kenapa Sholat menghadap Ka'bah?

First topic message reminder :

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)
Mendirikan Shalat
Shalat adalah cara sembahyang agama bangsa Arab yang pada waktu
melakukannya yaitu ruku' dan sujud harus menghadap ke Ka'bah di Mekkah. (hal.
33)

Orang-orang yang bodoh di antara manusia akan berkata: "Apakah
gerangan (sebabnya) mereka (orang Islam) beralih dan kiblat mereka semula (dari
Baitul Maqdis ke Masjidil Haram?) Katakanlah Timur dan Barat kepunyaan Allah.
Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
(Surat 2 Al Baqarah ayat 142). (hal. 34).

Mengapa shalat agama bangsa
Arab harus mengahadap ke arah Ka'bah di Mekkah? Karena Ka'bah adalah tempat
tinggal Allah yaitu rumah Allah sebagaimana yang disebut dalam Surat 22 Al Hajj
ayat 26.

"Dan (ingatlah) ketika Kami tempatkan Ibrahim pada tempat
Baitullah (dengan firman): janganlah engkau menyekutukan Aku dengan sesuatu, dan
sucikanlah rumahKu (Ka'bah) untuk orang-orang yang tinggal (itikaf) dan
orang-orang yang ruku dan sujud (shalat)". (Surat 22 Al Hajj ayat 26). (hal.
35).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)
Dengan
mengatakan bahwa shalat adalah ruku' dan sujud menghadap Ka'bah, membuktikan
bahwa Himar Amos belum pernah belajar Islam dengan baik. Mungkin pengakuannya
bahwa dia adalah mantan muslim yang pernah menunaikan ibadah haji tahun 1983
adalah kebohongan yang besar, untuk mengelabuhi umat Islam. Tujuannya, agar kaum
muslimin mudah dipengaruhinya sehingga mengikuti jejaknya murtad ke
Kristen.

Ibadah shalat itu bukan hanya ruku' dan sujud saja, seperti
anggapan Himar Amos. Shalat adalah ibadah umat Islam kepada Allah yang terdiri
dari bacaan-bacaan dan amalan-amatan tertentu sesuai dengan tuntunan Al Qur'an
dan Hadits, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Inilah
definisi shalat yang benar. Sekali lagi, shalat bukan hanya ruku' dan sujud
saja.

Selanjutnya, dengan disebutkannya kata 'Ka'bah Baitullah (rumah
Allah)', Himar Amos menuding bahwa umat Islam shalat menghadap Ka'bah karena
Ka'bah adalah rumah tinggal Allah. Ini membuktikan bahwa dia tidak mengerti
'gaya bahasa'.

Kata Baitullah (bait Allah/rumah Allah) dipahami oleh Amos
bahwa kalau begitu, Allah itu punya rumah tempat tinggal. Karena disebutkan
dalam Al Qur'an bahwa Ka'bah adalah Baitullah, maka Amos memahamkan bahwa kalau
begitu, Allah itu bertempat tinggal, makan, minum dan tidur dalam Ka'bah di
Mekkah. Inilah pemahaman orang yang sangat tidak cerdas. Mungkin Legion (roh-roh
jahat) sedang merasuki Himar Amos.

Dalam Al Qur'an ada istilah abdullah
(hamba Allah), aduwwullah (musuh Allah), ansharullah (penolong Allah), dan
tain-lain. Kalau sistem berpikir Himar Amos dipakai untuk memahami
Istilah-istllah tersebut, pastilah akan negatif jadinya.

a. Abdullah
(hamba Allah)

Adanya istilah hamba, berarti ada pula istilah tuan atau
juragan. Tapi, adanya Istilah hamba Allah bukan berarti bahwa Allah itu
juragan/boss yang memperkerjakan makhluk-Nya karena tenaga dan kemampuan Allah
sangat terbatas. Hamba Allah berarti para nabi dan orang-orang saleh yang
berbuat kebajikan dengan ikhlas (Qs. 4:172, 19:30, 37:40,74,128 dan
72:19).

b. Aduwwullah (musuh Allah)

Adanya istilah 'musuh Allah'
bukan berarti bahwa Allah itu sumber keonaran yang selalu membuat permusuhan,
bukan! Sebab istilah 'musuh Allah' berarti orang-orang musrik, kafir dan
pengkhianat yang mempersekutukan Allah dengan yang lain (Qs. 8:60 dan
9:114).

c. Ansharullah (penolong Allah)

Istilah ini juga bukan
bearti bahwa Allah itu serba kekurangan sehingga perlu bantuan dari regu
penolong dari manusia. Sebab Istilah 'penolong Allah' berarti orang-orang
beriman yang memperjuangkan agama Allah (jihad fii sabiilillah) (Qs. 3:10 dan
61:14).

Kembali kepada istilah Baitullah (rumah Allah). Istilah ini
terbatas kepada satu pengertian 'rumah ibadah kepunyaan Allah' saja, bukan rumah
tempat tinggal Allah.

Istilah Baitullah (rumah Allah) dipakai untuk
membedakan rumah ibadah dengan rumah-rumah lain milik manusia, seperti: rumah
sakit, rumah bersalin, rumah makan, rumah kontrakan dan
lain-lain.

Baitullah (rumah Allah) adalah rumah suci untuk beribadah
kepada Allah. Karena rumah yang suci ini digunakan untuk beribadah kepada Allah,
maka tidak boleh dikontrakkan, diperjual-belikan dan dibisniskan.

Beda
Islam dan Kristen

Dalam Islam, ditegaskan ajaran Tauhid kepada Allah,
bahwa Allah itu Maha Esa, tidak dipengaruhi dan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ajaran tauhid inilah yang membedakan Islam dengan Kristen.

Dalam
Bibel, Tuhan masih dibatasi oleh ruang dan waktu, bisa dilihat, diajak ngobrol,
makan-makan, bisa disiksa dan dibunuh sampai mati teler di tiang
salib.

Dijelaskan dalam Bibel (Alkitab), kilab suci Kristen, bahwa Tuhan
adalah Roh (Yohanes 4:24) yang menjelma menjadi Yesus (Yohanes 1: 14). Dalam
penjelmaan (inkarnasi) ini, Tuhan berubah ujud menjadi janin yang dikandung oleh
Maria (Siti Maryam), lalu dilahirkan melalui liang kemaluan
Maria.

Kemudian Tuhan Yesus dilahirkan, lalu dibesarkan oleh
lingkungannya. Setelah dewasa, Tuhan (Yesus) dicobai oleh iblis (Matius 4:1 dan
Lukas 4:2). Setelah lulus dari permainan iblis, Tuhan Yesus ditangkap oleh
penguasa Romawi lalu dianiaya tiada berdaya. Akhirnya, Tuhan Yesus menghembuskan
nafasnya yang terakhir di atas gantungan tiang salib dengan memakai secarik kain
yang menutupi auratnya dengan ditonton oleh massa yang sangat banyak.Tragis
sekali!!

Itulah konsep Bibel tentang ketuhanan.TuhanYesus Juru Selamat
mereka masih dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga mati disalib

SEGOROWEDI wrote:
kaabah gak hanya simbol
tetapi memang benda yang disujudi/disembah

[justify]
lhaah.. lhaaaah.. delusi lagi.. tapee deeeech..

diem dulu aja dech, biar saya bicara dulu sama @jakajaya.. ok..

jakajayagiri-2 wrote:
Betul.

Kalau salibnya nempel di dinding gimana mau nginjak2 ya?
Lagipula, bahkan foto keluarga pun sebaiknya juga gak diinjak2.


Ah..ngapain nginjak2 mimbar...rusak ntar...biasanya kayunya tipis atau malah terbuat dr acrilic. Pakai tangga lipat aja gampang.


Faktanya, salib tidak pernah dijadikan pusat arah penyembahan. Tidak pula dipuja2 bendanya.
Bahkan banyak juga gereja yg tidak menempatkan simbol salib di arah depan jemaat, baik di mimbar maupun di dinding belakang mimbar. Dalam menyembah Tuhan, umat kristen bebas saja kok; mau menghadap salib (agar lebih konsen) atau tidak menghadap salib. Krn salib hanyalah simbol.

Maksud saya, memang lebih baik menggunakan tangga lipat.
Inikan hanya contoh saja, misalkan tangga lipatnya tidak ada, terus mimbar ceramahnya kuat untuk diinjak.
Gimana?

EbisuSensei wrote:

jakajayagiri-2 wrote:
Betul.

Kalau salibnya nempel di dinding gimana mau nginjak2 ya?
Lagipula, bahkan foto keluarga pun sebaiknya juga gak diinjak2.


Ah..ngapain nginjak2 mimbar...rusak ntar...biasanya kayunya tipis atau malah terbuat dr acrilic. Pakai tangga lipat aja gampang.


Faktanya, salib tidak pernah dijadikan pusat arah penyembahan. Tidak pula dipuja2 bendanya.
Bahkan banyak juga gereja yg tidak menempatkan simbol salib di arah depan jemaat, baik di mimbar maupun di dinding belakang mimbar. Dalam menyembah Tuhan, umat kristen bebas saja kok; mau menghadap salib (agar lebih konsen) atau tidak menghadap salib. Krn salib hanyalah simbol.

Maksud saya, memang lebih baik menggunakan tangga lipat.
Inikan hanya contoh saja, misalkan tangga lipatnya tidak ada, terus mimbar ceramahnya kuat untuk diinjak.
Gimana?

Gak masalah kok...bahkan seandainya di sisi depan mimbar itu ada simbol salib sekalipun. Namanya juga darurat.

jakajayagiri-2 wrote:
Gak masalah kok...bahkan seandainya di sisi depan mimbar itu ada simbol salib sekalipun. Namanya juga darurat.

Naah gitu doong..

Dalam kasus Kabah, bisa disamakan dengan mimbar ceramah tersebut.
Kabah juga terpaksa harus diinjak2 juga, misalkan pernah tuh atapnya bocor, atau mengganti kain penutup. Oleh orang banyak lagi..

Mimbar ceramah hanya untuk ruangan itu saja kan?
Sedangkan Kabah, yang dianggap ruangan adalah planet bumi.

Kamu tadi sudah mengakui bahwa penentuan tata letak mimbar ceramah tersebut, ditentukan oleh manusia, dan tidak ada masalah.
Apalagi yang menentukan letak mimbar ceramah tersebut adalah Tuhan sendiri.

Sampe disini paham?

Oh ya..

Saya lupa menyampaikan bahwa Kabah adalah simbolisasi arah dan bukannya simbolisasi personal.

EbisuSensei wrote:

jakajayagiri-2 wrote:
Gak masalah kok...bahkan seandainya di sisi depan mimbar itu ada simbol salib sekalipun. Namanya juga darurat.

Naah gitu doong..

Dalam kasus Kabah, bisa disamakan dengan mimbar ceramah tersebut.
Kabah juga terpaksa harus diinjak2 juga, misalkan pernah tuh atapnya bocor, atau mengganti kain penutup. Oleh orang banyak lagi..

Saya sih gak pernah mempersoalkan kabah secara sbg bangunan yg bisa diinjak2 atau tidak.
Yg dr awal saya persoalkan adalah adanya fakta bahwa arah penyembahan harus ke satu titik (yg kebetulan saja titik itu adalah kabah), sedangkan katanya kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan. Kontradiksi itulah yg saya bahas.

Mimbar ceramah hanya untuk ruangan itu saja kan?
Sedangkan Kabah, yang dianggap ruangan adalah planet bumi.

Mimbar ceramah bukan titik arah umat kristen menymbah. Mimbar hanyalah tempat pendeta berdiri untuk menyampaikan kotbah. Tentu saja posisinya di arah depan jemaat, tapi tidak selalu di tengah2, bisa juga agak ke samping. Bahkan tanpa mimbar pun tidak masalah.

Kamu tadi sudah mengakui bahwa penentuan tata letak mimbar ceramah tersebut, ditentukan oleh manusia, dan tidak ada masalah.
Apalagi yang menentukan letak mimbar ceramah tersebut adalah Tuhan sendiri.

Nah itu yg persoalkan. Kalau diakui bahwa perintah menghadap kabah dr Tuhan, kemudian pernyataan "kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan" juga berasal dr Tuhan...kenapa bisa kontradiktif?

Saya ulangi, kalo di gereja itu kan temapt duduknya semua teratur kan ya?
Maksud saya tidak kacau tempat duduknya.

Saya ulangi lagi, sebagaimana keteraturan tempat duduk di dalam gereja, maka Kabahpun demikian.
Hanya yang dianggap ruangan adalah planet bumi.

Bolehkan, karena suatu sebab, misalkan kakimu sakit sehingga sulit dilipat. Maka dengan terpaksa kamu duduk tidak menghadap pendeta.
Begitu juga dengan kasus Kabah.

Jadi intinya, itu hanya untuk masalah keteraturan/penyatuan saja. Bayangkan saja keteraturannya, untuk satu planet, ketika manusia berjuta2 melakukan sembahyang bersama.

Kalo masalah kontradiksi tidak ada hubungannya.
Karena dalam kondisi2 tertentu, arah Kabah dapat diabaikan.

Karena dimana Tuhan tidak diketahui oleh manusia, maka ditentukanlah Kabah sebagai simbolisasi arah.

EbisuSensei wrote:Saya ulangi, kalo di gereja itu kan temapt duduknya semua teratur kan ya?
Maksud saya tidak kacau tempat duduknya.

Kok ulangi sih? kapan Anda pernah bicara soal tempat duduk? Anda sedari tadi bicara soal mimbar kok.
Awalnya anda membandingkan kabah (satu titik) dengan mimbar (satu titik juga).
Tiba2 anda merubah analoginya. Kenapa?

Saya ulangi lagi, sebagaimana keteraturan tempat duduk di dalam gereja, maka Kabahpun demikian.
Hanya yang dianggap ruangan adalah planet bumi.

Keteraturan tempat duduk hanyalah agar jemaat nyaman dlm memusatkan perhatian kepada pendeta yg akan berbicara. Bukan dalam konteks menghadap secara fisik kepada Tuhan. Bahkan faktanya, ketika berdoa, ada yg menengadahkan wajah ada pula yg menundukkan kepala, ada juga yg tetap menghadapkan wajah ke depan. Krn umat kristen tau, gak perlu meributkan soal kemana fisik hrs menghadap ketika menyembah Tuhan.

Bolehkan, karena suatu sebab, misalkan kakimu sakit sehingga sulit dilipat. Maka dengan terpaksa kamu duduk tidak menghadap pendeta.
Begitu juga dengan kasus Kabah.

Tidak usah nunggu sakit. Sehat segar bugar pun ketika menyembah Tuhan tidak harus menghadapkan wajahnya ke satu titik tertentu. Tuhan ada di manapun kita menghadapkan diri.

Jadi intinya, itu hanya untuk masalah keteraturan/penyatuan saja. Bayangkan saja keteraturannya, untuk satu planet, ketika manusia berjuta2 melakukan sembahyang bersama.

Padahal faktanya tidak mungkin satu planet bersembahyang secara bersamaan. Meleset lagi.....

Kalo masalah kontradiksi tidak ada hubungannya.
Karena dalam kondisi2 tertentu, arah Kabah dapat diabaikan.

Justru itu masalahnya. Dlm kondisi normal saja sdh kontradiktif.

Seharusnya:
"timur-barat itu milik Tuhan, jadi kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan......syarat dan ketentuan berlaku"

Anda salah paham dengan penjelasan saya.
Sedari awal saya memang mengarah kepada pembahasan keberaturan arah saat bersembahyang.
Sedangkan mimbar ceramah hanya sebagai analogi dari Kabah itu sendiri.

Anda ini paham dengan maksud saya tentang 'simbolisasi arah' belum?
Bukan 'arah' lho ya.

kenapa sholat menghadap Ka'bah?

karena disuruh...kl ngga disuruh ...ya ngga menghadap ka'bah

njelimet amat...clear udah tuh

EbisuSensei wrote:Anda salah paham dengan penjelasan saya.
Sedari awal saya memang mengarah kepada pembahasan keberaturan arah saat bersembahyang.

Kenapa harus ke satu titik arahnya? Bukankah kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan?
Apakah jika tiap jamaah (misalnya setiap masjid/surau) disatukan arahnya oleh masing2 imam akan membuat islam tidak bersatu? Sesulit itukah menyatukan umat islam sehingga harus disatukan arahnya ke satu titik di muka bumi ini?
Sesulit itukah menyatukan muslim sehingga harus menafikan "kemanapun menghadap di situlh wajah Tuhan"

Sedangkan mimbar ceramah hanya sebagai analogi dari Kabah itu sendiri.

Logika analogi anda salah sejak awal. Mimbar bukan titik penyatuan arah menyembah Tuhan. Beda fungsinya dgn kabah.

Anda ini paham dengan maksud saya tentang 'simbolisasi arah' belum?
Bukan 'arah' lho ya.

Soal simbol Anda hanya membahas terkait dgn fisik kabah, bukan simbolisasi arah.
Anda belum pernah bicara ttg simbolisasi arah. Bahkan anda jelas2 bicara ttg arah :

keberaturan arah saat bersembahyang

musicman wrote:kenapa sholat menghadap Ka'bah?

karena disuruh...kl ngga disuruh ...ya ngga menghadap ka'bah

njelimet amat...clear udah tuh

Itu kalau soal dogma...
Bukankah sy mengajak bicara secara logika?

Ini trit klo ga diberesin si duren pasti ngalor ngidul mulu deh

Muslim ngarang ngarang dan BERDUSTA akan alasan arah kiblat
======



Mengapa sholat menghadap Kabah ??

SATU SATUNYA alasan adalah karena saat di Madinah :
KEPALA Muhammad SERING termenung menung menghadap langit Mekah !!

• Q 2.144. Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. ........

Si Alloh PRIHATIN akan TATAPAN KOSONG dan NANAR dari mata nabi nya.

Jadi inget dengan lagu Franky S

• Langit pun hitam karena kamu .... langitpun hitam

Dan tambahannya si Alloh memang TUKANG FITNAH Kristen / Jahudi !!

• Q 2.144. ..... Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

@MM
Perhatikan kata : adalah benar dari Tuhannya

Alloh mu MEMANG mengganggap Tuhan Jahudi / Kristen bukanlah DIRINYA

jakajayagiri-2 wrote:

musicman wrote:kenapa sholat menghadap Ka'bah?

karena disuruh...kl ngga disuruh ...ya ngga menghadap ka'bah

njelimet amat...clear udah tuh

Itu kalau soal dogma...
Bukankah sy mengajak bicara secara logika?

lha yah iya....
mempertanyakan kenapa Tuhan suruh lakukan A, B, atau C...itu sudah Dogma
Kenapa Tuhan Membakar Rumah saya...itu pertanyaan bertendensi Dogma..

tapi saya bukan netter yg doyan ngeles gk karuan..
terus terang saya cuman bisa Menerka-nerka ..apa sih sebetulnya maunya Allah ini?

ya udah lah...isinya otak saya cuman bisa mengira apa maunya Allah ini..bisa nerka2...gk tau benar atau ngga..rahasia Allah ajalah...

silahkan aja kalau anda mau uji terkaan saya ini

pertanyaan saya sedikit aja...
Penting atau ngga yg namanya Objek (nyata) sesembahan?

@jakajaya

Masalah kontradiksi sudah saya jelaskan.

Masalah keteraturan juga sudah saya jabarkan.
(Walaupun saya akui, ini adalah analisa pribadi, seperti yang dibilang bro @MM)

Apalagi yang pengen kamu bahas?
Apakah "umat Islam sangat susah diatur, sehingga memerlukan Kabah"?
(Tapi saya pikir ini OOT deech)..

@Duren
menafsirkan kata ganti orang kedua, ketiga dalam bahasa arab...
hati2 dur...

Nanti kalau ngga nguasai tp nekat modal terjemahan tok..
malah keliatan kayak orang dibodoh2in lah anda...

gimana gk baiknya saya...ingatkan anda dulu...ren???

Yahh si MM sok nasehaten seorang SWT kaya gw


Nihh LATIH Allohmu http://quran.bblm.go.id/?id=2767

rabbihim = tuhan mereka

musicman wrote:lha yah iya....
mempertanyakan kenapa Tuhan suruh lakukan A, B, atau C...itu sudah Dogma
Kenapa Tuhan Membakar Rumah saya...itu pertanyaan bertendensi Dogma..

tapi saya bukan netter yg doyan ngeles gk karuan..
terus terang saya cuman bisa Menerka-nerka ..apa sih sebetulnya maunya Allah ini?

Saya juga org yg pernah bahas KENAPA Tuhan menyuruh ini atau menyuruh itu. Latar belakangnya adalah cuma Tuhan yg tau (kecuali diberitahukan kepada manusia).
Tapi yg saya persoalkan bukanlah soal KENAPA ada perintah ttg kiblat. Yg saya persoalkan kenapa ada perintah ttg kiblat tapi ada juga pernyataan bahwa kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan. Jadi pertanyaan saya sbtulnya sdh bukan ranah dogmatis lagi, tapi sepenuhnya logika: kenapa ada dua pernyataan yg kontradiktif.

pertanyaan saya sedikit aja...
Penting atau ngga yg namanya Objek (nyata) sesembahan?

Kembali ke logika anda sendiri, bahwa manusia itu banyak maunya. Maka soal simbolisasi itu juga berpulang kepada masing2 pribadi. Ada yg butuh simbol untuk media berkonsentrasi, ada yg butuh simbol hanya sbg pengingat, ada yg sama sekali tidak butuh simbol. Penting atau tidak, terserah bagaimana karakter tiap org.

@jakajaya

Simbolisasi arah itu bagaimana menurutmu?

Ingat, bukan arah lho ya.

Dan ingat, ini baru membicarakan simbolisasi arah dari Rumah/Kerajaan Tuhan.
Dan nggak pernah ada ceritanya, bahwa Kabah adalah simbolisasi arah dari Tuhan sendiri.

EbisuSensei wrote:@jakajaya

Simbolisasi arah itu bagaimana menurutmu?

Anda yg mengajukan term, anda saja yg jelaskan.

Dan ingat, ini baru membicarakan simbolisasi arah dari Rumah/Kerajaan Tuhan.
Dan nggak pernah ada ceritanya, bahwa Kabah adalah simbolisasi arah dari Tuhan sendiri.

Jadi sebetulnya shalat itu menyembah Tuhan atau apa?
Ilustrasi: kalau Anda tau bahwa presiden ada di dekat Anda, apa yg bakal Anda lakukan: menghormat ke arah sang presiden atau terpaku pada satu titik yg ternyata itu cuma foto sang presiden.

Oo....

Masalah term nanti dulu saja. Karena saya nilai kamu belum paham tentang apa itu Kabah.

Sekarang bicara masalah arti dari Kabah itu sendiri.
Kabah adalah simbolisasi dari Baitullah atau Rumah/Kerajaan Allah.

Masalah kalo sembahyang menghadap siapa nanti dulu.
Karena ini sudah termasuk dogma.
Yang jelas menhadap kemana, Tuhan sendiri yang memerintahkan menghadap kemana.

Sampe disini paham belum?

EbisuSensei wrote:Oo....

Masalah term nanti dulu saja. Karena saya nilai kamu belum paham tentang apa itu Kabah.

Sekarang bicara masalah arti dari Kabah itu sendiri.
Kabah adalah simbolisasi dari Baitullah atau Rumah/Kerajaan Allah.

Masalah kalo sembahyang menghadap siapa nanti dulu.
Karena ini sudah termasuk dogma.
Yang jelas menhadap kemana, Tuhan sendiri yang memerintahkan menghadap kemana.

Sampe disini paham belum?

Yg saya persoalkan kenapa ada perintah ttg kiblat tapi ada juga pernyataan bahwa kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan. Jadi pertanyaan saya sbtulnya sdh bukan ranah dogmatis lagi, tapi sepenuhnya logika: kenapa ada dua pernyataan yg kontradiktif.

EbisuSensei wrote:

Sekarang bicara masalah arti dari Kabah itu sendiri.
Kabah adalah simbolisasi dari Baitullah atau Rumah/Kerajaan Allah.

Bagi orang Arab ... Kabah adalah RUMAH BERHALA yang dibangun untuk memutar roda ekonomi

BANTAH ( klo mampu ) => https://laskarislam.indonesianforum.net/t3891-bagi-orang-arab-apa-yg-disebut-dengan-kabah

jakajayagiri-2 wrote:

musicman wrote:lha yah iya....
mempertanyakan kenapa Tuhan suruh lakukan A, B, atau C...itu sudah Dogma
Kenapa Tuhan Membakar Rumah saya...itu pertanyaan bertendensi Dogma..

tapi saya bukan netter yg doyan ngeles gk karuan..
terus terang saya cuman bisa Menerka-nerka ..apa sih sebetulnya maunya Allah ini?

Saya juga org yg pernah bahas KENAPA Tuhan menyuruh ini atau menyuruh itu. Latar belakangnya adalah cuma Tuhan yg tau (kecuali diberitahukan kepada manusia).
Tapi yg saya persoalkan bukanlah soal KENAPA ada perintah ttg kiblat. Yg saya persoalkan kenapa ada perintah ttg kiblat tapi ada juga pernyataan bahwa kemanapun menghadap di situlah wajah Tuhan. Jadi pertanyaan saya sbtulnya sdh bukan ranah dogmatis lagi, tapi sepenuhnya logika: kenapa ada dua pernyataan yg kontradiktif.

Saya akan setuju kalau makna Kontradiktif yg anda pakai sesuai dengan standart yg benar..

benar:
Satu hitam..satu Putih…
saya Pergi..saya Pulang..

Yg salah:
Satu Hitam…kalau ngga ada hitam boleh putih
Saya pergi..tp kalau saya sakit..yah ngga pergi

Yuk….kita samakan dulu presepsi kita

Setuju ngga anda dengan maksud kotradiktif diatas?

pertanyaan saya sedikit aja...
Penting atau ngga yg namanya Objek (nyata) sesembahan?

Kembali ke logika anda sendiri, bahwa manusia itu banyak maunya. Maka soal simbolisasi itu juga berpulang kepada masing2 pribadi. Ada yg butuh simbol untuk media berkonsentrasi, ada yg butuh simbol hanya sbg pengingat, ada yg sama sekali tidak butuh simbol. Penting atau tidak, terserah bagaimana karakter tiap org.

waduh...Kalau setiap pembahasan diselesaikan dengan Terserah pribadi masing2..tentu tidak akan ada yg namanya diskusi antara anda dan saya…


Justru saya ingin tau..menurut anda itu penting atau ngga yg namanya Objek (nyata) sesembahan?
Gini deh…contoh bego2an aja…

Kristen punya sosok Salib, khatolik Salib plus Yesus, Hindu Krisna dsb, Budha dengan patung Sidharta…



Faham yah?




Nah..kalau sudah anda tentukan..lalu kan kita bahas bareng2….
Ini kan antara anda dan saya? ..bukan antara saya dan orang2 lain …

Saya ngga katakan pendapat saya pasti benar kok, saya juga hanya menerka2…menebak2…mengira2…


Silahkan bung Jaka..bagaimana menurut anda?