Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Halaman 1 dari 1 • Share
Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Agama Buddha tidak melandaskan ajarannya pada keimanan atau lebih tepatnya lagi, keyakinan yang membuta. Buddha lebih menekankan pada observasi atau pengamatan yang saksama. Hal ini dapat kita pahami dari Kalama-sutta:
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan saksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang petapa yang menjadi gurumu. Tetapi warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,’ maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut. (Kalama-sutta)
Dari sini kita melihat bahwa penerimaan terhadap suatu kebenaran, hendaknya tidak secara membuta atau serampangan. Penelitian secara saksama apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat perlu dilakukan sebelumnya. Apabila ternyata telah terbukti kebaikan dan manfaatnya, maka barulah kita boleh meyakininya. Keyakinan yang timbul setelah pengamatan saksama ini dinamakan saddha dalam agama Buddha.
Sehubungan dengan mukjizat, Buddha menguraikan tiga macam mukjizat kepada brahmana Sangarava (AN.III.60):
Ada tiga macam mukjizat, brahmana. Apakah yang tiga itu? Mukjizat kekuatan supranormal, mukjizat membaca pikiran, dan mukjizat pengajaran. Apa yang merupakan mukjizat kekuatan supranormal itu? Ada orang yang menikmati berbagai macam kekuatan supranormal: setelah menjadi satu, dia berubah menjadi banyak; sesudah menjadi banyak, dia berubah menjadi satu; dia muncul dan lenyap; dia pergi tak terhalang menembus benteng; menembus gunung seolah-olah melewati ruang kosong; dia menyelam masuk dan keluar dari bumi seolah-olah itu adalah air; dia berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah itu adalah tanah; dalam keadaan duduk bersila ia terbang ke udara seperti seekor burung; dengan tangannya ia menyentuh dan “mengusap” matahari dan bulan, begitu kuat dan perkasa; ia melakukan penguasaan dengan tubuhnya bahkan sejauh dunia-Brahma. Ini, Brahmana, disebut mukjizat kekuatan batin.
Apakah yang merupakan mukjizat membaca pikiran? Ada orang yang dengan sarana tanda, menyatakan: “Demikianlah pikiranmu, seperti inilah pikiranmu, demikianlah pikiranmu.” Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya, semuanya memang demikian dan tidak salah. Orang lain tidak membuat pernyataan lewat sarana tanda, melainkan mendengar suara manusia, suara makhluk halus atau dewa … atau dengan mendengarkan suara getaran-getaran pemikiran seseorang … atau mental menembus arah kecenderungan mentalnya ketika dia berada di dalam keadaan meditasi yang terbebas dari pemikiran. Dan betapa pun banyaknya pernyataan yang dibuat, mereka semuanya demikian dan tidak salah. Inilah yang disebut mukjizat membaca pikiran.
Dan brahmana, apakah mukjizat pengajaran? Ada orang yang mengajarkan demikian: “Engkau seharusnya berpikir dengan cara ini dan bukan dengan cara itu! Engkau seharusnya memperhatikan ini dan bukan itu! Engkau seharusnya meninggalkan ini dan harus berdiam di dalam pencapaian itu!” Inilah yang disebut mukjizat pengajaran.
Inilah, O brahmana, tiga jenis mukjizat. Dari ketiga mukjizat ini, manakah yang tampak bagimu sebagai yang paling bagus dan paling tinggi?
Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama, hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya; hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya. Kedua mukjizat ini, Guru Gotama, bagi saya tampak memiliki sifat tukang sulap. Tetapi mengenai mukjizat pengajaran – inilah, Guru Gotama, yang bagi saya tampak sebagai yang paling bagus dan paling tinggi di antara ketiganya.
… Tetapi apakah ada biku lain, selain Guru Gotama, yang memiliki tiga mukjizat ini? / Ya, brahmana. Para biku yang memiliki ketiga mukjizat ini tidak hanya berjumlah seratus, atau dua ratus, tiga ratus, empat ratus, atau lima ratus, tetapi bahkan lebih banyak dari jumlah itu. / Dan di manakah sekarang berdiamnya biku-biku ini, Guru Gotama? / Di dalam Sanggha biku ini juga, brahmana.
Menurut kutipan di atas, pada zaman Buddha Gotama sudah banyak biku yang memiliki ketiga jenis mukjizat tersebut. Namun menurut agama Buddha, sesungguhnya mukjizat sejati adalah transformasi dari seorang jahat menjadi baik, dan transformasi dari seorang biasa menjadi Buddha (Digha-Nikaya). Mukjizat kesaktian dan fenomena menakjubkan lainnya sangat lumrah dalam pandangan agama Buddha. Menurut agama Buddha, sekalipun tanpa adanya keyakinan pada agama apapun atau makhluk Adikuasa, seseorang juga bisa memperoleh kesaktian bila ia melatih metode tertentu dengan benar. Agama Buddha mengenal kekuatan batin yang dianggap orang awam sebagai manifestasi mukjizat, tapi bagi agama Buddha, istilah “mukjizat” dimunculkan dalam benak orang awam karena tidak memahami corak sejati dari pikiran dan alam semesta. Secara umum, dalam kitab Buddhis dikenal adanya enam kekuatan batin (abhinna) dalam pengembangan iddhi-pada. Delapan kekuatan psikokinesis (iddhi-vidha):
Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Dalam literatur Buddhis, bertaburan kisah-kisah mukjizat yang dipertunjukkan oleh Buddha dan siswa-Nya. Sebagai contoh, Buddha bisa “lenyap dari tepi sungai Gangga yang satu dan muncul kembali di tepi seberang bersama dengan Sanggha biku” (Ud. 8.6).
Buddha dan murid-Nya bernama Nanda “lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa” (Ud. 3.2).
Seorang siswa Buddha “lenyap dari Aula Rumah yang atapnya berjendela di Hutan Besar dan muncul di hadapan para biku di tepi Sungai Vaggumuda” (Ud. 3.3).
Suatu kali ketika Biku Vakkali ingin bunuh diri, Buddha membaca pikirannya dan muncul di hadapannya dalam bentuk holografik, lalu menghiburnya (Apadana.II.465).
Salah satu jenis mukjizat yang diperlihatkan oleh Buddha disebut Yamaka patihariya (“penampakan ganda”). Mukjizat tersebut pertama kali diperagakan oleh Buddha pada saat bulan purnama, tahun ke-7 setelah pencerahan-Nya, di kota Savatti (Skt. Sravasti) dekat pohon Gandamba. Sebelum memperagakan mukjizat penampakan ganda, Buddha terlebih dulu menciptakan sebuah tapak jalan berpermata di udara di samping pohon Gandamba. Lalu Buddha berdiri di atas tapak jalan tersebut dan memperagakan Yamaka-patihariya yang dalam literatur Buddhis dikenal dengan istilah “mukjizat kembar”. Disebut “kembar” karena mukjizat itu terdiri atas penampakan fenomena pasangan karakter yang bertolak-belakang, misalnya tubuh bagian bawah mengeluarkan aliran air dan tubuh bagian atas mengeluarkan kobaran api, dan lalu berselang-seling. Kemudian kobaran api dan aliran air juga keluar secara berselang dari bagian kanan dan bagian kiri tubuh.
Peristiwa mukjizat kadangkala diperlihatkan dalam momen parinirwana. Sebagai contoh, menjelang mangkat, Dabba Mallaputta “bangkit naik ke udara; dan di angkasa, sementara duduk bersila, ia memasuki elemen-api, muncul dan merealisasi Nirwana Akhir” (Ud. 8.9).
Bahkan dalam sutra-sutra Mahayana, seperti Avatamsaka-sutra, Vimalakirti-nirdesa-sutra, dan Surangama-sutra, kekuatan supranatural yang dimiliki oleh Buddha dan Bodhisattwa tingkat tinggi mencakup penguasaan atas dimensi ruang dan waktu. Misalnya dikatakan bahwa Buddha dapat menaruh ke ujung rambut satu milyar dunia semesta, lengkap dengan isinya (Sutra Pencapaian Kebuddhaan oleh Bhadra – sutra 21 Maharatnakuta). Sutra tersebut menyatakan bila seseorang mengetahui bahwa segala fenomena adalah seperti magis dan ilusi, maka ia mampu memunculkan secara magis tubuh sebanyak sepuluh milyar Buddha. Sifat keilusian dari fenomena yang membuat mukjizat bisa terjadi di dunia.
Seorang Bodhisattwa dapat meraih kekuatan untuk melakukan mukjizat bila ia mencapai empat hal yakni, merasa ringan di tubuh, merasa ringan di pikiran, tidak melekat pada apa pun, dan menganggap empat unsur (tanah, air, api, angin) seperti ruang kosong (Sutra Pembicaraan tentang Kefasihan Lidah yang Gesit, sutra 33 dari Maharatnakuta).
Mengucapkan slogan: “Agama Buddha tidak melandaskan ajarannya pada keimanan atau lebih tepatnya lagi, keyakinan yang membuta. Buddha lebih menekankan pada observasi atau pengamatan yang saksama.” memang mudah. Itu sebabnya Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman menuliskannya dengan gagah perkasa. Mengucapkannya namun tidak menjalaninya dalam kehidupan nyata? Maka slogan akbar pun menjadi abal-abal. Itu namanya pandai berteriak namun payah bertindak. Orang-orang demikian disebut munafik. Lain di kata lain di laku. Plintat-Plintut! Mencla-Mencle! Berjanggut namun tidak berjubah.
Kebenaran Plintat Plintut Mustahil Kebenaran Sejati
DPK: Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama, hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya; hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya.
DPK: kali ketika Biku Vakkali ingin bunuh diri, Buddha membaca pikirannya dan muncul di hadapannya dalam bentuk holografik, lalu menghiburnya (Apadana.II.465).
Ajaran siapakah yang dikutip oleh Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman di atas? Konon, katanya itu ajaran Guru Gotama alias Budha Gotama. Siapakah pelaku membaca pikiran dalam kisah tersebut? Budha. Siapa yang mengalami hasilnya? Biku Vakkali yang hendak bunuh diri. Siap yang memiliki hasilnya? Biku Vakkali yang hendak bunuh diri. Apakah Biku Vakkali mempraktekkan pembacaan pikiran? Tidak! Bukankah itu berarti Biku Vakkali mendapatkan hasil padahal Budha yang melakukan?
Biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri! Itulah salah satu teknik yang selama ini hai hai gunakan untuk menguji kesaksian mujizat yang terjadi di masa lalu atau kebenaran suatu ajaran. Kita mencari tahu, apakah kesaksiannya menyangkal kesaksiannya? Karena menemukan fakta di mana kesaksiannya menyangkal kesaksiannya, maka kita pun menarik kesimpulan tanpa tedeng aling-aling bahwa Sang Buddha membual tentang kekuatan membaca pikiran yang dimilikinya. Karena kebenaran yang tidak konsisten mustahil kebenaran sejati!
Kisah Menguliti Jurus Mengusap Matahari
Konon, katanya, menurut Guru Gotama, selain dirinya, ada 500 orang lebih yang memiliki 8 kekuatan supranormal di bawah ini.
Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Apakah yang dikatakan oleh Guru Gotama tentang kekuatan supranormal benar? May! Maybe Yes, Maybe no! Kita harus mengujinya agar tahu kebenarannya. Bukankah yang mengajarkannya adalah Buddha Gotama alias Buddha Gotama, itu sebabnya mustahil tidak benar? Benar! Namun, bukankah Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman mengajarkan bahwa Agama Buddha tidak melandaskan ajarannya pada keimanan atau lebih tepatnya lagi, keyakinan yang membuta. Buddha lebih menekankan pada observasi atau pengamatan yang saksama? Bukankah Kalama-sutta mengajarkan seperti di bawah ini?
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan saksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang petapa yang menjadi gurumu. Tetapi warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,’ maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut. (Kalama-sutta)
Bagaimana kita mengujinya sedangkan yang dikatakan oleh Guru Gotama itu sudah terjadi sekitar 2500 tahun yang lalu? Kisah masa lalu bisa diuji. Kita hanya bisa menguji kisah-kisah masa lalu dengan menganalisa ceritanya yang diwarisi saat ini. Ada kisah masa lalu yang mustahil diuji karena informasi yang tersedia tidak cukup. Namun, banyak kisah masa lalu yang bisa diuji secara ilmiah karena menyediakan informasi yang cukup. Ketika menguji kesaksian mukjizat kita sama sekali tidak menguji apakah kejadian tersebut ilmiah atau tidak? Masuk akal atau tidak. Tujuan utama menguji kesaksian mukjizat yang terjadi di masa lalu adalah membuktikan apakah kesaksian tersebut adalah kisah nyata atau omong kosong belaka berdasarkan informasi yang tersedia. Mari kita menguji apa yang diajarkan oleh Guru Gotama.
1. Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Kita tidak menguji ke 1 di atas karena informasi yang dimiliki tidak cukup untuk mengujinya.
2. Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Kisah ke 2 tersebut di atas pun tidak diuji karena informasi yang tersedia tidak cukup.
3. Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Tentang kisah ke 3, dikatakan menebus dinding, artinya dinding yang ditembus tidak berlobang. Tetap ada dan tidak berubah ketika ditembus. Disebut seolah-olah ruang kosong artinya baik dinding maupun gunung yang ditembus sama sekali tidak kosong. Masalahnya adalah guru Gotama sama sekali tidak menjelaskan bagaimana cara dia menembus gunung atau pegunungan? Dia jalan kaki? Lari? Merayap? Merangkak? Berenang atau Terbang? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menembus sebuah gunung? Satu menit? Satu jam? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Bayangkan saja anda ada di Puncak lalu menembus gunung Gede sehingg muncul di Sukabumi. Karena gunung yang ditembus hanya seolah-olah kosong namun tidak kosong sama sekali, maka pertanyaannya adalah, bagaimana dia bernapas sedangkan kita tahu di dalam tanah dan batu tidak ada oksigen seperti di atas tanah.
4. Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
Mengenai kisah ke 4, sama seperti menembus gunung, pertanyaannya adalah bagaimana cara Guru Gotama bernafas selama di dalam tanah? Umumnya manusia normal akan mati sesak bila tidak bernafas selama 3 menit. Rekor dunia tahan nafas di dalam air yang tercatat dalam Guines Book of Record adalah 22.22 menit. Tom Sietas puasa selama 5 jam untuk memperlambat metabolisme tubuhnya. Dia lalu memenuhi paru-parunya yang 20% lebih besar dari normal dengan oksigen murni. Meskipun banyak guru Yoga yang mengaku mampu menahan nafas selama berjam-jam bahkan berhari-hari namun tidak ada satu pun yang lolos ketika diuji secara ilmiah. Guru Gotama sama sekali tidak bercerita tentang kekuatan supranormal menahan nafas.
Kalaupun Guru Gotama memang bisa menyelam ke dalam tanah, maka dapat dipastikan bahwa dia tidak pernah menyelam terlalu dalam. Itu sebabnya dia tidak pernah bercerita tentang keberadaan danau di dalam tanah (lapisan air), lumpur panas di dalam tanah (magma) apalagi bercerita tentang ruang hampa yang penuh gas dan danau air hitam yang dipenuhi minyak.
5. berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Kita tidak menguji kisah ke 5 di atas karena informasi yang tersedia kurang memadai.
6. Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Kita juga tidak menguji kisah ke 6 tersebut di atas karena datanya kurang. Namun bila terbang cukup tinggi, Guru Gotama pasti bercerita tentang tiba-tiba sesak nafas, bukan? Dia juga pasti bercerita tentang suhu udara yang makin dingin ketika dia terbang makin tinggi.
7. Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Ini baru kisah ke 7. Apa yang ada di dalam kepala seorang lelaki dewasa normal dan baik hati serta saleh yang hidup 500 tahun sebelum masehi ketika menatap matahari?
Apakah lelaki itu tahu bahwa bumi adalah sebuah bola dengan diameter 12.756 Km?
Mungkinkah dia tahu bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan sekitar 1.674Km/jam?
Mungkinkah lelaki itu tahu bahwa bumi mengelilingi matahari pada lintasannya dengan kecepatan sekitar 10.722 Km/jam?
Apakah lelaki itu tahu bahwa luar angkasa itu dingin sekali, konon, minus 273 derajat dinginnya?
Apakah lelaki itu tahu bahwa jarak dari bumi ke matahari sekitar 149,6 juta Km?
Mungkinkah lelaki itu tahu bahwa matahari bisa memuat 1,3 juta buah bumi?
Tahukah dia bahwa matahari itu panas sekali, sekitar 15 juta derajat Celsius?
Apakah lelaki baik hati itu tahu bahwa matahari sama sekali tidak padat namun cair seperti api?
Andai kata lelaki baik hati dan saleh itu tahu semua informasi tentang bumi dan matahari tersebut di atas, mustahil dia menyembunyikan pengetahuannya dari orang-orang sekampungnya bukan? Namun mustahil lelaki saleh dan baik hati itu tidak tahu semua informasi tentang matahari dan bumi tersebut di atas bukan? Kenapa demikian? Karena dia sudah pernah mengusap matahari dengan tangannya. Lelaki itu namanya Sidharta Gautama. Gelarnya Sang Buddha. Menurutnya, bukan hanya dirinya namun ada lebih dari 500 orang lainnya yang juga pernah mengusap matahari. Kisanak, izinkan hai hai menyanyi:
YAK YAK O
YAK YAK O
YAK YAK O
Kisanak, bagaimana cara lelaki baik hati yang saleh itu mengusap matahari? Dia mengulurkan tangannya yang memanjang dan terus memanjang sampai ke matahari? Atau dia duduk bersila kemudian terbang ke udara sampai ke matahati seperti seekor burung yang bersayap? Atau biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri?
Bagaimana dengan jurus mengusap bulan? Setelah membaca kisah menguliti jurus mengusap matahari mustahil nggak mampu menguliti jurus mengusap bulan, helai demi helai seperti menguliti bawang bombai, bukan.
8. Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Ah ….. Kisanak, hai hai kehilangan semangat untuk menguji lagi. Jadi biarkan kisah ke 8 tersebut tidak diuji.
Kisah Menguliti Ilmu Membaca Pikiran
Menurut Guru Gotama, Ilmu membaca pikiran terdiri dari 4 jurus yaitu:
1. Sarana tanda
2. Mendengar suara manusia dan dewa
3. Mendengar getaran pikiran
4. Mental menembus arah kecenderungan mental
Informasi yang ada tentang jurus Sarana Tanda, Mendengar suara manusia dan dewa serta Mental menembus arah kecenderungan mental tidak cukup bagi kita untuk melakukan pengujian. Itu sebabnya kita hanya menguji jurus Mendengar getaran pikiran.
Kadang-kadang kita tahu apa yang akan dikatakan seseorang sebelum dia mengucapkannya. Sering sekali orang lain sudah tahu padahal kita baru memikirkannya. Kenapa demikian? Sebagian orang percaya hal itu terjadi karena otak memancarkan gelombang pikiran dan mampu menangkap gelombang pikiran orang lain seperti radio dua arah atau handy talky. Bila demikian, kenapa kemampuan membaca pikiran orang lain dan mengirim pikiran kepada orang lain hanya terjadi kadang-kadang?
Karena semua orang memancarkan gelombang pikirannya dengan kekuatan yang hampir sama pada frekuensi yang sama, maka gelombang otak yang ada di udara pun berjejal dan saling menghambat. Apabila berlatih dengan tekun maka seseorang akan lebih peka menangkap dan membedakan gelombang-gelombang pikiran yang ada di udara. Dengan cara demikianlah dia membaca pikiran orang lain. Dengan ketekunan yang sama dia akan mampu memancarkan gelombang yang jauh lebih kuat dari orang-orang lainnya kepada orang yang dikehendakinya. Dengan cara itulah dia mengirim berita langsung ke pikiran orang lain. Kemampuan membaca pikiran orang lain dan mengirim berita langsung ke pikiran orang lain disebut Telepati. Di dalam dunia perdukunan Indonesia, kemampuan demikian dinamakan ilmu Merogoh Sukma atau Menembus Sukma. Itulah yang diajarkan oleh guru Gotama sebagai: Mendengar getaran pikiran orang.
Menguliti Jurus Mujizat Pengajaran
Perilaku seseorang ditentukan oleh pikirannya. Gelombang radio yang kuat akan menenggelamkan gelombang radio yang lemah sehingga yang terdengar hanya gelombang radio yang kuat. Pikiran yang kuat bisa menenggelamkan pikiran yang lemah sehingga yang terdeteksi hanya pikiran yang kuat. Hipnotis adalah mengendalikan seseorang dengan memancarkan pikiran yang kuat untuk menenggelamkan pikirannya sehingga dia menganggap pikiran yang kuat itu sebagai pikirannya sendiri. Kemampuan Hipnotis diperoleh dengan melatih kekuatan pikiran dan kemauan. Di dalam dunia perdukunan Indonesia, Hipnotis dikenal dengan nama Gendam dan Sirep. Itulah yang disebut Mujizat Pengajaran oleh Guru Gotama.
Saya telah bertemu dengan banyak Budhis yang mengajarkan bahwa Jurus membaca pikiran alias telepati dan jurus mujizat pengajaran alias hipnotis telah terbukti secara ilmiah kebenarannya oleh para ilmuwan. Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa otak memang memancarkan gelombang listrik yang frekuensinya bisa diukur dengan akurat menggunakan mesin.
Kerabatku sekalian, para ilmuwan memang mengajarkan bahwa otak memancarkan gelombang listrik dan gelombang listrik tersebut bisa dideteksi dengan alat. Namun, apabila yang diajarkan oleh Guru Gotama itu benar dan getaran pikiran yang dimaksudkannya adalah gelombang otak yang selama ini dideteksi oleh para ilmuwan, maka para ilmuwan pasti bisa membedakan dengan tepat. Namun, sayang sekali para ilmuwan sama sekali belum mampu melakukan hal demikian. Di samping itu, tanpa kontak mustahil mendeteksi gelombang otak. Itu berarti gelombang otak sama sekali tidak seperti gelombang radio yang merambat lewat udara.
Agama di masa mendatang adalah agama kosmik. Agama tersebut seharusnya melampaui konsep Tuhan yang bersifat pribadi dan menghindari dogma-dogma teologi. Dengan mencakup bidang alam dan spiritual, agama itu harus didasari pada makna agama yang lahir dari pengalaman terhadap segala fenomena, natural, dan spiritual, dan penyatuan yang bermakna. Buddhisme menjawab deskripsi ini. Bila ada agama yang dapat mengatasi kebutuhan pengetahuan modern, agama tersebut adalah agama Buddha. Albert Eistein.
Saya sering sekali bertemu dengan Budhis yang bilang kutipan di atas adalah ucapan Albert Eistein di konferensi Science and Religion – Princeton – New Jersey - Mei, 19 1939. Banyak handai taulan yang lalu bertanya, benarkah Albert Einsten paragraf tersebut di atas? Jawabannya adalah: Albert Einsten tidak pernah mengucapkan paragraf tersebut di atas seumur hidupnya. Bila demikian dari mana para Buddhis tahu bahwa kutipan di atas adalah ucapan Albert Einstein? Tentu saja dari otak Albert Einsten. Mereka mendengar getaran pikiran Albert Einsten lalu mengutipnya. Itu sebabnya Albert Einsten tidak pernah mengucapkan kutipan tersebut. Kenapa demikian? Karena sudah keduluan para Buddhis.
Kesimpulan:
1. Mukjizat kesaktian dan fenomena menakjubkan lainnya sangat lumrah dalam pandangan agama Buddha. Menurut agama Buddha, sekalipun tanpa adanya keyakinan pada agama apapun atau makhluk Adikuasa, seseorang juga bisa memperoleh kesaktian bila ia melatih metode tertentu dengan benar.
2. Agama Buddha mengenal kekuatan batin yang dianggap orang awam sebagai manifestasi mukjizat, tapi bagi agama Buddha, istilah “mukjizat” dimunculkan dalam benak orang awam karena tidak memahami corak sejati dari pikiran dan alam semesta.
http://bengcumenggugat.wordpress.com/2012/06/18/bengcu-menggugat-jurus-mengusap-matahari-guru-gotama/
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan saksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang petapa yang menjadi gurumu. Tetapi warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,’ maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut. (Kalama-sutta)
Dari sini kita melihat bahwa penerimaan terhadap suatu kebenaran, hendaknya tidak secara membuta atau serampangan. Penelitian secara saksama apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat perlu dilakukan sebelumnya. Apabila ternyata telah terbukti kebaikan dan manfaatnya, maka barulah kita boleh meyakininya. Keyakinan yang timbul setelah pengamatan saksama ini dinamakan saddha dalam agama Buddha.
Sehubungan dengan mukjizat, Buddha menguraikan tiga macam mukjizat kepada brahmana Sangarava (AN.III.60):
Ada tiga macam mukjizat, brahmana. Apakah yang tiga itu? Mukjizat kekuatan supranormal, mukjizat membaca pikiran, dan mukjizat pengajaran. Apa yang merupakan mukjizat kekuatan supranormal itu? Ada orang yang menikmati berbagai macam kekuatan supranormal: setelah menjadi satu, dia berubah menjadi banyak; sesudah menjadi banyak, dia berubah menjadi satu; dia muncul dan lenyap; dia pergi tak terhalang menembus benteng; menembus gunung seolah-olah melewati ruang kosong; dia menyelam masuk dan keluar dari bumi seolah-olah itu adalah air; dia berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah itu adalah tanah; dalam keadaan duduk bersila ia terbang ke udara seperti seekor burung; dengan tangannya ia menyentuh dan “mengusap” matahari dan bulan, begitu kuat dan perkasa; ia melakukan penguasaan dengan tubuhnya bahkan sejauh dunia-Brahma. Ini, Brahmana, disebut mukjizat kekuatan batin.
Apakah yang merupakan mukjizat membaca pikiran? Ada orang yang dengan sarana tanda, menyatakan: “Demikianlah pikiranmu, seperti inilah pikiranmu, demikianlah pikiranmu.” Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya, semuanya memang demikian dan tidak salah. Orang lain tidak membuat pernyataan lewat sarana tanda, melainkan mendengar suara manusia, suara makhluk halus atau dewa … atau dengan mendengarkan suara getaran-getaran pemikiran seseorang … atau mental menembus arah kecenderungan mentalnya ketika dia berada di dalam keadaan meditasi yang terbebas dari pemikiran. Dan betapa pun banyaknya pernyataan yang dibuat, mereka semuanya demikian dan tidak salah. Inilah yang disebut mukjizat membaca pikiran.
Dan brahmana, apakah mukjizat pengajaran? Ada orang yang mengajarkan demikian: “Engkau seharusnya berpikir dengan cara ini dan bukan dengan cara itu! Engkau seharusnya memperhatikan ini dan bukan itu! Engkau seharusnya meninggalkan ini dan harus berdiam di dalam pencapaian itu!” Inilah yang disebut mukjizat pengajaran.
Inilah, O brahmana, tiga jenis mukjizat. Dari ketiga mukjizat ini, manakah yang tampak bagimu sebagai yang paling bagus dan paling tinggi?
Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama, hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya; hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya. Kedua mukjizat ini, Guru Gotama, bagi saya tampak memiliki sifat tukang sulap. Tetapi mengenai mukjizat pengajaran – inilah, Guru Gotama, yang bagi saya tampak sebagai yang paling bagus dan paling tinggi di antara ketiganya.
… Tetapi apakah ada biku lain, selain Guru Gotama, yang memiliki tiga mukjizat ini? / Ya, brahmana. Para biku yang memiliki ketiga mukjizat ini tidak hanya berjumlah seratus, atau dua ratus, tiga ratus, empat ratus, atau lima ratus, tetapi bahkan lebih banyak dari jumlah itu. / Dan di manakah sekarang berdiamnya biku-biku ini, Guru Gotama? / Di dalam Sanggha biku ini juga, brahmana.
Menurut kutipan di atas, pada zaman Buddha Gotama sudah banyak biku yang memiliki ketiga jenis mukjizat tersebut. Namun menurut agama Buddha, sesungguhnya mukjizat sejati adalah transformasi dari seorang jahat menjadi baik, dan transformasi dari seorang biasa menjadi Buddha (Digha-Nikaya). Mukjizat kesaktian dan fenomena menakjubkan lainnya sangat lumrah dalam pandangan agama Buddha. Menurut agama Buddha, sekalipun tanpa adanya keyakinan pada agama apapun atau makhluk Adikuasa, seseorang juga bisa memperoleh kesaktian bila ia melatih metode tertentu dengan benar. Agama Buddha mengenal kekuatan batin yang dianggap orang awam sebagai manifestasi mukjizat, tapi bagi agama Buddha, istilah “mukjizat” dimunculkan dalam benak orang awam karena tidak memahami corak sejati dari pikiran dan alam semesta. Secara umum, dalam kitab Buddhis dikenal adanya enam kekuatan batin (abhinna) dalam pengembangan iddhi-pada. Delapan kekuatan psikokinesis (iddhi-vidha):
Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Dalam literatur Buddhis, bertaburan kisah-kisah mukjizat yang dipertunjukkan oleh Buddha dan siswa-Nya. Sebagai contoh, Buddha bisa “lenyap dari tepi sungai Gangga yang satu dan muncul kembali di tepi seberang bersama dengan Sanggha biku” (Ud. 8.6).
Buddha dan murid-Nya bernama Nanda “lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa” (Ud. 3.2).
Seorang siswa Buddha “lenyap dari Aula Rumah yang atapnya berjendela di Hutan Besar dan muncul di hadapan para biku di tepi Sungai Vaggumuda” (Ud. 3.3).
Suatu kali ketika Biku Vakkali ingin bunuh diri, Buddha membaca pikirannya dan muncul di hadapannya dalam bentuk holografik, lalu menghiburnya (Apadana.II.465).
Salah satu jenis mukjizat yang diperlihatkan oleh Buddha disebut Yamaka patihariya (“penampakan ganda”). Mukjizat tersebut pertama kali diperagakan oleh Buddha pada saat bulan purnama, tahun ke-7 setelah pencerahan-Nya, di kota Savatti (Skt. Sravasti) dekat pohon Gandamba. Sebelum memperagakan mukjizat penampakan ganda, Buddha terlebih dulu menciptakan sebuah tapak jalan berpermata di udara di samping pohon Gandamba. Lalu Buddha berdiri di atas tapak jalan tersebut dan memperagakan Yamaka-patihariya yang dalam literatur Buddhis dikenal dengan istilah “mukjizat kembar”. Disebut “kembar” karena mukjizat itu terdiri atas penampakan fenomena pasangan karakter yang bertolak-belakang, misalnya tubuh bagian bawah mengeluarkan aliran air dan tubuh bagian atas mengeluarkan kobaran api, dan lalu berselang-seling. Kemudian kobaran api dan aliran air juga keluar secara berselang dari bagian kanan dan bagian kiri tubuh.
Peristiwa mukjizat kadangkala diperlihatkan dalam momen parinirwana. Sebagai contoh, menjelang mangkat, Dabba Mallaputta “bangkit naik ke udara; dan di angkasa, sementara duduk bersila, ia memasuki elemen-api, muncul dan merealisasi Nirwana Akhir” (Ud. 8.9).
Bahkan dalam sutra-sutra Mahayana, seperti Avatamsaka-sutra, Vimalakirti-nirdesa-sutra, dan Surangama-sutra, kekuatan supranatural yang dimiliki oleh Buddha dan Bodhisattwa tingkat tinggi mencakup penguasaan atas dimensi ruang dan waktu. Misalnya dikatakan bahwa Buddha dapat menaruh ke ujung rambut satu milyar dunia semesta, lengkap dengan isinya (Sutra Pencapaian Kebuddhaan oleh Bhadra – sutra 21 Maharatnakuta). Sutra tersebut menyatakan bila seseorang mengetahui bahwa segala fenomena adalah seperti magis dan ilusi, maka ia mampu memunculkan secara magis tubuh sebanyak sepuluh milyar Buddha. Sifat keilusian dari fenomena yang membuat mukjizat bisa terjadi di dunia.
Seorang Bodhisattwa dapat meraih kekuatan untuk melakukan mukjizat bila ia mencapai empat hal yakni, merasa ringan di tubuh, merasa ringan di pikiran, tidak melekat pada apa pun, dan menganggap empat unsur (tanah, air, api, angin) seperti ruang kosong (Sutra Pembicaraan tentang Kefasihan Lidah yang Gesit, sutra 33 dari Maharatnakuta).
Mengucapkan slogan: “Agama Buddha tidak melandaskan ajarannya pada keimanan atau lebih tepatnya lagi, keyakinan yang membuta. Buddha lebih menekankan pada observasi atau pengamatan yang saksama.” memang mudah. Itu sebabnya Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman menuliskannya dengan gagah perkasa. Mengucapkannya namun tidak menjalaninya dalam kehidupan nyata? Maka slogan akbar pun menjadi abal-abal. Itu namanya pandai berteriak namun payah bertindak. Orang-orang demikian disebut munafik. Lain di kata lain di laku. Plintat-Plintut! Mencla-Mencle! Berjanggut namun tidak berjubah.
Kebenaran Plintat Plintut Mustahil Kebenaran Sejati
DPK: Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama, hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya; hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya.
DPK: kali ketika Biku Vakkali ingin bunuh diri, Buddha membaca pikirannya dan muncul di hadapannya dalam bentuk holografik, lalu menghiburnya (Apadana.II.465).
Ajaran siapakah yang dikutip oleh Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman di atas? Konon, katanya itu ajaran Guru Gotama alias Budha Gotama. Siapakah pelaku membaca pikiran dalam kisah tersebut? Budha. Siapa yang mengalami hasilnya? Biku Vakkali yang hendak bunuh diri. Siap yang memiliki hasilnya? Biku Vakkali yang hendak bunuh diri. Apakah Biku Vakkali mempraktekkan pembacaan pikiran? Tidak! Bukankah itu berarti Biku Vakkali mendapatkan hasil padahal Budha yang melakukan?
Biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri! Itulah salah satu teknik yang selama ini hai hai gunakan untuk menguji kesaksian mujizat yang terjadi di masa lalu atau kebenaran suatu ajaran. Kita mencari tahu, apakah kesaksiannya menyangkal kesaksiannya? Karena menemukan fakta di mana kesaksiannya menyangkal kesaksiannya, maka kita pun menarik kesimpulan tanpa tedeng aling-aling bahwa Sang Buddha membual tentang kekuatan membaca pikiran yang dimilikinya. Karena kebenaran yang tidak konsisten mustahil kebenaran sejati!
Kisah Menguliti Jurus Mengusap Matahari
Konon, katanya, menurut Guru Gotama, selain dirinya, ada 500 orang lebih yang memiliki 8 kekuatan supranormal di bawah ini.
Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Apakah yang dikatakan oleh Guru Gotama tentang kekuatan supranormal benar? May! Maybe Yes, Maybe no! Kita harus mengujinya agar tahu kebenarannya. Bukankah yang mengajarkannya adalah Buddha Gotama alias Buddha Gotama, itu sebabnya mustahil tidak benar? Benar! Namun, bukankah Djoko Mulyono, Petrus Santoso dan Kristiyanto Liman mengajarkan bahwa Agama Buddha tidak melandaskan ajarannya pada keimanan atau lebih tepatnya lagi, keyakinan yang membuta. Buddha lebih menekankan pada observasi atau pengamatan yang saksama? Bukankah Kalama-sutta mengajarkan seperti di bawah ini?
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan saksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang petapa yang menjadi gurumu. Tetapi warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan,’ maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut. (Kalama-sutta)
Bagaimana kita mengujinya sedangkan yang dikatakan oleh Guru Gotama itu sudah terjadi sekitar 2500 tahun yang lalu? Kisah masa lalu bisa diuji. Kita hanya bisa menguji kisah-kisah masa lalu dengan menganalisa ceritanya yang diwarisi saat ini. Ada kisah masa lalu yang mustahil diuji karena informasi yang tersedia tidak cukup. Namun, banyak kisah masa lalu yang bisa diuji secara ilmiah karena menyediakan informasi yang cukup. Ketika menguji kesaksian mukjizat kita sama sekali tidak menguji apakah kejadian tersebut ilmiah atau tidak? Masuk akal atau tidak. Tujuan utama menguji kesaksian mukjizat yang terjadi di masa lalu adalah membuktikan apakah kesaksian tersebut adalah kisah nyata atau omong kosong belaka berdasarkan informasi yang tersedia. Mari kita menguji apa yang diajarkan oleh Guru Gotama.
1. Dari satu menjadi banyak, dari banyak menjadi satu.
Kita tidak menguji ke 1 di atas karena informasi yang dimiliki tidak cukup untuk mengujinya.
2. Dari keadaan tak terlihat menjadi terlihat, dari terlihat menjadi tak terlihat.
Kisah ke 2 tersebut di atas pun tidak diuji karena informasi yang tersedia tidak cukup.
3. Menembus dinding rumah, dinding kota, pegunungan, seolah-olah melewati ruang kosong.
Tentang kisah ke 3, dikatakan menebus dinding, artinya dinding yang ditembus tidak berlobang. Tetap ada dan tidak berubah ketika ditembus. Disebut seolah-olah ruang kosong artinya baik dinding maupun gunung yang ditembus sama sekali tidak kosong. Masalahnya adalah guru Gotama sama sekali tidak menjelaskan bagaimana cara dia menembus gunung atau pegunungan? Dia jalan kaki? Lari? Merayap? Merangkak? Berenang atau Terbang? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menembus sebuah gunung? Satu menit? Satu jam? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Bayangkan saja anda ada di Puncak lalu menembus gunung Gede sehingg muncul di Sukabumi. Karena gunung yang ditembus hanya seolah-olah kosong namun tidak kosong sama sekali, maka pertanyaannya adalah, bagaimana dia bernapas sedangkan kita tahu di dalam tanah dan batu tidak ada oksigen seperti di atas tanah.
4. Menembus ke bawah tanah dan muncul darinya, seolah-olah melewati air.
Mengenai kisah ke 4, sama seperti menembus gunung, pertanyaannya adalah bagaimana cara Guru Gotama bernafas selama di dalam tanah? Umumnya manusia normal akan mati sesak bila tidak bernafas selama 3 menit. Rekor dunia tahan nafas di dalam air yang tercatat dalam Guines Book of Record adalah 22.22 menit. Tom Sietas puasa selama 5 jam untuk memperlambat metabolisme tubuhnya. Dia lalu memenuhi paru-parunya yang 20% lebih besar dari normal dengan oksigen murni. Meskipun banyak guru Yoga yang mengaku mampu menahan nafas selama berjam-jam bahkan berhari-hari namun tidak ada satu pun yang lolos ketika diuji secara ilmiah. Guru Gotama sama sekali tidak bercerita tentang kekuatan supranormal menahan nafas.
Kalaupun Guru Gotama memang bisa menyelam ke dalam tanah, maka dapat dipastikan bahwa dia tidak pernah menyelam terlalu dalam. Itu sebabnya dia tidak pernah bercerita tentang keberadaan danau di dalam tanah (lapisan air), lumpur panas di dalam tanah (magma) apalagi bercerita tentang ruang hampa yang penuh gas dan danau air hitam yang dipenuhi minyak.
5. berjalan di atas air, seolah-olah di atas tanah.
Kita tidak menguji kisah ke 5 di atas karena informasi yang tersedia kurang memadai.
6. Terbang ke udara dalam keadaan kaki bersila, seolah-olah ia seekor burung dengan sayap.
Kita juga tidak menguji kisah ke 6 tersebut di atas karena datanya kurang. Namun bila terbang cukup tinggi, Guru Gotama pasti bercerita tentang tiba-tiba sesak nafas, bukan? Dia juga pasti bercerita tentang suhu udara yang makin dingin ketika dia terbang makin tinggi.
7. Menyentuh dan mengusap matahari dan bulan dengan tangannya.
Ini baru kisah ke 7. Apa yang ada di dalam kepala seorang lelaki dewasa normal dan baik hati serta saleh yang hidup 500 tahun sebelum masehi ketika menatap matahari?
Apakah lelaki itu tahu bahwa bumi adalah sebuah bola dengan diameter 12.756 Km?
Mungkinkah dia tahu bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan sekitar 1.674Km/jam?
Mungkinkah lelaki itu tahu bahwa bumi mengelilingi matahari pada lintasannya dengan kecepatan sekitar 10.722 Km/jam?
Apakah lelaki itu tahu bahwa luar angkasa itu dingin sekali, konon, minus 273 derajat dinginnya?
Apakah lelaki itu tahu bahwa jarak dari bumi ke matahari sekitar 149,6 juta Km?
Mungkinkah lelaki itu tahu bahwa matahari bisa memuat 1,3 juta buah bumi?
Tahukah dia bahwa matahari itu panas sekali, sekitar 15 juta derajat Celsius?
Apakah lelaki baik hati itu tahu bahwa matahari sama sekali tidak padat namun cair seperti api?
Andai kata lelaki baik hati dan saleh itu tahu semua informasi tentang bumi dan matahari tersebut di atas, mustahil dia menyembunyikan pengetahuannya dari orang-orang sekampungnya bukan? Namun mustahil lelaki saleh dan baik hati itu tidak tahu semua informasi tentang matahari dan bumi tersebut di atas bukan? Kenapa demikian? Karena dia sudah pernah mengusap matahari dengan tangannya. Lelaki itu namanya Sidharta Gautama. Gelarnya Sang Buddha. Menurutnya, bukan hanya dirinya namun ada lebih dari 500 orang lainnya yang juga pernah mengusap matahari. Kisanak, izinkan hai hai menyanyi:
YAK YAK O
YAK YAK O
YAK YAK O
Kisanak, bagaimana cara lelaki baik hati yang saleh itu mengusap matahari? Dia mengulurkan tangannya yang memanjang dan terus memanjang sampai ke matahari? Atau dia duduk bersila kemudian terbang ke udara sampai ke matahati seperti seekor burung yang bersayap? Atau biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri?
Bagaimana dengan jurus mengusap bulan? Setelah membaca kisah menguliti jurus mengusap matahari mustahil nggak mampu menguliti jurus mengusap bulan, helai demi helai seperti menguliti bawang bombai, bukan.
8. Menguasai dengan tubuhnya sejauh dunia Brahma.
Ah ….. Kisanak, hai hai kehilangan semangat untuk menguji lagi. Jadi biarkan kisah ke 8 tersebut tidak diuji.
Kisah Menguliti Ilmu Membaca Pikiran
Menurut Guru Gotama, Ilmu membaca pikiran terdiri dari 4 jurus yaitu:
1. Sarana tanda
2. Mendengar suara manusia dan dewa
3. Mendengar getaran pikiran
4. Mental menembus arah kecenderungan mental
Informasi yang ada tentang jurus Sarana Tanda, Mendengar suara manusia dan dewa serta Mental menembus arah kecenderungan mental tidak cukup bagi kita untuk melakukan pengujian. Itu sebabnya kita hanya menguji jurus Mendengar getaran pikiran.
Kadang-kadang kita tahu apa yang akan dikatakan seseorang sebelum dia mengucapkannya. Sering sekali orang lain sudah tahu padahal kita baru memikirkannya. Kenapa demikian? Sebagian orang percaya hal itu terjadi karena otak memancarkan gelombang pikiran dan mampu menangkap gelombang pikiran orang lain seperti radio dua arah atau handy talky. Bila demikian, kenapa kemampuan membaca pikiran orang lain dan mengirim pikiran kepada orang lain hanya terjadi kadang-kadang?
Karena semua orang memancarkan gelombang pikirannya dengan kekuatan yang hampir sama pada frekuensi yang sama, maka gelombang otak yang ada di udara pun berjejal dan saling menghambat. Apabila berlatih dengan tekun maka seseorang akan lebih peka menangkap dan membedakan gelombang-gelombang pikiran yang ada di udara. Dengan cara demikianlah dia membaca pikiran orang lain. Dengan ketekunan yang sama dia akan mampu memancarkan gelombang yang jauh lebih kuat dari orang-orang lainnya kepada orang yang dikehendakinya. Dengan cara itulah dia mengirim berita langsung ke pikiran orang lain. Kemampuan membaca pikiran orang lain dan mengirim berita langsung ke pikiran orang lain disebut Telepati. Di dalam dunia perdukunan Indonesia, kemampuan demikian dinamakan ilmu Merogoh Sukma atau Menembus Sukma. Itulah yang diajarkan oleh guru Gotama sebagai: Mendengar getaran pikiran orang.
Menguliti Jurus Mujizat Pengajaran
Perilaku seseorang ditentukan oleh pikirannya. Gelombang radio yang kuat akan menenggelamkan gelombang radio yang lemah sehingga yang terdengar hanya gelombang radio yang kuat. Pikiran yang kuat bisa menenggelamkan pikiran yang lemah sehingga yang terdeteksi hanya pikiran yang kuat. Hipnotis adalah mengendalikan seseorang dengan memancarkan pikiran yang kuat untuk menenggelamkan pikirannya sehingga dia menganggap pikiran yang kuat itu sebagai pikirannya sendiri. Kemampuan Hipnotis diperoleh dengan melatih kekuatan pikiran dan kemauan. Di dalam dunia perdukunan Indonesia, Hipnotis dikenal dengan nama Gendam dan Sirep. Itulah yang disebut Mujizat Pengajaran oleh Guru Gotama.
Saya telah bertemu dengan banyak Budhis yang mengajarkan bahwa Jurus membaca pikiran alias telepati dan jurus mujizat pengajaran alias hipnotis telah terbukti secara ilmiah kebenarannya oleh para ilmuwan. Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa otak memang memancarkan gelombang listrik yang frekuensinya bisa diukur dengan akurat menggunakan mesin.
Kerabatku sekalian, para ilmuwan memang mengajarkan bahwa otak memancarkan gelombang listrik dan gelombang listrik tersebut bisa dideteksi dengan alat. Namun, apabila yang diajarkan oleh Guru Gotama itu benar dan getaran pikiran yang dimaksudkannya adalah gelombang otak yang selama ini dideteksi oleh para ilmuwan, maka para ilmuwan pasti bisa membedakan dengan tepat. Namun, sayang sekali para ilmuwan sama sekali belum mampu melakukan hal demikian. Di samping itu, tanpa kontak mustahil mendeteksi gelombang otak. Itu berarti gelombang otak sama sekali tidak seperti gelombang radio yang merambat lewat udara.
Agama di masa mendatang adalah agama kosmik. Agama tersebut seharusnya melampaui konsep Tuhan yang bersifat pribadi dan menghindari dogma-dogma teologi. Dengan mencakup bidang alam dan spiritual, agama itu harus didasari pada makna agama yang lahir dari pengalaman terhadap segala fenomena, natural, dan spiritual, dan penyatuan yang bermakna. Buddhisme menjawab deskripsi ini. Bila ada agama yang dapat mengatasi kebutuhan pengetahuan modern, agama tersebut adalah agama Buddha. Albert Eistein.
Saya sering sekali bertemu dengan Budhis yang bilang kutipan di atas adalah ucapan Albert Eistein di konferensi Science and Religion – Princeton – New Jersey - Mei, 19 1939. Banyak handai taulan yang lalu bertanya, benarkah Albert Einsten paragraf tersebut di atas? Jawabannya adalah: Albert Einsten tidak pernah mengucapkan paragraf tersebut di atas seumur hidupnya. Bila demikian dari mana para Buddhis tahu bahwa kutipan di atas adalah ucapan Albert Einstein? Tentu saja dari otak Albert Einsten. Mereka mendengar getaran pikiran Albert Einsten lalu mengutipnya. Itu sebabnya Albert Einsten tidak pernah mengucapkan kutipan tersebut. Kenapa demikian? Karena sudah keduluan para Buddhis.
Kesimpulan:
1. Mukjizat kesaktian dan fenomena menakjubkan lainnya sangat lumrah dalam pandangan agama Buddha. Menurut agama Buddha, sekalipun tanpa adanya keyakinan pada agama apapun atau makhluk Adikuasa, seseorang juga bisa memperoleh kesaktian bila ia melatih metode tertentu dengan benar.
2. Agama Buddha mengenal kekuatan batin yang dianggap orang awam sebagai manifestasi mukjizat, tapi bagi agama Buddha, istilah “mukjizat” dimunculkan dalam benak orang awam karena tidak memahami corak sejati dari pikiran dan alam semesta.
http://bengcumenggugat.wordpress.com/2012/06/18/bengcu-menggugat-jurus-mengusap-matahari-guru-gotama/
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Saran bagi Saudara penulis, konsep Ehipassiko (datang, lihat, dan buktikanlah) bisa diaplikasikan siapa saja yang ingin melihat sejenak ajaran Sang Buddha. Sang Buddha sendiri dalam pembabaran Dhamma, menyesuaikan dengan tingkatan intelegensi seseorang. Ya kalau mau berbicara dengan petani harus memakai kosa kata dan pola pikir yang sederhana dibanding bicara dengan orang berdasi kan?
Begitu juga dengan Anda, maaf sekali kalau harus saya katakan Anda krg bijak menilai Buddha dan ajaranNya berdasarkan 3 tipe mukjizat yang menurut Anda tidak bs dibuktikan.
Bagi saya, yang diharapkan Sang Buddha adalah agar manusia dapat datang, melihat, dan membuktikan sendiri ajarannya tentang 4 Kesunyataan Mulia dan Hukum Sebab-Musabab (Paticca Samupada). 4 Kesunyataan Mulia ini jelas2 bisa diselami bagi yang mw open minded, melihat segala sesuatu sebagai apa adanya, tanpa adanya bias.
Seseorang yang dpt menyadari ajaranNya dengan kesadaran penuh serta menapaki jalan keBuddhaaan (dengan praktik meditasi dan menyempurnakan sila dan jalan berunsur delapan), terkikis sudah keinginan jahat, tamak, dan kebodohannya dan tidak melekat. "Tidak melekat" ini menjadi salah satu syarat "mukjizat" yang disebutkan di atas. Pertanyaan saya, bisakah Anda lompat belajar langsung ke SMA, tanpa belajar membaca, menulis, SD, dan SMP terlebih dahulu?
Terlepas dari itu, pengetahuan tentang mukjizat bahkan pengetahuan tentang Tuhan tidak Sang Buddha sebutkan untuk para siswaNya lho...Mengapa? Bagi beliau, itu semua tidaklah penting bagaikan beberapa helai daun yang kita petik dari satu hutan belantara. Habis satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan lain yang mencakup universal yang tidak ada habis-habisnya. Padahal tujuan Buddha sendiri lewat ajaranNya yang bersifat terapeutik(mengobati) ingin cepat2 menolong org yang terkena luka panah terlebih dahulu, daripada sibuk bertanya siapa pemanah, mata panah terbuat dari apa.
Dan obatnya adalah dogma utama Sang Buddha yang berprinsip Ehipassiko, 4 Kesunyataan Mulia.
Demikian opini dari saya, Buddhis yang masih perlu banyak belajar. Tapi rasanya kalau saya bilang apanya/sesuatunya Islam itu bual, bagaimana perasaan Anda? SALAM DAMAI
Begitu juga dengan Anda, maaf sekali kalau harus saya katakan Anda krg bijak menilai Buddha dan ajaranNya berdasarkan 3 tipe mukjizat yang menurut Anda tidak bs dibuktikan.
Bagi saya, yang diharapkan Sang Buddha adalah agar manusia dapat datang, melihat, dan membuktikan sendiri ajarannya tentang 4 Kesunyataan Mulia dan Hukum Sebab-Musabab (Paticca Samupada). 4 Kesunyataan Mulia ini jelas2 bisa diselami bagi yang mw open minded, melihat segala sesuatu sebagai apa adanya, tanpa adanya bias.
Seseorang yang dpt menyadari ajaranNya dengan kesadaran penuh serta menapaki jalan keBuddhaaan (dengan praktik meditasi dan menyempurnakan sila dan jalan berunsur delapan), terkikis sudah keinginan jahat, tamak, dan kebodohannya dan tidak melekat. "Tidak melekat" ini menjadi salah satu syarat "mukjizat" yang disebutkan di atas. Pertanyaan saya, bisakah Anda lompat belajar langsung ke SMA, tanpa belajar membaca, menulis, SD, dan SMP terlebih dahulu?
Terlepas dari itu, pengetahuan tentang mukjizat bahkan pengetahuan tentang Tuhan tidak Sang Buddha sebutkan untuk para siswaNya lho...Mengapa? Bagi beliau, itu semua tidaklah penting bagaikan beberapa helai daun yang kita petik dari satu hutan belantara. Habis satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan lain yang mencakup universal yang tidak ada habis-habisnya. Padahal tujuan Buddha sendiri lewat ajaranNya yang bersifat terapeutik(mengobati) ingin cepat2 menolong org yang terkena luka panah terlebih dahulu, daripada sibuk bertanya siapa pemanah, mata panah terbuat dari apa.
Dan obatnya adalah dogma utama Sang Buddha yang berprinsip Ehipassiko, 4 Kesunyataan Mulia.
Demikian opini dari saya, Buddhis yang masih perlu banyak belajar. Tapi rasanya kalau saya bilang apanya/sesuatunya Islam itu bual, bagaimana perasaan Anda? SALAM DAMAI
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
@TS apa mujizat muhammad?? apa bisa??
Hilal bin Sahar- SERSAN SATU
-
Posts : 131
Location : kota banjir
Join date : 08.02.13
Reputation : 1
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Emiliana wrote:Saran bagi Saudara penulis, konsep Ehipassiko (datang, lihat, dan buktikanlah) bisa diaplikasikan siapa saja yang ingin melihat sejenak ajaran Sang Buddha. Sang Buddha sendiri dalam pembabaran Dhamma, menyesuaikan dengan tingkatan intelegensi seseorang. Ya kalau mau berbicara dengan petani harus memakai kosa kata dan pola pikir yang sederhana dibanding bicara dengan orang berdasi kan?
Begitu juga dengan Anda, maaf sekali kalau harus saya katakan Anda krg bijak menilai Buddha dan ajaranNya berdasarkan 3 tipe mukjizat yang menurut Anda tidak bs dibuktikan.
Bagi saya, yang diharapkan Sang Buddha adalah agar manusia dapat datang, melihat, dan membuktikan sendiri ajarannya tentang 4 Kesunyataan Mulia dan Hukum Sebab-Musabab (Paticca Samupada). 4 Kesunyataan Mulia ini jelas2 bisa diselami bagi yang mw open minded, melihat segala sesuatu sebagai apa adanya, tanpa adanya bias.
Seseorang yang dpt menyadari ajaranNya dengan kesadaran penuh serta menapaki jalan keBuddhaaan (dengan praktik meditasi dan menyempurnakan sila dan jalan berunsur delapan), terkikis sudah keinginan jahat, tamak, dan kebodohannya dan tidak melekat. "Tidak melekat" ini menjadi salah satu syarat "mukjizat" yang disebutkan di atas. Pertanyaan saya, bisakah Anda lompat belajar langsung ke SMA, tanpa belajar membaca, menulis, SD, dan SMP terlebih dahulu?
Terlepas dari itu, pengetahuan tentang mukjizat bahkan pengetahuan tentang Tuhan tidak Sang Buddha sebutkan untuk para siswaNya lho...Mengapa? Bagi beliau, itu semua tidaklah penting bagaikan beberapa helai daun yang kita petik dari satu hutan belantara. Habis satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan lain yang mencakup universal yang tidak ada habis-habisnya. Padahal tujuan Buddha sendiri lewat ajaranNya yang bersifat terapeutik(mengobati) ingin cepat2 menolong org yang terkena luka panah terlebih dahulu, daripada sibuk bertanya siapa pemanah, mata panah terbuat dari apa.
Dan obatnya adalah dogma utama Sang Buddha yang berprinsip Ehipassiko, 4 Kesunyataan Mulia.
Demikian opini dari saya, Buddhis yang masih perlu banyak belajar. Tapi rasanya kalau saya bilang apanya/sesuatunya Islam itu bual, bagaimana perasaan Anda? SALAM DAMAI
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Gak bisa balas lg ya, makanya ketawa aja, hahaha...camkan tuh mksd sy, klo mw belajar mulai dr dasar dulu, mw mengkritisi ajaran org lain, jg belajar dr awal. Klo sy melompat sana-sini spt Anda, sy boleh kan bilang satu bait/kisah di kitab suci Anda bualan belaka?
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Emiliana wrote:Gak bisa balas lg ya, makanya ketawa aja, hahaha...camkan tuh mksd sy, klo mw belajar mulai dr dasar dulu, mw mengkritisi ajaran org lain, jg belajar dr awal. Klo sy melompat sana-sini spt Anda, sy boleh kan bilang satu bait/kisah di kitab suci Anda bualan belaka?
maaf ya Emiliana
cuman aneh aja, kok ngomongnya "salam damai"
"salam damai" itu kan perkataan khas Kristen
atau Anda ini Buddhis mantan Kristen ya
ceritain donk gimana Anda kok bisa keluar dari Kristen
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Salam Damai artinya baik, tdk bs dipakai melukai org lain kan?
Apapun ungkapan/quotes/kata-kata yang baik, psti suka kita gunakan.
Cuma org bodoh yg bilang suatu ungkapan ga boleh dibilang org lain yg beda identitas.
Saya mau pindah agama kek, nggak kek, bkn persoalan Anda. Mw ngadu domba lagi ya? Lebih baik sy diam...biar mw ngomong apa. Emang kalau sy ksh tau, bakal bs jernihin thread ente?
PS: sy bukan kabur...gampang sekali sih fitnah org? Sy org bodoh, ga bs multitasking, internet suka lemot jd wajar klo lama br liat ada balasan lagi
Apapun ungkapan/quotes/kata-kata yang baik, psti suka kita gunakan.
Cuma org bodoh yg bilang suatu ungkapan ga boleh dibilang org lain yg beda identitas.
Saya mau pindah agama kek, nggak kek, bkn persoalan Anda. Mw ngadu domba lagi ya? Lebih baik sy diam...biar mw ngomong apa. Emang kalau sy ksh tau, bakal bs jernihin thread ente?
PS: sy bukan kabur...gampang sekali sih fitnah org? Sy org bodoh, ga bs multitasking, internet suka lemot jd wajar klo lama br liat ada balasan lagi
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Emiliana wrote:Salam Damai artinya baik, tdk bs dipakai melukai org lain kan?
Apapun ungkapan/quotes/kata-kata yang baik, psti suka kita gunakan.
Cuma org bodoh yg bilang suatu ungkapan ga boleh dibilang org lain yg beda identitas.
Saya mau pindah agama kek, nggak kek, bkn persoalan Anda. Mw ngadu domba lagi ya? Lebih baik sy diam...biar mw ngomong apa. Emang kalau sy ksh tau, bakal bs jernihin thread ente?
PS: sy bukan kabur...gampang sekali sih fitnah org? Sy org bodoh, ga bs multitasking, internet suka lemot jd wajar klo lama br liat ada balasan lagi
lha habis kan bukannya di Buddha juga kan ada pilihan lain yang gak jauh beda toh
semoga semua makhluk berbahagia kek, atau apa gitu
lha, lagian situ juga kalo keluar dari suatu toh karena suatu alesan agama yang baru positif & agama lama negatif
lha, buat argumen aja berani kok, masak bikin testimoni ke mantan seukhuwah doank gak berani
& sekarang malah didiemin, makin persis dah kek mang kok
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Kebenaran itu ada 2. Saya dan setiap org memilih Kebenaran Relatif-nya sendiri, mana yang menurut mereka paling mendekati Kebenaran Absolut. Jawaban saya cuman itu.
Daripada ngasih testimoni vulgar, bilang minusnya A, plusnya B, inti-intinya juga adalah sy milih B karena menurut saya itu paling mendekati yang Absolut. Lagipula yakin bgt sih sy bs (qualified) ngasih testimoni tentang A?
Daripada ngasih testimoni vulgar, bilang minusnya A, plusnya B, inti-intinya juga adalah sy milih B karena menurut saya itu paling mendekati yang Absolut. Lagipula yakin bgt sih sy bs (qualified) ngasih testimoni tentang A?
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Emiliana wrote:Kebenaran itu ada 2. Saya dan setiap org memilih Kebenaran Relatif-nya sendiri, mana yang menurut mereka paling mendekati Kebenaran Absolut. Jawaban saya cuman itu.
Daripada ngasih testimoni vulgar, bilang minusnya A, plusnya B, inti-intinya juga adalah sy milih B karena menurut saya itu paling mendekati yang Absolut. Lagipula yakin bgt sih sy bs (qualified) ngasih testimoni tentang A?
berarti yang A tidak mendekati Kebenaran Absolut donk
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
YES,tapi itu bagi saya, bagi org lain mungkin A lbh mendekati absolut.
Pertimbangkan lagi makna "Yang Relatif" bahwa dengan segala keterbatasan yg dimiliki manusia, tdk mungkin dpt bersinggungan "Yang Absolut". Yang kita dapat lakukan adalah memilih yang terbaik menurut kita, karena kalau itu pun tak dapat kita lakukan, apa bisa kita disebut manusia yang berdaulat?
Pertimbangkan lagi makna "Yang Relatif" bahwa dengan segala keterbatasan yg dimiliki manusia, tdk mungkin dpt bersinggungan "Yang Absolut". Yang kita dapat lakukan adalah memilih yang terbaik menurut kita, karena kalau itu pun tak dapat kita lakukan, apa bisa kita disebut manusia yang berdaulat?
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Emiliana wrote:YES,tapi itu bagi saya, bagi org lain mungkin A lbh mendekati absolut.
Pertimbangkan lagi makna "Yang Relatif" bahwa dengan segala keterbatasan yg dimiliki manusia, tdk mungkin dpt bersinggungan "Yang Absolut". Yang kita dapat lakukan adalah memilih yang terbaik menurut kita, karena kalau itu pun tak dapat kita lakukan, apa bisa kita disebut manusia yang berdaulat?
berarti orang lain yang milih A dianggap tidak relatif donk bagi yang menganggap B adalah Yang Relatif
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Semua, setiap org saya kira juga berpikir demikian. Karena kita sudah memilih B, otomatis orang2 yang memilih A dilihat sebagai "yang kurang mendekati Yang Absolut". Yg jwb ga: jangan boongi hati nurani.
Tapi yg lbh penting ialah jadi org yg bijaksana, hargailah pilihan orang-orang lain itu, sekalipun mereka memilih A. Tempatkan posisi Anda sebagai mereka, maka diri kita lah yang dilihat sbg "yang kurang mendekati Yang Absolut"
Tapi yg lbh penting ialah jadi org yg bijaksana, hargailah pilihan orang-orang lain itu, sekalipun mereka memilih A. Tempatkan posisi Anda sebagai mereka, maka diri kita lah yang dilihat sbg "yang kurang mendekati Yang Absolut"
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
Ehipassiko hanya dapat diaplikasikan tanpa reinkarnasi.Teori sederhana Ehipassiko adalah just do it.Emiliana wrote:Saran bagi Saudara penulis, konsep Ehipassiko (datang, lihat, dan buktikanlah) bisa diaplikasikan siapa saja yang ingin melihat sejenak ajaran Sang Buddha. Sang Buddha sendiri dalam pembabaran Dhamma, menyesuaikan dengan tingkatan intelegensi seseorang. Ya kalau mau berbicara dengan petani harus memakai kosa kata dan pola pikir yang sederhana dibanding bicara dengan orang berdasi kan?
4 Kasunyatan adalah kehidupan.Ehipassiko adalah jalani kehidupan dan nikmatilah.Ketika anda berpikir tentang Nibbhana maka Ehipassiko adalah omong kosong.Emiliana wrote:Bagi saya, yang diharapkan Sang Buddha adalah agar manusia dapat datang, melihat, dan membuktikan sendiri ajarannya tentang 4 Kesunyataan Mulia dan Hukum Sebab-Musabab (Paticca Samupada). 4 Kesunyataan Mulia ini jelas2 bisa diselami bagi yang mw open minded, melihat segala sesuatu sebagai apa adanya, tanpa adanya bias.
Artinya segala sesuatu tentu memiliki awal.Analogi anda menunjukkan bahwa Budha adalah ajaran penuh kebingungan.Kehidupan orang adalah mikro kosmos dan itu dikatakan membutuhkan proses dari kecil hingga besar,dari sederhana menuju komplek.Tetapi penciptaan alam/makro kosmos malah dipungkiri dengan slogan Tidak Berawal dan Tidak Berakhir.Emiliana wrote:Seseorang yang dpt menyadari ajaranNya dengan kesadaran penuh serta menapaki jalan keBuddhaaan (dengan praktik meditasi dan menyempurnakan sila dan jalan berunsur delapan), terkikis sudah keinginan jahat, tamak, dan kebodohannya dan tidak melekat. "Tidak melekat" ini menjadi salah satu syarat "mukjizat" yang disebutkan di atas. Pertanyaan saya, bisakah Anda lompat belajar langsung ke SMA, tanpa belajar membaca, menulis, SD, dan SMP terlebih dahulu?
Kemustahilan Ehipassiko adalah orang Buddha tidak akan mampu membedakan norma ketika dia bereinkarnasi sebagai kecoa.Emiliana wrote:Terlepas dari itu, pengetahuan tentang mukjizat bahkan pengetahuan tentang Tuhan tidak Sang Buddha sebutkan untuk para siswaNya lho...Mengapa? Bagi beliau, itu semua tidaklah penting bagaikan beberapa helai daun yang kita petik dari satu hutan belantara. Habis satu pertanyaan terjawab, muncul pertanyaan lain yang mencakup universal yang tidak ada habis-habisnya. Padahal tujuan Buddha sendiri lewat ajaranNya yang bersifat terapeutik(mengobati) ingin cepat2 menolong org yang terkena luka panah terlebih dahulu, daripada sibuk bertanya siapa pemanah, mata panah terbuat dari apa.
Dan obatnya adalah dogma utama Sang Buddha yang berprinsip Ehipassiko, 4 Kesunyataan Mulia.
optimus prime- KOPRAL
-
Posts : 24
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Penting?
Join date : 17.08.13
Reputation : 2
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
ajaran budha itu sebenarnya kesalahtafsiran ttg mati
Mutiaraa- LETNAN DUA
-
Posts : 1445
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 20.01.14
Reputation : 29
Re: Mengungkap Bualan Jurus Sang Buddha
@mutiaraa: tolong jelaskan tafsiran ttg kematian!
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Similar topics
» Kebengkalaian Sang Buddha
» lagu Buddha untuk temen temen Buddha juga semua umat Buddha
» mengungkap misteri swastika
» Sulitnya Polri Mengungkap Penyerang Novel Baswedan
» (wajib tonton) "The General's son" mengungkap kebohongan Israel
» lagu Buddha untuk temen temen Buddha juga semua umat Buddha
» mengungkap misteri swastika
» Sulitnya Polri Mengungkap Penyerang Novel Baswedan
» (wajib tonton) "The General's son" mengungkap kebohongan Israel
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik