Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Halaman 5 dari 6 • Share
Halaman 5 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
First topic message reminder :
Amanah dari Opa Abu Hanan:
NB: Diharapkan hanya membuat post yg terkait dengan tema. Available untuk semua member
Selamat Berbincang dan berdiskusi
Amanah dari Opa Abu Hanan:
daripada ngalor ngidul..tolong buka lapak deh buat wak sama sis emil..biar nyaman dan enjoy berbagi dimari.. sf budha..
NB: Diharapkan hanya membuat post yg terkait dengan tema. Available untuk semua member
Selamat Berbincang dan berdiskusi
moderator 2- GLOBAL MODERATOR
-
Posts : 304
Kepercayaan : Islam
Location : Kursi Saya
Join date : 25.04.13
Reputation : 10
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
bro oon wrote:Maaf yah bro abu ikut nimbrung,, saya biasa tergelitik kalo udah ada pembicaraan masalah sains dan kalo udh ada yg mulai bermain2 dengan mengaburkan kata2Emiliana wrote:Inilah istimewanya ajaran Buddha, bisa dibuktikan scr Ehipassiko. Ketika Anda merasa damai, tdk sedih, juga tdk bahagia, tdk terganggu dgn situasi apapun, Anda sdg mencicip Nibbhana utk sepersekian detik atau beberapa saat. Sdgkan ajaran Anda di-Ehipassiko-kan pun tak bisa...harus diyakini betul2 saja.
coba sis jelaskan secara logika kalo damai= tidak bahagia?
Pertama, thread ini tidak tertutup untuk 2 oknum, melainkan bebas utk siapa saja...meski bkn thd saya Anda minta maaf, ya sy ksh tau aja: ga usah minta maaf...
Kedua, makanya Anda jgn sepotong2 melihat komentar2 saya, klo bs mulai dr awal page....bahkan silakan search dan review terlebih dahulu ajaran2 Buddha yg dipost Saudara Gravelord....
Damai=tdk bahagia...itu bnr, damai itu jg=tdk sedih, perasaan yg tdk terombang-ambing, statis, diam di tengah gejolak....Anda tdk dpt memahaminya krn ini ga ada di Kepercayaan Anda...semakin kuat nih dugaan saya bung Abu udah terpengaruh ajaran Buddha...
Penjelasannya adlh sbb:
Rasa "bahagia" apakah ia kekal? Setahu saya, rasa bahagia itu bs musnah cepat atau lambat, perlu sesuatu utk memunculkan rasa bahagia, ia tdk serta merta ada...dan oleh sbb itu sgt tergantung pd kondisi yg memunculkannya...dengan kata lain ia sgt rentan thd perubahan...Dan manusia tidak akan pernah bahagia dgn perubahan2, kecuali yg dimaksud "bahagia" itu adalah "damai"....Seyogyanya org yg damai/tenang, tdk akan terusik oleh perubahan2, baik yg menyenangkan maupun tdk. Dan dari sini kelihatan bahagia berbeda dgn damai.
Di mana kah letak pengaburan kata2? Bahkan Bung Abu sndri, ntah terpengaruh ajaran Buddha atau tdk, mengatakan "damai" seharusnyalah yg dikejar muslim, bkn bahagia dgn kalimat "tidak terlalu bahagia saat sdg senang, juga tdk terlalu sedih saat menghadapi kemalangan." Saya katakan ini mirip "ketidakmelekatan" di Buddhisme, tp ternyata gak sama...
bro oon wrote:yang kedua apa yang dimaksud ehippasiko dan mengapa sis menjudge bahwa ajaran kami tidak bisa di ehippasiko kan,,, silakan
Ehipassiko (dgn dobel S, bukan P) adlh konsep khusus dan revolusioner agama Buddha di antara ajaran2 spiritual di dunia. Ia berarti dapat dirasakan, dpt dibuktikan, tanpa dogma, dan tanpa memaksa u/ meyakini secara membabi buta. Di saat ajaran theis (ajaran dr langit) mensyaratkan penganutnya utk YAKIN, ajaran Buddha memberi warna lain dgn: DATANG, LIHATLAH, DAN BUKTIKAN SENDIRI.
Anda tentu tdk dapat menentang klo ajaran Anda tdk bisa di-Ehipassiko...Apa syarat seseorang masuk Islam, Kristen, dan ajaran2 langit lainnya? Yakin toh? Sdgkan Buddha berkata, seseorg yg belum pernah merasakan sendiri apa2 yg diutarakanNya, tdk berhak menjadi seorang Buddhis...
Selalu byk pertanyaan yg muncul mungkin terkait "mengapa.." di ajaran Anda dan itu hrs terhenti dgn "kita harus percaya dan yakin pada Muhammad (atau Allah)" atau ada pernyataan yg dgn gampang menutup lubang2 kontradiksi, yaitu: logika kerangka manusia yg terbatas jgn disamakan/diselevelkan dgn Tuhan, dgn maksud mempertanyakan tindakanNya...
yah spt itu Anda blg bisa di-Ehipassiko? Ehipassiko tdk akan menutup kesempatan u/ proses analisis...
Dan ini bukan fiksi, melainkan fakta, siapa2 aja udah tahu beda ajaran bumi dan langit...klo perkataan sy ini msh menjadi sumber "ketergelitikan" Anda, sila search sndiri dr sumber di luar...benarkah ajaran Anda dogmatis, sdgkan punya sy sgt fleksibel, Ehipassiko?
Menikah itu proses alamiah, dan saya pikir ia universal di seluruh bumi bagi org2 yg berbudaya. Kita udah dewasa semua ya, jd maaf saya blak2an aja, menikah itu proses perkembangbiakan betul? Ada proses persetubuhan, betul? Dan ini dilakukan secara reguler, artinya ketika sebuah pasangan punya anak, apakah mereka berhenti bersetubuh? Jujur saja setelah melakukan'nya', apakah terpikir oleh Anda u/ melakukan'nya' lagi, kelak? Jujur ajaah...jwbannya psti iya...dan inilah kemelakatan...kemelekatan thd sex, thd kesenangan indrawi...Oleh sebab itu sama saja, pernikahan org islam, kristen, buddha, semuanya sarat 'kemelekatan'...kenapa anda menjudge bahwa menikah atau makan daging malah menjadikan manusia itu lekat dengan nafsu duniawinya. Apakah Anda sudah paham dengan hukum menikah dalam ajaran kami sis?
Makan daging itu sama aja melekat dgn 'rasa yg enak2 di lidah'...melekat dgn kesenangan indrawi (dlm hal ini lidah)...Dari sinilah kemelekatannya, bro...terdengar naif, tapi begitulah realitanya..Kan udah sy ngaku sndri di thread lain, klo sy pun msh suka makan daging karena rasanya begitu lezat...
Mungkin Anda akan bertanya: memangnya itu salah, melekat dgn kesenangan indrawi lidah?
Jwbannya: bukan salah, tp membawamu pd "derita"...ada saat2 di mana kamu tdk akan bisa makan daging, dan kamu minimal mengeluh/mengandai2 lauk di depanmu adlh daging...artinya ada 'ketidakpuasan' di sini...meskipun ini 'ketidakpuasan' kecil, tp krn sering kita tdk melatih 'membuang ketidakpuasan' ini maka utk hal2 yg lbh runyam pun, ketidakpuasan kita semakin terasa...contoh: ditolak cewek saat menyatakan cinta.
Dengan demikian, silakan pikirkan sndri utk konsep 'menikah'...
Jadi, semua pelatihan diri thd hal2 yg nampaknya insignifikan atau tdk penting ini, sangat berpengaruh utk melatih "ketidakmelekatan" seseorg dalam Buddhisme. Dan inilah yg dipraktekkan para anggota Sangha...makanya sy bilang klaim di Buddha itu gede, utk tdk melekat pd apapun, dan realisasinya jg mantap, poll! Spt bhiksu Tom Sam Cong itu lho...yg org biasa lihatnya mungkin spt robot...
Dan sy kasih tahu perspektif ini pd Bung Hanan...klo klaim beliau di Islam jg jd tidak melekat, maka harusnya realisasinya jgn setengah2...(mksdnya di sini ulama atau org2 suci Islam masih menikah, dsb)
Realisasi setengah2 ini kan menurut saya dan Buddhisme...tp tdk menutup kemungkinan klo Anda merenung dgn mata hati yg bening, tanpa bias...mungkin Anda sepakat jg dengan omongan saya?
Ok, kuncinya klo mw diskusi sama sy yg enak tuh singkirkan dulu 'defense mode' Anda...dan mulai mencerna kata2 saya apa adanya...shg tdk ada tudingan 'bermain2 dengan mengaburkan kata2'....
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
pertama2 permintaan maaf saya adalah bentuk respect sama abu hanan sebagai sesepuh bukan karena saya ngga tau kalo ini thread terbuka untuk siapapun
kemudian yang kedua
kenapa saya katakan pengaburan karena logikanya toh mungkin ga kalo damai itu tidak bahagia? Dan itu penjelasannya malah bikin susah dimengerti.. kalo damai tidak akan terusik oleh perubahan2 apapun kata Anda.. bener ngga ini?
misal : tiba2 sedang merasa damai, ada ular berbisa muncul misalnya tetap merasa damaikah?
yang 3
bagaimana saya bisa menentang wong yang Anda sodorkan kan klaim sepihak tpi argumentasinya nol besar.. Anda sebut dogma tapi tidak menyebut seperti apa dogmanya,, Anda sebut dalam ajaran kami ada harus percaya membabi buta tpi Anda tampaknya sama sekali ngga ngerti apa yang Anda sendiri klaim nih aku kasih ayatnya
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS al-Baqoroh: 256)
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit & apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” [45:13]
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, & silih bergantinya malam & siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” [3:190]
tidak ada tuh yang namanya dogma harus ditelan bulat menutup kesempatan untuk menganalisis dsb karena ajaran kami justru menyuruh untuk menggunakan akal kami untuk berpikir..
Ayok saya ulangi lagi pertanyaannya " Bagaimana Anda menjudge bahwa ajaran kami tidak bisa di ehipassikokan?"
dan saya tambahin pertanyaannya byar rame
Apakah berarti Anda mensuggesti bahwa manusia seyogyanya menghindari sex aka pernikahan begitu?
Anda belum menjawab pertanyaan saya yang ini saya ulangi kembali
Apakah Anda sudah paham dengan hukum menikah dalam ajaran kami sis? saya nanya ini karena saya ingin klaim Anda yang ini dipertanggung jawabkan
kemudian yang kedua
Kedua, makanya Anda jgn sepotong2 melihat komentar2 saya, klo bs mulai dr awal page....bahkan silakan search dan review terlebih dahulu ajaran2 Buddha yg dipost Saudara Gravelord....
Rasa "bahagia" apakah ia kekal? Setahu saya, rasa bahagia itu bs musnah cepat atau lambat, perlu sesuatu utk memunculkan rasa bahagia, ia tdk serta merta ada...dan oleh sbb itu sgt tergantung pd kondisi yg memunculkannya...dengan kata lain ia sgt rentan thd perubahan...Dan manusia tidak akan pernah bahagia dgn perubahan2, kecuali yg dimaksud "bahagia" itu adalah "damai"....Seyogyanya org yg damai/tenang, tdk akan terusik oleh perubahan2, baik yg menyenangkan maupun tdk. Dan dari sini kelihatan bahagia berbeda dgn damai.
Di mana kah letak pengaburan kata2? Bahkan Bung Abu sndri, ntah terpengaruh ajaran Buddha atau tdk, mengatakan "damai" seharusnyalah yg dikejar muslim, bkn bahagia dgn kalimat "tidak terlalu bahagia saat sdg senang, juga tdk terlalu sedih saat menghadapi kemalangan." Saya katakan ini mirip "ketidakmelekatan" di Buddhisme, tp ternyata gak sama...
kenapa saya katakan pengaburan karena logikanya toh mungkin ga kalo damai itu tidak bahagia? Dan itu penjelasannya malah bikin susah dimengerti.. kalo damai tidak akan terusik oleh perubahan2 apapun kata Anda.. bener ngga ini?
misal : tiba2 sedang merasa damai, ada ular berbisa muncul misalnya tetap merasa damaikah?
yang 3
Anda tentu tdk dapat menentang klo ajaran Anda tdk bisa di-Ehipassiko.. dst see post sebelumnya
bagaimana saya bisa menentang wong yang Anda sodorkan kan klaim sepihak tpi argumentasinya nol besar.. Anda sebut dogma tapi tidak menyebut seperti apa dogmanya,, Anda sebut dalam ajaran kami ada harus percaya membabi buta tpi Anda tampaknya sama sekali ngga ngerti apa yang Anda sendiri klaim nih aku kasih ayatnya
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS al-Baqoroh: 256)
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit & apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” [45:13]
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, & silih bergantinya malam & siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” [3:190]
tidak ada tuh yang namanya dogma harus ditelan bulat menutup kesempatan untuk menganalisis dsb karena ajaran kami justru menyuruh untuk menggunakan akal kami untuk berpikir..
Ayok saya ulangi lagi pertanyaannya " Bagaimana Anda menjudge bahwa ajaran kami tidak bisa di ehipassikokan?"
dan saya tambahin pertanyaannya byar rame
berarti pengertian Anda masing2 ttg ajaran Anda sendiri yang sangat fleksibel memungkinkan ketidak samaan dalam segala hal antara satu pemeluk dan yang lainnya, dalam artian varian2 yang begitu banyak. Apakah ini berarti ajaran Anda itu bisa diubah2 seperti itu?sdgkan punya sy sgt fleksibel
Menikah itu proses alamiah, dan saya pikir ia universal di seluruh bumi bagi org2 yg berbudaya. Kita udah dewasa semua ya, jd maaf saya blak2an aja, menikah itu proses perkembangbiakan betul? Ada proses persetubuhan, betul? Dan ini dilakukan secara reguler, artinya ketika sebuah pasangan punya anak, apakah mereka berhenti bersetubuh? Jujur saja setelah melakukan'nya', apakah terpikir oleh Anda u/ melakukan'nya' lagi, kelak? Jujur ajaah...jwbannya psti iya...dan inilah kemelakatan...kemelekatan thd sex, thd kesenangan indrawi...Oleh sebab itu sama saja, pernikahan org islam, kristen, buddha, semuanya sarat 'kemelekatan'...
Makan daging itu sama aja melekat dgn 'rasa yg enak2 di lidah'...melekat dgn kesenangan indrawi (dlm hal ini lidah)...Dari sinilah kemelekatannya, bro...terdengar naif, tapi begitulah realitanya..Kan udah sy ngaku sndri di thread lain, klo sy pun msh suka makan daging karena rasanya begitu lezat...
Mungkin Anda akan bertanya: memangnya itu salah, melekat dgn kesenangan indrawi lidah?
Jwbannya: bukan salah, tp membawamu pd "derita"...ada saat2 di mana kamu tdk akan bisa makan daging, dan kamu minimal mengeluh/mengandai2 lauk di depanmu adlh daging...artinya ada 'ketidakpuasan' di sini...meskipun ini 'ketidakpuasan' kecil, tp krn sering kita tdk melatih 'membuang ketidakpuasan' ini maka utk hal2 yg lbh runyam pun, ketidakpuasan kita semakin terasa...contoh: ditolak cewek saat menyatakan cinta.
Dengan demikian, silakan pikirkan sndri utk konsep 'menikah'...
Jadi, semua pelatihan diri thd hal2 yg nampaknya insignifikan atau tdk penting ini, sangat berpengaruh utk melatih "ketidakmelekatan" seseorg dalam Buddhisme. Dan inilah yg dipraktekkan para anggota Sangha...makanya sy bilang klaim di Buddha itu gede, utk tdk melekat pd apapun, dan realisasinya jg mantap, poll! Spt bhiksu Tom Sam Cong itu lho...yg org biasa lihatnya mungkin spt robot...
Dan sy kasih tahu perspektif ini pd Bung Hanan...klo klaim beliau di Islam jg jd tidak melekat, maka harusnya realisasinya jgn setengah2...(mksdnya di sini ulama atau org2 suci Islam masih menikah, dsb)
Realisasi setengah2 ini kan menurut saya dan Buddhisme...tp tdk menutup kemungkinan klo Anda merenung dgn mata hati yg bening, tanpa bias...mungkin Anda sepakat jg dengan omongan saya?
Ok, kuncinya klo mw diskusi sama sy yg enak tuh singkirkan dulu 'defense mode' Anda...dan mulai mencerna kata2 saya apa adanya...shg tdk ada tudingan 'bermain2 dengan mengaburkan kata2'....
Apakah berarti Anda mensuggesti bahwa manusia seyogyanya menghindari sex aka pernikahan begitu?
Anda belum menjawab pertanyaan saya yang ini saya ulangi kembali
Apakah Anda sudah paham dengan hukum menikah dalam ajaran kami sis? saya nanya ini karena saya ingin klaim Anda yang ini dipertanggung jawabkan
org yg ngaku mau menjadi tidak melekat nafsu2 duniawinya, tp masih menikah, makan daging, dsb...dalam kasus ini ialah muslim ulama, dan pondok pesantren, atau bijaksana-suciwan muslim, bahkan nabi2nya..
brotherOON- SERSAN SATU
-
Posts : 105
Kepercayaan : Islam
Location : Lost World
Join date : 07.07.12
Reputation : 6
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
bro oon wrote:kenapa saya katakan pengaburan karena logikanya toh mungkin ga kalo damai itu tidak bahagia?
damai itu emang ga bahagia, silakan crosscheck ke Bung Abu yg sepemahaman sama ini, klo penjelasan saya susah dimengerti...(atau tdk mau dimengerti)
bro oon wrote:.. kalo damai tidak akan terusik oleh perubahan2 apapun kata Anda.. bener ngga ini?
misal : tiba2 sedang merasa damai, ada ular berbisa muncul misalnya tetap merasa damaikah?
kita mendefinisikan damai tentu ketika "damai" itu sdg terjadi...setelah melihat ular, "damai" itu terusik dan hancur...oleh sebab itu tdk dpt disebut "damai"...sedangkan adalah benar org itu tdk terusik dgn gejolak2 SEBELUM ia melihat ular...
Karena ini hanya contoh mencicip "damai". Pertanyaannya ada ga org yg "damai sempurna"...? Ada, yaitu Buddha. Buddha pernah akan diserang gajah kelaparan, tp tetap damai (tenang).
bro oon wrote:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS al-Baqoroh: 256)
Sy kan ga bilang, Islam memaksa org utk memeluknya...(metode, cara). Sy bicara konten ajarannya, yg harus diterima bagi siapa yg telah memeluk Islam...
“Telah jelas dan benar”-nya itu berhubungan sama ayat di bawah bukan? Klo iya, mari kita lihat ayat di bawahnya...klo bukan, berarti dogmatis ngaku2 “telah jelas dan benar” tanpa disokong bukti2 lain...
Bisa dibuktikan klo ada sesosok “Dia”...pertama2? Klo bisa, tidak akan muncul kaum atheis. Dan bisakah dibuktikan proses penundukkanNya? Apakah bisa kita lihat sendiri, apakah Anda pernah melihatnya? Apakah Anda pernah melihat sendiri rahmat diturunkanNya?bro oon wrote:“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit & apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” [45:13]
Kemungkinan besar, jawaban Anda: tidak...tp aku percaya...Memang masalah “percaya”, “ga percaya” hanya muncul kalau kita tdk pernah benar2 tahu 100%...kalau kt sudah tahu, “percaya” “ga percaya” gak akan ada lagi, dan Islam sdh masuk sains...dgn menjwb semua pertanyaan ttg alam semesta...Kenyataan ga demikian lho...
Jadi maksudnya bagaimana, klo ayat2 itu bs dianalisis?
silakan lihat cuplikan percakapan serupa dgn bung Abu di bawah...dan lihat bagaimana sesepuh Anda mengomentarinya....
Ya anggap saja sy org yg ga berakal, apa tanda2nya? Setahu saya, yg terjadi itu mah fenomena alam...bro oon wrote:“ “Sesungguhnya dalam penciptaan langit & bumi, & silih bergantinya malam & siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” [3:190]
Sy sungguh heran sering org bilang kpd saya: km salah, menggunakan akal manusia utk mempertanyakan Tuhan...bukankah ini berarti logika manusia tdk dpt dipakai u/ mempertanyakan Tuhan, eksistensi, kehendak, dan tindak-tandukNya? Tp di sisi lain, Islam ngaku org yg berakal yg bisa melihat...walah2 kontradiksi....
Fleksibel di sini dalam konteks “dogmatism”...ia sama sekali tdk mendikte spt dogma di ajaran sampeyan...Keragu2an pd awalnya adalah SANGAT BAIK di ajaran kami. Keragu2an akan menggiring seseorg u/ mencari kebenaran, dan ini contohnya anak yg sedang mengerjakan problem matematika...Oleh karena dirinya ragu2, ia berpikir terus, sampai akhirnya bisa menyelesaikan problem tsb. Keragu2an di sini menimbulkan “hasil” di akhir...bro oon wrote:Emiliana wrote:sdgkan punya sy sgt fleksibel
berarti pengertian Anda masing2 ttg ajaran Anda sendiri yang sangat fleksibel memungkinkan ketidak samaan dalam segala hal antara satu pemeluk dan yang lainnya, dalam artian varian2 yang begitu banyak. Apakah ini berarti ajaran Anda itu bisa diubah2 seperti itu?
Sy ingin tanya, apakah boleh menjadi seorang muslim kalau ragu2 pd awalnya? Apa syarat org memeluk Islam?
Masih perlukah bertanya? Kan sy udah bilang ini menurut sy dan Buddhism, klo sepakat berarti congratulations...klo ga, ya gpp juga...Apakah berarti Anda mensuggesti bahwa manusia seyogyanya menghindari sex aka pernikahan begitu?
Apakah perlu sy tahu hukumnya menikah di ajaran situ? Ya, sy emang ga tahu...tapiiii sodaraku, yg saya bahas di sini adalah core universality dari pernikahan itu...bahkan sy bilang pernikahan Buddhis pun penuh kemelekatan...Klo mau dijelaskan ya silakan saja...klaim sy kan tetap berlandaskan dr prinsip pernikahan yg universal: cinta di antara dua manusia, cinta erotis yg berbeda thd cinta pd ortu, saudara, kawan, dan sesama manusia, perkembangbiakan.Anda belum menjawab pertanyaan saya yang ini saya ulangi kembali
Apakah Anda sudah paham dengan hukum menikah dalam ajaran kami sis? saya nanya ini karena saya ingin klaim Anda yang ini dipertanggung jawabkan
Kecuali...hukum islam ini menerangkan bahwa pernikahan itu ga ada persetubuhan...baru perlu koreksi besar2an dari pihak saya....
Balik lagi toh, sy bilang ini perspektif Buddhis, masa ga boleh sy berkomentar klo situ melakukan hal yg keliru? Terlebih lagi, yg saya blg keliru bkn cuman Anda tp umat perumah-tangga Buddha juga...
Klo Anda betul menghargai sesepuh Anda, maka pertanggungjawaban yg Anda gugat kpd saya menjadi gugur...sebab bung Abu sendiri mengiyakan menikah itu menyediakan ruang bagi kemelekatan akan nafsu indrawi...(sila baca perlahan2 sampai bawah utk menemukannya).
Ini lagi2 perspektif Buddhis....klo mw sepaham ya congratulations....klo tdk, jg gpp...silakan dijelaskan mengapa org2 suci muslim msh melakukan hal yg menyediakan peluang utk melekat, klo klaim-nya adalah tdk melekat pd kesenangan inderawi? Ya nanti setelah penjelasan, sy akan bilang, “oooooooh....okai”....tidak jd masalah....org yg ngaku mau menjadi tidak melekat nafsu2 duniawinya, tp masih menikah, makan daging, dsb...dalam kasus ini ialah muslim ulama, dan pondok pesantren, atau bijaksana-suciwan muslim, bahkan nabi2nya..
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Tue Jul 09, 2013 10:06 pm, total 5 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Cuplikan percakapan serupa dgn bro Abu
Sayangnya jawaban saya, Nibbhana itu bisa dibuktikan secara Ehipassiko,saat ini juga, saat masih hidup. Silakan lakukan step by step-nya terlebih dahulu
bro abu wrote:sederhana sayah berpikir,bila sayah menciptakan 100 robot dan sayah tidak memberi informasi pada 100 robot tentang warna kulit maupun tempat tinggal sayah..dan kemudian ada percakapan diantara mereka tentulah hasil percakapan adalah : ilmu kira2-dugaan-prasangka
Emiliana wrote:Selanjutnya komentar spt ini tdk akan dibahasbro abu wrote:"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." (Al-An'aam: 103).
oleh sebab hal tsb tdk dpt dipertanyakan dgn daya logika manusia, adlh berbasis keyakinan semata.
Dan terlebih lagi ilmu tsb didapat dr proses amalan soleh versinya situ lhooo, tp minus bias dgn kemelakatan pd sosok siapapun, pencarian ke dalam batin yg sejati. Inti sari yg dihasilkannya bukan dugaan atau prasangka, apalagi kemungkinan, karena dgn berani Ia mengatakan pd org2: datang, lihat, dan buktikan sndiri...bukan: datang dan yakinilah...
bro abu wrote:justru disitu ada logika;
sayah menciptakan 100 robot dan sayah taruh di dalam ruang kaca..dan mereka gak mampu liat sayah dari balik kaca..dan 100 robot itu sayah program sama persis dengan manusia (punya pikiran dan punya pilihan)..lalu,apakah para robot itu mampu menjangkau eksistensi sayah?sedangkan program baru sayah hidupkan ketika mereka berada di dalam ruang itu..
Bro Abu tidak dapat membantah lebih jauh, tetapi dy “menyerang” dgn logika fallacy dengan mempertanyakan: bukankah nibbhana juga tidak dapat dibuktikan saintifik..? (Logika fallacy emang sering dipakai klo seseorg udh tersudutkan dan tdk dpt menjwb)Emiliana wrote:Sampai sejauh ini itu pun hanya pengandaian, Anda tdk dpt membuktikan scr saintifik atau melihat dgn mata kepala sendiri adanya kejadian’penciptaan 100 robot dan blah blah blah”. Mknya sy bilang, hanya berbasis kepercayaan, tdk dpt kita gugat di thread ini..
Sayangnya jawaban saya, Nibbhana itu bisa dibuktikan secara Ehipassiko,saat ini juga, saat masih hidup. Silakan lakukan step by step-nya terlebih dahulu
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
secara empiris dan secara ilmiah adalah hal yang berbeda..dan sampai sekarang pun gak ada robot yang menyaksikan sendiri bagaimana dia bermula dan itu bukan pengandaian..bila yang dikamsut saintifik adalah bukti empiris yah sayah hanya bisa jawab gak ada manusia yang bisa menentukan kapan dan dimana dia dilahirkan..bahkan pertanyaan sayah "atas alasan apa seseorang harus mengalami kematian" pun tidak dapat dijawab secara logika yang saintifik..tuhan yang personified justru dapat menjawab dan akan selalu dijawab "kehendak tuhan"..emiliana wrote: Anda tdk dpt membuktikan scr saintifik..melihat dgn mata kepala sendiri adanya kejadian’penciptaan 100 robot
jadi bukan karena
tetapi sayah di trit ini belum menanyakan lebih jauh tentang konsep "ketuhanan"..dan sengaja itu tidak sayah bantah/jelaskan karena emang belum saatnyah..emiliana wrote:
tidak dapat membantah lebih jauh
sama sekali salah..di halaman sebelumnyah uda sayah katakan bahwa fana adalah identik/mirip dengan nibbhana..perbedaan hanya pada satu hal,tuhan sebagai pencipta alam..emiliana wrote:
semakin kuat nih dugaan saya bung Abu udah terpengaruh ajaran Buddha...
jadi inget humor sekolah sd dulu ; kita berangkat sekolah pagi karena menunggu bel pulang sekolah di siang hari..
Jawaban "mengapa kita mati" adalah kita hidup, tuh ada jawabannya..
bukan itu kamsut sayah,buddhis percaya dengan karma meskipun gak tau mekanisme karma bekerja..dan buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..dengan sebuah teori bahwa alam semesta ini uda ada dan tidak ada pencipta maka seperti dalam ilustrasi ;
klo dikasih tau tujuan kita stlh mati itu apa..
kursi di kamar terkunci =>mengafa kursi bisa berada di dalam kamar?
kursi lenyap dari kamar terkunci=>mengafa bisa lenyap?
ilustrasi sayah adalah untuk mencari tau apa di balik;
alam semesta ini melalui suatu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya tak terpikirkan...
melalui satu proses dengan awal yang tak terpikirkan=>tetap ada proses dan proses dalam hal ini menjadi sesuatu yang tak berubah atow absolut..dan dengan begitu ke-mutlak-an adalah melekat pada proses sehingga tak salah bila ada yang mengatakan bahwa buddha bertuhan pada proses..meski demikian tetap tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentang kursi..
yang diyakini adalah yang akan terjadi di masa mendatang/kehidupan setelah mati..namun tasawuf yang identik mirip dengan nibbhana dapat dicicipi saat ini di masa hidup..
Sdgkan ajaran Anda di-Ehipassiko-kan pun tak bisa...harus diyakini betul2 saja.
itulah perbedaannyah sis.."Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." dapat didekati dengan teori logis..meskipun basicnyah adalah kepercayaan tetapi ibarat adegan interogasi di film2 bule ketika terdakwah ditanyai detektif dan disaksikan oleh beberapa orang dibalik kaca..dan terdakwah tidak mampu melihat siapa saja di balik kaca teresebut..
iya emang kepercayaan klo yg ini
konsep tuhan dan manusia ibarat 1+1 = 2..
islam-kristen-yahudi memandang ada alam berarti ada pencipta dan itu kepastian berdasarkan keyakinan..dan jika diminta bukti empiris "bagaimana sosok tuhan?seperti apa bentuknyah?" maka itu adalah mustahil kami berikan..
dari sisi ini,siddharta mengajukan teori yang berbeda ;
apabila ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak = kondisi 1 dan kondisi ini menyebabkan kondisi ke 1a => kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu..
Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak=> karena ada kondisi 1 maka menyebabkan kondisi 1b maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu..dan kondisi inilah yang sayah katakan sebagai 1 (ada oknum) menyebabkan -1 (tanpa oknum)..
artinyah karena ada yang tak berawal dan tak berakhir maka pasti ada keadaan yang tak berawal dan tak berakhir lainnya..
apakah "menikah" menyediakan ruang utk bernafsu indrawi?
tentu dan itu adalah jalan untuk tetap menghargai "kodrat"..dan bisakah nibbhana diraih dengan menikah dan daging?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@mas bro
silahkeun mas..dilanjut ajah..
silahkeun mas..dilanjut ajah..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Dari sisi kepercayaan itu memang bukan pengandaian...tp di luar kepercayaan, hal itu dpt dipertanyakan...there’s reasonable doubt, so we can’t be sure to judge...Abu Hanan wrote:secara empiris dan secara ilmiah adalah hal yang berbeda..dan sampai sekarang pun gak ada robot yang menyaksikan sendiri bagaimana dia bermula dan itu bukan pengandaian..
Itu bukan jawaban dari tuntutan bukti empiris...Ibaratnya untuk membuktikan Andy terlambat masuk kantor...maka bukti empirisnya ialah Andy datang menggunakan alat presensi harian, dan alat tersebut menunjukkan Andy telat sesuai jam yg berlaku. Jadi bukan dgn membuktikan “Andy sedang ada masalah di keluarganya”...Itu namanya penalaran deduktif yang salah...Abu Hanan wrote:bila yang dikamsut saintifik adalah bukti empiris yah sayah hanya bisa jawab gak ada manusia yang bisa menentukan kapan dan dimana dia dilahirkan..
Abu Hanan wrote:bahkan pertanyaan sayah "atas alasan apa seseorang harus mengalami kematian" pun tidak dapat dijawab secara logika yang saintifik..tuhan yang personified justru dapat menjawab dan akan selalu dijawab "kehendak tuhan"..
jadi bukan karenaEmiliana wrote:tidak dapat membantah lebih jauh
Logika saintifik yg Anda mksdkan seperti apa? Logika sebab-akibat itu termasuk saintifik juga lho...Mengapa seseorang mati? Karena orang itu hidup...kan ga mungkin org yg ga hidup bisa mati..., iya kan? Kalau mau tau lebih lanjut, carilah “alasan mengapa orang itu lahir”..dengan demikian Anda melihat rangkaian yg utuh.
jadi inget humor sekolah sd dulu ; kita berangkat sekolah pagi karena menunggu bel pulang sekolah di siang hari..
Jadi teringat dengan sekolah dulu yaa? Wah sy ga gitu...saya menunggu bel pulang sekolah ya karena memang jam sekolah itu akan berakhir, dan sy tahu memang akan berakhir.
Kenapa jam sekolah berakhir, karena ada “mula” jam sekolah...
Ya udah klo identik...tuh silakan menjelaskan pada Saudara OON yg terhormat, konten fana yg anggap sama dengan Nibbhana itu kek gimana, “damai”-nya itu kek gimana sih...sama sekali salah..di halaman sebelumnyah uda sayah katakan bahwa fana adalah identik/mirip dengan nibbhana..perbedaan hanya pada satu hal,tuhan sebagai pencipta alam..
Supaya Sodara OON ga bilang sy 'bermain2 dgn mengaburkan kata2...'
Klo Anda sepaham dgn saya soal intisari 'damai' ini dgn pengecualian kemelekatan pd Pencipta, mengapa sy doang yg dituding "bermain2"?
Makanya ga salah dunx, klo sy pikir ada 2 kemungkinan: 1) "damai" kek gitu emang ga ada di Islam, dan di"sempurnakan" oleh Anda dgn pemahaman Buddhis, sehingga wajar muslim spt Bro OON ga tahu dan ga paham
2) "damai" kek gitu emang ada di Islam, hanya saja bro OON yg ga tahu...
Yg tahu kebenarannya, ya kalian berdua sendiri
Nah nah pernyataan ini nih.....dr mana situ dpt pengertian kami gak tahu mekanisme kerja karma???? Bahkan sebelumnya udah sy tekankan: tahu mekanismenya yg berupa sebab-akibat, tidak ada akibat tanpa sebab...sebab yg baik menimbulkan akibat yg baik...sebaliknya dgn yg buruk...namun memang tdk tahu detail kerjanya bak teknisi elektrik yg menciptakan pemutar musik, tentu kita sbg org awam hanya tahu mekanisme dasarnya sj...bukan itu kamsut sayah,buddhis percaya dengan karma meskipun gak tau mekanisme karma bekerja..
SALAH! SALAH! SALAH! Dan Skandal! Buddhis meyakini dirinya sbg tuan dari diri sendiri berasal dari silogisme: diri sendiri yg berbuat, diri sendiri yg merasakan akibatnya...aku yg makan, maka aku yang kenyang, bukan orang lain.buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..dengan sebuah teori bahwa alam semesta ini uda ada dan tidak ada pencipta maka seperti dalam ilustrasi ;
kursi di kamar terkunci =>mengafa kursi bisa berada di dalam kamar?
kursi lenyap dari kamar terkunci=>mengafa bisa lenyap?
Jadi BUKAN dengan teori alam semesta sdh ada, blah blah blah...bagaimana bisa sampai sini kalau Buddha tutup mulut soal alam semesta...?
Lagi2 ini penalaran deduksi yg ilogis...balik lagi ke soal Andy yg telat ngantor di atas...
ilustrasi sayah adalah untuk mencari tau apa di balik;
alam semesta ini melalui suatu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya tak terpikirkan...
melalui satu proses dengan awal yang tak terpikirkan=>tetap ada proses dan proses dalam hal ini menjadi sesuatu yang tak berubah atow absolut..dan dengan begitu ke-mutlak-an adalah melekat pada proses sehingga tak salah bila ada yang mengatakan bahwa buddha bertuhan pada proses..meski demikian tetap tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentang kursi..
Silakan berandai2, yg jelas teka-teki alam semesta bukan persoalan agama Buddha. Dengan demikian pandangan Anda ialah pandangan Anda personal...Pernahkan Buddha atau penganut Buddhis yg benar2 paham ajaran Buddha menjanjikan Anda, bahwa ajaranNya dpt menjwb pertanyaan “sederhana” ttg alam semesta? (Ngawurrrr...)
Udah ampe berbusa nih sy bilang, yg merasa dicurangi kehidupan, yg merasa tdk puas, sengsara, merana, dlm derita maupun kebahagiaan...silakan mengunjungi Buddhisme utk mengobati ‘luka’ Anda...tp bukan u/ mencari teka-teki alam semesta.
Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:Sdgkan ajaran Anda di-Ehipassiko-kan pun tak bisa...harus diyakini betul2 saja.
yang diyakini adalah yang akan terjadi di masa mendatang/kehidupan setelah mati..namun tasawuf yang identik mirip dengan nibbhana dapat dicicipi saat ini di masa hidup..
kita lihat dulu ya, komen sebelumnya, soalnya sy lupa soal ‘tasawuf’ ini
Di sini Anda bilang tasawuf identik JMB 8 dan bertujuan menyiapkan manusia utk bertemu Allah..., yg mau sy tanyakan mksd Anda tasawuf ini jdnya mirip ama JMB 8 atau Nibbhana?tasawuf adalah ibarat jmb 8..kemudian bila nibbhana adalah memutus rangkaian kelahiran maka tasawuf adalah menyiapkan manusia untuk bertemu dengan allah..
Nibbhana itu kan kondisi, yg dpt dirasakan, dan dpt diketahui bagi yg telah mengalaminya, bahwa ia sedang merasa damai, tdk terganggu apapun..oleh sebab itu org tsb dpt mengatakan: aku sdh mencapai Nibbhana
(pandangan tasawuf identik dgn Nibbhana)
Tasawuf yg menyiapkan manusia u/ bertemu Allah...bisakah seseorg mengatakan ia telah melewati/mengalami tasawuf, atau ia mengetahui ia telah siap (scr objektif, PASTI) menghadapi Allah? Nanti klo dy bilang iya, dibilang ga ikhlas...jwbannya mungkin: ga bisa bilang iya, yg bs judge cuman Allah...
Emang benar sih penilaian "siap" "ga siap" kan baru muncul setelah ketemu Allah...selebihnya penilaian yg terjadi sebelum itu adlh subjektif...
klo gitu hrs ketemu Allah dulu ya...? Yah ga bisa dibuktikan saat ini juga dunx....
klo tdk benar, sila diberi penjelasan....
(pandangan tasawuf identik dgn JMB 8)
Bagaimana bisa sebuah jalan dibuktikan benar2 jalan yang benar menuju suatu tempat, klo kt belum pernah sampai ke tempat tsb? Artinya di sini kalau tujuan Anda adlh ketemu Allah, dpt ridho dsb, maka itu hanya terjadi stlh kematian....Ehipassiko gagal di sini.
klo salah, sila beri penjelasan....
Dengan catatan: ada adegan spt itu yg benar2 sdg di-shoot, dgn demikian hrs nyata/empiricitulah perbedaannyah sis.."Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." dapat didekati dengan teori logis..meskipun basicnyah adalah kepercayaan tetapi ibarat adegan interogasi di film2 bule ketika terdakwah ditanyai detektif dan disaksikan oleh beberapa orang dibalik kaca..dan terdakwah tidak mampu melihat siapa saja di balik kaca teresebut..
Klo ada, dan dpt dilihat semua org dgn hasil output film yg dpt ditonton, maka emank bnr sy salah.
Sdgkan yg kita bicarakan: anda tidk melihat sendiri bahwa adegan tsb di-shoot atau tdk...karena sejauh ini hanya tulisan Anda yg bilang bgt....
Ok, itu kan maksud sy theism hanya dpt memberi kepuasan akan ajarannya pada org2 yg yakin...konsep tuhan dan manusia ibarat 1+1 = 2..
islam-kristen-yahudi memandang ada alam berarti ada pencipta dan itu kepastian berdasarkan keyakinan..dan jika diminta bukti empiris "bagaimana sosok tuhan?seperti apa bentuknyah?" maka itu adalah mustahil kami berikan..
dari sisi ini,siddharta mengajukan teori yang berbeda ;
apabila ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak = kondisi 1 dan kondisi ini menyebabkan kondisi ke 1a => kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu..
Tetapi para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak=> karena ada kondisi 1 maka menyebabkan kondisi 1b maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu..dan kondisi inilah yang sayah katakan sebagai 1 (ada oknum) menyebabkan -1 (tanpa oknum)..
Anda mw bilang kondisi 1 menyebabkan 1a atau 1b? Yg konsisten yaaa milihnya....
Kondisi 1--->kondisi 1A >>>>silakan sebutkan sumbernya dr mana, karena sy baru pertama kali ini mendengarnya
Kondisi 1--->kondisi 1B>>>dpt diterima, tp bukan kemungkinan...silakan kasih sy sumber Tripitaka yg asli kalau ada terjemahan kata “kemungkinan”....dan sebetulnya diagaram yg tepat ialah:
kondisi 1-->cara 1b menuju kondisi 1
oleh karena kondisi 1 anda misalkan 1, maka terciptanya kondisi 1b adalah ekivalen 1 tadi....bukan -1
Tidak ada yg di-minus...ia kembali ke asal diri awalnya....
Terima kasih Bung Abu! Akhirnya Anda mampu menjwb secara realistis juga...bro OON liat tuh Bro Abu udah bilang iya juga...dengan catatan “menghargai kodrat”....sip saya hormati, tp intinya Anda sepakat menikah itu menyediakan ruang utk memiliki nafsu indrawi.bro Abu wrote:pakah "menikah" menyediakan ruang utk bernafsu indrawi?
tentu dan itu adalah jalan untuk tetap menghargai "kodrat"..dan bisakah nibbhana diraih dengan menikah dan daging?
“Kodrat” ini udah masuk kepercayaan, jd ga bis sy gugat...
Nah, nibbhana mustahil diraih apabila terikat pernikahan dan makan daging (dr hasil sembelih dgn niat sendiri)...mengapa? Sdh sy beri penjelasan terkait bro OON di atas, bahwa Nibbhana itu tdk melekat pd apapun, bskah seseorg menjd tdk melekat klo masih melekat pd sesuatu? Ibarat minyak ingin menjadi air? Maka jwban saya adlh: tdk bisa.
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Tue Jul 09, 2013 10:26 pm, total 2 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Extension cuplikan lagi:
Logika yg dihasilkan dari premis yg msh dipertanyakan riil tidaknya...syukur2 klo premisnya bs dipertanggungjawabkan...klo ga, ya logika yg dihasilkan dr premis yg ga bener, jd ga valid...
Berakhir dgn pengakuan:
Herannya kenapa ada org yg sewot sama realita ini?
Emiliana wrote:Dengan catatan: ada adegan spt itu yg benar2 sdg di-shoot, dgn demikian hrs nyata/empiricBung Abu wrote:"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." dapat didekati dengan teori logis..meskipun basicnyah adalah kepercayaan tetapi ibarat adegan interogasi di film2 bule ketika terdakwah ditanyai detektif dan disaksikan oleh beberapa orang dibalik kaca..dan terdakwah tidak mampu melihat siapa saja di balik kaca teresebut.."
Klo ada, dan dpt dilihat semua org dgn hasil output film yg dpt ditonton, maka emank bnr sy salah.
Sdgkan yg kita bicarakan: anda tidk melihat sendiri bahwa adegan tsb di-shoot atau tdk...karena sejauh ini hanya tulisan Anda yg bilang bgt....
Logika yg dihasilkan dari premis yg msh dipertanyakan riil tidaknya...syukur2 klo premisnya bs dipertanggungjawabkan...klo ga, ya logika yg dihasilkan dr premis yg ga bener, jd ga valid...
Apa itu namanya klo bukan: udah habis yg bisa diomongin kecuali mengatakan “pun...sampeyan tidak dapat...”Bung Abu wrote:secara empiris dan secara ilmiah adalah hal yang berbeda..dan sampai sekarang pun gak ada robot yang menyaksikan sendiri bagaimana dia bermula............bahkan pertanyaan sayah "atas alasan apa seseorang harus mengalami kematian" pun tidak dapat dijawab secara logika yang saintifik..
Berakhir dgn pengakuan:
Jadi kita sama2 terima ya Keyakinan Anda adalah mustahil diberikan bukti empirisnya terkait Tuhan...dan oleh sbb itu hanya dpt memuaskan org yg benar2 yakin...Bung Abu wrote:dan jika diminta bukti empiris "bagaimana sosok tuhan?seperti apa bentuknyah?" maka itu adalah mustahil kami berikan..
Herannya kenapa ada org yg sewot sama realita ini?
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil
kursi di dalam ruangan itu ada karena apa?dan lenyap karena apa?
dan pernyataan dogmatis lainnya adalah ke pertanyaan "atas alasan apa manusia harus mati?" ternyata jawaban berbeda diantara sesama atheis (baik buddha maupun atheis tulen)..
dan dari buddhis selalu dan selalu pertanyaan itu dijawab dengan ungkapan yang sejenis ;
dan kita sama mengetahui bahwa kesalahan di masa lalu tidak dapat dilepaskan begitu saja dari yang namanyan benda..jadi dengan adanya benda,bagi sayah,mau tidak mau akan muncul dugaan bahwa lahir-mati dalam buddhism terkait dengan benda..dan apakah salah jika sayah bertanya tentang alam semesta?
dan sayah coba terapkan pada "kursi di dalam ruangan"..mengapa dia berada di situ dan bugimanah?
apakah anda bisa menjelaskan?tentu dengan kaidah "tidak ada pencipta"..
dan ternyata
alam semesta ini melalui suatu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya tak terpikirkan...
untuk itu sayah coba mencari tau dengan cara buddhis yaitu melepaskan ide "ada pencipta"..
semua benda yang kita gunakan terkait keinginan indrawi berasal dari alam semesta..yup..ehipassiko,yang penting adalah bugimana kita saat ini? tapi bukan itu tujuan sayah bertanya..
alam semesta dan segala yang berasal darinya dan kita manfaatkan untuk kehidupan sehari2,apakah suatu kebetulan?atow ada penjelasan saintifik (karena ada kaitan erat antara nibbhana dan reinkarnasi dengan benda2)..
dan bila standar KEKAL itu diterapkan dalam sosok tuhan maka sotomatis hukum sebab akibat,dan nibbana dapat digolongkan sebagai tuhan..proses adalah tuhan dengan konteks "berulang,terus menerus"..mengingat nibbana bukanlah suatu alam, tetapi suatu kondisi batin (kesadaran atau pikiran) --yang sebenarnyah potensi untuk itu uda dimiliki manusia -
- yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin.kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan..(jadi inget puasa level tinggi nih..jauhkan diri dari membayangkan meski baru membayangkan/berkhayal..)..dan kesimpulan sayah,jmb 8-hukum karma-reinkarnasi-nibbhana adalah tuhan dengan konteks tidak berubah (proses)
mati ada karena ada kehidupan,lahir ada karena sebab masa lalu..semisal dosa /kesalahan yang belum tertebus atow mungkin ada istilah lain yang tepat..
dan sayah ingin tanyakan,terkait dengan penolakan terhadap oknum tuhan,apakah buddha menyerahkan kehidupan dan kematian pada proses?
ketika seseorang terjatuh dari motor dan ditabrak truk,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,itu karmanya yang dulu"
ketika seseorang mencopet dan tertangkap lalu digebuki massa,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,karmanya dia dulu juga tukang gebuk pencopet"..MUNGKIN dan MUNGKIN dan semua masih sebatas DUGAAN..
http://www.tebarnasi.com/archive/index.php/t-2361.html
keimanan dalam konsep islam tidak membutuhkan dapat dijangkau indra..karena iman ada di hati/kalbu/jiwa..
seperti halnya seseorang mengatakan : berhentilah bila lampu menyala merah..
dia berkata seperti itu ketika berjumpa dengan sayah di hutan belantara dan sayah pun gak tau apa bentuk lampu merah itu..tetapi sayah percaya nah itulah keimanan..
dan bila dia berkata kepada sayah dan sayah juga tau situasi lampu merah yah namanyah bukan iman/keyakinan..yup..seperti keberadaan neraka dan suraga dalam buddhism..
lha kan salah satu mustahilnyah permintaan bukti empiris kan juga ada di buddha..keberadaan tuhan,surga,neraka di dalam islam adalah sama2 gak ada bukti empiris (saat ini)..jadi sayah bertanya2 (dan mungkin sayah bakal anda "logica fallacy"-kan sedangkan surga dan neraka dalam buddhism pun juga diajarkan dan keduanya juga gak ada bukti empiris..) sejauh mana sih umat buddha belajar agamanyah kok sampe seenak dewe "manusia tidak diciptakan" karena gak ada bukti empiris?
kamsut sayah,bahwa setiap ajaran agama PASTI menyinggung dan mempunyai sesuatu yang tidak sekedar ehipassiko,tetapi sesuatu yang disebut iman/keyakinan yang hal itu gak bisa dibuktikan secara empiris..
http://sudhammacaro.blogspot.com/2012/03/buddhist-tidak-mengenal-tuhan-sebagai.html
lha iya itu..sayah katakan ALAT/SARANA itu gak mungkin bisa kami tunjukkan..dan salah satunyah adalah kamera bukan kami yang bawa..untuk itu sayah bertanya kepada anda maupun buddhis yang lain :
Ibaratnya untuk membuktikan Andy terlambat masuk kantor...maka bukti empirisnya ialah Andy datang menggunakan alat presensi harian, dan alat tersebut menunjukkan Andy telat sesuai jam yg berlaku.
kursi di dalam ruangan itu ada karena apa?dan lenyap karena apa?
buginih,atheis (penolakan tuhan personified) selalu menuntut bukti empiris (kasat mata) tentang eksistensi tuhan dan theis uda menyatakan bahwa tuhan gak mungkin terjangkau oleh panca indra..dan atheis menyatakan itu dogmatis..bener?
Jadi kita sama2 terima ya Keyakinan Anda adalah mustahil diberikan bukti empirisnya terkait Tuhan
dan pernyataan dogmatis lainnya adalah ke pertanyaan "atas alasan apa manusia harus mati?" ternyata jawaban berbeda diantara sesama atheis (baik buddha maupun atheis tulen)..
dan dari buddhis selalu dan selalu pertanyaan itu dijawab dengan ungkapan yang sejenis ;
orang lahir karena apa?mungkin budha menjawab ; atas kesalahan masa lalu..carilah “alasan mengapa orang itu lahir”..
dan kita sama mengetahui bahwa kesalahan di masa lalu tidak dapat dilepaskan begitu saja dari yang namanyan benda..jadi dengan adanya benda,bagi sayah,mau tidak mau akan muncul dugaan bahwa lahir-mati dalam buddhism terkait dengan benda..dan apakah salah jika sayah bertanya tentang alam semesta?
dan sayah coba terapkan pada "kursi di dalam ruangan"..mengapa dia berada di situ dan bugimanah?
apakah anda bisa menjelaskan?tentu dengan kaidah "tidak ada pencipta"..
dan ternyata
ini membingungkan sayah..
Silakan berandai2, yg jelas teka-teki alam semesta bukan persoalan agama Buddha.
sebuah penilaian keliru..justru sayah berangkat dari buddhis sendiri;
Dengan demikian pandangan Anda ialah pandangan Anda personal...
alam semesta ini melalui suatu proses pembentukan dan kehancuran yang berulang-ulang dan berawal dari asal mula waktu yang awalnya tak terpikirkan...
untuk itu sayah coba mencari tau dengan cara buddhis yaitu melepaskan ide "ada pencipta"..
semua benda yang kita gunakan terkait keinginan indrawi berasal dari alam semesta..yup..ehipassiko,yang penting adalah bugimana kita saat ini? tapi bukan itu tujuan sayah bertanya..
alam semesta dan segala yang berasal darinya dan kita manfaatkan untuk kehidupan sehari2,apakah suatu kebetulan?atow ada penjelasan saintifik (karena ada kaitan erat antara nibbhana dan reinkarnasi dengan benda2)..
dan bila standar KEKAL itu diterapkan dalam sosok tuhan maka sotomatis hukum sebab akibat,dan nibbana dapat digolongkan sebagai tuhan..proses adalah tuhan dengan konteks "berulang,terus menerus"..mengingat nibbana bukanlah suatu alam, tetapi suatu kondisi batin (kesadaran atau pikiran) --yang sebenarnyah potensi untuk itu uda dimiliki manusia -
- yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin.kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan..(jadi inget puasa level tinggi nih..jauhkan diri dari membayangkan meski baru membayangkan/berkhayal..)..dan kesimpulan sayah,jmb 8-hukum karma-reinkarnasi-nibbhana adalah tuhan dengan konteks tidak berubah (proses)
dari sisi buddhisme;
Kalau mau tau lebih lanjut, carilah “alasan mengapa orang itu lahir”..dengan demikian Anda melihat rangkaian yg utuh.
mati ada karena ada kehidupan,lahir ada karena sebab masa lalu..semisal dosa /kesalahan yang belum tertebus atow mungkin ada istilah lain yang tepat..
dan sayah ingin tanyakan,terkait dengan penolakan terhadap oknum tuhan,apakah buddha menyerahkan kehidupan dan kematian pada proses?
siapa yang menentukan kapan manusia dilahirkan?dari rahim wanita mana dia bakal dilahirkan?
dr mana situ dpt pengertian kami gak tahu mekanisme kerja karma????
ketika seseorang terjatuh dari motor dan ditabrak truk,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,itu karmanya yang dulu"
ketika seseorang mencopet dan tertangkap lalu digebuki massa,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,karmanya dia dulu juga tukang gebuk pencopet"..MUNGKIN dan MUNGKIN dan semua masih sebatas DUGAAN..
http://www.tebarnasi.com/archive/index.php/t-2361.html
Banyak sekali orang beranggapan kalau sudah berbuat baik tentu saja karma baik yang akan diterima, pendapat itu benar kalau perbuatan itu memang benar2 sesuai dengan kebaikan dan hasil-nya juga untuk kebaikan. Tapi ada beberapa hal yang menurut orang tersebut baik, ternyata menghasilkan hasil yang buruk, maka itu tentu saja akan menjadi karma buruk juga. Contoh-nya :
Sebuah keluarga yang terdiri dari 2 kakak beradik dimana kedua-nya saling mengasihi. Suatu ketika sang kakak mengenalkan seorang pengusaha kaya kepada si adik karena si adik ingin mempunyai usaha sendiri. Cinta si kakak kepada si adik ternyata menghasilkan karma buruk. Bagaimana asal muasal-nya ? ternyata karena si adik tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola dan menyebabkan uang investasi dari pengusaha kaya tersebut lenyap. Ortu dari dua kakak beradik itu mengalami tekanan jiwa karena selain membuat rugi, hal ini menyebabkan si adik harus ditahan oleh polisi karena hal ini. Ortu menyalahkan si kakak karena tidak membantu dan hanya menyarankan mengikuti aturan hukum yang berlaku.
Karma siapakah ini ? jawaban-nya beragam, bisa karma dari orang tua, karma dari si adik serta karma si kakak. Tapi selain itu, itu adalah karma si Pengusaha. Semua-nya saling terkait menjadi satu.
adegan itu kan direkam lalu hasil rekaman ditunjukkan..tetapi kondisi tidak seperti itu..anda tidak akan ditunjukkan hasil rekaman kecuali anda memintanyah..kapankah anda dapat meminta hasil rekaman?yah nanti..basicnya balik ke kepercayaan tetapi setidaknyah upaya mendekati secara logis uda ditempuh..emiliana wrote:Herannya kenapa ada org yg sewot sama realita ini?Dengan catatan: ada adegan spt itu yg benar2 sdg di-shoot, dgn demikian hrs nyata/empiric
Klo ada, dan dpt dilihat semua org dgn hasil output film yg dpt ditonton, maka emank bnr sy salah.
Sdgkan yg kita bicarakan: anda tidk melihat sendiri bahwa adegan tsb di-shoot atau tdk...karena sejauh ini hanya tulisan Anda yg bilang bgt....
keimanan dalam konsep islam tidak membutuhkan dapat dijangkau indra..karena iman ada di hati/kalbu/jiwa..
seperti halnya seseorang mengatakan : berhentilah bila lampu menyala merah..
dia berkata seperti itu ketika berjumpa dengan sayah di hutan belantara dan sayah pun gak tau apa bentuk lampu merah itu..tetapi sayah percaya nah itulah keimanan..
dan bila dia berkata kepada sayah dan sayah juga tau situasi lampu merah yah namanyah bukan iman/keyakinan..yup..seperti keberadaan neraka dan suraga dalam buddhism..
lha kan salah satu mustahilnyah permintaan bukti empiris kan juga ada di buddha..keberadaan tuhan,surga,neraka di dalam islam adalah sama2 gak ada bukti empiris (saat ini)..jadi sayah bertanya2 (dan mungkin sayah bakal anda "logica fallacy"-kan sedangkan surga dan neraka dalam buddhism pun juga diajarkan dan keduanya juga gak ada bukti empiris..) sejauh mana sih umat buddha belajar agamanyah kok sampe seenak dewe "manusia tidak diciptakan" karena gak ada bukti empiris?
kamsut sayah,bahwa setiap ajaran agama PASTI menyinggung dan mempunyai sesuatu yang tidak sekedar ehipassiko,tetapi sesuatu yang disebut iman/keyakinan yang hal itu gak bisa dibuktikan secara empiris..
http://sudhammacaro.blogspot.com/2012/03/buddhist-tidak-mengenal-tuhan-sebagai.html
umat Buddha yg yakin kpd ajaran Buddha mengikuti apa yg diajarkan oleh Buddha yaitu ‘TIDAK BERANI’ mengatakan bahwa Tuhan pencipta alam semesta dst.
Alasannya, kl berani menyatakan hal tsb berarti ‘MENYELEWENGKAN’ ajaran Buddha, dan akibatnya sangat berbahaya. Menurut Buddha; bila muridnya menyelewengkan ajaran Buddha akan masuk alam Neraka Awici yg siksaannya mengerikan tak terkira bisa2 100 X lbh dari siksaan Neraka biasa.
sayah bahas terpisah dengan pembahasan yang uda sejauh ini tetapi bahasan tasawuf akan tetap di trit ini..
yg mau sy tanyakan mksd Anda tasawuf ini jdnya mirip ama JMB 8 atau Nibbhana?
(pandangan tasawuf identik dgn Nibbhana)
Tasawuf yg menyiapkan manusia u/ bertemu Allah...bisakah seseorg mengatakan ia telah melewati/mengalami tasawuf, atau ia mengetahui ia telah siap (scr objektif, PASTI) menghadapi Allah? Nanti klo dy bilang iya, dibilang ga ikhlas...jwbannya mungkin: ga bisa bilang iya, yg bs judge cuman Allah...
Emang benar sih penilaian "siap" "ga siap" kan baru muncul setelah ketemu Allah...selebihnya penilaian yg terjadi sebelum itu adlh subjektif...
klo gitu hrs ketemu Allah dulu ya...? Yah ga bisa dibuktikan saat ini juga dunx....
klo tdk benar, sila diberi penjelasan....
(pandangan tasawuf identik dgn JMB 8)
Bagaimana bisa sebuah jalan dibuktikan benar2 jalan yang benar menuju suatu tempat, klo kt belum pernah sampai ke tempat tsb? Artinya di sini kalau tujuan Anda adlh ketemu Allah, dpt ridho dsb, maka itu hanya terjadi stlh kematian....Ehipassiko gagal di sini.
klo salah, sila beri penjelasan....
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
"atthi bhikkhave, ajātaṃ abhūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ ada ce tam bhikkhave, abhavissā ajātaṃ abūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ, nayidha jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṃ paññāyetha yasmā ca kho bhikkhave, atthi ajātaṃ abhūtaṃ akataṃ asaṅkhataṃ, Tasma jātassa bhūtassa katassa saṅkhatassa nissaraṇaṃ paññāyatī "ti.sis emil wrote:silakan kasih sy sumber Tripitaka yg asli kalau ada terjemahan kata “kemungkinan”....
sayah punya itu di hard disk..link sumber gak ada..CMIW..
yah..anggap ajah sayah salah..uddana 8/3 sayah bagi menjadi 3..
“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak.Duhai para Bhikkhu,apabila tidak ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak maka tidak mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.Tetapi para Bhikkhu,karena ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.”
1.kondisi 1/ada pencipta
a.“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak.
kondisi 1/pencipta..dengan adanya pencipta maka konsekuensi adalah ada yang dilahirkan,ada yang menjelma,ada yang dicipta dan tidak ada yang mutlak..
b.Duhai para Bhikkhu,apabila tidak ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak apabila tidak ada pencipta/awal maka mustahil manusia dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
c.Tetapi para Bhikkhu,karena ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak karena ada pencipta maka pasti bisa bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.”
bener?kalow salah,tolong dunk jelasin dengan proses yang sama..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
lha iya itu..sayah katakan ALAT/SARANA itu gak mungkin bisa kami tunjukkan..dan salah satunyah adalah kamera bukan kami yang bawa..untuk itu sayah bertanya kepada anda maupun buddhis yang lain :
kursi di dalam ruangan itu ada karena apa?dan lenyap karena apa?
Ya udah klo ga bisa, ga usah dibawa ke sini....sy ga blg hal itu buruk. Sy cuman blg hal spt itu tdk mungkin sy benarkan, atau kt pergugatkan di sini...beda dgn ajaran Buddha yg bisa diperdebatkan...karena Beliau sendiri mengingatkan untuk menganalisis setiap ajaranNya, jgn pernah ditelan bulat2...
Kondisnya kursi itu skrg lapuk...pilihan kita sendiri, mw menghabiskan waktu memperbaiki kursi, atau menghabiskan waktu mencari tahu asal usul kursi, siapa yg membwnya ke dalam ruangan, terbuat dari kayu apa, di hutan yg mana...silakan pilih sendiri. Maka dalam idiom ini, Buddhis adalah org yg memilih mencari cara memperbaiki kursi...
Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:Jadi kita sama2 terima ya Keyakinan Anda adalah mustahil diberikan bukti empirisnya terkait Tuhan
buginih,atheis (penolakan tuhan personified) selalu menuntut bukti empiris (kasat mata) tentang eksistensi tuhan dan theis uda menyatakan bahwa tuhan gak mungkin terjangkau oleh panca indra..dan atheis menyatakan itu dogmatis..bener?
klo sudah ngaku, mengapa harus berputar2 kalimat...sy tdk mencela hal tsb sbg buruk kok...mengapa harus defensif? Sgt jarang memang ada yg tenang mengakui realita tsb...
an pernyataan dogmatis lainnya adalah ke pertanyaan "atas alasan apa manusia harus mati?" ternyata jawaban berbeda diantara sesama atheis (baik buddha maupun atheis tulen)..
dan dari buddhis selalu dan selalu pertanyaan itu dijawab dengan ungkapan yang sejenis ;
carilah “alasan mengapa orang itu lahir”..
pernyataan ke pertanyaan? (bingung, klo mw pernyataan ya pernyataan aja, pertanyaan ya pertanyaan)
Buddhism menolak Tuhan berpesonfied kan dari kontradiksi dari Tuhan personified itu sendiri, terlalu byk lubang kontradiksi yg memang tdk mampu dijangkau panca indra+akal manusia...Klo manusia tdk diperbolehkan memercayai akalnya, kpd siapakah ia hrs percaya? If I can’t trust myself (or in me), whoelse can I trust? Jawaban Anda mungkin: Tuhan...sy cuman bilang: I see....okay....tdk jadi masalah...
Jadi bukan menolak Tuhan personified karena ia dogmatis dgn penjelasannya “alasan manusia harus mati”...
Yg jadi pertanyaan Anda mengharapkan jawaban yg simple atau rumit thd “alasan manusia harus mati”....? Sesuatu yg dijabarkan dengan logika (ilmiah) mungkin tampak rumit, tapi sebenarnya ia-lah yg paling simple, persoalan matematis menjadi gampang diselesaikan dgn hukum2, alat2, logika2 matematis...Ketika metodenya terlalu sederhana, Anda tdk percaya bahwa jalannya sesederhana itu...Anda mungkin akan memilih penjelasan rumit yg mampu memberi kepuasan pd Anda...klo itu pilihan Anda, silakan saja....dan tdk usah paksakan keinginan Anda thd “kerumitan” ini pd org lain...
orang lahir karena apa?mungkin budha menjawab ; atas kesalahan masa lalu..
dan kita sama mengetahui bahwa kesalahan di masa lalu tidak dapat dilepaskan begitu saja dari yang namanyan benda..
Tdk bisa begitu saja terlepas dr benda memang, tp kita bisa dan punya potensi utk menjinakkan efek benda tsb thd kita...utk itu, yg perlu kita lakukan adalah “mengendalikan diri sendiri” atau “mengendalikan benda” (termasuk benda yg tdk dpt kita kendalikan)...? If u want to change that thing’s effect upon u, should u change urself’s behaviour toward it, or should u change that thing which is beyond ur reach?
jadi dengan adanya benda,bagi sayah,mau tidak mau akan muncul dugaan bahwa lahir-mati dalam buddhism terkait dengan benda..dan apakah salah jika sayah bertanya tentang alam semesta?
dan sayah coba terapkan pada "kursi di dalam ruangan"..mengapa dia berada di situ dan bugimanah?
apakah anda bisa menjelaskan?tentu dengan kaidah "tidak ada pencipta"..
Bukan salah, melainkan tidak perlu...dari perspektif org yg ingin memperbaiki kursi yg lapuk...keadaannya skrg spt itu, km memerlukan kursi yg bagus utk diduduki tamu, akankah km menghabiskan waktu mencari tahu kursi itu diantar distributor furniture yg mana, kapan peristiwa itu terjadi, dan segala2nya terkait kursi...sehingga saat waktunya pesta, kursimu blm juga km perbaiki...
Tidak ada kaidah pencipta ataupun ada pencipta di Buddha...Buddha tdk pernah secara tegas mengiyakan salah satunya...Perlu diketahui yg ditolak Buddha adlh Tuhan berpersonified
Semoga tdk bingung lagi...klo hendak menjawab asal usul semesta, utk terakhir kalinya, sy bilang salah masuk kamar...makanya jgn bingung2 berdiri di dpn pintu kmr....Bung Hanan wrote:ini membingungkan sayah..Emiliana wrote:Silakan berandai2, yg jelas teka-teki alam semesta bukan persoalan agama Buddha.
alam semesta dan segala yang berasal darinya dan kita manfaatkan untuk kehidupan sehari2,apakah suatu kebetulan?atow ada penjelasan saintifik (karena ada kaitan erat antara nibbhana dan reinkarnasi dengan benda2)..
Nibbhana, reinkarnasi, segala sesuatu yg terjadi thd manusia adalah akibat tindakannya thd benda2, bukan benda2 itu sndri...dengan demikian utk menjadi mulia, muliakanlah tindakan sendiri, bukan mengatur benda2 yg tak terkendalikan....Dengan pemikiran “alam semesta berasal dari X” atau “alam semesta tidak berasal dari X” apakah itu semua mempengaruhi cara kita menindak benda2/hal2 di sekitar kita? Tdk ada pengaruhnya, oleh sebab itu Buddha tidak membagikan pengetahuan tsb bagi murid2Nya...
dan bila standar KEKAL itu diterapkan dalam sosok tuhan maka sotomatis hukum sebab akibat,dan nibbana dapat digolongkan sebagai tuhan..proses adalah tuhan dengan konteks "berulang,terus menerus"..mengingat nibbana bukanlah suatu alam, tetapi suatu kondisi batin (kesadaran atau pikiran) --yang sebenarnyah potensi untuk itu uda dimiliki manusia -
- yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin.kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan..(jadi inget puasa level tinggi nih..jauhkan diri dari membayangkan meski baru membayangkan/berkhayal..)..dan kesimpulan sayah,jmb 8-hukum karma-reinkarnasi-nibbhana adalah tuhan dengan konteks tidak berubah (proses)
Memang ada yg berpikiran spt itu....”Tuhan” itu Nibbhana atau “Tuhan” itu hukum karma...karena sifatnya yg tak tercela...tp dua2nya adlh keliru, Tuhan itu pencipta dengan sejuta sifatnya yg maha-maha, dengan konteks kekal pun, tdk dpt terlepas bahwa “Tuhan” itu merujuk pd sosok Pencipta...
Oh ya, selamat menunaikan ibadah puasa
dari sisi buddhisme;
mati ada karena ada kehidupan,lahir ada karena sebab masa lalu..semisal dosa /kesalahan yang belum tertebus atow mungkin ada istilah lain yang tepat..
dan sayah ingin tanyakan,terkait dengan penolakan terhadap oknum tuhan,apakah buddha menyerahkan kehidupan dan kematian pada proses?
Penolakan adalah terhadap oknum Tuhan personified....dan klo dilihat dari sisi yg negatif, sprtinya memang Buddhis menyerahkan hidup dan mati pd proses....tapi, yg tdk Anda lihat ada “upaya diri” yang mampu mengalahkan proses tsb...ketika seseorg tampaknya “menyerah” karena ia tdk mampu melawan proses, itu bukan “menyerah” melainkan “memilih utk menyerah”....utk itu jangankan salahkan proses, melainkan salahkan sikapmu terkait menghadapi proses itu...
Abu Hanan wrote:siapa yang menentukan kapan manusia dilahirkan?dari rahim wanita mana dia bakal dilahirkan?Emiliana wrote:dr mana situ dpt pengertian kami gak tahu mekanisme kerja karma????
Ibarat tahu gula menghasilkan rasa manis...maka saya sebut sudah tahu mekanismenya. Ketika mencicip rasa yg manis, adalah kemungkinan itu terbuat dari gula....(ketika ingin membuat masakan yg manis2, carilah gula bukan garam) meski kita tdk tahu detail komponen gula dlm bentuk kimia mikroskopisnya (CH2O)n. Bagaimana C mengikat H , membentuk senyawa, kemudian menimbulkan rasa manis.... ada juga kemungkinan makanan yg kt cicipi terbuat dari sakarin, tp tdk merubah inti pengetahuan bahwa rasa itu timbul dari “suatu zat yg menimbulkan rasa manis”....bukan msiteri tak terjawab
dan saya ulangi lagi, pernyataan sy sebelumnya di mana kata 'mekanisme' pertama kali muncul
di situ saya bilang tahu/ga tahu?Emiliana wrote:Sy tdk bs menjawab bagaimana "mesin" hukum-karma bekerja scr detail, yg bisa sy jwb adalah mekanisme umumnya. Dengan mengetahui mekanisme tsb, besar sekali manfaat yg didapat
Utk tahu sampai kerja detailnya, silakan mendalami ilmu kimia, menjadi ahli kimia terlebih dahulu...dalam hal ini silakan menjadi Buddha terlebih dahulu...ikuti stepnya ya...
Dan ketidaktahuan secara detail thd rangkaian senyawa Gula atau Sakarin, apakah berpengaruh thd ibu rumah tangga yg ingin membuat kue? Yg ia tahu, pokoknya dgn gula ia bisa membuat kue yg manis....apakah harus ibu itu tahu sampai detail2 mikroskopik gula guna membuat kue?
idiom di sini identik dgn: saya memang tdk dpt secara tepat menentukan bagaimana senyawa gula mengikat atau menghasilkan senyawa baru yg menghasilkan rasa manis, di mana inti rasa manis itu terletak, rasa manis level brp pun sy tdk tahu. Tp sy tahu semakin byk gula, semakin manis...Sy tdk tahu dan tdk dpt menentukan di rahim siapa sy dilahirkan, tp sy dpt menakar2 atas mekanisme yg sy tahu 'semakin byk gula semakin manis' seberapa manis rasa yg dihasilkan, kira2 di rahim perempuan yang mana, spt apa..tp bukan menunjuk si A, B, atau X.
Hukum ekonomi yg trkenal: semakin banyak permintaan, semakin mahal harga suatu komoditi...dptkah "kalimat itu saja/bunyi teori itu" menjelaskan situasi ekonomi yg dialami perusahaan hp X, di titik mana secara tepat perushaan akan mengalami harga tawar hp paling tinggi?
ketika seseorang terjatuh dari motor dan ditabrak truk,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,itu karmanya yang dulu"
ketika seseorang mencopet dan tertangkap lalu digebuki massa,MUNGKIN buddhis akan menduga "owh,karmanya dia dulu juga tukang gebuk pencopet"..MUNGKIN dan MUNGKIN dan semua masih sebatas DUGAAN..
Gak seperti itu juga kaleee....ketika seseorg terjatuh dr motor, ia flashback, bagaimana ia mengendarai motornya, bagaimana posisi kendaraan2 lain di sampingnya...aku yg salah? Atau mereka yg salah? Wah pikiran Anda ud merujuk bhw Buddhis itu penuh tahayul dan berpikiran ilogis...
Terus stlh dy teringat, dy salah memutar gas, sehingga motornya ‘terbang’...dy berpikir lagi mengapa dy bisa salah memutar gas...ternyata dy sedang bicara di handphone dan kehilangan konsentrasi...dari sini karmanya dia lah jadi org ceroboh menuai kecerobohannya sendiri...
Apakah karma harus selalu berhubungan dengan masa lampau sebelum kehidupan ini? Gak juga ah, 5 menit yg lalu saja, itu ud termasuk ‘masa lalu’...dan ‘masa lalu’ inilah yg mempengaruhi 5 menit setelahnya, yaitu saat ini. Dan karma bekerja di sini. Kalau semua2nya berdasarkan “kehidupan sebelum kehidupan saat ini”...maka tiada arti hidup lagi, hidup sekadar memenuhi ‘hutang’ yg terjadi di kehidupan sebelum kehidupan ini...kenyataannya tdk mungkin ‘kehidupan lalu sblm kehidupan saat ini’ kita penuh hutang semuanya, sehingga kt tdk bs berbuat apa2 saat ini. Realitanya skrg sy ada free-will untuk mengangkat tangan saya, utk menari, utk pergi keluar kota saat ini jg klo sy mw...dan perbuatan saya ini mengakibatkan kondisi utk 5 menit di masa depan, satu hari dari skrg, dst..
lha kan salah satu mustahilnyah permintaan bukti empiris kan juga ada di buddha..keberadaan tuhan,surga,neraka di dalam islam adalah sama2 gak ada bukti empiris (saat ini)..jadi sayah bertanya2 (dan mungkin sayah bakal anda "logica fallacy"-kan sedangkan surga dan neraka dalam buddhism pun juga diajarkan dan keduanya juga gak ada bukti empiris..) sejauh mana sih umat buddha belajar agamanyah kok sampe seenak dewe "manusia tidak diciptakan" karena gak ada bukti empiris?
kamsut sayah,bahwa setiap ajaran agama PASTI menyinggung dan mempunyai sesuatu yang tidak sekedar ehipassiko,tetapi sesuatu yang disebut iman/keyakinan yang hal itu gak bisa dibuktikan secara empiris..
Ini namanya ud tenggelam, ga mau tenggelam sendiri...hahahaha...apakah Anda yakin ajaran mengenai surga dan neraka itu yg terpenting di Buddhism? Supaya menakut2i org jgn berbuat jahat...,begitu? Sayang sekali, utk memuliakan diri di Buddhism tdk perlu org merasa cemas dgn neraka, atau merasa nyaman di surga...bahkan tanpa pemahaman surga-neraka sekalipun...utk memuliakan diri adalah dengan intisari ajaran Buddha 4 Kesunyataan Mulia, dan ini tdk boleh ditelan mentah2 melainkan dianalisis baik2 benar adanya atau tidak. Surga-neraka cuman penyokong (aksesoris, bs dipakai, atau dibuang) dan mereka bukanlah tujuan...Ketika saya berbicara mengenai derita, asal derita, terhentinya derita, dan jalan menuju akhir derita...apakah ada di antaranya bersinggungan setitik pun dgn surga atau neraka?
Klo bersiteguh ga bs di-Ehipassiko..maka jawaban sy adalah: beli hp dulu, baru cari aksesoris hp....atau beli aksesoris hp dulu baru beli hp? Dan persoalan "beli hp" dpt diwujudkan saat ini juga...
http://sudhammacaro.blogspot.com/2012/03/buddhist-tidak-mengenal-tuhan-sebagai.html
umat Buddha yg yakin kpd ajaran Buddha mengikuti apa yg diajarkan oleh Buddha yaitu ‘TIDAK BERANI’ mengatakan bahwa Tuhan pencipta alam semesta dst.
Alasannya, kl berani menyatakan hal tsb berarti ‘MENYELEWENGKAN’ ajaran Buddha, dan akibatnya sangat berbahaya. Menurut Buddha; bila muridnya menyelewengkan ajaran Buddha akan masuk alam Neraka Awici yg siksaannya mengerikan tak terkira bisa2 100 X lbh dari siksaan Neraka biasa.
ooooh...baru tahu...sy mengabaikan perkara Tuhan bukan karena takut akan akibat di atas (gmana bs takut baru pertama kali ini melihat)...sy mengabaikan karna sy paham maksud Buddha, Guruku, bahwa hal2 semacam itu tdk akan membawa kebahagiaan pada sy. Menarik, kata “TIDAK BERANI” di atas bukan berarti takut pd Buddha, tapi lbh tepatnya “TIDAK LAYAK”....mengapa tidak layak? Karena Gurunya sendiri diam, kenapa dia bisa ngoceh?
Org yg menghormati guru, tdk akan ngoceh hal yg bkn prinsip gurunya...
Org yg menghormati guru dgn benar, tdk perlu cemas atau memerdulikan akibat klo ia menyeleweng dari ajaran Gurunya...
Terlebih gurunya ini sangat bijaksana, klo si murid mw menyeleweng, ia mempersilakannya pergi menuntut ajaran lain, tentunya si murid tdk boleh mencatut ajaran lain sbg ajaran guru tsb....ini adlh etiket paling dasar...
Asal jangan kelamaan spt hukum karma yg kata sy dipinjem dari Hindu & Buddha...ga jelas kabar pembahasannya...sayah bahas terpisah dengan pembahasan yang uda sejauh ini tetapi bahasan tasawuf akan tetap di trit ini..
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Wed Jul 10, 2013 9:47 pm, total 3 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
1.kondisi 1/ada pencipta
a.“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak.
kondisi 1/pencipta..dengan adanya pencipta maka konsekuensi adalah ada yang dilahirkan,ada yang menjelma,ada yang dicipta dan tidak ada yang mutlak..
Kalimat “dengan adanya pencipta maka konsekuensi adalah blah blah blah” itu kata Anda, penarikan nalar Anda sendiri, atau tertulis di Tripitaka?
b.Duhai para Bhikkhu,apabila tidak ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak apabila tidak ada pencipta/awal maka mustahil manusia dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Kalau “yang tdk dilahirkan, tdk menjelma, tdk tercipta, mutlak” itu ditangkap sbg Pencipta, maka deduksi yg dihasilkannya spt ini: Klo tdk ada pencipta, maka mustahil dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, dsb.....>>>tidak ada pemahaman spt ini di Buddha...ada, tidak adanya pencipta tdk berpengaruh pada proses pembebasan dari kelahiran, penjelmaan, dsb...
Oleh sbb itu, “yang tdk dilahirkan, tdk menjelma, tdk tercipta, mutlak” adalah Nibbhana, klo Nibbhana itu tdk ada, mustahil manusia dpt mencapainya...>>>ini maksudnya
c.Tetapi para Bhikkhu,karena ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak karena ada pencipta maka pasti bisa bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.”
Saya bandingkan dengan yg di bawah ini saja, karena di sini ada kata “mungkin” yg sebelumnya jadi masalah buat saya
Tetapi para Bhikkhu,karena ada yang tidak dilahirkan,yang tidak menjelma,yang tidak tercipta,yang mutlak maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan,pemunculan dari sebab yang lalu.
Dari bagian manapun sy membaca, sy tdk menangkap ada dugaan2, atau spekulasi2...Anda jangan terlalu sempit menangkap kata “mungkin” dan wuzzzz jadilah ialah pengandaian semata...
Dapatkah Anda lihat yg dimaksud kemungkinan itu adalah “keterbebasan”...bukan kemungkinan pd premis pertama, yaitu kemungkinan “ada yg tdk dilahirkan, dsb..” Dan ini adalah benar, “keterbebasan” adalah opsi, apakah ia mau dipilih atau tdk..>>>Tetapi karena ada Nibbhana, keterbebasan itu mungkin>>>dalam bahasa Inggrisnya adalah possible, sebagai lawan dari mustahil atau impossible=dapat diupayakan, dan tdk sama dengan “probable”
Oleh karena si X cerdas, maka ada kemungkinan dia bisa keterima di Harvard (she is possible to be accepted in Harvard, not ‘probable’)
Oleh karena senyawa itu terdiri dari asam lemak jenuh, maka ada kemungkinan rantai ganda lemaknya akan mengikat senyawa lain yg mendekat...
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Maaf, tambahan lagi u/ fokus ke Islam dulu karena ada bbrp hal yg sy kira perlu diluruskan...
Selang beberapa wkt ini, kt mendapat bbrp konsep Islami yg mungkin identik dgn yg ada di Buddhism...dan di antaranya adlh: fana, amalan Sholeh, tafakur, zuhud, tasawuf...
Kita lihat satu2 dulu...
Di sisi yg lain, fana ini tdk dpt dicapai oleh seluruh muslim...betul? Alasannya fana=lenyap segala sesuatu dari serapan indrawi, sedangkan adalah tdk mungkin memutus segala sesuatu dr serapan indrawi (didapatkan dgn omongan Bung Abu, “kodrat” manusia yg bernafsu indrawi hrs dihargai). Mungkinkah fana ini sebuah kondisi kiasan ideal yg tdk akan pernah bisa dicapai? Atau hanya bisa tercapai setelah bertemu dgn Allah? Dua2nya menunjukkan pd kita...ia tdk bisa dirasakan saat ini juga...
Klo sy salah, sila diberi penjelasan...dan demikian sterusnya tanpa sy ngomong spt ini...shg ga ada pihak yg kebakaran jenggot saat baca
Klo tidak, mengapa Anda msh melakukan hal2 yg membuka peluang melekat dgn nafsu indrawi, “yg mempesona tp melalaikan”? Jawabannya bisa jadi: kita harus menghargai kodrat...
Lantas kodrat manusia itu apa? Bahwa manusia itu liar, chaos...? Serendah itu kah Anda melihat tekad-upaya manusia yg bisa menundukkan “liar” & “chaos” itu? Bahwa keliaran itu tdk dpt ditundukkan scr sempurna, tp hanya dpt diseimbangkan/di-buffer/ditahan dgn “pembatasan”, dgn melakukan hal yg halal, hindari yg haram?
Amalan sholeh dibangkitkan dengan merenung ttg hakikat, dan tdk termasuk rahmat, kekuasaan, serta pengetahuan Allah... dan ini nampaknya spt “meninggalkan islam”...oops, nanti dulu, soalnya buru2 diganti oleh Bung Abu, klo muslim akan selalu melihat dirinyah terikat dan melekat pada Allah
Yah berarti gugur ya pernyataan amalah sholeh itu tdk bergantung pd sosok Allah...dan klaim bahwa pencarian hakikat itu berbekal murni potensi diri, hangus tak berbekas...Sila redefinisikan lagi amalan sholeh yg tdk berkontradiksi (even better without composing).
Lagi, kalau “amalan sholeh” tetap pd definisi di atas, maka tafakur sangat berpeluang membuat seseorg memahami “sangat tdk penting mencoba tuk memahami Allah”...atau malah mengabaikan Allah itu sendiri nantinya...utk itu adlh anjuran yg paling baik meredefinisi “amalan sholeh”...
Fana adalah buah dari zuhud...fana spt dijelaskan di awal tulisan ini, adlh tdk mungkin, krn terhalang kodrat...kalau buahnya tdk mungkin, apakah bakal buahnya mungkin? Zuhud itu membatasi, bukan mengabaikan nafsu indrawi...shg masih ada kemelekatan pd keduniawiaan, pd org yg melekat, mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya itu hilang? Mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya tetap ada? Shg pernyataan bahwa zuhud itu “datar”, “emotionless” sesungguhnya mustahil dipraktikkan/diwujudkan ketika org tsb “melekat”. Hanya sekumpulan kata2 cantik yg ingin ikut2 orang...
-Persoalan ttg tasawuf sdh dibahas di atas...
Silakan beri komentar, klo bisa bukan cuman satu muslim yg itu2 aja...
Selang beberapa wkt ini, kt mendapat bbrp konsep Islami yg mungkin identik dgn yg ada di Buddhism...dan di antaranya adlh: fana, amalan Sholeh, tafakur, zuhud, tasawuf...
Kita lihat satu2 dulu...
Menyaksikan apa maksudnya?diungkapkan oleh imam al junai al baghdadi,menggambarkan fana’ sebagai “sirnanya daya tangkap hati terhadap yang bersifat indrawi karena menyaksikan sesuatu, maksudnya lenyap segala yang ada dihadapan serta segala sesuatu dari serapan indrawi sehingga tidak ada sesuatu yang dapat diraba dan dirasakan”
Di sisi yg lain, fana ini tdk dpt dicapai oleh seluruh muslim...betul? Alasannya fana=lenyap segala sesuatu dari serapan indrawi, sedangkan adalah tdk mungkin memutus segala sesuatu dr serapan indrawi (didapatkan dgn omongan Bung Abu, “kodrat” manusia yg bernafsu indrawi hrs dihargai). Mungkinkah fana ini sebuah kondisi kiasan ideal yg tdk akan pernah bisa dicapai? Atau hanya bisa tercapai setelah bertemu dgn Allah? Dua2nya menunjukkan pd kita...ia tdk bisa dirasakan saat ini juga...
Klo sy salah, sila diberi penjelasan...dan demikian sterusnya tanpa sy ngomong spt ini...shg ga ada pihak yg kebakaran jenggot saat baca
Sebatas benda2 kah, yg “mempesona namun melalaikan” itu? kalau iya, pertanyaan berhenti sampai sini.fana seperti hasil dari menghilangkan potensi keburukan..tiap jiwa dikelilingi benda2 yang mempesona namun melalaikan..dan disitulah letak "amalan sholeh"..dan membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..dan disini kita tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..tetapi pada potensi diri..yah di trit ini anda boleh beranggapan "abu hanan meninggalkan islam"..
Klo tidak, mengapa Anda msh melakukan hal2 yg membuka peluang melekat dgn nafsu indrawi, “yg mempesona tp melalaikan”? Jawabannya bisa jadi: kita harus menghargai kodrat...
Lantas kodrat manusia itu apa? Bahwa manusia itu liar, chaos...? Serendah itu kah Anda melihat tekad-upaya manusia yg bisa menundukkan “liar” & “chaos” itu? Bahwa keliaran itu tdk dpt ditundukkan scr sempurna, tp hanya dpt diseimbangkan/di-buffer/ditahan dgn “pembatasan”, dgn melakukan hal yg halal, hindari yg haram?
Amalan sholeh dibangkitkan dengan merenung ttg hakikat, dan tdk termasuk rahmat, kekuasaan, serta pengetahuan Allah... dan ini nampaknya spt “meninggalkan islam”...oops, nanti dulu, soalnya buru2 diganti oleh Bung Abu, klo muslim akan selalu melihat dirinyah terikat dan melekat pada Allah
Yah berarti gugur ya pernyataan amalah sholeh itu tdk bergantung pd sosok Allah...dan klaim bahwa pencarian hakikat itu berbekal murni potensi diri, hangus tak berbekas...Sila redefinisikan lagi amalan sholeh yg tdk berkontradiksi (even better without composing).
Mungkinkah memahami Allah? Sy tdk berbicara “nyaris”...tp benar2 memahami....Jwbnya: ya atau tdk saja...dari tafakur dapatlah dia memahami allah dan pengetahuan itu membuatnya merasakan hampir atow mungkin melebur dalam sifat ketuhanan tetapi dia tidak akan bergeser menjadi tuhan..
Lagi, kalau “amalan sholeh” tetap pd definisi di atas, maka tafakur sangat berpeluang membuat seseorg memahami “sangat tdk penting mencoba tuk memahami Allah”...atau malah mengabaikan Allah itu sendiri nantinya...utk itu adlh anjuran yg paling baik meredefinisi “amalan sholeh”...
Pembatasan diri pd yg halal, contohnya adalah “menikah”...dan menikah ini bersifat keduniawian, ketika Anda memilih menikah, maka tentunya Anda memilih keduniawian...pdhal zuhud berarti “ tidak mementingkan hal2 yg bersifat keduniawian”...apakah perlu definisi ulang zuhud ini menjadi: “membatasi diri pd hal2 yg bersifat keduniawian”?zuhud secara istilah berarti tidak mementingkan hal - hal yang bersifat keduniawian, atau meninggalkan gemerlap kehidupan yang bersifat material..tetapi bukan berarti memutuskan hubungan jasmaniah secara total tetapi ;
meninggalkan yang haram,membatasi diri pada yang halal dan tidak menjadikan diri sibuk sehingga membuyarkan konsentrasi..
Ini sangat dahsyat miripnya, bahkan terkesan menjiplak ajaran Buddha...kita lihat mengapa zuhud versi Bung Hanan ini menyangkal dirinya sendiri dan tdk mungkin, setdknya bagi saya...sehingga,zuhud juga mempunyai pengertian :
tidak merasa gembira dengan apa yang dapat dicapai dan tidak merasa duka cita dengan apa yang hilang,dan ketika ia mendapat celaan atau hinaan, sikapnya sama saja..datar..
Fana adalah buah dari zuhud...fana spt dijelaskan di awal tulisan ini, adlh tdk mungkin, krn terhalang kodrat...kalau buahnya tdk mungkin, apakah bakal buahnya mungkin? Zuhud itu membatasi, bukan mengabaikan nafsu indrawi...shg masih ada kemelekatan pd keduniawiaan, pd org yg melekat, mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya itu hilang? Mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya tetap ada? Shg pernyataan bahwa zuhud itu “datar”, “emotionless” sesungguhnya mustahil dipraktikkan/diwujudkan ketika org tsb “melekat”. Hanya sekumpulan kata2 cantik yg ingin ikut2 orang...
-Persoalan ttg tasawuf sdh dibahas di atas...
Silakan beri komentar, klo bisa bukan cuman satu muslim yg itu2 aja...
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
#113
diungkapkan oleh imam al junaid al baghdadi,menggambarkan fana’ sebagai “sirnanya daya tangkap hati terhadap yang bersifat indrawi karena menyaksikan sesuatu
fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela..fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk..
menyaksikan sesuatu adalah berarti musyahadah..sesuatu?apakah yang dikamsut dengan sesuatu itu?
sesuatu itu adalah keadaan/kondisi (bukan berkamsut sosok,karena bila ditranslate bebas ke basa nasional akan lebih susah) yang tidak dapat diungkapkan secara tepat oleh kata2..
penyaksian/musyahadah dalam istilah sufiah adalah keadaan hati (bathin) hamba itu merasakan berhadapan dengan alah..ia merasakan allah berhadapan dengannyah,allah melihatnya secara langsung..
''seakan-akan seorang hamba itu benar2 melihat Allah Swt atau Allah Swt telah melihat dirinya" dan sesuatu adalah keadaan itu..
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (Al-An'aam 79)
"Kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah."(Al-Baqarah 115)
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." (Al-An'aam: 103).
makan,adalah solusi dari rasa lapar dan itu juga berbau indrawi..
biologis,adalah solusi dari rasa lapar dan itu juga berbau indrawi..
untuk makan,seseorang dapat melakukannyah dengan uang hasil pencurian..begitu pula biologis,seseorang dapat memenuhinyah dari tindakan ilegal..meskipun bugituh,apakah boleh atas nama perut lalu seseorang mencuri?islam mengijinkan bila uda sama sekali gak ada jalan keluar termasuk meminta2 (sedangkan kita tau mengemis adalah solusi paling akhir dari semua solusi yang ada)..karena islam mengajarkan tangan diatas lebih baik dari penerima..jadi islam pun gak membolehkan seseorang hanya berdzikir-sholat-puasa sepanjang waktu tanpa ada upaya untuk menuntut nafkah..
zuhud merupakan bentuk dari sikap mandiri, sederhana dan empati..orang tidak silau dengan gemerlap harta yang dimiliki orang lain. Orang tidak terobsesi dengan jabatan yang dipunyai orang lain..segala sesuatu yang dimiliki orang lain bukanlah menjadi perhatian utama..zuhud mengarahkan seseorang dari “apa yang dimiliki orang” pada “orang yang tidak memiliki apa-apa”..zuhud tidak akan menjadikan merana oleh musibah dan tidak sombong karena anugerah..hatinya tidak menciut karena ejekan dan celaan, dan tidak berbunga-bunga karena pujian..kesenangan dan kesengsaraan dunia sama sekali tidak berpengaruh baginya..zuhud adalah amalan hati, bukan amalan yang ditampakkan oleh penampilan luar..
hindari yang haram = hindari yang dilarang
batasi pada yang halal = makanlah bila lapar dan berhenti sebelum kenyang..mencukupkan diri dengan apa yang ada dan tidak membebani diri dengan apa yang tidak dimiliki..
termasuk dalam hal ini adalah perkawinan..bila buddha menganggap perkawinan adalah penghalang menuju nibbhana,maka islam tetap mengijinkan pernikahan dan itu bukan penghalang menuju allah sebagai akhir perjalanan..
mengafa?
buanyak faktor yang harus diuraikan..salah dua adalah mendidik keturunan untuk menjadi generasi emas adalah bagian dari pelajaran hati (proses tasawuf-dengan melihat bahwa anak bukanlah hak milik,tetapi amanah tuhan..),memberi keluarga makanan yang halal adalah bagian dari pendidikan hati untuk tidak bersifat serakah/loba/tamak tetapi mengajari keluarga untuk merasa cukup dengan apa yang ada pada hari ini..seks?sayah katakan bahwa itu adalah seperti kebutuhan makan dan minum..
bila menikah harus dilarang karena berbau indrawi,lalu bugimanah dengan lapar dan haus?
ada banyak aspek yang harus dipelajari dan itu bukan perkara mudah..dan untuk memahami kodrat menikah yah tentu gak bisa diukur dari jendela yang berbeda..
"maka diilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (As-Syam 91:8-10)
ada potensi untuk menjadi suci dan kotor pada tiap jiwa manusia..lalu dengan ayat diatas,bugimana sayah dapat katakan "amal soleh lepas 100%"?yup..mustahil karena islam ada sosok pencipta..
manusia diilhami (disini ada pilihan bebas)..dan pada setiap pilihan telah ada konsekuensi yang telah digariskan pencipta..
contoh;
A dihadapkan pilihan untuk agama,pilih agama P atow Q atow R?
bila dia pilih P,maka dia akan menjadi bla bla..dst..lalu allah akan memberikan penghargaan pada tiap pilihan,dan cuman berlaku 2 harga di islam..seharga neraka atow surga (ini bila kita bicara harga dan imbalan)..
zuhud,fana adalah bagian dari tasawuf dan tasawuf bagian dari islam..ketika istrinyah wafat,yah uda emang uda waktunyah..sedih?wajar dan manusiawi..akan tetapi cara pandang batinlah yang membedakan..siapa yang tau hati seseorang?orang akan melihat kesedihan di wajah A setelah istrinya dinyatakan wafat,tetapi apakah orang tau bahwa dalam penglihatan batin si A,dia sedih karena ada janji pada istri yang belum ditunaikan?sedih karena berpikir apakah dosa2 diampuni karena pada suatu hari dia bersama istri terlibat dalam satu perkara kecil tapi menurut si A sangat besar di hadapan allah?
itu adalah zuhud,itu adalah fana..dia melihat allah di balik itu semua..
diungkapkan oleh imam al junaid al baghdadi,menggambarkan fana’ sebagai “sirnanya daya tangkap hati terhadap yang bersifat indrawi karena menyaksikan sesuatu
emiliana wrote:
Menyaksikan apa maksudnya?
fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela..fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk..
menyaksikan sesuatu adalah berarti musyahadah..sesuatu?apakah yang dikamsut dengan sesuatu itu?
sesuatu itu adalah keadaan/kondisi (bukan berkamsut sosok,karena bila ditranslate bebas ke basa nasional akan lebih susah) yang tidak dapat diungkapkan secara tepat oleh kata2..
penyaksian/musyahadah dalam istilah sufiah adalah keadaan hati (bathin) hamba itu merasakan berhadapan dengan alah..ia merasakan allah berhadapan dengannyah,allah melihatnya secara langsung..
''seakan-akan seorang hamba itu benar2 melihat Allah Swt atau Allah Swt telah melihat dirinya" dan sesuatu adalah keadaan itu..
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepatuhan." (Al-An'aam 79)
"Kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah."(Al-Baqarah 115)
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang penglihatan itu." (Al-An'aam: 103).
fana dapat dicapai semua muslim..kodrat tentu tetap harus dihargai..makan-minum-biologis adalah bagian dari kodrat..emiliana wrote:
Di sisi yg lain, fana ini tdk dpt dicapai oleh seluruh muslim...betul?
makan,adalah solusi dari rasa lapar dan itu juga berbau indrawi..
biologis,adalah solusi dari rasa lapar dan itu juga berbau indrawi..
untuk makan,seseorang dapat melakukannyah dengan uang hasil pencurian..begitu pula biologis,seseorang dapat memenuhinyah dari tindakan ilegal..meskipun bugituh,apakah boleh atas nama perut lalu seseorang mencuri?islam mengijinkan bila uda sama sekali gak ada jalan keluar termasuk meminta2 (sedangkan kita tau mengemis adalah solusi paling akhir dari semua solusi yang ada)..karena islam mengajarkan tangan diatas lebih baik dari penerima..jadi islam pun gak membolehkan seseorang hanya berdzikir-sholat-puasa sepanjang waktu tanpa ada upaya untuk menuntut nafkah..
fana dapat dicapai di dalam hidup..emiliana wrote:Mungkinkah fana ini sebuah kondisi kiasan ideal yg tdk akan pernah bisa dicapai? Atau hanya bisa tercapai setelah bertemu dgn Allah? Dua2nya menunjukkan pd kita...ia tdk bisa dirasakan saat ini juga.
Apakah seseorang yang memiliki banyak harta bisa berzuhud? Imam Ahmad menjawabnya, “Apabila ia tidak bangga ketika harta itu bertambah dan tidak bersedih ketika berkurang, maka dia adalah seorang yang zuhud.”emiliana wrote:
Lantas kodrat manusia itu apa? Bahwa manusia itu liar, chaos...? Serendah itu kah Anda melihat tekad-upaya manusia yg bisa menundukkan “liar” & “chaos” itu? Bahwa keliaran itu tdk dpt ditundukkan scr sempurna, tp hanya dpt diseimbangkan/di-buffer/ditahan dgn “pembatasan”, dgn melakukan hal yg halal, hindari yg haram?pdhal zuhud berarti “ tidak mementingkan hal2 yg bersifat keduniawian”...apakah perlu definisi ulang zuhud ini menjadi: “membatasi diri pd hal2 yg bersifat keduniawian”?
zuhud merupakan bentuk dari sikap mandiri, sederhana dan empati..orang tidak silau dengan gemerlap harta yang dimiliki orang lain. Orang tidak terobsesi dengan jabatan yang dipunyai orang lain..segala sesuatu yang dimiliki orang lain bukanlah menjadi perhatian utama..zuhud mengarahkan seseorang dari “apa yang dimiliki orang” pada “orang yang tidak memiliki apa-apa”..zuhud tidak akan menjadikan merana oleh musibah dan tidak sombong karena anugerah..hatinya tidak menciut karena ejekan dan celaan, dan tidak berbunga-bunga karena pujian..kesenangan dan kesengsaraan dunia sama sekali tidak berpengaruh baginya..zuhud adalah amalan hati, bukan amalan yang ditampakkan oleh penampilan luar..
hindari yang haram = hindari yang dilarang
batasi pada yang halal = makanlah bila lapar dan berhenti sebelum kenyang..mencukupkan diri dengan apa yang ada dan tidak membebani diri dengan apa yang tidak dimiliki..
termasuk dalam hal ini adalah perkawinan..bila buddha menganggap perkawinan adalah penghalang menuju nibbhana,maka islam tetap mengijinkan pernikahan dan itu bukan penghalang menuju allah sebagai akhir perjalanan..
mengafa?
buanyak faktor yang harus diuraikan..salah dua adalah mendidik keturunan untuk menjadi generasi emas adalah bagian dari pelajaran hati (proses tasawuf-dengan melihat bahwa anak bukanlah hak milik,tetapi amanah tuhan..),memberi keluarga makanan yang halal adalah bagian dari pendidikan hati untuk tidak bersifat serakah/loba/tamak tetapi mengajari keluarga untuk merasa cukup dengan apa yang ada pada hari ini..seks?sayah katakan bahwa itu adalah seperti kebutuhan makan dan minum..
bila menikah harus dilarang karena berbau indrawi,lalu bugimanah dengan lapar dan haus?
ada banyak aspek yang harus dipelajari dan itu bukan perkara mudah..dan untuk memahami kodrat menikah yah tentu gak bisa diukur dari jendela yang berbeda..
sayah sertakan di halaman sebelumnyah..emiliana wrote:Yah berarti gugur ya pernyataan amalah sholeh itu tdk bergantung pd sosok Allah...dan klaim bahwa pencarian hakikat itu berbekal murni potensi diri, hangus tak berbekas...maka tafakur sangat berpeluang membuat seseorg memahami “sangat tdk penting mencoba tuk memahami Allah”...atau malah mengabaikan Allah itu sendiri nantinya...utk itu adlh anjuran yg paling baik meredefinisi “amalan sholeh”...
"maka diilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya,sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (As-Syam 91:8-10)
ada potensi untuk menjadi suci dan kotor pada tiap jiwa manusia..lalu dengan ayat diatas,bugimana sayah dapat katakan "amal soleh lepas 100%"?yup..mustahil karena islam ada sosok pencipta..
manusia diilhami (disini ada pilihan bebas)..dan pada setiap pilihan telah ada konsekuensi yang telah digariskan pencipta..
contoh;
A dihadapkan pilihan untuk agama,pilih agama P atow Q atow R?
bila dia pilih P,maka dia akan menjadi bla bla..dst..lalu allah akan memberikan penghargaan pada tiap pilihan,dan cuman berlaku 2 harga di islam..seharga neraka atow surga (ini bila kita bicara harga dan imbalan)..
yaemiliana wrote:
Mungkinkah memahami Allah? Sy tdk berbicara “nyaris”...tp benar2 memahami....Jwbnya: ya atau tdk saja...
termasuk konteks "tidak melekat" yang oleh buddhis bisa jadi lepas dari semua?yupz.. sama dengan islam..perbedaan tidak melekat hanya di satu titik,pencipta alam..emiliana wrote:
Mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya tetap ada? Shg pernyataan bahwa zuhud itu “datar”, “emotionless” sesungguhnya mustahil dipraktikkan/diwujudkan ketika org tsb “melekat”.
zuhud,fana adalah bagian dari tasawuf dan tasawuf bagian dari islam..ketika istrinyah wafat,yah uda emang uda waktunyah..sedih?wajar dan manusiawi..akan tetapi cara pandang batinlah yang membedakan..siapa yang tau hati seseorang?orang akan melihat kesedihan di wajah A setelah istrinya dinyatakan wafat,tetapi apakah orang tau bahwa dalam penglihatan batin si A,dia sedih karena ada janji pada istri yang belum ditunaikan?sedih karena berpikir apakah dosa2 diampuni karena pada suatu hari dia bersama istri terlibat dalam satu perkara kecil tapi menurut si A sangat besar di hadapan allah?
itu adalah zuhud,itu adalah fana..dia melihat allah di balik itu semua..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil
sedangkan apa yang oleh buddhis dianggap sebagai lubang justru bukan lubang bagi orang yang ditanyai..dan untuk itu pula sayah bertanya dengan struktur seperti #110 dan anda jelaskan di #112
apakah yang dikamsut dengan yang mutlak pada sutta uddana tersebut?
dan menjadi jelas bagi sayah tentang proses itu sendiri sebagai yang mutlak..tanpa dapat dicampuri oleh seorang boddhisatva sekalipun..
tidak semua orang dapat menerima penjelasan kelapukan kursi..sebagian orang tentu akan bertanya ; mengafa kursi menjadi lapuk?dulunya dia gimana?kok bisa dia berada di dalam kursi?dan macam2 pertanyaan lain yang pada akhirnya mungkin dijawab ; tidak perlu anda menanyakan itu (kata mekanik)..sedangkan kebutuhan dan pemahaman orang adalah berbeda satu sama lain..
untuk itulah sayah memilih menggunakan basa yang lain ;
buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..
dalam pandangan sayah,buddhis menolak sosok pencipta sebagai tuhan dan di sisi lain bisa menerima pandangan bahwa proses adalah tuhan bagi buddhis,hukum karma dan nibbhana..sedangkan konsep tuhan di dalam islam adalah disembah,dicintai,ditakuti dan juga sebagai tujuan akhir..
sehingga apa yang sayah tuliskan ;
buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..
itulah konsep ketuhanan buddha..diri sendiri..apakah dia ingin menghentikan proses reinkarnasi atow tidak,itu tergantung dirinya sendiri..dia boleh dan bisa ajah menjadi tetap menjadi seorang yang mengikuti ajaran sidharta tetapi dia juga bebas untuk menentukan tujuan akhir..dalam pengertian buddhis, seseorang yang meninggal akan segera terlahir kembali di alam surga atau neraka sesuai dengan buah kamma yang ia miliki..tetapi alam surga maupun neraka disebutkan tidak kekal..ketika buah kamma yang mendukung kelahiran di suatu alam telah habis, maka mahluk itu akan meninggal dari alam tersebut untuk terlahir kembali di alam yang sesuai..
kamma...
jika kamma sekarang adalah apa yang kita peroleh dari 5 menit yang lalu,apakah kita masih memperoleh buah dari kamma 5 menit yang lalu ketika mati?
tahayul..
lha itu..semua masih bersifat "dugaan" dan "mungkin"..seseorang keluar rumah 5 menit ke depan..dan dicopet 15 menit yang lalu..karma apa yang menjadi sebab pencopetan?semua masih mungkin,terlebih jika dia uda rapi jali mengamankan dompet eh tapi masih kecopetan juga..motor di dalam rumah,pintu dikunci,pagar digembok..tapi motor masih hilang juga..karma apa yang pasti jadi sebab pencurian?dan larangan memakan daging secara total kan salah satunyah adalah berasal dari sumber yang sama..boleh jadi daging ayam yang sayah makan sekarang adalah daging ibu sayah entah di kehidupan yang ke berapa..larangan ini pun juga berkesan menakuti kan?..
kondisi bukan jadi pertanyaan sayah sis..sayah hanya bertanya ; bugimana kursi itu bisa di dalam ruangan?dan bugimanah dia bisa lenyap?masalah lapuk dan gak lapuk kan uda balik ke individu,bagi yang kristen yah kristen kalow enjoy di situ yah terusin..dan itu berlaku bagi semua..Kondisnya kursi itu skrg lapuk..
semua orang berusaha memperbaiki melalui ajaran masing2..tetapi kan gak salah kalow orang lain bertanya tentang ajaran orang sebelah?Buddhis adalah org yg memilih mencari cara memperbaiki kursi...
uda banyak diketahui bahwa islam adalah agama yang melarang pemeluknyah untuk bertanya..padahal anggapan itu salah..dan ketika sayah mencari tau dan bertanya tentang sesuatu pada agama lain toh jawaban juga idem..dan seringkali orang memvonis dini sebelum mengetahui pokok/maksud pembicaraan,pertanyaan terkadang dianggap pernyataan menghakimi atow serangan balik..mengapa harus defensif? Sgt jarang memang ada yg tenang mengakui realita tsb...
nah itu adalah salah satu bukti bahwa relatifitas..salah satu lubang kontradiksi dari buddhis sendiri kan juga uda sayah tanyakan dan gak ada jawaban ; atas alasan apa orang harus mengalami kematian?mengafa seorang buddhis tidak mampu menghentikan kematian?Buddhism menolak Tuhan berpesonfied kan dari kontradiksi dari Tuhan personified itu sendiri, terlalu byk lubang kontradiksi yg memang tdk mampu dijangkau panca indra+akal manusia..
sedangkan apa yang oleh buddhis dianggap sebagai lubang justru bukan lubang bagi orang yang ditanyai..dan untuk itu pula sayah bertanya dengan struktur seperti #110 dan anda jelaskan di #112
lho emang..mangka itu anda katakan itu seperti meruntuhkan buddhism..dan sayah gak dapat jawaban dari buddha selama sayah mencari tau..ada proses tanpa ada penjelasan tentang asal proses itu terjadi..emiliana wrote:
Klo tdk ada pencipta, maka mustahil dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, dsb.....>>>tidak ada pemahaman spt ini di Buddha
nibbhana ada karena manusia ada..ada nibbhana pada tiap diri manusia..kalow manusia gak ada yah nibbhana juga gak ada..emiliana wrote:Oleh sbb itu, “yang tdk dilahirkan, tdk menjelma, tdk tercipta, mutlak” adalah Nibbhana, klo Nibbhana itu tdk ada, mustahil manusia dpt mencapainya...>>>ini maksudnya
dan untuk itulah sayah katakan bahwa MUNGKIN adalah suatu pengandaian karena tergantung pada pelaku...emiliana wrote: Dan ini adalah benar, “keterbebasan” adalah opsi, apakah ia mau dipilih atau tdk.
apakah yang dikamsut dengan yang mutlak pada sutta uddana tersebut?
dari sayah untuk membantu menjelaskan bahwa bila ada pencipta maka bla bla..disitu sayah lekatkan 1.kondisi 1/ada pencipta dan anda uda membawa nibbhana sebagai kata yang menggantikan yang tidak dilahirkan dst..emiliana wrote:Kalimat “dengan adanya pencipta maka konsekuensi adalah blah blah blah” itu kata Anda, penarikan nalar Anda sendiri, atau tertulis di Tripitaka?
dan menjadi jelas bagi sayah tentang proses itu sendiri sebagai yang mutlak..tanpa dapat dicampuri oleh seorang boddhisatva sekalipun..
gak ada yang istimewa kalow bicara pengendalian diri..karena semua agama juga punya konsep pengendalian diri menurut standar masing2..utk itu, yg perlu kita lakukan adalah “mengendalikan diri sendiri” atau “mengendalikan benda”
menggunakan istilah anda maka itulah yang mewakili "lubang dalam kontradiksi"..Bukan salah, melainkan tidak perlu...dari perspektif org yg ingin memperbaiki kursi yg lapuk...
tidak semua orang dapat menerima penjelasan kelapukan kursi..sebagian orang tentu akan bertanya ; mengafa kursi menjadi lapuk?dulunya dia gimana?kok bisa dia berada di dalam kursi?dan macam2 pertanyaan lain yang pada akhirnya mungkin dijawab ; tidak perlu anda menanyakan itu (kata mekanik)..sedangkan kebutuhan dan pemahaman orang adalah berbeda satu sama lain..
dengan nibbhana,seseorang dapat mengalahkan proses A (reinkarnasi) dan tiba di garis akhir (keadaan tiada proses lagi)..Hukum ekonomi yg trkenal: semakin banyak permintaan, semakin mahal harga suatu komoditi...dptkah "kalimat itu saja/bunyi teori itu" menjelaskan situasi ekonomi yg dialami perusahaan hp X, di titik mana secara tepat perushaan akan mengalami harga tawar hp paling tinggi.Wah pikiran Anda ud merujuk bhw Buddhis itu penuh tahayul dan berpikiran ilogis....tapi, yg tdk Anda lihat ada “upaya diri” yang mampu mengalahkan proses tsb...
itu satu sisi yang sebenarnyah uda anda sangkal..
untuk itulah sayah memilih menggunakan basa yang lain ;
buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..
dalam pandangan sayah,buddhis menolak sosok pencipta sebagai tuhan dan di sisi lain bisa menerima pandangan bahwa proses adalah tuhan bagi buddhis,hukum karma dan nibbhana..sedangkan konsep tuhan di dalam islam adalah disembah,dicintai,ditakuti dan juga sebagai tujuan akhir..
sehingga apa yang sayah tuliskan ;
buddhis meyakini bahwa diri sendiri adalah penentu kehidupan diri sendiri berdasarkan akal (logisme)..
itulah konsep ketuhanan buddha..diri sendiri..apakah dia ingin menghentikan proses reinkarnasi atow tidak,itu tergantung dirinya sendiri..dia boleh dan bisa ajah menjadi tetap menjadi seorang yang mengikuti ajaran sidharta tetapi dia juga bebas untuk menentukan tujuan akhir..dalam pengertian buddhis, seseorang yang meninggal akan segera terlahir kembali di alam surga atau neraka sesuai dengan buah kamma yang ia miliki..tetapi alam surga maupun neraka disebutkan tidak kekal..ketika buah kamma yang mendukung kelahiran di suatu alam telah habis, maka mahluk itu akan meninggal dari alam tersebut untuk terlahir kembali di alam yang sesuai..
kamma...
jika kamma sekarang adalah apa yang kita peroleh dari 5 menit yang lalu,apakah kita masih memperoleh buah dari kamma 5 menit yang lalu ketika mati?
tahayul..
lha itu..semua masih bersifat "dugaan" dan "mungkin"..seseorang keluar rumah 5 menit ke depan..dan dicopet 15 menit yang lalu..karma apa yang menjadi sebab pencopetan?semua masih mungkin,terlebih jika dia uda rapi jali mengamankan dompet eh tapi masih kecopetan juga..motor di dalam rumah,pintu dikunci,pagar digembok..tapi motor masih hilang juga..karma apa yang pasti jadi sebab pencurian?dan larangan memakan daging secara total kan salah satunyah adalah berasal dari sumber yang sama..boleh jadi daging ayam yang sayah makan sekarang adalah daging ibu sayah entah di kehidupan yang ke berapa..larangan ini pun juga berkesan menakuti kan?..
buddha mengajarkan bahwa ada enam alam kehidupan, lokasi bagi manusia untuk terus-menerus terlahirkan kembali..dan di salah satu alam disebutkan alam neraka..lalu mengapa anda katakan sayah tenggelam?karena seperti yang sayah bilang ada bagian2 yang disebut iman (tanpa perlu bukti empiris) di tiap agama..dan dari rangkaian kehidupan di alam2 yang berbeda kan dapat ditinjau logis dan ilogisnyah..Ini namanya ud tenggelam, ga mau tenggelam sendiri...hahahaha...apakah Anda yakin ajaran mengenai surga dan neraka itu yg terpenting di Buddhism? Supaya menakut2i org jgn berbuat jahat...,begitu?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Klo sekadar itu, bs diterima (akal)...bagi saya hal2 spt itu ga ada yg spesial...mayoritas penduduk dunia bukan org yg tercela...Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela..
Bisakah org itu kehilangan kesadaran dgn sesuatu yg lazim digunakan pd diri sndiri, klo ia tdk melatih kondisi kesadaran tsb, klo ia MASIH terbiasa melekat dgn sesuatu yg lazim itu? Inilah yg mengantarkan sy pd pemikiran “ga mungkin itu bs tercapai” klo ga da “pengekangan thd hawa nafsu”hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri... fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu.
Tp itu tdk mungkin,,,,,sebab ajaran Anda mempercayai tdk mungkin manusia tdk melihat...kan sdh kodratnya manusia u/ melihat....Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk..
Makanya sy bilang semua ini bs jd tdk kontradiktif, hanya klo fana dan kawan-kawan hanya “dibatasi”-nya bukan “dilenyapkan”-nya hawa nafsu/ nafsu indrawi...
Dan pernyataan berikut menjadi tdk relevan
dengan kodrat yg Anda maksud termasuk ‘kebutuhan biologis’ itu sdh menempatkan org pd posisi ‘melekat’....sejauh ini sy melihat Anda bilang itu ‘tdk melekat’ karena itulah kebutuhan hidup yg harus, mau ga mau, dijalani manusia...fana dapat dicapai semua muslim..
Sy cuma mau menyanggah: itu bukan persoalan harus, atau ‘mau ga mau’, sebab tanpa memenuhinya, tanpa melakukan ‘kebutuhan biologis’ kita gak akan mati....beda dgn kebutuhan makan-minum....
Klo Anda bilang: gak mungkin, gak percaya ada manusia yg bs spt itu...
Sy bilang: lihatlah ke dalam persamuhan Sangha...mereka org yg melatih ‘ketidakmelekatan’ thd hal2 duniawi dan berharap dpt melenyapkan secara sempurna suatu saat...dan semua ini telah dimulai +-2500 tahun yg lalu dan tetap eksis sampe skrg...
klo fana itu masih keukeuh dengan definisi yg “melenyapkan”, dilihat dri manapun adalah tidak mungkin, kalauuu Anda mau realistis...klo ada contohnya, silakan Anda jabarkan di mari...spt apa kondisi yg dialami org itu, psti ada setidaknya 1 org yg mengalami hal tsb sehingga Anda mengenal kata ‘fana’ saat ini.Abu Hanan wrote:fana dapat dicapai di dalam hidup..Emiliana wrote:Mungkinkah fana ini sebuah kondisi kiasan ideal yg tdk akan pernah bisa dicapai? Atau hanya bisa tercapai setelah bertemu dgn Allah? Dua2nya menunjukkan pd kita...ia tdk bisa dirasakan saat ini juga.
mengafa?
buanyak faktor yang harus diuraikan..salah dua adalah mendidik keturunan untuk menjadi generasi emas adalah bagian dari pelajaran hati (proses tasawuf-dengan melihat bahwa anak bukanlah hak milik,tetapi amanah tuhan..),memberi keluarga makanan yang halal adalah bagian dari pendidikan hati untuk tidak bersifat serakah/loba/tamak tetapi mengajari keluarga untuk merasa cukup dengan apa yang ada pada hari ini..seks?sayah katakan bahwa itu adalah seperti kebutuhan makan dan minum..
bila menikah harus dilarang karena berbau indrawi,lalu bugimanah dengan lapar dan haus?
ada banyak aspek yang harus dipelajari dan itu bukan perkara mudah..
kata Anda banyak faktornya....sy cuman kasih satu penjelasan yg sederhana: org ga makan, ga minum ya bs mati...org ga ‘bersetebuh’, ga akan mati...
Org yg menganggap itu wajib seperti wajib makan-minum adlh org yg melekat dengannya, tdk dpt mengendalikan, tdk mampu mengekang, tdk mampu berpisah dengannya...karena apa? Karena ia nikmat..rasa cinta itu bahagia, dan ini emang bukan derita (sengsara)...
Namun sebab hal itu adalah terkondisi, tdk kekal, rentan perubahan, maka menimbulkan gejolak ketidakpuasan saat sedang tdk melakukannya...dan ini adalah dukkha...
Kita berputar2 ngomong sana-sini ujung2nya balik ke pemahaman soal “dukkha” yg berbeda...dan ini akan sy lanjutkan di bawah...
Coba perhatikan tulisan Anda yg pertama sekali sangkut ke Amalan Sholeh, di situ Anda mengatakan lepas dari Allah, bkn sekadar potensi...tp emang benar buru2 dikoreksi dengan penjelasan Amalan Sholeh yg lain...oleh sbb itu yg sy lakukan cuman highlight kepd pembaca bahwa pernyaataan I Anda telah gugur...ada potensi untuk menjadi suci dan kotor pada tiap jiwa manusia..lalu dengan ayat diatas,bugimana sayah dapat katakan "amal soleh lepas 100%"?yup..mustahil karena islam ada sosok pencipta..
“bebas” maksud saya adalah merenungkan hakikat tanpa melibatkan apapun, termasuk Pencipta, ataupun ilham Pencipta, klopun itu ada...bukan “pilihan berkehendak bebas” stlh menerima ilham, yg menjadikan terbukanya peluang2 konsekuensi A atau B.manusia diilhami (disini ada pilihan bebas)..dan pada setiap pilihan telah ada konsekuensi yang telah digariskan pencipta..
kira2 dengan kondisi sy sekarang ini, sy tdk terlalu dermawan tp jelas bkn kriminal...sy sangat menjunjung tinggi moral (moral thd orang yg lbh tua, yg lebih muda, dan sesama manusia), tp sy tdk mengakui Allah, atau sy tdk beragama sama sekali...cuman berlaku 2 harga di islam..seharga neraka atow surga (ini bila kita bicara harga dan imbalan)..
Judgelah sy dengan 2 kemungkinan yg Anda yakini...bukan dgn kalimat: tentu sy tdk bs menghakimi karena Anda hidupnya msh panjang....klo Anda menjwb spt itu, berarti Anda blm cukup paham dgn 2 kemungkinan itu..
Kata muslim yg lain ga bisa tuh...bagaimana penjelasannya manusia biasa dpt memahami Allah 100%, tanpa cela? Ketika ditanyakan kenapa “Allah itu nakal” itu saja sdh ga bs dijwb...dan inilah lubang kontradiksi yg sy mksd...Abu Hanan wrote:YaEmiliana wrote:Mungkinkah memahami Allah? Sy tdk berbicara “nyaris”...tp benar2 memahami....Jwbnya: ya atau tdk saja...
Apanya yg mungkin? Ketidakmelekatan Anda cuman minus sama Pencipta? Yg bener aja....? org masih melekat gitu kok ama sex gitu kok?Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:
Mungkinkah ia tdk merasa apa2 saat yg dilekatinya tetap ada? Shg pernyataan bahwa zuhud itu “datar”, “emotionless” sesungguhnya mustahil dipraktikkan/diwujudkan ketika org tsb “melekat”.
termasuk konteks "tidak melekat" yang oleh buddhis bisa jadi lepas dari semua?yupz.. sama dengan islam..perbedaan tidak melekat hanya di satu titik,pencipta alam..
Nanti lama2 penjelasannya menjadi: ketidakmelekatan pd semua, KECUALI dengan Allah dan kebutuhan biologis...
Sy bilang: ya elah, byk banget tapinya...itu mah namanya bukan “ketidakmelekatan” lagi, atau “lenyap”...tp sekadar “pembatasan”....inilah YANG MUNGKIN di ajaran Anda, dari perspektif Buddhis, dan biasanya perspektif Buddhis adlh perspektif yg rasional dan realistis..
Bandingkan dgn Buddhism, yg KETIDAKMELEKATAN, ga pake “tapi2”, ga ada pengecualian, original...
Dari contoh di atas, biarpun dy bersedih karena telah melihat Allah....tidak akan mengubah kenyataan dy sedih, cemas kpd istrinya, berdsrkan fana yg telah dicapainya...zuhud,fana adalah bagian dari tasawuf dan tasawuf bagian dari islam..ketika istrinyah wafat,yah uda emang uda waktunyah..sedih?wajar dan manusiawi..akan tetapi cara pandang batinlah yang membedakan..siapa yang tau hati seseorang?orang akan melihat kesedihan di wajah A setelah istrinya dinyatakan wafat,tetapi apakah orang tau bahwa dalam penglihatan batin si A,dia sedih karena ada janji pada istri yang belum ditunaikan?sedih karena berpikir apakah dosa2 diampuni karena pada suatu hari dia bersama istri terlibat dalam satu perkara kecil tapi menurut si A sangat besar di hadapan allah?
itu adalah zuhud,itu adalah fana..dia melihat allah di balik itu semua..
Sedih karena X, A, B, C, berdasarkan ini, itu, ya ga ngubah judulnya tetep aja “sedih”...
Herannya fana masih bisa menimbulkan kecemasan ya? Hohoho
Apa betul, kondisi tdk menjadi pertanyaan dan perhatian Anda?Klo betul demikian, kenapa Anda bilang: semua orang berusaha memperbaiki melalui ajaran masing2..kondisi bukan jadi pertanyaan sayah sis..sayah hanya bertanya ; bugimana kursi itu bisa di dalam ruangan?
Yg betul adalah kondisi jd perhatian Anda, dan kemudian hal yg lain di luar kondisi itu juga menjadi perhatian Anda...
sebaiknya kt tdk melihat ‘manusia’ sbg ‘kursi’...memperbaiki kursi itu gampang, dan setelah itu Anda bebas bertanya2 kok bs sih kursi itu masuk ruangan....tp ‘memperbaiki’ manusia ini bukan perkara gampang...oleh sebab itu habis wkt percuma menanyakan “manusia berasal dari mana” yg faktanya msh berpacu dengan sains...tp inti yg kita dptkan adlh sama: ketika kt ‘terjebak’ dengan kondisi kursi yg lapuk di suatu ruangan yg kita perlukan u/ tempat duduk tamu, tanpa seorang pun di sekeliling kita...adlh hal yg plg efisien melakukan yg terpenting terlebih dulu.., yaitu memperbaikinya dgn segera.tetapi kan gak salah kalow orang lain bertanya tentang ajaran orang sebelah?
pertama, yg sy maksud ga bisa nerima realita adlh tdk dpt menerima klo keyakinan itu bukan keyakinan+keyakinan yg dpt dibuktikan scr empirik...Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:mengapa harus defensif? Sgt jarang memang ada yg tenang mengakui realita tsb...
uda banyak diketahui bahwa islam adalah agama yang melarang pemeluknyah untuk bertanya..padahal anggapan itu salah..dan ketika sayah mencari tau dan bertanya tentang sesuatu pada agama lain toh jawaban juga idem..
nah semakin keliatan klo ud tenggelam, harus ngajak2....sy tdk tahu dgn agama lain, tp pernahkah sy melarang Anda u/bertanya ttg yg ada di ajaran saya? Kan selama ini, sy menolak menjwb yg ga ada di ajaran saya...masa sy harus bilang klo Buddha bisa ngomong.... kyk na begini deh (ttg sesuatu yg SAMA SEKALI ga diajarin)...itu kan namanya etiket otak udang seorang murid...
Bedakan 1) tdk mau menjwb karena takut dgn kontradiksi yg timbul, dengan:
2) tdk mau menjwb karena memang ga dikenal...
kondisi 1) klo ngejwb dan ga bs diterima akal, jadinya org ngacir, ga percaya lagi sama sampeyan
kondisi 2) klo ngejwb, karena ga ada di ajaran sama sekali, adalah identik omong kosong oleh pihak lain...
Sy terjebak kondisi ke-2, muslim yg kondisi ke-1....klo sy tutup mulut, bkn berarti ga mampu/ga bisa, tp emang ga dikasihtau ama guru...klo Anda tutup mulut, berarti membuktikan kontradiksi itu sndiri...
Ntah udah keberapa kali sy jawab: alasan seseorang mati karena dy hidup>>>mananya yg ga realistis? Kan selama ini Anda yg menginginkan jawaban rumit, bukan logika....Klo Anda tanyakan pd org yg percaya pd logika, harapan anda akan jawaban yg rumit jd ga terkabul...derita siapa, salah siapa, bukankah ini jdlnya Anda bertanya pd org yg salah?nah itu adalah salah satu bukti bahwa relatifitas..salah satu lubang kontradiksi dari buddhis sendiri kan juga uda sayah tanyakan dan gak ada jawaban ; atas alasan apa orang harus mengalami kematian?mengafa seorang buddhis tidak mampu menghentikan kematian?
“Mengapa seorang Buddhis tdk mampu menghentikan kematian”>>>kontradiksi dan ga realistis dari mana?
Sy bantu jwb dulu, mungkin mksdnya kontradiksi dgn pemahaman “manusia adalah tuan bagi dirinya sendiri”...mengapa klo demikian ia ga bisa menghentikan kematian, begitu ya?
Dan uda dr dulu juga sy bilang: kematian tdk terelakkan bagi yg lahir (hidup), yg lahir disebabkan dosa, loba, moha...utk mengikis kematian (derita) adalah dengan mengikis akarnya (dosa,loba, moha)....ia menghentikan kematian yg tdk perlu di masa depan...tp tetap mengalami kematian sbg akibat kelahiran akibat perbuatan masa lalu...
Kontinuum waktu:
Masa lalu>>>masa kini>>>masa depan
(masa kini terikat dgn masa lalu, masa depan terikat dgn masa kini)
Lahir>>>kondisi sebelum mati sampai mati>>>lahir lagi/tdk
(kondisi sebelum mati sampai mati, termasuk harus”mati” terikat dgn kondisi lahir (hidup), kondisi lahir lagi/tidak lahir lagi, tergantung kondisi sebelum mati sampai mati)
Ajaran Buddha tdk menghentikan dan tdk mengklaim dpt menghentikan kematian dgn posisi kontinuum waktu di tengah (kini) karena itu berarti pengacauan sebab akibat....tp dpt menghentikan kematian pd posisi kontinuum waktu di bagian akhir, dgn tdk terlahir lagi....
Silakan saya ditunjukkan mana yg tdk realistis dan kontradiksi....
Ya, anda menganggap lubang bukan lubang itu kan berbasis keyakinan semata...dan cinta yg begitu kuat, shg apapun kata org, Anda mempercayai kekasih Anda...ibaratnya gitu
sedangkan apa yang oleh buddhis dianggap sebagai lubang justru bukan lubang bagi orang yang ditanyai..
Tp, ketika ditanyakan pd org yg netral, objektif...maka tampak lubang adalah lubang....kata orang cinta itu membuat org jd buta...
Anda tahu tp masih bertanya...Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:
Klo tdk ada pencipta, maka mustahil dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, dsb.....>>>tidak ada pemahaman spt ini di Buddha
lho emang..mangka itu anda katakan itu seperti meruntuhkan buddhism..dan sayah gak dapat jawaban dari buddha selama sayah mencari tau..ada proses tanpa ada penjelasan tentang asal proses itu terjadi..
saya tahu klo Anda tahu tp masih maksa bertanya...
sehingga saya beranggapan Anda sdg berandai2 kondisi spt itu yg ga ada di Buddha, dan apa namanya kondisi itu klo bukan keruntuhan Buddhisme?
Sudah saya jawab, interpretasi Anda salah yaaa....’yg tdk menjelma, blah blah” adalah Nibbhana...
Nibbhana ada...dan manusia bisa mencapainyanibbhana ada karena manusia ada..ada nibbhana pada tiap diri manusia..kalow manusia gak ada yah nibbhana juga gak ada..
Gunung itu ada...dan manusia dapat mendakinya
apakah berarti gunung itu terikat dgn keberadaan manusia? Klo ga ada manusia yg bs mendaki/ ataupun tdk, gunung itu akan lenyap atau ga eksis?
Penarikan nalar yg salah, bung...
Yg dimaksud adalah Nibbhana...alamak, jgn2 tulisan sy ga dibaca tuh udah panjang2 juga...Abu Hanan wrote:dan untuk itulah sayah katakan bahwa MUNGKIN adalah suatu pengandaian karena tergantung pada pelaku...Emiliana wrote:Dan ini adalah benar, “keterbebasan” adalah opsi, apakah ia mau dipilih atau tdk.
apakah yang dikamsut dengan yang mutlak pada sutta uddana tersebut?
MUNGKIN-nya itu bkn berarti spekulasi/pengandaian, tinggal diwujudkan atau tdk
Cuaca itu riil, cuaca mungkin berawan>>>”berawan” jg riil (bukan pengandaian), tp belum tentu terwujud
Makanya sy bilang dgn bahasa inggris, akan lbh gampang memahami ini, dgn kata “possible” dan “probable”...
maka sy melanjutkan dgn: itu interpretasi yg salah, dan bantuan penjelasan Anda menjd tdk diperlukan, maaf. “Dengan adanya tidak menjelma, maka menyebabkan (konsekuensinya) blah blah blah”>>>ini spekulasi Anda sendiri bhw “yg tidak menjelma” menyebabkan sesuatu menjadi “menjelma”....Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:Kalimat “dengan adanya pencipta maka konsekuensi adalah blah blah blah” itu kata Anda, penarikan nalar Anda sendiri, atau tertulis di Tripitaka?
dari sayah untuk membantu menjelaskan bahwa bila ada pencipta maka bla bla..disitu sayah lekatkan 1.kondisi 1/ada pencipta dan anda uda membawa nibbhana sebagai kata yang menggantikan yang tidak dilahirkan dst..
Dan karena sy bilang “yg tdk menjelma” ini ialah Nibbhana, kalimat Anda tdk bisa diterima...Sebab Nibbhana tdk pernah menghasilkan, ataupun menjadi sebab dari yg lain...
semuanya emank sama, ngaku diajarin “mengendalikan diri” tp ketika kena suatu hal yg tdk menyenangkan, mulai mempertanyakan/menyalahkan “benda2”...Anda bilang kira2 gini klo pake bahasa saya: hidup manusia itu derita, dipengaruhi proses, dan dalam itu ada benda, apakah salah klo sy menanyakan asal muasal benda yg menyebabkan saya menderita atau terpengaruh proses? Maka di sini jawaban sy menjadi istimewa, mengingatkan dengan ajaran anda sendiri yg ngakunya td sdh mengajarkan “mengendalikan diri”....gak ada yang istimewa kalow bicara pengendalian diri..karena semua agama juga punya konsep pengendalian diri menurut standar masing2..
Tuh ga nerima ajarannya penuh kontradiktif tapi malah fallacy balik....tp sayangnya ga ada kontradiksi di situ. Kita lihat mengapa....menggunakan istilah anda maka itulah yang mewakili "lubang dalam kontradiksi"..
tidak semua orang dapat menerima penjelasan kelapukan kursi..sebagian orang tentu akan bertanya ; mengafa kursi menjadi lapuk?dulunya dia gimana?kok bisa dia berada di dalam kursi?dan macam2 pertanyaan lain yang pada akhirnya mungkin dijawab ; tidak perlu anda menanyakan itu (kata mekanik)..sedangkan kebutuhan dan pemahaman orang adalah berbeda satu sama lain..
Kursi yg lapuk=manusia yg ‘terluka’
Untuk memperbaiki kursi (menyembuhkan luka) harus tahu bagian mananya yg rusak, rusak karena apa (aus, dimakan rayap), trus jalan apa utk memperbaiki kursi yg keadaannya demikian (Action)>>>>sebatas sampai sini, ini adlh cara berpikir rasional ttg pemecahan masalah, dan mewakili 4 Kesunyataan Mulia...
Kan tdk perlu di saat jam pesta segera akan dimulai, ketika org sdh kritis mau meninggal krn luka panah, ketika sdh akan menghadapai rantai kelahiran yg tiada putus2nya, masih bertanya:
-siapa ya yg bawa kursi ini kemari...kayu ini terbuat dari apa ya (klo blm tahu, aku blm mau mulai memperbaikinya), kayunya dari hutan di negara mana ya
-siapa ya yg menembak panah ke saya....mata panahnya terbuat dari apa ya, besi no.1, besi no.2 (klo blm tahu, sy ga mau diobati>>>pengetahuan yg perlu kan sebenarnya panahnya beracun atau tdk sebagai analisis “sebab kesakitan” dari Hukum Kesunyataan ke-2)....kayunya dari hutan yg mana?
- siapa ya yg menciptakan manusia, dia itu kekal atau ga sih, ada rupa atau tdk, dia menciptakan kita dari mana?
Apabila pertanyaan itu hrs dijawab sebelum Action, org tsb sudah:
-malu, kursi tamunya kurang>>>karena ga punya wkt perbakin kursi
-mati>>>karena racun ud menyebar
-mati dan lahir dan mati lagi, dst>>>karena memerdulikan hal2 di luar pengobatan yg perlu u/ kelahiran yg berulang2
klo maksud Anda, org lain yg berbeda pandangan itu adalah orang tak dikenal, tidak berurusan dgn kursi di ruangan itu, atau dgn kata lain “tamu pesta”....maka hal itu benar....“Kebutuhan org adalah beda satu sama lain....
Concern pembuat pesta dgn tamu tentu berbeda
Tp klo yg dimaksud berbeda pandangan itu org dengan kondisi serupa, sdgn mau pesta, tp kursinya rusak di suatu ruangan...hanya saja ia beda profesi...maka tdk akan ada “cara pandangan yg berbeda thd kebutuhan”. Baik itu kolektor kursi, atau tukang reparasi, siapapun...dlm konteks urgency, hal rasional yg dilakukan adalah: apa kondisinya, sebabnya apa, cara mengakhirinya bagaimana?
ketika mati, Anda lgsg tumimbal lahir, dan kamma sebelum Anda mati (bukan cuman 5 menit yg lalu) semuanya mengikuti dan mengikat Anda erat2 utk meminta pertanggungjawabankamma...
jika kamma sekarang adalah apa yang kita peroleh dari 5 menit yang lalu,apakah kita masih memperoleh buah dari kamma 5 menit yang lalu ketika mati?
Sayangnya larangan ‘membunuh’ di kami alasannya bukan cuman itu, tetapi fokusnya kepada karena pembunuhan itu mengerikan bagi semua makhluk, jadi tidak boleh seenaknya mengambil nyawa makhluk hidup....”bahwa setiap makhluk hidup setidaknya pernah sekali menjadi ibu kita” adalah pengetahuan ekstra yg didpt dri org yg sudah melihat malang-melintangnya alam semesta...dan dijadikan landasan ‘aksesori’ bagi larangan makan daging...perlu sy ingatkan aksesori “bisa dipakai ataupun dibuang”?
lha itu..semua masih bersifat "dugaan" dan "mungkin"..seseorang keluar rumah 5 menit ke depan..dan dicopet 15 menit yang lalu..karma apa yang menjadi sebab pencopetan?semua masih mungkin,terlebih jika dia uda rapi jali mengamankan dompet eh tapi masih kecopetan juga..motor di dalam rumah,pintu dikunci,pagar digembok..tapi motor masih hilang juga..karma apa yang pasti jadi sebab pencurian?dan larangan memakan daging secara total kan salah satunyah adalah berasal dari sumber yang sama..boleh jadi daging ayam yang sayah makan sekarang adalah daging ibu sayah entah di kehidupan yang ke berapa..larangan ini pun juga berkesan menakuti kan?..
Sy uda jelaskan pjg lebar soal pengibaratan gula dan hukum ekonomi...Bunyi hukum ekonomi sj tdk mampu menjwb secara jitu &detail mengenai titik Break Even Point suatu perusahaan...apakah itu berarti hukum ekonomi itu salah/gak mampu?Karma apa yg pasti?
Jelaskan dan bawa ke saya artikel/penjabaran/tulisan orang lain di mana penjelasan 31 Alam Kehidupan yg merungsup masuk ke pembahasan 4 Kesunyataan Mulia...buddha mengajarkan bahwa ada enam alam kehidupan, lokasi bagi manusia untuk terus-menerus terlahirkan kembali..dan di salah satu alam disebutkan alam neraka..lalu mengapa anda katakan sayah tenggelam?karena seperti yang sayah bilang ada bagian2 yang disebut iman (tanpa perlu bukti empiris) di tiap agama..dan dari rangkaian kehidupan di alam2 yang berbeda kan dapat ditinjau logis dan ilogisnyah..
Sy tetap teguh, agama sy adlh filsafat kehidupan yg dpt di-Ehipassiko...ada step by step sebelum Anda mengjangkau yg anda anggap “ilogis” atau bagi saya “aksesoris”...
Agama saya menjanjikan: semua hal yg dibilang Buddha dpt Anda buktikan sendiri, mulailah dri 4 Kesunyataan Mulia...saat ini juga
Agama Anda : tdk dpt dianalisis dengan potensi diri yg nyata, manusia tdk boleh menggunakan akal (u/ mempertanyakan Tuhan), dan semuanya hanya dpt dibuktikan ktk sudah mati
Lbh terhormat ngaku diri sendiri telah korupsi, dripd menunjuk2 org lain: anda juga korup...
Takutnya yg ditunjuk itu pejabat bersih, ntar malah malu sendiri lho salah nuduh...hehehehe
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Sat Jul 13, 2013 8:11 pm, total 1 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@emiliana
Minta maaf, mungkin pertanyaan saya tidak nyambung.
Tapi kalau bisa tolong dijawab.
Bukankah Sidharta Gautama pernah mengalami serangkaian reinkarnasi?
Menjadi siapa dan apa, kehidupan dari Sidharta gautama yang pertama?
Minta maaf, mungkin pertanyaan saya tidak nyambung.
Tapi kalau bisa tolong dijawab.
Bukankah Sidharta Gautama pernah mengalami serangkaian reinkarnasi?
Menjadi siapa dan apa, kehidupan dari Sidharta gautama yang pertama?
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Q : Menjadi siapa dan apa, kehidupan dari Sidharta gautama yang pertama?
A : Nibbana.
A : Nibbana.
hubaya- SERSAN DUA
-
Posts : 81
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Jakarta
Join date : 13.07.13
Reputation : 13
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
i think first...bcoz I dont know the answer, and for me the question was not necessary...
but thanks for the assistance of hubaya's answer, I think I agree with him :)
but thanks for the assistance of hubaya's answer, I think I agree with him :)
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil
anda harus membedakan antara suka dan wajib..sayah uraikan diatas ;
batasi pada yang halal = makanlah bila lapar dan berhenti sebelum kenyang..mencukupkan diri dengan apa yang ada dan tidak membebani diri dengan apa yang tidak dimiliki..
membatasi makan,contoh,makan adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi tetapi islam juga menganjurkan (sayah pilih kata "menganjurkan" atow "menghendaki" supaya muslim yang lain juga memahami secara bertahap)..adalah modul lain dari pengendalian/pengekangan..muslim diijinkan hanya makan sekali dalam sehari,dengan lauk ala kadarnyah..tempe-kecap-nasi..dan juga diijinkan ayam goreng-kuah soto..gak ada larangan tetapi "jangan berlebihan" itu adalah etiket/tata krama bagi orang yang mengerti dan sinyal pertama bagi yang belum mengerti..
menu ala kadarnya ; tempe-kecap tetapi juga bakal dapat celaan dan dosa kalow dia makan dalam porsi berlebihan sampai kekenyangan..
tentang pembatasan2 hawa nafsu..
hawa nafsu ada di dalam tiap jiwa manusia,seperti yang pernah sayah katakan ibarat pertempuran pendekar baik dan jahat..hawa nafsu tidak dapat dilenyapkan tetapi dibatasi/dikendalikan,selama manusia masih bernafas selama itu pula hawa nafsu itu ada..nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya..kecenderungan secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka..sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut..nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut..
namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya (menjadi jalan menuju jurang kehinaan)..
sang bikkhu sukses menjalani hidup dengan tanpa biologis tetapi ada satu pasangan yang berkorban untuk menunda nibbhana..
umat buddhis umumnyah dapat dikelompokkan menjadi :
a).sebagai perumah tangga (Upasaka dan Upasika) dan
b). yang meninggalkan keduniawian (Samanera, Samaneri, Bhikkhu dan Bhikkhuni).
dan sejumlah aturan ;
Orang yang telah melakukan kesalahan terhadap Dhamma dan Vinaya , ada Tujuh jenis yaitu :
- Orang yang telah membunuh seorang Arahat
- Orang yang telah mengganggu dan memperkosa seorang bhikkhuni.
- Orang yang telah Theyya Samvasa (Orang yang hidup dalam suatu komunitas secara tidak sah, orang ini mengambil kedudukan sebagai bhikkhu oleh dirinya sendiri dengan niat berkedok sebagai bhikkhu dan hidup bersama-sama diantara para bhikkhu).
- Orang telah pindah ke agama lain.
-Orang yang telah melakukan Parajika, yaitu empat pelanggaran berat bagi seorang bhikkhu yang mengakibatkan seseorang segera dikeluarkan dari persamuan dan tidak diijinkan memasuki Sangha Theravada lagi selama hidupnya.
- Orang yang telah memecah belah Sangha.
- Orang yang menyakiti gurunya hingga berdarah.
Sedangkan mereka yang dilarang menerima Pabbaja {Kehidupan sebagai petapa atau bhikkhu (tidak berumah tangga) } ada Delapan jenis, yaitu :
*Orang yang menderita penyakit menular yang tidak diobati/kronis dan ada lima penyakit yang disebutkan :
a. Lepra
b. Cacar.
c. Kurap dan Cacingan.
d. Asma
e. Epilepsi
dan kelima penyakit ini harus ditanyakan terlebih dahulu sebelum Pabbaja.
* Paparogo yaitu orang yang mengidap penyakit sebagai akibat dari perbuatan buruk, yaitu memiliki penyakit pembengkakan pada buah *****nya dan orang yang mengalami kelumpuhan sebagian pada tubuhnya.
* Orang yang memiliki anggota badan cacat.
* Orang yang berbeda dengan orang lain. Contoh, orang yang terlalu tinggi/jangkung dan orang yang terlalu pendek/kerdil.
* Orang yang memiliki warna kulit hitam dan putih karena penyakit.
* Orang yang sangat kurus dan gemuk.
* Orang yang memiliki kepala yang terlalu besar/terlalu kecil.
* Orang yang setengah buta, khususnya mereka yang menderita katarak.
* Orang yang tidak bisa berjalan dengan normal/pincang, jari-jari tangan dan kakinya yang telah berubah bentuk menjadi tidak normal.
* Orang buta, bisu dan tuli.
* Orang tua dan lemah, yang tidak mampu melakukan 4 sikap meditasi.
* Orang yang tidak mendapat ijin dari orang tuanya, pejabat pemerintah, bagi mereka yang mungkin bekerja di kantor pemerintahan, orang yang tidak mendapat ijin dari istrinya bagi mereka yang telah menikah.
* Orang yang menjadi budak, dan orang yang mempunyai hutang tidak bisa di Umpasampada untuk menjadi seorang bhikkhu.
* Orang yang memiliki tanda telah menerima hukuman yang sangat berat. Contoh, orang yang dicambuk dan mempunyai bekas di punggungnya, orang yang di tato yang menunjukkan bahwa orang tersebut telah bersalah (jaman dulu orang di tato mukanya karena telah melakukan parajika)
* Perusak ketenangan di masyarakat dalam kategori ini adalah perampok,DPO dan seorang penjahat yang tidak dilindungi oleh undang-Undang.
* Orang yang tidak sehat secara batin (gila).
dan masih buanyak lagi..
dan buddhis menjalani hidup berumah tangga adalah orang2 yang tidak beruntung karena tidak dapat mencapai nibbhana dalam satu kali kesempatan..
“Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surah Al-Kahfi)
fana seperti hasil dari menghilangkan potensi keburukan..tiap jiwa dikelilingi benda2 yang mempesona namun melalaikan..dan disitulah letak "amalan sholeh"..dan membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..dan disini kita tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..tetapi pada potensi diri..yah di trit ini anda boleh beranggapan "abu hanan meninggalkan islam"..
penjelasan ;
anda salah memahami kamsut sayah..
amal sholeh adalah dharma dan amal sholeh ini punya tenaga pembangkit..di dalam diri masing2..ketika seseorang berpikir "mengafa hidup harus diisi dengan amal sholeh/kebajikan?" dan tentu itu gak lepas dari kehidupan setelah mati dan eksistensi pencipta..
dan disini sayah tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..karena membicarakan rahmat-kekuasaan-pengetahuan allah akan dipahami secara salah bagi orang2 yang malas,dan sayah tidak ingin kesalahan memahami itu datang dari muslim..bukankah sayah uda katakan pada anda,bahwa post2 sayah terkait islam juga sayah tujukan kepada sesama muslim?
pandangan islam ; si murtadin akan ke neraka (bila murtad sampe mati)
pandangan buddha ; si murtadin bisa nibbhana
kedua pandangan tersebut - menurut konsep islam - gak lepas dari takdir..
ketika muslim merenungkan hakekat tanpa melibatkan peran pencipta maka itu uda buntu..kursi di dalam ruangan..sayah gak bicara "kondisi"..mau kursi itu lapuk/rusak/apapun sayah gak bicarakan itu..tetapi "kursi di dalam ruangan"..bagaimana caranyah?ada proses atow tidak?
atas alasan apa manusia harus mati?
atas alasan apa manusia hidup?
atas alasan apa dia lahir dari wanita A dan lelaki C?.........
dan setiap muslim gak bakal bisa jawab tanpa ada "ikatan dengan pencipta"..
pertanyaan samah untuk anda dan jawaban pun jawaban dari logika buddha..
manusia mati karena dia hidup..
manusia hidup karena kematian yang terakhir belum sempurna
Lahir>>>kondisi sebelum mati sampai mati>>>lahir lagi/tdk
sedangkan itu hal sederhana..
manusia mati karena PASTI..nah PASTI inilah kata yang sayah -kira- dapat dihentikan oleh sekelompok orang yang menolak ide "awal mula ada pencipta"..“Mengapa seorang Buddhis tdk mampu menghentikan kematian”?sayah bertanya seperti itu adalah karena satu faktor dari beberapa faktor.."kursi di dalam ruangan,tiba2 lenyap.kenapa?"
kenapa allah nakal?=>jika allah maha kuasa dan tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk disalahkan karena dosa-dosanya?
benarkah?
sederhana dapat dijawab ; allah tidak dapat dimintai tanggung jawab karena makhluk uda dikasi tau ; pilihan A berakibat kenyang,pilihan B berakibat lapar..
mungkin anda akan berkata ; allah adalah makhluk dengan kamma terburuk dan kamma terbaik
sayah akan coba jelaskan,entah tersendiri dalam satu trit atow masih bersatu dengan trit ini..
yah tentunyah akan "liat konteks ; urgent"..
lha kan uda jelas perbedaannyah,muslim menghargai pencipta..dan karena buddhis gak mengakui pencipta yah kan balik lagi ke "nibbhana dan fana punya kemiripan,perbedaan ada di satu titik,pencipta"..
siddharta bebas mengatakan apa ajah karena pada dasarnyah konsep ada pencipta uda ditolak..jadi dari dukkha/nibbhana dan banyak hal yah bakal ada perbedaan dengan yahudi-kristen-islam dan semua perbedaan itu bermuara pada satu titik,pencipta..
perjumpaan dengan tuhan pun hanya dapat dilakukan setelah mati..
ketika sayah menjawab berdasarkan al quran dan hadits,anda berkesimpulan ;
Agama Anda : tdk dpt dianalisis dengan potensi diri yg nyata
ketika anda menjawab pertanyaan sayah,dan karena satu hal gak diajarkan siddharta dan ada satu hal yang diajarkan,sayah juga berkesimpulan ;
budha : tdk dpt dianalisis karena bercampur dengan tahayul
dan seluruh pertanyaan sayah berawal dari ; ingin tau dan sebisa mungkin sayah menempatkan diri sebagai pengamat netral..
fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu..Bisakah org itu kehilangan kesadaran dgn sesuatu yg lazim digunakan pd diri sndiri, klo ia tdk melatih kondisi kesadaran tsb, klo ia MASIH terbiasa melekat dgn sesuatu yg lazim itu? Inilah yg mengantarkan sy pd pemikiran “ga mungkin itu bs tercapai” klo ga da “pengekangan thd hawa nafsu”
anda harus membedakan antara suka dan wajib..sayah uraikan diatas ;
batasi pada yang halal = makanlah bila lapar dan berhenti sebelum kenyang..mencukupkan diri dengan apa yang ada dan tidak membebani diri dengan apa yang tidak dimiliki..
membatasi makan,contoh,makan adalah kebutuhan yang wajib dipenuhi tetapi islam juga menganjurkan (sayah pilih kata "menganjurkan" atow "menghendaki" supaya muslim yang lain juga memahami secara bertahap)..adalah modul lain dari pengendalian/pengekangan..muslim diijinkan hanya makan sekali dalam sehari,dengan lauk ala kadarnyah..tempe-kecap-nasi..dan juga diijinkan ayam goreng-kuah soto..gak ada larangan tetapi "jangan berlebihan" itu adalah etiket/tata krama bagi orang yang mengerti dan sinyal pertama bagi yang belum mengerti..
menu ala kadarnya ; tempe-kecap tetapi juga bakal dapat celaan dan dosa kalow dia makan dalam porsi berlebihan sampai kekenyangan..
yang dikamsut "melihat" adalah melihat apa yang ada di belakang semua peristiwa..bukan melihat dengan mata fisik..Tp itu tdk mungkin,,,,,sebab ajaran Anda mempercayai tdk mungkin manusia tdk melihat...kan sdh kodratnya manusia u/ melihat....
