Seputar Sholat
Halaman 2 dari 5 • Share
Halaman 2 dari 5 • 1, 2, 3, 4, 5
Seputar Sholat
First topic message reminder :
bagaimana asal usul sholat..?
apakah Alquran menjelaskan tata cara sholat..?
kapan pertama kali umat muslim melaksanakan sholat..?
diskusi dapat berkembang.. tp tidak OOT..
bagaimana asal usul sholat..?
apakah Alquran menjelaskan tata cara sholat..?
kapan pertama kali umat muslim melaksanakan sholat..?
diskusi dapat berkembang.. tp tidak OOT..
alex77- LETNAN DUA
-
Posts : 773
Kepercayaan : Protestan
Location : indonesia
Join date : 05.06.13
Reputation : 3
Re: Seputar Sholat
@atas
pake nanya lagi, disuapin mulu, gmana kalo skali2 mikir dikit aja
pake nanya lagi, disuapin mulu, gmana kalo skali2 mikir dikit aja
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Seputar Sholat
alex wrote:dhans wrote:
Perintah beribadah kepada Allah swt tentu saja sudah di mulai dari khalifah pertama Nabi Adam As...yang perlu menjadi catatan disini adalah tidak sama antara syariat beribadah nabi2 terdahulu dengan nabi penutup Saw... dan sangat tidak logis kalau setiap umat mau mengetahui cara2 beribadah – shalat dari nabi2 terdahulu....untuk apa..??mau sampai kapan..??sedangkan pengetahuan seperti itu tidak menyentuh konsep keTuhanan, apalagi menambah amalan seseorang.
Cukulah bagi umatNya untuk mengetahui hanya sepantasnya...
kalau di bilang beribadah, ya jelas sebelum muhammad juga sdh diperintahkan beribadah..
tetapi printah sholat yang teman2 muslim lakukan saat ini (dengan gerakan2 sholat tsb), kapan mulai dilakukan..?
Gerakan Ibadah Shalat saat ini diajarkan oleh Nabi saw, mengenai shalat sebelum kedatangannya tentu saja belum tentu sama..!memang kenapa..??bagaimana dengan umat kristen..??sejak kapan ibadah sambil bernyanyi - gegitaran di gereja...apa diajarkan Yesus..???
sedangkan umat islam mengikuti gerakan yang di syariatkan Nabi saw...
alex wrote:dhans wrote:
Allah menasakh syariat nabi Ibrahim dengan Syariat nabi Musa, menasakh sebagian syariat nabi Musa dengan Syariat Nabi Isa, dan menasakh Syariat nabi Isa dengan Syariat Nabi Muhammad saw.
hal ini juga berlaku tidak hanya dalam ibadah shalat, tapi juga lainnya atau adat istiadat lainnya mis.. Puasa, Khamr, Qurban, zakat, dst...dst. Wallahua'lam..
apakah anda maksud menasakh disini adalah membatalkan...??
menasakh, silahkan sampeyan anggap itu menggantikan dengan yang sesuai atau hukum baru sebagai perintah baru sesuai dengan zamannya..
dhans wrote:Ini adalah perkara yang harus namun sesuai fasenya. Setiap zaman mempunyai hukum yang sesuai dengan zamanya tsb. Kemudian datang zaman berikutnya, maka zaman ini membutuhkan hukum-hukum yang lain. Sebagaimana manusia yang melewati fase kehidupan. Dalam setiap fase, dia membutuhkan apa yang tidak dibutuhkan dalam fase-fase lainnya. Anak kecil, berbeda dengan anak muda, berbeda engan orang dewasa dan seterusnya.
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: Seputar Sholat
gimana tuh..
di quran cuman ada berdiri, rukuk, sujud
di hadis cuman cuilan-cuilan gerakan
kok bisa jadi seperti yang kalian lakukan, siapa koreonya?
di quran cuman ada berdiri, rukuk, sujud
di hadis cuman cuilan-cuilan gerakan
kok bisa jadi seperti yang kalian lakukan, siapa koreonya?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:gimana tuh..
di quran cuman ada berdiri, rukuk, sujud
di hadis cuman cuilan-cuilan gerakan
kok bisa jadi seperti yang kalian lakukan, siapa koreonya?
lah memang harusnya bagaimana alquran itu..??ketetapan tuhan ko diatur2...aya2 wae, pamer ota’ ala lulusan slb aja sampeyan ini...
cuilan gerakan gimana yg ada di hadis..??sampeyan tau cara solat apa Cuma ngerti nyanyi doangan...??
gerakan shalat sudah di copas...harus sedetail apa lagi memangnnya...??baca hadis pakai ota' dan hati, bukan pake dengkul mas...
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqbury dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa seorang laki-laki memasuki masjid, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tengah duduk di pojok masjid, kemudian laki-laki itu mengerjakan shalat. Seusai shalat ia datang menemui beliau sambil mengucapkan salam, dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: \"Wa'alikas salam, Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! ' lalu ia kembali lagi dan mengulangi shalatnya. Seusai shalat ia datang lagi sambil mengucapkan salam dan beliau bersabda: \"Wa'alaikas-salam. Kembali dan ulangi lagi shalatmu karena kamu belum mengerjakan shalat! ' Lalu orang tersebut berkata ketika disuruh mengulangi yang kedua kali atau setelahnya; \"Ajarilah aku wahai Rasulullah!\" Selanjutnya beliau bersabda: 'Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur'an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah hingga kamu benar-benar ruku' dan bangkitlah dari ruku' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.\" Abu Usamah mengatakan di akhir haditsnya; \"Sehingga kamu benar-benar berdiri.\" Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar dia berkata; telah menceritakan kepadaku Yahya dari 'Ubaidullah telah menceritakan kepadaku Sa'id dari Ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Kemudian bangkitlah (dari sujud) hingga kamu benar-benar duduk.\"..[Hr. Bukhari 5782]..
wed..wed...ota' mu bukan hanya lemah mencerna ya..tapi lemah sekali....
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: Seputar Sholat
“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat” (HR. Bukhari 631, 5615, 6008).
mau detail :
.
Shalat dibuka dengan Takbir dan ditutup dengan Salam
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
1. Wudhu
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
2. Niat
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhari no.1, Muslim no.3530)*
3. Menghadap Kiblat
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam……. (QS. Al Baqarah [2]:144)
Meluruskan kedua Kaki
عَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata;
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
Kata Nu’man; Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. (HR. Abu Daud no.566, Ahmad no.17703)*
4. Sutrah (Pembatas)
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ
فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
‘Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap suatu sutrah dari manusia, lalu ada seseorang yang bermaksud lewat di depannya, maka hendaklah dia mendorong dadanya, jika dia menolak, hendaklah dia memeranginya karena dia adalah setan’. (HR. Muslim no.783, Bukhari no.479)*
5. Jarak Sutrah
كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ
“Jarak antara tempat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan kambing.” (HR. Bukhari no.466, Muslim no.786, Abu Daud no.914)*
ثُمَّ صَلَّى وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِدَارِ ثَلَاثَةُ أَذْرُعٍ
Kemudian beliau shalat dan jarak antara beliau dan dinding tiga hasta.”
(HR. Ahmad no.5951, Nasa’I no.741)*
6. Shalat semampunya.
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Dari Imran bin Hushain. Ia berkata; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: “Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring.”
(HR. Tirmidzi no.339, Abu Daud no. 815, Bukhari no.1048)*
7. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Pundak
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir.“ (HR. Muslim no.587, Bukhari no.694)*
8. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Telinga
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertakbir maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya”.
(HR. Muslim no.589 dari Malik bin al-Huwairits) *
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam).
(HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
9. Tidak boleh menoleh.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Dari ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat.” Maka Beliau bersabda: “Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba.”
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzi no.538)*
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah akan selalu menghadap ke hambanya dalam shalat selama hambanya tidak membuang pandangannya, apabila ia melirik maka Allah pergi darinya.”
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daud no.775)*
Dalam HR. Baihaqi dan Hakim (dari Aisyah) disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah.
10. Mengangkat kedua tangan sebelum mengucapkan Takbir.
أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu beliau mengucapkan: “ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar).“ (HR. Ibnu Majah no.795) *
11. Mengangkat kedua tangan bersamaan dengan Takbir.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
Dari Wa`il bin Hujr Al Hadlrami berkata;
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud no.623, Ibnu Majah no.851)*
12. Mengangkat kedua tangan setelah ucapan Takbir.
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
Kemudian aku memperhatikan Rasulullah, beliau berdiri dan takbir, lalu mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga, dan meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya.“ (HR. Ad-Darimi no.1323 dari Wail bin Hujr)*
13. Meletakkan Tangan Kanannya diatas Tangan Kirinya.
كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ
“Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat.” (HR. Bukhari no.698, Malik no.340) *
فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya dan pergelangan tangan kirinya.” (HR. Abu Daud no.624 dari Wa’il bin Hujr radliallahu ‘anhu)*
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَأَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat,
tangan kanannya menggenggam tangan kiri.“ (HR.Ibnu Majah no.802)*
14. Meletakkan kedua Tangannya diatas Dada.
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Thawus dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri, kemudian menarik keduanya diatas dada ketika shalat.” (HR. Abu Daud no.648)*
Tangan diatas Pusar
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya diatas pusar.“ (HR. Abu Daud no.646)*
15. Do’a Istiftah (Iftitah)
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik, lagi berbarakah. (HR. Muslim no.942)*
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang. (HR. Muslim no.943)*
أَبُو زُرْعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ
إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Abu Zur’ah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur’an.“
Abu Zur’ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘Berhenti sebentar, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: “Aku membaca;
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.“
(HR. Bukhari no.702, Muslim no.940, Nasa’I no.885)*
16. Membaca Ta’awwudz (berlindung dari godaan syetan).
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16] : 98)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’UUDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimi no.1211, Tirmidzi no.225)*
17. Menbaca Al-Fatihah.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan ‘Umar dan Ustman , mereka memulai shalat dengan membaca: ‘ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN.”
(HR. Bukhari no.701, Muslim no.768, Abu Daud no.664, Ahmad no.12630)*
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ قُمْتُ وَرَاءَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ كَانَ لَا يَقْرَأُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ
Dari Anas bin Malik dia berkata; “Saya pernah shalat di belakang Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua tidak membaca; BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIM ketika mengawali shalat.” (HR. Malik no.164)*
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ
فَلَمْ يَجْهَرُوا بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas berkata; Pernah saya shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, bersama Abu Bakar, bersama ‘Umar, mereka tidak mengeraskan dalam membaca “BISMILLAHI AR-RAHMANI AR-RAHIMI”
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
(HR. Ahmad no.13284 & 13406)*
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Nu’aim Al Mujmir dia berkata; Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca “Bismillaahirrohmaanirrohiim” (HR. Nasa’I no.895)*
Tidak ada Shalat tanpa Al Fatihah
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).“
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmad no.21621)*
لَا يَقْرَأَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا جَهَرْتُ بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Janganlah sekali-kali kalian membaca surat, ketika aku memperdengarkan bacaanku dalam shalat, kecuali surat Al Fatihah.” (HR. Nasa’I no.911, Abu Daud no.702)*
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
Jabir bin Abdullah berkata; “Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak membaca Ummul Qur`an di dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia shalat di belakang imam.“ (HR. Tirmidzi no.288)*
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sabdanya):
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
Kewajiban Menyimak (diam dan mendengarkan) bacaan Al Qur’an
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raaf [7] :204)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Imam dijadikan untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kalian dan jika ia sedang membaca (Al-Fatihah atau surat Al Qur’an) maka simaklah (diam dan dengarkan) .“ (HR. Nasa’I no.913, Ahmad no.8534, Ibnu Majah no.837)*
Membaca dibelakang Imam
فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِي مِنْكُمْ أَحَدٌ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tadi ada yang membaca bersamaku?”
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘ Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Membaca Al Fatihah dalam Hati
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur`an (Al Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak sempurna.” Abu As Sa`ib berkata kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku terkadang membaca dan kadang tidak ketika di belakang imam.” Abu As Sa`ib berkata; Maka Abu Hurairah pun menyenggol lenganku seraya berkata; “Wahai orang Parsi, bacalah ia dalam hatimu”
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malik no.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
18. Mengucapkan “Aamiiin”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI ‘ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa yang ucapan ‘AMIIN’ nya bersamaan dengan ‘AMIIN’ nya Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslim no.621, Ahmad no.9542)*
19. Membaca Surat pada Rakaat Pertama dan Kedua Saja.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau membaca faatihatul kitaab dan surat pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ‘ashar dan faatihatul kitaab pada dua rakaat berikutnya.
(HR. Ahmad no.21549)*
20. Berdiam sejenak (Saktah / Thu’maninah)
قَالَ سَمُرَةُ حَفِظْتُ سَكْتَتَيْنِ فِي الصَّلَاةِ سَكْتَةً إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ حَتَّى يَقْرَأَ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
Samurah berkata; “Aku hafal dua tempat diam sejenaknya beliau dalam shalat, pertama ketika imam bertakbir sampai membaca (Al Fatihah) dan diamnya yang kedua apabila selesai membaca surat Al Fatihah dan surat Al Qur’an sebelum ruku’.”
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majah no.836)*
21. Melakukan Rukuk
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Al Huwairits dia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir, ruku’, dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ (i’tidal) hingga mencapai kedua ujung telinganya.” (HR. Abu Daud no.636)*
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)*
22. Posisi Rukuk
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُغَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ وَلَا صَافِحٍ بِخَدِّهِ
“Apabila ruku’, beliau merapatkan kedua telapak tangan pada kedua lututnya, merenggangkan jari jemarinya lalu membungkukkan punggung (secara rata), tidak menengadah dan tidak pula menundukkan kepalanya.” (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
23. Kedua Tangan diletakkan.
كُنَّا نَفْعَلُهُ فَنُهِينَا عَنْهُ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِينَا عَلَى الرُّكَبِ
“Kami pernah mengerjakan seperti itu lalu kami dilarang (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), dan kami diperintahkan untuk meletakkan tangan kami pada lutut-lutut kami.“ (HR. Bukhari no.748)*
24. Menggenggam.
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَّرَ يَدَيْهِ فَتَجَافَى عَنْ جَنْبَيْهِ
“Kemudian beliau ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggamnya, dan mengikatkan kedua tangannya seperti tali lalu merenggangkannya dari kedua lambungnya.” (HR. Abu Daud no.627, Tirmidzi no.241, Nasa’I no.1026)*
Mencengkram.
فَلَمَّا رَكَعَ طَبَّقَ يَدَيْهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku’, beliau mencengkramkan kedua tangannya pada kedua lututnya.”
(HR. Abu Daud no. 638)*
25. Kedua Lutut dan Jari-jemari direnggangkan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika rukuk selalu meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan merenggangkannya. “ (HR. Ibnu Majah no.864)*
26. Thuma’ninah
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
Dari Al Bara’ berkata, “Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama (dalam thuma’ninah).“ (HR. Bukhari no.750)*
27. Bacaan Rukuk
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.”
(HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
28. Bangkit dari Rukuk Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian).
(HR. Bukhari no.754)*
29. Setelah Tegak berdiri Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka beliau melanjutkan dengan:
‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. ” (HR. Bukhari no.753)*
30. Thuma’ninah (I’tidal)
عَنْ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ أَنَسٌ يَنْعَتُ لَنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَكَانَ يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
Dari Tsabit berkata, ” Anas pernah menceritakan sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, jika beliau shalat dan mengangkat kepalanya dari rukuk, maka beliau berdiri (lama) hingga kami mengatakan ‘beliau telah lupa’.” (HR. Bukhari no.758)*
Belum Shalat Kalau Tidak Thuma’ninah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ
Dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya. Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Kamu belum shalat!” (HR. Bukhari no.376 & no.766)*
31. Melakukan Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Jika sujud beliau meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya. Dan jika bangun dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lutut.”
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan janganlah ia turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
32. Posisi Sujud
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Ketika sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan hidung dan dahinya ke bumi, menjauhkan dua tangan dari lambungnya, dan meletakkan dua telapak tangannya sejajar dengan dua bahu.” (HR. Tirmidzi no.250, Abu Daud no.627)*
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ
Dari al-Bara’ dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Apabila kalian sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu.” (HR. Muslim no.763, Ahmad no.17858)*
Sujud dalam Shalat berjama’ah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اشْتَكَى أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengadu kepada beliau tentang sulitnya sujud mereka jika harus menjauhkan kedua tangan dari kedua rusuk dan menjauhkan perut dari kedua paha, maka beliau bersabda: “Gunakanlah lutut-lutut kalian.”
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian sujud, janganlah ia membentangkan kedua tangannya ke lantai sebagaimana seekor anjing, dan hendaklah ia meletakkan di kedua pahanya.” (HR. Abu Daud no.766)*
33. Posisi Jari ketika Sujud.
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“…………. kemudian beliau membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: “Allahu Akbar“ (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
34. Jari-jemari menghadap Kiblat.
ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ
Setelah itu beliau sujud dan meletakkan kedua tangannya menghadap kiblat.
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
35. Kedua Paha dibuka
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
Dari Abu Humaid dengan hadits seperti ini, katanya; “Apabila beliau sujud, beliau merenggangkan kedua pahanya tanpa memikul beban perutnya.” (HR. Abu Daud no.627)*
36. Kedua Telapak Kaki ditegakkan serta Kedua Tumit dirapatkan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
Dari ‘Aisyah dia berkata; “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku menyentuh beliau yang sedang sujud, sedangkan kedua telapak kakinya tegak. (HR. Nasa’I no.1088, Muslim no.751, Ahmad no.23176, Abu Daud no.745, Ibnu Majah no.3831)*
37. Anggota Sujud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ
عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung – kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).”
(HR. Bukhari no.770, Muslim no.758, Ibnu Majah no.874)*
38. Bacaan Sujud
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.” (HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
39. Duduk antara dua Sujud
وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
“Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain.” (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى
“Termasuk sunnah shalat adalah engkau menidurkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.” (HR. Abu Daud no.822, Nasa’I no.1145)*
Duduk Iq’a
طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ
فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Thawus berkata,
“Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit (duduk Iq’a).“ Dia menjawab, “Hukumnya sunat”. Kami bertanya, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Ibnu Abbas menjawab, “Bahkan, begitulah sunnah Nabimu Shallallahu’alaihiwasallam.”
(HR. Muslim no.835, Abu Daud no.719)*
40 & 41. Telapak Tangan di atas Paha
عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَعَدَ يَدْعُووَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya katanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika duduk berdoa (Tasyahud), beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya. (HR. Muslim no.910)*
42. Do’a Waktu Duduk diantara Sujud
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Dari Hudzaifah berkata;
“Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan:
“RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). ” (HR. Ibnu Majah no.887, Ad-Darimi no.1290)*
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Dari Ibnu Abbas bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI”
(ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).” (HR. Abu Daud no.724) *
43. Bangkit dari Sujud
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ صَلَّى لَنَا أَبُو سَعِيدٍ فَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Abu Sa’id memimpin kami shalat, dia lalu mengeraskan bacaan takbirnya ketika mengangkat kepala dari sujud, ketika mau sujud, ketika mengangkat (kepala dari sujud) dan ketika bangkit berdiri dari rakaat kedua, setelah itu ia berkata, “Begitulah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari no. 782)*
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُصَلِّي بِنَا فَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ وَحِينَ يَرْكَعُ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ
مِنْ الرُّكُوعِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ مِنْ السُّجُودِ وَإِذَا جَلَسَ
وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَيُكَبِّرُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ
Abu Hurairah shalat bersama kami lalu ia takbir ketika bangun, ketika akan rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari sujud, ketika duduk, ketika akan bangun pada rakaat yang kedua, dia takbir dan takbir seperti itu pada dua rakaat yang terakhir. (HR. Ahmad no.7336)*
Duduk sejenak sebelum Bangkit Berdiri dari Sujud
أَبُو بُرَيْدٍ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ نَهَضَ
Jika Abu Buraid mengangkat kepalanya dari sujud yang akhir, maka dia duduk dengan lurus sejenak lalu bangkit berdiri.” (HR. Bukhari no.760 dari Malik bin Al Huwarits)*
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
“Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk di atas tanah, kemudian baru berdiri.” (HR. Bukhari no.781dari Malik bin Al Huwarits)*
كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى قَعَدَ ثُمَّ قَامَ
“Apabila Malik bin Huwairits bangkit dari sujud terakhir pada raka’at pertama,
dia duduk sesaat kemudian berdiri.” (HR. Abu Daud no.716 dari Malik bin Al Huwarits)*
44 & 45. Bangkit dari Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa’il bin Hujr dia berkata; “Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam meletakan lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya apabila hendak sujud, dan mengangkat kedua tangannya dahulu sebelum kedua lututnya apabila bangkit dari sujud.
(HR. Nasa’I no.1077, Ad-Darimi no.1286, Ibnu Majah no.872)*
فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ فِي أَوَّلِ الرَّكْعَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ قَامَ فَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ
“Jika mengangkat kepalanya saat sujud kedua pada rakaat pertama maka ia duduk dalam keadaan lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. Nasa’I no.1141 dari Malik bin Huwairits )*
46 & 47. Raka’at Kedua lebih singkat dari Raka’at Pertama
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ
مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada dua rakaat pertama dalam shalat Dhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (HR. Bukhari no.717)*
48. Tasyahud Awwal
ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً
ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Kemudian beliau duduk dan menyilangkan kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya dan lutut kirinya, dan beliau jadikan ujung siku kanannya diatas paha kanannya kemudian beliau menggenggam antara jari-jarinya dan beliau jadikan melingkar, kemudian beliau angkat telunjuknya dan kulihat beliau menggerak-gerakkannya sambil memanjatkan doa.
(HR. Ahmad no.18115, Ad-Darimi no.1323, Nasa’I no.1251 dari Wail bin Hujr)*
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا
Dari Abdullah bin Zubair bahwa dia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat dengan jarinya ketika berdo’a, tanpa menggerakkannya.”
(HR. Abu Daud no.839)*
Telunjuk sedikit Bengkok
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا فِي الصَّلَاةِ وَاضِعًا ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas paha yang kanan, dan mengangkat telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdo’a.” (HR. Nasa’i no.1257, Abu Daud no.840)*
Telunjuk Lurus
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصْبِهِ قَدَمَهُ الْيُمْنَى
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya sebagai isyarat mengesakan Rabnya ‘Azzawajalla. (HR.Ahmad no.15977 dari Ibnu Ishaq)*
49. Pandangan tertuju pada Telunjuk.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَلَمْ يُجَاوِزْ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ
‘Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari Bapaknya berkata;
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR. Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
50. Tasyahhud
ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu; “AT-TAHIYYATU LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH-SHAALIHIIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)*
51. Shalawat
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
(Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia) “. (HR. Bukhari no.4423 & 5880, Muslim no.614)*
52. Iftirasy
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى
عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ
Seusainya (sujud) beliau duduk iftirasy (duduk di atas kaki kiri) dengan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat, dan meletakkan telapak tangan kanan di atas lutut kanan, dan telapak tangan kiri di atas lutut kiri, sambil menunjuk dengan jari (telunjuk) nya.“ (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
53. Do’a Sebelum Salam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma innii ‘A’uudzu bika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naar
wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitmatil masiihid dajjaal”
(“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur dan dari siksa api neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid Dajjal”).
(HR. Bukhari no.1288 dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu)*
54. Tawarruk
حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا
“Ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam,beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).“
(HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
55. Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ
Dari Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya: “(ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI, ASSALAMU’ALAIKUM WAHMATULLAH)“ hingga terlihat putihnya pipi beliau. (HR. Ahmad no.3516 , Ibnu Majah 904, Nasi’I no.1307, Tirmidzi no.272)*
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ
عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Dari ‘Alqamah bin Wa`il dari ayahnya dia berkata; “Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan
“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian), “ dan kearah kiri dengan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullah (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian).
” (HR. Abu Daud no.846) *
masih kurang om???
mau detail :
.
Shalat dibuka dengan Takbir dan ditutup dengan Salam
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
1. Wudhu
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
2. Niat
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhari no.1, Muslim no.3530)*
3. Menghadap Kiblat
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam……. (QS. Al Baqarah [2]:144)
Meluruskan kedua Kaki
عَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata;
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
Kata Nu’man; Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. (HR. Abu Daud no.566, Ahmad no.17703)*
4. Sutrah (Pembatas)
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ
فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
‘Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap suatu sutrah dari manusia, lalu ada seseorang yang bermaksud lewat di depannya, maka hendaklah dia mendorong dadanya, jika dia menolak, hendaklah dia memeranginya karena dia adalah setan’. (HR. Muslim no.783, Bukhari no.479)*
5. Jarak Sutrah
كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ
“Jarak antara tempat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan kambing.” (HR. Bukhari no.466, Muslim no.786, Abu Daud no.914)*
ثُمَّ صَلَّى وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِدَارِ ثَلَاثَةُ أَذْرُعٍ
Kemudian beliau shalat dan jarak antara beliau dan dinding tiga hasta.”
(HR. Ahmad no.5951, Nasa’I no.741)*
6. Shalat semampunya.
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Dari Imran bin Hushain. Ia berkata; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: “Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring.”
(HR. Tirmidzi no.339, Abu Daud no. 815, Bukhari no.1048)*
7. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Pundak
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir.“ (HR. Muslim no.587, Bukhari no.694)*
8. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Telinga
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertakbir maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya”.
(HR. Muslim no.589 dari Malik bin al-Huwairits) *
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam).
(HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
9. Tidak boleh menoleh.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Dari ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat.” Maka Beliau bersabda: “Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba.”
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzi no.538)*
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah akan selalu menghadap ke hambanya dalam shalat selama hambanya tidak membuang pandangannya, apabila ia melirik maka Allah pergi darinya.”
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daud no.775)*
Dalam HR. Baihaqi dan Hakim (dari Aisyah) disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah.
10. Mengangkat kedua tangan sebelum mengucapkan Takbir.
أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu beliau mengucapkan: “ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar).“ (HR. Ibnu Majah no.795) *
11. Mengangkat kedua tangan bersamaan dengan Takbir.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
Dari Wa`il bin Hujr Al Hadlrami berkata;
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud no.623, Ibnu Majah no.851)*
12. Mengangkat kedua tangan setelah ucapan Takbir.
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
Kemudian aku memperhatikan Rasulullah, beliau berdiri dan takbir, lalu mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga, dan meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya.“ (HR. Ad-Darimi no.1323 dari Wail bin Hujr)*
13. Meletakkan Tangan Kanannya diatas Tangan Kirinya.
كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ
“Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat.” (HR. Bukhari no.698, Malik no.340) *
فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya dan pergelangan tangan kirinya.” (HR. Abu Daud no.624 dari Wa’il bin Hujr radliallahu ‘anhu)*
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَأَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat,
tangan kanannya menggenggam tangan kiri.“ (HR.Ibnu Majah no.802)*
14. Meletakkan kedua Tangannya diatas Dada.
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Thawus dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri, kemudian menarik keduanya diatas dada ketika shalat.” (HR. Abu Daud no.648)*
Tangan diatas Pusar
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya diatas pusar.“ (HR. Abu Daud no.646)*
15. Do’a Istiftah (Iftitah)
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik, lagi berbarakah. (HR. Muslim no.942)*
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang. (HR. Muslim no.943)*
أَبُو زُرْعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ
إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Abu Zur’ah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur’an.“
Abu Zur’ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘Berhenti sebentar, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: “Aku membaca;
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.“
(HR. Bukhari no.702, Muslim no.940, Nasa’I no.885)*
16. Membaca Ta’awwudz (berlindung dari godaan syetan).
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16] : 98)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’UUDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimi no.1211, Tirmidzi no.225)*
17. Menbaca Al-Fatihah.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan ‘Umar dan Ustman , mereka memulai shalat dengan membaca: ‘ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN.”
(HR. Bukhari no.701, Muslim no.768, Abu Daud no.664, Ahmad no.12630)*
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ قُمْتُ وَرَاءَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ كَانَ لَا يَقْرَأُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ
Dari Anas bin Malik dia berkata; “Saya pernah shalat di belakang Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua tidak membaca; BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIM ketika mengawali shalat.” (HR. Malik no.164)*
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ
فَلَمْ يَجْهَرُوا بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas berkata; Pernah saya shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, bersama Abu Bakar, bersama ‘Umar, mereka tidak mengeraskan dalam membaca “BISMILLAHI AR-RAHMANI AR-RAHIMI”
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
(HR. Ahmad no.13284 & 13406)*
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Nu’aim Al Mujmir dia berkata; Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca “Bismillaahirrohmaanirrohiim” (HR. Nasa’I no.895)*
Tidak ada Shalat tanpa Al Fatihah
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).“
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmad no.21621)*
لَا يَقْرَأَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا جَهَرْتُ بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Janganlah sekali-kali kalian membaca surat, ketika aku memperdengarkan bacaanku dalam shalat, kecuali surat Al Fatihah.” (HR. Nasa’I no.911, Abu Daud no.702)*
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
Jabir bin Abdullah berkata; “Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak membaca Ummul Qur`an di dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia shalat di belakang imam.“ (HR. Tirmidzi no.288)*
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sabdanya):
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
Kewajiban Menyimak (diam dan mendengarkan) bacaan Al Qur’an
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raaf [7] :204)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Imam dijadikan untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kalian dan jika ia sedang membaca (Al-Fatihah atau surat Al Qur’an) maka simaklah (diam dan dengarkan) .“ (HR. Nasa’I no.913, Ahmad no.8534, Ibnu Majah no.837)*
Membaca dibelakang Imam
فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِي مِنْكُمْ أَحَدٌ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tadi ada yang membaca bersamaku?”
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘ Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Membaca Al Fatihah dalam Hati
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur`an (Al Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak sempurna.” Abu As Sa`ib berkata kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku terkadang membaca dan kadang tidak ketika di belakang imam.” Abu As Sa`ib berkata; Maka Abu Hurairah pun menyenggol lenganku seraya berkata; “Wahai orang Parsi, bacalah ia dalam hatimu”
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malik no.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
18. Mengucapkan “Aamiiin”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI ‘ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa yang ucapan ‘AMIIN’ nya bersamaan dengan ‘AMIIN’ nya Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslim no.621, Ahmad no.9542)*
19. Membaca Surat pada Rakaat Pertama dan Kedua Saja.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau membaca faatihatul kitaab dan surat pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ‘ashar dan faatihatul kitaab pada dua rakaat berikutnya.
(HR. Ahmad no.21549)*
20. Berdiam sejenak (Saktah / Thu’maninah)
قَالَ سَمُرَةُ حَفِظْتُ سَكْتَتَيْنِ فِي الصَّلَاةِ سَكْتَةً إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ حَتَّى يَقْرَأَ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
Samurah berkata; “Aku hafal dua tempat diam sejenaknya beliau dalam shalat, pertama ketika imam bertakbir sampai membaca (Al Fatihah) dan diamnya yang kedua apabila selesai membaca surat Al Fatihah dan surat Al Qur’an sebelum ruku’.”
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majah no.836)*
21. Melakukan Rukuk
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Al Huwairits dia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir, ruku’, dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ (i’tidal) hingga mencapai kedua ujung telinganya.” (HR. Abu Daud no.636)*
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)*
22. Posisi Rukuk
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُغَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ وَلَا صَافِحٍ بِخَدِّهِ
“Apabila ruku’, beliau merapatkan kedua telapak tangan pada kedua lututnya, merenggangkan jari jemarinya lalu membungkukkan punggung (secara rata), tidak menengadah dan tidak pula menundukkan kepalanya.” (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
23. Kedua Tangan diletakkan.
كُنَّا نَفْعَلُهُ فَنُهِينَا عَنْهُ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِينَا عَلَى الرُّكَبِ
“Kami pernah mengerjakan seperti itu lalu kami dilarang (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), dan kami diperintahkan untuk meletakkan tangan kami pada lutut-lutut kami.“ (HR. Bukhari no.748)*
24. Menggenggam.
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَّرَ يَدَيْهِ فَتَجَافَى عَنْ جَنْبَيْهِ
“Kemudian beliau ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggamnya, dan mengikatkan kedua tangannya seperti tali lalu merenggangkannya dari kedua lambungnya.” (HR. Abu Daud no.627, Tirmidzi no.241, Nasa’I no.1026)*
Mencengkram.
فَلَمَّا رَكَعَ طَبَّقَ يَدَيْهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku’, beliau mencengkramkan kedua tangannya pada kedua lututnya.”
(HR. Abu Daud no. 638)*
25. Kedua Lutut dan Jari-jemari direnggangkan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika rukuk selalu meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan merenggangkannya. “ (HR. Ibnu Majah no.864)*
26. Thuma’ninah
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
Dari Al Bara’ berkata, “Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama (dalam thuma’ninah).“ (HR. Bukhari no.750)*
27. Bacaan Rukuk
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.”
(HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
28. Bangkit dari Rukuk Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian).
(HR. Bukhari no.754)*
29. Setelah Tegak berdiri Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka beliau melanjutkan dengan:
‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. ” (HR. Bukhari no.753)*
30. Thuma’ninah (I’tidal)
عَنْ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ أَنَسٌ يَنْعَتُ لَنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَكَانَ يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
Dari Tsabit berkata, ” Anas pernah menceritakan sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, jika beliau shalat dan mengangkat kepalanya dari rukuk, maka beliau berdiri (lama) hingga kami mengatakan ‘beliau telah lupa’.” (HR. Bukhari no.758)*
Belum Shalat Kalau Tidak Thuma’ninah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ
Dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya. Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Kamu belum shalat!” (HR. Bukhari no.376 & no.766)*
31. Melakukan Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Jika sujud beliau meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya. Dan jika bangun dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lutut.”
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan janganlah ia turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
32. Posisi Sujud
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Ketika sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan hidung dan dahinya ke bumi, menjauhkan dua tangan dari lambungnya, dan meletakkan dua telapak tangannya sejajar dengan dua bahu.” (HR. Tirmidzi no.250, Abu Daud no.627)*
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ
Dari al-Bara’ dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Apabila kalian sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu.” (HR. Muslim no.763, Ahmad no.17858)*
Sujud dalam Shalat berjama’ah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اشْتَكَى أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengadu kepada beliau tentang sulitnya sujud mereka jika harus menjauhkan kedua tangan dari kedua rusuk dan menjauhkan perut dari kedua paha, maka beliau bersabda: “Gunakanlah lutut-lutut kalian.”
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian sujud, janganlah ia membentangkan kedua tangannya ke lantai sebagaimana seekor anjing, dan hendaklah ia meletakkan di kedua pahanya.” (HR. Abu Daud no.766)*
33. Posisi Jari ketika Sujud.
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“…………. kemudian beliau membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: “Allahu Akbar“ (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
34. Jari-jemari menghadap Kiblat.
ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ
Setelah itu beliau sujud dan meletakkan kedua tangannya menghadap kiblat.
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
35. Kedua Paha dibuka
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
Dari Abu Humaid dengan hadits seperti ini, katanya; “Apabila beliau sujud, beliau merenggangkan kedua pahanya tanpa memikul beban perutnya.” (HR. Abu Daud no.627)*
36. Kedua Telapak Kaki ditegakkan serta Kedua Tumit dirapatkan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
Dari ‘Aisyah dia berkata; “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku menyentuh beliau yang sedang sujud, sedangkan kedua telapak kakinya tegak. (HR. Nasa’I no.1088, Muslim no.751, Ahmad no.23176, Abu Daud no.745, Ibnu Majah no.3831)*
37. Anggota Sujud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ
عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung – kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).”
(HR. Bukhari no.770, Muslim no.758, Ibnu Majah no.874)*
38. Bacaan Sujud
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.” (HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
39. Duduk antara dua Sujud
وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
“Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain.” (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى
“Termasuk sunnah shalat adalah engkau menidurkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.” (HR. Abu Daud no.822, Nasa’I no.1145)*
Duduk Iq’a
طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ
فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Thawus berkata,
“Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit (duduk Iq’a).“ Dia menjawab, “Hukumnya sunat”. Kami bertanya, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Ibnu Abbas menjawab, “Bahkan, begitulah sunnah Nabimu Shallallahu’alaihiwasallam.”
(HR. Muslim no.835, Abu Daud no.719)*
40 & 41. Telapak Tangan di atas Paha
عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَعَدَ يَدْعُووَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya katanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika duduk berdoa (Tasyahud), beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya. (HR. Muslim no.910)*
42. Do’a Waktu Duduk diantara Sujud
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Dari Hudzaifah berkata;
“Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan:
“RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). ” (HR. Ibnu Majah no.887, Ad-Darimi no.1290)*
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Dari Ibnu Abbas bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI”
(ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).” (HR. Abu Daud no.724) *
43. Bangkit dari Sujud
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ صَلَّى لَنَا أَبُو سَعِيدٍ فَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Abu Sa’id memimpin kami shalat, dia lalu mengeraskan bacaan takbirnya ketika mengangkat kepala dari sujud, ketika mau sujud, ketika mengangkat (kepala dari sujud) dan ketika bangkit berdiri dari rakaat kedua, setelah itu ia berkata, “Begitulah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari no. 782)*
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُصَلِّي بِنَا فَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ وَحِينَ يَرْكَعُ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ
مِنْ الرُّكُوعِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ مِنْ السُّجُودِ وَإِذَا جَلَسَ
وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَيُكَبِّرُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ
Abu Hurairah shalat bersama kami lalu ia takbir ketika bangun, ketika akan rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari sujud, ketika duduk, ketika akan bangun pada rakaat yang kedua, dia takbir dan takbir seperti itu pada dua rakaat yang terakhir. (HR. Ahmad no.7336)*
Duduk sejenak sebelum Bangkit Berdiri dari Sujud
أَبُو بُرَيْدٍ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ نَهَضَ
Jika Abu Buraid mengangkat kepalanya dari sujud yang akhir, maka dia duduk dengan lurus sejenak lalu bangkit berdiri.” (HR. Bukhari no.760 dari Malik bin Al Huwarits)*
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
“Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk di atas tanah, kemudian baru berdiri.” (HR. Bukhari no.781dari Malik bin Al Huwarits)*
كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى قَعَدَ ثُمَّ قَامَ
“Apabila Malik bin Huwairits bangkit dari sujud terakhir pada raka’at pertama,
dia duduk sesaat kemudian berdiri.” (HR. Abu Daud no.716 dari Malik bin Al Huwarits)*
44 & 45. Bangkit dari Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa’il bin Hujr dia berkata; “Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam meletakan lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya apabila hendak sujud, dan mengangkat kedua tangannya dahulu sebelum kedua lututnya apabila bangkit dari sujud.
(HR. Nasa’I no.1077, Ad-Darimi no.1286, Ibnu Majah no.872)*
فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ فِي أَوَّلِ الرَّكْعَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ قَامَ فَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ
“Jika mengangkat kepalanya saat sujud kedua pada rakaat pertama maka ia duduk dalam keadaan lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. Nasa’I no.1141 dari Malik bin Huwairits )*
46 & 47. Raka’at Kedua lebih singkat dari Raka’at Pertama
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ
مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada dua rakaat pertama dalam shalat Dhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (HR. Bukhari no.717)*
48. Tasyahud Awwal
ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً
ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Kemudian beliau duduk dan menyilangkan kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya dan lutut kirinya, dan beliau jadikan ujung siku kanannya diatas paha kanannya kemudian beliau menggenggam antara jari-jarinya dan beliau jadikan melingkar, kemudian beliau angkat telunjuknya dan kulihat beliau menggerak-gerakkannya sambil memanjatkan doa.
(HR. Ahmad no.18115, Ad-Darimi no.1323, Nasa’I no.1251 dari Wail bin Hujr)*
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا
Dari Abdullah bin Zubair bahwa dia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat dengan jarinya ketika berdo’a, tanpa menggerakkannya.”
(HR. Abu Daud no.839)*
Telunjuk sedikit Bengkok
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا فِي الصَّلَاةِ وَاضِعًا ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas paha yang kanan, dan mengangkat telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdo’a.” (HR. Nasa’i no.1257, Abu Daud no.840)*
Telunjuk Lurus
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصْبِهِ قَدَمَهُ الْيُمْنَى
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya sebagai isyarat mengesakan Rabnya ‘Azzawajalla. (HR.Ahmad no.15977 dari Ibnu Ishaq)*
49. Pandangan tertuju pada Telunjuk.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَلَمْ يُجَاوِزْ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ
‘Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari Bapaknya berkata;
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR. Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
50. Tasyahhud
ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu; “AT-TAHIYYATU LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH-SHAALIHIIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)*
51. Shalawat
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
(Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia) “. (HR. Bukhari no.4423 & 5880, Muslim no.614)*
52. Iftirasy
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى
عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ
Seusainya (sujud) beliau duduk iftirasy (duduk di atas kaki kiri) dengan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat, dan meletakkan telapak tangan kanan di atas lutut kanan, dan telapak tangan kiri di atas lutut kiri, sambil menunjuk dengan jari (telunjuk) nya.“ (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
53. Do’a Sebelum Salam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma innii ‘A’uudzu bika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naar
wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitmatil masiihid dajjaal”
(“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur dan dari siksa api neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid Dajjal”).
(HR. Bukhari no.1288 dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu)*
54. Tawarruk
حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا
“Ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam,beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).“
(HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
55. Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ
Dari Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya: “(ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI, ASSALAMU’ALAIKUM WAHMATULLAH)“ hingga terlihat putihnya pipi beliau. (HR. Ahmad no.3516 , Ibnu Majah 904, Nasi’I no.1307, Tirmidzi no.272)*
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ
عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Dari ‘Alqamah bin Wa`il dari ayahnya dia berkata; “Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan
“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian), “ dan kearah kiri dengan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullah (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian).
” (HR. Abu Daud no.846) *
masih kurang om???
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Seputar Sholat
@ isaku...
om wedi jangan di posting kepanjangan brad, kasian ota'nya.... cc nya terlalu kecil untuk menampung sebegitu bacaan....
@wed...
wed, gegitaran di gereja sapa yang ngajarin...??emang yesus bisa maen gitar...??
dasar umat bid'ah...
om wedi jangan di posting kepanjangan brad, kasian ota'nya.... cc nya terlalu kecil untuk menampung sebegitu bacaan....
@wed...
wed, gegitaran di gereja sapa yang ngajarin...??emang yesus bisa maen gitar...??
dasar umat bid'ah...
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: Seputar Sholat
dhans wrote:
[/color]
Selanjutnya beliau bersabda: 'Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur'an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah hingga kamu benar-benar ruku' dan bangkitlah dari ruku' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.\" Abu Usamah mengatakan di akhir haditsnya; \"Sehingga kamu benar-benar berdiri.\" Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar dia berkata; telah menceritakan kepadaku Yahya dari 'Ubaidullah telah menceritakan kepadaku Sa'id dari Ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Kemudian bangkitlah (dari sujud) hingga kamu benar-benar duduk.\"..[Hr. Bukhari 5782]..
solat model 1:
- wudlu
- menghadap kiblat (posisi: berdiri? jongkok? bersila? tengkureb?)
- baca quran (ayat apa?)
- ruku
- bangkit/tegak
- sujud
- bangkit/duduk
- sujud lagi
- bangkit/duduk lagi
cuman itu doang..
padahal solatmu gak hanya itu gerakannya..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
solat model lain..
malah hanya takbir dan salam
Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
model solat lain lagi..
hanya wudlu
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
dan model-model solat lain..
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
@om wedi
belajar baca dulu yg bener deh om.
belajar baca dulu yg bener deh om.
siap kang :))dhans wrote:@ isaku...
om wedi jangan di posting kepanjangan brad, kasian ota'nya.... cc nya terlalu kecil untuk menampung sebegitu bacaan.... malaekat
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Seputar Sholat
isaku wrote:“
1. Wudhu
أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
2. Niat
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan” (HR. Bukhari no.1, Muslim no.3530)*
3. Menghadap Kiblat
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam……. (QS. Al Baqarah [2]:144)
Meluruskan kedua Kaki
عَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata;
“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“ (HR. Abu Daud no.643)*
Kata Nu’man; Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. (HR. Abu Daud no.566, Ahmad no.17703)*
4. Sutrah (Pembatas)
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ يَدَيْهِ
فَلْيَدْفَعْ فِي نَحْرِهِ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
‘Apabila salah seorang dari kalian shalat menghadap suatu sutrah dari manusia, lalu ada seseorang yang bermaksud lewat di depannya, maka hendaklah dia mendorong dadanya, jika dia menolak, hendaklah dia memeranginya karena dia adalah setan’. (HR. Muslim no.783, Bukhari no.479)*
5. Jarak Sutrah
كَانَ بَيْنَ مُصَلَّى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْجِدَارِ مَمَرُّ الشَّاةِ
“Jarak antara tempat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan kambing.” (HR. Bukhari no.466, Muslim no.786, Abu Daud no.914)*
ثُمَّ صَلَّى وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِدَارِ ثَلَاثَةُ أَذْرُعٍ
Kemudian beliau shalat dan jarak antara beliau dan dinding tiga hasta.”
(HR. Ahmad no.5951, Nasa’I no.741)*
6. Shalat semampunya.
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الْمَرِيضِ فَقَالَ صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
Dari Imran bin Hushain. Ia berkata; “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat orang yang sakit, beliau lalu menjawab: “Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring.”
(HR. Tirmidzi no.339, Abu Daud no. 815, Bukhari no.1048)*
7. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Pundak
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mendirikan shalat maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga menjadi sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir.“ (HR. Muslim no.587, Bukhari no.694)*
8. Posisi Tangan Saat Takbir Sejajar Telinga
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertakbir maka beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya”.
(HR. Muslim no.589 dari Malik bin al-Huwairits) *
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam).
(HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
9. Tidak boleh menoleh.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ
فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ
Dari ‘Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang menoleh dalam shalat.” Maka Beliau bersabda: “Itu adalah sambaran yang sangat cepat yang dilakukan oleh setan terhadap shalatnya hamba.”
(HR. Bukhari no.709, Abu Daud no.776, Tirmidzi no.538)*
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا صَرَفَ وَجْهَهُ انْصَرَفَ عَنْهُ
“Allah akan selalu menghadap ke hambanya dalam shalat selama hambanya tidak membuang pandangannya, apabila ia melirik maka Allah pergi darinya.”
(HR. Ahmad no.20531, Nasa’I no.1182, Abu Daud no.775)*
Dalam HR. Baihaqi dan Hakim (dari Aisyah) disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah.
10. Mengangkat kedua tangan sebelum mengucapkan Takbir.
أَبَا حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Jika akan mendirikan shalat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, lalu beliau mengucapkan: “ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar).“ (HR. Ibnu Majah no.795) *
11. Mengangkat kedua tangan bersamaan dengan Takbir.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ الْحَضْرَمِيِّ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرِ
Dari Wa`il bin Hujr Al Hadlrami berkata;
“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir”. (HR. Ahmad no.18093, Abu Daud no.623, Ibnu Majah no.851)*
12. Mengangkat kedua tangan setelah ucapan Takbir.
فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ
حَتَّى َاذَتَا بِأُذُنَيْهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى
Kemudian aku memperhatikan Rasulullah, beliau berdiri dan takbir, lalu mengangkat kedua tangannya hingga sejajar kedua telinga, dan meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya.“ (HR. Ad-Darimi no.1323 dari Wail bin Hujr)*
13. Meletakkan Tangan Kanannya diatas Tangan Kirinya.
كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِي الصَّلَاةِ
“Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanannya di atas lengan kiri dalam shalat.” (HR. Bukhari no.698, Malik no.340) *
فِيهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya dan pergelangan tangan kirinya.” (HR. Abu Daud no.624 dari Wa’il bin Hujr radliallahu ‘anhu)*
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فَأَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat,
tangan kanannya menggenggam tangan kiri.“ (HR.Ibnu Majah no.802)*
14. Meletakkan kedua Tangannya diatas Dada.
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Thawus dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri, kemudian menarik keduanya diatas dada ketika shalat.” (HR. Abu Daud no.648)*
Tangan diatas Pusar
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya diatas pusar.“ (HR. Abu Daud no.646)*
15. Do’a Istiftah (Iftitah)
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik, lagi berbarakah. (HR. Muslim no.942)*
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Maha Besar Allah, dan segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang. (HR. Muslim no.943)*
أَبُو زُرْعَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ
إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ
اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Abu Zur’ah berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur’an.“
Abu Zur’ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, ‘Berhenti sebentar, lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: “Aku membaca;
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin.“
(HR. Bukhari no.702, Muslim no.940, Nasa’I no.885)*
16. Membaca Ta’awwudz (berlindung dari godaan syetan).
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl [16] : 98)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
A’UUDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk *
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
A’UUDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM
MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI
(Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek).“
(HR. Abu Daud no.658, Ahmad no.11047, Ad-Darimi no.1211, Tirmidzi no.225)*
17. Menbaca Al-Fatihah.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan ‘Umar dan Ustman , mereka memulai shalat dengan membaca: ‘ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN.”
(HR. Bukhari no.701, Muslim no.768, Abu Daud no.664, Ahmad no.12630)*
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ قُمْتُ وَرَاءَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ كَانَ لَا يَقْرَأُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ
Dari Anas bin Malik dia berkata; “Saya pernah shalat di belakang Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua tidak membaca; BISMILLAHI AR-RAHMAN AR-RAHIM ketika mengawali shalat.” (HR. Malik no.164)*
عَنْ أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ
فَلَمْ يَجْهَرُوا بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas berkata; Pernah saya shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, bersama Abu Bakar, bersama ‘Umar, mereka tidak mengeraskan dalam membaca “BISMILLAHI AR-RAHMANI AR-RAHIMI”
(Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
(HR. Ahmad no.13284 & 13406)*
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Nu’aim Al Mujmir dia berkata; Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca “Bismillaahirrohmaanirrohiim” (HR. Nasa’I no.895)*
Tidak ada Shalat tanpa Al Fatihah
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).“
(HR. Bukhari no.714, Muslim no.597, Ahmad no.21621)*
لَا يَقْرَأَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِذَا جَهَرْتُ بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
“Janganlah sekali-kali kalian membaca surat, ketika aku memperdengarkan bacaanku dalam shalat, kecuali surat Al Fatihah.” (HR. Nasa’I no.911, Abu Daud no.702)*
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ
مَنْ صَلَّى رَكْعَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَلَمْ يُصَلِّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ وَرَاءَ الْإِمَامِ
Jabir bin Abdullah berkata; “Barangsiapa shalat satu rakaat dan tidak membaca Ummul Qur`an di dalamnya maka ia belum shalat, kecuali jika ia shalat di belakang imam.“ (HR. Tirmidzi no.288)*
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَصَاعِدًا قَالَ سُفْيَانُ لِمَنْ يُصَلِّي وَحْدَهُ
Sufyan dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin As Shamit yang sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (sabdanya):
“Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca fatihatul kitab (Al Fatihah) dan selebihnya.“
Sufyan berkata; “Bagi siapa yang shalat sendirian.” (HR. Abu Daud no.700)*
Kewajiban Menyimak (diam dan mendengarkan) bacaan Al Qur’an
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raaf [7] :204)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّمَا الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُو
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Imam dijadikan untuk diikuti, apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kalian dan jika ia sedang membaca (Al-Fatihah atau surat Al Qur’an) maka simaklah (diam dan dengarkan) .“ (HR. Nasa’I no.913, Ahmad no.8534, Ibnu Majah no.837)*
Membaca dibelakang Imam
فَقَالَ هَلْ قَرَأَ مَعِي مِنْكُمْ أَحَدٌ آنِفًا فَقَالَ رَجُلٌ نَعَمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي أَقُولُ مَا لِي أُنَازَعُ الْقُرْآنَ
فَانْتَهَى النَّاسُ عَنْ الْقِرَاءَةِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا جَهَرَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْقِرَاءَةِ حِينَ سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tadi ada yang membaca bersamaku?”
Ada seorang laki-laki yang menjawab, “Saya, Wahai Rasulullah! ” Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku katakan (heran) kenapa aku diselisihi saat membaca Al Qur’an! ‘ Maka, setelah mereka mendengar (hadits) itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang-orang berhenti membaca berbarengan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat yang dikeraskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(HR. Malik no.179, Ahmad no.7665, Tirmidzi no.278)*
Membaca Al Fatihah dalam Hati
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ هِيَ خِدَاجٌ غَيْرُ تَمَامٍ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنِّي أَكُونُ أَحْيَانًا وَرَاءَ الْإِمَامِ
قَالَ أَبُو السَّائِبِ فَغَمَزَ أَبُو هُرَيْرَةَ ذِرَاعِي فَقَالَ يَا فَارِسِيُّ اقْرَأْهَا فِي نَفْسِكَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat dan tidak dibacakan di dalamnya Ummul Qur`an (Al Fatihah) maka ia adalah kurang, kurang dan tidak sempurna.” Abu As Sa`ib berkata kepada Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku terkadang membaca dan kadang tidak ketika di belakang imam.” Abu As Sa`ib berkata; Maka Abu Hurairah pun menyenggol lenganku seraya berkata; “Wahai orang Parsi, bacalah ia dalam hatimu”
(HR. Ahmad no.7502, Abu Daud no.699, Malik no.174, Muslim no,598, Nasa’I no.900)*
18. Mengucapkan “Aamiiin”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI ‘ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah ‘AAMIIN’. Karena siapa yang ucapan ‘AMIIN’ nya bersamaan dengan ‘AMIIN’ nya Malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no.740, Abu Daud no.800, Muslim no.621, Ahmad no.9542)*
19. Membaca Surat pada Rakaat Pertama dan Kedua Saja.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bahwa beliau membaca faatihatul kitaab dan surat pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ‘ashar dan faatihatul kitaab pada dua rakaat berikutnya.
(HR. Ahmad no.21549)*
20. Berdiam sejenak (Saktah / Thu’maninah)
قَالَ سَمُرَةُ حَفِظْتُ سَكْتَتَيْنِ فِي الصَّلَاةِ سَكْتَةً إِذَا كَبَّرَ الْإِمَامُ حَتَّى يَقْرَأَ
وَسَكْتَةً إِذَا فَرَغَ مِنْ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ عِنْدَ الرُّكُوعِ
Samurah berkata; “Aku hafal dua tempat diam sejenaknya beliau dalam shalat, pertama ketika imam bertakbir sampai membaca (Al Fatihah) dan diamnya yang kedua apabila selesai membaca surat Al Fatihah dan surat Al Qur’an sebelum ruku’.”
(HR. Abu Daud no.660, Ahmad no.19374, Ibnu Majah no.836)*
21. Melakukan Rukuk
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ حَتَّى يَبْلُغَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Dari Malik bin Al Huwairits dia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir, ruku’, dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ (i’tidal) hingga mencapai kedua ujung telinganya.” (HR. Abu Daud no.636)*
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
‘Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)*
22. Posisi Rukuk
فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُغَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ وَلَا صَافِحٍ بِخَدِّهِ
“Apabila ruku’, beliau merapatkan kedua telapak tangan pada kedua lututnya, merenggangkan jari jemarinya lalu membungkukkan punggung (secara rata), tidak menengadah dan tidak pula menundukkan kepalanya.” (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
23. Kedua Tangan diletakkan.
كُنَّا نَفْعَلُهُ فَنُهِينَا عَنْهُ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ أَيْدِينَا عَلَى الرُّكَبِ
“Kami pernah mengerjakan seperti itu lalu kami dilarang (oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), dan kami diperintahkan untuk meletakkan tangan kami pada lutut-lutut kami.“ (HR. Bukhari no.748)*
24. Menggenggam.
ثُمَّ رَكَعَ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ كَأَنَّهُ قَابِضٌ عَلَيْهِمَا وَوَتَّرَ يَدَيْهِ فَتَجَافَى عَنْ جَنْبَيْهِ
“Kemudian beliau ruku’ dengan meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggamnya, dan mengikatkan kedua tangannya seperti tali lalu merenggangkannya dari kedua lambungnya.” (HR. Abu Daud no.627, Tirmidzi no.241, Nasa’I no.1026)*
Mencengkram.
فَلَمَّا رَكَعَ طَبَّقَ يَدَيْهِ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ
“Ketika ruku’, beliau mencengkramkan kedua tangannya pada kedua lututnya.”
(HR. Abu Daud no. 638)*
25. Kedua Lutut dan Jari-jemari direnggangkan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْكَعُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَيُجَافِي بِعَضُدَيْهِ
Dari Aisyah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika rukuk selalu meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan merenggangkannya. “ (HR. Ibnu Majah no.864)*
26. Thuma’ninah
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
Dari Al Bara’ berkata, “Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama (dalam thuma’ninah).“ (HR. Bukhari no.750)*
27. Bacaan Rukuk
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.”
(HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
28. Bangkit dari Rukuk Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Imam mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian).
(HR. Bukhari no.754)*
29. Setelah Tegak berdiri Membaca
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Dari Abu Hurairah berkata, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca: ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka beliau melanjutkan dengan:
‘RABBANAA WA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) ‘. ” (HR. Bukhari no.753)*
30. Thuma’ninah (I’tidal)
عَنْ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ أَنَسٌ يَنْعَتُ لَنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَكَانَ يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
Dari Tsabit berkata, ” Anas pernah menceritakan sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, jika beliau shalat dan mengangkat kepalanya dari rukuk, maka beliau berdiri (lama) hingga kami mengatakan ‘beliau telah lupa’.” (HR. Bukhari no.758)*
Belum Shalat Kalau Tidak Thuma’ninah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَأَى رَجُلًا لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ وَلَا سُجُودَهُ
فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ مَا صَلَّيْتَ
Dari Hudzaifah, bahwa ia melihat seorang laki-laki tidak sempurna dalam rukuk dan sujudnya. Setelah orang itu selesai shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, “Kamu belum shalat!” (HR. Bukhari no.376 & no.766)*
31. Melakukan Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Jika sujud beliau meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya. Dan jika bangun dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lutut.”
(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)*
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan janganlah ia turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”
(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)*
32. Posisi Sujud
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ
أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ
Dari Abu Humaid As Sa’idi berkata; “Ketika sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan hidung dan dahinya ke bumi, menjauhkan dua tangan dari lambungnya, dan meletakkan dua telapak tangannya sejajar dengan dua bahu.” (HR. Tirmidzi no.250, Abu Daud no.627)*
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ
Dari al-Bara’ dia berkata, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Apabila kalian sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu.” (HR. Muslim no.763, Ahmad no.17858)*
Sujud dalam Shalat berjama’ah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ اشْتَكَى أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ
Dari Abu Hurairah dia berkata; para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengadu kepada beliau tentang sulitnya sujud mereka jika harus menjauhkan kedua tangan dari kedua rusuk dan menjauhkan perut dari kedua paha, maka beliau bersabda: “Gunakanlah lutut-lutut kalian.”
(HR. Abu Daud no.767, Tirmidzi no.263)*
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian sujud, janganlah ia membentangkan kedua tangannya ke lantai sebagaimana seekor anjing, dan hendaklah ia meletakkan di kedua pahanya.” (HR. Abu Daud no.766)*
33. Posisi Jari ketika Sujud.
وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“…………. kemudian beliau membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: “Allahu Akbar“ (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
34. Jari-jemari menghadap Kiblat.
ثُمَّ يَسْجُدُ فَيَضَعُ يَدَيْهِ تُجَاهَ الْقِبْلَةِ
Setelah itu beliau sujud dan meletakkan kedua tangannya menghadap kiblat.
(HR. Ibnu Majah no.1052 dari ‘Aisyah)*
35. Kedua Paha dibuka
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ
وَإِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَخِذَيْهِ
Dari Abu Humaid dengan hadits seperti ini, katanya; “Apabila beliau sujud, beliau merenggangkan kedua pahanya tanpa memikul beban perutnya.” (HR. Abu Daud no.627)*
36. Kedua Telapak Kaki ditegakkan serta Kedua Tumit dirapatkan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ
فَانْتَهَيْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ سَاجِدٌ وَقَدَمَاهُ مَنْصُوبَتَانِ
Dari ‘Aisyah dia berkata; “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dan aku menyentuh beliau yang sedang sujud, sedangkan kedua telapak kakinya tegak. (HR. Nasa’I no.1088, Muslim no.751, Ahmad no.23176, Abu Daud no.745, Ibnu Majah no.3831)*
37. Anggota Sujud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ
عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ
Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh tulang (anggota sujud); kening -beliau lantas memberi isyarat dengan tangannya menunjuk hidung – kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh menahan rambut atau pakaian (sehingga menghalangi anggota sujud).”
(HR. Bukhari no.770, Muslim no.758, Ibnu Majah no.874)*
38. Bacaan Sujud
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca do’a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: “SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) ‘.” (HR. Bukhari no.752, Abu Daud no.743, Ahmad no.23090, Ibnu Majah no.879) *
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا رَكَعَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
Dari Hudzaifah Al Yamani bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a di saat rukuk: “SUBHAANA RABBIYAL ‘AZHIM (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali.
Dan ketika sujud mengucapkan;
SUBHAANA RABBIYAL A’LA (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi) tiga kali. “ (HR. Ibnu Majah no.878 & 880, Abu Daud no.752, Tirmidzi no.242)*
39. Duduk antara dua Sujud
وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
“Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain.” (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)*
مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى
“Termasuk sunnah shalat adalah engkau menidurkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.” (HR. Abu Daud no.822, Nasa’I no.1145)*
Duduk Iq’a
طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ
فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Thawus berkata,
“Kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hukum duduk di atas kedua tumit (duduk Iq’a).“ Dia menjawab, “Hukumnya sunat”. Kami bertanya, “Kami lihat janggal orang duduk seperti itu.” Ibnu Abbas menjawab, “Bahkan, begitulah sunnah Nabimu Shallallahu’alaihiwasallam.”
(HR. Muslim no.835, Abu Daud no.719)*
40 & 41. Telapak Tangan di atas Paha
عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَعَدَ يَدْعُووَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ
Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari ayahnya katanya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika duduk berdoa (Tasyahud), beliau letakkan tangan kanannya diatas paha kananya, dan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya dan beliau letakkan jempolnya pada jari tengahnya, sementara telapak kirinya menggenggam lututnya. (HR. Muslim no.910)*
42. Do’a Waktu Duduk diantara Sujud
عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي
Dari Hudzaifah berkata;
“Ketika duduk antara dua sujud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan:
“RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI (Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku). ” (HR. Ibnu Majah no.887, Ad-Darimi no.1290)*
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Dari Ibnu Abbas bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan diantara dua sujudnya “ALLAHUMMAGHFIR LI WARHAMNI WA’AFINI WAHDINI WARZUQNI”
(ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).” (HR. Abu Daud no.724) *
43. Bangkit dari Sujud
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ صَلَّى لَنَا أَبُو سَعِيدٍ فَجَهَرَ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ
وَحِينَ سَجَدَ وَحِينَ رَفَعَ وَحِينَ قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَالَ هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Abu Sa’id memimpin kami shalat, dia lalu mengeraskan bacaan takbirnya ketika mengangkat kepala dari sujud, ketika mau sujud, ketika mengangkat (kepala dari sujud) dan ketika bangkit berdiri dari rakaat kedua, setelah itu ia berkata, “Begitulah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Bukhari no. 782)*
كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُصَلِّي بِنَا فَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ وَحِينَ يَرْكَعُ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ
مِنْ الرُّكُوعِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ بَعْدَمَا يَرْفَعُ مِنْ السُّجُودِ وَإِذَا جَلَسَ
وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَيُكَبِّرُ مِثْلَ ذَلِكَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ
Abu Hurairah shalat bersama kami lalu ia takbir ketika bangun, ketika akan rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari rukuk, ketika akan sujud setelah bangun dari sujud, ketika duduk, ketika akan bangun pada rakaat yang kedua, dia takbir dan takbir seperti itu pada dua rakaat yang terakhir. (HR. Ahmad no.7336)*
Duduk sejenak sebelum Bangkit Berdiri dari Sujud
أَبُو بُرَيْدٍ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ نَهَضَ
Jika Abu Buraid mengangkat kepalanya dari sujud yang akhir, maka dia duduk dengan lurus sejenak lalu bangkit berdiri.” (HR. Bukhari no.760 dari Malik bin Al Huwarits)*
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ
“Dan jika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua dia duduk di atas tanah, kemudian baru berdiri.” (HR. Bukhari no.781dari Malik bin Al Huwarits)*
كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الْآخِرَةِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى قَعَدَ ثُمَّ قَامَ
“Apabila Malik bin Huwairits bangkit dari sujud terakhir pada raka’at pertama,
dia duduk sesaat kemudian berdiri.” (HR. Abu Daud no.716 dari Malik bin Al Huwarits)*
44 & 45. Bangkit dari Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa’il bin Hujr dia berkata; “Aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam meletakan lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya apabila hendak sujud, dan mengangkat kedua tangannya dahulu sebelum kedua lututnya apabila bangkit dari sujud.
(HR. Nasa’I no.1077, Ad-Darimi no.1286, Ibnu Majah no.872)*
فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ فِي أَوَّلِ الرَّكْعَةِ اسْتَوَى قَاعِدًا ثُمَّ قَامَ فَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ
“Jika mengangkat kepalanya saat sujud kedua pada rakaat pertama maka ia duduk dalam keadaan lurus, kemudian bangun dengan bertumpu ke tanah.” (HR. Nasa’I no.1141 dari Malik bin Huwairits )*
46 & 47. Raka’at Kedua lebih singkat dari Raka’at Pertama
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ
مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ
Dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada dua rakaat pertama dalam shalat Dhuhur membaca Al Fatihah dan dua surah, beliau memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan pada rakaat kedua. (HR. Bukhari no.717)*
48. Tasyahud Awwal
ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى
وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ قَبَضَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ فَحَلَّقَ حَلْقَةً
ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Kemudian beliau duduk dan menyilangkan kaki kirinya dan meletakkan telapak tangan kirinya diatas pahanya dan lutut kirinya, dan beliau jadikan ujung siku kanannya diatas paha kanannya kemudian beliau menggenggam antara jari-jarinya dan beliau jadikan melingkar, kemudian beliau angkat telunjuknya dan kulihat beliau menggerak-gerakkannya sambil memanjatkan doa.
(HR. Ahmad no.18115, Ad-Darimi no.1323, Nasa’I no.1251 dari Wail bin Hujr)*
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يُشِيرُ بِأُصْبُعِهِ إِذَا دَعَا وَلَا يُحَرِّكُهَا
Dari Abdullah bin Zubair bahwa dia menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi isyarat dengan jarinya ketika berdo’a, tanpa menggerakkannya.”
(HR. Abu Daud no.839)*
Telunjuk sedikit Bengkok
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا فِي الصَّلَاةِ وَاضِعًا ذِرَاعَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
رَافِعًا أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ قَدْ أَحْنَاهَا شَيْئًا وَهُوَ يَدْعُو
Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam duduk dalam shalat dengan meletakkan lengan kanannya di atas paha yang kanan, dan mengangkat telunjuknya dengan sedikit membengkokkannya sambil berdo’a.” (HR. Nasa’i no.1257, Abu Daud no.840)*
Telunjuk Lurus
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصْبِهِ قَدَمَهُ الْيُمْنَى
وَوَضْعِهِ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصْبِهِ أُصْبُعَهُ السَّبَّابَةَ يُوَحِّدُ بِهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
Dan meletakkan tangan kirinya pada lututnya yang kiri dengan menegakkan kaki kanannya. Lalu dia meletakkan tangan kanannya pada lutut kanannya dan meluruskan jari telunjuknya sebagai isyarat mengesakan Rabnya ‘Azzawajalla. (HR.Ahmad no.15977 dari Ibnu Ishaq)*
49. Pandangan tertuju pada Telunjuk.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي التَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَلَمْ يُجَاوِزْ بَصَرُهُ إِشَارَتَهُ
‘Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari Bapaknya berkata;
Rasulullah jika duduk tasyahud meletakkan tangannya di atas paha kanan dan meletakkan tangan kirinya di atas pahanya yang kiri, menunjuk dengan telunjuknnya dan pandangan mata beliau tidak melewati telunjuknya. (HR. Ahmad no.15518, Abu Daud no.8370, Muslim no.911)*
50. Tasyahhud
ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu; “AT-TAHIYYATU LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH-SHAALIHIIN, ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)*
51. Shalawat
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA BAARAKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
(Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia) “. (HR. Bukhari no.4423 & 5880, Muslim no.614)*
52. Iftirasy
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى
عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ
Seusainya (sujud) beliau duduk iftirasy (duduk di atas kaki kiri) dengan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat, dan meletakkan telapak tangan kanan di atas lutut kanan, dan telapak tangan kiri di atas lutut kiri, sambil menunjuk dengan jari (telunjuk) nya.“ (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
53. Do’a Sebelum Salam
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma innii ‘A’uudzu bika min ‘adzaabil qabri wa min ‘adzaabin naar
wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitmatil masiihid dajjaal”
(“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur dan dari siksa api neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid Dajjal”).
(HR. Bukhari no.1288 dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu)*
54. Tawarruk
حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا
“Ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam,beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).“
(HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)*
55. Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ
Dari Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya: “(ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI, ASSALAMU’ALAIKUM WAHMATULLAH)“ hingga terlihat putihnya pipi beliau. (HR. Ahmad no.3516 , Ibnu Majah 904, Nasi’I no.1307, Tirmidzi no.272)*
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ
عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Dari ‘Alqamah bin Wa`il dari ayahnya dia berkata; “Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan
“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian), “ dan kearah kiri dengan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullah (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian).
” (HR. Abu Daud no.846) *
masih kurang om???
yang mengurutkan 1-55 itu lho siapa???
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:dhans wrote:
[/color]
Selanjutnya beliau bersabda: 'Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudlu', lalu menghadap ke arah Kiblat, setelah itu bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur'an yang mudah bagimu. Kemudian ruku'lah hingga kamu benar-benar ruku' dan bangkitlah dari ruku' hingga kamu berdiri tegak. Lalu sujudlah kamu hingga kamu benar-benar sujud, dan bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, setelah itu sujudlah hingga kamu benar-benar sujud, lalu bangkitlah hingga kamu benar-benar duduk, dan Kerjakanlah semua hal tersebut pada setiap shalatmu.\" Abu Usamah mengatakan di akhir haditsnya; \"Sehingga kamu benar-benar berdiri.\" Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basyar dia berkata; telah menceritakan kepadaku Yahya dari 'Ubaidullah telah menceritakan kepadaku Sa'id dari Ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: \"Kemudian bangkitlah (dari sujud) hingga kamu benar-benar duduk.\"..[Hr. Bukhari 5782]..
solat model 1:
- wudlu
- menghadap kiblat (posisi: berdiri? jongkok? bersila? tengkureb?)
- baca quran (ayat apa?)
- ruku
- bangkit/tegak
- sujud
- bangkit/duduk
- sujud lagi
- bangkit/duduk lagi
cuman itu doang..
padahal solatmu gak hanya itu gerakannya..
lah emang harusnya bagaimana lagi shalatnya...???
kalo sampeyan ga ngerti dengan pernjelasan di atas yaaa jangan salahkan umat islam dong...sampeyan bodo ya bodo aja...
itu hanya inti dari gerakan shalat yang sampeyan minta...!!sisanya silahkan diaplikasikan sesuai denga jumlah rakaat nya... ada ribuan hadis untuk digunakan sebagai petunjuk detail setiap gerakan...
Shalat sesuai syariat terakhir sudh diajarkan oleh nabi saw dan kepada seluruh sahabatnya, jadi dengan logika sederhana, bahkan setelah kematian nabi seblum hadis2 ini dikumpulkan, maka para sahabat bisa mengajarkan gerak maupun bacaan kepada umat lainnya tanpa naskah2 hadis tersebut...! karena jumlah sahabat nabi banyak...nda seperti pengikut tuhan abal2 sebelah cuma beberapa org aja yang menjadi muridnya....
dengan kata lain gerakan shalat terus diingat bahkan tidak perlu naskah2 hadis untuk sampai di saat ini...!!cuma ota bebal yang mempermasalahkan/mempertanyakan gerakan solat dari mana datangnya...
isaku sudh menjabarkan, lalu apa tanggapan sampeyan...??
SEGOROWEDI wrote:isaku wrote:masih kurang om???
yang mengurutkan 1-55 itu lho siapa???
tuh kan..sampeyan aja yg bebal....
inti dari tret kacang goreng ini udh kejawab...
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:
solat model lain..
malah hanya takbir dan salam
Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)*
model solat lain lagi..
hanya wudlu
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.”
dan model-model solat lain..
(HR. Bukhari no.132, Muslim no.330)*
..hadis diatas dibilang shalat model laen....you're really such a shrimp head....(no offence)...
blajar lagi pa....
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: Seputar Sholat
dhans wrote:itu hanya inti dari gerakan shalat yang sampeyan minta...!!sisanya silahkan diaplikasikan sesuai denga jumlah rakaat nya... ada ribuan hadis untuk digunakan sebagai petunjuk detail setiap gerakan...
hadis yang ribuan itu kan hanya petunjuk..
maisng-masing isinya hanya potongan-potongan gerakan-gerakan solat
yang merangkai/mengurutkan/mengkoreografi seperti yang kalian lakukan itu siapa??
dhans wrote:Shalat sesuai syariat terakhir sudh diajarkan oleh nabi saw dan kepada seluruh sahabatnya, jadi dengan logika sederhana, bahkan setelah kematian nabi seblum hadis2 ini dikumpulkan, maka para sahabat bisa mengajarkan gerak maupun bacaan kepada umat lainnya tanpa naskah2 hadis tersebut...! karena jumlah sahabat nabi banyak...
ajaran solat yang utuh oleh muhammad mana??
adanya cuman potongan-potongan gerakan yan gak jelas siapa koreografernya
sehingga menjadi utuh seperti yang kalian lakukan sekarang..
dhans wrote:dengan kata lain gerakan shalat terus diingat bahkan tidak perlu naskah2 hadis untuk sampai di saat ini...!!cuma ota bebal yang mempermasalahkan/mempertanyakan gerakan solat dari mana datangnya...
itulah anehnya..
di quran hanya ada 3 geralkan: berdiri, rukuk, dan sujud
di hadis-hadis juga hanya ada potongan-potongan gerakan, bahkan berbeda dengan yang di quran
gerakan-gerakan solat yang utuh tidak terdeskripsikan
dhans wrote:tuh kan..sampeyan aja yg bebal....
inti dari tret kacang goreng ini udh kejawab...
saya tanya: siapa koreografenya?
dari hanya berdiri, rukuk dan sujud di quran bisa menjadi sevariatif yang kalian lakukan sekarang..
dari potongan-potongan gerakan di hadis bisa menjadi seutuh yang kalian lakukan sekarang..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
gak usah OOT!
masing-masing hadis kan cuman berisi potongan-potongan gerakan solat..
trus mengurutkan 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 siapa??
bismillahirrahmanirrahim...
para alim ulama salafush shalih...
rdnQtfz669- SERSAN MAYOR
-
Age : 28
Posts : 260
Kepercayaan : Islam
Location : Soreang, Bandung
Join date : 25.04.12
Reputation : 1
Re: Seputar Sholat
dhans wrote:@ isaku...
om wedi jangan di posting kepanjangan brad, kasian ota'nya.... cc nya terlalu kecil untuk menampung sebegitu bacaan....
@wed...
wed, gegitaran di gereja sapa yang ngajarin...??emang yesus bisa maen gitar...??
dasar umat bid'ah...
tata cara sholatnya hasil comot sana sini rupa nya toh...
alex77- LETNAN DUA
-
Posts : 773
Kepercayaan : Protestan
Location : indonesia
Join date : 05.06.13
Reputation : 3
Re: Seputar Sholat
tapi juga jgn seenaknya menafsirkan keluar dari konteks nya.maaf, pemikiran Islam tidak boleh dangkal,,
kalo main diartikan keluar konteks, maka saya bisa bilang kalau Taurat dan Injil juga dipelihara Tuhan. Sebab di Al Hijr 9 itu kan Tuhan berjanji memelihara petunjuk (adz-Dikr) yg diturunkanNya (diturunkan Tuhan). Nah Taurat dan Injil kan juga sama2 petunjuk (adz-Dikr) yg diturunkan Tuhan.al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab,,
jadi, dalam kamus bahasa Arab arti adz-Dikr adalah petunjuk,,
sedangkan petunjuk ummat Islam adalah al-Qur'an dan as-Sunnah
jawabannya sama dgn pertanyaan kenapa Alquran dijagain Tuhan (dipelihara Tuhan).kenapa harus dijagain terus..?
kalau begitu pertanyaan yg sama bisa ditanyakan kpd Tuhan mu yg sampai turun tangan sendiri utk menjaga Alquran. Buat apa mesti Tuhan yg turun tangan utk memelihara Alquran, jika bisa memakai kepercayaan sesama manusia?memang apa gunanya akal...??memang apa artinya kepercayaan..??sampeyan pernah percaya dengan manusia ga..??orang tua, teman, pasangan hidup, dst...ini menandakan ada manusia yang masih bisa dipercaya...bahkan dipengadilanpun masih diakui keberadaan saksi...apalagi..??
Apakah Allah pernah memberikan hak / otoritas yg dijamin bebas salah, dalam menentukan sanad perawi mana yg sah dan mana yg tidak sah?
al Quran memerintahkan Umatnya untuk menggunakan/mengikuti sunnah Nabi saw[Qs: 4.59]...setelah itu umatnya sudah menggunakannya dengan sanad perawi yang bisa dipertanggung jawabkan...ini sudah lebih dari cukup...lebih logis dari agama tetangga sebelah, yang boro2 tau sanad perawinya, penulisnya pun masih ngeraba-raba/asumsi2/kira2....
Terakhir diubah oleh aliumar tanggal Fri Jul 12, 2013 12:44 pm, total 1 kali diubah
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Seputar Sholat
dhans wrote:
Gerakan Ibadah Shalat saat ini diajarkan oleh Nabi saw, mengenai shalat sebelum kedatangannya tentu saja belum tentu sama..!memang kenapa..??bagaimana dengan umat kristen..??sejak kapan ibadah sambil bernyanyi - gegitaran di gereja...apa diajarkan Yesus..???
sedangkan umat islam mengikuti gerakan yang di syariatkan Nabi saw...
memang knp..??
krn ada klaim dari umat muslim, bahwa nabi2 sebelum muhammad telah melakukan gerakan2 sholat seperti yang teman2 muslim lakukan..
mohon tidak OOT
[/quote]dhans wrote:
menasakh, silahkan sampeyan anggap itu menggantikan dengan yang sesuai atau hukum baru sebagai perintah baru sesuai dengan zamannya..dhans wrote:Ini adalah perkara yang harus namun sesuai fasenya. Setiap zaman mempunyai hukum yang sesuai dengan zamanya tsb. Kemudian datang zaman berikutnya, maka zaman ini membutuhkan hukum-hukum yang lain. Sebagaimana manusia yang melewati fase kehidupan. Dalam setiap fase, dia membutuhkan apa yang tidak dibutuhkan dalam fase-fase lainnya. Anak kecil, berbeda dengan anak muda, berbeda engan orang dewasa dan seterusnya.
menggantikan sesuai hukum baru..?
termasuk aturan sholat 5 waktu...
krn tidak ada aturan sholat 5 waktu dalam alquran, maka muhammad menasakh Alquran melalui hadist..?
alex77- LETNAN DUA
-
Posts : 773
Kepercayaan : Protestan
Location : indonesia
Join date : 05.06.13
Reputation : 3
Re: Seputar Sholat
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.(QS.Al-hasyr:7) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), (QS. An-Nisa: 59) Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-Nisa: 80)
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Re: Seputar Sholat
rdnQtfz669 wrote:gak usah OOT!
masing-masing hadis kan cuman berisi potongan-potongan gerakan solat..
trus mengurutkan 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 siapa??
bismillahirrahmanirrahim...
para alim ulama salafush shalih...
jadi..
solat adalah hasil kreasi tim ulama..
siapa nama-nama mereka?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
hamba tuhan wrote:apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.(QS.Al-hasyr:7) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), (QS. An-Nisa: 59) Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-Nisa: 80)
tuhannya itu alloh apa muhammad seh?
atau keduanya?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:hamba tuhan wrote:apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.(QS.Al-hasyr:7) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), (QS. An-Nisa: 59) Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-Nisa: 80)
tuhannya itu alloh apa muhammad seh?
atau keduanya?
kok pertanyaannya kayak anak play group aja nak wedi..... heheeeee, ntuh diatas ga baca perintah siapa??? hmmm..... kalo nak wedi bs mencerna gada pertanyaan kayak anak play group tsb
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Re: Seputar Sholat
rasul = alloh
perintah keduanya harus sama-sama diikuti umatnya
kalau yang bener..
rasul dan umatnya harus mengikuti perintah Tuhan
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:
rasul = alloh
perintah keduanya harus sama-sama diikuti umatnya
kalau yang bener..
rasul dan umatnya harus mengikuti perintah Tuhan
asal aja ngarang nak wedi.... heheeee, rasulullah adalah utusan/ pesuruh Allah
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Re: Seputar Sholat
lha ini apaan:
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.(QS.Al-hasyr:7)
emang dia siapa, Tuhan?
bagaimana kalau larangan alloh dan larangan muhammad beda?
misalnya soal haram
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Seputar Sholat
SEGOROWEDI wrote:
lha ini apaan:
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.(QS.Al-hasyr:7)
emang dia siapa, Tuhan?
bagaimana kalau larangan alloh dan larangan muhammad beda?
misalnya soal haram
yg nak wedi merahin itu perintah Allah......
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Halaman 2 dari 5 • 1, 2, 3, 4, 5
Halaman 2 dari 5
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik