sholat istiqa
Halaman 1 dari 1 • Share
sholat istiqa
Salat Istisqa' ini termasuk salah satu salat sunnah sebagaimana salat sunnah Dhuha, salat sunnah Qiyamul Lail (tahajjud), dan lain-lain. Salat Istisqa' berarti salat untuk meminta siraman air hujan. Karena, kata istisqa' artinya adalah thalabus suqya (meminta siraman).
Salat ini disyari'atkan apabila panas telah berkepanjangan, sementara hujan tidak diturunkan oleh Allah SWT. Musibah seperti ini diturunkan oleh Allah kepada umat manusia lantaran mereka sudah tidak lagi mengindahkan aturan-aturan dan syari'at-syari'at Allah SWT. Gambaran seperti ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, bahwa Nabi saw bersabda: "Tidaklah suatu kaum itu mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka mesti diuji dengan kelaparan, krisis keuangan, dan kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyat. Dan tidaklah mereka enggan membayar zakat kecuali mereka ditimpa kekeringan."
Kemudian, mengenai salat Istisqa' ini ulama' berbeda pendapat. Jumhurul ulama berpendapat, sunnah melaksanakan salat dua rakaat. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ubad bin Tamim bahwa Nabi saw salat (menjadi imam) bersama mereka dengan dua rakaat.
Imam Abu Hanifah berpendapat, tidak ada salat Istisqa', melainkan disunnahkan berdo'a saja. Dalilnya adalah bahwa Nabi saw melakukan Istisqa' di Ahjaruz Zait dengan berdo'a (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Dan dalam hadis yang lain disebutkan bahwa sekelompok kaum mengadukan krisis kepada Nabi saw, lalu Nabi saw bersabda, "Duduklah dengan lutut kalian dan berdo'alah: 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku'." (HR Abu 'Awanah dalam sahihnya).
Dalam kitab al-Hadyun Nabawi disebutkan berbagai macam Istisqa' Nabi saw (cara meminta siraman yang dilakukan Nabi saw) seperti berikut ini:
Pertama, Nabi saw keluar ke tempat salat (lapangan) untuk melakukan salat dan khotbah.
Kedua, Nabi saw berdo'a di tengah-tengah khotbah jum'at di atas mimbar.
Ketiga, Nabi saw berdo'a meminta siraman bukan pada hari jum'at dan tidak melakukan salat
Keempat, Nabi saw meminta siraman dengan duduk di dalam masjid, lalu mengangkat kedua tangannya dan berdo'a kepada Allah SWT.
Kelima, Nabi saw meminta siraman di Ahjaaruz Zait dekat dengan az-Zuura' yaitu di luar pintu masjid.
Keenam, Nabi saw meminta siraman di sebagian peperangannya tatkala orang-orang musyrik lebih dulu menuju air dan Nabi saw diberi hujan setiap kali melakukan istisqa' dalam peperangan tersebut.
Namun demikian, bagi orang yang ingin melakukan salat Istisqa' -sebagaimana pendapatnya Jumhurul Ulama- maka perlu memperhatikan gambaran salat tersebut seperti di bawah ini:
Tehnik Salat Istisqa'
Salat ini dilaksanakan dengan dua rakaat seperti halnya salat 'Idain (7 takbir pada rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua).
Orang yang melakukan salat tersebut disunnahkan memakai pakaian yang sederhana (tidak terkesan mewah), bersikap rendah diri dan khusyu' serta berjalan dengan pelan-pelan ketika menuju lapangan.
Kedua hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi saw, dari Ibnu Abbas ra berkata, Nabi saw keluar dalam keadaan berendah diri, berpakaian sederhana, bersikap khusyu', berjalan pelan-pelan dan bersungguh-sungguh dalam berdo'a. Kemudian Rasul saw salat dua rakaat sebagaimana beliau salat 'Id seraya tidak berkhotbah seperti khotbah kalian ini." (HR al-Khamsah [para Imam Hadis selain Imam Bukhari dan Muslim] dan disahihkan oleh Tirmidzi, Abu 'Awanah dan Ibnu Hibban).
Bagi khatib hendaknya melakukan khotbah Istisqa' setelah melaksanakan salat. Hal ini sesuai dengan hadis di bawah ini:
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah saw keluar untuk melakukan Istisqa' lalu salat dua rakaat kemudian berkhotbah." (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu 'Awanah dan al-Baihaqi).
Istisqa' Tanpa Salat
Sebagaimana disebutkan di atas, maka Istisqa' pun boleh dilakukan dengan berdo'a. Hal ini sesuai dengan hadis di bawah ini:
Dari Anas ra, "Seseorang masuk ke masjid pada hari Jumat sementara Nabi saw sedang berdiri khotbah lalu orang itu bertanya, 'Wahai Rasulullah saw, harta benda telah lenyap dan jalan-jalan telah rusak (retak dan anjlok)'. Oleh karena itu, berdo'alah kepada Allah SWT kiranya Allah menurunkan hujan kepada kita. Kemudian, Rasul saw mengangkat kedua tangannya lalu berdo'a, 'Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami' ... dan dalam hadis tersebut terdapat do'a agar awan menahan hujan." (HR Bukhari dan Muslim).
Do'a Ketika Hujan Turun
Setelah salat Istisqa' atau berdo'a Istisqa', maka apabila hujan turun disunnahkan membaca do'a sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, Rasulullah saw apabila melihat hujan, maka beliau berdo'a: "Allahumma Shayyiban Naafi'aa" (Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat). (HR Bukhari dan Muslim).
Do'a Istisqa'
Di antara do'a Istisqa' adalah do'a yang diriwayatkan sahabat Sa'd ra, "Nabi saw berdo'a dalam Istisqa': 'Allahumma Jallilna Sahaaban Katsifan Qashifaan Daluuqaa Dhahuukaa, Thumtirunaa minhu Rudzadzan Qithqithan Sajlan Ya Dzal Jalaali wal Ikraami (Ya Allah ratakanlah awan yang tebal kepada kami yang mengandung petir yang keras suaranya, keras tekanannya dan yang memancarkan kilat-kilat. Dari awan itu Engkau turunkan hujan kepada kami, baik yang rintik-rintik, sedang-sedang maupun hujan yang besar-besar, wahai Dzat Yang memiliki keagungan dan kekayaan). (HR Abu 'Awanah)
Seseorang ketika berdo'a agar diselamatkan dari bahaya -termasuk bahaya kekeringan- disunnahkan untuk menghadapkan kedua punggung tangannya ke langit. Berbeda, ketika dia berdo'a meminta sesuatu kepada Allah, maka dia menghadapkan kedua telapaknya ke langit. Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw dari Khallad bin Saib dari bapaknya, "Nabi saw apabila meminta, maka beliau menghadapkan kedua telapak tangannya ke langit dan apabila beliau memohon perlindungan, beliau menghadapkan kedua punggung telapak tangannya ke langit."
Dari Anas ra, "Nabi saw memohon hujan lalu berisyarat dengan punggung kedua tangannya (seraya) dihadapkan ke langit." (HR Muslim).
Sumber: Subulus Salam, Muhammad bin Ismail as-Shan'ani
Salat ini disyari'atkan apabila panas telah berkepanjangan, sementara hujan tidak diturunkan oleh Allah SWT. Musibah seperti ini diturunkan oleh Allah kepada umat manusia lantaran mereka sudah tidak lagi mengindahkan aturan-aturan dan syari'at-syari'at Allah SWT. Gambaran seperti ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra, bahwa Nabi saw bersabda: "Tidaklah suatu kaum itu mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka mesti diuji dengan kelaparan, krisis keuangan, dan kesewenang-wenangan penguasa terhadap rakyat. Dan tidaklah mereka enggan membayar zakat kecuali mereka ditimpa kekeringan."
Kemudian, mengenai salat Istisqa' ini ulama' berbeda pendapat. Jumhurul ulama berpendapat, sunnah melaksanakan salat dua rakaat. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ubad bin Tamim bahwa Nabi saw salat (menjadi imam) bersama mereka dengan dua rakaat.
Imam Abu Hanifah berpendapat, tidak ada salat Istisqa', melainkan disunnahkan berdo'a saja. Dalilnya adalah bahwa Nabi saw melakukan Istisqa' di Ahjaruz Zait dengan berdo'a (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Dan dalam hadis yang lain disebutkan bahwa sekelompok kaum mengadukan krisis kepada Nabi saw, lalu Nabi saw bersabda, "Duduklah dengan lutut kalian dan berdo'alah: 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku'." (HR Abu 'Awanah dalam sahihnya).
Dalam kitab al-Hadyun Nabawi disebutkan berbagai macam Istisqa' Nabi saw (cara meminta siraman yang dilakukan Nabi saw) seperti berikut ini:
Pertama, Nabi saw keluar ke tempat salat (lapangan) untuk melakukan salat dan khotbah.
Kedua, Nabi saw berdo'a di tengah-tengah khotbah jum'at di atas mimbar.
Ketiga, Nabi saw berdo'a meminta siraman bukan pada hari jum'at dan tidak melakukan salat
Keempat, Nabi saw meminta siraman dengan duduk di dalam masjid, lalu mengangkat kedua tangannya dan berdo'a kepada Allah SWT.
Kelima, Nabi saw meminta siraman di Ahjaaruz Zait dekat dengan az-Zuura' yaitu di luar pintu masjid.
Keenam, Nabi saw meminta siraman di sebagian peperangannya tatkala orang-orang musyrik lebih dulu menuju air dan Nabi saw diberi hujan setiap kali melakukan istisqa' dalam peperangan tersebut.
Namun demikian, bagi orang yang ingin melakukan salat Istisqa' -sebagaimana pendapatnya Jumhurul Ulama- maka perlu memperhatikan gambaran salat tersebut seperti di bawah ini:
Tehnik Salat Istisqa'
Salat ini dilaksanakan dengan dua rakaat seperti halnya salat 'Idain (7 takbir pada rakaat pertama dan 5 takbir pada rakaat kedua).
Orang yang melakukan salat tersebut disunnahkan memakai pakaian yang sederhana (tidak terkesan mewah), bersikap rendah diri dan khusyu' serta berjalan dengan pelan-pelan ketika menuju lapangan.
Kedua hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi saw, dari Ibnu Abbas ra berkata, Nabi saw keluar dalam keadaan berendah diri, berpakaian sederhana, bersikap khusyu', berjalan pelan-pelan dan bersungguh-sungguh dalam berdo'a. Kemudian Rasul saw salat dua rakaat sebagaimana beliau salat 'Id seraya tidak berkhotbah seperti khotbah kalian ini." (HR al-Khamsah [para Imam Hadis selain Imam Bukhari dan Muslim] dan disahihkan oleh Tirmidzi, Abu 'Awanah dan Ibnu Hibban).
Bagi khatib hendaknya melakukan khotbah Istisqa' setelah melaksanakan salat. Hal ini sesuai dengan hadis di bawah ini:
Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah saw keluar untuk melakukan Istisqa' lalu salat dua rakaat kemudian berkhotbah." (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu 'Awanah dan al-Baihaqi).
Istisqa' Tanpa Salat
Sebagaimana disebutkan di atas, maka Istisqa' pun boleh dilakukan dengan berdo'a. Hal ini sesuai dengan hadis di bawah ini:
Dari Anas ra, "Seseorang masuk ke masjid pada hari Jumat sementara Nabi saw sedang berdiri khotbah lalu orang itu bertanya, 'Wahai Rasulullah saw, harta benda telah lenyap dan jalan-jalan telah rusak (retak dan anjlok)'. Oleh karena itu, berdo'alah kepada Allah SWT kiranya Allah menurunkan hujan kepada kita. Kemudian, Rasul saw mengangkat kedua tangannya lalu berdo'a, 'Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami, Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami' ... dan dalam hadis tersebut terdapat do'a agar awan menahan hujan." (HR Bukhari dan Muslim).
Do'a Ketika Hujan Turun
Setelah salat Istisqa' atau berdo'a Istisqa', maka apabila hujan turun disunnahkan membaca do'a sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, Rasulullah saw apabila melihat hujan, maka beliau berdo'a: "Allahumma Shayyiban Naafi'aa" (Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat). (HR Bukhari dan Muslim).
Do'a Istisqa'
Di antara do'a Istisqa' adalah do'a yang diriwayatkan sahabat Sa'd ra, "Nabi saw berdo'a dalam Istisqa': 'Allahumma Jallilna Sahaaban Katsifan Qashifaan Daluuqaa Dhahuukaa, Thumtirunaa minhu Rudzadzan Qithqithan Sajlan Ya Dzal Jalaali wal Ikraami (Ya Allah ratakanlah awan yang tebal kepada kami yang mengandung petir yang keras suaranya, keras tekanannya dan yang memancarkan kilat-kilat. Dari awan itu Engkau turunkan hujan kepada kami, baik yang rintik-rintik, sedang-sedang maupun hujan yang besar-besar, wahai Dzat Yang memiliki keagungan dan kekayaan). (HR Abu 'Awanah)
Seseorang ketika berdo'a agar diselamatkan dari bahaya -termasuk bahaya kekeringan- disunnahkan untuk menghadapkan kedua punggung tangannya ke langit. Berbeda, ketika dia berdo'a meminta sesuatu kepada Allah, maka dia menghadapkan kedua telapaknya ke langit. Hal tersebut sesuai dengan hadis nabi saw dari Khallad bin Saib dari bapaknya, "Nabi saw apabila meminta, maka beliau menghadapkan kedua telapak tangannya ke langit dan apabila beliau memohon perlindungan, beliau menghadapkan kedua punggung telapak tangannya ke langit."
Dari Anas ra, "Nabi saw memohon hujan lalu berisyarat dengan punggung kedua tangannya (seraya) dihadapkan ke langit." (HR Muslim).
Sumber: Subulus Salam, Muhammad bin Ismail as-Shan'ani
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik