apa bentuk tanggungjawab kaum muslim atas produk negatif islam?

First topic message reminder :

sejauh ini islam sudah melahirkan sedemikian banyaknya golongan teroris
yg berjuang atas nama islam.ada jutaan pengikut.
semua itu terlahir akibat adanya quran dan hadis.
bahkan andai pemerintah dan dunia tidak melarang utk gabung pada ISIS,
entah ada brp juta muslim yg akan gabung kesana.

bahkan sekalipun akibat salah tafsir,tetap saja harus ada dewan islam yg
bertanggungjawab atas kebrutalan produk islam.apalagi faktanya semua teror itu'
memang ada dlm ajaran islam.

bila teroris tidak berjuang atas nama islam,maka kami tdk akan menuntut apa2
pada muslim.faktanya teroris islam membunuhi kaum kristen.sekalipun muslim
sendiri (para pemakai ajaran islam) terbunuh.itu bukan dalih utk melepaskan tanggungjawab!

seperti para pemakai narkoba ikut menderita,bkn dalih utk meringankan hukuman
pada mereka.

jadi..apa bentuk tanggungjawab dewan islam dunia bagi umat non islam??

Al Baqarah 190 turun saat ada perjanjian damai Hudaibiyah

kalau sedang damai, kenapa malah turun perintah utk perang?

QS. 2:256, QS. 4:75, QS. 5:48, QS. 10:99, QS. 22:39 konteksnya umum,

tau darimana itu konteksnya umum?

adapun ayat yang konteksnya khusus seperti QS. 2:190 (terhadap kafir pagan arab) & QS. 4:88-92 (terhadap kafir munafik berKTP Islam maupun non-Islam) dari situ tetap bisa diambil prinsipnya untuk dibandingkan dengan prinsip ayat konteks khusus lain yang berbeda konteks!

beda ayat, beda konteks, beda azbabun nuzul sehingga tidak bisa dicampur adukan !

kok logika-nya salah ... anda ga ada di TKP sih makanya bisa bilang seperti itu

karena: ketika ayat itu turun >> yang panas itu api >>> yang memerangi Islam adalah orang2 kafir.

seorang raja memerintahkan prajurit-nya "Hai prajurit temani saya menyebarkan pengumuman ini ke pelosok negeri, dan perangilah org2 yg memerangi kamu"

lalu dalam perjalanan ada sekelompok bandit menyerang rombongan raja dan prajurit-nya ... dan raja bilang "hai prajurit .... perangi bandit itu"

apa masalahnya ?? ... justru perintah si raja yang to the point itu menunjukkan raja dan prajurit memang ada di TKP

analoginya :
raja = Allah SWT
prajurit = Muhammad SAW

Org yg memerangi Islam adalah orang2 kafir.
Tapi TIDAK semuanya orang2 yg tergolong kafir, memerangi Islam.

Sehingga otomatis yg lebih spesifik (to the point) adalah "memerangi Islam"

Api itu panas,
tapi TIDAK semua yg panas itu adalah api.

Jika kamu bermaksud bahwa kamu ingin memadamkan api lilin, manakah perintah yg to the point: a) "padamkan yg panas", ataukah b) padamkan api?

ga ah .... Al Baqarah 190 turun saat ada perjanjian damai Hudaibiyah ... bukan sedang perang juga dengan Quraisy

emang bagaimana azbabun nuzul Qs 9:29 ?

aliumar wrote:

Al Baqarah 190 turun saat ada perjanjian damai Hudaibiyah

kalau sedang damai, kenapa malah turun perintah utk perang?

masa Al Baqarah 190 perintah perang ??

aliumar wrote:

ga ah .... Al Baqarah 190 turun saat ada perjanjian damai Hudaibiyah ... bukan sedang perang juga dengan Quraisy

emang bagaimana azbabun nuzul Qs 9:29 ?

kok 9:29 ??

aliumar wrote:

kok logika-nya salah ... anda ga ada di TKP sih makanya bisa bilang seperti itu

karena: ketika ayat itu turun >> yang panas itu api >>> yang memerangi Islam adalah orang2 kafir.

seorang raja memerintahkan prajurit-nya "Hai prajurit temani saya menyebarkan pengumuman ini ke pelosok negeri, dan perangilah org2 yg memerangi kamu"  

lalu dalam perjalanan ada sekelompok bandit menyerang rombongan raja dan prajurit-nya ... dan raja bilang "hai prajurit .... perangi bandit itu"

apa masalahnya ?? ... justru perintah si raja yang to the point itu menunjukkan raja dan prajurit memang ada di TKP

analoginya :
raja = Allah SWT
prajurit = Muhammad SAW

Org yg memerangi Islam adalah orang2 kafir.
Tapi TIDAK semuanya orang2 yg tergolong kafir, memerangi Islam.

Sehingga otomatis yg lebih spesifik (to the point) adalah "memerangi Islam"

Api itu panas,
tapi TIDAK semua yg panas itu adalah api.

Jika kamu bermaksud bahwa kamu ingin memadamkan api lilin, manakah perintah yg to the point: a) "padamkan yg panas", ataukah b) padamkan api?

baca yang bold ... ayat itu turun saat Islam sedang diperangi kafir ...

logika darimana ada perintah perang (DI SAAT PERANG) ... tapi si raja masih basa basi ngasih perintah "Perangilah yang memerangi kamu"

merah : karena saat itu saya harus memadamkan api lilin ... maka perintahnya "Padamkan api (lilin) itu"
justru ga logis ... ketika ingin memadamkan api lilin >>> malah ngasih perintah "padamkan yang panas"

masa Al Baqarah 190 perintah perang ??

Al Baqarah 190: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu...

aliumar wrote:

masa Al Baqarah 190 perintah perang ??

Al Baqarah 190: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu...

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al Baqarah 190)

hmmmm ya ya ...

Bisa juga sih disebut perintah perang ... tapi kalau saya liat ... ayat itu lebih seperti aturan/tata tertib (dalam berperang) ... tidak dalam suasana perang  

bandingkan dengan

Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.(At Tawbah 123)

aliumar wrote:

QS. 2:256, QS. 4:75, QS. 5:48, QS. 10:99, QS. 22:39 konteksnya umum,

tau darimana itu konteksnya umum?

adapun ayat yang konteksnya khusus seperti QS. 2:190 (terhadap kafir pagan arab) & QS. 4:88-92 (terhadap kafir munafik berKTP Islam maupun non-Islam) dari situ tetap bisa diambil prinsipnya untuk dibandingkan dengan prinsip ayat konteks khusus lain yang berbeda konteks!

beda ayat, beda konteks, beda azbabun nuzul sehingga tidak bisa dicampur adukan !

- tahu dari bunyi ayatnya yang tidak nunjuk siapa2 (tidak seperti QS. 2:190 & QS. 4:88-92)!

- ayatnya beda, tapi kalau konteks & asbabun nuzul nya tidak dibatasi di bunyi ayatnya, berarti ya konteksnya bisa untuk umum & untuk kondisi lain selain kondisi asbabun nuzul :

Imamat 19:18. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

=> asbabun nuzul nya, karena ada orang yang biasa dendam terhadap orang2 sebangsanya, tapi karena bunyi ayatnya memerintahkan untuk mengasihi sesamamu manusia, maka berarti ayat tsb bisa juga untuk memerintahkan mengasihi orang lain yang tidak sebangsa!

belum lagi soal logika, jika Tuhan melarang memerangi munafik yang tidak memerangi (QS. 4:88-92), akankah Tuhan melarang juga memerangi kafir yang tidak munafik?

tahu dari bunyi ayatnya yang tidak nunjuk siapa2 (tidak seperti QS. 2:190 & QS. 4:88-92)!

QS 9:29 juga tidak menunjuk khusus ke kafir yg menyerang Islam. Bentuknya juga umum yakni ditujukan kpd kafir.

ayatnya beda, tapi kalau konteks & asbabun nuzul nya tidak dibatasi di bunyi ayatnya, berarti ya konteksnya bisa untuk umum & untuk kondisi lain selain kondisi asbabun nuzul :

konteks/azababun nuzul nya justru yg membatasi bunyi ayatnya.

aliumar wrote:

tahu dari bunyi ayatnya yang tidak nunjuk siapa2 (tidak seperti QS. 2:190 & QS. 4:88-92)!

QS 9:29 juga tidak menunjuk khusus ke kafir yg menyerang Islam. Bentuknya juga umum yakni ditujukan kpd kafir.

tapi di ayat lain disebutkan kalau kafir yang tidak menyerang Islam itu tidak boleh diperangi/ijin memerangi baru turun/ada setelah kafirnya memerangi (QS. 4:75, QS. 22:39) & dilarang mengislamkan dengan paksaan (QS. 2:256, QS. 5:48, QS. 10:99)!

aliumar wrote:

ayatnya beda, tapi kalau konteks & asbabun nuzul nya tidak dibatasi di bunyi ayatnya, berarti ya konteksnya bisa untuk umum & untuk kondisi lain selain kondisi asbabun nuzul :

konteks/azababun nuzul nya justru yg membatasi bunyi ayatnya.

jadi Imamat 19:18 hanya memerintahkan mengasihi sesama bangsa Israel?

tapi di ayat lain disebutkan kalau kafir yang tidak menyerang Islam itu tidak boleh diperangi/ijin memerangi baru turun/ada setelah kafirnya memerangi

yg ada di ayat lain itu kasus khusus, yg tidak berlaku umum.
Makanya beda ayat. beda pula konteksnya (beda asbabun nuzulnya), ga bisa dicampur adukan.

Bunyi aturan yg "lex specialis" tidak bisa dicampur dgn aturan yg bersifat umum (generalis).

jadi Imamat 19:18

Ga usah OOT ke Bible !!!

aliumar wrote:

tapi di ayat lain disebutkan kalau kafir yang tidak menyerang Islam itu tidak boleh diperangi/ijin memerangi baru turun/ada setelah kafirnya memerangi

yg ada di ayat lain itu kasus khusus, yg tidak berlaku umum.
Makanya beda ayat. beda pula konteksnya (beda asbabun nuzulnya), ga bisa dicampur adukan.

Bunyi aturan yg "lex specialis" tidak bisa dicampur dgn aturan yg bersifat umum (generalis).

QS. 22:39 kasus/konteks/asbabun nuzul nya gimana emang?

kalau yang kepake katakanlah QS. 9:29 yang diartikan kebolehan memerangi kafir yang tidak memerangi, berarti kan QS. 22:39 nggak kepakai lagi, padahal QS. 45:20 menyatakan kalau pedomannya itu Al-Quran, bagaimana bisa Al-Quran menjadi pedoman kalau ada ayat/ajaran yang tidak terpakai lagi?

kalau yang kepake katakanlah QS. 9:29 yang diartikan kebolehan memerangi kafir yang tidak memerangi, berarti kan QS. 22:39 nggak kepakai lagi, padahal QS. 45:20 menyatakan kalau pedomannya itu Al-Quran, bagaimana bisa Al-Quran menjadi pedoman kalau ada ayat/ajaran yang tidak terpakai lagi?

lho Kenapa mesti heran? bukan kah di quran ada ajaran tentang nasakh-mansukh, sehingga wajar ada ayat quran yg sudah tidak terpakai lagi karena sudah di-nasakh oleh ayat yg lain.

Dan adalah wajar jika kasus khusus tidak terpakai lagi (tidak bisa digunakan lagi) utk kasus yg umum.

Jadi kenapa mesti heran utk kasus adanya ayat Quran yg tidak terpakai lagi?

Contoh konkrit: Ayat2 tentang mengawini, dan menggauli wanita2 budak (QS 23: 5-6, QS 4:24), Apakah masih terpakai?

aliumar wrote:

kalau yang kepake katakanlah QS. 9:29 yang diartikan kebolehan memerangi kafir yang tidak memerangi, berarti kan QS. 22:39 nggak kepakai lagi, padahal QS. 45:20 menyatakan kalau pedomannya itu Al-Quran, bagaimana bisa Al-Quran menjadi pedoman kalau ada ayat/ajaran yang tidak terpakai lagi?

lho Kenapa mesti heran? bukan kah di quran ada ajaran tentang nasakh-mansukh, sehingga wajar ada ayat quran yg sudah tidak terpakai lagi karena sudah di-nasakh oleh ayat yg lain.

Dan adalah wajar jika kasus khusus tidak terpakai lagi (tidak bisa digunakan lagi) utk kasus yg umum.

Jadi kenapa mesti heran utk kasus adanya ayat Quran yg tidak terpakai lagi?

tidak mungkin ada ajaran nasaks-mansuks dalam artian penghapusan ayat Al-Quran, yang ada hanyalah tidak berlakunya lagi suatu ayat yang mengatur suatu kondisi tertentu dikarenakan kondisi tsb sudah berakhir, seperti QS. 5:2, QS. 2:191-194 tidak lagi berlaku & digantikan dengan QS. 9:28 dikarenakan kondisi gencatan senjata sudah berakhir digantikan dengan kondisi sudah menangnya muslim! jadi kalau terjadi lagi kondisi peperangan & kemudian gencatan senjata, maka QS. 5:2, QS. 2:191-194 akan berlaku kembali menggantikan QS. 9:28!

aliumar wrote:Contoh konkrit: Ayat2 tentang mengawini, dan menggauli wanita2 budak (QS 23: 5-6, QS 4:24), Apakah masih terpakai?

akan menjadi kembali berlaku/terpakai kalau terjadi kondisi peperangan yang menyebabkan adanya/timbulnya tawanan/budak perang!

tidak mungkin ada ajaran nasaks-mansuks dalam artian penghapusan ayat Al-Quran, yang ada hanyalah tidak berlakunya lagi suatu ayat yang mengatur suatu kondisi tertentu dikarenakan kondisi tsb sudah berakhir, seperti QS. 5:2, QS. 2:191-194 tidak lagi berlaku & digantikan dengan QS. 9:28 dikarenakan kondisi gencatan senjata sudah berakhir digantikan dengan kondisi sudah menangnya muslim! jadi kalau terjadi lagi kondisi peperangan & kemudian gencatan senjata, maka QS. 5:2, QS. 2:191-194 akan berlaku kembali menggantikan QS. 9:28!

biar ga bertele-tele, langsung aja pake contoh konkrit:
Kalau ada 100 org yg sabar, berapa org kafir yg dijanjikan Allah akan dapat dikalahkan?
a) 1000 kafir (QS.Al-Anfal : 65)
b) 200 kafir (QS.Al-Anfal : 65)

Apakah janji Allah di QS.Al-Anfal : 65 masih terpakai dan berlaku setelah ada ayat 66 di surat yg sama?

akan menjadi kembali berlaku/terpakai kalau terjadi kondisi peperangan yang menyebabkan adanya/timbulnya tawanan/budak perang!

oh jadi Islam melanggengkan perbudakan? hahaha....

aliumar wrote:

tidak mungkin ada ajaran nasaks-mansuks dalam artian penghapusan ayat Al-Quran, yang ada hanyalah tidak berlakunya lagi suatu ayat yang mengatur suatu kondisi tertentu dikarenakan kondisi tsb sudah berakhir, seperti QS. 5:2, QS. 2:191-194 tidak lagi berlaku & digantikan dengan QS. 9:28 dikarenakan kondisi gencatan senjata sudah berakhir digantikan dengan kondisi sudah menangnya muslim! jadi kalau terjadi lagi kondisi peperangan & kemudian gencatan senjata, maka QS. 5:2, QS. 2:191-194 akan berlaku kembali menggantikan QS. 9:28!

biar ga bertele-tele, langsung aja pake contoh konkrit:
Kalau ada 100 org yg sabar, berapa org kafir yg dijanjikan Allah akan dapat dikalahkan?
a) 1000 kafir (QS.Al-Anfal : 65)
b) 200 kafir (QS.Al-Anfal : 66)

Apakah janji Allah di QS.Al-Anfal : 65 masih terpakai dan berlaku setelah ada ayat 66 di surat yg sama?

antara kedua ayat tsb kan kondisinya beda, yang ayat 65 kalau sabar semua, sedangkan yang ayat 66 kalau ada yang tidak sabar, jadi ayat mana yang berlaku adalah ayat mana yang sesuai dengan kondisi pasukan ybs, kalau kondisi pasukannya berubah menjadi sabar semua, ya berarti ayat 65 kembali berlaku menggantikan ayat 66!

aliumar wrote:

akan menjadi kembali berlaku/terpakai kalau terjadi kondisi peperangan yang menyebabkan adanya/timbulnya tawanan/budak perang!

oh jadi Islam melanggengkan perbudakan? hahaha....

hanya ketika dalam kondisi peperangan :

QS. 47:4. Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain, dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

kondisi dimana muslim tentunya membutuhkan kompensasi hilangnya tenaga kerja karena berangkat berperang!

antara kedua ayat tsb kan kondisinya beda, yang ayat 65 kalau sabar semua,

again and again penyakit pintiran nya kumat lagi.

Dimana kata: "semua" (sabar semua) di ayat Al Anfaal 65 ?

Jangan ngarang kamu, dasar tukang plintir !!!

baca saja kalimatnya secara lengkap & teliti :

QS. 8:65. Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.

QS. 8:66. Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

NB : ungu = biru + merah

kelemahan = orang yang tidak sabar!

kelemahan = orang yang tidak sabar!

PLINTIRISASI yang amat sangat nyata dari si raja plintir: FD= flintirisasi defender. hahaha.....

Jika memang ayat 65---> kondisinya sabar semua, koq masih pake pengandaian "Jika ada" ( إِن يَكُن) org sabar?

makin kelihatan kan ngaco dan ga logis nya....makanya penyakit plintirisasi nya jangan dipelihara...

"Jikalau ada satu orang saja yg selamat, niscaya tragedi kecelakaan pesawat itu bisa terungkap"

Kalau kondisi kenyataannya semua penumpang selamat, tak mungkin ada pengandaian "jikalau ada satu org yg selamat"
Pengandaian "jikalau ada satu org yg selamat" menunjukan kalau tidak semua nya selamat. Karena kalau kondisi kenyataannya ternyata semua nya selamat, maka tidak perlu lagi pengandaian: "jikalau ada satu org yg selamat"

Makanya, tolong penyakit plintirisasi nya jangan dipelihara !!! segera diobatin penyakit plintirisasinya !!!

makanya kalau nggak mudeng bahwa perkataan "Jika ada" itu menunjukkan pembicaraan yang masih sebatas konsep, baca juga bagian "Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang" yang jelas menunjukkan kalau pasukan muslim nya masih belum ada yang terkumpul, yang mana akan semakin memperjelas kalau pembicaraan tsb masihlah sebatas konsep, yaitu konsep apa yang akan terjadi jika dari pengobaran semangat untuk berperang tsb dihasilkan/terkumpul 20 orang sabar ataulah 100 orang sabar (orang tidak sabar, tidak disinggung)!

bahwa perkataan "Jika ada" itu menunjukkan pembicaraan yang masih sebatas konsep,

konsep "jika ada" di ayat 65 itu dalam kerangka untuk kondisi sabar semua, atau untuk kondisi ada yg ga sabar?

kalau konsep "jika ada" di ayat 65 dalam kerangka utk kondisi sabar semua, lantas buat apa masih memakai konsep "jika ada org sabar" lagi?

Yang namanya plintiran akan selalu terlihat ga logisnya. hahaha....

aliumar wrote:

bahwa perkataan "Jika ada" itu menunjukkan pembicaraan yang masih sebatas konsep,

konsep "jika ada" di ayat 65 itu dalam kerangka untuk kondisi sabar semua, atau untuk kondisi ada yg ga sabar?

berdasarkan konteksnya/berdasarkan ayat 66, untuk kondisi sabar semua!

aliumar wrote:kalau konsep "jika ada" di ayat 65 dalam kerangka utk kondisi sabar semua, lantas buat apa masih memakai konsep "jika ada org sabar" lagi?

maksudmu yang di ayat 66? yang di ayat 66 itu kan kondisinya udah beda, disitu kondisinya itu "Sekarang Allah telah meringankan kepadamu, karena Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan", yang menunjukkan kalau pasukan muslim nya sudah mulai ada terkumpul, akan tetapi diantara sejumlah pasukan muslim yang sudah terkumpul tsb, ada/terdapat juga orang yang tidak sabar!