hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Halaman 5 dari 12 • Share
Halaman 5 dari 12 • 1, 2, 3, 4, 5, 6 ... 10, 11, 12
hikmah di balik kisah isra' mi'raj
First topic message reminder :
" Muhammad telah naik ke langit tertinggi lalu kembali lagi. Demi Allah aku bersumpah, bahwa kalau aku telah mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi."
Bila kita membaca sejarah Islam, setidaknya ada tiga peristiwa penting yang melatarbelakangi peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Saw..
Pertama, peristiwa boikot yang dilakukan orang kaum Quraisy kepada seluruh keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy tahu bahwa sumber kekuatan Nabi Saw adalah keluarganya. Oleh karena itu untuk menghentikan dakwah Nabi Saw. sekaligus menyakitinya, mereka sepakat untuk tidak mengadakan perkawinan, transaksi jual beli dan berbicara dengan keluarga bani Hasyim. Mereka juga bersepakat untuk tidak menjenguk yang sakit dan mengantar yang meninggal dunia dari keluarga Bani Hasyim. Boikot ini berlangsung kurang lebih selama tiga tahun. Tentunya boikot selama itu telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan khususnya kepada Nabi Saw. dan umumnya kepada keluarga Bani Hasyim.
Kedua, peristiwa wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Peristiwa ini menjadi sangat penting dalam perjalanan dakwah Nabi Saw. sebab Abu Thalib adalah salah satu paman beliau yang senantiasa mendukung dakwahnya dan melindungi dirinya dari kejahilan kaum Quraisy. Dukungan dan perlindungan Abu Thalib itu tergambar dari janjinya," Demi Allah mereka tidak akan bisa mengusikmu, kecuali kalau aku telah dikuburkan ke dalam tanah." Janji Abu Thalib ini benar. Ketika ia masih hidup tidak banyak orang yang berani mengusik Nabi Muhammad Saw, namun setelah ia wafat kaum Quraisy menjadi leluasa untuk menyakitinya sebagaimana digambarkan dalam awal tulisan ini.
Ketiga, peristiwa wafatnya istri beliau, Siti Khadijah r.a. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah pamannya wafat. Siti Khadijah bagi Nabi Saw. bukan hanya seorang istri yang paling dicintai dan mencintai, tapi juga sebagai sahabat yang senantiasa mendukung perjuangannya baik material maupun spiritual, yang senantiasa bersama baik dalam keadaan suka maupun duka. Oleh karena itu, wafatnya Siti Khadijah menjadi pukulan besar bagi perjuangan Nabi Saw..
Tiga peristiwa yang terjadi secara berurutan itu sangat berpengaruh pada perasaan Rasulullah Saw. ia sedikit sedih dan gundah gulana. Ia merasakan beban dakwah yang ditanggungnya semakin berat. Oleh karena itu para sejarawan menamai tahun ini dengan ámul hujn (tahun kesedihan).
Dalam kondisi seperti itulah kemudian Allah Swt. mengundang Nabi Saw. melalui peristiwa isra dan mi'raj. Isra' adalah peristiwa diperjalankannya Nabi Saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sedangkan mi'raj merupakan peristiwa dinaikannya Nabi Saw. dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Peristiwa Isra Miraj ini mengajarkan banyak hal kepada Nabi Saw. Dalam perjalanan isra' ia melihat negeri yang diberkahi Allah Swt. dikarenakan di dalamnya pernah diutus para Rasul. Sedangkan dalam perjalanan mi'raj ia melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari, dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya, supaya kami perlihatkan ayat-ayat Kami kepadanya. Sesungguhnya Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Al Isra :1). "Sesungguhnya ia (Muhammad) melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) di waktu yang lain. Yaitu di Sidratul Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha itu diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya ia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (Q.S An-Najm : 13-18).
Isra' dan mi'raj merupakan pengalaman keagamaan yang paling istimewa bagi Nabi Muhammad Saw.. Puncaknya terjadi di Sidratul Muntaha. Muhammad Asad menafsirkan Sidratul Muntaha dengan lote-tree farthest limit (pohon lotus yang batasnya paling jauh). Pohon Lotus dalam tradisi Mesir kuno merupakan simbol kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagiaan. Dengan demikian secara simbolik Sidratul Muntaha dapat diartikan sebagai puncak kebahagiaan dan kebijaksanaan.
Kebahagiaan yang dibarengi dengan kebijaksanaan inilah yang kemudian membedakan pengalaman keagamaan Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul dengan kaum sufi sebagai manusia biasa. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh makna Abdul Quddus, seorang sufi Islam besar dari Ganggah, menyatakan,"Muhammad telah naik ke langit yang tinggi lalu kembali lagi. Demi Allah aku bersumpah, bahwa kalau aku telah mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi."
Ketika Nabi Saw. sampai di Sidratul Muntaha, Allah Swt memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya berupa bukti-bukti wujud, keesaan, dan kekuasaan-Nya. Disamping itu diperlihatkan juga surga, neraka, perihal langit, kursi dan 'arasy. Setelah melihat semua itu keyakinan Nabi Saw. terhadap keagungan Allah Swt dan kelemahan alam dihadapan keagungan-Nya semakin kuat. Pada gilirannya keyakinan seperti ini telah melahirkan kesadaran ruhani baru pada dirinya berupa kebijaksanaan (wisdom), ketentraman dan kebahagiaan.
Pada saat itu Nabi Saw. sudah mampu membedakan posisi Tuhan dan alam (manusia). Tuhan adalah sumber kebahagiaan, sementara alam sumber kesusahan dan kesengsaraan. Oleh karena itu menggantungkan semua harapan dan keinginan kepada-Nya akan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki. Sebaliknya menggangtungkan semua harapan dan keinginan kepada alam akan mendatangkan kesengsaraan.
Kebahagian bertemu dan berdialog dengan Dzat yang dicintai dan mencintainya di Sidratul Muntaha tidak menyebabkan Nabi Saw. lupa akan tugas pokonya menebarkan rahmat Allah Swt. melalui dakwahnya. Hal tersebut dikarenakan, kebahagiaannya tersebut telah dibarengi dengan kebijaksanaan sehingga ia mampu membedakan persoalan pokok dengan cabang, prinsip dengan taktik, esensi dengan aksidensi serta alat dengan tujuan. Nabi Saw. sangat sadar bahwa kebahagian yang diperolehnya dalam Isra' dan Mi'raj bukan esensi dan tujuan utama Allah Swt. tetapi itu semua hanya alat untuk mempersiapkan kondisi jiwanya supaya bisa melaksanakan tugas yang lebih berat dari sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, ia meninggalkan kebahagiaan langit yang sedang dinikmatinya itu, kemudian turun ke bumi untuk berjibaku dengan realitas sosial yang penuh dengan tantangan dan penderitaan. Dengan demikian peristiwa isra' mi'raj Nabi Saw. tidak hanya memiliki makna individual tetapi juga memiliki makna sosial.
Disinilah letak perbedaan pengalaman keagamaan rasul dengan seorang sufi, terutama sufi falsafi. Pengalaman keagamaan rasul berdimensi individual dan sosial sedangkan pengalaman keagamaan sufi (mistik) lebih banyak berdimensi individual. Ketika seorang sufi mengalami fana, kondisi kejiwaannya hampir sama dengan kondisi kejiwaan Nabi Saw. ketika diisra' dan dimi'rajkan. Ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dirinya merasa menyatu dengan Allah Swt.. Ia hanyut dan mabuk dalam pelukan keindahan-Nya.
Pengalaman keagamaan seperti itu telah menyebabkan seorang sufi lupa akan diri dan lingkungannya. Kesadarannya bahwa ia bagian dari alam menjadi hilang. Ia menjadi tidak peduli lagi terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Ia hanya asyik ma'syuk dengan perasaannya sendiri dan terus menyendiri dengan dzikir-dzikirnya. Akibatnya, walaupun ia berdzikir ribuan kali dan mendatangkan ketenangan jiwa, namun semua itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Semakin lama ia berdzikir semakin dalam masuk pada kesadaran dunia mistik. Semakin masuk ke dalam kesadaran dunia mistik, semakin jauh dari realitas kehidupan. Penomena seperti ini dapat menjelaskan perilaku sebagian sufi yang senang mengasingkan diri dari dunia nyata.
Bagaimana dengan Kita ?
Ketika Muhammad Saw. mendapat tantangan berat dalam dakwahnya, ia diundang Allah Swt. melalui peristiwa Isra' dan Mi'raj. Melalui peristiwa ini Allah Swt. mengobati luka hatinya, menghilangkan kesedihannya dan menghibur duka laranya. Akibatnya jiwanya menjadi fresh (segar) dan bahagia kembali. Dalam kondisi jiwa seperti ini kemudian ia kembali ke bumi malanjutkan tugas dakwahnya yaitu menebarkan rahmat Allah Swt. di muka bumi ini. Disinilah, seperti disebutkan di atas, Isra' Mi'raj tidak hanya memiliki makna individual tetapi juga memiliki makna sosial.
Ada pertanyaan, bagaimana bila yang mendapatkan hambatan dakwah itu kita? Bagaimana bila yang mendapat kesusahan dan penderitaan itu kita? Apakah bagi kita masih ada peluang diisra'kan dan dimi'rajkan seperti nabi Muhammad Saw? Jawabannya, tentu tidak mungkin. Lantas apa yang mesti dilakukan bila semua itu terjadi pada kita?
Shalat! Inilah jawaban yang diberikan oleh Nabi Saw.
Isra dan mi'raj adalah salah satu mu'jizat Nabi Muhammad Saw.. Artinya itu hanya diberikan kepadanya tidak mungkin diberikan kepada manusia biasa. Namun demikian, berdasarkan petunjuknya ada amalan bagi orang-orang yang beriman yang memiliki fungsi sama dengan Mi'raj yaitu ibadah shalat. "Shalat itu mi'rajnya orang yang beriman (ash-shalatu mi'rajul mu'minín)" sabdanya.
Shalat secara bahasa berarti do'a. Doa pada hakikatnya merupakan bentuk dialog antara manusia dengan Allah Swt.. Ketika seseorang shalat, hakekatnya ia sedang bertemu dan berdialog dengan Allah Swt.. Oleh karena itu secara hakiki fungsi shalat dan mi'raj sama yaitu bertemu dan berdialog dengan Allah Swt..
Shalat yang benar mesti menghasilkan buah yang sama dengan buah Isra' mi'raj yaitu kesadaran individual dan sosial.
Tujuan utama shalat menurut Al Quran adalah untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah Swt (Q.S Thaha : 14). Dzikir atau shalat. bila dilakukan dengan khusyu' akan mendatangkan ketentraman jiwa dan kebahagiaan hidup (Q.S Ar-Ra'du :28; Al Mu'minun : 1-2). Namun demikian, keberhasilan shalat seseorang tidak hanya diukur dari ketenangan dan ketentraman jiwa saja, tetapi mesti dilihat pula pada atsar (bekas) perilaku sosialnya. Menurut Al Quran, shalat yang benar mesti dapat menumbuhkan berbagai macam kebajikan seperti tumbuhnya kesadaran berinfak dan berzakat, kemampuan menghidarkan diri dari perilaku yang sia-sia, kemampuan memelihara diri dari perbuatan zina dan kemampuan memelihara amanat baik dari Allah Swt. ataupun sesama manusia ( Al Mu'minun : 3-8).
Disamping itu, shalat yang benar mesti dapat mengobati sifat kikir dan keluh kesah serta mencegah perbuatan keji dan munkar (Q.S Al Ma'arij : 19-25 ; Al Ankabut: 45). Rasulallah Saw. menyatakan bahwa shalat yang tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar tidak akan menambah apa-apa bagi mushalli (orang yang shalat) kecuali hanya semakin menjauhkan dirinya dari Allah Swt (H.R.Ahmad).
Shalat yang memiliki dimensi individual dan sosial adalah shalat yang dilakukan dengan khusyu' dan dáim (kontinu). Menurut Imam Al Ghazali, shalat khusyu' adalah shalat yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Yaitu memahami apa yang diucapkan dalam shalat sehingga melahirkan perasaan ta'zhim (hormat), khauf (takut), harap (raja) dan haya (malu) terhadap Allah Swt.. Kesadaran ini disamping akan mendatangkan kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman jiwa, juga akan mampu memotivasi mushalli untuk merealisasikan seluruh janji yang diucapkannya di dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari. Wallah a'lam bi ash-shawwab.
" Muhammad telah naik ke langit tertinggi lalu kembali lagi. Demi Allah aku bersumpah, bahwa kalau aku telah mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi."
Bila kita membaca sejarah Islam, setidaknya ada tiga peristiwa penting yang melatarbelakangi peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi Saw..
Pertama, peristiwa boikot yang dilakukan orang kaum Quraisy kepada seluruh keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy tahu bahwa sumber kekuatan Nabi Saw adalah keluarganya. Oleh karena itu untuk menghentikan dakwah Nabi Saw. sekaligus menyakitinya, mereka sepakat untuk tidak mengadakan perkawinan, transaksi jual beli dan berbicara dengan keluarga bani Hasyim. Mereka juga bersepakat untuk tidak menjenguk yang sakit dan mengantar yang meninggal dunia dari keluarga Bani Hasyim. Boikot ini berlangsung kurang lebih selama tiga tahun. Tentunya boikot selama itu telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan khususnya kepada Nabi Saw. dan umumnya kepada keluarga Bani Hasyim.
Kedua, peristiwa wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Peristiwa ini menjadi sangat penting dalam perjalanan dakwah Nabi Saw. sebab Abu Thalib adalah salah satu paman beliau yang senantiasa mendukung dakwahnya dan melindungi dirinya dari kejahilan kaum Quraisy. Dukungan dan perlindungan Abu Thalib itu tergambar dari janjinya," Demi Allah mereka tidak akan bisa mengusikmu, kecuali kalau aku telah dikuburkan ke dalam tanah." Janji Abu Thalib ini benar. Ketika ia masih hidup tidak banyak orang yang berani mengusik Nabi Muhammad Saw, namun setelah ia wafat kaum Quraisy menjadi leluasa untuk menyakitinya sebagaimana digambarkan dalam awal tulisan ini.
Ketiga, peristiwa wafatnya istri beliau, Siti Khadijah r.a. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah pamannya wafat. Siti Khadijah bagi Nabi Saw. bukan hanya seorang istri yang paling dicintai dan mencintai, tapi juga sebagai sahabat yang senantiasa mendukung perjuangannya baik material maupun spiritual, yang senantiasa bersama baik dalam keadaan suka maupun duka. Oleh karena itu, wafatnya Siti Khadijah menjadi pukulan besar bagi perjuangan Nabi Saw..
Tiga peristiwa yang terjadi secara berurutan itu sangat berpengaruh pada perasaan Rasulullah Saw. ia sedikit sedih dan gundah gulana. Ia merasakan beban dakwah yang ditanggungnya semakin berat. Oleh karena itu para sejarawan menamai tahun ini dengan ámul hujn (tahun kesedihan).
Dalam kondisi seperti itulah kemudian Allah Swt. mengundang Nabi Saw. melalui peristiwa isra dan mi'raj. Isra' adalah peristiwa diperjalankannya Nabi Saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa sedangkan mi'raj merupakan peristiwa dinaikannya Nabi Saw. dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Peristiwa Isra Miraj ini mengajarkan banyak hal kepada Nabi Saw. Dalam perjalanan isra' ia melihat negeri yang diberkahi Allah Swt. dikarenakan di dalamnya pernah diutus para Rasul. Sedangkan dalam perjalanan mi'raj ia melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari, dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkati sekelilingnya, supaya kami perlihatkan ayat-ayat Kami kepadanya. Sesungguhnya Ia Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S Al Isra :1). "Sesungguhnya ia (Muhammad) melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) di waktu yang lain. Yaitu di Sidratul Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha itu diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya ia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar." (Q.S An-Najm : 13-18).
Isra' dan mi'raj merupakan pengalaman keagamaan yang paling istimewa bagi Nabi Muhammad Saw.. Puncaknya terjadi di Sidratul Muntaha. Muhammad Asad menafsirkan Sidratul Muntaha dengan lote-tree farthest limit (pohon lotus yang batasnya paling jauh). Pohon Lotus dalam tradisi Mesir kuno merupakan simbol kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagiaan. Dengan demikian secara simbolik Sidratul Muntaha dapat diartikan sebagai puncak kebahagiaan dan kebijaksanaan.
Kebahagiaan yang dibarengi dengan kebijaksanaan inilah yang kemudian membedakan pengalaman keagamaan Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul dengan kaum sufi sebagai manusia biasa. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh makna Abdul Quddus, seorang sufi Islam besar dari Ganggah, menyatakan,"Muhammad telah naik ke langit yang tinggi lalu kembali lagi. Demi Allah aku bersumpah, bahwa kalau aku telah mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi."
Ketika Nabi Saw. sampai di Sidratul Muntaha, Allah Swt memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya berupa bukti-bukti wujud, keesaan, dan kekuasaan-Nya. Disamping itu diperlihatkan juga surga, neraka, perihal langit, kursi dan 'arasy. Setelah melihat semua itu keyakinan Nabi Saw. terhadap keagungan Allah Swt dan kelemahan alam dihadapan keagungan-Nya semakin kuat. Pada gilirannya keyakinan seperti ini telah melahirkan kesadaran ruhani baru pada dirinya berupa kebijaksanaan (wisdom), ketentraman dan kebahagiaan.
Pada saat itu Nabi Saw. sudah mampu membedakan posisi Tuhan dan alam (manusia). Tuhan adalah sumber kebahagiaan, sementara alam sumber kesusahan dan kesengsaraan. Oleh karena itu menggantungkan semua harapan dan keinginan kepada-Nya akan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki. Sebaliknya menggangtungkan semua harapan dan keinginan kepada alam akan mendatangkan kesengsaraan.
Kebahagian bertemu dan berdialog dengan Dzat yang dicintai dan mencintainya di Sidratul Muntaha tidak menyebabkan Nabi Saw. lupa akan tugas pokonya menebarkan rahmat Allah Swt. melalui dakwahnya. Hal tersebut dikarenakan, kebahagiaannya tersebut telah dibarengi dengan kebijaksanaan sehingga ia mampu membedakan persoalan pokok dengan cabang, prinsip dengan taktik, esensi dengan aksidensi serta alat dengan tujuan. Nabi Saw. sangat sadar bahwa kebahagian yang diperolehnya dalam Isra' dan Mi'raj bukan esensi dan tujuan utama Allah Swt. tetapi itu semua hanya alat untuk mempersiapkan kondisi jiwanya supaya bisa melaksanakan tugas yang lebih berat dari sebelum-sebelumnya. Oleh karena itu, ia meninggalkan kebahagiaan langit yang sedang dinikmatinya itu, kemudian turun ke bumi untuk berjibaku dengan realitas sosial yang penuh dengan tantangan dan penderitaan. Dengan demikian peristiwa isra' mi'raj Nabi Saw. tidak hanya memiliki makna individual tetapi juga memiliki makna sosial.
Disinilah letak perbedaan pengalaman keagamaan rasul dengan seorang sufi, terutama sufi falsafi. Pengalaman keagamaan rasul berdimensi individual dan sosial sedangkan pengalaman keagamaan sufi (mistik) lebih banyak berdimensi individual. Ketika seorang sufi mengalami fana, kondisi kejiwaannya hampir sama dengan kondisi kejiwaan Nabi Saw. ketika diisra' dan dimi'rajkan. Ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Dirinya merasa menyatu dengan Allah Swt.. Ia hanyut dan mabuk dalam pelukan keindahan-Nya.
Pengalaman keagamaan seperti itu telah menyebabkan seorang sufi lupa akan diri dan lingkungannya. Kesadarannya bahwa ia bagian dari alam menjadi hilang. Ia menjadi tidak peduli lagi terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Ia hanya asyik ma'syuk dengan perasaannya sendiri dan terus menyendiri dengan dzikir-dzikirnya. Akibatnya, walaupun ia berdzikir ribuan kali dan mendatangkan ketenangan jiwa, namun semua itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Semakin lama ia berdzikir semakin dalam masuk pada kesadaran dunia mistik. Semakin masuk ke dalam kesadaran dunia mistik, semakin jauh dari realitas kehidupan. Penomena seperti ini dapat menjelaskan perilaku sebagian sufi yang senang mengasingkan diri dari dunia nyata.
Bagaimana dengan Kita ?
Ketika Muhammad Saw. mendapat tantangan berat dalam dakwahnya, ia diundang Allah Swt. melalui peristiwa Isra' dan Mi'raj. Melalui peristiwa ini Allah Swt. mengobati luka hatinya, menghilangkan kesedihannya dan menghibur duka laranya. Akibatnya jiwanya menjadi fresh (segar) dan bahagia kembali. Dalam kondisi jiwa seperti ini kemudian ia kembali ke bumi malanjutkan tugas dakwahnya yaitu menebarkan rahmat Allah Swt. di muka bumi ini. Disinilah, seperti disebutkan di atas, Isra' Mi'raj tidak hanya memiliki makna individual tetapi juga memiliki makna sosial.
Ada pertanyaan, bagaimana bila yang mendapatkan hambatan dakwah itu kita? Bagaimana bila yang mendapat kesusahan dan penderitaan itu kita? Apakah bagi kita masih ada peluang diisra'kan dan dimi'rajkan seperti nabi Muhammad Saw? Jawabannya, tentu tidak mungkin. Lantas apa yang mesti dilakukan bila semua itu terjadi pada kita?
Shalat! Inilah jawaban yang diberikan oleh Nabi Saw.
Isra dan mi'raj adalah salah satu mu'jizat Nabi Muhammad Saw.. Artinya itu hanya diberikan kepadanya tidak mungkin diberikan kepada manusia biasa. Namun demikian, berdasarkan petunjuknya ada amalan bagi orang-orang yang beriman yang memiliki fungsi sama dengan Mi'raj yaitu ibadah shalat. "Shalat itu mi'rajnya orang yang beriman (ash-shalatu mi'rajul mu'minín)" sabdanya.
Shalat secara bahasa berarti do'a. Doa pada hakikatnya merupakan bentuk dialog antara manusia dengan Allah Swt.. Ketika seseorang shalat, hakekatnya ia sedang bertemu dan berdialog dengan Allah Swt.. Oleh karena itu secara hakiki fungsi shalat dan mi'raj sama yaitu bertemu dan berdialog dengan Allah Swt..
Shalat yang benar mesti menghasilkan buah yang sama dengan buah Isra' mi'raj yaitu kesadaran individual dan sosial.
Tujuan utama shalat menurut Al Quran adalah untuk berdzikir (mengingat) kepada Allah Swt (Q.S Thaha : 14). Dzikir atau shalat. bila dilakukan dengan khusyu' akan mendatangkan ketentraman jiwa dan kebahagiaan hidup (Q.S Ar-Ra'du :28; Al Mu'minun : 1-2). Namun demikian, keberhasilan shalat seseorang tidak hanya diukur dari ketenangan dan ketentraman jiwa saja, tetapi mesti dilihat pula pada atsar (bekas) perilaku sosialnya. Menurut Al Quran, shalat yang benar mesti dapat menumbuhkan berbagai macam kebajikan seperti tumbuhnya kesadaran berinfak dan berzakat, kemampuan menghidarkan diri dari perilaku yang sia-sia, kemampuan memelihara diri dari perbuatan zina dan kemampuan memelihara amanat baik dari Allah Swt. ataupun sesama manusia ( Al Mu'minun : 3-8).
Disamping itu, shalat yang benar mesti dapat mengobati sifat kikir dan keluh kesah serta mencegah perbuatan keji dan munkar (Q.S Al Ma'arij : 19-25 ; Al Ankabut: 45). Rasulallah Saw. menyatakan bahwa shalat yang tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar tidak akan menambah apa-apa bagi mushalli (orang yang shalat) kecuali hanya semakin menjauhkan dirinya dari Allah Swt (H.R.Ahmad).
Shalat yang memiliki dimensi individual dan sosial adalah shalat yang dilakukan dengan khusyu' dan dáim (kontinu). Menurut Imam Al Ghazali, shalat khusyu' adalah shalat yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Yaitu memahami apa yang diucapkan dalam shalat sehingga melahirkan perasaan ta'zhim (hormat), khauf (takut), harap (raja) dan haya (malu) terhadap Allah Swt.. Kesadaran ini disamping akan mendatangkan kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman jiwa, juga akan mampu memotivasi mushalli untuk merealisasikan seluruh janji yang diucapkannya di dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari. Wallah a'lam bi ash-shawwab.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
kalau mau membahas ul 18:18 bikin tretnya KEDUNG!
(dulu juga sudah kita bahas, dan sama sekali gak ada cocoknya dengan muhammad)
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:
kalau mau membahas ul 18:18 bikin tretnya KEDUNG!
(dulu juga sudah kita bahas, dan sama sekali gak ada cocoknya dengan muhammad)
Kalau tidak cocok kepada Nabi Muhammad saw, cocoknya kepada siapa? Tidak ada orang lain yang mendapat wahyu Allah yang menyatakan seperti Musa as, kecuali Nabi Muhammad saw.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
maka silakan bikin tretnya!
kalau mau kita bahas.......
intinya disini:
terbkti bahwa isrok mirot hanya klaim/pengakuan Muhammad sendiri
tanpa saksi/bukti apapun
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:
maka silakan bikin tretnya!
kalau mau kita bahas.......
intinya disini:
terbkti bahwa isrok mirot hanya klaim/pengakuan Muhammad sendiri
tanpa saksi/bukti apapun
Tepatnya, klaim Nabi Muhammad saw yang didukung oleh Bible (Ulangan 18:18) dan Al Qur'an (An-Najm 53:3/4).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
gak ada muhammad di bible KEDUNG
dan isrok mirot hanya klaim/pengakuan muhammad sendiri di alquran
tak ada saksi/bukti
dan isrok mirot hanya klaim/pengakuan muhammad sendiri di alquran
tak ada saksi/bukti
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:gak ada muhammad di bible KEDUNG
dan isrok mirot hanya klaim/pengakuan muhammad sendiri di alquran
tak ada saksi/bukti
Yo wes, berarti SEGO ga percaya firman Allah dalam Ulangan 18:18
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Nieh kok dilewatin:
Jagona wrote:@ kedung ......
aku mau nanya dikit ............ dalam ayat 17/1 ada tertulis بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ .......... ini berlaku untuk siapa ? ............. okey
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
mutiiiara wrote:Nieh kok dilewatin:Jagona wrote:@ kedung ......
aku mau nanya dikit ............ dalam ayat 17/1 ada tertulis بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ .......... ini berlaku untuk siapa ? ............. okey
Pengalaman Rohaniah (Kasysyaf) Nabi Muhammad saw itu bukan sekedar tamasya, tetapi menggambarkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada umat dan agama Islam. Perjalanan Nabi saw ke Bait Al Maqdis, Masjid Al Aqsha, mengandung petunjuk bahwa Nabi saw akan hijrah dari Makkah. Dalam kenyataan Nabi saw hijrah ke Madinah. Perlu digaris-bawahi kata-kata yang tercantum di dalam Al Israa' 17:1/2 yang berbunyi:
"Masjid Al Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya."
"Masjid Al Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya."
Apabila direnungkan dengan seksama, maka kalimat بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ lebih mengena kepada Masjid Nabawi di Medinah, karena Masjid Al Aqsha pada waktu itu belum ada, melainkan Bait Al Maqdis, yakni Haikal Sulaiman as. "Aqsha" bukan nama. Arti "Masjid Al Aqsha" adalah "Masjid yang jauh" atau "Masjid yang terjauh". Jarak dari Makkah ke Madinah memang hanya ratusan kilometer. Namun, hal-hal yang dapat dikaji di sini sebelum Islam sampai ke Bait Al Maqdis, Masjid Nabawi sudah dibangun apa yang dikatakan بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ menjadi kenyataan sejarah di kota Madinah.
Semenjak Nabi saw hijrah, sampai sekarang Madinah telah menjadi tempat yang "Kami berkati sekelilingnya" yang tak pernah putus. Islam berkembang dari Madinah. Kota ini menjadi tempat ditegakkannya Khilafat Ala Minhajjin-Nubuwwah (Khilafat Rasyidah atau Khulafa-il-Mahidiyyin-ar-Rasyidin) yang menjadi lambang kejayaan Islam. Secara khusus Masjid ini kian menjadi megah. Sekarang telah diperluas, diremajakan dan diperindah. Secara fisik jelas mengagumkan dan menarik, secara rohani selalu penuh dengan insan-insan pemuja dan penyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yakni kaum muslimin dan mukminin dari seluruh penjuru dunia. Makam Rasulullah saw berada di Masjid Nabawi, Madinah. Makam para sahabat ra, orang-orang suci, para waliullah berada di Madinah. Menerapkan "Kami berkati sekelilingnya" yang dikatakan Al Israa'/Bani Israil 17:1/2 itu pada Madinah ada buktinya, hidup dalam kenyataan, bukan khayalan. Tidak cocok dimasa ini apabila dinisbahkan kepada Bait Al Maqdis atau Masjid Al Aqsha yang ada di Israel sekarang. Malah sekarang, ibukota negara orang-orang Yahudi itu tidak sesuai dengan kalimat "Kami berkati sekelilingnya" untuk tempat yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi, Bani Israil atau negaranya.
Inilah salah-satu HIKMAH DIBALIK KISAH ISRAA' DAN MI'RAJ.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
lagi-lagi mlintir, ayat tak terkait isra miraj dibawa-bawa.
Perjalanan fisik nabi ke masa depan itu BUKAN tamasya, tapi untuk menerima perintah Allah tentang SYARIAT bagi umat nabi Muhammad, yakni perintah sholat 5 waktu, dan penjelasan tentang ciri-ciri penghuni surga dan neraka.
Selain itu juga HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
Perjalanan fisik nabi ke masa depan itu BUKAN tamasya, tapi untuk menerima perintah Allah tentang SYARIAT bagi umat nabi Muhammad, yakni perintah sholat 5 waktu, dan penjelasan tentang ciri-ciri penghuni surga dan neraka.
Selain itu juga HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
mutiiiara wrote:lagi-lagi mlintir, ayat tak terkait isra miraj dibawa-bawa.
Perjalanan fisik nabi ke masa depan itu BUKAN tamasya, tapi untuk menerima perintah Allah tentang SYARIAT bagi umat nabi Muhammad, yakni perintah sholat 5 waktu, dan penjelasan tentang ciri-ciri penghuni surga dan neraka.
Selain itu juga HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
Pertanyaannya: بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ berlaku untuk siapa ?
Jawabannya: Berlaku untuk Masjid Nabawi di Madinah.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Kedunghalang wrote:mutiiiara wrote:Nieh kok dilewatin:Jagona wrote:@ kedung ......
aku mau nanya dikit ............ dalam ayat 17/1 ada tertulis بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ .......... ini berlaku untuk siapa ? ............. okeyPengalaman Rohaniah (Kasysyaf) Nabi Muhammad saw itu bukan sekedar tamasya, tetapi menggambarkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada umat dan agama Islam. Perjalanan Nabi saw ke Bait Al Maqdis, Masjid Al Aqsha, mengandung petunjuk bahwa Nabi saw akan hijrah dari Makkah. Dalam kenyataan Nabi saw hijrah ke Madinah. Perlu digaris-bawahi kata-kata yang tercantum di dalam Al Israa' 17:1/2 yang berbunyi:
"Masjid Al Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya."
hi hi hi ...... keliru ....... masjidnya aja belum ada masa diberkati, kamu menganggap ALLAH lupa yaaa .......... yang perlu dibarkahi adalah muhammad yang melakukan perjalanan ke masjidil aqsha di sidratul muntaha. makanya disebut mesjid yang paling jauh dari masjidil haraam sampai kapanpun ...... okey
Apabila direnungkan dengan seksama, maka kalimat بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ lebih mengena kepada Masjid Nabawi di Medinah, karena Masjid Al Aqsha pada waktu itu belum ada, melainkan Bait Al Maqdis, yakni Haikal Sulaiman as. "Aqsha" bukan nama. Arti "Masjid Al Aqsha" adalah "Masjid yang jauh" atau "Masjid yang terjauh". Jarak dari Makkah ke Madinah memang hanya ratusan kilometer. Namun, hal-hal yang dapat dikaji di sini sebelum Islam sampai ke Bait Al Maqdis, Masjid Nabawi sudah dibangun apa yang dikatakan بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ menjadi kenyataan sejarah di kota Madinah.Semenjak Nabi saw hijrah, sampai sekarang Madinah telah menjadi tempat yang "Kami berkati sekelilingnya" yang tak pernah putus. Islam berkembang dari Madinah. Kota ini menjadi tempat ditegakkannya Khilafat Ala Minhajjin-Nubuwwah (Khilafat Rasyidah atau Khulafa-il-Mahidiyyin-ar-Rasyidin) yang menjadi lambang kejayaan Islam. Secara khusus Masjid ini kian menjadi megah. Sekarang telah diperluas, diremajakan dan diperindah. Secara fisik jelas mengagumkan dan menarik, secara rohani selalu penuh dengan insan-insan pemuja dan penyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yakni kaum muslimin dan mukminin dari seluruh penjuru dunia. Makam Rasulullah saw berada di Masjid Nabawi, Madinah. Makam para sahabat ra, orang-orang suci, para waliullah berada di Madinah. Menerapkan "Kami berkati sekelilingnya" yang dikatakan Al Israa'/Bani Israil 17:1/2 itu pada Madinah ada buktinya, hidup dalam kenyataan, bukan khayalan. Tidak cocok dimasa ini apabila dinisbahkan kepada Bait Al Maqdis atau Masjid Al Aqsha yang ada di Israel sekarang. Malah sekarang, ibukota negara orang-orang Yahudi itu tidak sesuai dengan kalimat "Kami berkati sekelilingnya" untuk tempat yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi, Bani Israil atau negaranya.
Inilah salah-satu HIKMAH DIBALIK KISAH ISRAA' DAN MI'RAJ.
ini kaitannya dengan doa nabi Ibrahim, bukan dengan israa mi'raj ...... okey
Jagona- KAPTEN
-
Age : 78
Posts : 4039
Kepercayaan : Islam
Location : Banten
Join date : 08.01.12
Reputation : 18
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Jagona wrote:Kedunghalang wrote:mutiiiara wrote:Nieh kok dilewatin:Jagona wrote:@ kedung ......
aku mau nanya dikit ............ dalam ayat 17/1 ada tertulis بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ .......... ini berlaku untuk siapa ? ............. okeyPengalaman Rohaniah (Kasysyaf) Nabi Muhammad saw itu bukan sekedar tamasya, tetapi menggambarkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada umat dan agama Islam. Perjalanan Nabi saw ke Bait Al Maqdis, Masjid Al Aqsha, mengandung petunjuk bahwa Nabi saw akan hijrah dari Makkah. Dalam kenyataan Nabi saw hijrah ke Madinah. Perlu digaris-bawahi kata-kata yang tercantum di dalam Al Israa' 17:1/2 yang berbunyi:
"Masjid Al Aqsha yang Kami berkati sekelilingnya."
hi hi hi ...... keliru ....... masjidnya aja belum ada masa diberkati, kamu menganggap ALLAH lupa yaaa .......... yang perlu dibarkahi adalah muhammad yang melakukan perjalanan ke masjidil aqsha di sidratul muntaha. makanya disebut mesjid yang paling jauh dari masjidil haraam sampai kapanpun ...... okey
Sejak lahir sampai meninggal bahkan hingga sekarang, bahkan sampai Hari Kiamat, Nabi Muhammad saw itu senantiasa diberkahi Allah. Tetapi yang dimaksud بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ dalam Al Israa 17:1/2 adalah "masjid al aqsha atau masjid yang kauh Kami berkati sekelilingnya." yang berlaku untuk Masjid Nabawi di Madinah, bukan Masjid Al Aqsha yang ketika Israa' belum ada. Silahkan baca dengan seksama dalam penjelasan berikut ini:
Jagona wrote:Kedunghalang wrote:Apabila direnungkan dengan seksama, maka kalimat بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ lebih mengena kepada Masjid Nabawi di Medinah, karena Masjid Al Aqsha pada waktu itu belum ada, melainkan Bait Al Maqdis, yakni Haikal Sulaiman as. "Aqsha" bukan nama. Arti "Masjid Al Aqsha" adalah "Masjid yang jauh" atau "Masjid yang terjauh". Jarak dari Makkah ke Madinah memang hanya ratusan kilometer. Namun, hal-hal yang dapat dikaji di sini sebelum Islam sampai ke Bait Al Maqdis, Masjid Nabawi sudah dibangun apa yang dikatakan بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ menjadi kenyataan sejarah di kota Madinah.Semenjak Nabi saw hijrah, sampai sekarang Madinah telah menjadi tempat yang "Kami berkati sekelilingnya" yang tak pernah putus. Islam berkembang dari Madinah. Kota ini menjadi tempat ditegakkannya Khilafat Ala Minhajjin-Nubuwwah (Khilafat Rasyidah atau Khulafa-il-Mahidiyyin-ar-Rasyidin) yang menjadi lambang kejayaan Islam. Secara khusus Masjid ini kian menjadi megah. Sekarang telah diperluas, diremajakan dan diperindah. Secara fisik jelas mengagumkan dan menarik, secara rohani selalu penuh dengan insan-insan pemuja dan penyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yakni kaum muslimin dan mukminin dari seluruh penjuru dunia. Makam Rasulullah saw berada di Masjid Nabawi, Madinah. Makam para sahabat ra, orang-orang suci, para waliullah berada di Madinah. Menerapkan "Kami berkati sekelilingnya" yang dikatakan Al Israa'/Bani Israil 17:1/2 itu pada Madinah ada buktinya, hidup dalam kenyataan, bukan khayalan. Tidak cocok dimasa ini apabila dinisbahkan kepada Bait Al Maqdis atau Masjid Al Aqsha yang ada di Israel sekarang. Malah sekarang, ibukota negara orang-orang Yahudi itu tidak sesuai dengan kalimat "Kami berkati sekelilingnya" untuk tempat yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi, Bani Israil atau negaranya.
Inilah salah-satu HIKMAH DIBALIK KISAH ISRAA' DAN MI'RAJ.
ini kaitannya dengan doa nabi Ibrahim, bukan dengan israa mi'raj ...... okey
Doa Nabi Ibrahim as yang mana ayatnya? Judul Surahnya saja Al Israa', kenapa tidak harus ada kaitannya dengan Israa'?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
buktikan dulu..
peistiwa isrok mirot itu ada/tidak!
dalam arti benar-benar terjadi atau hanya klaim muhammad
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:
buktikan dulu..
peistiwa isrok mirot itu ada/tidak!
dalam arti benar-benar terjadi atau hanya klaim muhammad
Islam sudah dan sedang terus tersebar dan berkembang ke seluruh pelosok dunia.
Banyak umat para nabi terdahulu memasuki agama Allah/Islam.
Umat Islam bersyahadat dan shalat lima waktu.
Masjid Nabawi yang diberkati Allah dengan kemajuan jasmaniah dan ruhaniah.
Semua bukti-bukti di atas adalah yang telah dinubuatkan dalam Al Israa' dan Mi'raj.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
ngalor ngidul
gak menjawab pertanyaan
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:
ngalor ngidul
gak menjawab pertanyaan
Pasti SEGO memikirkan Mi'raj & Israa' secara fisik.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
fisik/non fisik hanya klaim muhammad
tak ada saksi/bukti; buktikan dulu bahwa itu ada/terjadi
baru bicara hikmah
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:
fisik/non fisik hanya klaim muhammad
tak ada saksi/bukti; buktikan dulu bahwa itu ada/terjadi
baru bicara hikmah
Mi'raj dan Israa' Nabi saw berupa firman Allah secara kasysyaf/ru'ya terdapat dalam Al Qur'an (An-Najm 53:11/12 & Al Israa' 17:60/61) yang di dalamnya terkandung nubuatan-nubuatan, bukan hanya klaim Nabi Muhammad saw, karena beliau saw tidak berkata-kata menurut kehendak nafsunya, melainkan firman Allah yang beliau saw sampaikan lagi (An-Najm 53:3/4-4/5). Tuhan Allah berfirman kepada Musa as, "seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara segala saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya." (Ulangan 18:18).
Gambaran seorang nabi yang seperti Musa as yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:18, tergenapi dalam wujud Nabi Muhammad saw yang juga menerima wahyu sebagai konfirmasinya: "Sesungguhnya, Kami telah mengirimkan kepada kalian seorang rasul, yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Fir'aun." (Al Muzzammil 73:15/16).
Hikmah Mi'raj dan Israa' adalah tergenapinya nubuatan-nubuatan antara lain:
Islam telah sedang dan akan terus berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Banyaknya umat para nabi terdahulu yang memasuki agama Allah/Islam, berbondong-bondong.
Umat Islam bersyahadat dan shalat lima waktu dinubuatkan sewaktu Mi'raj.
Masjid Nabawi yang diberkati Allah dengan kemajuan jasmaniah dan ruhaniah.
Semua bukti-bukti di atas adalah hikmah sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Al Israa' dan Mi'raj.
Gambaran seorang nabi yang seperti Musa as yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:18, tergenapi dalam wujud Nabi Muhammad saw yang juga menerima wahyu sebagai konfirmasinya: "Sesungguhnya, Kami telah mengirimkan kepada kalian seorang rasul, yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Fir'aun." (Al Muzzammil 73:15/16).
Hikmah Mi'raj dan Israa' adalah tergenapinya nubuatan-nubuatan antara lain:
Islam telah sedang dan akan terus berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Banyaknya umat para nabi terdahulu yang memasuki agama Allah/Islam, berbondong-bondong.
Umat Islam bersyahadat dan shalat lima waktu dinubuatkan sewaktu Mi'raj.
Masjid Nabawi yang diberkati Allah dengan kemajuan jasmaniah dan ruhaniah.
Semua bukti-bukti di atas adalah hikmah sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Al Israa' dan Mi'raj.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Allah itu tuhan Sang Pencipta yang asli, jadi akan SANGAT ILMIAH.
sehingga HIKMAH isra miraj itu selain perintah Sholat yang juga terbukti secara medis benar dan bermanfaat secara ilmiah, juga ini:
HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
karena nabi pun, sebagai manusia, pernah dan bisa melakukan perjalanan fisik mengarungi luar angkasa dan menjelajahi dimensi waktu ke masa depan.
sehingga HIKMAH isra miraj itu selain perintah Sholat yang juga terbukti secara medis benar dan bermanfaat secara ilmiah, juga ini:
HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
karena nabi pun, sebagai manusia, pernah dan bisa melakukan perjalanan fisik mengarungi luar angkasa dan menjelajahi dimensi waktu ke masa depan.
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
mutiiiara wrote:Allah itu tuhan Sang Pencipta yang asli, jadi akan SANGAT ILMIAH.
sehingga HIKMAH isra miraj itu selain perintah Sholat yang juga terbukti secara medis benar dan bermanfaat secara ilmiah, juga ini:
HIKMAH bahwa Allah telah menganugerahi manusia KEKUATAN akal dan pikiran, sehingga jika mau bekerja keras, maka akan mampu mengarungi luar angkasa dan menjelajah dimensi waktu.
karena nabi pun, sebagai manusia, pernah dan bisa melakukan perjalanan fisik mengarungi luar angkasa dan menjelajahi dimensi waktu ke masa depan.
Bekal kekuatan akal dan pikiran manusia jika mau bekerja keras dapat saja dilibatkan dalam pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia dan Amerika berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka telah diberitahu oleh Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui (Ar-Rahman 55:33/34) bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet saja yang terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya, termasuk lapisan langit dan dimensi waktu kepunyaan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya oleh kekuatan manusia.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
itu adalah tafsir terbodoh yang pernah ada, kok manusia ahmadiyah ini mau membatasi kemampuan manusia, sedangkan Allah sendiri justru menganugerahkan kepada manusia KEKUATAN untuk menjelajah luar angkasa dan dimensi waktu.
semoga tak semua ahmadiyah menafsir bodoh seperti kamu, kalau itu tafsir resmi ahmadiyah, maka jelaslah sudah kesesatan ahmadiyah itu.
bukan tuhan, tapi sudah nekad mau membatasi apa yang tidak Allah batasi.
Kejarlah dunia seolah kamu mau hidup selamanya, dan kejarlah akherat seolah kamu mau mati esok hari.
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
kami berlepas diri dari kesesatan kamu.
semoga tak semua ahmadiyah menafsir bodoh seperti kamu, kalau itu tafsir resmi ahmadiyah, maka jelaslah sudah kesesatan ahmadiyah itu.
bukan tuhan, tapi sudah nekad mau membatasi apa yang tidak Allah batasi.
Kejarlah dunia seolah kamu mau hidup selamanya, dan kejarlah akherat seolah kamu mau mati esok hari.
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
kami berlepas diri dari kesesatan kamu.
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
mutiiiara wrote:itu adalah tafsir terbodoh yang pernah ada, kok manusia ahmadiyah ini mau membatasi kemampuan manusia, sedangkan Allah sendiri justru menganugerahkan kepada manusia KEKUATAN untuk menjelajah luar angkasa dan dimensi waktu.
semoga tak semua ahmadiyah menafsir bodoh seperti kamu, kalau itu tafsir resmi ahmadiyah, maka jelaslah sudah kesesatan ahmadiyah itu.
bukan tuhan, tapi sudah nekad mau membatasi apa yang tidak Allah batasi.
Kejarlah dunia seolah kamu mau hidup selamanya, dan kejarlah akherat seolah kamu mau mati esok hari.
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.
kami berlepas diri dari kesesatan kamu.
"Sesungguhnya, Tuhan engkau, Dia-lah Yang Lebih Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah Yang Lebih Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (Al Qalam 68:7/8).
Apa anda merasa setara atau lebih tahu daripada Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Apakah anda lebih mengetahui daripada Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui yang memberitahukan kepada kita bahwa Mi'raj dan Israa' Nabi Muhammad saw itu adalah salah-satu cara Allah mewahyukan di belakang tabir / hijab, yakni kasysyaf/ru'ya (Al Israa' 17:60/61 & An-Najm 53:111/12).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
Kedunghalang wrote:SEGOROWEDI wrote:
fisik/non fisik hanya klaim muhammad
tak ada saksi/bukti; buktikan dulu bahwa itu ada/terjadi
baru bicara hikmahMi'raj dan Israa' Nabi saw berupa firman Allah secara kasysyaf/ru'ya terdapat dalam Al Qur'an (An-Najm 53:11/12 & Al Israa' 17:60/61) yang di dalamnya terkandung nubuatan-nubuatan, bukan hanya klaim Nabi Muhammad saw, karena beliau saw tidak berkata-kata menurut kehendak nafsunya, melainkan firman Allah yang beliau saw sampaikan lagi (An-Najm 53:3/4-4/5). Tuhan Allah berfirman kepada Musa as, "seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara segala saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya." (Ulangan 18:18).
Gambaran seorang nabi yang seperti Musa as yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:18, tergenapi dalam wujud Nabi Muhammad saw yang juga menerima wahyu sebagai konfirmasinya: "Sesungguhnya, Kami telah mengirimkan kepada kalian seorang rasul, yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Fir'aun." (Al Muzzammil 73:15/16).
Hikmah Mi'raj dan Israa' adalah tergenapinya nubuatan-nubuatan antara lain:
Islam telah sedang dan akan terus berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Banyaknya umat para nabi terdahulu yang memasuki agama Allah/Islam, berbondong-bondong.
Umat Islam bersyahadat dan shalat lima waktu dinubuatkan sewaktu Mi'raj.
Masjid Nabawi yang diberkati Allah dengan kemajuan jasmaniah dan ruhaniah.
Semua bukti-bukti di atas adalah hikmah sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Al Israa' dan Mi'raj.
a-z klaim..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
SEGOROWEDI wrote:Kedunghalang wrote:SEGOROWEDI wrote:
fisik/non fisik hanya klaim muhammad
tak ada saksi/bukti; buktikan dulu bahwa itu ada/terjadi
baru bicara hikmahMi'raj dan Israa' Nabi saw berupa firman Allah secara kasysyaf/ru'ya terdapat dalam Al Qur'an (An-Najm 53:11/12 & Al Israa' 17:60/61) yang di dalamnya terkandung nubuatan-nubuatan, bukan hanya klaim Nabi Muhammad saw, karena beliau saw tidak berkata-kata menurut kehendak nafsunya, melainkan firman Allah yang beliau saw sampaikan lagi (An-Najm 53:3/4-4/5). Tuhan Allah berfirman kepada Musa as, "seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara segala saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya." (Ulangan 18:18).
Gambaran seorang nabi yang seperti Musa as yang dinubuatkan dalam Ulangan 18:18, tergenapi dalam wujud Nabi Muhammad saw yang juga menerima wahyu sebagai konfirmasinya: "Sesungguhnya, Kami telah mengirimkan kepada kalian seorang rasul, yang menjadi saksi atas kalian, sebagaimana Kami telah mengirimkan seorang rasul kepada Fir'aun." (Al Muzzammil 73:15/16).
Hikmah Mi'raj dan Israa' adalah tergenapinya nubuatan-nubuatan antara lain:
Islam telah sedang dan akan terus berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Banyaknya umat para nabi terdahulu yang memasuki agama Allah/Islam, berbondong-bondong.
Umat Islam bersyahadat dan shalat lima waktu dinubuatkan sewaktu Mi'raj.
Masjid Nabawi yang diberkati Allah dengan kemajuan jasmaniah dan ruhaniah.
Semua bukti-bukti di atas adalah hikmah sebagai penggenapan nubuatan-nubuatan dalam Al Israa' dan Mi'raj.
a-z klaim..
Klaim atas perintah Allah, Tuhan Yang Menciptakan dan Memelihara Sekalian Alam.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: hikmah di balik kisah isra' mi'raj
itu klaim muhammad..
bahwa ia diperjalankan blablabla
padahal hanya ngringkuk di masid haram (versi lain (me)tidur(i) umi hanum
bahwa ia diperjalankan blablabla
padahal hanya ngringkuk di masid haram (versi lain (me)tidur(i) umi hanum
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 5 dari 12 • 1, 2, 3, 4, 5, 6 ... 10, 11, 12
Similar topics
» HIKMAH DARI KISAH PERJALANAN ISRA DAN MI’RAJ
» Isra - Miraj atau Miraj - Isra ?
» sejarah isra miraj
» Hari Isra Miraj, dua masjid dibakar di Inggris
» hikmah di balik musibah
» Isra - Miraj atau Miraj - Isra ?
» sejarah isra miraj
» Hari Isra Miraj, dua masjid dibakar di Inggris
» hikmah di balik musibah
Halaman 5 dari 12
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik