Kepemimpinan Muhammad dan Dampaknya bagi Islam dan Muslim

First topic message reminder :

...Saya tidak begitu yakin apakah sudah tepat dalam memilih penempatan thread pertama saya ini. Bila kurang tepat, mohon moderator memindahkannya ke area yang lebih sesuai. Terima kasih.

...Di dalam manajemen, dikenal dua gaya kepemimpinan ekstrim. Di ekstrim kiri adalah gaya kepemimpinan yang otoriter atau diktator. Sedang di ekstrim kanan adalah gaya kepemimpinan demokrasi penuh atau laissez-faire.
...Gaya mana yang paling baik dan cocok, tergantung pada situasi dan tugas (task) yang sedang diemban.
...Yang sering dijadikan contoh bagi gaya otoriter ialah dalam pemadaman suatu kebakaran dan ketika tentara dalam kancah pertempuran.
...Tidak ada kesempatan bagi pemimpin rombongan pemadam api untuk berembuk atau bertukar pikiran dengan bawahannya. Pemimpin rombongan dengan tegas memberikan perintah-perintah yang harus segera dilaksanakan oleh bawahannya untuk mengatasi api yang sedang menyala.
...Demikian juga ketika tentara dalam pertempuran. Komandan harus mengatur dan menggerakkan prajuritnya dengan perintah yang singkat, jelas dan tegas. Bila tidak, mereka bisa disapu oleh musuh dalam sekejap.
...Sedang bagi tugas-tugas lain, seperti dalam perusahaan dan pemerintahan, kebanyakan lebih cocok kepemimpinan yang cenderung condong ke arah demokrasi. Sebelum melaksanakan sesuatu, pemimpin meminta pendapat bawahannya atau mendiskusikan dengan bawahannya. Khusus bagi yang demokrasi penuh atau laissez-faire keputusan sepenuhnya diserahkan kepada bawahan.
...Dengan pengantar singkat di atas, mari kita telaah kepemimpinan Muhammad. Apakah kepemimpinan beliau termasuk gaya otoriter atau gaya demokrasi.
...Saya persilahkan terlebih dahulu kepada sidang pembaca dan para netter mengutarakan pendapat dan argumentasinya masing-masing.

• 10. Aulâ’, Yang Lebih Patut, Yang Lebih Baik (surat 33:6)
• 12. Azîz, Yang Mulia (surat 9:128). Juga sebuah nama Allah
• 25. Hârîsh ‘alaikum, Penuh Perhatian terhadap Anda (surat 9:128)
• 26. Hasîb, Yang Mulia. Juga sebuah nama Allah
• 30. Jawwâd, Yang Pemurah
• 32. Kâmil, Yang Sempurna
• 33. Karîm, Yang Pemurah (surat 81:19). Juga sebuah nama Allah
• 34. Khalîl, Sahabat Baik (biasanya nama kehormatan Ibrahim)
• 40. Mahdî, Yang Terbimbing Baik
• 42. Mahmûd, Yang Terpuji
• 56. Mukarram, Yang Mulia
• 57. Munîr, Bercahaya (surat 33:46)
• 58. Munjî, Yang Menyelamatkan, Yang Menyampaikan
• 62. Mushthafâ, Yang Terpilih
• 64. Muthahhar, Suci
• 72. Nâjî, Keselamatan
• 73. Nâshir, Yang Menolong. Juga sebuah nama Allah
• 79. Rahîm, Penyayang (surat 9:128). Juga sebuah nama Allah
• 81. Rasûl al-Rahmah, Rasulnya Rahmat
• 98. Walî, Sahabat, Yaitu Menolong, Yang Berbuat Kebaikan. Juga sebuah nama Allah

membuktikan aloh hanyalah ilah rekaan muhammad..

SEGOROWEDI wrote:

• 10. Aulâ’, Yang Lebih Patut, Yang Lebih Baik (surat 33:6)
• 12. Azîz, Yang Mulia (surat 9:128). Juga sebuah nama Allah
• 25. Hârîsh ‘alaikum, Penuh Perhatian terhadap Anda (surat 9:128)
• 26. Hasîb, Yang Mulia. Juga sebuah nama Allah
• 30. Jawwâd, Yang Pemurah
• 32. Kâmil, Yang Sempurna
• 33. Karîm, Yang Pemurah (surat 81:19). Juga sebuah nama Allah
• 34. Khalîl, Sahabat Baik (biasanya nama kehormatan Ibrahim)
• 40. Mahdî, Yang Terbimbing Baik
• 42. Mahmûd, Yang Terpuji
• 56. Mukarram, Yang Mulia
• 57. Munîr, Bercahaya (surat 33:46)
• 58. Munjî, Yang Menyelamatkan, Yang Menyampaikan
• 62. Mushthafâ, Yang Terpilih
• 64. Muthahhar, Suci
• 72. Nâjî, Keselamatan
• 73. Nâshir, Yang Menolong. Juga sebuah nama Allah
• 79. Rahîm, Penyayang (surat 9:128). Juga sebuah nama Allah
• 81. Rasûl al-Rahmah, Rasulnya Rahmat
• 98. Walî, Sahabat, Yaitu Menolong, Yang Berbuat Kebaikan. Juga sebuah nama Allah

membuktikan Allah hanyalah ilah rekaan muhammad..

bisa Anda jelaskan dari sisi mana Anda bisa mendapatkan kesimpulan seperti itu?

nama/gelarnya sama dengan nama/gelar Allah
bahkan kalau Allah hanya punya 99, muhammad punya lebih dari itu

SEGOROWEDI wrote:

nama/gelarnya sama dengan nama/gelar Allah
bahkan kalau Allah hanya punya 99, muhammad punya lebih dari itu

sepertinya ada yang perlu diluruskan mengenai nama/gelar
sepertinya Saya harus membuat suatu perbandingan, semoga Anda bisa memahaminya

ada banyak kisah di dalam sejarah yang menyatakan beberapa raja dengan gelar seperti:
- raja yang agung
- raja yang mulia
- raja yang penyayang
- raja yang pemurah
- raja yang bijaksana
dan lebih dari semua itu
seluruh gelar yang tersebut diberikan kepada manusia biasa yang menyandang gelar raja

seluruh sifat tersebut merupakan sifat yang dimiliki oleh tuhan

adakah berarti orang tersebut atau raja raja pada masa lalu adalah tuhan karena mendapatkan gelar seperti itu?

raja kan mengurus soal negara dan rakyat, digelari apapun terbatas urusan tersebut
sedang nabi urusannya dengan dosa, sorga dan neraka sebagai kepanjangan tangan tuhan
gak pantas menggelari diri/digelari setara/sama dengan tuhan

ada/tidak nabi lain yang bergelar/bernama sama dengan gelar/nama Allah?

SEGOROWEDI wrote:
raja kan mengurus soal negara dan rakyat, digelari apapun terbatas urusan tersebut
sedang nabi urusannya dengan dosa, sorga dan neraka sebagai kepanjangan tangan tuhan
gak pantas menggelari diri/digelari setara/sama dengan tuhan

ada/tidak nabi lain yang bergelar/bernama sama dengan gelar/nama Allah?

terjadi ketidakadilan dalam pengelompokan yang dilakukan oleh Anda
apa bedanya raja dengan nabi?
mereka tetaplah manusia biasa
dan digelari apapun, tetaplah terbatas urusan tersebut

perbedaan hanyalah raja tidak diberikan wahyu, sedangkan nabi diberikan wahyu

dasar permasalahannya adalah Anda tidak memandang setiap agama dengan adil,
Anda menempatkan bahwa Al-Qur'an bukanlah firman Allah, sehingga keluarlah pernyataan Anda bahwa nabi Muhammad SAW memberi gelar kepada diri sendiri,

Al-Qur'an merupakan firman Allah, bukan buatan nabi Muhammad SAW

justeru karena terima wahyu itulah
maka saya katakan nabi adalah kepanjangan tangan Tuhan
urusannya adalah hal spiritual dan rohani, maka tidak seharusnya ia menyamakan diri/menggelari diri/menamakan diri sama dengan Tuhan
atau disamakan/digelari/dinamai sama dengan Tuhan

101 gelar/nama muhammad itu siapa yang ngasih?
kalian ya? termasuk yang sama dengan nama alloh

SEGOROWEDI wrote:
justeru karena terima wahyu itulah
maka saya katakan nabi adalah kepanjangan tangan Tuhan
urusannya adalah hal spiritual dan rohani, maka tidak seharusnya ia menyamakan diri/menggelari diri/menamakan diri sama dengan Tuhan
atau disamakan/digelari/dinamai sama dengan Tuhan

101 gelar/nama muhammad itu siapa yang ngasih?
kalian ya? termasuk yang sama dengan nama alloh

pernyataan yang Anda katakan tidak adil dan tidak ada silogismenya sama sekali
Anda memaksakan bahwa pendapat Anda benar, sungguh subjektif,

yang berserah diri wrote:
pernyataan yang Anda katakan tidak adil dan tidak ada silogismenya sama sekali
Anda memaksakan bahwa pendapat Anda benar, sungguh subjektif,

nabi tidak boleh sembarangan menggelari diri/digelari
sebab ia mengajar berdasarkan wahyu Tuhan, ia adalah kepanjangan tangan Tuhan
ia adalah corong suara Tuhan, apalagi menggelari/menamai sama dengan gelar/nama Tuhan

mana ada nabi yang menggelari/digelari sama dengan nama/gelar Tuhan??

SEGOROWEDI wrote:

yang berserah diri wrote:
pernyataan yang Anda katakan tidak adil dan tidak ada silogismenya sama sekali
Anda memaksakan bahwa pendapat Anda benar, sungguh subjektif,

nabi tidak boleh sembarangan menggelari diri/digelari
sebab ia mengajar berdasarkan wahyu Tuhan, ia adalah kepanjangan tangan Tuhan
ia adalah corong suara Tuhan, apalagi menggelari/menamai sama dengan gelar/nama Tuhan

mana ada nabi yang menggelari/digelari sama dengan nama/gelar Tuhan??

pernyataan Anda merupakan pernyataan ngeyelisme yang tidak ada silogismenya sama sekali, tidak beralasan dan tidak ada dasarnya

dasarnya wahyu Tuhan
dasarnya ia adalah kepanjangan tangan Tuhan
dasarnya ia adalah corong suara Tuhan
maka gak boleh ia sembarangan menggelari dirinya/digelari umatnya
apalagi dengan gelar/nama yang sama dengan gelar/nama Tuhan

coba kamu cari nabi yang menggelari/digelari sama dengan gelar/nama Tuhan
ada?

SEGOROWEDI wrote:

dasarnya wahyu Tuhan
dasarnya ia adalah kepanjangan tangan Tuhan
dasarnya ia adalah corong suara Tuhan
maka gak boleh ia sembarangan menggelari dirinya/digelari umatnya
apalagi dengan gelar/nama yang sama dengan gelar/nama Tuhan

coba kamu cari nabi yang menggelari/digelari sama dengan gelar/nama Tuhan
ada?

inilah yang Saya maksud
pernyataan Anda tidak ada silogismenya
tidak nyambung

lagipula Anda tidak memiliki bukti bahwa Muhammad menggelari dirinya sendiri

poin wahyu itulah kuncinya..
sehingga tidak boleh sembarangan menggelari/menamai dirinya
apalagi sama dengan gelar/nama Tuhan
juga tidak boleh smbarangan digelari/dinamai apalagi sama dengan gelar/nama Tuhan
entah oleh siapa...
buktinya tidak ada kan..
nabi yang menggelari/menamai dirinya atau digelari/dinamai sama dengan gelkar/nama Tuhan?

SEGOROWEDI wrote:
poin wahyu itulah kuncinya..
sehingga tidak boleh sembarangan menggelari/menamai dirinya
apalagi sama dengan gelar/nama Tuhan
juga tidak boleh smbarangan digelari/dinamai apalagi sama dengan gelar/nama Tuhan
entah oleh siapa...
buktinya tidak ada kan..
nabi yang menggelari/menamai dirinya atau digelari/dinamai sama dengan gelkar/nama Tuhan?

ada baiknya Anda tidak mengulang-ulang perkataan yang sudah jelas tidak bersilogisme dan tidak adil

Saya tadi meminta bukti, mengapa Anda tidak memberikan?

menggelari diri/digelari sama saja..
tidak boleh sembarangan bagi seorang nabi

bukti yang saya minta mana?

SEGOROWEDI wrote:

menggelari diri/digelari sama saja..
tidak boleh sembarangan bagi seorang nabi

bukti yang saya minta mana?

nah disinilah letak ketidakadilan Anda
seenaknya mengkotak-kotakkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

Saya meminta bukti Muhammad menggelari dirinya sendiri

Saya mengerti mengapa Anda memanipulasi ulang perkataan Anda dengan menambahkan tulisan "digelari"
karena Anda sudah mengetahui kemana arah diskusi berikutnya ketika Saya mulai meminta bukti,

mengapa Anda tidak adil mengelompokkan?

yang berserah diri wrote:
nah disinilah letak ketidakadilan Anda
seenaknya mengkotak-kotakkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

Saya meminta bukti Muhammad menggelari dirinya sendiri
Saya mengerti mengapa Anda memanipulasi ulang perkataan Anda dengan menambahkan tulisan "digelari"
karena Anda sudah mengetahui kemana arah diskusi berikutnya ketika Saya mulai meminta bukti,

mengapa Anda tidak adil mengelompokkan?

ini bukan soal adil/tidak adil
tetapi membedakan peran/tugas nabi dari urusan-urusan duniawi (pleksosbud) yang diurus raja/presiden/guru/dokter/dan sebagainya karena tugas kenabian based on wahyu Tuhan, ia adalah kaki-tangan Tuhan, ia adalah mulut Tuhan, maka tidak boleh sembarangan digelari/dinamai apalagi yang sama dengan gelar/nama Tuhan itu sendiri

menggelari/digelari bukan intensi saya, sebab bagi saya itu sama saja..
kenapa minta bukti menggelari/menamai ke saya?

nabi anda menggelari diri/digelari oleh anda
saya mintakan bukti ada nabi yang menggelari diri/digelari oleh umatnya
manaaaaaaaaa?

...Kita lanjutkan dengan pertanyaan #13 dari calon murtadin, yang berjanji batal murtad bila ada muslim yang bisa menjawabnya. Dari sini

Calon Murtadin wrote: Pertanyaan #13. Orang Buddha lebih bermoral daripada Muslim. Mereka tidak akan membakar kedutaan, kuil dan gereja untuk membuktikan bahwa mereka benar. Mereka tidak percaya pada Tuhan. Apakah itu tidak berarti bahwa moralitas tidak tergantung pada Allah atau hukum mutlak, melainkan pada tekad batin dan komitmen? Hanya orang-orang yang belum dewasa dan bangkrut moral perlu takut pada neraka atau keserakahan surgawi baru bermoral.

SEGOROWEDI wrote:
ini bukan soal adil/tidak adil
tetapi membedakan peran/tugas nabi dari urusan-urusan duniawi (pleksosbud) yang diurus raja/presiden/guru/dokter/dan sebagainya karena tugas kenabian based on wahyu Tuhan, ia adalah kaki-tangan Tuhan, ia adalah mulut Tuhan, maka tidak boleh sembarangan digelari/dinamai apalagi yang sama dengan gelar/nama Tuhan itu sendiri

menggelari/digelari bukan intensi saya, sebab bagi saya itu sama saja..
kenapa minta bukti menggelari/menamai ke saya?

nabi anda menggelari diri/digelari oleh anda
saya mintakan bukti ada nabi yang menggelari diri/digelari oleh umatnya
manaaaaaaaaa?

sepertinya Anda berusaha mengkotakkan bahwa Nabi Muhammad SAW hanya mengurus urusan dosa saja,
sekali-kali tidak bung

setelah berusaha mengkotakkan bahwa tugas nabi hanya untuk wahyu saja
maka Anda memasukkan paham bahwa dengan demikian Anda bisa melarang pemberian gelar kepada Nabi
Saya tidak mengerti atas dasar apa Anda memberikan pelarangan sepihak seperti itu, sungguh sangat subjektif pernyataan Anda

menurut Anda sama saja bukan berarti pendapat Anda bisa diterima
kenapa Saya meminta bukti kepada Anda, karena Anda yang menuduh demikian

Saya rasa cukup dengan permainan cuci otak ini,

soal kotak-mengkotak/pelarangan
sudah aku jelaskan bedanya fungsi nabi dengan jabatan-jabatan poleksosbud, saya kira cukup

siapa yang memaksamu menerima pendapat orang?
kagak ada mas

sudah saya bilang..
intensi saya bukan pada menggelari/digelari; kamu salah persepsi kalau menuduh saya nuduh muhammad menggelari diri, silakan jelaskan siapa yang menggelari muhammad dengan 101 gelar/nama tersebut! siapapun yang menggelarinya, yang pasti terlalu lebay..

SEGOROWEDI wrote:
soal kotak-mengkotak/pelarangan
sudah aku jelaskan bedanya fungsi nabi dengan jabatan-jabatan poleksosbud,
saya kira cukup

siapa yang memaksamu menerima pendapat orang?
kagak ada mas

sudah saya bilang..
intensi saya bukan pada menggelari/digelari; kamu salah persepsi kalau menuduh saya nuduh muhammad menggelari diri, silakan jelaskan siapa yang menggelari muhammad dengan 101 gelar/nama tersebut! siapapun yang menggelarinya, yang pasti terlalu lebay..

Anda memang menjelaskan fungsi Nabi, tapi menurut Anda sendiri,
dan itu tidak menjadikan penjelasan Anda cukup,


Saya tidak mengerti darimana Anda mendapatkan informasi yang lebay ini lalu Anda mempercayainya, mungkinkah Anda termasuk orang yang lebay karena telah mempercayainya?

nabi mana yang fungsinya mengajar dan sebagainya
tidak berdasar pada wahyu? itulah bedanya dengan jabatan poleksosbud

sadar kalau lebay..
mencoba menggugat sumber

SEGOROWEDI wrote:
nabi mana yang fungsinya mengajar dan sebagainya
tidak berdasar pada wahyu? itulah bedanya dengan jabatan poleksosbud

sadar kalau lebay..
mencoba menggugat sumber

lantas bukan berarti Anda bisa mengatakan Nabi tidak pantas diberi gelar


Saya sangat sadar Anda menghindar dari memberikan sumber,

semakin terlihat gaya bahasa Anda berubah menjadi gaya debat kusir,
entah apa yang menyebabkan perubahan yang signifikan seperti itu,
tetapi pada intinya topik pembicaraan Anda hanya mengulang-ulang perkataan dan mencoba memasukkan paham Anda secara halus,
sangat halus hingga muncullah kata 'lebay' dari Anda

...Kita lanjutkan dengan pertanyaan #14 dan 15 dari calon murtadin, yang berjanji batal murtad bila ada muslim yang bisa menjawabnya. Sumber: Dari sini

Calon Murtadin wrote: Pertanyaan #14. Jika Quran adalah petunjuk dari Allah, kenapa bisa disesuaikan dengan semua jalan pikiran yang bisa dibayangkan? Sebuah buku petunjuk dari Allah seharusnya lurus atau lugas dan obyektif daripada bersifat subjektif dan penuh kelainan. Tapi tampaknya Allah Maha Tahu kita berpikir seperti manusia dan belajar melalui trial and error.

Calon Murtadin wrote: Pertanyaan #15. Jika satu-satunya alasan harus tetap berpegang pada agama karena ketidakpastian akhirat, bagaimana jika ternyata sebenarnya ada Allah yang menguji kita semua untuk melihat apakah kita menjadi orang bodoh di tangan otoritas, agama dan masyarakat atau menemukan kebenaran dan realitas kehidupan. Semua orang yang membiarkan diri dibodohi berakhir di neraka dan semua orang yang berpaling pada kebenaran dan realitas masuk surga. Apakah itu bukan asumsi yang kelihatannya lebih rasional bagi orang berpikir, melalui pengamatan berbagai ragam agama di dunia ini, daripada mengikuti Islam?

...Berikutnya akan saya gabungkan ke-15 pertanyaan calon murtadin itu, untuk di-review dan ditanggapi.

yang berserah diri wrote:

SEGOROWEDI wrote:
nabi mana yang fungsinya mengajar dan sebagainya
tidak berdasar pada wahyu? itulah bedanya dengan jabatan poleksosbud

sadar kalau lebay..
mencoba menggugat sumber

lantas bukan berarti Anda bisa mengatakan Nabi tidak pantas diberi gelar


Saya sangat sadar Anda menghindar dari memberikan sumber,

semakin terlihat gaya bahasa Anda berubah menjadi gaya debat kusir,
entah apa yang menyebabkan perubahan yang signifikan seperti itu,
tetapi pada intinya topik pembicaraan Anda hanya mengulang-ulang perkataan dan mencoba memasukkan paham Anda secara halus,
sangat halus hingga muncullah kata 'lebay' dari Anda

menurutku tak pantas karena tidak semata-mata poleksosbud, melainkan based on wahyu
sebagai kaki-tangan dan mulut tuhan, jangan menggelari/digelari dengan gelar tuhan itu sendiri

anda akui tidak: muhammad punya >100 gelar/nama??