bahwa sarana menunjukkan kepadamu nikmat-Ku. Engkau, maka, harus memenuhi harapan dengan yang saya berikan kepadamu anugerah ini, dan menikmati tubuh saya. Lihat, besar Brahman,
32. Ini adalah tugas saya untuk memberikan dalam amal, dan hati saya cenderung untuk melakukannya, dan orang seperti Engkau Saya telah bertemu dengan tamu yang layak, seperti kesempatan untuk memberikan tidak dapat dengan mudah diperoleh. Mari maka amal saya tidak sia-sia, karena itu tergantung pada kepadamu. "
yup..dan sejauh sayah mengenali buddha sejauh itu fula sayah dapatkan suatu konsep nihilisme/musnah/tiada yang berbeda dengan wiki
maka terserah Anda pada tingkat pengetahuan Anda saat ini untuk memaknai Nibbhana spt apa.
kemudian makin membingungkan karena dalam teks jakatamala disebutkan ;
ada penjelasan sis?Jadi, kemudian, bahkan di bekas kelahiran Tuhan menunjukkan bawaan, tertarik, dan besar kasih-Nya terhadap semua makhluk, dan mengidentifikasi diri-Nya dengan semua makhluk. Untuk alasan ini kami harus memiliki iman hati dalam Buddha, Tuhan.
[Dan juga ini harus dikemukakan: "Dan telah memperoleh iman ini di Buddha Tuhan, kita harus berjuang untuk merasakan sukacita tertinggi, dengan cara ini iman kita akan memiliki tempat kudus ini." - "Demikian juga kita harus mendengarkan dengan memperhatikan pemberitaan Hukum, karena telah dibawa ke kami dengan cara ratusan kesulitan yang sulit. "Duṣkaraśatasamudānītatvāt, cp. Divyavadana, ed. Cowell, p. 07
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Soal Jakatamala, ini sy ambil dr om wiki lagi
The Jatakamala (Tib. skye pa'i rabs kyi rgyud) 'Garland of Jàtakas' is a selection of Jataka tales in Sanskrit by the 4th century CE monk Aryassra.
Perhatikan kata 'tales' di atas, sy tdk bgt mahir menjelaskan ini...tp begini ada yg pernah bertanya pd guru Dhamma saya (or so), benarkan Sang Buddha bisa berbicara dengan monyet? Atau hewan2 yg saling bicara? Jawabannya skrg samar2 di kepala sy, krn wkt itu (dan kini) bagi sy itu pertanyaan bodoh, gak penting. Tp kira2 kata guru sy begini: bukan berarti monyet bs bicara dengan Buddha atau hewan slg bicara...itu semacam 'cara penyampaian kisah'....atau mirip dgn kisah relief2 Candi Borobudur? Sy lupa penjelasan ini sy dpt dari mana...
Bro, kalau mw bahas Dhamma dgn saya, sy lbh suka kita fokus pd sabda2 dlm Dīgha Nikāya, Majjhima Nikāya, Saṃyutta Nikaya, dan Aṅguttara Nikāya, dan beberapa buku dari Khuddhaka Nikaya, karena merupakan khotbah tertua otentik Sang Buddha.
Komentar saya mengenai cenayang memang bukan fokus utama Anda, pilar pokok Anda, ttg Buddha Gautama, thread ini. Itu benar..., sy toh hanya menyampaikan sepintas lalu bagi statement Anda: gak ada 'arus kesadaran' yg dpt mengingat kehidupan masa lalunya. Dan bagi statement tsb, jawaban sy tepat menghunus ke jantung persoalan a.k.a pernyataan itu. Coba baca baik2 dulu statement atau pertanyaan Anda itu, yg membawa ke jwban sy mengenai cenayang.
Inti pertanyaan2 bro yg lain mengenai "siapa yang" termasuk berkamuflase dalam konsep kematian Buddhis, karena sebetulnya bro gatel pengen tahu "siapa yang mati"....kurang lebih, cukup, sudah ada panjang lebar sy sebutkan dari doktrin Anatta sampai ke penjelasan nyala api dari lilin.
Hhmmm...nihilisme, kalau berdasarkan konsepnya di wiki, disadur atas filosofi Nietzsche, udah sy bantah juga (lagi2 di atas)...Dibandingkan dengan "nihilisme" awam pun bahwa dunia ini kosong, tidak ada apa2, segalanya kosong, hampa, kt tdk bertujuan hidup di dunia ini, kt eksis semata, maka tdk perlu kt repot2 jadi orang baik atau menapaki moralitasnya Buddha, betul? Toh ga ada surga, ga ada neraka, kt cuman hdp sekali, ya nikmatin ajalah...Bandingkan dgn ajaran Buddha: Sabbe Dhamma Anatta (segala sesuatu baik yg terkondisi ataupun tidak, tdk memiliki inti). Kalaulah di Nibbhana, Anda melihatnya sebagai nihil, yo weisss....tp perlu Anda pikirkan kalau sesederhana perkara "nihil" spt itu, mengapa umat Buddha tdk lgsg bunuh diri saja? Sy kira ada "kualitas" (kualitas Nibbhana atau sederhananya perasaan damai) yg patut kita catut di sini, dan oleh sebab itu tdk menjadikan Buddhisme secara umum maupun khusus nihil.
The Jatakamala (Tib. skye pa'i rabs kyi rgyud) 'Garland of Jàtakas' is a selection of Jataka tales in Sanskrit by the 4th century CE monk Aryassra.
Perhatikan kata 'tales' di atas, sy tdk bgt mahir menjelaskan ini...tp begini ada yg pernah bertanya pd guru Dhamma saya (or so), benarkan Sang Buddha bisa berbicara dengan monyet? Atau hewan2 yg saling bicara? Jawabannya skrg samar2 di kepala sy, krn wkt itu (dan kini) bagi sy itu pertanyaan bodoh, gak penting. Tp kira2 kata guru sy begini: bukan berarti monyet bs bicara dengan Buddha atau hewan slg bicara...itu semacam 'cara penyampaian kisah'....atau mirip dgn kisah relief2 Candi Borobudur? Sy lupa penjelasan ini sy dpt dari mana...
Bro, kalau mw bahas Dhamma dgn saya, sy lbh suka kita fokus pd sabda2 dlm Dīgha Nikāya, Majjhima Nikāya, Saṃyutta Nikaya, dan Aṅguttara Nikāya, dan beberapa buku dari Khuddhaka Nikaya, karena merupakan khotbah tertua otentik Sang Buddha.
Komentar saya mengenai cenayang memang bukan fokus utama Anda, pilar pokok Anda, ttg Buddha Gautama, thread ini. Itu benar..., sy toh hanya menyampaikan sepintas lalu bagi statement Anda: gak ada 'arus kesadaran' yg dpt mengingat kehidupan masa lalunya. Dan bagi statement tsb, jawaban sy tepat menghunus ke jantung persoalan a.k.a pernyataan itu. Coba baca baik2 dulu statement atau pertanyaan Anda itu, yg membawa ke jwban sy mengenai cenayang.
sayah masih belum paham..karena nyala api tetaplah nyala api dengan komposisi nan samah meskipun berpindah lokasi..
pada taraf kematian biasa..kematian adalah nyala api yang berpindah sumbu tetapi nyala api yang baru ini berbeda dengan nyala api sebelum dia berpindah..sayah katakan demikian karena "arus kesadaran" kehidupan sebelumnyah gak pernah diingat di kehidupan baru..
Inti pertanyaan2 bro yg lain mengenai "siapa yang" termasuk berkamuflase dalam konsep kematian Buddhis, karena sebetulnya bro gatel pengen tahu "siapa yang mati"....kurang lebih, cukup, sudah ada panjang lebar sy sebutkan dari doktrin Anatta sampai ke penjelasan nyala api dari lilin.
Hhmmm...nihilisme, kalau berdasarkan konsepnya di wiki, disadur atas filosofi Nietzsche, udah sy bantah juga (lagi2 di atas)...Dibandingkan dengan "nihilisme" awam pun bahwa dunia ini kosong, tidak ada apa2, segalanya kosong, hampa, kt tdk bertujuan hidup di dunia ini, kt eksis semata, maka tdk perlu kt repot2 jadi orang baik atau menapaki moralitasnya Buddha, betul? Toh ga ada surga, ga ada neraka, kt cuman hdp sekali, ya nikmatin ajalah...Bandingkan dgn ajaran Buddha: Sabbe Dhamma Anatta (segala sesuatu baik yg terkondisi ataupun tidak, tdk memiliki inti). Kalaulah di Nibbhana, Anda melihatnya sebagai nihil, yo weisss....tp perlu Anda pikirkan kalau sesederhana perkara "nihil" spt itu, mengapa umat Buddha tdk lgsg bunuh diri saja? Sy kira ada "kualitas" (kualitas Nibbhana atau sederhananya perasaan damai) yg patut kita catut di sini, dan oleh sebab itu tdk menjadikan Buddhisme secara umum maupun khusus nihil.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil..
sayah tanggapin ini dulu karena post terakhir anda sementara "ajakan flash back"..sayah kembali ke halaman awal untuk menyesuaikan diri dengan sutta2 yang termuat dalam nikaya..
tentulah ada latar belakang alasan mengafa pak sg tidak mencela atow memberi penilaian negatif pada tindak bunuh diri..kasus vakkali thera dan chenna thera justru menjadi positif (ini menurut sayah)..sayah dapatkan kesan dari ungkapan pak sg ; bukan sesuatu yang buruk dan tidak tercela..
dan,sekali lagih,menjadi kebingungan ketika membaca :
’sungguh sulit untuk dapat
dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar,begitu pula, sungguh sulit
munculnya seorang Buddha.’ (Dhammapada 182).
isi pesan sayah dapati :
buddhis bunuh diri itu sama halnya pelanggaran sila 1 dari pancasila budddha dan untuk mencapai nibbhana (musnah/tiada/tak berkondisi) maka dilarang membunuh..
sayah tanggapin ini dulu karena post terakhir anda sementara "ajakan flash back"..sayah kembali ke halaman awal untuk menyesuaikan diri dengan sutta2 yang termuat dalam nikaya..
dan sesederhana itu pula..jika buddhis bunuh diri maka reinkarnasi akan terus mengalir dan sejauh ini "nihil" atow musnah atow menjadi tiada untuk kelahiran berulang (nibbhana) masih menjadi ide yang logis dalam kerangka berpikir plus minus arus listrik elektro..perlu Anda pikirkan
kalau sesederhana perkara "nihil"
spt itu, mengapa umat Buddha tdk
lgsg bunuh diri saja?
tentulah ada latar belakang alasan mengafa pak sg tidak mencela atow memberi penilaian negatif pada tindak bunuh diri..kasus vakkali thera dan chenna thera justru menjadi positif (ini menurut sayah)..sayah dapatkan kesan dari ungkapan pak sg ; bukan sesuatu yang buruk dan tidak tercela..
dan,sekali lagih,menjadi kebingungan ketika membaca :
’sungguh sulit untuk dapat
dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar,begitu pula, sungguh sulit
munculnya seorang Buddha.’ (Dhammapada 182).
isi pesan sayah dapati :
buddhis bunuh diri itu sama halnya pelanggaran sila 1 dari pancasila budddha dan untuk mencapai nibbhana (musnah/tiada/tak berkondisi) maka dilarang membunuh..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Ada semacam persamaan genetik antara Buddha dengan ekonomi Marxis , karena ia percaya bahwa internasionalis alam Marxisme menunjukkan belas kasihan kepada orang miskin, yang sejalan dengan ajaran Buddha, sementara kapitalisme hanya berkaitan dengan keuntungan dan profitabilitas.
Konsep ketuhanan yang ada di dalam falsafah Buddhisme merupakan materialisme.banyak praktisi Buddhisme benar memperlakukannya sebagai sebuah agama,but inkonsisten dalam keyakinan mereka adalah "naif" karena Buddhis mengenal permohonan dan percaya dan mistis, and this point menghambat mereka untuk mengadopsi prinsip-prinsip Buddhis yang sejati.
Konsep ketuhanan yang ada di dalam falsafah Buddhisme merupakan materialisme.banyak praktisi Buddhisme benar memperlakukannya sebagai sebuah agama,but inkonsisten dalam keyakinan mereka adalah "naif" karena Buddhis mengenal permohonan dan percaya dan mistis, and this point menghambat mereka untuk mengadopsi prinsip-prinsip Buddhis yang sejati.
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@bro abu
sy tdk punya kapasitas menjelaskan kasus bunuh diri yg "disetujui" Buddha. Sy memang pernah membaca ceritanya, namun begini...bhiksu yg bunuh diri tsb sudah mencapai Nibbhana, jadi bukan belum Nibbhana, karena kalau spt ini tentu ada kontradiksi hrs menjalani Sila terlebih dahulu untuk menuju Nibbhana. Nah, lalu apakah perbuatan bhiksu itu tdk menimbulkan kamma? Sy tdk bs menjwb, karena fokus sy hanya ke Basic Buddhism, tp spt yg kita tahu Nibbhana sudah tidak menghasilkan lagi, termasuk berhentinya laju arus kamma.
@bro otak trailer
Buddhisme itu beranjak dari filsafat, baru ke (mistis)metafisika. Kenapa sampai ke permohonan2, hal2 yg mistis, ya namanya juga ajaran Buddha itu kan untuk memberikan kebutuhan spiritual, bukan sekadar ilmu ekonomi, spt ideologinya Marx. Nah, yg sy tangkap org2 yg Anda anggap "naif" itu ialah penganut aliran Mahayana, yg memang membenarkan praktik devosi, tp Mahayana pun tdk akan ada tanpa Hinayana, artinya seseorg perlahan2 naik kelas dari filsafatnya Basic Buddhism ke Mahayana. Ini kalau orang yg benar2 belajar agama Buddha lho, bukan org2 Kong Hu Cu yg KTP-nya tertulis "Budha". Jadi dua-duanya (aliran Buddha Hinayana dan Mahayana) adalah jalan ideal bagi semua org, dan tdk akan menghambat pengetahuan akan prinsip2 Buddha yg sejati.
sy tdk punya kapasitas menjelaskan kasus bunuh diri yg "disetujui" Buddha. Sy memang pernah membaca ceritanya, namun begini...bhiksu yg bunuh diri tsb sudah mencapai Nibbhana, jadi bukan belum Nibbhana, karena kalau spt ini tentu ada kontradiksi hrs menjalani Sila terlebih dahulu untuk menuju Nibbhana. Nah, lalu apakah perbuatan bhiksu itu tdk menimbulkan kamma? Sy tdk bs menjwb, karena fokus sy hanya ke Basic Buddhism, tp spt yg kita tahu Nibbhana sudah tidak menghasilkan lagi, termasuk berhentinya laju arus kamma.
@bro otak trailer
Buddhisme itu beranjak dari filsafat, baru ke (mistis)metafisika. Kenapa sampai ke permohonan2, hal2 yg mistis, ya namanya juga ajaran Buddha itu kan untuk memberikan kebutuhan spiritual, bukan sekadar ilmu ekonomi, spt ideologinya Marx. Nah, yg sy tangkap org2 yg Anda anggap "naif" itu ialah penganut aliran Mahayana, yg memang membenarkan praktik devosi, tp Mahayana pun tdk akan ada tanpa Hinayana, artinya seseorg perlahan2 naik kelas dari filsafatnya Basic Buddhism ke Mahayana. Ini kalau orang yg benar2 belajar agama Buddha lho, bukan org2 Kong Hu Cu yg KTP-nya tertulis "Budha". Jadi dua-duanya (aliran Buddha Hinayana dan Mahayana) adalah jalan ideal bagi semua org, dan tdk akan menghambat pengetahuan akan prinsip2 Buddha yg sejati.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Yorobun, sy membuka kembali "buku suci" sy, dan ini membantu merefresh pengertian mengenai Kesunyataan Mulia Ketiga, yaitu Akhir Dukkha a.k.a Nibbhana.
Sebagai pembuka, menurut Sang Buddha, berpegangan kepada anggapan bahwa "Aku tidak mempunyai Atma" (yg dinamakan teori pemusnahan diri) atau memegang anggapan tentang "aku mempunyai Atma" (yang dinamakan teori kelangsungan abadi), kedua-duanya adalah salah karena kedua2nya merupakan belenggu yg timbul dari ide yg menyesatkan tentang adanya "Sang Aku" itu.
Buku2 tebal ditulis utk menjwb pertanyaan sederhana: apakah sebenarnya Nibbhana itu. Nibbhana sering diutarakan dlm istilah negatif, spt: padamnya nafsu keinginan, hapusnya keinginan, terhentinya atau akhir dukkha, tidak terpengaruh, atau terhenti. Suatu kata negatif bkn berarti mutlak keadaan yg digambarkannya negatif pula. Contoh "tidak sakit" yg membolehkan merujuk pada "sehat" yang tdk menggambarkan keadaan yg negatif.
Istimewanya Nibbhana bukan negatif, juga bukan positif. Pemikiran negatif maupun positif adalah relatif dan menggambarkan suatu keadaan yg dualistis. Kedua istilah ini tentu tdk dpt dipakai untuk menerangkan Nibbhana, Kesunyataan Mutlak, yang berada di luar hal2 yg dualistis dan relatif. Oleh sebab itu ia di luar konsepsi kita mengenai baik dan buruk, benar atau salah, hidup dan tidak hidup.
Nibbhana dengan tegas dinyatakan adalah bukan penghancuran "diri", sebab memang tidak ada "diri" yg harus dihancurkan. Yang hrs dihancurkan adalah pandangan menyesatkan terhdp diri dan kemelekatan yg mengikutinya.
Penjelasan tentang Nibbhana sebagai Kesunyataan Mutlak dalam Dhatuvibhanga SUtta (No.140 dari Majjhima Nikaya) ialah tidak lagi mencipta dengan pikiran (untuk mecapai keseimbangan murni ke alam bukan-pencerapan dan bukan-bukan pencerapan), tidak menginginkan kelangsungan dan kelahiran kembali, ataupun pemusnahan diri. Karena ia tidak lagi mencipta sesuatu atau tidak ingin kelangsungan dan kelahiran kembali atau pemusnahan diri, ia tdk melekat , ia tdk gelisah. Karena ia tidak gelisah, ia memperoleh ketenangan batin yg sempurna (padam seluruhnya).
Realisasi dari Kesunyataan ini ialah melihat benda-benda menurut keadaan yang sebenarnya, tanpa khayalan, atau kebodohan. Sehingga tanha (nafsu keinginan) dpt terkikis habis, dan dukkha dpt dilenyapkan, yang berarti Nibbhana.
Sekarang sebuah pertanyaan lain timbul, apa yg terjadi setelah seorang Buddha atau Arahat mangkat/Parinibbhana? Ini termasuk dlm kelompok pertanyaan yg tdk dpt dijawab (avyakata). Ketika Sang Buddha berbicara mengenai hal ini, Beliau mengatakan dengan jelas tdk tdp kata2 dlm tata bahasa kita yg dpt menerangkan apa yg sebenarnya terjadi setelah seorg Arahat mangkat.
Istilah sukha (kebahagiaan) yang dipakai juga utk menggambarkan Nibbhana, mempunyai arti yang lain. Sariputta pernah berkata, "O sahabat, Nibbhana itu sukha! Nibbhana itu sukha!" Lalu Udayi bertanya, "Tetapi, sahabat Sariputta, kebahagiaan mana yg Anda rasakan, kalau sdh tdk ada perasaan?" Sariputta memberi jawaban yang mengadung filsafat tinggi, "Justru tanpa perasaan itu lah kebahagiaan." (Anguttara Nikaya IX:34).
Dan yang menguatkan Buddhisme bukanlah pemusnahan diri atau pun bercita-cita ke pemusnahan (nihil), adalah pernyataan Sang Buddha berikut:
Di dalam badan jasmani itu sendiri yg tdk seberapa jengkal besarnya, Aku melihat dunia ini, timbulnya dunia ini, terhentinya dunia ini, dan jalan yang menuju ke terhentinya dunia ini. (Anguttara Nikaya 11:48). (Dunia, ialah kiasan untuk dukkha)
Ini berarti Empat Kesunyataan Mulia seutuhnya terdpt dalam Lima Kelompok Kegemaran, yaitu di dalam diri kita sendiri dan tidak ada kekuatan di luar badan jasamanu yang dapat mengakibatkan timbul serta terhentinya dukkha. Tentu tdk logis kalau seseorg memusnahkan hal2 yg ia butuhkan, yg sesungguhnya ia butuhkan ialah pikiran itu yang ada berbagai jenis, termasuk Kebijaksanaan. Ingatlah konsep 'tidak ada pemikir, melainkan si pemikiran itu sendiri.'
Suatu hari kita dpt merealisasi Nibbhana tanpa membuat otak kita pusing dengan kata2 yg muluk dan penuh teka-teki. Kata isi buku sy, dan ini sbg penutup.
Credit to: MP Sumedha Widyadharma dan bukunya Dhamma-Sari
Sebagai pembuka, menurut Sang Buddha, berpegangan kepada anggapan bahwa "Aku tidak mempunyai Atma" (yg dinamakan teori pemusnahan diri) atau memegang anggapan tentang "aku mempunyai Atma" (yang dinamakan teori kelangsungan abadi), kedua-duanya adalah salah karena kedua2nya merupakan belenggu yg timbul dari ide yg menyesatkan tentang adanya "Sang Aku" itu.
Buku2 tebal ditulis utk menjwb pertanyaan sederhana: apakah sebenarnya Nibbhana itu. Nibbhana sering diutarakan dlm istilah negatif, spt: padamnya nafsu keinginan, hapusnya keinginan, terhentinya atau akhir dukkha, tidak terpengaruh, atau terhenti. Suatu kata negatif bkn berarti mutlak keadaan yg digambarkannya negatif pula. Contoh "tidak sakit" yg membolehkan merujuk pada "sehat" yang tdk menggambarkan keadaan yg negatif.
Istimewanya Nibbhana bukan negatif, juga bukan positif. Pemikiran negatif maupun positif adalah relatif dan menggambarkan suatu keadaan yg dualistis. Kedua istilah ini tentu tdk dpt dipakai untuk menerangkan Nibbhana, Kesunyataan Mutlak, yang berada di luar hal2 yg dualistis dan relatif. Oleh sebab itu ia di luar konsepsi kita mengenai baik dan buruk, benar atau salah, hidup dan tidak hidup.
Nibbhana dengan tegas dinyatakan adalah bukan penghancuran "diri", sebab memang tidak ada "diri" yg harus dihancurkan. Yang hrs dihancurkan adalah pandangan menyesatkan terhdp diri dan kemelekatan yg mengikutinya.
Penjelasan tentang Nibbhana sebagai Kesunyataan Mutlak dalam Dhatuvibhanga SUtta (No.140 dari Majjhima Nikaya) ialah tidak lagi mencipta dengan pikiran (untuk mecapai keseimbangan murni ke alam bukan-pencerapan dan bukan-bukan pencerapan), tidak menginginkan kelangsungan dan kelahiran kembali, ataupun pemusnahan diri. Karena ia tidak lagi mencipta sesuatu atau tidak ingin kelangsungan dan kelahiran kembali atau pemusnahan diri, ia tdk melekat , ia tdk gelisah. Karena ia tidak gelisah, ia memperoleh ketenangan batin yg sempurna (padam seluruhnya).
Realisasi dari Kesunyataan ini ialah melihat benda-benda menurut keadaan yang sebenarnya, tanpa khayalan, atau kebodohan. Sehingga tanha (nafsu keinginan) dpt terkikis habis, dan dukkha dpt dilenyapkan, yang berarti Nibbhana.
Sekarang sebuah pertanyaan lain timbul, apa yg terjadi setelah seorang Buddha atau Arahat mangkat/Parinibbhana? Ini termasuk dlm kelompok pertanyaan yg tdk dpt dijawab (avyakata). Ketika Sang Buddha berbicara mengenai hal ini, Beliau mengatakan dengan jelas tdk tdp kata2 dlm tata bahasa kita yg dpt menerangkan apa yg sebenarnya terjadi setelah seorg Arahat mangkat.
Istilah sukha (kebahagiaan) yang dipakai juga utk menggambarkan Nibbhana, mempunyai arti yang lain. Sariputta pernah berkata, "O sahabat, Nibbhana itu sukha! Nibbhana itu sukha!" Lalu Udayi bertanya, "Tetapi, sahabat Sariputta, kebahagiaan mana yg Anda rasakan, kalau sdh tdk ada perasaan?" Sariputta memberi jawaban yang mengadung filsafat tinggi, "Justru tanpa perasaan itu lah kebahagiaan." (Anguttara Nikaya IX:34).
Dan yang menguatkan Buddhisme bukanlah pemusnahan diri atau pun bercita-cita ke pemusnahan (nihil), adalah pernyataan Sang Buddha berikut:
Di dalam badan jasmani itu sendiri yg tdk seberapa jengkal besarnya, Aku melihat dunia ini, timbulnya dunia ini, terhentinya dunia ini, dan jalan yang menuju ke terhentinya dunia ini. (Anguttara Nikaya 11:48). (Dunia, ialah kiasan untuk dukkha)
Ini berarti Empat Kesunyataan Mulia seutuhnya terdpt dalam Lima Kelompok Kegemaran, yaitu di dalam diri kita sendiri dan tidak ada kekuatan di luar badan jasamanu yang dapat mengakibatkan timbul serta terhentinya dukkha. Tentu tdk logis kalau seseorg memusnahkan hal2 yg ia butuhkan, yg sesungguhnya ia butuhkan ialah pikiran itu yang ada berbagai jenis, termasuk Kebijaksanaan. Ingatlah konsep 'tidak ada pemikir, melainkan si pemikiran itu sendiri.'
Suatu hari kita dpt merealisasi Nibbhana tanpa membuat otak kita pusing dengan kata2 yg muluk dan penuh teka-teki. Kata isi buku sy, dan ini sbg penutup.
Credit to: MP Sumedha Widyadharma dan bukunya Dhamma-Sari
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Emiliana wrote:tdk akan menghambat pengetahuan akan prinsip2 Buddha yg sejati.
Mahayana mengembangkan prinsip yang mengarahkan pemahaman kepada kebutuhan terhadap orang yang mencapai Nibbhana terlebih dahulu sebagai kendaraan.There is no Buddhis sejati.Mahayana, di sisi lain, menganggap semua bentuk fisik batal dari intrinsik diri (sebuah ajaran yang disebut shunyata, yang berarti "kekosongan") dan otonomi individu menjadi khayalan. Karena itu, menurut Mahayana, pencerahan secara individu could not be happened. Bentuk ideal dalam Mahayana adalah untuk memungkinkan semua makhluk untuk menjadi tercerahkan bersama-sama, tidak hanya dari rasa belas kasih, tetapi karena kita tidak bisa memisahkan diri dari satu sama lain.
Metafisika Mahayana adalah karakter yang berfaham tunggal. Semua yang ada di dunia adalah dari satu realitas. Sifat realitas ini tak terlukiskan. Dalam satu keadaan alam semesta tidak bisa diberi nama atau dijelaskan. Mereka tidak dapat dinyatakan secara memadai dalam bentuk atau bahasa apapun. Mereka berada di luar jangkauan persepsi, dan tidak memiliki ciri khas. Mereka memiliki kesamaan mutlak, dan tunduk baik transformasi ataupun . kehancuran Mereka tidak lain satu jiwa, dalam sebutan lain adalah tathata.
You can not be berkilah dengan mengatakan Mahayana membutuhkan Hinayana so far as you kaga tau prinsip Buddhis sejati.Dunia multiplisitas dicatat oleh metafisika metafora. Ketidaktahuan atau avidya dikatakan menjadi penyebab dunia. Seperti yang dinyatakan sebelumnya Bhutatathata adalah roh murni atau kesadaran murni tanpa multiplisitas atau karakter, tetapi itu terinfeksi dengan multiplisitas melalui aksi kebodohan, sebuah proses yang berusaha dimengerti melalui perumpamaan "pewangi." Sama seperti pakaian ketika baru tidak memiliki bau namun wangi oleh parfum mana yang menempatkan atas mereka, sehingga murni, pikiran dibedakan adalah "wangi" oleh ketidaktahuan. Dari pewangi ini ada hasil pikiran manusia, dan dari pikiran manusia menghasilkan mimpi atau visi dari dunia luar. Namun ilusi ini dari dunia luar adalah cacat visi yang benar, itu adalah "katarak pada mata spiritual." Ini dunia yang beraneka ragam memang pada akhirnya timbul, mengalir dari Satu Realitas.
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
You can not be berkilah dengan mengatakan Mahayana membutuhkan Hinayana so far as you kaga tau prinsip Buddhis sejati.
Kalau begitu izinkan sy bertanya apa prinsip Buddhis yang sejati itu? Sy tidak berkilah mengatakan Mahayana membutuhkan Hinayana, terbukti dari sejarahnya sendiri Mahayana itu adalah versi revolusioner-progresif dari Hinayana...Bukan cuman 1 sumber, sy membaca lagi dan ini diiyakan oleh sumber lainnya, dan bs jadi semua pihak sepakat (bahkan penganut aliran Mahayana sendiri), bahwa di Mahayana terkandung Hinayana, tapi di Hinayana tidak tercantum apa yg ada di Mahayana.
Setahu saya prinsip Buddhis sejati itu banyak, semua sabda Sang Buddha adalah penjelasannya, dan kalau ini dirangkum jadi beberapa kalimat sederhana, ialah "Janganlah berbuat kejahatan. Sucikan hati dan pikiran. (Inilah ajaran para Buddha)". Dan bisa dirangkum lagi menjadi 6 kata singkat-padat, yaitu Om Ma Ni Pad Me Hum.
Bahkan mw dicari di Hinayana, Mahayana, Tantrayana, saya yakin semuanya akan menghilir ke inti-sari di atas...itu sebabnya tiga wahana tersebut disebut nafas yg sama dari ajaran Buddha. Dan oleh sebab itu merupakan jalan yg ideal bagi semua org yg ingin mendalami ajaran Buddha.
Dunia multiplisitas dicatat oleh metafisika metafora. Ketidaktahuan atau avidya dikatakan menjadi penyebab dunia. Seperti yang dinyatakan sebelumnya Bhutatathata adalah roh murni atau kesadaran murni tanpa multiplisitas atau karakter, tetapi itu terinfeksi dengan multiplisitas melalui aksi kebodohan,....
Lebih tepatnya avijja (Kebodohan) adalah sumbernya tumimbal-lahir (dalam 12 rantai saling-bergantungan). Sebaiknya juga buthata tdk diartikan menjadi roh sebab telah diutarakan sebelumnya, Mahayana tdk mengakui adanya atma/roh, sepaham dgn Hinayana. Adalah batin, benih keBuddhaan yg sudah ada dlm diri setiap individu. Batin ini suci, murni, namun dalam kehidupan menjadi kotor oleh nafsu, kebencian, dan kebodohan.
Secara keselurhan saya tdk melihat keruntuhan otentisitas ajaran Buddha Hinayana diperbuat oleh Mahayana...praktik devosi pun wajib diiringi tindakan aktif prajna paramitta utk tujuan akhir Boddhisatva.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Boleh sy nanya gambar avatarnya Bung Hanan itu siapa ya?
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@ emiliana..
baguslah ente kuliahi abu hanan ajaran yg bener..
mengenai avatar abu hanan.. itu adalah salah otak teroris dari hamas. Sheikh Ahmed Yassin.
ane dulu pernah baca.. saat yassin ini ketangkep israel, dia langsung cerita semua saat di interogasi mossad.
ampe mossad juga bingung, ini kenapa nyali kayak gini ya? tp ini versi mossad sih..
baguslah ente kuliahi abu hanan ajaran yg bener..
mengenai avatar abu hanan.. itu adalah salah otak teroris dari hamas. Sheikh Ahmed Yassin.
ane dulu pernah baca.. saat yassin ini ketangkep israel, dia langsung cerita semua saat di interogasi mossad.
ampe mossad juga bingung, ini kenapa nyali kayak gini ya? tp ini versi mossad sih..
ramayana- Pengembara
-
Posts : 3479
Location : Jerusalem
Join date : 21.07.12
Reputation : 8
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil
avatar sayah adalah syeikh ahmad yassin..dan sayah tertarik untuk memberikan komentar untuk sigi anda karena menurut sayah cukup bagus untuk dibahas..
avatar sayah adalah syeikh ahmad yassin..dan sayah tertarik untuk memberikan komentar untuk sigi anda karena menurut sayah cukup bagus untuk dibahas..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Inilah kelucuan Buddhisme!
Seorang Buddha sejati seharusnyah mengerti Pencerahan Buddha merupakan kebebasan melalui realisasi penuh atas sifat hakiki diri dan segala sesuatu, yang mengakhiri segala derita dan mencapai Kebahagiaan Sejati.Dan perbedaan besar antara Hinayana dan Mahayana adalah sesuatu yang irrasional.There is no way out from both of them.
Aliran Mahayana, yaitu aliran hinayana yang diperbaharui dengan diberi pelajaran- pelajaran ekstra yang dipelopori oleh Budhaghosa atau Asvaghosa.
Kira-kira antara abad pertama dan kedua masehi, Buddisme mulai nampak kelemahannya, disebabkan oleh perubahan zaman. Perubahan zaman meminta agar agama Buddha dikurangi kesederhanaannya, hingga lambat laun bentuknya mendekati bentuk Hinduisme. Anasir-anasir baru ditambahkan, anasir-anasir yang berwujud Panca Dhyani Buddha dengan Panca Boddhisattvanya, beberapa dewi umpamanya dewi Tara, Dewi berkuti dan lainnya.
Dimana letak kesempurnaan akan suatu Pencerahan Sejati jika masih butuh tambahan dalam perkembangan?
Aliran-aliran Mahayana India berselisih tentang apakah arhat juga memahami kehampaan perwujudan atau tidak. Di dalam Mahayana, Prasangika Madhyamaka menegaskan bahwa mereka memahaminya. Namun, empat aliran Tibet itu menjelaskan pokok ini secara berbeda perihal penegasan Prasangika.Dan tentu Mahayana berbeda secara prinsip dengan Hinayana.Lalu dimana ajaran Buddhis yang sejati?
Devosi dalam kehidupan sebagai umat Buddha, para viharawan maupun perumahtangga pada umumnya melakukan penghormatan kepada Siddharta.There is minimal dua macam penghormatan kepada Sang Buddha. Kedua bentuk penghormatan itu adalah penghormatan secara fisik dan secara mental. Penghormatan secara fisik dilakukan dengan mempergunakan berbagai benda sebagai sarana, misalnya mempersembahkan bunga, dupa serta lilin di depan Buddharupang atau perwujudan Sang Buddha yang biasanya berbentuk gambar atau arca. Persembahan ini sering pula.diikuti dengan pengulangan sabda Sang Buddha yang lebih dikenal dengan membaca paritta.Apa tujuan devosi selain pemujaan dan ungkapan rasa terima kasih?
Seorang Buddha sejati seharusnyah mengerti Pencerahan Buddha merupakan kebebasan melalui realisasi penuh atas sifat hakiki diri dan segala sesuatu, yang mengakhiri segala derita dan mencapai Kebahagiaan Sejati.Dan perbedaan besar antara Hinayana dan Mahayana adalah sesuatu yang irrasional.There is no way out from both of them.
Aliran Mahayana, yaitu aliran hinayana yang diperbaharui dengan diberi pelajaran- pelajaran ekstra yang dipelopori oleh Budhaghosa atau Asvaghosa.
Kira-kira antara abad pertama dan kedua masehi, Buddisme mulai nampak kelemahannya, disebabkan oleh perubahan zaman. Perubahan zaman meminta agar agama Buddha dikurangi kesederhanaannya, hingga lambat laun bentuknya mendekati bentuk Hinduisme. Anasir-anasir baru ditambahkan, anasir-anasir yang berwujud Panca Dhyani Buddha dengan Panca Boddhisattvanya, beberapa dewi umpamanya dewi Tara, Dewi berkuti dan lainnya.
Dimana letak kesempurnaan akan suatu Pencerahan Sejati jika masih butuh tambahan dalam perkembangan?
Aliran-aliran Mahayana India berselisih tentang apakah arhat juga memahami kehampaan perwujudan atau tidak. Di dalam Mahayana, Prasangika Madhyamaka menegaskan bahwa mereka memahaminya. Namun, empat aliran Tibet itu menjelaskan pokok ini secara berbeda perihal penegasan Prasangika.Dan tentu Mahayana berbeda secara prinsip dengan Hinayana.Lalu dimana ajaran Buddhis yang sejati?
Devosi dalam kehidupan sebagai umat Buddha, para viharawan maupun perumahtangga pada umumnya melakukan penghormatan kepada Siddharta.There is minimal dua macam penghormatan kepada Sang Buddha. Kedua bentuk penghormatan itu adalah penghormatan secara fisik dan secara mental. Penghormatan secara fisik dilakukan dengan mempergunakan berbagai benda sebagai sarana, misalnya mempersembahkan bunga, dupa serta lilin di depan Buddharupang atau perwujudan Sang Buddha yang biasanya berbentuk gambar atau arca. Persembahan ini sering pula.diikuti dengan pengulangan sabda Sang Buddha yang lebih dikenal dengan membaca paritta.Apa tujuan devosi selain pemujaan dan ungkapan rasa terima kasih?
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@bro abu
sila aja...monggo lgsg beri pandapat
@bro OT
Dan apabila ini berbuah menjadi jalan yg meragam menuju Nibbhana, maka anggap saja org bisa menuju puncak gunung, dari timur, maupun barat, utara, selatan...
Zaman pembabaran Dhamma pd masa Buddha Gautama, tentulah beda dgn zaman skrg. Zaman dulu lbh dititik beratkan pd keonaran yg menjadi2, jd ia adalah ajaran pengobat. Dipakai di zaman ini pun bisa! Interpretasi2 bs dilakukan secara pas dalam sabda2 Sang Buddha, dan ini sy kira ialah letak perkembangan Buddhisme seiring waktu, selain masalah budaya td.
Penghormatan secara fisik dengan persembahan dupa, lilin, bunga, buah, di depan altar adalah tdk wajib.
Membaca paritta sepertinya kelihatan sbg perbuatan yg sia2, saya pribadi setuju, tp kalau si pembaca tdk tahu makna bait2 yg baru dibacanya...Biarpun artinya sekadar "Terpujilan Buddha...", kalau dia tahu artinya, maka di hatinya ada rasa ungkapan hormat yg lbh penuh.
Selanjutnya untuk masalah devosi, dlm aliran Buddha Tanah Suci misalnya, mengapa aliran ini begitu populer...ialah karena menapaki Jalan Kebijaksanaan u/ mencapai Pencerahan, itu susahnya minta ampun. Kita harus sepakat, Buddha Dhamma begitu halus, sebanding filsafat, dan ini hanya bs dipahami segelintir org, org yg berpendidikan (tinggi). Sedangkan banyak (atau bahkan hampir kebanyakan) orang di dunia ini setara dengan kelas 'petani', 'proletar', yg susah utk mengolah filsafat2 "tinggi", dan bagi mereka ini hanya bisa mengandalkan Jalan Keyakinan u/ mencapai Pencerahan. Namun membaca paritta misalnya pd aliran Buddha Tanah Suci, tidak membawa pd Pencerahan. Gak ada yg ngaku kalau baca paritta Buddha Amitabha bs langsung Nibbhana. Yg ada ialah mereka difalitasi agar dpt belajar Dhamma scr sempurna di Surga Barat, setelah mereka meninggal. Jadi Mahayana pun sepakat Pencerahan hanya dpt direalisasi oleh diri sendiri.
Bagaimana pun juga org yg telah lama mengenal Buddha Amitabha dan Surga Barat-nya beserta siswa-Nya Avalokitesvara, pasti akan berpraktik Prajna Paramitta, mengikuti devosi Paritta-nya, sehingga di sini Keyakinan menghasilkan suatu niat/tindakan u/ berbuat baik, spt Guru-nya. Dengan demikian membaca Paritta tdk menjadi sia-sia.
sila aja...monggo lgsg beri pandapat
@bro OT
Kalau kita lihat, tidak ada perbedaan pendapat dr aliran mana pun soal Empat Kesunyataan Mulia (saya belum riset u/ Tantrayana, tp Hinayana n Mahayana udah bulat soal ini). Jadi Pencerahan Sejati/ Nibbhana tdk tergoyahkan letak "sempurna"-nya. Yg mungkin menjadi tambahan dlm Buddhisme, adlh culture-nya, yg tdk dpt memisahkan diri dari budaya setempat. Namun spt apapun penyerapan budaya u/ menambah kekayaan unsur2 Buddhisme, pokok inti ajaran Buddha tdk akan lekang dimakan waktu, dan Dhamma tetap akan ada meski Buddha sudah tidak ada nantinya, utk ditemukan org lain.Dimana letak kesempurnaan akan suatu Pencerahan Sejati jika masih butuh tambahan dalam perkembangan?
Dan apabila ini berbuah menjadi jalan yg meragam menuju Nibbhana, maka anggap saja org bisa menuju puncak gunung, dari timur, maupun barat, utara, selatan...
Zaman pembabaran Dhamma pd masa Buddha Gautama, tentulah beda dgn zaman skrg. Zaman dulu lbh dititik beratkan pd keonaran yg menjadi2, jd ia adalah ajaran pengobat. Dipakai di zaman ini pun bisa! Interpretasi2 bs dilakukan secara pas dalam sabda2 Sang Buddha, dan ini sy kira ialah letak perkembangan Buddhisme seiring waktu, selain masalah budaya td.
Devosi dalam kehidupan sebagai umat Buddha, para viharawan maupun perumahtangga pada umumnya melakukan penghormatan kepada Siddharta.There is minimal dua macam penghormatan kepada Sang Buddha. Kedua bentuk penghormatan itu adalah penghormatan secara fisik dan secara mental. Penghormatan secara fisik dilakukan dengan mempergunakan berbagai benda sebagai sarana, misalnya mempersembahkan bunga, dupa serta lilin di depan Buddharupang atau perwujudan Sang Buddha yang biasanya berbentuk gambar atau arca. Persembahan ini sering pula.diikuti dengan pengulangan sabda Sang Buddha yang lebih dikenal dengan membaca paritta.Apa tujuan devosi selain pemujaan dan ungkapan rasa terima kasih?
Penghormatan secara fisik dengan persembahan dupa, lilin, bunga, buah, di depan altar adalah tdk wajib.
Membaca paritta sepertinya kelihatan sbg perbuatan yg sia2, saya pribadi setuju, tp kalau si pembaca tdk tahu makna bait2 yg baru dibacanya...Biarpun artinya sekadar "Terpujilan Buddha...", kalau dia tahu artinya, maka di hatinya ada rasa ungkapan hormat yg lbh penuh.
Selanjutnya untuk masalah devosi, dlm aliran Buddha Tanah Suci misalnya, mengapa aliran ini begitu populer...ialah karena menapaki Jalan Kebijaksanaan u/ mencapai Pencerahan, itu susahnya minta ampun. Kita harus sepakat, Buddha Dhamma begitu halus, sebanding filsafat, dan ini hanya bs dipahami segelintir org, org yg berpendidikan (tinggi). Sedangkan banyak (atau bahkan hampir kebanyakan) orang di dunia ini setara dengan kelas 'petani', 'proletar', yg susah utk mengolah filsafat2 "tinggi", dan bagi mereka ini hanya bisa mengandalkan Jalan Keyakinan u/ mencapai Pencerahan. Namun membaca paritta misalnya pd aliran Buddha Tanah Suci, tidak membawa pd Pencerahan. Gak ada yg ngaku kalau baca paritta Buddha Amitabha bs langsung Nibbhana. Yg ada ialah mereka difalitasi agar dpt belajar Dhamma scr sempurna di Surga Barat, setelah mereka meninggal. Jadi Mahayana pun sepakat Pencerahan hanya dpt direalisasi oleh diri sendiri.
Bagaimana pun juga org yg telah lama mengenal Buddha Amitabha dan Surga Barat-nya beserta siswa-Nya Avalokitesvara, pasti akan berpraktik Prajna Paramitta, mengikuti devosi Paritta-nya, sehingga di sini Keyakinan menghasilkan suatu niat/tindakan u/ berbuat baik, spt Guru-nya. Dengan demikian membaca Paritta tdk menjadi sia-sia.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
mencapai nibbhana tetapi belum nibbhana seperti mencapai garis finish tetapi belum finish..jujur,inih menyulitkan sayah untuk mengerti..Emiliana wrote:@bro abu
sy tdk punya kapasitas menjelaskan kasus bunuh diri yg "disetujui" Buddha. Sy memang pernah membaca ceritanya, namun begini...bhiksu yg bunuh diri tsb sudah mencapai Nibbhana, jadi bukan belum Nibbhana, karena kalau spt ini tentu ada kontradiksi hrs menjalani Sila terlebih dahulu untuk menuju Nibbhana. Nah, lalu apakah perbuatan bhiksu itu tdk menimbulkan kamma? Sy tdk bs menjwb, karena fokus sy hanya ke Basic Buddhism, tp spt yg kita tahu Nibbhana sudah tidak menghasilkan lagi, termasuk berhentinya laju arus kamma.
bunuh diri bisa menimbulkan kamma bila pengertian mencapai nibbhana berbeda dengan "uda nibbhana"..seseorang dikatakan belum selesai bertanding meskipun uda menyentuh garis finish..seperti itulah kesulitan sayah memahami bunuh diri dalam perspektif buddhis..
tentang sigi anda?mmmm..bukan perkara sepele untuk asal ketik
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
mencapai nibbhana tetapi belum nibbhana seperti mencapai garis finish tetapi belum finish..jujur,inih menyulitkan sayah untuk mengerti..
bunuh diri bisa menimbulkan kamma bila pengertian mencapai nibbhana berbeda dengan "uda nibbhana"..seseorang dikatakan belum selesai bertanding meskipun uda menyentuh garis finish..seperti itulah kesulitan sayah memahami bunuh diri dalam perspektif buddhis..
Kata kuncinya begini bro...Nibbhana itu kondisi, yg dpt dicapai sekarang juga, di kehidupan ini, dan bukan konsep surga-kahyangan spt yg byk org salah kaprahi. Ketika seseorang mencapai Nibbhana, ia tahu, "Ia sudah terbebas dari tumimbal-lahir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang masih harus dikerjakan."
Jadi saat seseorang masih hidup dan mencapai Nibbhana, yg belum dicapainya adalah Parinibbhana. Parinibbhana sendiri artinya adlh kematian bagi yg sdh mencapai Penerangan Sempurna, dan bukan Nibbhana itu sendiri. So, gak ada istilah "mencapai nibbhana tetapi belum nibbhana" kecuali Nibbhana-nya itu fake, atau ngaku2...hehehe
Soal hukum karma, mungkin ada tambahan sedikit, berasal dari Hindu dan Buddha. Namun berkat tulisan Saudara Gravelord, sy jd berpikir mungkin pengertian2 Kamma, spt: siapa yg menabur benih, dy yg akan memanen buahnya, tdk ada di agama lain, melainkan agama lain itu "mencatut" apa yg ada di ajaran Hindu dan Buddha. Sebab, apa yg menimpa umat agama lain, dilihat sebagai hasil ciptaan Yang Maha Kuasa, yg diyakini ada maksud tertentu di balik perbuatannya pada kita.
Bisa juga begini, Hukum Kamma ini ekivalen Yang Maha Kuasa itu...karena di Buddha, hukum kamma yg mengatur, tp hukum kamma ini ga pandang bulu, ia tdk berkehendak, non-personified. Sedangkan Tuhan yg mengatur "karma" tsb, masih personified. Akan tetapi Saudara Gravelord punya pendapat begini:
Hukum karma dan tuhan adalah 2 hal yg bertentangan sama sekali. Apabila disebutkan di Islam punya hukum karma juga, sudah jelas, jiplakan dari agama Hindu dan Buddha.
Karena sudah jelas, bahwa tuhan Islam adalah maha kuasa, jadi hukum karma ga bisa dipakai untuk dirinya, jadi bagaimana manusia bisa berbuat dan dihukum melalui Hukum Karma, kalau semua itu adalah kuasa tuhan!! Dilemma toh. kalau berlaku Hukum karma dalam islam, otomatis, tuhan itu sendiri juga terikat oleh Hukum Karma, karena dia telah menguasakan manusia dan makhluk lain untuk berbuat. maka karma nya tuhan lah yg paling berat. Mohon pencerahan nya atas hubungan Hukum Karma dan ke maha Kuasaan tuhan.
Sy jg sepakat utk kata2 yg di-bold di atas...
Semua komentar seharusnya bukan perkara sepele, utk itu sy sgt menghargai kalau u/ menjwb bth wkt agak lama, vice versa jg kalau sy menjwb bth wkt lama..
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
sayah catat dulu yah..sis emil wrote:Hukum karma dan tuhan adalah 2 hal yg bertentangan sama sekali. Apabila disebutkan di Islam punya hukum karma juga, sudah jelas, jiplakan dari agama Hindu dan Buddha.
Karena sudah jelas, bahwa tuhan Islam adalah maha kuasa, jadi hukum karma ga bisa dipakai untuk dirinya, jadi bagaimana manusia bisa berbuat dan dihukum melalui Hukum Karma, kalau semua itu adalah kuasa tuhan!! Dilemma toh. kalau berlaku Hukum karma dalam islam, otomatis, tuhan itu sendiri juga terikat oleh Hukum Karma, karena dia telah menguasakan manusia dan makhluk lain untuk berbuat. maka karma nya tuhan lah yg paling berat. Mohon pencerahan nya atas hubungan Hukum Karma dan ke maha Kuasaan tuhan.
saat bunuh diri,pak sg bilang ; mencapai nibbhanasis emil wrote:Jadi saat seseorang masih hidup dan mencapai Nibbhana, yg belum dicapainya adalah Parinibbhana.
ketika mati = parinibbhana?
sayah gak mengetahui informasi itu (ending pelaku ketika uda mati) dari ucapan pak sg..
begitu pula ; bukan hal yang buruk..ungkapan pak sg seperti itu -jujur-menempatkan sayah pada situasi sulit untuk meraba "kemana bunuh diri" dalam buddhism..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
saat bunuh diri,pak sg bilang ; mencapai nibbhana
ketika mati = parinibbhana?
sayah gak mengetahui informasi itu (ending pelaku ketika uda mati) dari ucapan pak sg..
waduh klo Anda perhatikan ucapan sy dgn baik, Anda akan tahu mustahil mencapai Nibbhana kalau sudah mati, Nibbhana dicapai makhluk yg msh hidup. Parinibbhana sekadar istilah penghormatan bagi kematian org yg sudah mencapai Nibbhana. Jadi, klo bingung, sy sunting tulisan saya "mencapai Parinibbhana", menjadi tdk usah pake kata "mencapai"...
Setidaknya dalam kisah 3 bhikkhu yg bunuh diri, menunjukkan mereka sdh dalam tataran Arahat (atau menuju tataran Arahat)...dan tindakan mereka ini tdk didasarkan "kemelakatan akan pengakhiran derita" dan oleh sebab itu bunuh diri dlm kasus tsb bukan dosa...
Ingat lho Arahat itu sdh tdk melekat thd apa2 lagi, beda dengan org bunuh diri biasa, yg ga sanggup lagi ama penderitaan di dunia, dgn harapan akan segera pindah ke alam baru yg lbh bahagia...Kasus bunuh diri biasa mengharapkan "shortcut" pdhal dlm pandangan Buddhis, ini salah, masih ada laju kamma yg mengikat mereka, kematian di alam manusia akan diganti tumimbal di alam lain (pdhal kehdpan sebagai manusia Buddha katakan adalah sangat berharga), roda samsaranya msh berputar...Jd lihat dulu motivasinya apa bro, Buddha berkata: 'siapa yg mencari kebahagiaan dalam penderitaan (termasuk bunuh diri, tindakan menyiksa diri)...tidaklah terbebaskan dari derita. Barang siapa yg tdk mencari kebahagiaan dalam penderitaan, terbebaslah ia dari penderitaan.'
Kalau motivasinya dilatarbelakangi perasaan sedih, marah, atau keburukan mental lainnya...mendingan jangan bunuh diri deh...Malah nanti lahir kembali di alam yg lbh menyedihkan, lebih baik kt introspeksi ke dlm batin dulu, apa yg menyebabkan ketdkpuasan, bahwa segala yg terkondisi adlh tdk kekal tdk akan dpt kita elakkan, begitu juga org lain, dsb dsb...atau dgn kata lain menggunakan kesempatan berharga saat ini (sbg manusia) utk melatih diri sampai menuju Pencerahan yg tiada dukkha lagi. Begitu indah dhamma pd awal, pd tengah, dan akhirnya...Sadhu3
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Wed Jun 26, 2013 4:12 pm, total 1 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Halaman 3 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Similar topics
» SIDHARTA GAUTAMA versus YESUS KRISTUS
» Abu Hanan dan Semua yang Bisa Berbahasa Arab. Manuskrip Coranica.
» abu hanan vs duren tentang tauhid islam vs tauhid yahudi
» Iman beri keberanian untuk ambil resiko besar - Ps. Indri Gautama
» lagu kerukunan agama [untuk semua agama-agama di Indonesia dan biarlah juga untuk dunia]
» Abu Hanan dan Semua yang Bisa Berbahasa Arab. Manuskrip Coranica.
» abu hanan vs duren tentang tauhid islam vs tauhid yahudi
» Iman beri keberanian untuk ambil resiko besar - Ps. Indri Gautama
» lagu kerukunan agama [untuk semua agama-agama di Indonesia dan biarlah juga untuk dunia]
Halaman 3 dari 6
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik