benarkah yesus akan kembali ke dunia?

First topic message reminder :

JESUS WILL RETURN ?

Ya benar, Nabi Isa alahissalam itu memang benar akan datang lagi kepada kita nanti menjelang hari kiamat terjadi. Sebab hadits-hadits Rasulullah SAW memang telah menyebutkan hal itu. Kami akan menyampaikan dalil dan keterangan yang shahih tentang masalah kedatangan nabi Isa itu sendiri. Sedangkan informasi tentang siapakah Harun Yahya silahkan Anda cari sendiri di internet.

Bahwa dia akan jadi juru selamat, sebenarnya merupakan ungkapan yang agak dipelintir. Sebab kalau yang mengucapkan itu adalah umat kristiani, mereka akan bilang bahwa yang dimaksud dengan juru selamat itu adalah membaptis dan memasukkan orang ke dalam agama kristen.

Namun dalam pandangan akidah Islam, Nabi Isa itu memang akan menyelamatkan umat manusia dari kekeliruan agama kristiani itu sendiri. Sebab Nabi Isa jsutru akan menghancurkan gereja, merobohkan salib dan akan membongkar kedok para tokoh agama itu.

Bahkan lebih jauh, Nabi Isa as itu akan menjadi seorang muslim yang bernabi kepada Rasulullah SAW dan berkitab sucikan Al-Quran Al-Kariem. Beliau akan ikut shalat bersama umat Islam, bahkan menolak ketika ditawari menjadi imam.

Nabi Isa akan menjadi seorang muslim biasa tanpa jabatan kenabian. Karena memang tidak ada lagi nabi setelah kerasulan Muhammad SAW. Beliau akan bersama-sama dengan umat Islam merobohkan patung salib dan bunda maria, membunuh babi dan menghancurkan khamar. Beliau akan shalat bersama dengan umat Islam. Berkitab suci Al-Quran, mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat menghadap ka‘bah, puasa Ramadhan, berhaji ke Mekkah dan menjalankan syariat Islam yang kita terapkan saat itu.

Diantara tanda-tanda datangnya hari kiamat kubro adalah turnnya Nabi Isa as. Beliau akan menjadi muslimin atau bagian dari umat Islam, menghancurkan salib dan menghancurkan berhala. Karena risalah yang beliau bawa adalah risalah yang bersumber dari Allah juga.

Semua keteragan itu kita dapatkan dari hadits-hatis Rasulullah yang sampai kepada kita, antara lain:

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, Nyaris akan turun kepada kalian putera Maryam (Nabi Isa as) menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib dan membunuh babi dan memungut jizyah dan memenuhi harta ... (HR. HR Muslim dalam kitab Iman bab turunnya Isa )

Dari Jabir bin Abdillah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Akan tetap ada dari umatku yang berjuang dalam haq dan eksis terus hingga hari kiamat. Kemudian Nabi Isa bin Maryam turun. Lalu pemimpin umat Islam saat iu berkata kepada Nabi Isa,”Kemarilah dan jadilah imam dalam shalat kami”. Namun Nabi Isa menjawab,”Tidak, kalian menjadi peminpin di antara kalian sendiri . Sebagai bentuk pemuliaan Allah atas umat ini” (HR. )

Rasulullah SAW bersabda,”Nabi Isa masih tetap tinggal di bumi hingga terbunuhnya Dajjal selama 40 tahun, lalu Allah mewafatkannya dan dishalatkan jenazahnya oleh umat Islam (HR. HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hiban, Al-Hakim dan dishahihkan oleh az-Zahabi )

"MA'A" kok "termasuk" ...??? ish ish ish ..... ngaco dengan efek domino, sekali ngaco kesana juga akan ngaco terus

Kedunghalang wrote:

putramentari wrote:
dari hadits diatas jelas :

1. tidak ada nabi dan rosul setelah Nabi Muhammad saw (yang membawa syari'at baru, melainkan hanya melaksanakan syari'at Islam saja).
2. tidak ada wahyu lagi yang turun setelah Nabi Muhammad. (yang mengandung syari'at baru, melaikan wahyu non-syari'at atau al mubasyirat itu masih mungkin turun).

sekarang Simple ajah :

1. Apakah HMGA adalah Nabi dan rosul ???????
HMG Ahmad as adalah Misal Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil, atau Al Mahdi yang diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal) sebagai Nabi dan Rasul dari antara umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad Rasulullah saw.

2. apakah HMGA menerima wahyu. ?????????

HMG Ahmad as menerima wahyu non-syari'at atau al mubasyirat dari Allah, Tuhan Yang Maha Berbicara kepada hamba-hamba-Nya.

kemudian anda berkata :

Yang dimaksud Nabi dan Rasul dari antara umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad Rasulullah saw adalah yang tidak membawa syari'at baru dan/atau yang tidak akan menghapuskan syari'at Al Qur'an

maka saya, darimana dasarnya anda bisa berkata seperti itu ????      

Dasarnya adalah:

Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini (Nabi Muhammad saw) maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang yang kepada mereka Allah swt. memberikan nikmat, yakni : nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang saleh. Dan, mereka itulah sahabat-sahabat (Aulia Allah) yang sejati. (An-Nisa 4:69/70)

Kata depan ma’a menunjukkan adanya dua orang atau lebih bersama pada suatu tempat atau pada satu saat, kedudukan, pangkat atau keadaan. Kata itu mengandung arti bantuan, seperti tercantum dalam At-Taubah 9:40 (Mufradat). Kata itu dipergunakan pada beberapa tempat dalam Alquran dengan artian fi  artinya “di antara”: (Ali Imran 3:194; An-Nisa 4:147).

Ayat ini sangat penting karena menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah saw. Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi Rasulullah saw semata. Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw dalam memperoleh Nikmat Allah ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan, “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka” (Al Hadid 57:20).

Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan saleh dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Rasulullah saw dapat naik ke martabat nabi juga. Kitab “Bahr-ul-Muhit” (Jilid III, hal. 287) menukil Al-Raghib yang mengatakan, “Tuhan telah membagi orang-orang mukmin dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang mukmin sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.” Dan membubuhkan bahwa “Kanabian itu ada dua macam : umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi atau tertutup; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai atau terbuka hanya bagi umat Islam yang taat sempurna kepada Nabi Muhammad saw.”

jawaban kok ngawur toh kangmas :

kalo termasuk diantara, kata yang digunakan adalah :

مِنْ  =  termasuk di antara

bukannya : مَعَ  = bersama sama

seperti di ayat :


إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ

إِنَّهُ    = Sesungguhnya dia

مِنْ  =  termasuk di antara

عِبَادِنَا =  hamba-hamba Kami

الْمُؤْمِنِينَ = orang orang yang beriman


QS 37:81. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman.

kok makin kacau pemahaman bahasa arabnya   

@ Atas,

Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:


“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).



"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).

Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).

Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)

Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).

Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.

Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.

Kedunghalang wrote:@ Atas,

Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:


“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).



"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).

Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).

Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)

Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).

Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.

Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.

193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

tetap saja arti :

مَعَ = bersama sama/beserta

kalo kamu mau artikan seenaknya, ya silahkan ajah    

putramentari wrote:

Kedunghalang wrote:@ Atas,

Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:


“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).



"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).

Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).

Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)

Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).

Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.

Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.

193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

tetap saja arti :

مَعَ  = bersama sama/beserta

kalo kamu mau artikan seenaknya, ya silahkan ajah    

Jika mengartikan kata ma'a dengan membandingkan dengan penggunaan kata yang sama dalam ayat-ayat suci lain Al Qur'an tentu tidak seenaknya. Anda pikirkan saja, apakah Allah mengajarkan kita untuk berdoa agar kita diwafatkan bareng-bareng (beserta/bersama) dengan orang lain? Tidak mungkinlah, karena setiap orang memiliki waktu dan tempat kematian sendiri-sendiri menurut kehendak Allah Yang Maha Kuasa, tidak bareng-bareng (beserta/bersama).

Nah, sekarang bagaimana dengan yang satu lagi (An-Nisa 4:146/147)?

Kedunghalang wrote:

putramentari wrote:

Kedunghalang wrote:@ Atas,

Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:


“Wahai Tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar seorang penyeru memanggil kepada keimanan, bahwa, ‘Berimanlah kepada Tuhan-mu,’ maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami, dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan orang-orang baik.” (Ali Imran 3:193/194).



"Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh kepada Allah, serta mereka ikhlas dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan mereka ini termasuk golongan orang-orang mukmin. Dan, kelak Allah akan memberi kepada orang-orang mukmin ganjaran besar." (An-Nisa 4:146/147).

Dengan demikian, maka tidak ada salahnya jika kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70 diartikan termasuk di antara. Hal ini membenarkan bahwa Nikmat Allah (Kenabian/Kerasulan yang tidak membawa syari'at baru) masih TERBUKA bagi umat Islam yang ta'at kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisa 4:69/70) di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).

Terlebih lagi, hal ini didukung oleh hadits-hadits tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah:
Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)

Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).

Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang juga yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.

Mengenai nubuatan dalam Al Qur'an tentang kedatangan Al Mahdi yang diutus/Rasul Allah setelah Nabi Muhammad saw terdapat dalam Al Jumu'ah 62:2/3-3/4.

193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

tetap saja arti :

مَعَ  = bersama sama/beserta

kalo kamu mau artikan seenaknya, ya silahkan ajah    

Jika mengartikan kata ma'a dengan membandingkan dengan penggunaan kata yang sama dalam ayat-ayat suci lain Al Qur'an tentu tidak seenaknya. Anda pikirkan saja, apakah Allah mengajarkan kita untuk berdoa agar kita diwafatkan bareng-bareng (beserta/bersama) dengan orang lain? Tidak mungkinlah, karena setiap orang memiliki waktu dan tempat kematian sendiri-sendiri menurut kehendak Allah Yang Maha Kuasa, tidak bareng-bareng (beserta/bersama).

Nah, sekarang bagaimana dengan yang satu lagi (An-Nisa 4:146/147)?

 

yang perlu anda pikirkan adalah Nabi Muhammad berkata bahwa tidak ada Nabi dan rasul setelahku, kalo ada yang mengaku Nabi, tentu saja sesat

Ayat ini sangat penting karena menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah saw.

kembali tafsir ngawur, coba lihat tafsir ibnu katsir hal 349 :

putramentari wrote:

Kedunghalang wrote:
Nah, sekarang bagaimana dengan yang satu lagi (An-Nisa 4:146/147)?

yang perlu anda pikirkan adalah Nabi Muhammad berkata bahwa tidak ada Nabi dan rasul setelahku, kalo ada yang mengaku Nabi, tentu saja sesat

Saya juga memang memikirkan sabda Nabi Muhammad saw bahwa tidak ada Nabi dan Rasul yang datang setelah beliau saw, kecuali Isa Ibnu Maryam yang akan datang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil, atau Khalifatullah, Al Mahdi yang diutus Allah (HR Ibnu Majah & Musnad Ahmad bin Hambal).

Kedunghalang wrote:@ Atas,
Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:

Inilah ngaco dgn efek domino, merembet kesana kemari. Punya niatan yg jelas hendak menjadikan quran penguat kebohongan. Betul kata Allah ada yg dgn quran ini orang mendapat petunjuk, ada juga yang tambah sesat.
Kata "bersama para nabi", dirubah menjadi "termasuk para nabi". Sebuah upaya penyesatan yg luar biasa. Masa kalimat "bersama para polisi" berubah menjadi "termasuk para polisi". Ngawur luar biasa.

crescent-star wrote:

Kedunghalang wrote:@ Atas,
Jawaban saya tidak ngawur, karena kata ma'a digunakan Allah dalam ayat-ayat lain dalam Al Qur'an:
1. Kata ma'a di dalam Al Qur'an tidak selalu diartikan bersama/beserta, contohnya di dalam dua ayat berikut:

Inilah ngaco dgn efek domino, merembet kesana kemari. Punya niatan yg jelas hendak menjadikan quran penguat kebohongan. Betul kata Allah ada yg dgn quran ini orang mendapat petunjuk, ada juga yang tambah sesat.
Kata "bersama para nabi", dirubah menjadi "termasuk para nabi". Sebuah upaya penyesatan yg luar biasa. Masa kalimat "bersama para polisi" berubah menjadi "termasuk para polisi". Ngawur luar biasa.

Membahas Al Qur'an itu harus disertai dengan ketaqwaan agar kita mendapat petunjuk Allah, karena Al Qur'an sendiri menyatakan Kitab yang sempurna dan tiada keraguan di dalamnya ini adalah petunjuk bagi orang-orang bertaqwa (Al Baqarah 2:2/3).

Setelah "bersama para nabi" sebaiknya dilanjutkan dengan "bersama para shiddiq, bersama para syahid, dan bersama orang-orang shaleh". Jadi, jika mengikuti terjemahan anda, maka orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw itu tidak mungkin menjadi "termasuk orang-orang shaleh", melainkan hanya menjadi "bersama orang-orang shaleh" saja. Padahal seorang ibu sering mendo'akan anaknya: "Ya Allah, jadikanlah anak-ku orang shaleh".

Afalaa ta'qiluuun?

putramentari wrote:

Ayat ini sangat penting karena menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah saw.

kembali tafsir ngawur, coba lihat tafsir ibnu katsir hal 349 :

Nampaknya tafsir Al Qur'an oleh Imam Mahdi as lebih baik daripada Ibnu Katsir. Imam Mahdi as menjelaskan berdasarkan Al Qur'an bahwa kata rafiqan itu identik dengan wali-wali (Aulia) Allah atau para sahabat sejati Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin (An-Nisa 4:69/70). Para wali (Aulia) Allah itu adalah orang-orang Islam yang beriman dan bertaqwa, dan bagi mereka ada khabar suka dari Allah Al Mutakallim dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).

Kedunghalang wrote:
Membahas Al Qur'an itu harus disertai dengan ketaqwaan agar kita mendapat petunjuk Allah, karena Al Qur'an sendiri menyatakan Kitab yang sempurna dan tiada keraguan di dalamnya ini adalah petunjuk bagi orang-orang bertaqwa (Al Baqarah 2:2/3).

Setelah "bersama para nabi" sebaiknya dilanjutkan dengan "bersama para shiddiq, bersama para syahid, dan bersama orang-orang shaleh". Jadi, jika mengikuti terjemahan anda, maka orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw itu tidak mungkin menjadi "termasuk orang-orang shaleh", melainkan hanya menjadi "bersama orang-orang shaleh" saja. Padahal seorang ibu sering mendo'akan anaknya: "Ya Allah, jadikanlah anak-ku orang shaleh".

Afalaa ta'qiluuun?

Karena kamu belum jelas kesalehannya, baru jelas sbg tukang plintir terjemahan.
Tentu saja orang saleh akan dikumpulkan bersama orang saleh juga, masa dikumpulan sama tukang plintir dan tukang bohong ???
Apanya yg membuat otak bung (maaf) kram shg tdk bisa menerima kalau orang saleh akan bersama orang saleh juga ??? Kalau kita dikumpulkan bersama orang saleh apa ga boleh kita disebut orang saleh juga ??
Ada2 saja. Afala ta'qiluuuuuuunnn ?

Kedunghalang wrote:

putramentari wrote:

Ayat ini sangat penting karena menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah saw.

kembali tafsir ngawur, coba lihat tafsir ibnu katsir hal 349 :

Nampaknya tafsir Al Qur'an oleh Imam Mahdi as lebih baik daripada Ibnu Katsir. Imam Mahdi as menjelaskan berdasarkan Al Qur'an bahwa kata rafiqan itu identik dengan wali-wali (Aulia) Allah atau para sahabat sejati Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin (An-Nisa 4:69/70). Para wali (Aulia) Allah itu adalah orang-orang Islam yang beriman dan bertaqwa, dan bagi mereka ada khabar suka dari Allah Al Mutakallim dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).  

maaf , islam tidak mengenal yang namanya Tafsir imam mahdi, apalagi tafsir cocologi dan pelintirologi khas Ahmadiyah    

pelintirologi??

makin banyak deh kosa kata baru di LI
  

abu hanan wrote:pelintirologi??

makin banyak deh kosa kata baru di LI
  

    

crescent-star wrote:

Kedunghalang wrote:
Membahas Al Qur'an itu harus disertai dengan ketaqwaan agar kita mendapat petunjuk Allah, karena Al Qur'an sendiri menyatakan Kitab yang sempurna dan tiada keraguan di dalamnya ini adalah petunjuk bagi orang-orang bertaqwa (Al Baqarah 2:2/3).

Setelah "bersama para nabi" sebaiknya dilanjutkan dengan "bersama para shiddiq, bersama para syahid, dan bersama orang-orang shaleh". Jadi, jika mengikuti terjemahan anda, maka orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw itu tidak mungkin menjadi "termasuk orang-orang shaleh", melainkan hanya menjadi "bersama orang-orang shaleh" saja. Padahal seorang ibu sering mendo'akan anaknya: "Ya Allah, jadikanlah anak-ku orang shaleh".

Afalaa ta'qiluuun?

Karena kamu belum jelas kesalehannya, baru jelas sbg tukang plintir terjemahan.
Tentu saja orang saleh akan dikumpulkan bersama orang saleh juga, masa dikumpulan sama tukang plintir dan tukang bohong ???
Apanya yg membuat otak bung (maaf) kram shg tdk bisa menerima kalau orang saleh akan bersama orang saleh juga ??? Kalau kita dikumpulkan bersama orang saleh apa ga boleh kita disebut orang saleh juga ??
Ada2 saja. Afala ta'qiluuuuuuunnn ?

Bukankah personal attack dalam forum ini dilarang? It will lead to no where.

Saya bukan dokter, tetapi ketika saya menengok orang sakit yang dirawat di ICCU, saya pergi bersama para dokter memasuki ruang ICCU. Apakah saya boleh disebut sebagai seorang dokter? Afalaa ta'qiluun?

Anda belum membahas kata ma'a dalam An-Nisa 4:146/147.

Tetapi, terlepas dari masalah kata ma'a dalam An-Nisa 4:69/70, bagaimana dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil, atau Al Mahdi yang menurut Nabi Muhammad saw diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal)?

Bukankah kata-kata Al Mahdi diutus Allah berarti Imam Al Mahdi adalah Utusan Allah atau Rasul Allah?
Bukankah Al Qur'an (Az-Zukhruf 43:6/7) menyatakan bahwa para nabi itu adalah Utusan Allah atau Rasul Allah?

putramentari wrote:

Kedunghalang wrote:

putramentari wrote:

Ayat ini sangat penting karena menerangkan semua jalur kemajuan rohani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat kerohanian – para nabi, para shiddiq, para syuhada dan para shalihin – kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Rasulullah saw.

kembali tafsir ngawur, coba lihat tafsir ibnu katsir hal 349 :

Nampaknya tafsir Al Qur'an oleh Imam Mahdi as lebih baik daripada Ibnu Katsir. Imam Mahdi as menjelaskan berdasarkan Al Qur'an bahwa kata rafiqan itu identik dengan wali-wali (Aulia) Allah atau para sahabat sejati Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin (An-Nisa 4:69/70). Para wali (Aulia) Allah itu adalah orang-orang Islam yang beriman dan bertaqwa, dan bagi mereka ada khabar suka dari Allah Al Mutakallim dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat (Yunus 10:62/63-64/65).  

maaf , islam tidak mengenal yang namanya Tafsir imam mahdi, apalagi tafsir cocologi dan pelintirologi khas Ahmadiyah    

Imam Mahdi itu adalah seorang Pemimpin Ruhani (Khalifatullah) Islam yang mendapat petunjuk langsung dari Allah, jadi dalam menafsirkan Al Qur'an senantiasa mendapat petunjuk dari Allah. Menurut Nabi Muhammad saw, Imam Al Mahdi itu diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal), berarti Imam Al Mahdi adalah Utusan Allah atau Rasul Allah, yang datang setelah Nabi Muhammad Rasulullah saw.

putramentari wrote:

abu hanan wrote:pelintirologi??

makin banyak deh kosa kata baru di LI
  

    

Apakah wan Abu mendukung mu? Afalaa ta'qiluun?

Kedunghalang wrote:Bukankah personal attack dalam forum ini dilarang? It will lead to no where.
Saya bukan dokter, tetapi ketika saya menengok orang sakit yang dirawat di ICCU, saya pergi bersama para dokter memasuki ruang ICCU. Apakah saya boleh disebut sebagai seorang dokter? Afalaa ta'qiluun?

buat analogi fun ngawur juga bung ini.
tentu saja kalau bung bukan dokter lalu bersama dokter tidak otomatis disebut dokter.
kalau bung bukan orang soleh mana mungkin gara-gara gabung sama orang soleh disebut orang soleh.
tapi liat pernyataan bung di atas, bung tidak bisa menerima kalau ada orang soleh bergabung dengan orang soleh. karena bung berfikiran kalau sudah ada orang soleh maka kita tidak boleh disebut orang soleh, begitu kan ? shg terjemahnya harus "TERMASUK" bukan "BERSAMA". maka sama saja bung tidak bisa menerima kalau dokter bisa bergabung dengan dokter lagi, jika menggunakan analogi bung di atas.
afala ta'qiluuuunnn ....??

crescent-star wrote:

Kedunghalang wrote:Bukankah personal attack dalam forum ini dilarang? It will lead to no where.
Saya bukan dokter, tetapi ketika saya menengok orang sakit yang dirawat di ICCU, saya pergi bersama para dokter memasuki ruang ICCU. Apakah saya boleh disebut sebagai seorang dokter? Afalaa ta'qiluun?

buat analogi fun ngawur juga bung ini.
tentu saja kalau bung bukan dokter lalu bersama dokter tidak otomatis disebut dokter.
kalau bung bukan orang soleh mana mungkin gara-gara gabung sama orang soleh disebut orang soleh.
tapi liat pernyataan bung di atas, bung tidak bisa menerima kalau ada orang soleh bergabung dengan orang soleh. karena bung berfikiran kalau sudah ada orang soleh maka kita tidak boleh disebut orang soleh, begitu kan ? shg terjemahnya harus "TERMASUK" bukan "BERSAMA". maka sama saja bung tidak bisa menerima kalau dokter bisa bergabung dengan dokter lagi, jika menggunakan analogi bung di atas.
afala ta'qiluuuunnn ....??

Kunjugan saya ke panti asuhan bersama camat-camat dari seluruh kecamatan di kabupaten Bogor. Apakah saya seorang camat?

Bagaimana penggunaan kata ma'a dalam An-Nisa 4:146/147?
Bagaimana dengan hadits yang menyatakan, Al Mahdi yang diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal)?

Anda BUNGKAM lagi?

Kedunghalang wrote:Kunjugan saya ke panti asuhan bersama camat-camat dari seluruh kecamatan di kabupaten Bogor. Apakah saya seorang camat?

setelah ngawur dalam menterjemahkan, rupanya bung sering lupa pula ya ?
ini pernyataan bung :

kedunghalang wrote:Setelah "bersama para nabi" sebaiknya dilanjutkan dengan "bersama para shiddiq, bersama para syahid, dan bersama orang-orang shaleh". Jadi, jika mengikuti terjemahan anda, maka orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw itu tidak mungkin menjadi "termasuk orang-orang shaleh", melainkan hanya menjadi "bersama orang-orang shaleh" saja. Padahal seorang ibu sering mendo'akan anaknya: "Ya Allah, jadikanlah anak-ku orang shaleh".

nah kalau bung seorang CAMAT apa tidak boleh disebut CAMAT gara2 kumpul sama para CAMAT ???
kalau bung seorang SALEH apa tidak boleh disebut SALEH gara2 kumpul sama orang2 SALEH ??
afala ta'qiluuunn ...?

Kedunghalang wrote:

Jagona wrote:

Kedunghalang wrote:

Jagona wrote:

Kedunghalang wrote:

Alhamdulillah, syukurlah anda memahami bahwa  Rasul masih terbuka. Tetapi, menurut Al Qur'an, Rasul itu masih terbuka hanya bagi umat Islam atau umat Nabi Muhammad saw saja (Al 'Araf 7:35/36), begitu pula Nabi yang taat kepada Nabi Muhammad saw masih terbuka (An-Nisa 4:69/70), dan jika Rasul itu datang harus ditaati dengan izin Allah (An-Nisa 4:64/65).  Sedangkan menurut Nabi Muhammad saw, Nabi dan/atau Rasul yang akan datang itu adalah Misal/Perumpamaan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil:

Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang Adil." (HR Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411)

Rasulullah saw bersabda: “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus (Rasul) Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Musnad Ahmad bin Hambal 10898).

Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa Isa Ibnu Maryam dan Imam Al Mahdi itu adalah utusan (Rasul) Allah dan wujudnya hanya satu orang. Dan, hanya satu orang pula yang mendakwahkan diri diutus Allah sebagai Isa Ibnu Maryam dan Imam Mahdi, yakni HMG Ahmad as, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, dari Qadian, Hindustan.

hi hi hi ....... jangan pede dulu ....... peluang untuk adanya rosul itu tidak dari yang sudah wafat seperti N.Isa ataupun n.Muhammad ....... rosul-rosul yang dimaksud adalah mereka yang menyampaikan quran ke masyarakat umum ....... aku dah pernah bilang sejak anda masuk ke forum ini bahwa boleh-boleh saja kalo MGA mengaku rosul, tapi jangan  sebagai NABI ......................... pokwey

Jika anda ingin membantah dengan bantahan yang benar, maka harus berdasarkan Al Qur'an dan/Hadits. Berkaitan dengan HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as sudah ada thread tersendiri:
AHMADIYAH QADIAN. Silahkan anda membantah di thread ini atau di thread sana, dengan izin Moderator.

yeehhhh ........ dari awal kan sudah dijelaskan dengan ayat 33/40 ....... kok orang pjter masih menanyakan quran dan hadits ......... lagian masalah MGA kan anda sendiri yang menampilkannya tuh di atas yang aku tebelin .......... di tret inipun anda berupaya untuk menampilkan MGA juga ............... key

Kalau membahas tentang kenabian HMGA as di thread ini, maka akan OOT. Karena kita sepakat bahwa Nabi Isa / Yesus as sudah wafat, maka dia tidak akan kembali lagi ke dunia. Tetapi, di dalam beberapa hadits yang shahih wal mutawatir, Nabi saw menubuatkan tentang kedatangan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi atau Al Mahdi yang diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal) dari antara umat Islam (Al 'Araf 7:35/36 & Al Jumu'ah 62:3/4). Menurut Al Qur'an Nabi sama dengan Rasul (Az-Zukhruf 43:6/7) yang masih terbuka hanya bagi umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Jadi, untuk membahas bahwa Nabi sama dengan Rasul yang masih terbuka bagi umat Islam, maka sebaiknya di thread AHMADIYAH QADIAN, supaya tidak OOT.

hi hi hi .......... mencla-mencle .............. az-zukhruf 43/6-7 tidak menunjukan rasul=nabi ... udahlah jangan mengada-ada hanya untuk membela MGA ............... okey

@pak kedung

ini menurut kang google translate :)

مع-preposisi
with مع, لدى, و, ب, عند, ضد
together with مع
for إلى, منذ, مع, بسبب, ب, في سبيل

crescent-star wrote:

Kedunghalang wrote:Kunjugan saya ke panti asuhan bersama camat-camat dari seluruh kecamatan di kabupaten Bogor. Apakah saya seorang camat?

setelah ngawur dalam menterjemahkan, rupanya bung sering lupa pula ya ?
ini pernyataan bung :

kedunghalang wrote:Setelah "bersama para nabi" sebaiknya dilanjutkan dengan "bersama para shiddiq, bersama para syahid, dan bersama orang-orang shaleh". Jadi, jika mengikuti terjemahan anda, maka orang-orang Islam yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw itu tidak mungkin menjadi "termasuk orang-orang shaleh", melainkan hanya menjadi "bersama orang-orang shaleh" saja. Padahal seorang ibu sering mendo'akan anaknya: "Ya Allah, jadikanlah anak-ku orang shaleh".

nah kalau bung seorang CAMAT apa tidak boleh disebut CAMAT gara2 kumpul sama para CAMAT ???
kalau bung seorang SALEH apa tidak boleh disebut SALEH gara2 kumpul sama orang2 SALEH ??
afala ta'qiluuunn ...?

Dalam konteks ayat An-Nisa 4:69/70, jika diartikan tidak termasuk nabiyyin, maka kata-kata selanjutnya tidak termasuk shiddiqiin, tidak termasuk syuhada, dan tidak termasuk orang-orang shaleh, karena berada dalam satu kalimat yang tidak dipisahkan.

Bagaimana penggunaan kata ma'a dalam An-Nisa 4:146/147?
Bagaimana dengan hadits yang menyatakan, Al Mahdi yang diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal)?

Anda masih BUNGKAM?

Jagona wrote:

Kedunghalang wrote:

Jagona wrote:

Kedunghalang wrote:

Jagona wrote:

hi hi hi ....... jangan pede dulu ....... peluang untuk adanya rosul itu tidak dari yang sudah wafat seperti N.Isa ataupun n.Muhammad ....... rosul-rosul yang dimaksud adalah mereka yang menyampaikan quran ke masyarakat umum ....... aku dah pernah bilang sejak anda masuk ke forum ini bahwa boleh-boleh saja kalo MGA mengaku rosul, tapi jangan  sebagai NABI ......................... pokwey

Jika anda ingin membantah dengan bantahan yang benar, maka harus berdasarkan Al Qur'an dan/Hadits. Berkaitan dengan HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as sudah ada thread tersendiri:
AHMADIYAH QADIAN. Silahkan anda membantah di thread ini atau di thread sana, dengan izin Moderator.

yeehhhh ........ dari awal kan sudah dijelaskan dengan ayat 33/40 ....... kok orang pjter masih menanyakan quran dan hadits ......... lagian masalah MGA kan anda sendiri yang menampilkannya tuh di atas yang aku tebelin .......... di tret inipun anda berupaya untuk menampilkan MGA juga ............... key

Kalau membahas tentang kenabian HMGA as di thread ini, maka akan OOT. Karena kita sepakat bahwa Nabi Isa / Yesus as sudah wafat, maka dia tidak akan kembali lagi ke dunia. Tetapi, di dalam beberapa hadits yang shahih wal mutawatir, Nabi saw menubuatkan tentang kedatangan Isa Ibnu Maryam yang menjadi Imam Mahdi atau Al Mahdi yang diutus Allah (HR Musnad Ahmad bin Hambal) dari antara umat Islam (Al 'Araf 7:35/36 & Al Jumu'ah 62:3/4). Menurut Al Qur'an Nabi sama dengan Rasul (Az-Zukhruf 43:6/7) yang masih terbuka hanya bagi umat Islam (An-Nisa 4:69/70). Jadi, untuk membahas bahwa Nabi sama dengan Rasul yang masih terbuka bagi umat Islam, maka sebaiknya di thread AHMADIYAH QADIAN, supaya tidak OOT.

hi hi hi .......... mencla-mencle .............. az-zukhruf 43/6-7 tidak menunjukan rasul=nabi ... udahlah jangan mengada-ada hanya untuk membela MGA ............... okey

Firman Allah: "Dan, berapa banyak nabi telah Kami utus kepada kaum terdahulu!" (Az-Zukhruf 43:7/8)

Dalam ayat itu ada kata-kata: banyak nabi dan Kami (Allah) utus kepada kaum terdahulu. Artinya, ALLAH telah MENGUTUS BANYAK NABI, atau NABI-NABI itu adalah para UTUSAN ALLAH atau RASUL ALLAH.

Kesimpulan: NABI = RASUL