Makanya sy bilang semua ini bs jd tdk kontradiktif, hanya klo fana dan kawan-kawan hanya “dibatasi”-nya bukan “dilenyapkan”-nya hawa nafsu/ nafsu indrawi...
tentang pembatasan2 hawa nafsu..
hawa nafsu ada di dalam tiap jiwa manusia,seperti yang pernah sayah katakan ibarat pertempuran pendekar baik dan jahat..hawa nafsu tidak dapat dilenyapkan tetapi dibatasi/dikendalikan,selama manusia masih bernafas selama itu pula hawa nafsu itu ada..nafsu adalah kecondongan jiwa kepada perkara-perkara yang selaras dengan kehendaknya..kecenderungan secara fitrah telah diciptakan pada diri manusia demi kelangsungan hidup mereka..sebab bila tak ada selera terhadap makanan, minuman dan kebutuhan biologis lainnya niscaya tidak akan tergerak untuk makan, minum dan memenuhi kebutuhan biologis tersebut..nafsu mendorongnya kepada hal-hal yang dikehendakinya tersebut..
namun karena kebiasaan orang yang mengikuti hawa nafsu, syahwat dan emosinya tidak dapat berhenti sampai pada batas yang bermanfaat saja maka dari itulah hawa nafsu, syahwat dan emosi dicela, karena besarnya mudharat yang ditimbulkannya (menjadi jalan menuju jurang kehinaan)..
tanpa biologis yah gak bakal ada kehidupan di muka bumi (pendapat dari ajaran yahudi-kristen-islam)..seorang bikhhu pun berawal dari proses biologis..bila sang bikhhu akhirnyah meraih nibbhana,bukankah dia (bikkhu) dari setetes air?Sy cuma mau menyanggah: itu bukan persoalan harus, atau ‘mau ga mau’, sebab tanpa memenuhinya, tanpa melakukan ‘kebutuhan biologis’ kita gak akan mati....beda dgn kebutuhan makan-minum....
sang bikkhu sukses menjalani hidup dengan tanpa biologis tetapi ada satu pasangan yang berkorban untuk menunda nibbhana..
yang menjadi salah dua sebab masih eksis adalah karena ada buddhis yang memilih untuk menikah..plus syarat menjadi bikhhu yang ketat dan berat..Sy bilang: lihatlah ke dalam persamuhan Sangha...mereka org yg melatih ‘ketidakmelekatan’ thd hal2 duniawi dan berharap dpt melenyapkan secara sempurna suatu saat...dan semua ini telah dimulai +-2500 tahun yg lalu dan tetap eksis sampe skrg...
umat buddhis umumnyah dapat dikelompokkan menjadi :
a).sebagai perumah tangga (Upasaka dan Upasika) dan
b). yang meninggalkan keduniawian (Samanera, Samaneri, Bhikkhu dan Bhikkhuni).
dan sejumlah aturan ;
Orang yang telah melakukan kesalahan terhadap Dhamma dan Vinaya , ada Tujuh jenis yaitu :
- Orang yang telah membunuh seorang Arahat
- Orang yang telah mengganggu dan memperkosa seorang bhikkhuni.
- Orang yang telah Theyya Samvasa (Orang yang hidup dalam suatu komunitas secara tidak sah, orang ini mengambil kedudukan sebagai bhikkhu oleh dirinya sendiri dengan niat berkedok sebagai bhikkhu dan hidup bersama-sama diantara para bhikkhu).
- Orang telah pindah ke agama lain.
-Orang yang telah melakukan Parajika, yaitu empat pelanggaran berat bagi seorang bhikkhu yang mengakibatkan seseorang segera dikeluarkan dari persamuan dan tidak diijinkan memasuki Sangha Theravada lagi selama hidupnya.
- Orang yang telah memecah belah Sangha.
- Orang yang menyakiti gurunya hingga berdarah.
Sedangkan mereka yang dilarang menerima Pabbaja {Kehidupan sebagai petapa atau bhikkhu (tidak berumah tangga) } ada Delapan jenis, yaitu :
*Orang yang menderita penyakit menular yang tidak diobati/kronis dan ada lima penyakit yang disebutkan :
a. Lepra
b. Cacar.
c. Kurap dan Cacingan.
d. Asma
e. Epilepsi
dan kelima penyakit ini harus ditanyakan terlebih dahulu sebelum Pabbaja.
* Paparogo yaitu orang yang mengidap penyakit sebagai akibat dari perbuatan buruk, yaitu memiliki penyakit pembengkakan pada buah *****nya dan orang yang mengalami kelumpuhan sebagian pada tubuhnya.
* Orang yang memiliki anggota badan cacat.
* Orang yang berbeda dengan orang lain. Contoh, orang yang terlalu tinggi/jangkung dan orang yang terlalu pendek/kerdil.
* Orang yang memiliki warna kulit hitam dan putih karena penyakit.
* Orang yang sangat kurus dan gemuk.
* Orang yang memiliki kepala yang terlalu besar/terlalu kecil.
* Orang yang setengah buta, khususnya mereka yang menderita katarak.
* Orang yang tidak bisa berjalan dengan normal/pincang, jari-jari tangan dan kakinya yang telah berubah bentuk menjadi tidak normal.
* Orang buta, bisu dan tuli.
* Orang tua dan lemah, yang tidak mampu melakukan 4 sikap meditasi.
* Orang yang tidak mendapat ijin dari orang tuanya, pejabat pemerintah, bagi mereka yang mungkin bekerja di kantor pemerintahan, orang yang tidak mendapat ijin dari istrinya bagi mereka yang telah menikah.
* Orang yang menjadi budak, dan orang yang mempunyai hutang tidak bisa di Umpasampada untuk menjadi seorang bhikkhu.
* Orang yang memiliki tanda telah menerima hukuman yang sangat berat. Contoh, orang yang dicambuk dan mempunyai bekas di punggungnya, orang yang di tato yang menunjukkan bahwa orang tersebut telah bersalah (jaman dulu orang di tato mukanya karena telah melakukan parajika)
* Perusak ketenangan di masyarakat dalam kategori ini adalah perampok,DPO dan seorang penjahat yang tidak dilindungi oleh undang-Undang.
* Orang yang tidak sehat secara batin (gila).
dan masih buanyak lagi..
dan buddhis menjalani hidup berumah tangga adalah orang2 yang tidak beruntung karena tidak dapat mencapai nibbhana dalam satu kali kesempatan..
emiliana wrote:bahwa Nibbhana itu tdk melekat pd apapun, bskah seseorg menjd tdk melekat klo masih melekat pd sesuatu? Ibarat minyak ingin menjadi air? Maka jwban saya adlh: tdk bisa.abu hanan wrote:
tentu dan itu adalah jalan untuk tetap menghargai "kodrat"..dan bisakah nibbhana diraih dengan menikah dan daging?
sayah ulangi ;Coba perhatikan tulisan Anda yg pertama sekali sangkut ke Amalan Sholeh, di situ Anda mengatakan lepas dari Allah, bkn sekadar potensi...tp emang benar buru2 dikoreksi dengan penjelasan Amalan Sholeh yg lain...oleh sbb itu yg sy lakukan cuman highlight kepd pembaca bahwa pernyaataan I Anda telah gugur...
“Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surah Al-Kahfi)
fana seperti hasil dari menghilangkan potensi keburukan..tiap jiwa dikelilingi benda2 yang mempesona namun melalaikan..dan disitulah letak "amalan sholeh"..dan membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..dan disini kita tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..tetapi pada potensi diri..yah di trit ini anda boleh beranggapan "abu hanan meninggalkan islam"..
penjelasan ;
anda salah memahami kamsut sayah..
amal sholeh adalah dharma dan amal sholeh ini punya tenaga pembangkit..di dalam diri masing2..ketika seseorang berpikir "mengafa hidup harus diisi dengan amal sholeh/kebajikan?" dan tentu itu gak lepas dari kehidupan setelah mati dan eksistensi pencipta..
dan disini sayah tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..karena membicarakan rahmat-kekuasaan-pengetahuan allah akan dipahami secara salah bagi orang2 yang malas,dan sayah tidak ingin kesalahan memahami itu datang dari muslim..bukankah sayah uda katakan pada anda,bahwa post2 sayah terkait islam juga sayah tujukan kepada sesama muslim?
apakah nibbhana ada bila tidak ada manusia?
Nibbhana ada...dan manusia bisa mencapainya
bila sekarang ada muslim murtad dan menjadi buddha,itu adalah kehendak bebas..dan konsekuensinyah sebagai buddhis yah tentu ada sebab akibat..karena meninggalkan islam maka dia gak perlu sholat wajib,tetapi wajib JMB 8..“bebas” maksud saya adalah merenungkan hakikat tanpa melibatkan apapun, termasuk Pencipta, ataupun ilham Pencipta, bukan “pilihan berkehendak bebas”
pandangan islam ; si murtadin akan ke neraka (bila murtad sampe mati)
pandangan buddha ; si murtadin bisa nibbhana
kedua pandangan tersebut - menurut konsep islam - gak lepas dari takdir..
ketika muslim merenungkan hakekat tanpa melibatkan peran pencipta maka itu uda buntu..kursi di dalam ruangan..sayah gak bicara "kondisi"..mau kursi itu lapuk/rusak/apapun sayah gak bicarakan itu..tetapi "kursi di dalam ruangan"..bagaimana caranyah?ada proses atow tidak?
atas alasan apa manusia harus mati?
atas alasan apa manusia hidup?
atas alasan apa dia lahir dari wanita A dan lelaki C?.........
dan setiap muslim gak bakal bisa jawab tanpa ada "ikatan dengan pencipta"..
pertanyaan samah untuk anda dan jawaban pun jawaban dari logika buddha..
manusia mati karena dia hidup..
manusia hidup karena kematian yang terakhir belum sempurna
Lahir>>>kondisi sebelum mati sampai mati>>>lahir lagi/tdk
sedangkan itu hal sederhana..
manusia mati karena PASTI..nah PASTI inilah kata yang sayah -kira- dapat dihentikan oleh sekelompok orang yang menolak ide "awal mula ada pencipta"..“Mengapa seorang Buddhis tdk mampu menghentikan kematian”?sayah bertanya seperti itu adalah karena satu faktor dari beberapa faktor.."kursi di dalam ruangan,tiba2 lenyap.kenapa?"
nerakasy tdk terlalu dermawan tp jelas bkn kriminal...sy sangat menjunjung tinggi moral (moral thd orang yg lbh tua, yg lebih muda, dan sesama manusia), tp sy tdk mengakui Allah, atau sy tdk beragama sama sekali..
berikan satu hadits pada 10 muslim..suruh mereka jelaskan..hasilnyah akan ada perbedaan..satu orang mampu menjabarkan dengan baik,dan satu orang mungkin akan menjawab : tidak tau..
Kata muslim yg lain ga bisa tuh...bagaimana penjelasannya manusia biasa dpt memahami Allah 100%, tanpa cela? Ketika ditanyakan kenapa “Allah itu nakal” itu saja sdh ga bs dijwb...dan inilah lubang kontradiksi yg sy mksd..
kenapa allah nakal?=>jika allah maha kuasa dan tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk disalahkan karena dosa-dosanya?
benarkah?
sederhana dapat dijawab ; allah tidak dapat dimintai tanggung jawab karena makhluk uda dikasi tau ; pilihan A berakibat kenyang,pilihan B berakibat lapar..
mungkin anda akan berkata ; allah adalah makhluk dengan kamma terburuk dan kamma terbaik
sayah akan coba jelaskan,entah tersendiri dalam satu trit atow masih bersatu dengan trit ini..
walah..sayah katakan "ada kodrat yang harus dihargai"..dengan mengacuhkan kodrat,bukankah itu gak menghargai sang pencipta kodrat?itu adalah zuhud,itu adalah fana..dia melihat allah di balik itu semua dengan menghargai kodrat berarti dia terikat dengan pencipta..muslim yang ber-biologis pun melihat adanyah allah di balik hubungan yang dinamakan biologis..dan menikah adalah satu upaya menghargai pencipta..
Apanya yg mungkin? Ketidakmelekatan Anda cuman minus sama Pencipta? Yg bener aja....? org masih melekat gitu kok ama sex gitu kok?
dan menjauhi daging diharuskan total tetapi menerima produk hewani juga dibolehkan..mentega, minyak (dari hewan, ikan, dan sayuran), madu, dan gula (semua jenis)..lima jenis obat-obatan ini boleh dikonsumsi oleh bhikkhu tersebut kapanpun saja, petang maupun malam harinya...Bandingkan dgn Buddhism, yg KETIDAKMELEKATAN, ga pake “tapi2”, ga ada pengecualian, original...
yah tentunyah akan "liat konteks ; urgent"..
lha kan uda jelas perbedaannyah,muslim menghargai pencipta..dan karena buddhis gak mengakui pencipta yah kan balik lagi ke "nibbhana dan fana punya kemiripan,perbedaan ada di satu titik,pencipta"..
siddharta bebas mengatakan apa ajah karena pada dasarnyah konsep ada pencipta uda ditolak..jadi dari dukkha/nibbhana dan banyak hal yah bakal ada perbedaan dengan yahudi-kristen-islam dan semua perbedaan itu bermuara pada satu titik,pencipta..
mungkin jawaban akan sayah jadikan satu dengan yang diatas..sederhana ajah dulu ; surga-neraka adalah kehidupan setelah mati..akal boleh bertanya tetapi bukti tidak dapat diberikan hari ini..dan sayah hanya tunjukkan bahwa buddha juga mengenal surga-neraka,dan keduanyah juga hanya dapat dibuktikan ketika mati..
manusia tdk boleh menggunakan akal (u/ mempertanyakan Tuhan), dan semuanya hanya dpt dibuktikan ktk sudah mati
perjumpaan dengan tuhan pun hanya dapat dilakukan setelah mati..
hahaha..
bedakan 1) tdk mau menjwb karena takut dgn kontradiksi yg timbul, dengan:
2) tdk mau menjwb karena memang ga dikenal...
kondisi 1) klo ngejwb dan ga bs diterima akal, jadinya org ngacir, ga percaya lagi sama sampeyan
kondisi 2) klo ngejwb, karena ga ada di ajaran sama sekali, adalah identik omong kosong oleh pihak lain...
Sy terjebak kondisi ke-2, muslim yg kondisi ke-1...
ketika sayah menjawab berdasarkan al quran dan hadits,anda berkesimpulan ;
Agama Anda : tdk dpt dianalisis dengan potensi diri yg nyata
ketika anda menjawab pertanyaan sayah,dan karena satu hal gak diajarkan siddharta dan ada satu hal yang diajarkan,sayah juga berkesimpulan ;
budha : tdk dpt dianalisis karena bercampur dengan tahayul
dan seluruh pertanyaan sayah berawal dari ; ingin tau dan sebisa mungkin sayah menempatkan diri sebagai pengamat netral..
yup..ketika anda melihat tidak ada lubang,justru sayah melihat ada lubang..
Tp, ketika ditanyakan pd org yg netral, objektif...maka tampak lubang adalah lubang....kata orang cinta itu membuat org jd buta...
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
http://jindeyuan.org/tag/siddhartaemiliana wrote:Jelaskan dan bawa ke saya artikel/penjabaran/tulisan orang lain di mana penjelasan 31 Alam Kehidupan yg merungsup masuk ke pembahasan 4 Kesunyataan Mulia...
Pada langkah terakhir, dengan tangan kanan menunjuk ke langit & tangan kiri menunjuk ke bumi, bayi tersebut mengumandangkan suaranya dengan lantang : “Akulah yang teragung di antara langit & bumi. Aku datang dari Surga Tusita. Aku datang untuk membabarkan rahasia-rahasia alam semesta & kebenaran tentang kehidupan, guna membebaskan makhluk hidup dari penderitaan. Inilah kelahiranku yang terakhir di dunia ini!”
http://dhammaduta.wordpress.com/2012/10/21/alasan-banyak-agama/
Tidak lama setelah Siddharta berhasil mencapai kebuddhaan, Sang Buddha kemudian berniat untuk pergi ke Surga Kedua dari sistem dunia ini yang bernama Tavatimsa (Sistem dunia lain mungkin namanya berbeda). Tujuan Sang Buddha ke sana ada 2: Pertama, berniat untuk mengajarkan Dhamma kepada mantan ibu, sebagai balas budi karena telah merawat Siddharta selama beberapa hari sebelum akhirnya meninggal dunia
A. 11 Kamma Bhumi yaitu 11 alam kehidupan dimana makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu-nafsu indera dan terikat dengan panca indera
B. 16 Rupa Bhumi yaitu 16 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Rupa Jhana
C. 4 Arupa Bhumi yaitu 4 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana -
http://tipitakapali.blogspot.com/2011/10/31-tigapuluh-satu-alam-kehidupan-dalam.html#sthash.Dhf8miUb.dpuf
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
lantas apa kamsut sutta berikut;hubaya wrote:Q : Menjadi siapa dan apa, kehidupan dari Sidharta gautama yang pertama?
A : Nibbana.
“Akulah yang teragung di antara langit & bumi. Aku datang dari Surga Tusita. Aku datang untuk membabarkan rahasia-rahasia alam semesta & kebenaran tentang kehidupan, guna membebaskan makhluk hidup dari penderitaan. Inilah kelahiranku yang terakhir di dunia ini!”
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu..
anda harus membedakan antara suka dan wajib..sayah uraikan diatas ;
ga ada yg spesial dengan pengekangan thd urusan makan...skrg kita sdg membahas siapa yg pantas dianggap “suci”. Dan tentu bkn dgn ukuran2 orang biasa dengan gak pilih2 makan....Di sisi lain, tambah lagi ya penjelasan fana, thd yg “suka” bukan “wajib”...ntar di bawah ada tambahan lagi tuh (tambal lg yooook, tambal si gpp asal muslim yg lain ntar ga bingung2 bacanya)
Yg sy mksd tentu bukan melihat dgn mata fisik jg....(please deh, rada mulai ga nyambung ngomong sama Anda)...Anda lihat ga sih “melihat” itu sy cabut dari ucapan Anda berikut:yang dikamsut "melihat" adalah melihat apa yang ada di belakang semua peristiwa..bukan melihat dengan mata fisik..
tiada melihat alam rupa=lenyapnya hawa nafsuOrang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat alam rupa dan alam wujud ini,
ketika sy bilang ajaran Anda gak mungkin tdk melihat, itu artinya=tdk mungkin dpt melenyapkan hawa nafsu, karena ada kodrat yg harus dihargai
Dengan demikian, cukup lengkap sudah pemahaman bahwa fana (klo tetep dengan definisi “lenyap”) tdk akan dpt diwujudkan saat ini, sebab ada:
- kodrat yg harus dihargai, karena itu berarti penghargaan pd Pencipta
- hawa nafsu tdk dpt dilenyapkan, melainkan dibatasi/dikendalikan
Ya klo sdh gitu, kan lbh baik Anda bilang dr awal, ga usah bilang: bisa kok, bisa kok....tambal sana-sani ujung2nya hanya bisa setelah mati. LOL gedehawa nafsu ada di dalam tiap jiwa manusia,seperti yang pernah sayah katakan ibarat pertempuran pendekar baik dan jahat..hawa nafsu tidak dapat dilenyapkan tetapi dibatasi/dikendalikan,selama manusia masih bernafas selama itu pula hawa nafsu itu ada..
kok disebut berkorban? Emangnya si bhiksu itu minta dilahirin jd anak pasangan itu? Siapa yg jadi pelaku, siapa yg jd korban? Paling fair, jwbannya gak ada siapa pun yg berkorban...sang bikkhu sukses menjalani hidup dengan tanpa biologis tetapi ada satu pasangan yang berkorban untuk menunda nibbhana..
Coba pikirkan lagi emang ada “berkorban u/ menunda”? Yang ada malah bkn berkorban, tp pilihan diri sendiri u/menunda...ketika si anak jd samanera, belum sukses ceritanya baru masuk persamuhan, si ortu emang dilarang ikut jd bhiksu-ni? Gak dilarang sama sekali kok...
Lho kok, apa hubungannya ada dua kelompok buddhis, sehingga Sangha tetap eksis?Abu Hanan wrote:yang menjadi salah dua sebab masih eksis adalah karena ada buddhis yang memilih untuk menikah..plus syarat menjadi bikhhu yang ketat dan berat..Emiliana wrote:Sy bilang: lihatlah ke dalam persamuhan Sangha...mereka org yg melatih ‘ketidakmelekatan’ thd hal2 duniawi dan berharap dpt melenyapkan secara sempurna suatu saat...dan semua ini telah dimulai +-2500 tahun yg lalu dan tetap eksis sampe skrg...
Klo misalkan nih misal ngaco, yg jd buddhis cuman boleh klo menuruti kitab Vinaya, bukankah namanya Sangha jg eksis?
Kelihatan ya Sangha tetap eksis dr 2500 tahun yg lalu sampai skrg, bkn karena ada umat perumah tangga (ga ada hub sama sekali, artinya penalaran Anda salah...Andy tepat waktu masuk kerja karena jam menunjukkan pukul 7.50 saat dia menjejakkan kaki di depan pintu kantor, bukan karena ‘urusan keluarganya baik2 saja...’)....
tp karena mampu menjwb ketidakpuasan2 org thd dunia yg fana ini, memberi ketenangan dan kedamaian....dgn tujuan melenyapkan keinginan indrawi yg kata org2 ga akan mungkin. Sampai 2500 ga ditutup2 nih perkumpulannya dan ga putus2 peminatnya...apa sebab? Sebabnya ‘ga ada yg mustahil’...
Setuju...sudah karma masing2...lantas apa hubungannya ama omongan di atas ya?buddhis menjalani hidup berumah tangga adalah orang2 yang tidak beruntung karena tidak dapat mencapai nibbhana dalam satu kali kesempatan..
sayah ulangi ;
“Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalan Sholeh dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadat kepada Allah (Surah Al-Kahfi)
fana seperti hasil dari menghilangkan potensi keburukan..tiap jiwa dikelilingi benda2 yang mempesona namun melalaikan..dan disitulah letak "amalan sholeh"..dan membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..dan disini kita tidak bicarakan rahmat dan kekuasaan allah plus pengetahuan allah..tetapi pada potensi diri.. yah di trit ini anda boleh beranggapan "abu hanan meninggalkan islam"..
penjelasan ;
anda salah memahami kamsut sayah..
amal sholeh adalah dharma dan amal sholeh ini punya tenaga pembangkit..di dalam diri masing2..ketika seseorang berpikir "mengafa hidup harus diisi dengan amal sholeh/kebajikan?" dan tentu itu gak lepas dari kehidupan setelah mati dan eksistensi pencipta..
Wowowo....sekarang amalan sholeh adalah dharma....? Sy ga tau gmana reaksi muslim yg lain, sy luruskan dulu dharma itu tentunya bukan Buddha Dharma...meski org klo ud baca dharma pasti sangkutnya ke Buddha...Silakan tambal sana2i.., yg jelas potensi diri yg dikamsut itu msh dibayang2i eksistensi pencipta...dengan demikian ada pula bayang2 rahmat, dan kekuasaan Allah....Ketika Anda merenung dlm kerangka cinta pd Allah, pstilah Anda merenung/terpikirkan ttg kata2Nya, kuasaNya, mencocokkan segala pengamatan Anda dgnNya lewat medium yg Anda akui diturunkanNya, yaitu al qur an...
Maka supaya saya dan org lain (muslim ataupun bkn) spy ga bingung2, sy anjurkan ubah definisi amalah sholeh menjd SEPERTI (bs sama atau disesuaikan) berikut:
membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..pada potensi diri yang senantiasa mengingat/berpaham pada rahmat, kuasa, dan segala pengetahuan ttg Allah... Hasilnya tidak ada muslim yg meninggalkan islam, klo beramalan sholeh dgn benar sesuai definisi ini...:)
Justru klo Anda berpikir ucapan Anda dipersembahkan pd muslim, seharusnya Anda sadar ada org yg rajin baca sampai ujung page ini, ada yg sibuk, ada yg malas, sehingga klo dia baca sepotong kalimat Anda itu, jdnya bebas potensi diri liberal, sy ramalkan kemungkinannya yg terjadi justru bisa berbalik, yaitu berpaling dari Allah yg Anda cintai...sayah tidak ingin kesalahan memahami itu datang dari muslim..bukankah sayah uda katakan pada anda,bahwa post2 sayah terkait islam juga sayah tujukan kepada sesama muslim?
Ada...bukankah Buddha jg sdh tdk ada skrg ini (sdh wafat)...tp tetap ada Nibbhana krn scr awam kita mengatakan Buddha sdh (di) Nibbhana...dan kita pun bertujuan menuju pantai seberang itu...Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:Sy Nibbhana ada...dan manusia bisa mencapainya
apakah nibbhana ada bila tidak ada manusia?
ini adalah alasan saya mengapa definisi amalan sholeh yg konteksnya bebas-liberal, perlu Anda sempurnakan,,,karena memang kan sebetulnya gak ada potensi diri yg Anda percayai mampu menembus jalan kebuntuan, tetapi semata2 potensi diri yg disokong Allah...ketika muslim merenungkan hakekat tanpa melibatkan peran pencipta maka itu uda buntu..
Klo Anda tdk mengharapkan jawaban berbasis logika Buddhis...maka Anda salah masuk thread...Dan sdh berulang2 kali pula saya tekankan jawaban sy emang sederhana, tinggal mau diterima atau tdk...diterima syukur, ga diterima juga bukan derita daku...pertanyaan samah untuk anda dan jawaban pun jawaban dari logika buddha..
manusia mati karena dia hidup..
manusia hidup karena kematian yang terakhir belum sempurna
Lahir>>>kondisi sebelum mati sampai mati>>>lahir lagi/tdk
sedangkan itu hal sederhana..
Semakin jelas jgn2 tulisan sy yg pjg2 sebelumnya ga dibaca...(jd kyk buang2 wkt jdnya T_____T) Menghentikannya bukan di kontinum wkt yg sekarang, Pak...Si bapak ini....manusia mati karena PASTI..nah PASTI inilah kata yang sayah -kira- dapat dihentikan oleh sekelompok orang yang menolak ide "awal mula ada pencipta"..
Benarkah ada sesuatu yg tiba2lenyap? Mati tanpa gejala kematian, spt kelapukan, penyakit kasat mata maupun dalam, gangguan organ, kecelakaan dsb?“Mengapa seorang Buddhis tdk mampu menghentikan kematian”?sayah bertanya seperti itu adalah karena satu faktor dari beberapa faktor.."kursi di dalam ruangan,tiba2 lenyap.kenapa?"
Buddhis tdk mampu menghentikan kematian, krn kematian adlh kodrat bg yg lahir/hdp/menjelma/tdk kekal
Klo di ajaran Anda blg tdk mampu menghentikan kematian, krn ada faktor X yg menulis skenario....
ya itu persoalan Anda toh...
Ok, makasih ud memberi titik terang...Abu Hanan wrote:nerakaEmiliana wrote:sy tdk terlalu dermawan tp jelas bkn kriminal...sy sangat menjunjung tinggi moral (moral thd orang yg lbh tua, yg lebih muda, dan sesama manusia), tp sy tdk mengakui Allah, atau sy tdk beragama sama sekali..
apakah itu berarti anda adalah 1 di antara 10 muslim tsb yg percaya diri dpt membaca hadits secara sempurna? Atau pernyataan Anda bahwa Allah dpt dipahami cuman interpretasi subjektif Anda dr pembacaan hadits yg dpt dipahami dgn berbeda2...?berikan satu hadits pada 10 muslim..suruh mereka jelaskan..hasilnyah akan ada perbedaan..satu orang mampu menjabarkan dengan baik,dan satu orang mungkin akan menjawab : tidak tau..
kok jdnya kayak tiran gitu, ud berkuasa berbuat, tp ga mau dimintai pertanggungjawaban? Emang bnr ada konsekuensi dari pilihan yg dilakukan...yg jadi pertanyaan ketika pilihan yg dilakukan itu sbetulnya sdh dipilihkan Allah dlm skenarionya...kontradiktif abis...>>>sy kira ga bisa dijwb dengan akal manusia, kecuali keimanan yg mirip keimanan babu yg takut sama penguasa tiran...kenapa allah nakal?=>jika allah maha kuasa dan tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk disalahkan karena dosa-dosanya?
benarkah?
sederhana dapat dijawab ; allah tidak dapat dimintai tanggung jawab karena makhluk uda dikasi tau ; pilihan A berakibat kenyang,pilihan B berakibat lapar..
mungkin anda akan berkata ; allah adalah makhluk dengan kamma terburuk dan kamma terbaik
Klo Anda bisa jwb secara memuaskan....sy jamin ga akan lagi org yg bertanya kenapa begitu? Soalnya mereka ud mantap ama penjelasan Pak Abu...
Semakin kelihatan ketika sdh habis yg bs dijawab, akhirnya pake fallacy...LOL gedeAbu Hanan wrote:dan menjauhi daging diharuskan total tetapi menerima produk hewani juga dibolehkan..mentega, minyak (dari hewan, ikan, dan sayuran), madu, dan gula (semua jenis)..lima jenis obat-obatan ini boleh dikonsumsi oleh bhikkhu tersebut kapanpun saja, petang maupun malam harinya...Emiliana wrote:Bandingkan dgn Buddhism, yg KETIDAKMELEKATAN, ga pake “tapi2”, ga ada pengecualian, original...
yah tentunyah akan "liat konteks ; urgent"..
Bhikkhu diizinkan meminta produk hewani klo dy sakit, dan tidak ada jalan lain u/ penyembuhan diri...memang konteksnya urgent...milih sembuh tp melanggar sesuatu yg nantinya bs dilatih lagi, atau milih mati?
Perbandingan harus berani apple to apple, org dlm keadaan sehat walafiat...masa kyk mental pengecut sih berani adu ama org sakit doank?
Nah utk itu, apakah masalah SEX dan makan daging sehari2, begitu urgent di ajaran Anda? Klo ga melakukannya, bisa mati? Ya ga usah dijwb, jawabannya krn kodrat...jd kodrat Anda itu adalah termasuk nafsu duniawi yg ga mungkin dilenyapkan, dan hanya dpt dibatasi...nyambungkah ini dengan pernyataan: fana yg berarti lenyapnya hawa nafsu, n blah blah blah dpt direalisasi sekarang jg?
Koreksi:setelah ngobrol sejauh ini, sy mendapati Nibbhana dan fana (dkk) adalah berbeda, kemiripan MUNGKIN ada, perbedaannya bukan ada/tidak ada pencipta, melainkan bergantung/tidak pd sosok Penciptalha kan uda jelas perbedaannyah,muslim menghargai pencipta..dan karena buddhis gak mengakui pencipta yah kan balik lagi ke "nibbhana dan fana punya kemiripan,perbedaan ada di satu titik,pencipta"..
Pengertian Nibbhana spt itu ga ada sangkut pautnya sama ada-tidaknya/diakui-atau-tidak diakuinya Pencipta...klo pun ada pencipta, maka ketidakmelekatan jg berlaku utk si pencipta...yg jadi perbedaan damai kita adlh, damaiku ga bergantung sama siapa2 kecuali diri sndri, damai Anda bergantung pd sosok lain...
Nibbhana adalah tidak adanya ketidakmelekatan thd apapun
Fana adalah apa yaaa...sy juga bingung, penjelasannya selalu ditambal2 sih...kemelekatan pd Allah, kodrat yg diturunkan Allah, termasuk hawa nafsu duniawi/indrawi semata...Perhatikan sy pakai “kemelekatan” bukan tdk melekat....drpd kita bilang tidak melekat, kecuali a, b, c, d, sampai y...lebih baik kita bilang melekat pd Z saja...bukan begitu?
karena melekatnya itu masih ada, biarpun cuman 1, dr logika rasional...maka minimal ada satu perasaan yg muncul ketika yg dimelekatinya itu hilang...
misal: yg dimelekati adlah kodrat beristri, melekat pd istri, ketika istri mangkat, maka muncul perasaan sedih, meski itu pake ngeles sedihnya karena cemas di hadapan allah ntar blah blah...ya tetap aja judulnya melekat/sayang sama istri...klo sayang psti sedih, ga bisa emotionless...
Dan Nibbhana menurt istilah Anda adalah nihil, kelakukan org yg ud Nibbhana spt robot kata Anda...
kesimpulan: sy tidak melihat kemiripan yg berarti dan tetap teguh kedamaian yg tdk bergantung pd sosok siapapun, apapun, adalah kedamain tertinggi...klo Anda berbeda pandangan ya silakan...cuman lain kali jgn disamakan dengan kedamain tertinggi “nibbhana” di kami...sehingga nntinya ga ada muslim spt bro Oon yg jd bingung dan malah marah2 ke saya, emanknya ada damai yg ga bahagia....
Tdk ada nibbhana yg ditafsirkan satu begini, ditafisirkan yg lain begono...tidak ada perbedaan penafsiran, karena sebetulnya yg dibicarkan adalah 2 atau 3 atau 4 hal yang memang berbeda. Mereka cuman mirip...dan lebih lengkapnya ud sy jabarkan di atas...siddharta bebas mengatakan apa ajah karena pada dasarnyah konsep ada pencipta uda ditolak..jadi dari dukkha/nibbhana dan banyak hal yah bakal ada perbedaan dengan yahudi-kristen-islam dan semua perbedaan itu bermuara pada satu titik,pencipta..
Pengertian derita, asal derita, terhentinya derita (nibbhana), jalan mengakhira derita, bahkan ga ada sangkut pautnya sama sekali dengan Pencipta...apakah karena Siddharta menolak Pencipta, jadi derita/dukkha adalah spt yg dikenal kini dlm Kesunyataan Mulia I? Ga ada hubungannya kaleeee....derita/dukkha adalah derita/dukkha krn memang spt itu adanya, tanpa bias ada pencipta maupun tdk ada pencipta...
Jangan cap org dr atheis atau theis-nya atau tdk dua2nya dia, tp dari kebenaran intisari ajarannya...apabila isinya benar dan real, tdk ada alasan utk menolaknya meski dy theis/atheis/tdk dua2nya...
hahaha..
ketika sayah menjawab berdasarkan al quran dan hadits,anda berkesimpulan ;
Agama Anda : tdk dpt dianalisis dengan potensi diri yg nyata
Jawaban al quran dan hadits kan emang basisnya PERCAYA/IMAN/YAKIN, ya tdk dpt dianalisis dengan potensi diri/akal a.k.a tahayul yg diimani
Saya salut Anda berani mengakuinya mungkin sbg muslim yg pertama yg pernah sy jumpai, sayangnya salut saya ini berkurang karena Anda tdk rela klo dibilang Anda ‘membabi buta’ sendiri...makanya Buddha harus kena seret, krn itu kenyataannya (mungkin ini pikiran Anda)
Sayang sekali, Buddha itu lbh dari skadar agama, atau sistem kepercayaan, Buddhism itu udah dikenal di mana2 sbg FILSAFAT...
Ketika satu hal yg gak diajarkan Buddha, lantas sbg muridnya saya diam>>>anda bilang ini tahayul...padahal kami tdk berbicara sepatah katapun....lalu ini derita siapa? Bukan derita daku dan guruku dunx...ketika anda menjawab pertanyaan sayah,dan karena satu hal gak diajarkan siddharta dan ada satu hal yang diajarkan,sayah juga berkesimpulan ;
budha : tdk dpt dianalisis karena bercampur dengan tahayul
Ketika satu hal yg diajarkan dan dibilang utk sampai sana hrs pake step2nya>>>anda bilang tdk dpt dianalisis atau tahayul...benar>>>siapa suruh melompat2 dari SD langsung kuliah? Dan siapa yang meminta Anda mencampur2kan intisari dan ‘aksesoris’, utk memahami intisari?
Lagipula kalau mw menghakimi, pakai nalar/kalimat yg OK dunx, baca lagi deh di atas...ketika Emiliana menjwb karena satu hal yg gak ada, dan satu hal yg ada...>>>bikin bingung ga sih? Harus dibreak down kyk di atas dulu...
Anda melihat lubang Anda sebagai bukan lubang, pdhal org lain (saya n pihak ke-III) bilang itu lubang>>>karena Anda buta dengan cintayup..ketika anda melihat tidak ada lubang,justru sayah melihat ada lubang..
Saya di lain pihak, bkn org yg mabuk dgn cinta, penilaian sy adalah seobjektif yg saya mampu, ketika Anda melihat lubang pada sesuatu yg BUKAN LUBANG pd ajaran saya, dan orang lain pun melihatnya juga sbg BUKAN LUBANG>>>sumber kekeliruan bukan di ajaran saya, melainkan DIRI ANDA yg terbutakan oleh rasa cinta...
Mksd kasar saya, saya berani mengatakan pd org yg benar2 bijaksana, baik itu Islam/Kristen/Yahudi/Animisme/Dinamisme/Kong Ho Cu, dy akan sepakat dengan 4 Kebenaran Arya Sang Buddha...lho kok bisa ya? Sebab Buddhism itu filsafat, bro...
Terakhir diubah oleh Emiliana tanggal Mon Jul 15, 2013 7:32 pm, total 4 kali diubah
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
Abu Hanan wrote:Emiliana wrote:Jelaskan dan bawa ke saya artikel/penjabaran/tulisan orang lain di mana penjelasan 31 Alam Kehidupan yg merungsup masuk ke pembahasan 4 Kesunyataan Mulia...
http://jindeyuan.org/tag/siddharta
Pada langkah terakhir, dengan tangan kanan menunjuk ke langit & tangan kiri menunjuk ke bumi, bayi tersebut mengumandangkan suaranya dengan lantang : “Akulah yang teragung di antara langit & bumi. Aku datang dari Surga Tusita. Aku datang untuk membabarkan rahasia-rahasia alam semesta & kebenaran tentang kehidupan, guna membebaskan makhluk hidup dari penderitaan. Inilah kelahiranku yang terakhir di dunia ini!”
http://dhammaduta.wordpress.com/2012/10/21/alasan-banyak-agama/
Tidak lama setelah Siddharta berhasil mencapai kebuddhaan, Sang Buddha kemudian berniat untuk pergi ke Surga Kedua dari sistem dunia ini yang bernama Tavatimsa (Sistem dunia lain mungkin namanya berbeda). Tujuan Sang Buddha ke sana ada 2: Pertama, berniat untuk mengajarkan Dhamma kepada mantan ibu, sebagai balas budi karena telah merawat Siddharta selama beberapa hari sebelum akhirnya meninggal dunia
A. 11 Kamma Bhumi yaitu 11 alam kehidupan dimana makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu-nafsu indera dan terikat dengan panca indera
B. 16 Rupa Bhumi yaitu 16 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Rupa Jhana
C. 4 Arupa Bhumi yaitu 4 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana -
http://tipitakapali.blogspot.com/2011/10/31-tigapuluh-satu-alam-kehidupan-dalam.html#sthash.Dhf8miUb.dpuf
Anda baca ga sih, permintaan saya? Sy bilang artikel yg membahas khusus 4 Kesunyataan Mulia, yg di dalamnya disangkut-pautkan dengan 31 Alam Kehidupan...contoh sumber yg saya minta adalah spt berikut:
http://www.laskarislam.com/t1226-4-kebenaran-arya
klo campursari atau penjelasan historis Siddharta Gautama mah psti ada semuanya itu, termasuk 4 Kesunyataan Mulai berlaku 31 Alam Kehidupan...atau penjelasan 31 Alam Kehidupan itu sndri. Ngapain sy minta Anda carikan link?
Fokusnya sy sekrg kan ksh lihat ama sampeyan: adakah Penjelasan ttg 31 Alam Kehidupan yg nyolong masuk ke detail penjelasan Kesunyataan Mulia I, II, III, dan IV? Contoh Bung Gravelord sama sekali ga bilang soal 31 Alam Kehidupan tuh di thread atas...apa namanya ini klo bkn aksesoris?
Utk dari itu sila bw ke saya 1 link aja klo ada...
Trus...
Kelahiran di Tusita emank bisa dijamin itu kelahiran yg pertama? ga dibilang ah di kalimat itu....
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
@sis emil
yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin.kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan..(jadi inget puasa level tinggi nih..jauhkan diri dari membayangkan meski baru membayangkan/berkhayal..)
masih "berfantasi/membayangkan" ajah uda dapat celaan..
nah berarti perumah tangga (bila uda tua dan keinginan itu uda gak ada karena pasangan uda reot dan anak uda pada gede) bisa menjadi bikkhu?
kewajiban; tugas hidup; kebajikan (nomina)
dharma adalah suatu kewajiban luhur, yang memang tercakup dalam agama maupun di luar agama itu sendiri. Karena semua kewajiban baik kewajiban yang bersifat material (fisik) maupun immaterial (rohani), adalah dharma selama ia berlandaskan, berpedoman, berpegangan dan berpatokan pada veda itu sendiri.
dharma itu sebuah kewajiban..ntar ada yang bilang jiplak..sedangkan kata "dharma" uda diserap basa nasional menurut kkbi,sebuah istilah yang diambil dari bahasa Sanskerta dan arti dasarnya adalah kewajiban, aturan dan kebenaran..
kalow sayah katakan amal sholeh itu ibarat JMB 8,ntar dibilang skandal..sayah pake dharma ntar hindu keberatan..sedangkan muslim PASTI tau bahwa amal sholeh gak bisa lepas dari iman..setiap mukmin wajib beramal sholeh..apakah ada iman tetapi gak beramal sholeh?ada..iblis..
coba deh anda perhatikan baek2..
coba deh yang anda kamsut KITA pada kalimat itu gak ada..apakah nibbhana masih ada?
nih kisahnyah manusia uda gak ada lagi..
keinginan kan di dalam hati,sedangkan tidak menikah adalah teknis..semisal muslim sholat maghrib,tetapi apa ada jaminan kalow dia waktu sholat bebas dari ngelamun (bisikan hati uda sayah itung melamun)?
misal nih di dalam tubuh manusia ada 100 nafsu..50 duniawi dan 50 akhirat..
lalu dengan sejumlah latihan/riyadhoh maka yang duniawi bisa ditekan sampe 20..jadi komposisi menjadi 20:80..dan seterusnyah hingga 0.01 ; 99.99..karena lenyap sama sekali adalah mustahil selama manusia masih bernafas..
tentu ada tahapan untuk menjelaskan..perbedaan di satu titik itulah perbedaan yang mendasar..karena ibarat pohon beringin..makin ke atas akan makin menganga..
kemiripan nibbhana dengan fana adalah ; tidak tergantung pada hawa nafsu,tetapi menundukkan hawa nafsu..ke-tidak melekat-an fana adalah pada hawa nafsu dan 'aku (hartaku-milikku)",melihat segala sesuatu adalah ada allah di baliknyah dan kalow nibbhana adalah melihat segala sesuatu dengan tidak ada apa2 dibalik segala sesuatu (tidak ada inti)..
mengafa sayah harus membawa anda ke surga-neraka buddhism?
ada perbedaan antara konsep setelah mati antara islam dengan buddha..31 alam kehidupan (yang didalamnya ada surga-neraka versi buddhism) juga dikenal dengan bentuk dan istilah lain dalam islam..dan alam2 itu juga ehipassiko..bedanyah,surga-neraka islam gak bakal ditemui kalow belum kiamat..
kan uda dari awal sayah katakan "ada kodrat yang harus dihargai"..cuman anda bertanya diantara dihilangkan dan dikendalikan..nah kalow dikendalikan itu uda bener2 bisa minimalisir berarti anda tentu uda paham ketika sayah tulis ;Di sisi lain, tambah lagi ya penjelasan fana, thd yg “suka” bukan “wajib”...ntar di bawah ada tambahan lagi tuh
Ya klo sdh gitu, kan lbh baik Anda bilang dr awal, ga usah bilang: bisa kok, bisa kok....tambal sana-sani ujung2nya hanya bisa setelah mati.
yang sadar setiap saat, tanpa kekotoran batin.kekotoran batin mencakup semua pikiran yang penuh dengan keserakahan, kebencian dan ketidaktahuan/kekelirutahuan..(jadi inget puasa level tinggi nih..jauhkan diri dari membayangkan meski baru membayangkan/berkhayal..)
masih "berfantasi/membayangkan" ajah uda dapat celaan..
lha terus atas karma yang bugimanah supaya seseorang dapat dilahirkan dari ortu yang kasi ijin jadi bikkhu?
kok disebut berkorban? Emangnya si bhiksu itu minta dilahirin jd anak pasangan itu? Siapa yg jadi pelaku, siapa yg jd korban?
nah berarti perumah tangga (bila uda tua dan keinginan itu uda gak ada karena pasangan uda reot dan anak uda pada gede) bisa menjadi bikkhu?
http://www.kamusbesar.com/8005/darmasekarang amalan sholeh adalah dharma....? Sy ga tau gmana reaksi muslim yg lain, sy luruskan dulu dharma itu tentunya bukan Buddha Dharma..
kewajiban; tugas hidup; kebajikan (nomina)
dharma adalah suatu kewajiban luhur, yang memang tercakup dalam agama maupun di luar agama itu sendiri. Karena semua kewajiban baik kewajiban yang bersifat material (fisik) maupun immaterial (rohani), adalah dharma selama ia berlandaskan, berpedoman, berpegangan dan berpatokan pada veda itu sendiri.
dharma itu sebuah kewajiban..ntar ada yang bilang jiplak..sedangkan kata "dharma" uda diserap basa nasional menurut kkbi,sebuah istilah yang diambil dari bahasa Sanskerta dan arti dasarnya adalah kewajiban, aturan dan kebenaran..
kalow sayah katakan amal sholeh itu ibarat JMB 8,ntar dibilang skandal..sayah pake dharma ntar hindu keberatan..sedangkan muslim PASTI tau bahwa amal sholeh gak bisa lepas dari iman..setiap mukmin wajib beramal sholeh..apakah ada iman tetapi gak beramal sholeh?ada..iblis..
walah jeng..ada kata "disini" dan "di trit ini"..dan itulah kenafa sayah gak diprotes muslim yang lain karena ada kata DISINI dan di TRIT INI..apa kamsutnyah sayah?yah cuman disini..kalow muslim malas dan gak ingin tau yah itu urusan dia..karena islam gak kasi tempat buat orang malas mikir..kalow malas baca sih oke lah..Maka supaya saya dan org lain (muslim ataupun bkn) spy ga bingung2, sy anjurkan ubah definisi amalah sholeh menjd SEPERTI (bs sama atau disesuaikan) berikut:
membangkitkan amalan sholeh adalah dengan bertafakur/berpikir/merenung tentang hakekat..pada potensi diri yang senantiasa mengingat/berpaham pada rahmat, kuasa, dan segala pengetahuan ttg Allah... Hasilnya tidak ada muslim yg meninggalkan islam, klo beramalan sholeh dgn benar sesuai definisi ini...:)
coba deh anda perhatikan baek2..
lha kan sayah katakan ; manusia bukan siddharta atow buddha atow siapa ajah..
dan kita pun bertujuan menuju pantai seberang itu
coba deh yang anda kamsut KITA pada kalimat itu gak ada..apakah nibbhana masih ada?
nih kisahnyah manusia uda gak ada lagi..
salah..justru sayah ulang2 pertanyaan sampe penjawab bosen kan untuk meyakinkan diri sayah sendiri bahwa kesimpulan awal (pemikiran sayah sebelum bincang2 dimulai) adalah butuh "legalisasi"..bahwa buddhis tidak dapat menghentikan kematian meskipun ber-ide "gak ada tuhan/pencipta"..Semakin jelas jgn2 tulisan sy yg pjg2 sebelumnya ga dibaca...
benarkah ada sesuatu yang tiba2 ada?Benarkah ada sesuatu yg tiba2lenyap?
owh..hahaha..buginih,mengafa sayah memilih gak apple to apple?URGENT..karena sayah gak tau ; mengafa ada perbedaan aturan di tiap negara..jadi bukan urgensinyah tetapi sejauh mana keadaan tiap negara bisa membatasi masalah penyimpanan obat2an?apakah berdasarkan sutta sidharta atow gimanah?Bhikkhu diizinkan meminta produk hewani klo dy sakit, dan tidak ada jalan lain u/ penyembuhan diri...memang konteksnya urgent...milih sembuh tp melanggar sesuatu yg nantinya bs dilatih lagi, atau milih mati?
semisal seseorang itu gak pengen nikah..apakah itu berarti dia sukses melenyapkan "keinginan"?Klo ga melakukannya, bisa mati? Ya ga usah dijwb, jawabannya krn kodrat...jd kodrat Anda itu adalah termasuk nafsu duniawi yg ga mungkin dilenyapkan, dan hanya dpt dibatasi
keinginan kan di dalam hati,sedangkan tidak menikah adalah teknis..semisal muslim sholat maghrib,tetapi apa ada jaminan kalow dia waktu sholat bebas dari ngelamun (bisikan hati uda sayah itung melamun)?
misal nih di dalam tubuh manusia ada 100 nafsu..50 duniawi dan 50 akhirat..
lalu dengan sejumlah latihan/riyadhoh maka yang duniawi bisa ditekan sampe 20..jadi komposisi menjadi 20:80..dan seterusnyah hingga 0.01 ; 99.99..karena lenyap sama sekali adalah mustahil selama manusia masih bernafas..
kan sayah gak bilang sama persis,tetapi identik-mirip..serupa tapi tak sama..sama tapi tak serupa...cuman lain kali jgn disamakan dengan kedamain tertinggi “nibbhana” di kami...
tentu ada tahapan untuk menjelaskan..perbedaan di satu titik itulah perbedaan yang mendasar..karena ibarat pohon beringin..makin ke atas akan makin menganga..
kemiripan nibbhana dengan fana adalah ; tidak tergantung pada hawa nafsu,tetapi menundukkan hawa nafsu..ke-tidak melekat-an fana adalah pada hawa nafsu dan 'aku (hartaku-milikku)",melihat segala sesuatu adalah ada allah di baliknyah dan kalow nibbhana adalah melihat segala sesuatu dengan tidak ada apa2 dibalik segala sesuatu (tidak ada inti)..
justru itu mengapa judul trit adalah "tentang siddharta"..bukan buddha sebagai filsafat atow agama atow sistem hukum..tetapi segala perkataan siddharta..makanya Buddha harus kena seret, krn itu kenyataannya (mungkin ini pikiran Anda)..
mengafa sayah harus membawa anda ke surga-neraka buddhism?
ada perbedaan antara konsep setelah mati antara islam dengan buddha..31 alam kehidupan (yang didalamnya ada surga-neraka versi buddhism) juga dikenal dengan bentuk dan istilah lain dalam islam..dan alam2 itu juga ehipassiko..bedanyah,surga-neraka islam gak bakal ditemui kalow belum kiamat..
iyah lah..moso ada orang mau bilang "kecap sayah nomor 11"..
Saya di lain pihak, bkn org yg mabuk dgn cinta, penilaian sy adalah seobjektif yg saya mampu, ketika Anda melihat lubang pada sesuatu yg BUKAN LUBANG pd ajaran saya, dan orang lain pun melihatnya juga sbg BUKAN LUBANG>>>sumber kekeliruan bukan di ajaran saya, melainkan DIRI ANDA yg terbutakan oleh rasa cinta...
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Halaman 5 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Similar topics
» SIDHARTA GAUTAMA versus YESUS KRISTUS
» Abu Hanan dan Semua yang Bisa Berbahasa Arab. Manuskrip Coranica.
» abu hanan vs duren tentang tauhid islam vs tauhid yahudi
» Iman beri keberanian untuk ambil resiko besar - Ps. Indri Gautama
» lagu kerukunan agama [untuk semua agama-agama di Indonesia dan biarlah juga untuk dunia]
» Abu Hanan dan Semua yang Bisa Berbahasa Arab. Manuskrip Coranica.
» abu hanan vs duren tentang tauhid islam vs tauhid yahudi
» Iman beri keberanian untuk ambil resiko besar - Ps. Indri Gautama
» lagu kerukunan agama [untuk semua agama-agama di Indonesia dan biarlah juga untuk dunia]
Halaman 5 dari 6
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik