FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

pemimpin laksana penggembala Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

pemimpin laksana penggembala Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

pemimpin laksana penggembala

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

pemimpin laksana penggembala Empty pemimpin laksana penggembala

Post by sungokong Tue May 14, 2013 11:00 pm

Tahun 2014 nanti bangsa Indonesia akan mengikuti pemilihan presiden (pilpres), memilih kepala negara yang akan memimpin lebih dari 200 juta orang. Presiden yang terpilih nanti akan mendapatkan legitimasi dari penduduk lebih dari 80% di antaranya adalah kaum muslimin. Tentu saja kaum muslimin akan memilih siapa yang mereka anggap pantas untuk mengurus kemasalahatan hidup mereka dan siapa yang pantas mensejahterakan mereka.
Jika dalam pemilihan presiden-presiden sebelumnya dilakukan oleh MPR dan rakyat siap gigit jari kalau ternyata para wakil mereka salah pilih, maka sekarang rakyat sendiri yang menentukan. Benar salah pilihan sendiri. Resiko ditanggung penumpang.
Agar tidak salah memilih pemimpin dan agar tidak memilih pemimpin yang salah, tulisan ini disumbangkan kepada kaum muslimin untuk menjadi bahan renungan dan pertimbangan. Tulisan sederhana ini akan membahas hakikat kepemimpinan dan orang yang layak menjadi pemimpin.
Kepemimpinan adalah amanat untuk mengurus orang-orang atau rakyat yang dipimpin. Rasulullah saw. mengumpamakan pemimpin laksana penggembala (ra’in). Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
...الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).
Seorang penggembala (ra’in) mendapatkan titipan atau amanat dari tuannya, yakni sang pemilik domba-domba atau hewan gembalaan lainnya, untuk menggembalakan domba-domba yang dipercayakan kepadanya. Penggembala itu harus menggiring domba-domba gembalaan (ra’iyyah) itu ke padang gembalaan (mar’a) yang hijau, yang subur rumput dan dedaunan yang ada di padang itu. Penggembala itu harus memperhatikan dan mengarahkan agar domba-domba gembalaan itu melahap rumput-rumput dan daun-daun hijau itu agar kenyang. Juga penggembala itu akan mengarahkan domba-domba gembalaan itu ke mata air-mata air yang ada di padang itu. Atau ia akan berupaya agar domba-domba gembalaan itu bisa minum air bersih untuk menghilangkan dahaga atau agar domba-domba itu minum setelah puas mengunyah rumput dan dedaunan. Semua itu dia lakukan agar domba-domba yang dipercayakan kepadanya sehat dan kuat. Agar berat badan domba-domba yang menjadi tanggung jawabnya itu meningkat sehingga dagingnya menjadi berat atau menghasilkan susu yang banyak, yang tentu akan menyenangkan hati pemilik domba yang memberikan kepercayaan kepadanya itu. Jika dia berhasil melakukan itu semua, maka ia akan mudah menjawab pertanyaan tuan yang mengamanatkan domba-domba gembalaan itu kepadanya.
Demikian jelas kiasan Rasulullah saw. terhadap pemimpin. Bahwa mereka adalah laksana penggembala yang bertanggung jawab atas rakyat (dalam bahasa Arab : ra’iyyah) yang dipercayakan kepadanya untuk mengurusnya.
Tentu saja mengurus urusan rakyat manusia tidak sesederhana menggembala domba. Mengurus urusan manusia berarti mengurus kebutuhan manusia yang bersifat kompleks. Manusia tidak hanya punya kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Tapi juga punya kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang juga merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Maupun kebutuhan cabangnya seperti kebutuhan akan barang-barang dan alat-alat penyempurna kehidupan, seperti handphone, faks, AC, mesin cuci. Selain itu, juga manusia punya kebutuhan akan karya seni, seperti karya sastra, musik, lukis, film, dan lain-lain. Manusia juga butuh beribadah, berkomunikasi dan berorganisasi dengan sesama manusia, dan butuh teman hidup dan menikah.
Jelaslah bahwa memimpin rakyat manusia membutuhkan kapasitas kepemimpinan yang lebih besar daripada kapasitas yang diperlukan untuk menggembala kambing. Hanya saja secara esensial sama, yakni sama-sama melakukan pengurusan (ri’ayah) terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, pertanyaan bagaimana memimpin manusia tentu harus dijawab lebih dahulu.
Tentu banyak cara digunakan pemimpin untuk memimpin rakyatnya. Dan karena setiap orang akan mengambil langkah sesuai dengan pemahaman yang ada dalam dirinya, maka setiap pemimpin akan memimpin dengan ideologi dan pengetahuannya (berlandaskan ideologi yang dimilikinya). Dan karena manusia relatif lebih bisa melakukan perlawanan daripada kambing, maka kepemimpinan akan menjadi harmonis manakala dijalankan dengan ideologi dan pemahaman yang sama antara pemimpin (ra’in) dengan rakyat (ra’iyyah) yang dipimpinnya. Bila berbeda, maka kondisi ini rawan akan terjadinya pemberontakan rakyat atau penindasan pemimpin. Bila ideologi rakyat dengan pemimpin sama, maka pemimpin akan bisa mengoptimalkan fungsinya dengan dukungan penuh dan kontrol dari rakyat, negara pun menjadi kuat.
Oleh karena itu, kita berharap para calon kepala yang akan dipilih nanti adalah orang yang memiliki ideologi dan pemahaman (pemecahan problema di masayarakat) yang sesuai dengan rakyat negeri ini yang mayoritas muslim. Rakyat yang meyakini aqidah Lailahaillallah-Muhammadurrasulullah tentu tak menghendaki kepala negara yang membiarkan fenomena kemusyrikan dan pemurtadan. Rakyat yang bertaqwa tentu menghendaki pemimpin yang bertaqwa. Rakyat yang memegang ajaran memuliakan kerja keras membanting tulang untuk mendapatkan penghasilan yang halal tentu tidak menghendaki kepala negara yang membiarkan perjudian, pelacuran, bar, bank ribawi, dan menganggap berbagai bentuk aktivitas haram sebagai bentuk kehidupan ekonomi. Rakyat yang memahami luhurnya ilmu dan proses pendidikan tentu tidak menghendaki kepala negara yang tidak mau menempatkan pembiayaan pendidikan seluruh rakyat dalam pos tanggung jawab negara. Rakyat yang memahami kemajuan ekonomi negara akan tercapai manakala rakyat diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas ekonomi riil tentu tidak menghendaki kepala negara yang tidak melakukan pemberdayaan ekonomi rakyat bahkan menyulitkan rakyat serta memanjakan sekelompok kecil pengusaha, atau kepala negara yang menggantungkan harapan pada investasi asing (cekikan utang luar negeri) dan mekanisme bursa saham. Rakyat yang sangat menjunjung tinggi nilai akhlaqul karimah tentu tidak menghendaki kepala negara yang membiarkan pornografi, pornoaksi, dan proses dekandensi moral terus merajalela. Rakyat yang menjadikan Al Quran sebagai “imam” mereka tentu tidak menghendaki kepala negara yang berkiblat kepada Barat maupun Timur. Dan rakyat yang seperti itu adalah rakyat muslim yang mayoritas.
Memang jika kaum muslimin di sini dibiarkan secara bebas memilih pemimpinnya, tentulah pemimpin dengan aqidah Islam dan penguasaan terhadap syariah Islam yang akan mereka pilih. Ini dengan catatan kelicikan orang-orang yang mengusung sekularisme dan mempertahankan kekuasaan sistem sekuler di negeri ini diakhiri.
Untuk itu diperlukan peningkatan kesadaran rakyat tentang politik Islam (kebijakan mengurus urusan rakyat dengan hukum syariah Islam). Dan memang diperlukan pemimpin Islam yang berani maju kedepan, menawarkan kepada rakyat sistem ilahi untuk mengurus kebutuhan mereka. Dan untuk itu pula diperlukan gerakan dan usaha penyadaran di masyarakat.
Rasulullah saw. memberikan penjelasan tentang pemimpin pengganti beliau (khalifah) dalam mengurus kaum muslimin bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Beliau saw. bersabda:
كَانَتْ بَنُوْإِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ، كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ، وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ. قَالُوْا : فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: فُوْا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ. وَأَعْطُوْهُمْ حَقَّهُمْ، فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Dahulu, Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para Nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, digantikan oleh Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi setelahku, (tetapi) nanti akan ada banyak khalifah. Para sahabat bertanya :Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau menjawab: Penuhilah baiat yang pertama, lalu yang pertama. Berikanlah kepada mereka hak mereka, karena Allah nanti akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang telah diserahkan kepada mereka mengurusnya”. (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Hadits tersebut memberikan indikasi bahwa pemimpin yang layak adalah yang punya dimensi tanggung jawab hingga ke akhirat. Peimpin sekuler, yang memisahkkan agama dari urusan negara jelas merasa bebas berbuat, karena merasa tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Pertanggungjawaban di dunia itu semu belaka, sebab tergantung banyaknya suara. Pemimpin yang pandai menjaga dukungan mayoritas suara, dia tidak akan pernah ditolak pertanggungjawabannya.
Pemimpin yang pertanggungjawabannya hingga ke akhirat, tanggungjawabnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan rakyat dengan baik, bahkan dia tidak akan melalaikan tugas membimbing dan menasihati rakyat. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
ماَ مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً لَمْ يُحِطْهَا بِنَصِيْحَةٍ إِلاَّ لمَ ْيَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seseorang yang diserahi Allah memimpin urusan rakyat, lalu dia tidak menasihati rakyatnya, melainkan dia tidak mencium harumnya surga”. (HR. Al Bukhari).
Di masa Rasulullah saw. dan para khalifah setelah beliau, para pemimpinlah (khalifah/kepala negara, wali/gubernur, amil/walikota/bupati, panglima tentara) yang setiap Jum’at berkhutbah menyampaikan nasihat taqwa kepada kaum muslimin. Dari sini juga dimengerti bahwa para pemimpin bertugas menjaga agar rakyat yang dipimpinnya tetap dalam jalur taqwa, yakni tetap berjalan di dalam kehidupan mereka di jalan hidup Islam, di jalan syariah Allah SWT, dalam rangka mencari ridlo-Nya.
Ya, calon penguasa dan kepala negara yang seperti itulah yang kita butuhkkan hari ini, demi keselamatan kita hari ini, maupun masa mendatang. Wallahua’lam!
sungokong
sungokong
SERSAN SATU
SERSAN SATU

Male
Posts : 154
Kepercayaan : Islam
Location : gunung hwa kwou
Join date : 04.05.13
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik