FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

kumbokarno dan bung hatta Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

kumbokarno dan bung hatta Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

kumbokarno dan bung hatta

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

kumbokarno dan bung hatta Empty kumbokarno dan bung hatta

Post by keroncong Thu Apr 12, 2012 12:53 am

Pada hari-hari ketika Kumbo Karno sudah merasa muak terhadap
kehidupan keraton dan oleh karena itu ia menyendiri di
Panglebur Gongso, di rumahnya, bersama Togog, ia sama sekali
tidak tahu apa yang terjadi di keraton. Ia tak peduli.

Tetapi hari itu ketenangan negeri Alengka terasa
mencurigakan. Suasana itu seperti dibuat untuk menyelubungi
sesuatu. Naluri Kumbo Karno mencium ada yang tak beres.
Maka, disuruhnya Togog, abdi dalem, menyelidik.

Syahdan, Togog mampu menyusup ke sumber berita yang paling
aktual, dan layak dipercaya. Siang itu, setelah sidang
kabinet yang melelahkan membujuk Dasamuka agar mengembalikan
Shinta, Gunawan Wibisono dikepruk dengan sepenggal besi oleh
Dasamuka. Gunawan roboh, dan mati seketika.

Kematiannya dirahasiakan. Segenap kawula dan kadang sentana
keraton yang ada di dalam bangunan gedung istana tak boleh
keluar. Sebaliknya, yang di luar tak boleh masuk. Segenap
pintu dijaga ketat demi kerahasiaan itu.

Kemudian, dengan cara siluman, jasad Wibisono dibuang ke
laut. Dengan demikian, Dasamuka bisa bersikap seolah-olah
biasa, seolah-olah tak ada sesuatu yang terjadi.

Tetapi Kumbo Karno yang mendengar hal itu dari Togog,
menggeram. Suaranya menggelegar di langit. Langkah kaki
raksasa sebesar gunung yang menahan marah itu mengguncangkan
bumi Alengka. Dia menuntut balas.

Sambil menuju keraton Alengka, Kumbo Karno mengobrak-abrik
keindahan taman. Benteng dirobohkan. Beringin ditumbangkan.
Alengka, pendeknya, bagai diterjang prahara.

Melihat amok adiknya itu, Dasamuka mengkirik. Benar dia
sakti mahambara. Tapi Kumbo Karno pun bukan tandingan biasa.
Dia bersembunyi. Disuruhnya patih Prahasta meredam kemarahan
adiknya.

"Ingat, anakku, Kumbo Karno," bujuk Prahasta. Bumi bisa kau
telan bila kau mau. Tapi lupakah engkau, anakku, pada kawulo
cilik yang tak bersalah, yang juga bisa jadi korban
kemarahanmu, jika kau tak mau mengendalikan diri? Badaniah,
engkau memang raksasa, anakku. Tapi aku tahu, jiwamu satria
sejati ..."

Kumbo Karno lilih dalam bujukan. Tapi sejak saat itu pula ia
tak mau lagi melihat polah tingkah Dasamuka. Tak tega
melihat kekejaman kakaknya, Kumbo Karno menyingkir. Ia
bertapa tidur di Panglebur Gongso. Bertahun-tahun lamanya.

Orang menyebut Kumbo Karno seorang patriot. Ia salah satu
contoh perilaku satria utama. Tapi ada pula yang menilainya
pengecut. Ia satria yang rela mati konyol. Dan ia pun
dianggap tak berbuat sesuatu melihat kejahatan merajalela di
depan matanya. Tapa tidurnya dianggap lambang sikap skeptis
yang tak bertanggung jawab. Sikap yang bahkan sangat
merugikan bangsa, dan negara, yang ia bela.

Kita tahu, dunia wayang itu pralambang. Dan segala bahasa
yang digunakan di dalamnya adalah juga bahasa pralambang.

Tidurnya Kumbo Karno di situ tentu tidak harfiah berarti ia
menggeletak di kasur dan enak-enak bermimpi.

Bagi saya, tidur di situ artinya menarik diri dari kehidupan
politik. Ia menyingkir. Menonaktifkan diri dari riuh rendah
urusan kenegaraan yang ruwet. Dasamuka yang ekspansif,
kolonial, dan mengagungkan superioritas diri, otomatis
membuat Kumbo Karno yang berpijak pada bahasa moral, lelah
secara badani dan jiwani.

"Terserahlah, kalau suaraku tak diperlukan," begitu arti
tidurnya. "Tapi tunggulah. Keruntuhan bakal menimpamu."

Dalam berbagai rezim pemerintahan otoriter hal itu ditemui.
Raja cuma mau mendengar suaranya sendiri. Atau suara siapa
saja yang bersedia menjadi bayangannya, dan membuntut segala
sikap dan tindakannya. Terhadap suara tandingan, raja macam
itu bersikap anti. Pembungkaman, akibatnya,
disistematisasikan. Penjara diperlebar. Kumbo Karno adalah
pesakitan yang masuk penjara semacam itu.

Apakah beda Kumbo Karno dari Bung Hatta? Dua-duanya
terpental atau mementalkan diri, dari pemerintahan yang tak
mereka dukung. Dua-duanya kecewa melihat keadaan.
Dua-duanya, akibatnya, lalu memilih jalan sepi. Dua-duanya
satria yang melambangkan suara moral.

Bung Hatta, menjelang hari-hari akhir mitos dwitunggal,
banyak dikecewakan oleh kebijakan dan sikap politik Bung
Karno. Dan ketika keputusan mundur dari pemerintahan di
tahun 1956 itu akhirnya diambil, tokoh proklamator kedua itu
berkata:

"Setelah ikut serta dalam menjalankan tugas membangun bangsa
dari atas selama sebelas tahun, saya ingin menyumbangkan
kekuatan saya dari bawah sebagai orang biasa yang bebas dari
kedudukan apa pun."

Bung Hatta mutung (merajuk)? Mungkin tidak. Tipe orang yang
datar jiwanya dan rasional seperti Bung Hatta bukan tipe
perajuk. Ia mengambil sikap dengan perhitungan matang
seorang negarawan.

Saya selalu memberi arti tindakan semacam itu sebagai suatu
gerakan moral. Sebuah tindakan yang diambil berdasarkan
pertimbangan jangka panjang, demi kepentingan bangsa dan
negara. Dan bukan berdasarkan pertimbangan praktis, buat
diri sendiri, kelompok atau partai politik di mana ia
berafiliasi.

Seperti sikap Kumbo Karno terhadap Dasamuka, Bung Hatta pun
bukan tak suka pada Bung Karno secara pribadi. Hubungan Bung
Hatta (dan keluarga) dengan Bung Karno (dan keluarga),
kabarnya baik-baik saja. Bung Hatta cuma tidak setuju dengan
kebijakan politik Bung Karno.

Jarang orang yang bisa "membelah" diri seperti Bung Hatta
itu. Ia tegas memisahkan yang pribadi dari yang resmi
kenegaraan dan politik. Dan itu pula yang membuat Bung Hatta
dihormati kawan dan disegani lawan-lawan politiknya.

Ketika sejumlah tokoh disembelih PKI dalam tragedi 1965 dulu
itu, nama Bung Hatta sebenarnya tercantum dalam daftar yang
harus disingkirkan dan dibabat.

Tapi ketika sejumlah jasad menggeletak, Bung Hatta masih
selamat. Dan itu, kabarnya, berkat keputusan mendadak Aidit:
nama Bung Hatta dicoret dari daftar merah.

Kita tidak tahu mengapa Aidit mengambil keputusan itu.
Padahal kita tahu, Bung Hatta gigih menangkal segala gerak
politik PKI. Ia tergolong yang paling anti PKI. Tapi dugaan
saya, seperti halnya ia anti terhadap sikap politik Bung
Karno, sikap anti PKI Bung Hatta tak disertai rasa dendam,
dengki dan sikap sejenis itu. Ia menolak tanpa menimbulkan
permusuhan. Anti tanpa mengembangkan kebencian . Dan
mengalahkan tanpa membuat orang yang kalah merasa hilang
muka.

Seperti Kumbo Karno yang tak memberontak melawan Dasamuka,
Bung Hatta tak berontak mengangkat senjata terhadap Bung
Karno. Dan seperti Kumbo Karno, Bung Hatta pun memilih tapa
tidur untuk memberi Bung Karno kesempatan merenung. Tapi di
situ pula kelemahan gerakan moral: lawan politik kelewat
enak dibiarkan dan ditinggal tidur. Ia bebas merajalela ...

---------------
Mohammad Sobary, Jawa Pos, 19 Januari 1992
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik