FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

sifat utama amanah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

sifat utama amanah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

sifat utama amanah

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

sifat utama amanah Empty sifat utama amanah

Post by keroncong Sat Nov 12, 2011 10:17 pm

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Rasulullah saw. bersabda, "Laa iimaana liman laa amaanata lahu wala diina liman laa 'ahda lahu"(Tidak ada iman orang yang tidak beramanat dan tidak ada agama orang yang tidak ada berjanji).
Engkau wahai Rasulullah, bila engkau mengambil janji, engkau akan memberikan janji itu. Semua janjimu adalah jaminan dipenuhi. Bila engkau marah, kemarahanmu pun adalah kemarahan terhadap kebaikan, tanpa dengki dan permusuhan.

Selawat dan salam semoga terlimpahkan kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya yang telah didik di atas kelurusan, akhlak, dan prinsip-prinsip Islam yang benar. Mereka tidak mengenal rasa dengki, iri, benci, permusuhan, dan menumpahkan darah. Mereka tidak mengenal khamr, judi, dan riba. Namun, yang mereka kenal adalah bagaimana membebaskan negara dan para hamba, bagaimana menolong Islam dan mengangkat bendera keimanan. Sikap mereka tetap, tidak ada kemnunafikan, perampasan, kezaliman, kesia-siaan, dan permainan. Inilah akidah, inilah Islam, inilah Alquran. Mereka adalah kaum lelaki yang dididik dalam hamparan Ar-Rahman bukan dalam tempat kesia-sian dan di pinggir pantai. Mereka juga tidak dididk di ruangan yang di dalamnya bercampur antara laki-laki dan perempuan ataupun tempat perkumpulan para pemuda. Namun, mereka didik di rumah-rumah yang Allah mengizinkan di dalamnya disebut dan ditinggikan nama-nama-Nya di pagi dan sore hari, yaitu masjid. Mereka adalah laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingati Allah, mendirikan salat, dan membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Ya Allah, hidupkanlah kami dalam keadaan muslim, matikanlah kami dalam keadaan muslim pula, kumpulkanlah kami dalam keadaan mukmin, dan jadikanlah kami berada di bawah bendera Rasulullah saw. , wahai Rab pemilik alam!

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa Rasulullah saw. meninggalkan Ali tetap tinggal di tempat tidurnya? Mengapa beliau meninggalkannya saat beliau hijrah ke Madinah? Mengapa pula Ali datang sedikit terlambat ketika berhijrah ke Madinah? Jawaban atas semua pertanyaan itu adalah karena Rasulullah saw. masih memiliki amanat dan titipan dari orang Quraisy, penduduk Mekah. Mereka adalah orang musyrik kafir kepada Allah, tetapi mereka tidak mendapatkan seorang pun yang dapat dipercaya di Mekah, kecuali Rasulullah saw. seorang. Mereka terhadap Rasulullah saw. kafir, tetapi terhadap keamanahan Rasulullah saw. mereka percaya. Karena itu, Rasulullah saw. tidak rela untuk hijrah ke Madinah, sementara amanat masih ada di tanganya. Beliau kemudian memerintahkan kepada Ali untuk sejenak berada di Mekah guna mengembalikan amanat kepada pemiliknya.

Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Kapankah kiamat itu tiba? Kapankah bumi bergoncang dan gunung berserakan itu terjadi? Rasulullah menjawab, "Bila amanat telah lenyap, maka tunggulah datangnya kiamat."

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Ada empat hal yang bila empat hal itu terdapat dalam diri kalian, janganlah kalian menghiraukan dunia yang hilang. Keempat hal itu adalah menjaga amanat, berkata benar (jujur), berakhlak baik, dan kesucian makanan.

Marilah kita sejenak merenungi firman Allah SWT yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (Al-Ahzab: 72).

Amanat adalah ketaatan kepada Allah. Hal ini sesuai dengan bunyi ayat sebelumnya yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (Al-Ahzab:70--71).

Sesungguhnya keengganan gunung di atas bukanlah keenggaan untuk menyampaikan amanat, tetapi keengganan di atas adalah keenngganan untuk memikul amanat. Jadi, ada perbedaan antara melaksanakan amanat dengan memikul amanat.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Pada hari kiamat kelak, orang yang menghianati titipan akan datang menjumpai Allah, maka Allah berkata kepadanya, "Tunaikan amanat itu kepada si fulan, sampaikan titipan yang ada padamu itu kepada pemiliknya. Orang tersebut kemudian bertanya, "Dunia telah hancur, semuanya telah lenyap, (lantas) di manakah barang titipan itu sekarang berada? Allah berfiman kepada penjaga Jahannam, "Bawalah mereka ke sumur ini. Maka, mereka pun kemudian dibawa ke sumur yang dimaksud. Lalu, dikatakan kepada orang itu, "Lihatlah dasarnya." Orang itu lalu melihat ke dasarnya dan mendapati barang titipan itu ada di dalamnya. Dikatakan kepada orang itu, "Turunlah ke sumur itu dan sampaikan amanat kepada pemiliknya." Ia pun kemudian dilempar dengan amanat itu selama 70 musim rontok.

Semoga Allah merahmati seorang hamba yang bermurah hati dalam menjual, membeli, melaksanakan, dan menuntut. Inilah akhlak Islam dan beginilah muamalah kaum muslimin.

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Kami tidak ingin mengatakan bahwa amanat telah hilang dari masyarakat kita, seperti halnya seseorang yang berkata, "Saya mencari amanat dan aku temukan ia telah berada di dalam kain kafan. Saya pun bertanya kepada masyarakat, di mankah amant itu, mereka menjawab, "Semoga Allah membesarkan pahalamu di dalam amanah. Saya bertanya, di manakah amanat itu? Ia menjawab, "Sesungguhnya amanat itu berada di pintu terakhir, saya kemudian pergi untuk mengunjunginya, dan ternyata ia telah berada di atas kasur kematian, saya pun melantukan syahadat untuknya. Saya kemudian mengira ia akan berada di antara kita, tetapi ia berkata kepadaku, "Saya titipkan kalian kepada Allah yang titipannya tidak akan hilang, sesungguhanya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepadanya."

Maasyiral muslimin rahimakumullah!
Marilah sejenak kita mendengarkan kisah dari Kufah, yaitu kisah tentang Tsabit bin Ibrahim yang tengah berjalan-jalan di kota Kufah. Dalam jalan-jalannya itu, ia kemudian melewati pohon apel dan mendapati salah satu buahnya telah jatuh di luar pagar pohon. Ia kemudian memungut apel itu dan memakannya. Ketika apel itu telah dimakan setengah, ia tersentak dan berkata, "Apel ini bukan apelku, mengapa aku memakannya." Sisa apel yang setengah itu masih ia pegang, kemudian ia pergi ke penjaga kebun dan berkata, "Wahai hamba Allah, saya telah memakan setengah dari apel ini, maukah Anda mendermakan apel yang telah saya makan itu? Penjaga kebun menjawab, "Saya tidak berhak mendermakannya, karena ia bukan milikku." Lelaki tersebut bertanya, "Lantas di manakah pemilik apel ini?" Ia menjawab, "Ia berada lima mil dari sini."

Tsabit lalu pergi menuju pemilik apel, setelah sampai di depan rumahnya, ia lalu mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Pemilik rumah menjawab salam dan datang menghampirinya. Dengan rasa gelisah masih menyelimuti dirinya, ia berkata, "Wahai hamba Allah, tahukah engkau mengapa saya datang kemari?" Ia menjawab, "Tidak." Tsabit berkata, "Saya datang kepadamu agar engkau mendermakan setengah buah apel milikmu yang terlanjur saya makan, dan inilah setengah sisanya. Pemilik apel berkata, "Demi Allah, saya tidak akan mendermakannya kepadamu, kecuali bila engkau menerima syarat dariku." Tsabit bertanya, "Apa syarat itu wahai Abdullah?" Ia menjawab, "Syaratnya adalah engkau menikahi anak gadisku." Tsabit berkata, "Apakah ini dianggap sebagai syarat, engkau mendermakan apel itu dan saya menikahi anakmu, tentu saja ini adalah karunia yang besar." Pemilik kebun berkata, "Apabila engkau menikahinya, aku akan mendermakan apel itu. Tsabit berkata, "Saya akan menikahinya." Pemilik kebun berkata, "Biar aku tidak menipumu, maka aku beri tahukan kepadamu bahwa anak gadisku ini adalah tuli: tidak mendengar, buta: tidak melihat, bisu: tidak berbicara, dan lumpuh: tidak mampu berdiri. Laa ilaaha illallah , tuli, buta, bisu, dan lumpuh. Tsabit lalu berkata, "Aku akan menikahinya atas dasar mencari keberkahan Allah dan Rasul-Nya. Maka, dilakukanlah akad dan berkatalah ayah gadis itu, "Bila engkau mau datanglah setelah salat Isya untuk menemui isterimu." Maka, datanglah Tsabit untuk menemui gadis yang buta, tuli, bisu, dan lumpuh itu. Ia merasa seakan-akan dirinya akan memasuki medan peperangan. Manakala telah sampai di depan kamarnya, ia mengucapkan salam dan ternyata gadis tersebut menjawab salamnya, berdiri, dan menjabat tangannya. Tsabit merasa heran, lalu berkata, "Apa ini? Mengapa ayahmu memberitahukan kepadaku tentangmu begini dan begini? Gadis itu lalu bertanya, "Apa yang diberitahukan ayahku kepadamu." Ia berkata, "Ayahmu memberitahukan kepadaku, bila kamu itu buta." Ia menjawab, "Demi Allah, ayahku tidak dusta, saya memang buta, saya tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah. Ayahmu memberitahukan kepadaku bahwa kamu tuli. Ia berkata, "Ayah saya benar, demi Allah saya tidak mengucapkan kalimat yang dibenci Allah." Ayahmu memberitahukan kepadaku bahwa kamu tuli. Ia berkata, "Ia benar, demi Allah saya tidak mendengar, kecuali apa yang diridai Allah." Ia memberitahukan kepadaku bahwa kamu lumpuh. Ia berkata, "Ya, karena saya tidak berjalan dengan kakiku, kecuali kepada sesuatu yang diridai Allah, saya tidak berjalan ke tempat yang dimurkai-Nya." Dan, manakala Tsabit melihat wajah perempuan itu, ia mendapatinya bagaikan potongan bulan.

Beberapa saat setelah keduanya menikah, lahirlah seorang hamba yang takwa, saleh, wara, dan khusyu kepada Allah. Seorang hamba yang mengisi dunia ini dengan ilmu, ibadah, dan amal. Tahukah kalian--wahai kaum muslimin-- siapakah hamba itu? Dia adalah Imam besar Abu Hanifah an-Nu'man, semoga Allah meridainya.

Hari ini tidak ada wanita kita yang sebuta, setuli, sebisu, dan selumpuh wanita itu. Oh, seandainya wanita kita seperti dia, niscaya para wanita itu akan melebihi kaum lelakinya.


Maasyiral muslimin rakhimakumullah!
Allah Tabaraka wa Taala berfirman, yang artinya, "Dan, orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Al-Mukminuun: 8--11).

Berdoalah kalian kepada Allah dan yakinlah bahwa doa kalian akan dikabulkan-Nya!

Wallahu a'alam.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik