al mahdi sang pemimpin
Halaman 10 dari 14 • Share
Halaman 10 dari 14 • 1 ... 6 ... 9, 10, 11, 12, 13, 14
al mahdi sang pemimpin
First topic message reminder :
Dari Ali ra., ia berkata : Rosulullah saw bersabda :
“Al Mahdi itu dari golongan kami, Ahli Bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam.”
Mengenai hadits ini, Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, berkata : “Allah menerima taubatnya dan memberinya taufik, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian.”
Ciri-ciri
Tempat Muncul
Imam Mahdi dalam Taurat
Berita tentang kedatangan Imam Mahdi telah disebutkan dalam Taurat, yaitu dalam kitab Ulangan pasal 33 ayat 1-3 :
“Inilah berkat yang diberikan Musa, Hamba Allah itu, kepada orang Israel sebelum ia wafat. Berkatalah ia : “Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir ; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus ; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus ..”
Dari teks Taurat di atas menjelaskan tentang wasiat terakhir nabi Musa as sebelum beliau meninggal dunia. “Tuhan datang dari Sinai” maksudnya Allah mengutus rasul-Nya yaitu Nabi Musa as. Kemudian setelah itu Allah mengutus nabi Isa as di Seir yaitu di Nazaret di sebelah utara Yerusalem yang disebut dengan “terbit kepada mereka dari Seir”, setelah itu Allah mengutus Nabi Muhammad saw yang disebut dengan “Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran”. Dengan diutusnya Nabi Muhammad maka agama Allah akan bersinar/memancar keseluruh alam/dunia. Pegunungan Paran adalah pegunungan di Mekkah di Jazirah Arab. Orang yahudi mengartikan “Pegunungan Paran” adalah “tahi lalat”, hal ini dilakukan agar mereka tidak terjebak pada pengakuan kepada Nabi Muhammad. Hal ini merupakan kesombongan orang Yahudi untuk menutup-nutupi berita tentang kenabian Nabi Muhammad yang muncul di pegunungan Paran, Mekkah.
Bila orang Yahudi menafsirkan Pegunungan Paran dengan pegunungan di Mekkah, maka mereka harus mengakui kenabian Nabi Muhammad, hal ini adalah suatu hal yang tidak mereka inginkan.
Bukti bahwa Pegunungan Paran adalah pegunungan di Mekkah, dapat diketahui dari Taurat sendiri, yaitu pada kitab Kejadian pasal 21 dengan judul “Abraham mengusir Hagar dan Ismael”, yaitu ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismael di Mekah yang tandus sehingga mereka berdua kehausan sampai Ismail menangis :
“ Allah mendengar suara anak itu,. Lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, katanya kepadanya : “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Jangan takut, sebab Allah tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur ; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum . Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka ia tinggallah di padang gurun Paran , dan ibunya mengambil seorang istri baginya dari tanah Mesir.”
Dari teks tersebut, orang Yahudi tidak bisa membantah kenyataan bahwa Pegunungan Paran adalah kota Mekkah, tempat diutusnya Nabi Muhammad saw juga tempat menetapnya Hajar dan Ismai, yang di situ Allah munculkan sumur (Air Zam Zam).
Setelah mengutus Nabi Muhammad saw, maka Allah akan mengutus Imam Mahdi. Tentang kedatangan Imam Mahdi dikatakan : “….datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya, tampak kepada mereka api yang menyala”. Imam mahdi akan muncul dari puluhan orang kudus, yaitu puluhan ribu orang yang sedang melaksanakan ibadah Haji, di musim Haji. Dibaiat di sebelah kanan Ka’bah yaitu rukun yamani (kanan = Yamin, Yamani - bhs arab), tepatnya di antara rukun yamani dan maqom Ibrahim. Hal tersebut sesuai dengan hadits - telah bersabda Rosulullah saw : “Akan dibaiat seorang laki-laki antara maqam Ibrahim dengan sudut ka’bah.”
Ibnu Katsir dalam An-Nihaayah Fil Fitan wal Malaahim, dalam bab yang berjudul “Al Mahdi adalah salah seorang Khulafaur Rasyidin” menuliskan : Dari Ummu Salamah, istri Nabi dari Nabi beliau bersabda : “Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Mekah. Kemudian ia didatangi oleh penduduk Mekkah dan dikeluarkan dari tempat tinggalnya setelah itu mereka membaiatnya di suatu tempat di antara Rukun Ka’bah dan Maqam Ibrahim, sedang ia membenci hai itu…..”
Al Mahdi adalah termasuk dari 12 khalifah yang dinubuatkan Rasulullah, yang mana setiap khalifah tersebut berasal dari keturunan Quraisy. Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim menuliskan hadist dari Jabir bin samurah , dari Rasulullah : “Bahwasanya agama ini akan senantiasa tegak hingga kalian dipimpin oleh 12 khalifah yang mana umat taat kepada mereka”. Dan dalam riwayat lain mengatakan, “Mereka seluruhnya berasal dari Quraisy”. Mengenai hal ini, Taurat kitab Genesis (Kejadian) 17 : 20 juga menyebutkan tentang 12 khalifah /pemimpin tresebut “Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar”.
Allah menjanjikan Khalifah dari Quraisy yang akan menaklukkan Yerusalem. Berkaitan dengan Quraisy ini maka Taurat kitab Yesaya dengan Judul “Tuhan Memakai Koresy sebagai Alat-Nya” mengatakan “…Akulah yang berkata tentang Koresy (Quraisy) : Dia gembalaku-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem : Baiklah ia dibangun! Dan tentang Bait Suci : Baiklah diletakkan dasarnya!” - Dalam kitab itu dilanjutkan ....Beginilah firman Tuhan : “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresy yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup: Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung , hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi . Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi”.
Dalam teks Taurat di atas terdapat nubuah tentang kemenangan demi kemenangan yang dicapai oleh Al Mahdi yang termasuk keturunan suku Quraisy. Pembangunan kembali Yerusalem dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khotob (termasuk Khulafaur rasyidin keturunan bani Quraisy) setelah Umar merebutnya dari tangan Romawi pada abad-abda pertama Hijrah. Hal ini akan terjadi juga pada jaman Al Mahdi, Yerusalem akan ditundukkan oleh Al Mahdi, yang juga termasuk khalifah Quraisy. Kemudian al Mahdi akan membangun kembali Yerusalem menjadi ibu kota kekhalifahan, membangun kembali Masjidil Aqsha yang dulu merupakan tempat Rasulullah saw menjalani Isra’ Mi’raj.
Dalam Taurat kitab Yesaya 41 : 1 – 5 digambarkan tentang seorang pembebas dari timur yang sifat-sifatnya seperti Al Mahdi dan kaum Muslimin, dengan diberi judul “Tuhan Membangkitkan Seorang Pembebas” : “Dengarkanlah Aku dengan berdiam diri, hai pulau-pulau; hendaknya bangsa-bangsa mendapat kekuatan baru! Biarlah mereka datang mendekat, kemudian berbicara; baiklah kita tampil bersama-sama untuk berpekara! Siapakah yang menggerakkan dia dari timur , menggerakkan dia yang mendapat kemenangan di setiap langkahnya, yang menaklukkan bangsa-bangsa ke depannya dan menurunkan raja-raja? Pedangnya membuat mereka seperti debu dan panahnya membuat mereka seperti jerami yang tertiup. Ia mengejar mereka dan dengan selamat ia melalui jalan yang belum pernah diinjak kakinya. Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semua itu? Dia yang dari dahulu memanggil keturunan-keturunan, Aku, Tuhan, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap dia juga. Pulau-pulau telah melihatnya dan menjadi takut, ujung-ujung bumipun menjadi gemetar; mereka datang dan makin mendekat”.
Tanda-tanda kemunculan Al Mahdi
Terdapat beberapa tanda yang berkaitan dengan kemunculan Al Mahdi. Tanda-tanda tersebut dapat digolongka menjadi 3 bagian, yaitu : Tanda-tanda sebelum kemunculan; tanda-tanda ketika kemunculan; dan tanda-tanda setelah kemunculan Al Mahdi.
Tanda-tanda Sebelum kemunculan Al Mahdi
Terdapat beberapa tanda sebelum munculnya Al Mahdi pemimpin kaum muslimin, yaitu Irak dan Syam diboikot oleh Rum, Kehancuran Iraq, Wafatnya seorang Khalifah yang susul dengan perselisihan antara putra-putra khalifah, dunia berada dalam kezholiman.
Irak dan Syam diboikot oleh Rum
Salah satu tanda telah dekatnya kedatangan Imam Mahdi adalah Irak dan Syam diboikot oleh Romawi (Amerika Serikat dan Eropa). Setelah pemboikotan Irak dan Syam, maka Imam Mahdi akan muncul . Dari Jabir, telah bersabda Rasulullah saw : “Hampir saja tidak boleh dibawah ke negeri Irak secupak makanan atau sebuah dirham”, kami (sahabat) bertanya : “Siapa yang melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang-orang ‘ajam (non Arab) yang melarang hal tersebut”. Kemudian beliau saw berkata : “Hampir saja tidak boleh dibawa secupak makanan atau sebuah dinar kepada penduduk Syam ”, kami bertanya : “Siapa yang melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab :”Orang-orang Rum. ” kemudian ia (Jabir) diam sejenak dan berkata : Telah bersabda rasulullah saw : “Pada akhir umatku akan ada seorang khalifah yang melimpahkan harta selimpah-limpahnya dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya.”
Saat ini tengah terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (Romawi) dan sekutu-sekutunya terhadap negara Irak, sehingga bahan makanan, obat-obatab dan uang sulit masuk ke Irak. Banyak bayi kelaparan. Sebelumnya, Amerika telah menghancurkan daratan Irak dengan senjata-senjata beratnya.
Setelah Irak, maka boikot akan dilakukan terhadap Syam (Syiria, Palestina, Yordan, Libanon); dan saat ini di negara Palestina terjadi kesulitan makanan dan obat-obatan, hal ini dilakukan oleh Israel yang didukung oleh Amerika Serikat. Jika melihat kondisi politik Timur Tengah saat ini (tahun 2002) ada kemungkinan pemboikotan terhadap Palestina akan diperketat dan hal ini akan di alami juga oleh negara Libanon, Syiria, dan Yordan. Hal ini menandakan waktu munculnya Imam Mahdi sudah di ambang pintu!
Kehancuran Iraq
Saat ini, tahun 2002 mulai ada usaha lagi untuk menghancurkan Iraq oleh Amerika Serikat. Amerika mencoba intrik-intrik untuk membangkitkan perlawanan Iraq, agar Amerika mempunyai alasan untuk menghancurkannya. Hal ini merupakan sekenario yang dirancang Amerika dan Israel. Agar dengan intrik-intrik tersebut, Iraq terpancing untuk menyerang Israel. Dengan begitu ada alasan bagi Amerika untuk mendatangkan bantuan militer kepada Israel, untuk sebuah kepentingan besar di masa depan, merealisasikan Impian bagi Erezt Israel (Israel Raya), yang akan mencaplok Libanon, Sinai, Syiria dan Yordan.
Wafatnya seorang Khalifah yang susul dengan perselisihan antara putra-putra khalifah
Beberapa saat sebelum Allah memunculkan Al Mahdi, terdapat tanda-tanda yang mengisyaratkan kemunculan Al Mahdi sudah dekat, yaitu adanya kematian seorang khalifah yang disusul dengan timbulnya perselisihan di Jazirah Arab. Ketika Jazirah dilandan perselisihan maka saat itulah Al Mahdi dimunculkan oleh Allah swt. Dari Ummu Salamah, istri Nabi, dari Nabi beliau bersabda : “Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seseorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Mekah. Kemudian ia didatangi oleh penduduk Mekkah dan dikeluarkan dari tempat tinggalnya setelah itu mereka membaiatnya di suatu tempat di antara rukun Ka’bah dan maqam Ibrahim, sedang ia membenci hal itu”. Setelah itu dikirimlah pasukan dari Syam (untuk menyerangnya) namun pasukan itu dibinasakan oleh Allah di antara Mekkah dan Madinah serta di Maqam. Kemudian dikirim lagi pasukan dari Syam dan dibinasakan oleh Allah di antara Mekkah dan Madinah . Ketika manusia melihat hal itu maka ia didatangi oleh pemuka-pemuka negeri Syam dan Iraq untuk membai’atnya. Tak lama kemudian muncullah seorang laki-laki dari kaum Quraisy yang didukung oleh paman-pamannya yang gigih. Akhirnya laki-laki itu mengalahkan khalifah tersebut, itulah pasukan yang tangguh dan sungguh merugilah bagi mereka yang tidak sempat turut serta dengannya. Laki-laki itu membagi-bagikan harta benda serta mengamalkan sunnah nabinya dan meneguhkan Islam di muka bumi. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga akhirnya ia meninggal dan dishalati oleh kaum muslimin.”
Tanda-tanda Ketika Munculnya Al Mahdi
Banyaknya perselisian dan kegoncangan / gempa bumi. Imam Mahdi muncul pada saat penduduk bumi sedang dilanda perselisihan, banyak peperangan dan kegoncangan, penuh dengan penganiayaan dan kezholiman. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah : “Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya al Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya , dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)…….”
Bintang berekor. Munculnya bintang berekor atau yang biasa di sebut dengan komet merupakan tanda munculnya Al Mahdi. Sebagaimana dikabarkan dalam manuskrip-manuskrip kuno, “Seorang pemuda dari ka’bah Tuhan menguasai Al Arz dan Al Mujaddil dalam perang dunia yang mengerikan, dengan seluruh musuh yang bergabung. Telah dekat keluarnya bersama bintang yang mempunyai api dan lidah api. Dan tandanya adalah kehancuran Iraq yang menggenaskan dalam perang dunia yang mengerikan, dan pemuda Tuhan itu sudah hampir keluar. Bencana di seluruh penjuru dunia Arab….” .Bintang yang mempunyai api dan lidah api’ adalah komet besar yang gerakannya bisa disaksikan oleh penduduk bumi dengan mata biasa. Masa kemunculan komet tersebut bersamaan dengan masa kemunculan Al Mahdi. Bisa bersamaan waktunya, bisa juga berselang beberapa hari atau bulan.
Dalam Taurat kita Ulangan 33:1-3 (seperti yang telah disebut di atas) : “.. dan (Al Mahdi) datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus (Jamaah haji); di sebelah kanan-Nya( di rukun yamani; Yaman = Yamin = kanan) tampak kepada mereka api yang menyala. Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus ..” Dalam teks tersebut terdapat kalimat ‘tampak kepada mereka api yang menyala’, hal ini bisa diartikan menjadi dua pengertian yaitu api yang muncul akibat perselisihan atau peperangan di Jazirah yang berakibat ladang atau kilang minyak hancur sehingga mengeluarkan gas yang berapi. Bisa juga api yang tampak di langit berupa bintang berekor.
Dalam sumber-sumber manuskrip kuno yang lain disebutkan : “Sesudah (munculnya) bintang dengan ekor besar, penduduk Yaman memberikan baiat kepada seorang pemuda dari Bait Al-Haram. Lalu pemuda itu menjadikan Yaman sebagai surga yang penuh kenikmatan”. Dalam manuskrip yang lain disebutkan juga : “….Orang-orang Yahudi dikalahkan oleh Pemimpin kaum Muslimin, yakni Al Mahdi, yang memiliki kekuasaan besar, dan pasukannya bergerak dari Makkah untuk melakukan penghancuran. Seluruh kekuasaannya diperoleh sesudah adanya ekor yang bercahaya. Kalimat yang tegas. Kekuasaannya meluas dari satu hari atas dataran yang jauh dan bagian barat Israel. Ia menguasai dunia dalam beberapa bulan dan tahun, dan menjadi khadam bagi semua orang yang menyaksikan kehidupannya”.
Tanda-tanda Setelah Munculnya Al Mahdi
Penenggelaman Pasukan. Setelah dibai’atnya Al Mahdi maka terdapat pihak-pihak yang pro dan kontra, ada yang mendukung dan ada yang tak suka. Golongan yang tak suka terhadap Al Mahdi maka mereka akan menyusun kekuatan untuk menghancurkannya. Satu pasukan dari Syam datang ke Jazirah untuk memerangi Al Mahdi dan pengikutnya. Tetapi ketika pasukan itu sampai di gurun pasir diantara Madinah dan Mekkah maka pasukan itu dibinasakan dalam riwayat lain pasukan itu ditenggelamkan ke bumi. Peristiwa ini membuat mata dunia terbuka, sehingga berbondong orang berbaiat kepada Al Mahdi. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, Rasulullah saw. bersabda : “Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah), maka diutuslah suatu utusan untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu padang pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi.”
Datangnya dukungan dari timur
Al Mahdi akan mendapat pendukung dari kaum Muslimin wilayah timur. Mereka datang Jazirah dengan membawa tanda berupa bendera hitam. Rasululllah saw. bersabda : “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda : “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al Mahdi.” Dalam suatu hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abdullah, ia berkata, tatkala kami berada di sisi Rasulullah pada saat itu mata beliau mencucurkan air mata, dan berubah rona wajahnya, Abdullah berkata, maka aku berujar, kami melihat sesuatu di wajahmu, yang tidak kami inginkan, lalu beliau bersabda, “Bahwasanya Allah memilih buat keluarga akhirat daripada dunia, dan keluargaku setelah kepergianku akan mendapatkan bencana, penyingkiran dan pengusiran, hingga datang suatu kaum dari arah timur, mereka membawa bendera berwarna hitam, lalu mereka meminta roti namun tidak diberikan, lalu mereka memeranginya, dan mereka mengalihkannya, maka diberikanlah apa yang mereka minta tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka serahkan kepada seorang dari keluargaku, lalu ia memenuhi dengan keadilan sebagaimana meluasnya kekejian, barangsiapa diantara kalian yang mendapatkannya maka datangilah walaupun dengan cara merangkak di atas salju”.
Dari Ali ra., ia berkata : Rosulullah saw bersabda :
“Al Mahdi itu dari golongan kami, Ahli Bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam.”
Mengenai hadits ini, Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, berkata : “Allah menerima taubatnya dan memberinya taufik, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian.”
Ciri-ciri
Tempat Muncul
Imam Mahdi dalam Taurat
Berita tentang kedatangan Imam Mahdi telah disebutkan dalam Taurat, yaitu dalam kitab Ulangan pasal 33 ayat 1-3 :
“Inilah berkat yang diberikan Musa, Hamba Allah itu, kepada orang Israel sebelum ia wafat. Berkatalah ia : “Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir ; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus ; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala. Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus ..”
Dari teks Taurat di atas menjelaskan tentang wasiat terakhir nabi Musa as sebelum beliau meninggal dunia. “Tuhan datang dari Sinai” maksudnya Allah mengutus rasul-Nya yaitu Nabi Musa as. Kemudian setelah itu Allah mengutus nabi Isa as di Seir yaitu di Nazaret di sebelah utara Yerusalem yang disebut dengan “terbit kepada mereka dari Seir”, setelah itu Allah mengutus Nabi Muhammad saw yang disebut dengan “Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran”. Dengan diutusnya Nabi Muhammad maka agama Allah akan bersinar/memancar keseluruh alam/dunia. Pegunungan Paran adalah pegunungan di Mekkah di Jazirah Arab. Orang yahudi mengartikan “Pegunungan Paran” adalah “tahi lalat”, hal ini dilakukan agar mereka tidak terjebak pada pengakuan kepada Nabi Muhammad. Hal ini merupakan kesombongan orang Yahudi untuk menutup-nutupi berita tentang kenabian Nabi Muhammad yang muncul di pegunungan Paran, Mekkah.
Bila orang Yahudi menafsirkan Pegunungan Paran dengan pegunungan di Mekkah, maka mereka harus mengakui kenabian Nabi Muhammad, hal ini adalah suatu hal yang tidak mereka inginkan.
Bukti bahwa Pegunungan Paran adalah pegunungan di Mekkah, dapat diketahui dari Taurat sendiri, yaitu pada kitab Kejadian pasal 21 dengan judul “Abraham mengusir Hagar dan Ismael”, yaitu ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismael di Mekah yang tandus sehingga mereka berdua kehausan sampai Ismail menangis :
“ Allah mendengar suara anak itu,. Lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, katanya kepadanya : “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Jangan takut, sebab Allah tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur ; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum . Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka ia tinggallah di padang gurun Paran , dan ibunya mengambil seorang istri baginya dari tanah Mesir.”
Dari teks tersebut, orang Yahudi tidak bisa membantah kenyataan bahwa Pegunungan Paran adalah kota Mekkah, tempat diutusnya Nabi Muhammad saw juga tempat menetapnya Hajar dan Ismai, yang di situ Allah munculkan sumur (Air Zam Zam).
Setelah mengutus Nabi Muhammad saw, maka Allah akan mengutus Imam Mahdi. Tentang kedatangan Imam Mahdi dikatakan : “….datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya, tampak kepada mereka api yang menyala”. Imam mahdi akan muncul dari puluhan orang kudus, yaitu puluhan ribu orang yang sedang melaksanakan ibadah Haji, di musim Haji. Dibaiat di sebelah kanan Ka’bah yaitu rukun yamani (kanan = Yamin, Yamani - bhs arab), tepatnya di antara rukun yamani dan maqom Ibrahim. Hal tersebut sesuai dengan hadits - telah bersabda Rosulullah saw : “Akan dibaiat seorang laki-laki antara maqam Ibrahim dengan sudut ka’bah.”
Ibnu Katsir dalam An-Nihaayah Fil Fitan wal Malaahim, dalam bab yang berjudul “Al Mahdi adalah salah seorang Khulafaur Rasyidin” menuliskan : Dari Ummu Salamah, istri Nabi dari Nabi beliau bersabda : “Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Mekah. Kemudian ia didatangi oleh penduduk Mekkah dan dikeluarkan dari tempat tinggalnya setelah itu mereka membaiatnya di suatu tempat di antara Rukun Ka’bah dan Maqam Ibrahim, sedang ia membenci hai itu…..”
Al Mahdi adalah termasuk dari 12 khalifah yang dinubuatkan Rasulullah, yang mana setiap khalifah tersebut berasal dari keturunan Quraisy. Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim menuliskan hadist dari Jabir bin samurah , dari Rasulullah : “Bahwasanya agama ini akan senantiasa tegak hingga kalian dipimpin oleh 12 khalifah yang mana umat taat kepada mereka”. Dan dalam riwayat lain mengatakan, “Mereka seluruhnya berasal dari Quraisy”. Mengenai hal ini, Taurat kitab Genesis (Kejadian) 17 : 20 juga menyebutkan tentang 12 khalifah /pemimpin tresebut “Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar”.
Allah menjanjikan Khalifah dari Quraisy yang akan menaklukkan Yerusalem. Berkaitan dengan Quraisy ini maka Taurat kitab Yesaya dengan Judul “Tuhan Memakai Koresy sebagai Alat-Nya” mengatakan “…Akulah yang berkata tentang Koresy (Quraisy) : Dia gembalaku-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem : Baiklah ia dibangun! Dan tentang Bait Suci : Baiklah diletakkan dasarnya!” - Dalam kitab itu dilanjutkan ....Beginilah firman Tuhan : “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresy yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup: Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung , hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi . Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi”.
Dalam teks Taurat di atas terdapat nubuah tentang kemenangan demi kemenangan yang dicapai oleh Al Mahdi yang termasuk keturunan suku Quraisy. Pembangunan kembali Yerusalem dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khotob (termasuk Khulafaur rasyidin keturunan bani Quraisy) setelah Umar merebutnya dari tangan Romawi pada abad-abda pertama Hijrah. Hal ini akan terjadi juga pada jaman Al Mahdi, Yerusalem akan ditundukkan oleh Al Mahdi, yang juga termasuk khalifah Quraisy. Kemudian al Mahdi akan membangun kembali Yerusalem menjadi ibu kota kekhalifahan, membangun kembali Masjidil Aqsha yang dulu merupakan tempat Rasulullah saw menjalani Isra’ Mi’raj.
Dalam Taurat kitab Yesaya 41 : 1 – 5 digambarkan tentang seorang pembebas dari timur yang sifat-sifatnya seperti Al Mahdi dan kaum Muslimin, dengan diberi judul “Tuhan Membangkitkan Seorang Pembebas” : “Dengarkanlah Aku dengan berdiam diri, hai pulau-pulau; hendaknya bangsa-bangsa mendapat kekuatan baru! Biarlah mereka datang mendekat, kemudian berbicara; baiklah kita tampil bersama-sama untuk berpekara! Siapakah yang menggerakkan dia dari timur , menggerakkan dia yang mendapat kemenangan di setiap langkahnya, yang menaklukkan bangsa-bangsa ke depannya dan menurunkan raja-raja? Pedangnya membuat mereka seperti debu dan panahnya membuat mereka seperti jerami yang tertiup. Ia mengejar mereka dan dengan selamat ia melalui jalan yang belum pernah diinjak kakinya. Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semua itu? Dia yang dari dahulu memanggil keturunan-keturunan, Aku, Tuhan, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap dia juga. Pulau-pulau telah melihatnya dan menjadi takut, ujung-ujung bumipun menjadi gemetar; mereka datang dan makin mendekat”.
Tanda-tanda kemunculan Al Mahdi
Terdapat beberapa tanda yang berkaitan dengan kemunculan Al Mahdi. Tanda-tanda tersebut dapat digolongka menjadi 3 bagian, yaitu : Tanda-tanda sebelum kemunculan; tanda-tanda ketika kemunculan; dan tanda-tanda setelah kemunculan Al Mahdi.
Tanda-tanda Sebelum kemunculan Al Mahdi
Terdapat beberapa tanda sebelum munculnya Al Mahdi pemimpin kaum muslimin, yaitu Irak dan Syam diboikot oleh Rum, Kehancuran Iraq, Wafatnya seorang Khalifah yang susul dengan perselisihan antara putra-putra khalifah, dunia berada dalam kezholiman.
Irak dan Syam diboikot oleh Rum
Salah satu tanda telah dekatnya kedatangan Imam Mahdi adalah Irak dan Syam diboikot oleh Romawi (Amerika Serikat dan Eropa). Setelah pemboikotan Irak dan Syam, maka Imam Mahdi akan muncul . Dari Jabir, telah bersabda Rasulullah saw : “Hampir saja tidak boleh dibawah ke negeri Irak secupak makanan atau sebuah dirham”, kami (sahabat) bertanya : “Siapa yang melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Orang-orang ‘ajam (non Arab) yang melarang hal tersebut”. Kemudian beliau saw berkata : “Hampir saja tidak boleh dibawa secupak makanan atau sebuah dinar kepada penduduk Syam ”, kami bertanya : “Siapa yang melakukan itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab :”Orang-orang Rum. ” kemudian ia (Jabir) diam sejenak dan berkata : Telah bersabda rasulullah saw : “Pada akhir umatku akan ada seorang khalifah yang melimpahkan harta selimpah-limpahnya dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya.”
Saat ini tengah terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (Romawi) dan sekutu-sekutunya terhadap negara Irak, sehingga bahan makanan, obat-obatab dan uang sulit masuk ke Irak. Banyak bayi kelaparan. Sebelumnya, Amerika telah menghancurkan daratan Irak dengan senjata-senjata beratnya.
Setelah Irak, maka boikot akan dilakukan terhadap Syam (Syiria, Palestina, Yordan, Libanon); dan saat ini di negara Palestina terjadi kesulitan makanan dan obat-obatan, hal ini dilakukan oleh Israel yang didukung oleh Amerika Serikat. Jika melihat kondisi politik Timur Tengah saat ini (tahun 2002) ada kemungkinan pemboikotan terhadap Palestina akan diperketat dan hal ini akan di alami juga oleh negara Libanon, Syiria, dan Yordan. Hal ini menandakan waktu munculnya Imam Mahdi sudah di ambang pintu!
Kehancuran Iraq
Saat ini, tahun 2002 mulai ada usaha lagi untuk menghancurkan Iraq oleh Amerika Serikat. Amerika mencoba intrik-intrik untuk membangkitkan perlawanan Iraq, agar Amerika mempunyai alasan untuk menghancurkannya. Hal ini merupakan sekenario yang dirancang Amerika dan Israel. Agar dengan intrik-intrik tersebut, Iraq terpancing untuk menyerang Israel. Dengan begitu ada alasan bagi Amerika untuk mendatangkan bantuan militer kepada Israel, untuk sebuah kepentingan besar di masa depan, merealisasikan Impian bagi Erezt Israel (Israel Raya), yang akan mencaplok Libanon, Sinai, Syiria dan Yordan.
Wafatnya seorang Khalifah yang susul dengan perselisihan antara putra-putra khalifah
Beberapa saat sebelum Allah memunculkan Al Mahdi, terdapat tanda-tanda yang mengisyaratkan kemunculan Al Mahdi sudah dekat, yaitu adanya kematian seorang khalifah yang disusul dengan timbulnya perselisihan di Jazirah Arab. Ketika Jazirah dilandan perselisihan maka saat itulah Al Mahdi dimunculkan oleh Allah swt. Dari Ummu Salamah, istri Nabi, dari Nabi beliau bersabda : “Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seseorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Mekah. Kemudian ia didatangi oleh penduduk Mekkah dan dikeluarkan dari tempat tinggalnya setelah itu mereka membaiatnya di suatu tempat di antara rukun Ka’bah dan maqam Ibrahim, sedang ia membenci hal itu”. Setelah itu dikirimlah pasukan dari Syam (untuk menyerangnya) namun pasukan itu dibinasakan oleh Allah di antara Mekkah dan Madinah serta di Maqam. Kemudian dikirim lagi pasukan dari Syam dan dibinasakan oleh Allah di antara Mekkah dan Madinah . Ketika manusia melihat hal itu maka ia didatangi oleh pemuka-pemuka negeri Syam dan Iraq untuk membai’atnya. Tak lama kemudian muncullah seorang laki-laki dari kaum Quraisy yang didukung oleh paman-pamannya yang gigih. Akhirnya laki-laki itu mengalahkan khalifah tersebut, itulah pasukan yang tangguh dan sungguh merugilah bagi mereka yang tidak sempat turut serta dengannya. Laki-laki itu membagi-bagikan harta benda serta mengamalkan sunnah nabinya dan meneguhkan Islam di muka bumi. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga akhirnya ia meninggal dan dishalati oleh kaum muslimin.”
Tanda-tanda Ketika Munculnya Al Mahdi
Banyaknya perselisian dan kegoncangan / gempa bumi. Imam Mahdi muncul pada saat penduduk bumi sedang dilanda perselisihan, banyak peperangan dan kegoncangan, penuh dengan penganiayaan dan kezholiman. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah : “Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya al Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya , dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)…….”
Bintang berekor. Munculnya bintang berekor atau yang biasa di sebut dengan komet merupakan tanda munculnya Al Mahdi. Sebagaimana dikabarkan dalam manuskrip-manuskrip kuno, “Seorang pemuda dari ka’bah Tuhan menguasai Al Arz dan Al Mujaddil dalam perang dunia yang mengerikan, dengan seluruh musuh yang bergabung. Telah dekat keluarnya bersama bintang yang mempunyai api dan lidah api. Dan tandanya adalah kehancuran Iraq yang menggenaskan dalam perang dunia yang mengerikan, dan pemuda Tuhan itu sudah hampir keluar. Bencana di seluruh penjuru dunia Arab….” .Bintang yang mempunyai api dan lidah api’ adalah komet besar yang gerakannya bisa disaksikan oleh penduduk bumi dengan mata biasa. Masa kemunculan komet tersebut bersamaan dengan masa kemunculan Al Mahdi. Bisa bersamaan waktunya, bisa juga berselang beberapa hari atau bulan.
Dalam Taurat kita Ulangan 33:1-3 (seperti yang telah disebut di atas) : “.. dan (Al Mahdi) datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus (Jamaah haji); di sebelah kanan-Nya( di rukun yamani; Yaman = Yamin = kanan) tampak kepada mereka api yang menyala. Sungguh Ia mengasihi umat-Nya; semua orang-Nya yang kudus ..” Dalam teks tersebut terdapat kalimat ‘tampak kepada mereka api yang menyala’, hal ini bisa diartikan menjadi dua pengertian yaitu api yang muncul akibat perselisihan atau peperangan di Jazirah yang berakibat ladang atau kilang minyak hancur sehingga mengeluarkan gas yang berapi. Bisa juga api yang tampak di langit berupa bintang berekor.
Dalam sumber-sumber manuskrip kuno yang lain disebutkan : “Sesudah (munculnya) bintang dengan ekor besar, penduduk Yaman memberikan baiat kepada seorang pemuda dari Bait Al-Haram. Lalu pemuda itu menjadikan Yaman sebagai surga yang penuh kenikmatan”. Dalam manuskrip yang lain disebutkan juga : “….Orang-orang Yahudi dikalahkan oleh Pemimpin kaum Muslimin, yakni Al Mahdi, yang memiliki kekuasaan besar, dan pasukannya bergerak dari Makkah untuk melakukan penghancuran. Seluruh kekuasaannya diperoleh sesudah adanya ekor yang bercahaya. Kalimat yang tegas. Kekuasaannya meluas dari satu hari atas dataran yang jauh dan bagian barat Israel. Ia menguasai dunia dalam beberapa bulan dan tahun, dan menjadi khadam bagi semua orang yang menyaksikan kehidupannya”.
Tanda-tanda Setelah Munculnya Al Mahdi
Penenggelaman Pasukan. Setelah dibai’atnya Al Mahdi maka terdapat pihak-pihak yang pro dan kontra, ada yang mendukung dan ada yang tak suka. Golongan yang tak suka terhadap Al Mahdi maka mereka akan menyusun kekuatan untuk menghancurkannya. Satu pasukan dari Syam datang ke Jazirah untuk memerangi Al Mahdi dan pengikutnya. Tetapi ketika pasukan itu sampai di gurun pasir diantara Madinah dan Mekkah maka pasukan itu dibinasakan dalam riwayat lain pasukan itu ditenggelamkan ke bumi. Peristiwa ini membuat mata dunia terbuka, sehingga berbondong orang berbaiat kepada Al Mahdi. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, Rasulullah saw. bersabda : “Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Ka’bah), maka diutuslah suatu utusan untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu padang pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi.”
Datangnya dukungan dari timur
Al Mahdi akan mendapat pendukung dari kaum Muslimin wilayah timur. Mereka datang Jazirah dengan membawa tanda berupa bendera hitam. Rasululllah saw. bersabda : “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda : “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al Mahdi.” Dalam suatu hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abdullah, ia berkata, tatkala kami berada di sisi Rasulullah pada saat itu mata beliau mencucurkan air mata, dan berubah rona wajahnya, Abdullah berkata, maka aku berujar, kami melihat sesuatu di wajahmu, yang tidak kami inginkan, lalu beliau bersabda, “Bahwasanya Allah memilih buat keluarga akhirat daripada dunia, dan keluargaku setelah kepergianku akan mendapatkan bencana, penyingkiran dan pengusiran, hingga datang suatu kaum dari arah timur, mereka membawa bendera berwarna hitam, lalu mereka meminta roti namun tidak diberikan, lalu mereka memeranginya, dan mereka mengalihkannya, maka diberikanlah apa yang mereka minta tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka serahkan kepada seorang dari keluargaku, lalu ia memenuhi dengan keadilan sebagaimana meluasnya kekejian, barangsiapa diantara kalian yang mendapatkannya maka datangilah walaupun dengan cara merangkak di atas salju”.
darussalam- Co-Administrator
-
Posts : 411
Kepercayaan : Islam
Location : Brunei Darussalam
Join date : 25.11.11
Reputation : 10
Re: al mahdi sang pemimpin
ngayarana wrote:
Pak kedung.....
sok lah anda tunjukin ayat aslinya dari kalimat diatas (merah) dan jangan lupa terjemahan bahasa Indonesianya, biar saya pribadi dan Umummnya pembaca disini mengetahui benar gaknya kalimat diatas.
Ibarat seorang Sales yang menawarkan barang dagangannya gitu, anggap saja saya ini calon custumer anda...
Dari tulisannya saja, saya sudah bisa melihat salahnya. Contohnya: 1. Mongol, dan 2. (yaitu keluarga aku) >< (usaha Mirza Ghulam Ahmad). Saya tidak mau meladeni komentar-komentar yang isinya salah/fitnah.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:Kedunghalang wrote:
Al Jumu'ah 62:2/3هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْDia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka (bangsa umiyyin).
Al Jumu'ah 62:3/4وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْDan, Dia juga yang membangkitkan pada bangsa aakhorin seorang rasul dari antara mereka (bangsa aakhorin), yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin).Jika bukan Imam Al Mahdi, siapakah seorang rasul yang akan dibangkitkan Allah pada bangsa aakhorin (Al Jumu'ah 62:3/4) dari antara mereka (bangsa aakhorin Persia, HR Sahih Bukhari) yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin Arab)?
coba kita lihat
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maksud ayat ini adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul itu, juga kepada orang-orang lain daripada bangsa Arab, seperti bangsa-bangsa eropa, amerika, afrika, persia, india, indonesia, dll dengan kata lain seluruh manusia yang ada didunia sampai hari kiamat.
Antara “Wa” dengan “Akhoriina” secara nahwunya jika dijabarkan dituliskan perkataan “Huwalladzi ba’atsa fi”.
Kata ba’atsa disini adalah fi’il madhi, kata akhoriina adalah Isim jama’ mudzakar salim sedangkan kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
Dengan demikian bunyi lengkapnya menurut tata bahasa arab/nahwu ayat ketiga ini berbunyi:
“Wa huwalladzi ba’atsa fi akhoriina minhum lamma jalhaqu bihim wahuwal azizul hakim”.
Yang artinya:
“Dan Dia-lah yang telah mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Perkataan “Hum” dalam kalimat “Minhum” kembali kepada “Akhoriin”. Demikian juga perkataan “Him” dalam kalimat “Bihim” kembali kepada “Akhoriin”.
Bukankah jelas menurut uraian ini, bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad kepada kaum akhoriin yaitu seluruh bangsa atau seluruh umat manusia.Mengenai diutus-Nya Nabi Muhammad saw kepada sekalian manusia, telah ditegaskan dalam Al 'Araf 7:158/159. Sedangkan dalam Al Jumu'ah 62:3/4 yang di dalamnya terdapat wau athaf, maka susunan kalimat dan terjemahannya pun harus mengikuti ayat sebelumnya, yakni Al Jumu'ah 62:2/3:
Al Jumu'ah 62:2/3هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْDia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka (bangsa umiyyin).Al Jumu'ah 62:3/4وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْDan, Dia (juga) yang membangkitkan pada bangsa aakhorin seorang rasul lain dari antara mereka (bangsa aakhorin), yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin).Tentang wau athaf dalam Al Jumu'ah 62:3/4, memang benar bahwa aakhorin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il madhi yang muta'addhi, yang ditujukan kepada maf'ul, yakni rasulam-minhum (seorang rasul lain dari antara mereka), sehingga susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti ini:وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ"Dan, Dia (juga) yang mengutus pada bangsa aakhorin, seorang rasul lain dari antara mereka (bangsa aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Jumu'ah 62:3/4)
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwa allathee baAAatha fee alommiyyeena rasoolan minhum yatloo AAalayhim ayatihi wayuzakkeehim wayuAAallimuhumu alkitaba waalhikmata wain kanoo min qablu lafee dalalin mubeenin
QS 62:2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan kata kerja lampau yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwa allathee baAAatha fee alommiyyeena rasoolan minhum yatloo AAalayhim ayatihi wayuzakkeehim wayuAAallimuhumu alkitaba waalhikmata wain kanoo min qablu lafee dalalin mubeenin
QS 62:2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan kata kerja lampau yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah TELAH mengutus pada kaum umiyyin (buta huruf) seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad saw, dari antara mereka (kaum umiyyin Arab)
putramentari wrote:
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kata aakhoriin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il madhi yang muta'addhi, yang ditujukan kepada maf'ulnya, yakni rasulam-minhum (seorang rasul lain dari antara mereka), sehingga tidak berlaku untuk Nabi Muhammad saw, karena Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw kepada kaum umiyyin Arab dari antara kaum umiyyin Arab, bukan dari kaum aakhorin. Nabi Muhammad saw sendiri menafsirkan bahwa kaum aakhoriin itu adalah bangsa Persia (HR Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Surah Al Jumu'ah), bukan bangsa Arab atau bangsa lainnya.
Dengan demikian, maka susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti ini:
وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ
"Dan, Dia (juga) yang mengutus pada bangsa aakhorin, seorang rasul lain dari antara mereka (bangsa aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Jumu'ah 62:3/4)
Menurut Nabi Muhammad saw, yang akan diutus Allah itu adalah Al Mahdi (HR Musnad Ahmad bin Hambal) seorang rasul dari kaum aakhoriin, yakni bangsa Persia (HR Sahih Bukhari).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
@Kedung....
Anda Ngeyel kok gak berenti berinti, inikah tipikal kaum Jama'at Ahmadiah...
Bukankah penjelasan diatas sudah saya bantah di Post 221, kaedah Nahwu yang anda sodorkan tidak berdasar sama sekali, Justru dengan jawaban anda yang berulang ulang diatas tampa dasar hanya menambah kelihatan (maaf) kebodohan kalian.
Apa anda akan terus memposting segala argumen anda ini tanpa dasar...? Maka sebenarnya anda tak pantas untuk berdiskusi, silahkan Fikirkan itu.
Sekali lagi, atas dasar apa anda mengatakan kata "Ba'atsa" pada aljumuah 2 adalah Fi'il madhi yang Muta'addhi (Fi'il Muta'addi)....?, bisakah anda jabarkan berdasarkan apa? Ilmu Nahwu apa? Jurumiahkah, Nadhom Imrity kah, Nadhom Alfiahka?
Bukankah saya sudah jelaskan bahwa kata tersebut adalah Fi'il Madhi yang Lazim(fiil lazim) sebagaimana saya jelaskan di post sebelumnya (221).
Silahkan anda bantah itu dulu, dan saya akan menghargai keseriusan anda dalam berdiskusi ini.
Anda Ngeyel kok gak berenti berinti, inikah tipikal kaum Jama'at Ahmadiah...
Bukankah penjelasan diatas sudah saya bantah di Post 221, kaedah Nahwu yang anda sodorkan tidak berdasar sama sekali, Justru dengan jawaban anda yang berulang ulang diatas tampa dasar hanya menambah kelihatan (maaf) kebodohan kalian.
Apa anda akan terus memposting segala argumen anda ini tanpa dasar...? Maka sebenarnya anda tak pantas untuk berdiskusi, silahkan Fikirkan itu.
Sekali lagi, atas dasar apa anda mengatakan kata "Ba'atsa" pada aljumuah 2 adalah Fi'il madhi yang Muta'addhi (Fi'il Muta'addi)....?, bisakah anda jabarkan berdasarkan apa? Ilmu Nahwu apa? Jurumiahkah, Nadhom Imrity kah, Nadhom Alfiahka?
Bukankah saya sudah jelaskan bahwa kata tersebut adalah Fi'il Madhi yang Lazim(fiil lazim) sebagaimana saya jelaskan di post sebelumnya (221).
Silahkan anda bantah itu dulu, dan saya akan menghargai keseriusan anda dalam berdiskusi ini.
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Huwa allathee baAAatha fee alommiyyeena rasoolan minhum yatloo AAalayhim ayatihi wayuzakkeehim wayuAAallimuhumu alkitaba waalhikmata wain kanoo min qablu lafee dalalin mubeenin
QS 62:2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan kata kerja lampau yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah TELAH mengutus pada kaum umiyyin (buta huruf) seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad saw, dari antara mereka (kaum umiyyin Arab)putramentari wrote:
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Kata aakhoriin di-athaf-kan kepada umiyyin, tetapi kemudian kita melihat ada lafadz ba'atsa. Ba'atsa ini adalah fi'il madhi yang muta'addhi, yang ditujukan kepada maf'ulnya, yakni rasulam-minhum (seorang rasul lain dari antara mereka), sehingga tidak berlaku untuk Nabi Muhammad saw, karena Allah telah mengutus Nabi Muhammad saw kepada kaum umiyyin Arab dari antara kaum umiyyin Arab, bukan dari kaum aakhorin. Nabi Muhammad saw sendiri menafsirkan bahwa kaum aakhoriin itu adalah bangsa Persia (HR Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Surah Al Jumu'ah), bukan bangsa Arab atau bangsa lainnya.
Dengan demikian, maka susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti ini:وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ"Dan, Dia (juga) yang mengutus pada bangsa aakhorin, seorang rasul lain dari antara mereka (bangsa aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Jumu'ah 62:3/4)Menurut Nabi Muhammad saw, yang akan diutus Allah itu adalah Al Mahdi (HR Musnad Ahmad bin Hambal) seorang rasul dari kaum aakhoriin, yakni bangsa Persia (HR Sahih Bukhari).
NAK KEDUNG KEDUNG NAK KEDUNG, JAWABAN KAMU BUKAN NAHWU SHOROF TAPI NAFSU MONCROT
ne saya kutip bahasa arab yang kamu bawa :
kedung halang wrote:Dengan demikian, maka susunan kalimatnya secara nahwu seharusnya seperti ini:وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي آخَرِينَ رَسُولًا مِنْهُمْ"Dan, Dia (juga) yang mengutus pada bangsa aakhorin, seorang rasul lain dari antara mereka (bangsa aakhorin) yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Jumu'ah 62:3/4)
coba lihat kata ba'atsa diayat yang kamu bawa : بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama . Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
untuk Fi’il Muta’addi mah gampang nak kedung :
Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
sekarang kata : بَعَثَ
mengikuti pola wajan yang mana ????
jawabannya adalah wajan :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
so bantah lah dengan kaidah nahwu shorof bukan NAFSU MONCROT
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
@ Ngayarana & Puteramentari
Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:
Contohnya:
Apakah menurut anda, firman Allah dalam Al Qur'an, Al Ahzab 33:27/28, merupakan kebodohan, nahwu moncrot atau KEPASTIAN?
Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:
1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Apakah menurut anda, firman Allah dalam Al Qur'an, Al Ahzab 33:27/28, merupakan kebodohan, nahwu moncrot atau KEPASTIAN?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:@ Ngayarana & PuteramentariAnda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
kembali nak kedung berandai andai wal menghayal :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
Kedunghalang wrote:Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
[justify]2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
yang namanya fi'il madhi artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
udah paham kamu nak, sekali lagi saya bilang, bantahlah dengan kaidah NAHWAU SHOROF , JANGAN NAFSU MONCROT
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
Yang benar adalah kata-kata aakhoriina minhum diathafkan kepada umiyyina rasulan minhum.
Dia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin (Arab) seorang rasul dari antara mereka, yakni Nabi Muhammad saw (Al Jumu'ah 62:2/3).
Dia juga yang membangkitkan pada bangsa aakhoriin (Persia) seorang rasul dari antara mereka, yakni Imam Al Mahdi, yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin Arab) (Al Jumu'ah 62:3/4).
Jadi, Allah telah memutuskan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul yang telah dibangkitkan-Nya pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka. Dan, Dia juga telah memutuskan bahwa Imam Al Mahdi as sebagai seorang rasul yang dibangkitkan-Nya pada bangsa aakhorin Persia dari antara mereka yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin Arab).
Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:
1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Mengapa anda tidak mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.Yang benar adalah kata-kata aakhoriina minhum diathafkan kepada umiyyina rasulan minhum.Dia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin (Arab) seorang rasul dari antara mereka, yakni Nabi Muhammad saw (Al Jumu'ah 62:2/3).Dia juga yang membangkitkan pada bangsa aakhoriin (Persia) seorang rasul dari antara mereka, yakni Imam Al Mahdi, yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin Arab) (Al Jumu'ah 62:3/4).Jadi, Allah telah memutuskan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul yang telah dibangkitkan-Nya pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka. Dan, Dia juga telah memutuskan bahwa Imam Al Mahdi as sebagai seorang rasul yang dibangkitkan-Nya pada bangsa aakhorin Persia dari antara mereka yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin Arab).Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
makanya saya jawab dengan kaidah Nahwu sharaf bukannya NAFSU MOCROT kayak elu :
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
kayaknya kamu memahami NAHWU SHARAF bukannya KEDODORAN LAGI MALAHAN UDAH GAK PAKAI CELANA
Kedunghalang wrote:Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Mengapa anda tidak mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28?
NAHWU SHOROF KAMU di QS 62:3 ajah tidak becus, udah ngajak melebar kemana mana, mau jadi apa kamu nak nak
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:Kedunghalang wrote:Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Mengapa anda tidak mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28?
NAHWU SHOROF KAMU di QS 62:3 ajah tidak becus, udah ngajak melebar kemana mana
Nampaknya anda malu mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, begitu bukan? Sama seperti Ngayarana, yang juga tidak mau mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, karena di dalamnya terdapat bukti tentang fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:Kedunghalang wrote:Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Mengapa anda tidak mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28?
NAHWU SHOROF KAMU di QS 62:3 ajah tidak becus, udah ngajak melebar kemana manaNampaknya anda malu mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, begitu bukan? Sama seperti Ngayarana, yang juga tidak mau mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, karena di dalamnya terdapat bukti tentang fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang.
itu mah gampang nak kedung :
kenapa saya gak bahas dulu karena pasti percuma :
pertama kamu di cekoki pola WAJAN fi'il madhi, kamu udah gak NGERTI !!!
POLA WAJAN Fi’il Muta’addi, KAMU JUGA GAK NGERTI
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGY
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:Kedunghalang wrote:putramentari wrote:Kedunghalang wrote:Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Mengapa anda tidak mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28?
NAHWU SHOROF KAMU di QS 62:3 ajah tidak becus, udah ngajak melebar kemana manaNampaknya anda malu mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, begitu bukan? Sama seperti Ngayarana, yang juga tidak mau mengomentari nahwu shorof dalam Al Ahzab 33:27/28, karena di dalamnya terdapat bukti tentang fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang.
itu mah gampang nak kedung :
kenapa saya gak bahas dulu karena pasti percuma :
pertama kamu di cekoki pola WAJAN fi'il madhi, kamu udah gak NGERTI !!!
POLA WAJAN Fi’il Muta’addi, KAMU JUGA GAK NGERTI
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGY
Nahwu Sharaf itu hanya salah-satu alat dari beberapa alat untuk menafsirkan Al Qur'an. Jika, hanya tergantung kepada Nahwu Sharaf, maka ketika dihadapkan kepada Qur'an bil Qur'an, yakni Al Ahzab 33:27/28, maka akan kebingungan, sehingga muncullah kata-kata yang tidak pantas untuk digunakan dalam pembahasan agama yang telah Allah sempurnakan, Dia ridhai dan Dia berinama Islam sebagai agama bagi sekalian manusia.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Sun Mar 16, 2014 10:24 pm, total 2 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGY
Di dalam kata-kata di atas terdapat unsur SOMBONG. Begitu bukan? Allah dan Nabi Muhammad saw tidak membutuhkan orang-orang SOMBONG, tetapi bagaimana hasil akhir dalam memahami Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, apakah cukup dengan Nahwu Sharaf, atau harus menggunakan alat lain dalam menafsirkannya. Yang jelas topik utama dari kedua ayat suci Al Qur'an itu tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul pada bangsa umiyyin dan aakhoriin, dari antara mereka. Dengan SOMBONG, tidak mungkin dapat memahami kandungan ayat suci Al Qur'an dengan benar. (Al Waa'qiah 56:79/80).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGYDi dalam kata-kata di atas terdapat unsur SOMBONG. Begitu bukan? Allah dan Nabi Muhammad saw tidak membutuhkan orang-orang SOMBONG, tetapi bagaimana hasil akhir dalam memahami Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, apakah cukup dengan Nahwu Sharaf, atau harus menggunakan alat lain dalam menafsirkannya. Yang jelas topik utama dari kedua ayat suci Al Qur'an itu tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul pada bangsa umiyyin dan aakhoriin, dari antara mereka. Dengan SOMBONG, tidak mungkin dapat memahami kandungan ayat suci Al Qur'an dengan benar. (Al Waa'qiah 56:79/80).
TANPA KAIDAH NAHWU SHOROF, PENAFSIRAN PELINTIROLOGI KAMU HANYA MEMPERTONTONKAN KEBODOHAN, ALIAS MASIH MENTAH
MAU JADI APA KAMU NAK NAK
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
JANGANKAN KAMU, HMGA AJAH KALO MASIH IDUP PUN, KALO DEBAT DENGAN ANE, PASTI BENJUT BENJUT GAK BISA JAWAB ALIAS PLINTAT PLINTUT
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGYDi dalam kata-kata di atas terdapat unsur SOMBONG. Begitu bukan? Allah dan Nabi Muhammad saw tidak membutuhkan orang-orang SOMBONG, tetapi bagaimana hasil akhir dalam memahami Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, apakah cukup dengan Nahwu Sharaf, atau harus menggunakan alat lain dalam menafsirkannya. Yang jelas topik utama dari kedua ayat suci Al Qur'an itu tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul pada bangsa umiyyin dan aakhoriin, dari antara mereka. Dengan SOMBONG, tidak mungkin dapat memahami kandungan ayat suci Al Qur'an dengan benar. (Al Waa'qiah 56:79/80).
TANPA KAIDAH NAHWU SHOROF, PENAFSIRAN PELINTIROLOGI KAMU HANYA MEMPERTONTONKAN KEBODOHAN, ALIAS MASIH MENTAH
SUDAH, ngaku saja dengan JUJUR bahwa kamu juga tidak mau mengomentari nahwu shorof Al Ahzab 33:27/28, karena di dalamnya memang terdapat bukti tentang fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang. Abu Hanan juga paham kok.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:JANGANKAN KAMU, HMGA AJAH KALO MASIH IDUP PUN, KALO DEBAT DENGAN ANE, PASTI BENJUT BENJUT GAK BISA JAWAB ALIAS PLINTAT PLINTUT
Waduh SOMBONG bukan main. Ingat!!!!!!!!! Thread ini dibaca juga oleh non-muslim. Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw tidak membutuhkan orang sombong seperti kamu. Ingatlah Zulfikar Ali Bhuto dan Zia Ul Haq, bagaimana akhir hidup dari orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, dan bacalah Al Mujaadalah 58:20/21-21/22.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
JADI KAMU MAU DEBAT KAIDAH NAHWU SHARAF DENGAN SAYA, MODALNYA APA ???? GAK PUNYA KHAN, WONK KAMUNYA GAK NGERTI APA APA.
PALING JUGA MODAL DENGKUL WAL NGEYEL BIN PELINTIROLOGYDi dalam kata-kata di atas terdapat unsur SOMBONG. Begitu bukan? Allah dan Nabi Muhammad saw tidak membutuhkan orang-orang SOMBONG, tetapi bagaimana hasil akhir dalam memahami Al Jumu'ah 62:2/3-3/4, apakah cukup dengan Nahwu Sharaf, atau harus menggunakan alat lain dalam menafsirkannya. Yang jelas topik utama dari kedua ayat suci Al Qur'an itu tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul pada bangsa umiyyin dan aakhoriin, dari antara mereka. Dengan SOMBONG, tidak mungkin dapat memahami kandungan ayat suci Al Qur'an dengan benar. (Al Waa'qiah 56:79/80).
TANPA KAIDAH NAHWU SHOROF, PENAFSIRAN PELINTIROLOGI KAMU HANYA MEMPERTONTONKAN KEBODOHAN, ALIAS MASIH MENTAHSUDAH, ngaku saja dengan JUJUR bahwa kamu juga tidak mau mengomentari nahwu shorof Al Ahzab 33:27/28, karena di dalamnya memang terdapat bukti tentang fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang. Abu Hanan juga paham kok.
fi'il madhi dalam kaidah Nahwau shorof yang mana yang menyatakan bisa digunakan untuk Masa Mendatang,
itu ajah dulu, bisa gak kamu jawab,
jangan lupa ya, yang saya tanya kaidah nya ??????????
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:JANGANKAN KAMU, HMGA AJAH KALO MASIH IDUP PUN, KALO DEBAT DENGAN ANE, PASTI BENJUT BENJUT GAK BISA JAWAB ALIAS PLINTAT PLINTUTWaduh SOMBONG bukan main. Ingat!!!!!!!!! Thread ini dibaca juga oleh non-muslim. Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw tidak membutuhkan orang sombong seperti kamu. Ingatlah Zulfikar Ali Bhuto dan Zia Ul Haq, bagaimana akhir hidup dari orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, dan bacalah Al Mujaadalah 58:20/21-21/22.
yah gak masalah, ntoh kamu juga NON MUSLIM KOK
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:
fi'il madhi dalam kaidah Nahwau shorof yang mana yang menyatakan bisa digunakan untuk Masa Mendatang,
itu ajah dulu, bisa gak kamu jawab,
jangan lupa ya, yang saya tanya kaidah nya ??????????
Kita tidak sedang berdebat tentang kaidah nahwu sharaf, melainkan sedang membahas tafsir Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dengan berbagai macam alat tafsir yang dua di antaranya adalah dengan nahwu sharaf dan qur'an bil qur'an, yang dengan itu kita bisa mengetahui bagaimana hasil akhir dari penafsiran Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.
Kata-kata aakhoriina diathafkan kepada umiyyina, tetapi ada lafadz ba'atsa yang tertuju kepada maf'ul-nya yakni rasulan minhum. Ba'atsa adalah fi'il madhi / mutaadhdhi yang dapat dipergunakan untuk masa mendatang, sehingga Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dapat diterjemahkan sebagai berikut:
Dia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin (Arab) seorang rasul dari antara mereka, yakni Nabi Muhammad saw (Al Jumu'ah 62:2/3).
Dia juga yang membangkitkan pada bangsa aakhoriin (Persia) seorang rasul dari antara mereka, yakni Imam Al Mahdi, yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin Arab) (Al Jumu'ah 62:3/4).
Maksudnya, Allah telah memutuskan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul yang telah dibangkitkan-Nya pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka. Dan, Dia juga telah memutuskan bahwa Imam Al Mahdi as sebagai seorang rasul yang dibangkitkan-Nya pada bangsa aakhorin Persia dari antara mereka yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin Arab).
Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:
1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.
2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:
Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.
Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'adhdhi.
Jadi, lafadz ba'atsa (Al Jumu'ah 62:3/4) dan lafadz auratsakum (Al Ahzab 33:27/28) adalah dua contoh fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:Kedunghalang wrote:putramentari wrote:JANGANKAN KAMU, HMGA AJAH KALO MASIH IDUP PUN, KALO DEBAT DENGAN ANE, PASTI BENJUT BENJUT GAK BISA JAWAB ALIAS PLINTAT PLINTUTWaduh SOMBONG bukan main. Ingat!!!!!!!!! Thread ini dibaca juga oleh non-muslim. Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah saw tidak membutuhkan orang sombong seperti kamu. Ingatlah Zulfikar Ali Bhuto dan Zia Ul Haq, bagaimana akhir hidup dari orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, dan bacalah Al Mujaadalah 58:20/21-21/22.
yah gak masalah, ntoh kamu juga NON MUSLIM KOK
Anda korban fatwa ulama, padahal "Sesungguhnya Allah, Tuhan anda, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui mereka yang mendapat petunjuk." (Al Qalam 68:7/8). Aqidah utama kami adalah LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH.
Apakah para ulama dan/atau anda merasa setara atau lebih mengetahui daripada Allah, Tuhan Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Apa wewenang para ulama dan/atau anda menyatakan non-muslim kepada orang-orang Islam lain yang memiliki aqidah utama LAA ILAAHA ILLALLAH, MUHAMMAD-AR-RASULULLAH?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
Kedunghalang wrote:putramentari wrote:
fi'il madhi dalam kaidah Nahwau shorof yang mana yang menyatakan bisa digunakan untuk Masa Mendatang,
itu ajah dulu, bisa gak kamu jawab,
jangan lupa ya, yang saya tanya kaidah nya ??????????Kita tidak sedang berdebat tentang kaidah nahwu sharaf, melainkan sedang membahas tafsir Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dengan berbagai macam alat tafsir yang dua di antaranya adalah dengan nahwu sharaf dan qur'an bil qur'an, yang dengan itu kita bisa mengetahui bagaimana hasil akhir dari penafsiran Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.Kata-kata aakhoriina diathafkan kepada umiyyina, tetapi ada lafadz ba'atsa yang tertuju kepada maf'ul-nya yakni rasulan minhum. Ba'atsa adalah fi'il madhi / mutaadhdhi yang dapat dipergunakan untuk masa mendatang, sehingga Surah Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 dapat diterjemahkan sebagai berikut:Dia-lah yang telah membangkitkan pada bangsa umiyyin (Arab) seorang rasul dari antara mereka, yakni Nabi Muhammad saw (Al Jumu'ah 62:2/3).Dia juga yang membangkitkan pada bangsa aakhoriin (Persia) seorang rasul dari antara mereka, yakni Imam Al Mahdi, yang belum berhubungan dengan mereka (bangsa umiyyin Arab) (Al Jumu'ah 62:3/4).Maksudnya, Allah telah memutuskan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul yang telah dibangkitkan-Nya pada bangsa umiyyin Arab dari antara mereka. Dan, Dia juga telah memutuskan bahwa Imam Al Mahdi as sebagai seorang rasul yang dibangkitkan-Nya pada bangsa aakhorin Persia dari antara mereka yang belum bergabung dengan mereka (bangsa umiyyin Arab).Anda mempermasalahkan lafadz ba'atsa yang sesungguhnya tidak ada dalam Al Jumu'ah 62:3/4, namun karena ada wau athaf, sehingga harus tertulis dalam bentuk fi'il madhi, yang jika digunakan untuk masa yang akan datang, seharusnya tertulis dalam bentuk fi'il mudhari (yab'atsu).
Dalam hal ini, sudah saya jelaskan sebagai berikut:1. Karena topik Al Jumu'ah 62:3/4 ini berkaitan dengan seorang rasul lain dari antara bangsa aakhorin Persia yang telah lama dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam HR Sahih Bukhari, maka kita temukan juga dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal bentuk fi'il mudhari (yab'atsu) yang di dalamnya Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa "Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umatku". Umat beliau saw maksudnya umat Islam. Dengan demikian, maka ayat ini berkaitan dengan Al Mahdi yang akan diutus Allah pada umat Islam bangsa aakhorin Persia dari antara mereka.2. Karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya, atau pasti akan terjadi, maka digunakanlah kata ba'atsa dalam bentuk fi'il madhi yang mutaaddhi.
Dalam ayat lain dalam Al Qur'an, kita temukan kalimat yang menggunakan lafadz semacam itu, yakni fi'il madhi, yang muta'addhi, karena maknanya untuk masa mendatang, namun sudah diputuskan Allah sejak dulu, dan pasti akan terjadi .
Contohnya:Dan, Dia mewariskan kepadamu tanah mereka dan rumah-rumah mereka dan harta mereka, dan suatu daerah yang belum kamu menginjaknya. Dan Allah atas segala sesuatu berkuasa. (Al Ahzab 33:27/28)
Jadi, bentuk fi'il madhi dalam lafadz auratsakum (mewariskan) itu maknanya adalah sayuritsukum (akan mewariskan). Namun, karena hal itu benar-benar akan terjadi menurut Ilmu Kalam Ilahi, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'addhi.Begitupula dengan lafadz ba'atsa yang seharusnya terkandung dalam Al Jumu'ah 62:3/4, karena dibangkitkan-Nya Imam Al Mahdi yang akan diutus Allah itu sudah merupakan keputusan-Nya sejak dulu, dan pasti akan terjadi di masa mendatang, maka digunakanlah fi'il madhi yang muta'adhdhi.Jadi, lafadz ba'atsa (Al Jumu'ah 62:3/4) dan lafadz auratsakum (Al Ahzab 33:27/28) adalah dua contoh fi'il madhi yang digunakan Al Qur'an untuk masa mendatang.
makanya gak salah kalo saya bilang kalo kamu debat hanya MODAL DENGKUL :
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
coba lihat kata ba'atsa diayat yang kamu bawa : بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama . Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
untuk Fi’il Muta’addi mah gampang nak kedung :
Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
sekarang kata : بَعَثَ
mengikuti pola wajan yang mana ????
jawabannya adalah wajan :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
KIRA KIRA NYANGSRANG GAK DI OTAK KAMU, KAIDAH NAHWU YG SAYA JABARKAN DI ATAS
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
ILMU TANPA AGAMA BUTA, AGAMA TANPA ILMU JADI BUNTU WAL KEDODORAN
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:
makanya gak salah kalo saya bilang kalo kamu debat hanya MODAL DENGKUL :
بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
يَفْعَلُ adalah wazan untuk fi'il mudhari'
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy ataupun pada fiil mudhari'.Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama untuk setiap bab. Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
jadi bila dilihat dengan MATA DAN AKAL YANG WARAS. maka kata ba'atsa disini adalah fi'il madhi yang artinya menunjukkan KATA KERJA LAMPAU yang bisa diwakili dalam bahasa indonesia :
TELAH + ARTI KATA KERJA
BUKANNYA :
AKAN + KATA KERJA
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:2 DI ATAS ADALAH :
QS 62:2. Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Waakhareena minhum lamma yalhaqoo bihim wahuwa alAAazeezu alhakeemu
QS 62:3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
DI ATAS SUDAH SAYA JELASKAN :
kata akhoriina diathafkan kepada umiyyina.
SEHINGGA MAKNA AYAT QS 62:3 DI ATAS ADALAH :
QS 62:3. dan Dia-lah yang TELAH mengutus kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
coba lihat kata ba'atsa diayat yang kamu bawa : بَعَثَ
kata ba'atsa merupakan kata kerja yang tersusun dari 3 huruf saja (Tsulatsi Mujarrad)
coba perhatikan pola wajannya :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
Setiap bab Tsulatsy Mujarrad hanya memiliki perbedaan pada harkat (baris) 'ainnya baik 'ain pada fiil madhy Selebihnya, yaitu baris pada huruf fa dan lam adalah sama . Bahasa kerennya, huruf fa dan lam beserta barisnya adalah suatu konstanta yang tidak akan pernah berubah adapun huruf ‘ain adalah variabel yang berubah.
untuk Fi’il Muta’addi mah gampang nak kedung :
Fi’il Muta’addi
1. Dibuat mengikuti wazan (pola) فَعَّلَ
Contoh:
حَسُنَ –> حَسَّنَ
سَهُلَ –> سَهَّلَ
2. Dibuat mengikuti wazan (pola) أَفْعَلَ
Contoh:
خَرَجَ –> أَخْرَجَ
كَمُلَ –> أَكْمَلَ
sekarang kata : بَعَثَ
mengikuti pola wajan yang mana ????
jawabannya adalah wajan :
فَعَلَ adalah wazan untuk fi'il madhi
Waduh, waduh, waduh kenapa komentar nahwu sharaf anda ini harus diulang-ulang, dibikin rumit, lalu pola wajan/wazan yang dijadikan perdebatan? Bukankah pada intinya pada Al Jumu'ah 62:3/4 terdapat wau athaf? Maka dengan sendirinya pola wajan/wazan untuk kata ba'atsa harus mengikuti pola wajan/wazan pada ayat sebelumnya, yakni untuk fi'il madhi pada Al Jumu'ah 62:2/3. Namun, harus diingat pula bahwa ba'atsa itu tertuju kepada maf'ul-nya, yakni rasulan yang berasal dari antara mereka, karena terdapat kata minhum baik setelah umiyyin, maupun setelah aakhoriin. Nah, sekarang susunan kalimat secara nahwu pada kedua ayat dalam Surah Al Jumu'ah, dan terjemahannya menjadi seperti ini:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ
Dia-lah yang telah (memastikan untuk) membangkitkan pada bangsa umiyyin seorang rasul dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:2/3).
وَ هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الآْخَرِينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ
Dan, Dia-lah yang telah (memastikan untuk) membangkitkan pada bangsa aakhoriin seorang rasul dari antara mereka (Al Jumu'ah 62:3/4).
Dengan demikian, maka Al Jumu'ah 62:2/3 tertuju kepada Nabi Muhammad saw, yakni seorang rasul yang telah (dipastikan) dibangkitkan Allah dari antara bangsa umiyyin Arab. Sedangkan Al Jumu'ah 62:3/4 tertuju kepada Imam Al Mahdi as, yakni seorang rasul yang telah (dipastikan) dibangkitkan Allah dari antara bangsa aakhoriin Persia. Kesimpulan Tafsir Al Jumu'ah 62:2/3-3/4 ini dibuat berdasarkan pertimbangan kaidah nahwu sharaf, quran bil quran, dan hadits (HR Sahih Bukhari & Musnad Ahmad bin Hambal).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: al mahdi sang pemimpin
putramentari wrote:ILMU TANPA AGAMA BUTA, AGAMA TANPA ILMU JADI BUNTU WAL KEDODORAN
Kesombongan karena merasa memiliki ilmu yang tinggi identik dengan kekotoran hati. Tiada seorang pun yang dapat menyentuh kandungan Al Qur'an dengan benar, kecuali mereka yang telah disucikan hatinya. (Al Waaqi'ah 56:79/80).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Halaman 10 dari 14 • 1 ... 6 ... 9, 10, 11, 12, 13, 14
Similar topics
» beda mahdi sunni dengan mahdi syiah
» AHMADIYAH QADIAN
» mahdi syiah vs mahdi ahmadiyah
» tanggungjawab pemimpin
» pemimpin menurut Qur'an
» AHMADIYAH QADIAN
» mahdi syiah vs mahdi ahmadiyah
» tanggungjawab pemimpin
» pemimpin menurut Qur'an
Halaman 10 dari 14
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik