Muhammad Berusaha Bunuh Diri

Dalam Sura 93:3 kita membaca: “Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”.

Al-Baidawi mengatakan, “... Diriwayatkan bahwa wahyu tidak turun kepadanya selama beberapa hari, dan para penyembah berhala mengatakan bahwa Tuhan yang disembah Muhammad telah meninggalkannya dan membencinya. Ayat ini turun untuk menyanggah apa yang mereka katakan”.

Para cendekiawan Muslim mengatakan bahwa ketika Muhammad berhenti menerima wahyu, setelah kematian Waraqa Ibn Nawfal, ia teramat sangat berduka sehingga suatu ketika ia pergi pagi-pagi benar ke Yathbur, dan kemudian ke Hira, hendak menjatuhkan dirinya dari ketinggian, tetapi Jibril muncul di hadapannya dan berkata, “Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah”. Kemudian ia menjadi tenang, merasa lega dan kembali pulang. Tetapi ketika wahyu tidak turun lagi untuk jangka waktu yang lebih lama, ia kembali mengulangi skenario yang sama (hendak bunuh diri). Para analis mempunyai perbedaan pendapat mengenai durasi waktu tidak turunnya wahyu; Ibn Hajar al-‘Asqalani, dalam Fath al-Bari, mengatakan waktunya 3 tahun, sedangkan Abu al-Qasim al-Suhaii mengatakan, “Disebutkan dalam beberapa dokumentasi Hadith bahwa durasi terhentinya wahyu adalah dua setengah tahun”. Hafiz al-Suyuti mengatakan 2 tahun.

Kami bertanya:

Bagaimana seorang nabi dapat berusaha untuk bunuh diri? Pantaskah seorang nabi sejati berusaha untuk bunuh diri, hanya karena wahyu Tuhan berhenti turun? Quran dengan tegas berkata kepada Muhammad:

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati ... ” (Sura 18:6).

BELUM terjadi, maka perlu DIINGATKAN agar si nabi itu jangan sampai BUNUH DIRI
kasihan juga si nabi arab itu sampai stress MAU BUNUH DIRI