Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Halaman 2 dari 3 • Share
Halaman 2 dari 3 • 1, 2, 3
Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
First topic message reminder :
Baru kali ini pilkada Jakarta memiliki Suhu yg Hot, panas... penuh intrik2 dan bumbu-bumbu, Utamanya terkait Pak Ahok.
Kita liat, sedikit pendapat dari 2 kubu yg berbeda pendapat:
Pendapat 1.
http://arrahmah.com/read/2012/08/15/22426-said-aqil-siraj-bolehkan-pemimpin-kafir-kh-cholil-ridwan-haram-kaum-muslimin-dipimpin-kafir.html#
JAKARTA (Arrahmah.com) - Menanggapi pernyataan Said Aqil Siraj yang membolehkan kaum Muslimin mengangkat pemimpin seorang Kafir yang kemudian ia kuatkan dengan berbagai argumen, Ketua MUI KH Kholil Ridwan mengatakan dalam sejarahnya Jakarta didirikan oleh Fatahilah, seorang ulama besar yang berhasil menumpas tentara Portugis, dalam hal ini kalangan nasrani atau yahudi.
Dengan demikian, berdirinya kota Jakarta yang dahulu dinamai Jayakarta dan Sunda Kelapa.
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan agar pemimpin Jakarta ini tidak jatuh ke tangan non muslim," tukasnya, Selasa (14/8) dikutip inilahcom.
Menurutnya, umat Islam di Jakarta jumlahnya mayoritas dibanding umat-umat lainnya. Dengan begitu, jika umat tersebut beriman maka tidak baik untuk memilih seorang non muslim.
Jakarta idealnya dipimpin oleh seorang muslim. Sebab sejatinya seorang muslim ini tidak hanya memimpin di dalam masjid, akan tetapi di luar masjid pun harus jadi pemimpin.
"Bahkan secara pribadi saya katakan bahwa haram hukumnya kalau orang muslim ini memilih pemimpin dari kalangan non muslim, kalau masih ada pilihan dari kaum muslim," tegasnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu ayat Qur'an yang menyebutkan, dilarang orang muslim itu memilih orang-orang kafir untuk menjadi pimpinannya. Padahal, saat itu masih ada orang muslim yang siap menjadi pemimpin.
Ia sendiri sebagai orang muslim, menolak untuk dipimpin oleh orang-orang kafir. Sebab haram hukumnya.
Ia juga menyebut, orang muslim belum tentu saleh, sehingga bagaimana dengan orang-orang kafir, tentu sangat dipertanyakan kesalehannya. Padahal Allah SWT mengamanatkan bahwa bumi ini sebaiknya dipimpin oleh hamba-hamba Nya yang saleh.
Sebelumnya, Ketua PB NU, Said Agil Siraj menyatakan bahwa sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin. Terlebih salah satu kalimatnya disebutkan bahwa keadilan bersama non muslim itu lebih baik daripada ketidak adilan bersama muslim.
Keruan saja pernyataan ini mengundang reaksi keras dari kalangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hal lain yang mengundang kontroversi adalah, sikap Said Agil yang mengatakan dengan mengutip kaidah Fiqih Ibnu Taimiyah yang dalam kitab Siyasah Syar'iyah menyatakan, kalau orang yang adil meski non muslim yang memimpin, maka orang Islam itu pasti mendapatkan keadilan pula.
Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, maka orang Islam sekalipun akan dizalimi. "Tidak banyak kyai atau tokoh yang berani ngomong ini, tapi kalau saya berani. Berdasarkan kaidah tersebut, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah di mata NU. Silahkan saja menang, bagi NU tidak ada masalah," tegas Said Agil Siraj di kantor PBNU, pekan lalu. (bilal/arrahmah.com)
Pendapat 2.
http://suarapengusaha.com/2012/08/25/pandangan-saya-sebagai-orang-islam-terhadap-ahok/
Oleh Anita Tahmid
(Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo)
KAMIS, kemarin, 19 Juli 2012, KPUD Jakarta mengumumkan hasil Pemilukada tanggal 11 Juli 2012 yang lalu. Hasilnya sebagai berikut:
Jokowi – Ahok 42,6 %
Foke – Nara 34,05 %
Hidayat – Didik 11,7 %
Faisal – Biem 4,9 %
Alex – Nono 4,67 %
Herdardji – Riza 1,97 %
Tampilnya pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi – Ahok sebagai peraih suara paling tinggi cukup mengejutkan bagi saya, karena survei-survei yang dilakukan sebelum hari pemilihan hanya menempatkan pasangan kotak-kotak itu pada posisi kedua.
Padahal, Calon Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan dan Gerinda itu beragama Kristen Protestan. Hasil ini menunjukkan, agama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur tidak terlalu menjadi persoalan bagi warga Jakarta yang mayoritas Muslim. Mereka sama sekali tak menghiraukan fatwa atau pendapat yang mengharamkan memilih Non-Muslim sebagai pemimpin.
Memang sudah seharusnya pemilih Jakarta menunjukkan kelasnya sebagai warga Ibukota yang cerdas, rasional dan tidak emosional, yang menyadari isu agama itu dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk kepentingan politik sesaat.
Isu agama bukan kali pertama terjadi di dunia perpolitikan di Indonesia. Pemilihan Presiden tahun 1999, 2004 dan 2009 selalu diwarnai isu agama. Tahun 1999 sekelompok ulama dan tokoh Islam mengeluarkan fatwa haramnya perempuan menjadi presiden. Fatwa itu sengaja dimunculkan untuk menghadang Megawati Soekarno Putri, karena ada kekhawatiran terhadap orang-orang di belakang Megawati yang rata-rata abangan dan bahkan Non-Muslim.
Pada Pilpres 2004 isu agama kembali dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Istri Calon Presiden SBY dituduh beragama Kristen karena namanya Kristiani Herrawati. Demikian juga pada Pilpres 2009 istri Calon Wakil Presiden Boediono dituduh beragama Kristen. Akibat tuduhan itu, beberapa kali Bu Herawati mengenakan jilbab untuk menunjukkan di depan publik bahwa tuduhan itu tidak benar.
Ternyata semua isu agama itu tidak terbukti. Kekhawatiran adanya kristenisasi dan pembangunan gereja besar-besaran pada pemerintahan Megawati, ketika Bu Ani Yudhoyono menjadi ibu Negara dan pada saat Bu Herawati Boediono menjadi Ibu Wakil Presiden, semua itu tidak terbukti. Rakyat akhirnya paham bahwa isu agama hanyalah dijadikan mainan politik semata.
Memilih Pemimpin yang Sejati
Menurut saya, memilih pemimpin harus didasarkan kepada kemampuan Calon, bukan apa agama Calon. Sebab, soal agama adalah urusan pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Apakah Calon rajin sembahyang atau tidak, tekun puasa Ramadhan atau tidak, dan selalu membayar zakat atau tidak, itu semua bukan urusan rakyat untuk mengetahuinya.
Yang perlu dipertimbangkan saat memilih pemimpin adalah sejauhmana kemampuan pemimpin untuk menghadirkan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Karena itu, yang harus dipilih adalah pemimpin yang adil sehingga kepemimpinannya membawa kemaslahatan (kemanfaatan) bagi rakyat yang dipimpinnya.
Dalam Kitab Al-Hisbah karangan Ibnu Taimiyah dinyatakan sebagai berikut:
الله ينصر الدولة العادلة وإن كانت كافرة، ولا ينصر الدولة الظالمة وإن كانت مؤمنة
Artinya:
“Allah akan menolong Negara yang adil meskipun Negara itu Kafir. Dan Allah tidak akan menolong Negara yang dholim meskipun Negara itu Mukmin (Islam).”
Kita bisa melihat Australia, Jepang, Korea, Negara-negara Eropa dan Amerika yang penduduknya bukan mayoritas Muslim (baca: Kafir), tapi ternyata lebih maju dan sejahtera dibandingkan dengan Negara-negara Islam seperti Mesir, Yaman, Aljazair, Oman, Libya dan Tunis, tidak lain karena Negara-negara Kafir itu menjunjung tinggi keadilan. Maka Allah menolong mereka karena keadilan yang mereka tegakkan.
Seorang tokoh pembaharu asal Mesir, Mohammad Abduh mengatakan “Saya melihat Islam di Barat tapi saya tidak temukan Kaum Muslim di sana. Sebaliknya, saya menemukan Kaum Muslim di Timur tapi saya tidak melihat ada Islam di sana.” Maksudnya, Orang-orang Barat tidak mengenal agama Islam, namun perilakunya mencerminkan ajaran Islam. Mereka menjunjung tinggi keadilan, giat bekerja, disiplin, memudahkan urusan orang lain, menjaga kebersihan dan ketertiban umum serta menghargai waktu.
Nah, inilah pentingnya memilih pemimpin yang diyakini mampu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Soal apa agama pemimpin tersebut, itu bukan faktor penting Sebab, bisajadi ada pemimpin yang di KTP tertulis agama Islam, tapi perilakunya justru Kafir, tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Keislaman seorang pemimpin bukan dilihat dari peci dan baju koko-nya, melainkan dari perilakunya. Pemimpin yang mengaku Islam sebagai agamanya, tidak berani berbuat korupsi, tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi, dan tidak berbuat dholim kepada rakyatnya.
Sebaliknya, tidak mustahil ada pemimpin yang di KTP tertulis Kristen tapi perilakunya malah sangat Islami. Ia curahkan segala pikiran dan tenaganya untuk kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Ia kerahkan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan (kemanfaatan) rakyat, sehingga rakyat tidak menemui kesulitan untuk memperoleh pangan, sandang dan papan, bahkan untuk melakukan peribadatan kepada Allah SWT. Pemimpin seperti itu sesuai dengan Kaidah Fiqh:
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
Artinya:
“Kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya harus mengacu pada kemaslahatan (kebaikan) rakyat”.
Kajian Dalil Larangan Memilih Pemimpin Kafir
Memang dalam kitab Suci Al-Quran ada beberapa ayat yang melarang umat Islam untuk memilih pemimpin yang tidak beragama Islam. Di antaranya ayat-ayat yang terjemahannya berikut ini:
o Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu (Al-Maidah : 51)
* Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Kafir sebagai pemimpin-pemimpinmu dengan meninggalkan orang-orang Mukmin / Muslim (An-Nisa : 144)
Menurut saya, ayat-ayat di atas benar adanya. Hanya saja, pertanyaannya adalah orang Kafir seperti apa yang tidak boleh dijadikan sebagai pemimpin. Di sinilah perlunya melakukan apa yang dalam Logika Hukum disebut Rechtsvervijning (Pengkonkritan atau Penghalusan Hukum) yang merupakan salah satu metode dalam Konstruksi Hukum.
Kita tidak boleh memahami ayat secara apa adanya atau tekstual, tapi harus melakukan kontekstualisasi. Kenapa orang Kafir tidak boleh dijadikan pemimpin? Bagaimana kondisi dan situasi pada saat ayat itu diturunkan? Apakah keadaan sekarang masuk dalam kriteria tidak dibolehkannya mengangkat pemimpin Kafir seperti pada masa Rasulullah SAW. masih hidup dulu?
Saya berpendapat bahwa orang-orang Islam tidak boleh memilih pemimpin Kafir dengan catatan pemimpin tersebut membawa dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin Kafir tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan bagi agama dan umat Islam, maka hukum memilihnya tidak boleh. Sebaliknya, bila keyakinan itu tidak ada maka hukumnya boleh.
Lagi pula, untuk ukuran jaman sekarang di era demokrasi, pemimpin tidak bisa tampil secara sewenang-wenang dan sesuka hatinya. Ia tidak bisa menjadi satu-satunya pengambil kebijakan. Setiap kebijakan yang diputuskan harus melalui musyawarah dengan banyak pihak dan dalam pelaksanaannya dikontrol oleh rakyat, baik melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat, media dan LSM. Adanya mekanisme kontrol inilah yang membedakan pemerintahan sekarang dengan jaman dulu.
Pemimpin sekarang tidak akan berani berbuat semena-mena, kecuali ia akan menjadi bulan-bulanan media dan didemonstrasi oleh rakyat. Karena itu, kekhawatiran dengan adanya pemimpin Kafir tidak mempunyai dasar.
Sosok Ahok yang Islami
Ada seorang ulama di Belitung Timur, kampung halaman Ahok, yang mengatakan, “Pada diri Ahok ditemukan sifat-sifat kenabian, yaitu Shidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (mampu berkomunikasi) dan Fathonah (cerdas).”
Saya sependapat dengan ulama tersebut. Berdasarkan rekam jejak yang dipublikasikan, selama memimpin Belitung Timur, Ahok terkenal sebagai sosok pemimpin yang profesional, jujur, bersih, transparan dan merakyat. Sifat-sifat itu sesuai dengan ajaran Islam.
Ahok tak menjaga jarak antara dirinya dengan rakyat. Ia biasa keliling kampung untuk mengetahui persoalan rakyatnya. Perilaku Ahok itu seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab yang suka keliling kampung. Dengan keliling kampung, Khalifah Umar pernah dikisahkan menemukan suara tangis pada malam hari. Ternyata ada anak-anak kecil yang menangis tiada henti karena tidak makan berhari-hari. Karena merasa bersalah, Khalifah Umar spontan mengambil sendiri makanan yang ada di gudang Negara, memikulnya sendiri dan mengantarkan ke keluarga tadi. Itulah perlunya pemimpin turun ke bawah (turba) sehingga tahu persis keadaan rakyat yang dipimpinnya, dan tidak melulu mengandalkan laporan dari staf-stafnya.
Ahok juga tidak pernah memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi. Justru yang terjadi, Ahok memotong uang perjalanan dinasnya untuk membantu rakyatnya yang miskin. Perilaku Ahok ini mengingatkan saya kepada cerita Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika putranya datang menghadap ke Istana, lalu Khalifah Umar bertanya, “Untuk urusan apa, Kamu datang, Nak?” Sang putra menjawab, “Untuk urusan pribadi.”
Seketika Khalifah Umar mematikan lampu ruangan. Sang putra bertanya lagi, “Kenapa dimatikan, Ayahanda?”
“Karena lampu ini dibiayai oleh Negara. Tidak boleh menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi.” Subhanallah.
Perilaku Ahok itu jarang ditemukan pada pemimpin-pemimpin saat ini. Tidak sedikit Gubernur dan Bupati/Walikota yang mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi penggunaan APBD. Tapi tidak termasuk Ahok. Ia sadar bahwa APBD adalah uang rakyat yang harus dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Maka, uang itu haram dimanfaatkan untuk urusan pribadi, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau untuk mendanai kampanye pemenangan dalam Pemilukada.
Ketika pemilukada Belitung Timur 2005, ada kekhawatiran bahwa jika terpilih, Ahok akan melakukan kristenisasi atau membangun gereja besar-besaran, ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti. Selama memimpin Belitung Timur, Ahok lebih menjunjung tinggi ayat-ayat Konstitusi.
Lagi pula, kalau kelak benar-benar terpilih pada Pemilukada Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012, sosok Jokowi tidak akan mungkin membiarkan wakilnya, Ahok sibuk memprioritaskan urusan agamanya ketimbang urusan rakyat keseluruhan. Ahok bukan pasangan pertama Jokowi. Sebelumnya, Jokowi sudah pernah berpasangan dengan Wakil yang beragama Kristen. Selama dua periode kepemimpinannya di Solo, Jokowi didampingi Wakil yang juga beragama Kristen. Namanya FX Hadi Rudyatmo. Dan, selama ini tidak pernah terjadi apa-apa. Lalu, apa yang dikhawatirkan dari Ahok? (***)
Bapak2 yg terhormat, bagaimana kalian menyikapi hal tsb?
bukan hanya untuk warga Jakarta..
Thread ini Terbuka untuk warga seluruh dunia (asal bukan warga dunia Ghaib)
Gimana ?
Baru kali ini pilkada Jakarta memiliki Suhu yg Hot, panas... penuh intrik2 dan bumbu-bumbu, Utamanya terkait Pak Ahok.
Kita liat, sedikit pendapat dari 2 kubu yg berbeda pendapat:
Pendapat 1.
http://arrahmah.com/read/2012/08/15/22426-said-aqil-siraj-bolehkan-pemimpin-kafir-kh-cholil-ridwan-haram-kaum-muslimin-dipimpin-kafir.html#
JAKARTA (Arrahmah.com) - Menanggapi pernyataan Said Aqil Siraj yang membolehkan kaum Muslimin mengangkat pemimpin seorang Kafir yang kemudian ia kuatkan dengan berbagai argumen, Ketua MUI KH Kholil Ridwan mengatakan dalam sejarahnya Jakarta didirikan oleh Fatahilah, seorang ulama besar yang berhasil menumpas tentara Portugis, dalam hal ini kalangan nasrani atau yahudi.
Dengan demikian, berdirinya kota Jakarta yang dahulu dinamai Jayakarta dan Sunda Kelapa.
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan agar pemimpin Jakarta ini tidak jatuh ke tangan non muslim," tukasnya, Selasa (14/8) dikutip inilahcom.
Menurutnya, umat Islam di Jakarta jumlahnya mayoritas dibanding umat-umat lainnya. Dengan begitu, jika umat tersebut beriman maka tidak baik untuk memilih seorang non muslim.
Jakarta idealnya dipimpin oleh seorang muslim. Sebab sejatinya seorang muslim ini tidak hanya memimpin di dalam masjid, akan tetapi di luar masjid pun harus jadi pemimpin.
"Bahkan secara pribadi saya katakan bahwa haram hukumnya kalau orang muslim ini memilih pemimpin dari kalangan non muslim, kalau masih ada pilihan dari kaum muslim," tegasnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu ayat Qur'an yang menyebutkan, dilarang orang muslim itu memilih orang-orang kafir untuk menjadi pimpinannya. Padahal, saat itu masih ada orang muslim yang siap menjadi pemimpin.
Ia sendiri sebagai orang muslim, menolak untuk dipimpin oleh orang-orang kafir. Sebab haram hukumnya.
Ia juga menyebut, orang muslim belum tentu saleh, sehingga bagaimana dengan orang-orang kafir, tentu sangat dipertanyakan kesalehannya. Padahal Allah SWT mengamanatkan bahwa bumi ini sebaiknya dipimpin oleh hamba-hamba Nya yang saleh.
Sebelumnya, Ketua PB NU, Said Agil Siraj menyatakan bahwa sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin. Terlebih salah satu kalimatnya disebutkan bahwa keadilan bersama non muslim itu lebih baik daripada ketidak adilan bersama muslim.
Keruan saja pernyataan ini mengundang reaksi keras dari kalangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hal lain yang mengundang kontroversi adalah, sikap Said Agil yang mengatakan dengan mengutip kaidah Fiqih Ibnu Taimiyah yang dalam kitab Siyasah Syar'iyah menyatakan, kalau orang yang adil meski non muslim yang memimpin, maka orang Islam itu pasti mendapatkan keadilan pula.
Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, maka orang Islam sekalipun akan dizalimi. "Tidak banyak kyai atau tokoh yang berani ngomong ini, tapi kalau saya berani. Berdasarkan kaidah tersebut, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah di mata NU. Silahkan saja menang, bagi NU tidak ada masalah," tegas Said Agil Siraj di kantor PBNU, pekan lalu. (bilal/arrahmah.com)
Pendapat 2.
http://suarapengusaha.com/2012/08/25/pandangan-saya-sebagai-orang-islam-terhadap-ahok/
Oleh Anita Tahmid
(Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo)
KAMIS, kemarin, 19 Juli 2012, KPUD Jakarta mengumumkan hasil Pemilukada tanggal 11 Juli 2012 yang lalu. Hasilnya sebagai berikut:
Jokowi – Ahok 42,6 %
Foke – Nara 34,05 %
Hidayat – Didik 11,7 %
Faisal – Biem 4,9 %
Alex – Nono 4,67 %
Herdardji – Riza 1,97 %
Tampilnya pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi – Ahok sebagai peraih suara paling tinggi cukup mengejutkan bagi saya, karena survei-survei yang dilakukan sebelum hari pemilihan hanya menempatkan pasangan kotak-kotak itu pada posisi kedua.
Padahal, Calon Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan dan Gerinda itu beragama Kristen Protestan. Hasil ini menunjukkan, agama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur tidak terlalu menjadi persoalan bagi warga Jakarta yang mayoritas Muslim. Mereka sama sekali tak menghiraukan fatwa atau pendapat yang mengharamkan memilih Non-Muslim sebagai pemimpin.
Memang sudah seharusnya pemilih Jakarta menunjukkan kelasnya sebagai warga Ibukota yang cerdas, rasional dan tidak emosional, yang menyadari isu agama itu dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk kepentingan politik sesaat.
Isu agama bukan kali pertama terjadi di dunia perpolitikan di Indonesia. Pemilihan Presiden tahun 1999, 2004 dan 2009 selalu diwarnai isu agama. Tahun 1999 sekelompok ulama dan tokoh Islam mengeluarkan fatwa haramnya perempuan menjadi presiden. Fatwa itu sengaja dimunculkan untuk menghadang Megawati Soekarno Putri, karena ada kekhawatiran terhadap orang-orang di belakang Megawati yang rata-rata abangan dan bahkan Non-Muslim.
Pada Pilpres 2004 isu agama kembali dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Istri Calon Presiden SBY dituduh beragama Kristen karena namanya Kristiani Herrawati. Demikian juga pada Pilpres 2009 istri Calon Wakil Presiden Boediono dituduh beragama Kristen. Akibat tuduhan itu, beberapa kali Bu Herawati mengenakan jilbab untuk menunjukkan di depan publik bahwa tuduhan itu tidak benar.
Ternyata semua isu agama itu tidak terbukti. Kekhawatiran adanya kristenisasi dan pembangunan gereja besar-besaran pada pemerintahan Megawati, ketika Bu Ani Yudhoyono menjadi ibu Negara dan pada saat Bu Herawati Boediono menjadi Ibu Wakil Presiden, semua itu tidak terbukti. Rakyat akhirnya paham bahwa isu agama hanyalah dijadikan mainan politik semata.
Memilih Pemimpin yang Sejati
Menurut saya, memilih pemimpin harus didasarkan kepada kemampuan Calon, bukan apa agama Calon. Sebab, soal agama adalah urusan pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Apakah Calon rajin sembahyang atau tidak, tekun puasa Ramadhan atau tidak, dan selalu membayar zakat atau tidak, itu semua bukan urusan rakyat untuk mengetahuinya.
Yang perlu dipertimbangkan saat memilih pemimpin adalah sejauhmana kemampuan pemimpin untuk menghadirkan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Karena itu, yang harus dipilih adalah pemimpin yang adil sehingga kepemimpinannya membawa kemaslahatan (kemanfaatan) bagi rakyat yang dipimpinnya.
Dalam Kitab Al-Hisbah karangan Ibnu Taimiyah dinyatakan sebagai berikut:
الله ينصر الدولة العادلة وإن كانت كافرة، ولا ينصر الدولة الظالمة وإن كانت مؤمنة
Artinya:
“Allah akan menolong Negara yang adil meskipun Negara itu Kafir. Dan Allah tidak akan menolong Negara yang dholim meskipun Negara itu Mukmin (Islam).”
Kita bisa melihat Australia, Jepang, Korea, Negara-negara Eropa dan Amerika yang penduduknya bukan mayoritas Muslim (baca: Kafir), tapi ternyata lebih maju dan sejahtera dibandingkan dengan Negara-negara Islam seperti Mesir, Yaman, Aljazair, Oman, Libya dan Tunis, tidak lain karena Negara-negara Kafir itu menjunjung tinggi keadilan. Maka Allah menolong mereka karena keadilan yang mereka tegakkan.
Seorang tokoh pembaharu asal Mesir, Mohammad Abduh mengatakan “Saya melihat Islam di Barat tapi saya tidak temukan Kaum Muslim di sana. Sebaliknya, saya menemukan Kaum Muslim di Timur tapi saya tidak melihat ada Islam di sana.” Maksudnya, Orang-orang Barat tidak mengenal agama Islam, namun perilakunya mencerminkan ajaran Islam. Mereka menjunjung tinggi keadilan, giat bekerja, disiplin, memudahkan urusan orang lain, menjaga kebersihan dan ketertiban umum serta menghargai waktu.
Nah, inilah pentingnya memilih pemimpin yang diyakini mampu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Soal apa agama pemimpin tersebut, itu bukan faktor penting Sebab, bisajadi ada pemimpin yang di KTP tertulis agama Islam, tapi perilakunya justru Kafir, tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Keislaman seorang pemimpin bukan dilihat dari peci dan baju koko-nya, melainkan dari perilakunya. Pemimpin yang mengaku Islam sebagai agamanya, tidak berani berbuat korupsi, tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi, dan tidak berbuat dholim kepada rakyatnya.
Sebaliknya, tidak mustahil ada pemimpin yang di KTP tertulis Kristen tapi perilakunya malah sangat Islami. Ia curahkan segala pikiran dan tenaganya untuk kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Ia kerahkan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan (kemanfaatan) rakyat, sehingga rakyat tidak menemui kesulitan untuk memperoleh pangan, sandang dan papan, bahkan untuk melakukan peribadatan kepada Allah SWT. Pemimpin seperti itu sesuai dengan Kaidah Fiqh:
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
Artinya:
“Kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya harus mengacu pada kemaslahatan (kebaikan) rakyat”.
Kajian Dalil Larangan Memilih Pemimpin Kafir
Memang dalam kitab Suci Al-Quran ada beberapa ayat yang melarang umat Islam untuk memilih pemimpin yang tidak beragama Islam. Di antaranya ayat-ayat yang terjemahannya berikut ini:
o Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu (Al-Maidah : 51)
* Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Kafir sebagai pemimpin-pemimpinmu dengan meninggalkan orang-orang Mukmin / Muslim (An-Nisa : 144)
Menurut saya, ayat-ayat di atas benar adanya. Hanya saja, pertanyaannya adalah orang Kafir seperti apa yang tidak boleh dijadikan sebagai pemimpin. Di sinilah perlunya melakukan apa yang dalam Logika Hukum disebut Rechtsvervijning (Pengkonkritan atau Penghalusan Hukum) yang merupakan salah satu metode dalam Konstruksi Hukum.
Kita tidak boleh memahami ayat secara apa adanya atau tekstual, tapi harus melakukan kontekstualisasi. Kenapa orang Kafir tidak boleh dijadikan pemimpin? Bagaimana kondisi dan situasi pada saat ayat itu diturunkan? Apakah keadaan sekarang masuk dalam kriteria tidak dibolehkannya mengangkat pemimpin Kafir seperti pada masa Rasulullah SAW. masih hidup dulu?
Saya berpendapat bahwa orang-orang Islam tidak boleh memilih pemimpin Kafir dengan catatan pemimpin tersebut membawa dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin Kafir tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan bagi agama dan umat Islam, maka hukum memilihnya tidak boleh. Sebaliknya, bila keyakinan itu tidak ada maka hukumnya boleh.
Lagi pula, untuk ukuran jaman sekarang di era demokrasi, pemimpin tidak bisa tampil secara sewenang-wenang dan sesuka hatinya. Ia tidak bisa menjadi satu-satunya pengambil kebijakan. Setiap kebijakan yang diputuskan harus melalui musyawarah dengan banyak pihak dan dalam pelaksanaannya dikontrol oleh rakyat, baik melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat, media dan LSM. Adanya mekanisme kontrol inilah yang membedakan pemerintahan sekarang dengan jaman dulu.
Pemimpin sekarang tidak akan berani berbuat semena-mena, kecuali ia akan menjadi bulan-bulanan media dan didemonstrasi oleh rakyat. Karena itu, kekhawatiran dengan adanya pemimpin Kafir tidak mempunyai dasar.
Sosok Ahok yang Islami
Ada seorang ulama di Belitung Timur, kampung halaman Ahok, yang mengatakan, “Pada diri Ahok ditemukan sifat-sifat kenabian, yaitu Shidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (mampu berkomunikasi) dan Fathonah (cerdas).”
Saya sependapat dengan ulama tersebut. Berdasarkan rekam jejak yang dipublikasikan, selama memimpin Belitung Timur, Ahok terkenal sebagai sosok pemimpin yang profesional, jujur, bersih, transparan dan merakyat. Sifat-sifat itu sesuai dengan ajaran Islam.
Ahok tak menjaga jarak antara dirinya dengan rakyat. Ia biasa keliling kampung untuk mengetahui persoalan rakyatnya. Perilaku Ahok itu seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab yang suka keliling kampung. Dengan keliling kampung, Khalifah Umar pernah dikisahkan menemukan suara tangis pada malam hari. Ternyata ada anak-anak kecil yang menangis tiada henti karena tidak makan berhari-hari. Karena merasa bersalah, Khalifah Umar spontan mengambil sendiri makanan yang ada di gudang Negara, memikulnya sendiri dan mengantarkan ke keluarga tadi. Itulah perlunya pemimpin turun ke bawah (turba) sehingga tahu persis keadaan rakyat yang dipimpinnya, dan tidak melulu mengandalkan laporan dari staf-stafnya.
Ahok juga tidak pernah memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi. Justru yang terjadi, Ahok memotong uang perjalanan dinasnya untuk membantu rakyatnya yang miskin. Perilaku Ahok ini mengingatkan saya kepada cerita Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika putranya datang menghadap ke Istana, lalu Khalifah Umar bertanya, “Untuk urusan apa, Kamu datang, Nak?” Sang putra menjawab, “Untuk urusan pribadi.”
Seketika Khalifah Umar mematikan lampu ruangan. Sang putra bertanya lagi, “Kenapa dimatikan, Ayahanda?”
“Karena lampu ini dibiayai oleh Negara. Tidak boleh menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi.” Subhanallah.
Perilaku Ahok itu jarang ditemukan pada pemimpin-pemimpin saat ini. Tidak sedikit Gubernur dan Bupati/Walikota yang mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi penggunaan APBD. Tapi tidak termasuk Ahok. Ia sadar bahwa APBD adalah uang rakyat yang harus dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Maka, uang itu haram dimanfaatkan untuk urusan pribadi, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau untuk mendanai kampanye pemenangan dalam Pemilukada.
Ketika pemilukada Belitung Timur 2005, ada kekhawatiran bahwa jika terpilih, Ahok akan melakukan kristenisasi atau membangun gereja besar-besaran, ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti. Selama memimpin Belitung Timur, Ahok lebih menjunjung tinggi ayat-ayat Konstitusi.
Lagi pula, kalau kelak benar-benar terpilih pada Pemilukada Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012, sosok Jokowi tidak akan mungkin membiarkan wakilnya, Ahok sibuk memprioritaskan urusan agamanya ketimbang urusan rakyat keseluruhan. Ahok bukan pasangan pertama Jokowi. Sebelumnya, Jokowi sudah pernah berpasangan dengan Wakil yang beragama Kristen. Selama dua periode kepemimpinannya di Solo, Jokowi didampingi Wakil yang juga beragama Kristen. Namanya FX Hadi Rudyatmo. Dan, selama ini tidak pernah terjadi apa-apa. Lalu, apa yang dikhawatirkan dari Ahok? (***)
Bapak2 yg terhormat, bagaimana kalian menyikapi hal tsb?
bukan hanya untuk warga Jakarta..
Thread ini Terbuka untuk warga seluruh dunia (asal bukan warga dunia Ghaib)
Gimana ?
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
The.Barnabas wrote:dee-nee wrote:The.Barnabas wrote:Ane Ga Pernah Ikut Pemilu, karna Semua Omong Kosong menurut Ane,
Tapi sekedar Informasi, aja nih...
Jakarta – KabarNet: Calon wakil gubernur Jakarta, Basuki T. Purnama alias Ahok tak mau mempersoalkan aliran dana bantuan sosial yang diberikan Pemerintah Kota Solo tahun 2009 kepada kelompok-kelompok agama. Dari data yang beredar diketahui bahwa sekitar 71 persen dana bansos diberikan kepada kelompok non-muslim, sementara sisanya kepada kelompok muslim yang merupakan mayoritas.
Menurut Ahok, aliran dana bansos itu sudah dipolitisir. “Dalam berbangsa dan bernegara tidak ada istilah persentase,” kata Ahok seperti dikutip Rakyat Merdeka, (22/8).
Semua warga, baik muslim dan non-muslim memiliki hak dan kewajiban yang sama. Negara bukan milik suku, katanya lagi, agama dan ras tertentu. Indonesia adalah kesatuan dari empat pilar yakni Pancasila. UUD 1945, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Lantas, perlu tidak Walikota Solo Joko Widodo yang berpasangan dengan Ahok sebagai calon gubernur membongkar data aliran dana bansos Pemkot Solo untuk kelompok muslim dan non-muslim tahun 2010-2011?
“Saya kira hal seperti itu tidak perlu dipersoalkan, karena walikota atau wakil tidak banyak ikut campur, semua transparan dan sesuai pengajuan dan keperluan tanpa boleh membeda-bedakan agama,” jawab Ahok.
Padahal dana bansos itu dari pajak yang dibayar oleh rakyat, yang bayar pajak juga mayoritas umat islam. Anehnya, saat dibagikan, umat islam justru dapat kurang dari 30 persen.
Tentu saja umat Islam di Solo merasakan alokasi anggaran Bantuan Sosial Pemerintah Kota Solo untuk kelompok agama tidak proporsional. Dalam hal ini, bantuan yang diterima kelompok Muslim tidak berimbang dibandingkan dengan bantuan yang diterima kelompok umat non Muslim.
Aduh ... maaf sekali bung Barnabas ... semoga anda percaya kalimat saya berikut ini bukan untuk kampanye ... (sungguh saya tidak punya kepentingan apapun dengan pilkada ini).... saya hanya mencoba mengkritisi saja disini ...
Sebetulnya dari dulu saya sudah sering gatel untuk membahas issue2 mengatasnamakan agama seperti ini ...
Saya tahu hendaknya kita membela saudara seukhuwah kita. Tapi ada yang perlu kita cermati dari artikel yang anda bawa
Berkaitan dengan uraian anda diatas ... apakah tidak lebih bijaksana bila kita melihat dulu presentase tingkat kesejahteraan hidup rakyat solo secara keseluruhan ... berapa persen yang hidup di kalangan menengah keatas ... berapa persen yang miskin
Setelah didapat berapa persen penduduk solo yang miskin ... lalu kita lihat dari persentase (penduduk miskin) tersebut berapa persen yang Islam ... berapa persen yang non-islam ....
Gambaran saya begini .... kita bicara soal bansos (bantuan sosial) artinya bantuan yang diberikan untuk masyarakat yang membutuhkan ... (masyarakat miskin)Dari data yang beredar diketahui bahwa sekitar 71 persen dana bansos diberikan kepada kelompok non-muslim, sementara sisanya kepada kelompok muslim yang merupakan mayoritas.
Artinya 71% diberikan kepada kelompok non-muslim ... sisanya 29% kepada kelompok muslim ....
Lalu bagaimana bila ternyata ada faktanya bahwa masyarakat miskin di solo adalah 71% non-muslim dan 29% muslim ....Padahal dana bansos itu dari pajak yang dibayar oleh rakyat, yang bayar pajak juga mayoritas umat islam. Anehnya, saat dibagikan, umat islam justru dapat kurang dari 30 persen.
Memang mayoritas penduduknya muslim ... tapi apakah benar (dengan data yang valid) yang mayoritas itu juga perlu diberikan bansos? Bagaimana kalau yang mayoritas itu ternyata sudah tercukupi semua kehidupannya dan tidak perlu lagi bansos
Pandangannya begini ... Seandainya kita adalah sekelompok muslim yang semuanya mempunyai kehidupan mapan lalu melihat kelompok non-muslim yang tidak seberuntung kita di depan mata ... Apa yang kita lakukan? Apakah kita akan membantu kelompok non-muslim tersebut atau tidak?
Bagaimana kita memahami sila ke-5 Pancasila ... dipandang dari akidah kita?
Sekali lagi ini hanya gambaran saja ...
Saya tidak menolak berita yang bung Barnabas sampaikan diatas, karena bisa juga artikel tersebut ditulis dengan data yang sangat valid (yang jelas menunjukkan ada ketidak adilan dilakukan Jokowi kepada muslim dan non-muslim)
Tetapi bukankah lebih arif bila kita menanyakan semua data terlebih dahulu ... baru memutuskan apa yang disebut dengan adil vs tidak adil ....
Sekian tanggapan saya ... sungguh saya tidak bermaksud menentang siapa2 disini ...
wassalam
Kenapa Si Joko Ga berani Buat transparan Buat Anggaran Tahun Ini,,
Malahan Kata Si Ahok Ga Usah Dibicarakan dan di Bahas
Anehhh...
Buat Yang Ikut Milih, Pilahan cuma 2 Pilih yang Buruk atau yang Paling Buruk
http://politik.kompasiana.com/2012/07/13/pilkada-dki-dan-isu-sara/
http://politik.kompasiana.com/2012/07/19/foke-nara-belum-tentu-kalah/
Cuma iseng setelah baca2 web terkait ...
Buat saya ... tidak ada pemimpin (apalagi masih calon) yang benar2 bisa dipercaya.
Kita tentu setuju bahwa hanya Muhammad SAW yang paling sanggup menjadi pemimpin sejati ... dan hanya para nabi utusan Allah yang paling bisa dipercaya ...
Jadi untuk urusan pilkada ini ... sungguh tidak arif bila kita 100% (kan) kedua belah kandidat ...
Maksud saya ... tidak hanya pada pilkada ... bahkan untuk pilpres ...
Jangan pernah percaya 100% dan juga jangan tidak percaya 100% ...
Jangan kita terlalu fanatik dengan kandidat kita hingga menelan habis semua kejelekan (issue dan berita) kandidat lain
sebaliknya
Jangan juga menelan habis ke"indahan" kandidat kita dan menganggap kandidat lain menyebar fitnah ...
Banyak yang harus dikritisi ... jangan mudah termakan issue, fitnah termasuk juga bujuk rayu ... yang namanya politik tidak akan pernah bersih
Begitu maksud saya ketika membalas posting bung Barnabas
Buat Yang Ikut Milih, Pilahan cuma 2 Pilih yang Buruk atau yang Paling Buruk [/quote]
Betul banget .... tapi sebagai manusia yang mau tidak mau ... suka tidak suka .. harus menjadi anggota dari kehidupan bangsa ini ... kita tidak akan bisa lepas dari hal2 seperti ini kan (wong kita baca koran dan berita) .... artinya tidak peduli juga tidak apa2 ... pedulipun juga tidak apa2 ....
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Kenapa Si Joko Ga berani Buat transparan Buat Anggaran Tahun Ini,,
Malahan Kata Si Ahok Ga Usah Dibicarakan dan di Bahas
Anehhh...
Buat Yang Ikut Milih, Pilahan cuma 2 Pilih yang Buruk atau yang Paling Buruk [/quote]
Karena meng-quote kalimat saya ... Apakah pertanyaan ini ditujukan untuk saya ??
Karena kalau suruh jawab ... jujur saya tidak tau karena saya bukan tim kampanye apalagi jubir nya Jokowi ...
hehehehehe
[/quote]
Buat Siapa Aja Mba yang Bilang Jokowi Lebih baik,
Kalo Ada Yang Bilang Foke Juga Lebih baik dari Jokowi, Saya Orang Pertama Yang menentang,,
Karna Menurut Saya Dua-duanya buruk...
Jadi Ga Usah Bilang Dia atau Dia Yang lebih baik.. (Golputkers)
Cotoh simpel untuk Jokowi
Saya : Pa gimana cara atasin macet daerah Jati negara?
Joko : Yah dengan Tindakan ?
Saya : Tindakanya ?
Joko : koordinasi, dengan Pihak2 terkait,
Saya : Bapak Tau,penyebab Jati negara, Macet ?
Joko : Koordinasi,
Saya : Bapak jati Negara aja ga Tau, mau kordinasinya sama siapa,
sama anak buah Kumis yang sekarang ga bisa nyelesahin masalah?
Podowae kalo begitu mah atuh sibapak, buat apa Bapak dipilih, kalo ujung2nya
sama-sama si Kumis, kalo bedanya Bapa sama sikumis, Bapak punya Cukong di belakang
Tapi Ane Sepaham akhirnya Sama Atas ane, apa Atas ane yang akhirnya sepaham sama ane,,
Malahan Kata Si Ahok Ga Usah Dibicarakan dan di Bahas
Anehhh...
Buat Yang Ikut Milih, Pilahan cuma 2 Pilih yang Buruk atau yang Paling Buruk [/quote]
Karena meng-quote kalimat saya ... Apakah pertanyaan ini ditujukan untuk saya ??
Karena kalau suruh jawab ... jujur saya tidak tau karena saya bukan tim kampanye apalagi jubir nya Jokowi ...
hehehehehe
[/quote]
Buat Siapa Aja Mba yang Bilang Jokowi Lebih baik,
Kalo Ada Yang Bilang Foke Juga Lebih baik dari Jokowi, Saya Orang Pertama Yang menentang,,
Karna Menurut Saya Dua-duanya buruk...
Jadi Ga Usah Bilang Dia atau Dia Yang lebih baik.. (Golputkers)
Cotoh simpel untuk Jokowi
Saya : Pa gimana cara atasin macet daerah Jati negara?
Joko : Yah dengan Tindakan ?
Saya : Tindakanya ?
Joko : koordinasi, dengan Pihak2 terkait,
Saya : Bapak Tau,penyebab Jati negara, Macet ?
Joko : Koordinasi,
Saya : Bapak jati Negara aja ga Tau, mau kordinasinya sama siapa,
sama anak buah Kumis yang sekarang ga bisa nyelesahin masalah?
Podowae kalo begitu mah atuh sibapak, buat apa Bapak dipilih, kalo ujung2nya
sama-sama si Kumis, kalo bedanya Bapa sama sikumis, Bapak punya Cukong di belakang
Tapi Ane Sepaham akhirnya Sama Atas ane, apa Atas ane yang akhirnya sepaham sama ane,,
The.Barnabas- LETNAN DUA
-
Posts : 894
Location : Jakarta
Join date : 27.07.12
Reputation : 36
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
The.Barnabas wrote:Kenapa Si Joko Ga berani Buat transparan Buat Anggaran Tahun Ini,,
Malahan Kata Si Ahok Ga Usah Dibicarakan dan di Bahas
Anehhh...
Buat Yang Ikut Milih, Pilahan cuma 2 Pilih yang Buruk atau yang Paling Buruk
Karena meng-quote kalimat saya ... Apakah pertanyaan ini ditujukan untuk saya ??
Karena kalau suruh jawab ... jujur saya tidak tau karena saya bukan tim kampanye apalagi jubir nya Jokowi ...
hehehehehe
[/quote]
Buat Siapa Aja Mba yang Bilang Jokowi Lebih baik,
Kalo Ada Yang Bilang Foke Juga Lebih baik dari Jokowi, Saya Orang Pertama Yang menentang,,
Karna Menurut Saya Dua-duanya buruk...
Jadi Ga Usah Bilang Dia atau Dia Yang lebih baik.. (Golputkers)
Cotoh simpel untuk Jokowi
Saya : Pa gimana cara atasin macet daerah Jati negara?
Joko : Yah dengan Tindakan ?
Saya : Tindakanya ?
Joko : koordinasi, dengan Pihak2 terkait,
Saya : Bapak Tau,penyebab Jati negara, Macet ?
Joko : Koordinasi,
Saya : Bapak jati Negara aja ga Tau, mau kordinasinya sama siapa,
sama anak buah Kumis yang sekarang ga bisa nyelesahin masalah?
Podowae kalo begitu mah atuh sibapak, buat apa Bapak dipilih, kalo ujung2nya
sama-sama si Kumis, kalo bedanya Bapa sama sikumis, Bapak punya Cukong di belakang [/quote]
Ou gitu ... ya artinya kita sama ... sama2 melihat keduanya netral ....
Soalnya yang saya baca kan artikel yang anda sampaikan .... balasan saya bukan mengajak untuk mendukung salah satu kandidat ... tapi mengajak untuk tidak mudah termakan berita begitu saja (berita apapun tentang 2 kandidat tersebut)
sip sip sip
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
sourcenya kurang lebih begitu. Ketika Hidangan A dirasakan masyarakat tidak sesuai dengan Gambar di Menu, Maka tentu akan terjadi antipati terhadap makanan tsb dan berubah untuk memilih makan B, dan ketika Hidangan B terjadi kondisi yg sama, maka akan terjadi hal yg sama untuk memilih makanan C..dst..dst..satria bergitar wrote:musicman wrote:bicara Program?
emang laku yg namanya bicara program?
lha yg bicara "Katakan tidak untuk Korupsi!!!" aja jilat ludah.
Jokowi ikut2an dengan style itu?
ngga..ternyata ..beliau tau kalau masyarakat masih blm lepas Ingatannya mengenai Style Jilat ludah.
cerdik dan smart..ternyata ampuh bin Mumpuni
Foke keok ditengah2 fasilitas Mewahnya untuk kampanye
masyarakat emg dah eneg ama kampanye program ya pak mus...banyak yg meleset alias ketipu...
urusan Hati, Bukan kapasitas saya memang untuk menebak. Kalau bicara umum, memang agaknya saya gk bisa juga menyalahkan pendapat anda.
sekarang masyarakat senengnya kampanye drama seperti yang dilakukan jokowi-ahok, trun kejalan naek metromini, mkan nasi kucing, senda gurau ama warga, bahkan nangis-nangisan...Ridwan Saidi bilang "Kampanye Bollywood" namanya
urusan program mah nomor sekian nyang penting warga naksir dulu y g pak mus???
Basic dari Psikologi kekuasaan itu kan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya mempunyai posisi untuk melakukan segala keinginannya tanpa adanya perlawanan.
Nah, apakah segala keinginannya selalu Connect dengan Kepentingan masyarakat?
nggak..
hehehehe
kepentingan masyarakat kan diperdulikan saat dibutuhkan untuk menunjang segala kepentingannya (baca:kampanye)
saya belum mau bilang begitu, krn saya belum pernah merasakan "sentuhan" Pak Jokowi.
rasanya bner nih pilihannya cm dua..buruk atau lebih buruk...
walah.."sentuhan", kebanyakan dengar lagu Dian Pishesa nih..
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
musicman wrote:
Baru kali ini pilkada Jakarta memiliki Suhu yg Hot, panas... penuh intrik2 dan bumbu-bumbu, Utamanya terkait Pak Ahok.
Kita liat, sedikit pendapat dari 2 kubu yg berbeda pendapat:
Pendapat 1.
http://arrahmah.com/read/2012/08/15/22426-said-aqil-siraj-bolehkan-pemimpin-kafir-kh-cholil-ridwan-haram-kaum-muslimin-dipimpin-kafir.html#
JAKARTA (Arrahmah.com) - Menanggapi pernyataan Said Aqil Siraj yang membolehkan kaum Muslimin mengangkat pemimpin seorang Kafir yang kemudian ia kuatkan dengan berbagai argumen, Ketua MUI KH Kholil Ridwan mengatakan dalam sejarahnya Jakarta didirikan oleh Fatahilah, seorang ulama besar yang berhasil menumpas tentara Portugis, dalam hal ini kalangan nasrani atau yahudi.
Dengan demikian, berdirinya kota Jakarta yang dahulu dinamai Jayakarta dan Sunda Kelapa.
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan agar pemimpin Jakarta ini tidak jatuh ke tangan non muslim," tukasnya, Selasa (14/8) dikutip inilahcom.
Menurutnya, umat Islam di Jakarta jumlahnya mayoritas dibanding umat-umat lainnya. Dengan begitu, jika umat tersebut beriman maka tidak baik untuk memilih seorang non muslim.
Jakarta idealnya dipimpin oleh seorang muslim. Sebab sejatinya seorang muslim ini tidak hanya memimpin di dalam masjid, akan tetapi di luar masjid pun harus jadi pemimpin.
"Bahkan secara pribadi saya katakan bahwa haram hukumnya kalau orang muslim ini memilih pemimpin dari kalangan non muslim, kalau masih ada pilihan dari kaum muslim," tegasnya.
Hal ini sesuai dengan salah satu ayat Qur'an yang menyebutkan, dilarang orang muslim itu memilih orang-orang kafir untuk menjadi pimpinannya. Padahal, saat itu masih ada orang muslim yang siap menjadi pemimpin.
Ia sendiri sebagai orang muslim, menolak untuk dipimpin oleh orang-orang kafir. Sebab haram hukumnya.
Ia juga menyebut, orang muslim belum tentu saleh, sehingga bagaimana dengan orang-orang kafir, tentu sangat dipertanyakan kesalehannya. Padahal Allah SWT mengamanatkan bahwa bumi ini sebaiknya dipimpin oleh hamba-hamba Nya yang saleh.
Sebelumnya, Ketua PB NU, Said Agil Siraj menyatakan bahwa sama sekali tidak ada masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin. Terlebih salah satu kalimatnya disebutkan bahwa keadilan bersama non muslim itu lebih baik daripada ketidak adilan bersama muslim.
Keruan saja pernyataan ini mengundang reaksi keras dari kalangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hal lain yang mengundang kontroversi adalah, sikap Said Agil yang mengatakan dengan mengutip kaidah Fiqih Ibnu Taimiyah yang dalam kitab Siyasah Syar'iyah menyatakan, kalau orang yang adil meski non muslim yang memimpin, maka orang Islam itu pasti mendapatkan keadilan pula.
Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam yang zalim, maka orang Islam sekalipun akan dizalimi. "Tidak banyak kyai atau tokoh yang berani ngomong ini, tapi kalau saya berani. Berdasarkan kaidah tersebut, pasangan Jokowi-Ahok tidak bermasalah di mata NU. Silahkan saja menang, bagi NU tidak ada masalah," tegas Said Agil Siraj di kantor PBNU, pekan lalu. (bilal/arrahmah.com)
Pendapat 2.
http://suarapengusaha.com/2012/08/25/pandangan-saya-sebagai-orang-islam-terhadap-ahok/
Oleh Anita Tahmid
(Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo)
KAMIS, kemarin, 19 Juli 2012, KPUD Jakarta mengumumkan hasil Pemilukada tanggal 11 Juli 2012 yang lalu. Hasilnya sebagai berikut:
Jokowi – Ahok 42,6 %
Foke – Nara 34,05 %
Hidayat – Didik 11,7 %
Faisal – Biem 4,9 %
Alex – Nono 4,67 %
Herdardji – Riza 1,97 %
Tampilnya pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi – Ahok sebagai peraih suara paling tinggi cukup mengejutkan bagi saya, karena survei-survei yang dilakukan sebelum hari pemilihan hanya menempatkan pasangan kotak-kotak itu pada posisi kedua.
Padahal, Calon Wakil Gubernur yang diusung PDI Perjuangan dan Gerinda itu beragama Kristen Protestan. Hasil ini menunjukkan, agama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur tidak terlalu menjadi persoalan bagi warga Jakarta yang mayoritas Muslim. Mereka sama sekali tak menghiraukan fatwa atau pendapat yang mengharamkan memilih Non-Muslim sebagai pemimpin.
Memang sudah seharusnya pemilih Jakarta menunjukkan kelasnya sebagai warga Ibukota yang cerdas, rasional dan tidak emosional, yang menyadari isu agama itu dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk kepentingan politik sesaat.
Isu agama bukan kali pertama terjadi di dunia perpolitikan di Indonesia. Pemilihan Presiden tahun 1999, 2004 dan 2009 selalu diwarnai isu agama. Tahun 1999 sekelompok ulama dan tokoh Islam mengeluarkan fatwa haramnya perempuan menjadi presiden. Fatwa itu sengaja dimunculkan untuk menghadang Megawati Soekarno Putri, karena ada kekhawatiran terhadap orang-orang di belakang Megawati yang rata-rata abangan dan bahkan Non-Muslim.
Pada Pilpres 2004 isu agama kembali dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Istri Calon Presiden SBY dituduh beragama Kristen karena namanya Kristiani Herrawati. Demikian juga pada Pilpres 2009 istri Calon Wakil Presiden Boediono dituduh beragama Kristen. Akibat tuduhan itu, beberapa kali Bu Herawati mengenakan jilbab untuk menunjukkan di depan publik bahwa tuduhan itu tidak benar.
Ternyata semua isu agama itu tidak terbukti. Kekhawatiran adanya kristenisasi dan pembangunan gereja besar-besaran pada pemerintahan Megawati, ketika Bu Ani Yudhoyono menjadi ibu Negara dan pada saat Bu Herawati Boediono menjadi Ibu Wakil Presiden, semua itu tidak terbukti. Rakyat akhirnya paham bahwa isu agama hanyalah dijadikan mainan politik semata.
Memilih Pemimpin yang Sejati
Menurut saya, memilih pemimpin harus didasarkan kepada kemampuan Calon, bukan apa agama Calon. Sebab, soal agama adalah urusan pribadi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Apakah Calon rajin sembahyang atau tidak, tekun puasa Ramadhan atau tidak, dan selalu membayar zakat atau tidak, itu semua bukan urusan rakyat untuk mengetahuinya.
Yang perlu dipertimbangkan saat memilih pemimpin adalah sejauhmana kemampuan pemimpin untuk menghadirkan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Karena itu, yang harus dipilih adalah pemimpin yang adil sehingga kepemimpinannya membawa kemaslahatan (kemanfaatan) bagi rakyat yang dipimpinnya.
Dalam Kitab Al-Hisbah karangan Ibnu Taimiyah dinyatakan sebagai berikut:
الله ينصر الدولة العادلة وإن كانت كافرة، ولا ينصر الدولة الظالمة وإن كانت مؤمنة
Artinya:
“Allah akan menolong Negara yang adil meskipun Negara itu Kafir. Dan Allah tidak akan menolong Negara yang dholim meskipun Negara itu Mukmin (Islam).”
Kita bisa melihat Australia, Jepang, Korea, Negara-negara Eropa dan Amerika yang penduduknya bukan mayoritas Muslim (baca: Kafir), tapi ternyata lebih maju dan sejahtera dibandingkan dengan Negara-negara Islam seperti Mesir, Yaman, Aljazair, Oman, Libya dan Tunis, tidak lain karena Negara-negara Kafir itu menjunjung tinggi keadilan. Maka Allah menolong mereka karena keadilan yang mereka tegakkan.
Seorang tokoh pembaharu asal Mesir, Mohammad Abduh mengatakan “Saya melihat Islam di Barat tapi saya tidak temukan Kaum Muslim di sana. Sebaliknya, saya menemukan Kaum Muslim di Timur tapi saya tidak melihat ada Islam di sana.” Maksudnya, Orang-orang Barat tidak mengenal agama Islam, namun perilakunya mencerminkan ajaran Islam. Mereka menjunjung tinggi keadilan, giat bekerja, disiplin, memudahkan urusan orang lain, menjaga kebersihan dan ketertiban umum serta menghargai waktu.
Nah, inilah pentingnya memilih pemimpin yang diyakini mampu menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Soal apa agama pemimpin tersebut, itu bukan faktor penting Sebab, bisajadi ada pemimpin yang di KTP tertulis agama Islam, tapi perilakunya justru Kafir, tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Keislaman seorang pemimpin bukan dilihat dari peci dan baju koko-nya, melainkan dari perilakunya. Pemimpin yang mengaku Islam sebagai agamanya, tidak berani berbuat korupsi, tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi, dan tidak berbuat dholim kepada rakyatnya.
Sebaliknya, tidak mustahil ada pemimpin yang di KTP tertulis Kristen tapi perilakunya malah sangat Islami. Ia curahkan segala pikiran dan tenaganya untuk kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, baik jasmani maupun rohani. Ia kerahkan jiwa dan raganya untuk kemaslahatan (kemanfaatan) rakyat, sehingga rakyat tidak menemui kesulitan untuk memperoleh pangan, sandang dan papan, bahkan untuk melakukan peribadatan kepada Allah SWT. Pemimpin seperti itu sesuai dengan Kaidah Fiqh:
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
Artinya:
“Kebijakan pemimpin terhadap rakyatnya harus mengacu pada kemaslahatan (kebaikan) rakyat”.
Kajian Dalil Larangan Memilih Pemimpin Kafir
Memang dalam kitab Suci Al-Quran ada beberapa ayat yang melarang umat Islam untuk memilih pemimpin yang tidak beragama Islam. Di antaranya ayat-ayat yang terjemahannya berikut ini:
o Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpinmu (Al-Maidah : 51)
* Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Kafir sebagai pemimpin-pemimpinmu dengan meninggalkan orang-orang Mukmin / Muslim (An-Nisa : 144)
Menurut saya, ayat-ayat di atas benar adanya. Hanya saja, pertanyaannya adalah orang Kafir seperti apa yang tidak boleh dijadikan sebagai pemimpin. Di sinilah perlunya melakukan apa yang dalam Logika Hukum disebut Rechtsvervijning (Pengkonkritan atau Penghalusan Hukum) yang merupakan salah satu metode dalam Konstruksi Hukum.
Kita tidak boleh memahami ayat secara apa adanya atau tekstual, tapi harus melakukan kontekstualisasi. Kenapa orang Kafir tidak boleh dijadikan pemimpin? Bagaimana kondisi dan situasi pada saat ayat itu diturunkan? Apakah keadaan sekarang masuk dalam kriteria tidak dibolehkannya mengangkat pemimpin Kafir seperti pada masa Rasulullah SAW. masih hidup dulu?
Saya berpendapat bahwa orang-orang Islam tidak boleh memilih pemimpin Kafir dengan catatan pemimpin tersebut membawa dampak negatif bagi agama dan umat Islam. Selama pemimpin Kafir tersebut diyakini mendatangkan keburukan atau kemudharatan bagi agama dan umat Islam, maka hukum memilihnya tidak boleh. Sebaliknya, bila keyakinan itu tidak ada maka hukumnya boleh.
Lagi pula, untuk ukuran jaman sekarang di era demokrasi, pemimpin tidak bisa tampil secara sewenang-wenang dan sesuka hatinya. Ia tidak bisa menjadi satu-satunya pengambil kebijakan. Setiap kebijakan yang diputuskan harus melalui musyawarah dengan banyak pihak dan dalam pelaksanaannya dikontrol oleh rakyat, baik melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat, media dan LSM. Adanya mekanisme kontrol inilah yang membedakan pemerintahan sekarang dengan jaman dulu.
Pemimpin sekarang tidak akan berani berbuat semena-mena, kecuali ia akan menjadi bulan-bulanan media dan didemonstrasi oleh rakyat. Karena itu, kekhawatiran dengan adanya pemimpin Kafir tidak mempunyai dasar.
Sosok Ahok yang Islami
Ada seorang ulama di Belitung Timur, kampung halaman Ahok, yang mengatakan, “Pada diri Ahok ditemukan sifat-sifat kenabian, yaitu Shidiq (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (mampu berkomunikasi) dan Fathonah (cerdas).”
Saya sependapat dengan ulama tersebut. Berdasarkan rekam jejak yang dipublikasikan, selama memimpin Belitung Timur, Ahok terkenal sebagai sosok pemimpin yang profesional, jujur, bersih, transparan dan merakyat. Sifat-sifat itu sesuai dengan ajaran Islam.
Ahok tak menjaga jarak antara dirinya dengan rakyat. Ia biasa keliling kampung untuk mengetahui persoalan rakyatnya. Perilaku Ahok itu seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab yang suka keliling kampung. Dengan keliling kampung, Khalifah Umar pernah dikisahkan menemukan suara tangis pada malam hari. Ternyata ada anak-anak kecil yang menangis tiada henti karena tidak makan berhari-hari. Karena merasa bersalah, Khalifah Umar spontan mengambil sendiri makanan yang ada di gudang Negara, memikulnya sendiri dan mengantarkan ke keluarga tadi. Itulah perlunya pemimpin turun ke bawah (turba) sehingga tahu persis keadaan rakyat yang dipimpinnya, dan tidak melulu mengandalkan laporan dari staf-stafnya.
Ahok juga tidak pernah memanfaatkan fasilitas publik untuk kepentingan pribadi. Justru yang terjadi, Ahok memotong uang perjalanan dinasnya untuk membantu rakyatnya yang miskin. Perilaku Ahok ini mengingatkan saya kepada cerita Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika putranya datang menghadap ke Istana, lalu Khalifah Umar bertanya, “Untuk urusan apa, Kamu datang, Nak?” Sang putra menjawab, “Untuk urusan pribadi.”
Seketika Khalifah Umar mematikan lampu ruangan. Sang putra bertanya lagi, “Kenapa dimatikan, Ayahanda?”
“Karena lampu ini dibiayai oleh Negara. Tidak boleh menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi.” Subhanallah.
Perilaku Ahok itu jarang ditemukan pada pemimpin-pemimpin saat ini. Tidak sedikit Gubernur dan Bupati/Walikota yang mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi penggunaan APBD. Tapi tidak termasuk Ahok. Ia sadar bahwa APBD adalah uang rakyat yang harus dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Maka, uang itu haram dimanfaatkan untuk urusan pribadi, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau untuk mendanai kampanye pemenangan dalam Pemilukada.
Ketika pemilukada Belitung Timur 2005, ada kekhawatiran bahwa jika terpilih, Ahok akan melakukan kristenisasi atau membangun gereja besar-besaran, ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti. Selama memimpin Belitung Timur, Ahok lebih menjunjung tinggi ayat-ayat Konstitusi.
Lagi pula, kalau kelak benar-benar terpilih pada Pemilukada Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012, sosok Jokowi tidak akan mungkin membiarkan wakilnya, Ahok sibuk memprioritaskan urusan agamanya ketimbang urusan rakyat keseluruhan. Ahok bukan pasangan pertama Jokowi. Sebelumnya, Jokowi sudah pernah berpasangan dengan Wakil yang beragama Kristen. Selama dua periode kepemimpinannya di Solo, Jokowi didampingi Wakil yang juga beragama Kristen. Namanya FX Hadi Rudyatmo. Dan, selama ini tidak pernah terjadi apa-apa. Lalu, apa yang dikhawatirkan dari Ahok? (***)
Bapak2 yg terhormat, bagaimana kalian menyikapi hal tsb?
bukan hanya untuk warga Jakarta..
Thread ini Terbuka untuk warga seluruh dunia (asal bukan warga dunia Ghaib)
Gimana ?
Saya mohon izin nimbrung ya.Beberapa waktu lalu saya juga mengalami peristiwa yang sebenarnya kurang mengenakan untuk didengar.
Waktu itu saya sholat tarawih di masjid saya yang ada di kawasan kebun jeruk.Dan waktu ceramah tarawih ternyata persis sama seperti peristiwa yang katanya dilakukan oleh bang rhoma irama.Penceramah dengan entengnya mengatakan kalau orang tua salah satu calon gubernur itu non-muslim.
Dan jujur saja niat saya yang datang ke mesjid itu untuk beribadah pun akhirnya saya akhiri dan saya pulang duluan.Jujur saya kecewa sekali kalau orang-orang yang pintar agama saja dengan entengnya memfitnah sesama orang islam tanpa mengkaji sumber informasi yang di dapat.
Mudah-mudahan umat Islam indonesia lebih cerdas berpikir dengan adanya peristiwa-peristiwa di atas.Wassalam.
master_killer- KOPRAL
-
Posts : 21
Location : Jakarta
Join date : 16.08.12
Reputation : 0
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
@Master Killer
lho kenapa pulang duluan?tarawihnya gk jadi?sayang donk...
lho kenapa pulang duluan?tarawihnya gk jadi?sayang donk...
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Oh lupa....SALAM METAL!..dari rocker gk kesampaian
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
musicman wrote:@Master Killer
lho kenapa pulang duluan?tarawihnya gk jadi?sayang donk...
Ceramahnya itu sebelum sholat witirnya lho bang mus,saking kagetnya saya dengar ceramahnya pak ustad itu saya putuskan untuk pulang saja.Karena waktu itu bulan romadhon dari pada saya suudzon yang enggak-enggak sama pak ustad makanya saya putuskan pulang lebih baik.
master_killer- KOPRAL
-
Posts : 21
Location : Jakarta
Join date : 16.08.12
Reputation : 0
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
lho, salam Metal saya sebagai rocker gk kesampaian kok ngga disambut?
Omong2...Itu Mbah Abu hanan udzur begitu umur 78....Fanatik
Kreator
dan Metallica
lho!..bisa tahan headbanger 1 jam nonstop!
Omong2...Itu Mbah Abu hanan udzur begitu umur 78....Fanatik
Kreator
dan Metallica
lho!..bisa tahan headbanger 1 jam nonstop!
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
@Atas
halah masih kalah keren om sama yg ini...
halah masih kalah keren om sama yg ini...
satria bergitar- LETNAN DUA
-
Age : 38
Posts : 1396
Location : Karawang
Join date : 08.12.11
Reputation : 59
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
musicman wrote:lho, salam Metal saya sebagai rocker gk kesampaian kok ngga disambut?
Omong2...Itu Mbah Abu hanan udzur begitu umur 78....Fanatik
Kreator
dan Metallica
lho!..bisa tahan headbanger 1 jam nonstop!
woogh lupa saya sama salam metalnya sorry
Tapi bener itu si mbah doyan Kreator ya??takutnya nanti waktu si mbah headbang ada yang copot lagi hehehe
peace mbah
master_killer- KOPRAL
-
Posts : 21
Location : Jakarta
Join date : 16.08.12
Reputation : 0
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
satria bergitar wrote:@Atas
halah masih kalah keren om sama yg ini...
Sebagai musisi bang Rhoma bagus ... saya suka lagu2nya ... hehehehe
Jujur ... lirik2 lagunya juga ga kampungan seperti lagu dangdut lainnya (maaf buat para fans dangdut)
Tapi diluar dari karya nya .... hmmm .... ya tergantung ...
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Wahh, Kalo Diliat-liat Ternyata, disini SENIOR SEMUA,,
Jadi Malu,,,
Jadi Malu,,,
The.Barnabas- LETNAN DUA
-
Posts : 894
Location : Jakarta
Join date : 27.07.12
Reputation : 36
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
http://www.laskarislam.com/t3705-kemenangan-jokowi-ahok-bukti-bahwa-muslim-memilih-logis#38198
lah...memilih Jokowi artinya manafikan aqidah?
by duren swt Today at 3:12 pm
Quick count langsung menyodok 54% untuk no 3
Pertanyaan :
Mengapa mayoritas ( voter muslim) memilih logika daripada akidah ??
Monggo dijawab
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Sori ... ternyata trit nya dah adamusicman wrote:
lah...memilih Jokowi artinya manafikan aqidah?
Yahh memilih SPANYOL lah ... separoh kapir separoh muslim
Dan yang dijual oleh ulama ulama pendukung Foke memang masalah akidah : Pilihlah pemimpin muslim
Tegasnya ... kalau Jokowi berhalangan ( misalnya 2014 diangkat jadi mentri ) otomatis muslim seperti si Rhoma Irama atau Habib Rezek akan dipimpin si Kristen Ahok kan
Guest- Tamu
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
duren swt wrote:Sori ... ternyata trit nya dah adamusicman wrote:
lah...memilih Jokowi artinya manafikan aqidah?
Yahh memilih SPANYOL lah ... separoh kapir separoh muslim
Dan yang dijual oleh ulama ulama pendukung Foke memang masalah akidah : Pilihlah pemimpin muslim
Tegasnya ... kalau Jokowi berhalangan ( misalnya 2014 diangkat jadi mentri ) otomatis muslim seperti si Rhoma Irama atau Habib Rezek akan dipimpin si Kristen Ahok kan
Udah ... ga usah berandai2 .... liat aja nanti 2014 gimana ?? Apa bener Jokowi pindah atau tetep jadi gubernur ... berandai2 yang tidak perlu ...
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Yang mengandai andaikan itu bukan sayadee-nee wrote:
Udah ... ga usah berandai2 .... liat aja nanti 2014 gimana ?? Apa bener Jokowi pindah atau tetep jadi gubernur ... berandai2 yang tidak perlu ...
Tapi ulama ulama muslim yang diakui masyarakat muslim Jakarta / Indonesia
Dan selain andai andai 2014, wagub memang langsung menjabat beberapa institusi Islam pemprov DKI ( gw lupa bidang apa tu )
Tapi yang saya bahas bukan itu .
Mengapa muslim MEMILIH mbalelo akan rekomendasi ulama ulamanya .
Ataukah anda anda yang muslim ini memang dah ga bisa lagi di kotbahin ya
Yang model ginian kok mo disuruh agar dipimpin khilafah ??
Guest- Tamu
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
duren swt wrote:Yang mengandai andaikan itu bukan sayadee-nee wrote:
Udah ... ga usah berandai2 .... liat aja nanti 2014 gimana ?? Apa bener Jokowi pindah atau tetep jadi gubernur ... berandai2 yang tidak perlu ...
Tapi ulama ulama muslim yang diakui masyarakat muslim Jakarta / Indonesia
Dan selain andai andai 2014, wagub memang langsung menjabat beberapa institusi Islam pemprov DKI ( gw lupa bidang apa tu )
Tapi yang saya bahas bukan itu .
Mengapa muslim MEMILIH mbalelo akan rekomendasi ulama ulamanya .
Ataukah anda anda yang muslim ini memang dah ga bisa lagi di kotbahin ya
Yang model ginian kok mo disuruh agar dipimpin khilafah ??
Yang bilang bahwa yang berandai2 itu anda sapa ??
@bung MM ... apa perlu mas duren ini diajak lagi ke tret nya baba yang rhoma irama ??
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Yang ngepost jangan berandai andai diatas ditujukan pada syafa tudee-nee wrote:
Yang bilang bahwa yang berandai2 itu anda sapa ??
Loh saya bertanya kok malah di ajak mojok ( duren cuma bersedia mojok klo diajak cewe cakep )dee-nee wrote:
@bung MM ... apa perlu mas duren ini diajak lagi ke tret nya baba yang rhoma irama ??
Back to topic
Mengapa muslim MEMILIH mbalelo akan rekomendasi ulama ulamanya .
Ataukah anda anda yang muslim ini memang dah ga bisa lagi di kotbahin ya
Guest- Tamu
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Masyarakat (baca:muslim secara makro) secara psikologis menurut saya memang sudah sedikit "sakit" dalam memandang suatu ajaran agama. Prediksi saya, akan lain halnya kalau yg menghimbau sekelas Ustadz-ustadz Idol....walaupun bisa saja salah.duren swt wrote:Yang mengandai andaikan itu bukan sayadee-nee wrote:
Udah ... ga usah berandai2 .... liat aja nanti 2014 gimana ?? Apa bener Jokowi pindah atau tetep jadi gubernur ... berandai2 yang tidak perlu ...
Tapi ulama ulama muslim yang diakui masyarakat muslim Jakarta / Indonesia
Dan selain andai andai 2014, wagub memang langsung menjabat beberapa institusi Islam pemprov DKI ( gw lupa bidang apa tu )
Tapi yang saya bahas bukan itu .
Mengapa muslim MEMILIH mbalelo akan rekomendasi ulama ulamanya .
Ataukah anda anda yang muslim ini memang dah ga bisa lagi di kotbahin ya
Yang model ginian kok mo disuruh agar dipimpin khilafah ??
namun disatu sisi lain Masyarakat secara intelektual (baca:muslim secara makro) juga cerdas dan sudah tidak mudah memandang setiap Jargon-jargon agama tanpa bukti faktual (terjadi kebosanan dikalangan muslim dengan jargon2 Agama)
apa artinya?
ketika kehakekatan diri sebagai muslim ditaruh di dalam lemari, maka masyarakat sudah memberi "hukuman" disitu....
saya lbh cenderung melihat bahwa lbh layak ketika diantara kedua pemimpin yg berbeda keyakinan, akan lebih pantas memilih pemimpin yg lebih memakai kehakekatan drpd tampilan, dan itu tidak harus "Muslim" dalam tanda kutip.
Selama masih ada harapan, kemungkinan termudahlah yg diambil.
Apa kemungkinan termudahnya?
pilih yg baru.
Bukankah Istri baru, pacar baru, mobil baru pasti lebih menyenangkan dipandang walau blm tentu lbh baik dalam segala halnya?
wajar saya katakan jokowi menang...
dipimpin khilafah?
100% premature dur........
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Maka TERGENAPILAH sabda sang duren swt :musicman wrote:
Masyarakat (baca:muslim secara makro) secara psikologis menurut saya memang sudah sedikit "sakit" dalam memandang suatu ajaran agama. Prediksi saya, akan lain halnya kalau yg menghimbau sekelas Ustadz-ustadz Idol....walaupun bisa saja salah.
namun disatu sisi lain Masyarakat secara intelektual (baca:muslim secara makro) juga cerdas dan sudah tidak mudah memandang setiap Jargon-jargon agama tanpa bukti faktual (terjadi kebosanan dikalangan muslim dengan jargon2 Agama)
apa artinya?
ketika kehakekatan diri sebagai muslim ditaruh di dalam lemari, maka masyarakat sudah memberi "hukuman" disitu....
saya lbh cenderung melihat bahwa lbh layak ketika diantara kedua pemimpin yg berbeda keyakinan, akan lebih pantas memilih pemimpin yg lebih memakai kehakekatan drpd tampilan, dan itu tidak harus "Muslim" dalam tanda kutip.
Selama masih ada harapan, kemungkinan termudahlah yg diambil.
Apa kemungkinan termudahnya?
pilih yg baru.
Bukankah Istri baru, pacar baru, mobil baru pasti lebih menyenangkan dipandang walau blm tentu lbh baik dalam segala halnya?
wajar saya katakan jokowi menang...
Muslim memilih logika daripada akidah
Riwayat panjang perjalanan Islam tidak bisa dilepaskan dari PEDANG ( militer ) + Khilafah ( politik )musicman wrote:dipimpin khilafah?
100% premature dur........
Apa anda termasuk muslim yang ingin mengebiri atao mengimut imutkan Islam ??
Guest- Tamu
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
duren swt wrote:Yang ngepost jangan berandai andai diatas ditujukan pada syafa tudee-nee wrote:
Yang bilang bahwa yang berandai2 itu anda sapa ??
Pada siapapun yang anda maksudkan terkait gossip itu ...
dee-nee wrote:
@bung MM ... apa perlu mas duren ini diajak lagi ke tret nya baba yang rhoma irama ??
Loh saya bertanya kok malah di ajak mojok (duren cuma bersedia mojok klo diajak cewe cakep )
Back to topic
Mengapa muslim MEMILIH mbalelo akan rekomendasi ulama ulamanya .
Ataukah anda anda yang muslim ini memang dah ga bisa lagi di kotbahin ya
saya ajak mojok karena di treat itu semua pertanyaan ini sudah pernah dibahas ... anda aja yang ketinggalan kereta
http://www.laskarislam.com/t3429p50-bersalahkah-rhoma?highlight=Rhoma
lam kenal btw
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
Ahh si Baba itu kapir tukang ngurus ANUSdee-nee wrote:
saya ajak mojok karena di treat itu semua pertanyaan ini sudah pernah dibahas ... anda aja yang ketinggalan kereta
http://www.laskarislam.com/t3429p50-bersalahkah-rhoma?highlight=Rhoma
Klo ane kapir yang ngurus 2 CM di depan anus cuyy ... setiap jumpa ya pasti akan kupentungilah si Baba
Salam kenal kembali misterdee-nee wrote:
lam kenal btw
Guest- Tamu
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
duren swt wrote:
Ahh si Baba itu kapir tukang ngurus ANUS
Klo ane kapir yang ngurus 2 CM di depan anus cuyy ... setiap jumpa ya pasti akan kupentungilah si Baba
ga kok ... itu memang TS nya baba ... tapi dia juga cuma numpang pasang tenda aja tapi ga banyak ngomong ... maksud saya ngajak anda kesana ... supaya diskusinya ga tumpang tindih :)
Salam kenal kembali misterdee-nee wrote:
lam kenal btw
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Obrolan Santai Pilkada Jakarta...
mulai pada gak islami
dilarang milih kapir, kok ahok dipilih dan menang
gimana kalau pada diasap?
dilarang milih kapir, kok ahok dipilih dan menang
gimana kalau pada diasap?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 2 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» Hoax2 menyudutkan Muslim seputar Pilkada
» Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
» Video Ahok: Anda Dibohongi Alquran Surat Al-Maidah 51 Viral di Medsos
» Statistik Pilkada DKI 2017
» Prahara Pilkada Langsung!
» Obrolan Abu Hanan dan Emiliana tentang Sidharta Gautama-Available untuk semua member
» Video Ahok: Anda Dibohongi Alquran Surat Al-Maidah 51 Viral di Medsos
» Statistik Pilkada DKI 2017
» Prahara Pilkada Langsung!
Halaman 2 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik