kudeta militer mesir buah karya demokrasi

First topic message reminder :

hasan al banna menyatakan " “Demokrasi bagi kaum liberal sekuler laksana dewa yang terbuat dari kue. Diimani dan disembah jika menguntungkan dan berpihak kepada mereka. Namun jika kurang berpihak, mereka memakannya dengan lahap,”

mesir di bawah presiden morsi merupakan potensi kebangkitan al haq dan itulah yang menjadi kegelisahan zionis.. anggota Knesset zionis Ben Eliezer mengomentari peristiwa di Mesir sebagai berikut,“Masyarakat Mesir adalah masyarakat sekuler yang hidup dengan nyanyian, film, pariwisata.Tiba-tiba ada seseorang (Mursi) berusaha mengembalikan Mesir kepada era 400 tahun ke belakang.”

ANGGOTA Knesset atau parlemen Israel dari Partai Likud Tzachi Hanegbi menyatakan bahwa kudeta militer yang dilakukan kepada Muhammad Mursi adalah kabar baik untuk Israel.

dan atas nama demokrasi dan keamanan negara,militer mesir mengkhianati sebuah konstitusi dan melanggengkan tradisi..betulkah?tidak..kebijakan morsi mengancam pundi2 dan mesin uang para petinggi militer mesir..
akankah tni akan melkakukan kudeta ketika bisnisnya terancam?who knows kata orang jawa..

militer tidak akan menjadikan mesir lebih baik,tetapi kudeta militer akan membawa dampak lebih besar daripada tanpa ada kudeta..

diskusinya dijedahi dulu..breaking news..

SEORANG analis militer Israel Roni Daniel mengungkapkan bahwa tiga hari sebelum terjadi kudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, Jenderal Abdul Fattah al-Sisi terlebih dahulu sudah memberitahu Israel.
Mursi digulingkan al-Sisi pada hari Selasa, sedangkan Israel dihubungi pada sekitar hari Ahad-nya.

Daniel, lewat saluran TV Israel 2 ,mengatakan bahwa Al-Sisi meminta Israel untuk memantau gerakan Islam
Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza. Dia mengungkapkan ketakutan Al-Sisi akan Hamas, namun rasa takutnya memudar setelah adanya jaminan bahwa segala sesuatu di Gaza berada di bawah pengawasan ketat Israel. Israel sendiri langsung menyarankan Al-Sisi untuk menghancurkan terowongan dari Mesir ke Gaza. Daniel menegaskan bahwa kudeta militer di Mesir berguna untuk Israel, selain menjadi “kebutuhan mendesak”.

www.islampos.com

komen;
bahwa rakyat di suatu negara tidak akan mampu melakukan sesuatu bila rela mengkhianati konstitusi dan dalam hal ini,balik lagi,demokrasi sukses menjadikan iblis tampil sebagai pemimpin dengan dukungan rakyat..

abu hanan wrote:yang gak dodol buanyak kok..china gak dodol..

dan salah  pemimpin negara ketoprak pun gak luput dengan jualan dodol..
Jakarta Post tanggal 25 Mei 2009 memberitakan bahwa ketika Boediono ditanya, faktor apa yang mendorongnya mau menerima pencalonan dirinya sebagai Wakil Presiden dijawab olehnya :
“because of a big stream that I can not resist”, yang berarti karena arus (kekuatan) besar yang tidak dapat ditahannya.

lha kalow wakilnyah uda bilang seperti itu,moso ki lurah sewot ketika ada yang bilang "pecundang"..

tanfa budiono pun negara ini tetep bisa berputar kok,apalagi tanfa ki lurah lha terus big stream yang dikamsut tuh apa?tekanan dalam negeri atow internasional?

Mending cari yang paling rasional (misalnya demokrasi) toh tidak lepas dari nafas musyawarah mufakat itu sendiri ... pemimpin terpilih ... ikuti konstitusi ... pikirin kedepannya gimana ...

dan muter lagi ke iblis dapat jadi pemimpin..dan musyawarah mufakat pun ujungnyah ada di voting..
100 suara orang bersalah dapat mengalahkan 1 suara kebenaran..

abu hanan wrote:diskusinya dijedahi dulu..breaking news..

SEORANG analis militer Israel Roni Daniel mengungkapkan bahwa tiga hari sebelum terjadi kudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, Jenderal Abdul Fattah al-Sisi terlebih dahulu sudah memberitahu Israel.
Mursi digulingkan al-Sisi pada hari Selasa, sedangkan Israel dihubungi pada sekitar hari Ahad-nya.

Daniel, lewat saluran TV Israel 2 ,mengatakan bahwa Al-Sisi meminta Israel untuk memantau gerakan Islam
Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza. Dia mengungkapkan ketakutan Al-Sisi akan Hamas, namun rasa takutnya memudar setelah adanya jaminan bahwa segala sesuatu di Gaza berada di bawah pengawasan ketat Israel. Israel sendiri langsung menyarankan Al-Sisi untuk menghancurkan terowongan dari Mesir ke Gaza. Daniel menegaskan bahwa kudeta militer di Mesir berguna untuk Israel, selain menjadi “kebutuhan mendesak”.

www.islampos.com

komen;
bahwa rakyat di suatu negara tidak akan mampu melakukan sesuatu bila rela mengkhianati konstitusi dan dalam hal ini,balik lagi,demokrasi sukses menjadikan iblis tampil sebagai pemimpin dengan dukungan rakyat..

iblisnya siapa ya, bu: sisi apa mursi?
apa keduanya?

mbah abu wrote:bahwa rakyat di suatu negara tidak akan mampu melakukan sesuatu bila rela mengkhianati konstitusi dan dalam hal ini,balik lagi,demokrasi sukses menjadikan iblis tampil sebagai pemimpin dengan dukungan rakyat..

klo ngomongin peluang iblis mah...rasanya g cuma demokrasi aja mbah... 

contoh : flashback dl ke jaman khalifah Ali ra...bagamiana peluang iblis menampilkan muawiyah yg dibai'at sebagai pemimpin lewat tipu muslihatnya...

jgn di generalisasi mbah...  

saya masih ga ngerti kok kudeta militer dianggap buah demokrasi mbah...

justru yg namanya kudeta itu berlawanan dengan asas demokrasi...

protes rakyat thdp pemimpin bukan berarti rakyat berhak menggulingkan pemimpin begitu saja...semua ada prosesnya berdasarkan konstitusi..misalnya pemakzulan melalui parlemen dsb....

bang sagi wrote:flashback dl ke jaman khalifah Ali ra...bagamiana peluang iblis menampilkan muawiyah yg dibai'at sebagai pemimpin lewat tipu muslihatnya...

untuk yang ini semestinyah kita mesti "kosongin gelas"..karena sayah gak ingin menjudge muawiyah sebagi sentra kesesatan dan ada beberapa yang mesti dijernihkan supaya sejarah menjadi klir..

bang sagi wrote:
saya masih ga ngerti kok kudeta militer dianggap buah demokrasi mbah...

justru yg namanya kudeta itu berlawanan dengan asas demokrasi...

atas nama demokrasi,militer mesir merasa berhak menggantikan mursi yang dinilai melanggar aturan main..dan pioner demokrasi (as) menyatakan akan membantu upaya lebioh demokratis pasca kudeta..militer dari rakyat,demokrasi juga dari rakyat..militer untuk rakyat,demokrasi juga untuk rakyat..

om sagi wrote:semua ada prosesnya berdasarkan konstitusi..misalnya pemakzulan melalui parlemen dsb....

lha kudeta kan juga bagian dari proses hehehe..sayangnya,parlemen uda dibubarkan militer..opsi bagi mursi cuman merevisi atow dikudeta dan mursi kan tetap pegangn konstitusi jadi militer atas nama rakyat atas nama demokrasi pun ber-kudeta..
mursi dikudeta hari selasa..
israel uda tau hari minggu..
militer bakal tetap melaju meskipun akhirnya mursi merevisi keputusan..

Pendukung pro Mursi yang akan menuju Masjid Ibrahim di Iskandariyah, di serang sekelompok
peman bersenjata di Stasiun Ramleh,provinsi Iskandariyah. Sementara di kota Syubro, Kairo,
Pendukung Pro Mursi juga di serang kelompok preman bersenjata. Sampai saat ini belum diketahui
adanya laporan korban luka-luka dari pendukung pro Mursi. (aljazeera/Zhd)


info jam 9.40 malam waktu surabaya

15 orang terluka, akibat serangan kelompok preman bersenjata di Stasiun Ramleh, Iskandariyah.
Kelompok preman menembakan senjata api ke arah pendukung pro Mursi yang akan datang menuju
masjid Qoid Ibrahim. Sementara 3 bangunan milik warga sipil dibakar kelompok preman yang
menyerang pendukung pro Mursi di Ramses Square, Kairo.
Di Medan Rab’ah, Helikopter militer Mesir, terbang rendah mengawasi pendukung pro Mursi yang sedang melakukan unjuk rasa damai.

info jam 10.55 malam waktu surabaya

mbah abu wrote:untuk yang ini semestinyah kita mesti "kosongin gelas"..karena sayah gak ingin menjudge muawiyah sebagi sentra kesesatan dan ada beberapa yang mesti dijernihkan supaya sejarah menjadi klir..

paling tidak begitulah sejarah pada umumnya mencatat...tp poin ane bukan dsitu mbah...setiap pola penunjukan kepemimpinan pasti ada kesempatan iblis untuk melakukan kesesatan...bukan cuma demokrasi...

mbah abu wrote:atas nama demokrasi,militer mesir merasa berhak menggantikan mursi yang dinilai melanggar aturan main..dan pioner demokrasi (as) menyatakan akan membantu upaya lebioh demokratis pasca kudeta..militer dari rakyat,demokrasi juga dari rakyat..militer untuk rakyat,demokrasi juga untuk rakyat..

beda antara "mengatasnamakan" dengan "berasaskan" mbah...jangankan demokrasi, tuhan pun bisa di "atas nama" kan...

seballiknya ketika kita berbicara "asas" maka yang berlaku adalah sistem, hukum, prosedur yg berlaku sesuai demokrasi itu sendiri...kudeta tsb jelas jauh mencerminkan asas demokrasi sesuai hukum walaupun pada dasarnya di dukung oleh rakyat...seperti yg sudah saya utarakan sebelumnya bahwa ada cara porsedural yg tidak melanggar konstitusi untuk melengserkan presiden tanpa harus mencederai asas demokrasi...

mengenai AS kita semua tau mereka selalu punya standar ganda jika menyangkut transisi demokrasi di negara islam...saya setuju dengan teh deenee bahwa merekapun sebenarnya berhadapan dengan "buah simalakama" karya demokrasi itu sendiri...disatu sisi mereka seharusnya menghormati kemenangan Mursi dalam pemilu yang dipilih rakyat meskipun menentang kebijakannya yg otoriter...disatu sisi juga tidak bisa mendukung kudeta militer sebab akan menempatkan demokrasi mesir diujung tanduk dan akan jadi pertanyaan berbagai pihak...akhirnya demi "kepentingannya" diukunglah militer dengan mengambil "persepsi" yg berbeda berdasarkan pernyataan resmi Obama bahwa mereka menolak itu dianggap sebagai kudeta..sebab dimanapun juga yg namanya kudeta berlawanan dengan asas demokrasi.

kemenangan Hamas di palestina adalah contoh lain bagaimana AS harus merasakan pahitnya buah simalakama demokrasi...

l

mbah abu wrote:ha kudeta kan juga bagian dari proses hehehe..sayangnya,parlemen uda dibubarkan militer..opsi bagi mursi cuman merevisi atow dikudeta dan mursi kan tetap pegangn konstitusi jadi militer atas nama rakyat atas nama demokrasi pun ber-kudeta..

lha mbah abu iki piye tho...kan saya bilang "proses demokrasi berdasarkan konstitusi" (ngeboldnya jgn setngah2 atuh mbah) 

kecuali ada negara demokrasi yang melegalkan proses kudeta presiden sebagai dasar konstitusinya...baru bisa disebut proses demokrasi...itupun bagi saya tetap tidak sejalan dengan nafas demokrasi.

satu hal lagi mengnai peranan Militer...

di negara manapun peran Militer dalam masa transisi baik itu "reformasi" mupun "revolusi" akan selalu sangat penting...karen fungsinya menjaga negara dari chaos karena kerusuhan dsb...namun apa yang dilakukan oleh militer Mesir bagi saya sangat mencederai nafas demokrasi...

harusnya militer mesir berada pada garis netral untuk mengawal protes rakyat tsb...bukan malah mengambil alih kekuasaan...akhirnya rakyat sendiri yg menentang kepemimpinan militer tsb...

Mesir harus belajar banyak dari Indonesia bagaimana militer kita mengawal proses reformasi pada tahun 1998 lalu...

bang sagi wrote:..setiap pola penunjukan kepemimpinan pasti ada kesempatan iblis untuk melakukan kesesatan...bukan cuma demokrasi...

tetapi tidak untuk azas musyawarah mufakat..mengafa?yah karena argumen harus didasarkan pada kebenaran dan tolok ukur kebenaran juga valid,kitab suci..jadi kalow ada iblis maksamology ikutan musyawarah yah bakal keliatan bangets dodolnyah.

karena pada mufakat tuh kan 100 suara salah masih kalah dengan 1 suara bener..

kang sagi wrote:
kudeta tsb jelas jauh mencerminkan asas demokrasi sesuai hukum walaupun pada dasarnya di dukung oleh rakyat.

nah itu dia..dukungan rakyat..dua kata yang disukai oportunis dalam bingkai demokrasi..

yang lain uda deh..sayah gak ada masalah dengan uraian anda..

demokrasi syah hanya dan apabila pemenang dan suara terbanyak bukan islam atau unsur islam...

demokrasi syah hanya dan apabila sejalan dan sepaham dengan kepentingan amerika dan antek2nya...

kudeta adalah sebuah pelanggaran dan terorisme hanya dan ababila hasilnya tdk menguntungkan buat amereka cs

kudeta adalah wajar, perlu didukung, bukan pelanggaran dengan catatan pelaku kudeta mau mengikuti skenario dan arahan sutradara yaiut amerika CS

intinya barat TIDAK siap berdemokrasi apabila demokrasi itu menguntungkan kaum muslim dan tdk sejalan ataupun tdk dapat didikte amerika cs

gusti_bara wrote:demokrasi syah hanya dan apabila pemenang dan suara terbanyak bukan islam atau unsur islam...

demokrasi syah hanya dan apabila sejalan dan sepaham dengan kepentingan amerika dan antek2nya...

kudeta adalah sebuah pelanggaran dan terorisme hanya dan ababila hasilnya tdk menguntungkan buat amereka cs

kudeta adalah wajar, perlu didukung, bukan pelanggaran dengan catatan pelaku kudeta mau mengikuti skenario dan arahan sutradara yaiut amerika CS

intinya barat TIDAK siap berdemokrasi apabila demokrasi itu menguntungkan kaum muslim dan tdk sejalan ataupun tdk dapat didikte amerika cs

dalam singkatannya "standar ganda"  

 

gusti_bara wrote:demokrasi syah hanya dan apabila pemenang dan suara terbanyak bukan islam atau unsur islam...

sangat setuju

gusti_bara wrote:demokrasi syah hanya dan apabila sejalan dan sepaham dengan kepentingan amerika dan antek2nya...

sangat tidak setuju

gusti_bara wrote:kudeta adalah sebuah pelanggaran dan terorisme hanya dan ababila hasilnya tdk menguntungkan buat amereka cs

tidak tau

gusti_bara wrote:kudeta adalah wajar, perlu didukung, bukan pelanggaran dengan catatan pelaku kudeta mau mengikuti skenario dan arahan sutradara yaitu amerika CS

sangat setuju

gusti_bara wrote:intinya barat TIDAK siap berdemokrasi apabila demokrasi itu menguntungkan kaum muslim dan tdk sejalan ataupun tdk dapat didikte amerika cs

sangat tidak setuju

 belajar aplikasi sederhana "standar ganda" aka hipokrit

gobloknya si mursi itu..
kenapa melakukan ikhwanjulmuslimisasi..
mengabaikan begitu saja mereka yang bahu-membahu menumbangkan mubarok
tapi disinilah masalahnya islam: agama-negara dicampuraduk

memori FIS aljazair..

Sampai tahun 1988, di Ajazair hanya ada satu partai politik yaitu FLN. Namun ketika meletus penentangan terhadap pemerintah dan FLN, presiden Aljazair ketika itu, Chadli Bendjedid (sekaligus merangkap sebagai sekjen FLN), terpaksa mengizinkan pendirian berbagai parpol baru.

Satu tahun kemudian, berdirilah FIS. FIS didirikan di atas kesadaran masyarakat Aljazair yang beragama Islam. Bertahun-tahun masyarakat Muslim Aljazair kecewa terhadap pemerintahnya yang sekuler,  karena negaranya tidak mengalami kemajuan. Juga selain itu, pemerintah Aljazair tidak mengakomodasi kepentingan umat Islam.

Benjedid sendiri memerintah sejak tahun 1978, meneruskan kepemimpinan Boumedienne yang jahil (sekuler). Boumedienne sendiri berkuasa karena menggulingkan presiden Bella pada tahun 1962. Otomatis, sejak tahun 1988 itu, bermunculanlah parpol-parpol di Aljazair. Namun, kemudian hanya FIS yang menyeruak ke permukaan dan meraih simpati masyarakat. Apa pasal? Ini karena sejak awal FIS konsisten berjuang dengan program-program dan asas Islam.

Masyarakat Aljazair yang sudah lama hidup dalam belenggu dan suasana sekuler, tidak disangka-sangka lebih memilih FIS. Walaupun rakyat mayoritas beragama Islam, namun kehidupan dan cara-cara masyarakat Aljazair hampir tidak beda dengan masyarakat Prancis atau Eropa, hingga kecenderungan mereka terhadap FIS pun mengherankan banyak pihak. Sekalipun, soal urusan hidup hedonis, tapi untuk urusan pemerintahan, tampaknya rakyat Aljazair lebih percaya pada konsep Islam.

FIS pun meresponnya dengan baik, yaitu dengan tidak tertarik akan ide “berpura-pura” menjadi sekuler, seperti menjadi partai terbuka atau nasionalis untuk menarik simpati masyarakat. Mereka tetap konsisten dengan nilai dan prinsip Islam, baik di dalam partai ataupun skap keluar (eksternal) terhadap partai atau golongan serta pemerintah.

Pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54% suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81% kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.

Hasilnya pada pemilu putaran pertama 20 Juni 1991, FIS memenangkan 54% suara dan mendapat 188 (81%) kursi di parlemen. Umat Islam Aljazair menyambut gembira Kemenangan FIS ini disambut gembira oleh rakyat Aljazair.

Namun tidak dengan Benjedid. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dan FIS berkuasa. Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer, dengan kekuasaannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu.

Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.

Karena, bagaimanapun jahiliyahnya umat Islam di sebuah negara, jauh di lubuk hatinya mereka menginginkan sebuah partai Islam yang benar-benar Islam. Bukan partai Islam ‘gadungan’ dan dipimpin para pecundang politik,  yang bertindak-tanduk hampir tidak ada  bedanya dengan partai sekuler, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan dan berkomplot dengan penguasa sekuler.

Meskipun, akhirnya FIS dibubarkan oleh penguasa militer Aljazair, tapi itu jauh lebih terhormat daripada mengekor kepada kekuasaan sekuler

satria bergitar wrote:
mengenai AS kita semua tau mereka selalu punya standar ganda jika menyangkut transisi demokrasi di negara islam...saya setuju dengan teh deenee bahwa merekapun sebenarnya berhadapan dengan "buah simalakama" karya demokrasi itu sendiri...disatu sisi mereka seharusnya menghormati kemenangan Mursi dalam pemilu yang dipilih rakyat meskipun menentang kebijakannya yg otoriter...disatu sisi juga tidak bisa mendukung kudeta militer sebab akan menempatkan demokrasi mesir diujung tanduk dan akan jadi pertanyaan berbagai pihak...akhirnya demi "kepentingannya" diukunglah militer dengan mengambil "persepsi" yg berbeda berdasarkan pernyataan resmi Obama bahwa mereka menolak itu dianggap sebagai kudeta..sebab dimanapun juga yg namanya kudeta berlawanan dengan asas demokrasi.

LOL ... iya nih si Obama labil banget ....
saking bingungnya apa yang dilakukan militer dibilang bukan kudeta ...

satria bergitar wrote:
satu hal lagi mengnai peranan Militer...

di negara manapun peran Militer dalam masa transisi baik itu "reformasi" mupun "revolusi" akan selalu sangat penting...karen fungsinya menjaga negara dari chaos karena kerusuhan dsb...namun apa yang dilakukan oleh militer Mesir bagi saya sangat mencederai nafas demokrasi...

harusnya militer mesir berada pada garis netral untuk mengawal protes rakyat tsb...bukan malah mengambil alih kekuasaan...akhirnya rakyat sendiri yg menentang kepemimpinan militer tsb...

Mesir harus belajar banyak dari Indonesia bagaimana militer kita mengawal proses reformasi pada tahun 1998 lalu...

Bold : masih ada post power syndrome dalam diri militer setelah sekian lama berkuasa jaman Mubarok ... kejadian bom di pertandingan bola (yang "katanya") karena ulah militer sebetulnya udah ada indikasi bahwa militer masih mau bermain2 dalam politik ...

Di indonesia ... militer pun masih mengalami post power syndrome itu ... tapi demi negara ... at least ... militer Indonesia masih mau ngalah dan membuang ego mereka ...

SEGOROWEDI wrote:
gobloknya si mursi itu..
kenapa melakukan ikhwanjulmuslimisasi..
mengabaikan begitu saja mereka yang bahu-membahu menumbangkan mubarok
tapi disinilah masalahnya islam: agama-negara dicampuraduk

segala sesuatu kalau dicampur aduk juga repot mas ..
agama-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah
militer-politik dicampur aduk dengan tidak artif >>> salah
bisnis-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah

sami mawon

abu hanan wrote:

Mending cari yang paling rasional (misalnya demokrasi) toh tidak lepas dari nafas musyawarah mufakat itu sendiri ... pemimpin terpilih ... ikuti konstitusi ... pikirin kedepannya gimana ...

dan muter lagi ke iblis dapat jadi pemimpin..dan musyawarah mufakat pun ujungnyah ada di voting..
100 suara orang bersalah dapat mengalahkan 1 suara kebenaran..

Voting juga bukan melulu hasil iblis mbah ....
Pada dasarnya : voting adalah jalan tengah bila kata mufakat sulit didapat ...

abu hanan wrote:
tetapi tidak untuk azas musyawarah mufakat..mengafa?yah karena argumen harus didasarkan pada kebenaran dan tolok ukur kebenaran juga valid,kitab suci..jadi kalow ada iblis maksamology ikutan musyawarah yah bakal keliatan bangets dodolnyah.

contoh realnya ... bagaimana mencapai kata mufakat antara sunni syiah ??

mb dee wrote:Voting juga bukan melulu hasil iblis mbah ....
Pada dasarnya : voting adalah jalan tengah bila kata mufakat sulit didapat ...

voting dapat memuluskan rencana iblis untuk memimpin negara..bila mufakat sulit dicapai yah berarti harus ada pihak yang menurunkan EGO..seperti imam hasan bin ali ra..beliow mengalah demi persatuan umat..
dengan voting,bila ada 99 orang sepakat sesat maka 1 orang benar akan tumbang..

mb dee wrote:
contoh realnya ... bagaimana mencapai kata mufakat antara sunni syiah ??

dari mesir ke endonesah..lintas negara..sekarang lintas mazhab?
yo wis..
sunni-syiah dapat menuju mufakat bila ada pihak yang mengawali tanpa kecurigaan..
saat ini,sunni -syiah(di akar rumput) selalu mendahulukan curiga dibanding mencari tau..kamsut sayah,perbedaan selalu menjadi prioritas untuk diadu,bukan persamaan untuk disandingkan..

abu hanan wrote:

mb dee wrote:
contoh realnya ... bagaimana mencapai kata mufakat antara sunni syiah ??

dari mesir ke endonesah..lintas negara..sekarang lintas mazhab?
yo wis..
sunni-syiah dapat menuju mufakat bila ada pihak yang mengawali tanpa kecurigaan..
saat ini,sunni -syiah(di akar rumput) selalu mendahulukan curiga dibanding mencari tau..kamsut sayah,perbedaan selalu menjadi prioritas untuk diadu,bukan persamaan untuk disandingkan..

Yang bold ... "bila" toh ??
Itulah mbah ... kalau mau idealis ... ya memang mufakat
Masalahnya ... dunia ini tidak semulus paha cherry belle
Dalam politik apalagi ... politik itu tempat mainnya iblis

Saya bawa kasus sunni syiah hanya untuk menunjukkan secara umumnya saja ...
bahwa justru disitulah sulitnya mengambil kata mufakat
Bahkan bagi kaum muslimin itu sendiri ...
Ini kita bicara "bagaimana memilih seorang pemimpin"

awalnya mbah Abu bicara ini kan:

"argumen harus didasarkan pada kebenaran dan tolok ukur kebenaran juga valid, kitab suci"

Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal ...
dunia politik dalam menentukkan Ahlul Bait saja sudah susah mendapat kata mufakat ...
Antara sunni vs syiah >>> dua2nya punya argumen ...
argumen mereka juga tolak ukurnya kitab suci yang sama

Jadi even .. pake tolak ukur kitab suci sekalipun ... kalau pemahaman-nya berbeda gimana ??
Apalagi kalau ada kelompok yang ga pake tolak ukur kitab suci ...
Mau sampai kapan mencari kata mufakat ... akhirnya negara cuma jalan ditempat ...

(saya tuker letaknya ya mbah)

abu hanan wrote:

mb dee wrote:Voting juga bukan melulu hasil iblis mbah ....
Pada dasarnya : voting adalah jalan tengah bila kata mufakat sulit didapat ...

voting dapat memuluskan rencana iblis untuk memimpin negara..bila mufakat sulit dicapai yah berarti harus ada pihak yang menurunkan EGO..seperti imam hasan bin ali ra..beliow mengalah demi persatuan umat..
dengan voting,bila ada 99 orang sepakat sesat maka 1 orang benar akan tumbang..

Bold : Lah ya itu ... masalahnya dunia ini tidak seindah yang kita inginkan ...
Daripada cuma jalan ditempat ... harus ada solusi ....
Solusinya adalah voting .... mencari suara mayoritas

Saya pribadi ga menolak musyawarah mufakat ...
Asas di Indonesia juga pada dasarnya musyawarah mufakat
Tapi ... dalam kasus2 tertentu (misalnya bila mufakat sudah sangat sulit didapat) voting adalah realistis nya ...
Dan voting juga tidak melenceng dari akidah Islam ...

http://www.rumahfiqih.com/ust/e2.php?id=1169722779

Praktek Voting di Zaman Nabi

Banya sekali bentuk praktek voting di zaman nabi SAW, yang intinya memang menggunakan jumlah suara sebagai penentu dalam pengambilan keputusan.

Misalnya, ketika musyawarah menentukan sikap dalam menghadapi perang Uhud. Sebagian kecil shahabat punya pendapat sebaiknya bertahan di Madinah, namun kebanyakan shahabat, terutama yang muda-muda dan belum sempat ikut dalam perang Badar sebelumnya, cenderung ingin menyingsong lawan di medan terbuka.

Maka Rasulullah SAW pun ikut pendapat mayoritas, meski beliau sendiri tidak termasuk yang mendukungnya.

Sebelumnya dalam perang Badar, juga Rasulullah SAW memutuskan untuk mengambil suara terbanyak, tentang masalah tawanan perang. Umumnya pendapat menginginkan tawanan perang, bukan membunuhnya. Hanya Umar bin Al-Khattab saja berpendapat bahwa tidak layak umat Islam minta tebusan tawanan, sementara perang masih berlangsung.

Walaupun kemudian turun ayat yang mengoreksi ijtihad nabi SAW dan membenarkan pendapat Umar ra, namun peristiwa ini menggambarkan bahwa ada proses voting dalam pengambilan keputusan dalam sejarah nabi SAW.

Maka bukan pada tempatnya buat kita untuk menyatakan bahwa sistem voting itu bertentangan dengan ajaran Islam. Meski orang-orang kafir menggunakan sistem voting juga, namun tidak berarti kita meniru cara mereka. Buktinya, Rasulullah SAW sendiri pernah menjalakannya.

mbedee wrote:Dan voting juga tidak melenceng dari akidah Islam ...
Maka bukan pada tempatnya buat kita untuk menyatakan bahwa sistem voting itu bertentangan dengan ajaran Islam. Meski orang-orang kafir menggunakan sistem voting juga, namun tidak berarti kita meniru cara mereka. Buktinya, Rasulullah SAW sendiri pernah menjalakannya.

kasus perang badr dan pemilihan kepala negara tentu bukan perbandingan yang tepat..voting semacam itu tidak sama dengan voting demokrasi.. itulah voting antara memilih hukum syariat ataukah hukum positif buatan manusia..pemilihan kepala negara uda diatur oleh islam..
dan seperti yang sayah utarakan sebelumnyah,99 orang memilih salah dan hanya 1 yang benar maka kebenaran adalah valid..kasus ijtihad perang badr adalah salah satu contoh..perlu diingat bahwa voting badr terjadi SEBELUM ayat diturunkan..lalu apakah rasulullah bakal ber-voting ketika ayat itu uda tersedia?

dan hanya karena voting pernah dilakukan rasul allah,lalu kita membenarkan/membolehkan?
yah sayah balik lagi,voting ada sebelum ayat ada..

btw,mengikuti pendapat mayoritas apakah sama dengan suara terbanyak?
didalam musyawarah badr,apakah rasulullah SAW bermaksud memenangkan suara terbanyak?kita harus liat tujuan/inti voting kan?

mbedee wrote:
Mau sampai kapan mencari kata mufakat ... akhirnya negara cuma jalan ditempat ...

wow..ini mah terburu sahur sebelum taraweh  
..mekanisme/prosedur musyawarah harus ditetapkan terlebih dahulu..

mbedee wrote:
Solusinya adalah voting .... mencari suara mayoritas

mangkah itu mbak,bila 99 suara menghendaki/memilih salah dan hanya 1 yang benar--bukankah itu berarti mayoritas menyetujui iblis untuk jadi pemimpin?

demokrasi ini untuk seorang pemimpin, bukan mencalonkan diri ( Pengemis Amanah ), tapi dia benar2 dicalonkan oleh pemilih ( Penerima Amanah ) dalam perwakilan sesuai dgn jenjang kepemimipinan yang sepakati, dan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.dalam demokrasi voting, KATA KUNCINYA adalah MENCALONKAN DIRI..dan dalam praktek belakangan adalah para calon menyatakan diri DIAJUKAN oleh kelompok tertentu..dibalik itu ada jual beli/nego proyek dsb yang sayah gak tau..

mbedee wrote:
Antara sunni vs syiah >>> dua2nya punya argumen ...

sebelum dilanjut,sayah ingin tanyakan ; jika akhirnyah harus mengupas syiah--apakah gak melenceng dari trit?nih sayah rada sungkan sama yang punya trit kalow bicara sunni-syiah..
 
kalow emang melenceng jalur yah mending dibukain trit ajah,kalow gak keluar jalur yah coba deh sayah dibantu usul ke ts,kalow ts gak keberatan dengan dialog sunni-syiah yah mungkin ts kasi ijin..
 

dee-nee wrote:

SEGOROWEDI wrote:
gobloknya si mursi itu..
kenapa melakukan ikhwanulmuslimisasi..
mengabaikan begitu saja mereka yang bahu-membahu menumbangkan mubarok
tapi disinilah masalahnya islam: agama-negara dicampuraduk

segala sesuatu kalau dicampur aduk juga repot mas ..
agama-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah
militer-politik dicampur aduk dengan tidak artif >>> salah
bisnis-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah

sami mawon

campuran a la islam:
agama-politik; politik-agama
bayangkan, semua produk hukum dan tatanan sosial diklaim dari/dan bikinan Tuhan
padahal produk manusia arab abad 7

abu hanan wrote:kasus perang badr dan pemilihan kepala negara tentu bukan perbandingan yang tepat..voting semacam itu tidak sama dengan voting demokrasi.. itulah voting antara memilih hukum syariat ataukah hukum positif buatan manusia..pemilihan kepala negara uda diatur oleh islam..
dan seperti yang sayah utarakan sebelumnyah,99 orang memilih salah dan hanya 1 yang benar maka kebenaran adalah valid..kasus ijtihad perang badr adalah salah satu contoh..perlu diingat bahwa voting badr terjadi SEBELUM ayat diturunkan..lalu apakah rasulullah bakal ber-voting ketika ayat itu uda tersedia?

dan hanya karena voting pernah dilakukan rasul allah,lalu kita membenarkan/membolehkan?
yah sayah balik lagi,voting ada sebelum ayat ada..

Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki akhirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-Anfal: 67)

Latar belakang turunnya ayat ini adalah musyawarah dan dengar pendapat yang digelar Rasulullah SAW terkait dengan tawanan perang Badar. Beliau SAW dan sebagian besar shahabat cenderung perpendapat bahwa sebaiknya musyrikin Makkah itu tidak dibunuh, tetapi ditawan saja untuk dimintai tebusan dari keluarganya. Sedangkan Umar ra cenderung untuk menghabisi nyawa mereka. Ketika keputusan telah diambil dan pendapat Umar ‘kalah’ suara, tiba-tiba turunlah ayat ini yang membenarkan pendapat Umar ra.

Maka turunnya ayat ini menjadi petunjuk bagi Rasulullah SAW untuk membenarkan pendapatUmar ra dan mencabut kembali ijtihadnya sendiri.

Dini : Ayat diatas membenarkan pendapat Umar ra (atau artinya menyalahkan pendapat Nabi) terkait tahanan perang ... tapi ayat tersebut sama sekali tidak bicara tentang tindakan Nabi dalam mengambil sistem voting ...

abu hanan wrote:btw,mengikuti pendapat mayoritas apakah sama dengan suara terbanyak?
didalam musyawarah badr,apakah rasulullah SAW bermaksud memenangkan suara terbanyak?kita harus liat tujuan/inti voting kan?

Saya setuju ... tapi maaf saya blum ngerti arah pembicaraan mbah abu disini ... mungkin nanti baru ngeh

 

abu hanan wrote:

mbedee wrote:
Mau sampai kapan mencari kata mufakat ... akhirnya negara cuma jalan ditempat ...

wow..ini mah terburu sahur sebelum taraweh  
..mekanisme/prosedur musyawarah harus ditetapkan terlebih dahulu..

Langsung ke lapangan aja mbah ...
contohnya gimana mekanisme/prosedur musyawarah memilih pemimpin menurut Islam

abu hanan wrote:

mbedee wrote:
Solusinya adalah voting .... mencari suara mayoritas

mangkah itu mbak,bila 99 suara menghendaki/memilih salah dan hanya 1 yang benar--bukankah itu berarti mayoritas menyetujui iblis untuk jadi pemimpin?

Yang menentukan salah dan benar itu siapa mbah ?? based on Quran ??
Lah kalo semuanya juga based on Quran tapi pemahamannya beda gimana ??
Apa ga jatuh2nya nanti yang keluar adalah "EGO dan AKU" - nya juga

abu hanan wrote:
demokrasi ini untuk seorang pemimpin, bukan mencalonkan diri ( Pengemis Amanah ), tapi dia benar2 dicalonkan oleh pemilih ( Penerima Amanah ) dalam perwakilan sesuai dgn jenjang kepemimipinan yang sepakati, dan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.dalam demokrasi voting, KATA KUNCINYA adalah MENCALONKAN DIRI..dan dalam praktek belakangan adalah para calon menyatakan diri DIAJUKAN oleh kelompok tertentu..dibalik itu ada jual beli/nego proyek dsb yang sayah gak tau..

Diluar adanya kongkalikong dsb ... menurut mbah abu : yang bold adalah salah karena ??
Alasannya apa mbah yang bold menjadi tidak tepat ??
Maaf mbah ... sepertinya saya kurang nangkep lagi disini
hehehehe

 

abu hanan wrote:

mbedee wrote:
Antara sunni vs syiah >>> dua2nya punya argumen ...

sebelum dilanjut,sayah ingin tanyakan ; jika akhirnyah harus mengupas syiah--apakah gak melenceng dari trit?nih sayah rada sungkan sama yang punya trit kalow bicara sunni-syiah..
 
kalow emang melenceng jalur yah mending dibukain trit ajah,kalow gak keluar jalur yah coba deh sayah dibantu usul ke ts,kalow ts gak keberatan dengan dialog sunni-syiah yah mungkin ts kasi ijin..
 

No no ... saya ga minta untuk mengupas sunni-syiah
Saya ga mencari2 siapa yang benar dan salah disini >>> tentu ini akan OOT banget
Yang saya lihat adalah garis besarnya saja ...
Maksud saya ... kasus sunni-syiah pun adalah bentuk sulitnya mencari kata mufakat tersebut ...
Justru kasus mereka ini adalah hasil dari yang bold ungu diatas >> diluar dari sapa yang benar dan salah

 

SEGOROWEDI wrote:

dee-nee wrote:

SEGOROWEDI wrote:
gobloknya si mursi itu..
kenapa melakukan ikhwanulmuslimisasi..
mengabaikan begitu saja mereka yang bahu-membahu menumbangkan mubarok
tapi disinilah masalahnya islam: agama-negara dicampuraduk

segala sesuatu kalau dicampur aduk juga repot mas ..
agama-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah
militer-politik dicampur aduk dengan tidak artif >>> salah
bisnis-politik dicampur aduk dengan tidak arif >>> salah

sami mawon

campuran a la islam:
agama-politik; politik-agama
bayangkan, semua produk hukum dan tatanan sosial diklaim dari/dan bikinan Tuhan
padahal produk manusia arab abad 7

kalau tidak arif artinya bukan Islam ...