kenapa Sholat menghadap Ka'bah?

First topic message reminder :

Pendapat Drs. H. Amos (Pendeta Nehemia)
Mendirikan Shalat
Shalat adalah cara sembahyang agama bangsa Arab yang pada waktu
melakukannya yaitu ruku' dan sujud harus menghadap ke Ka'bah di Mekkah. (hal.
33)

Orang-orang yang bodoh di antara manusia akan berkata: "Apakah
gerangan (sebabnya) mereka (orang Islam) beralih dan kiblat mereka semula (dari
Baitul Maqdis ke Masjidil Haram?) Katakanlah Timur dan Barat kepunyaan Allah.
Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
(Surat 2 Al Baqarah ayat 142). (hal. 34).

Mengapa shalat agama bangsa
Arab harus mengahadap ke arah Ka'bah di Mekkah? Karena Ka'bah adalah tempat
tinggal Allah yaitu rumah Allah sebagaimana yang disebut dalam Surat 22 Al Hajj
ayat 26.

"Dan (ingatlah) ketika Kami tempatkan Ibrahim pada tempat
Baitullah (dengan firman): janganlah engkau menyekutukan Aku dengan sesuatu, dan
sucikanlah rumahKu (Ka'bah) untuk orang-orang yang tinggal (itikaf) dan
orang-orang yang ruku dan sujud (shalat)". (Surat 22 Al Hajj ayat 26). (hal.
35).

Tanggapan H. Ihsan L.S. Mokoginta (Wenseslaus)
Dengan
mengatakan bahwa shalat adalah ruku' dan sujud menghadap Ka'bah, membuktikan
bahwa Himar Amos belum pernah belajar Islam dengan baik. Mungkin pengakuannya
bahwa dia adalah mantan muslim yang pernah menunaikan ibadah haji tahun 1983
adalah kebohongan yang besar, untuk mengelabuhi umat Islam. Tujuannya, agar kaum
muslimin mudah dipengaruhinya sehingga mengikuti jejaknya murtad ke
Kristen.

Ibadah shalat itu bukan hanya ruku' dan sujud saja, seperti
anggapan Himar Amos. Shalat adalah ibadah umat Islam kepada Allah yang terdiri
dari bacaan-bacaan dan amalan-amatan tertentu sesuai dengan tuntunan Al Qur'an
dan Hadits, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Inilah
definisi shalat yang benar. Sekali lagi, shalat bukan hanya ruku' dan sujud
saja.

Selanjutnya, dengan disebutkannya kata 'Ka'bah Baitullah (rumah
Allah)', Himar Amos menuding bahwa umat Islam shalat menghadap Ka'bah karena
Ka'bah adalah rumah tinggal Allah. Ini membuktikan bahwa dia tidak mengerti
'gaya bahasa'.

Kata Baitullah (bait Allah/rumah Allah) dipahami oleh Amos
bahwa kalau begitu, Allah itu punya rumah tempat tinggal. Karena disebutkan
dalam Al Qur'an bahwa Ka'bah adalah Baitullah, maka Amos memahamkan bahwa kalau
begitu, Allah itu bertempat tinggal, makan, minum dan tidur dalam Ka'bah di
Mekkah. Inilah pemahaman orang yang sangat tidak cerdas. Mungkin Legion (roh-roh
jahat) sedang merasuki Himar Amos.

Dalam Al Qur'an ada istilah abdullah
(hamba Allah), aduwwullah (musuh Allah), ansharullah (penolong Allah), dan
tain-lain. Kalau sistem berpikir Himar Amos dipakai untuk memahami
Istilah-istllah tersebut, pastilah akan negatif jadinya.

a. Abdullah
(hamba Allah)

Adanya istilah hamba, berarti ada pula istilah tuan atau
juragan. Tapi, adanya Istilah hamba Allah bukan berarti bahwa Allah itu
juragan/boss yang memperkerjakan makhluk-Nya karena tenaga dan kemampuan Allah
sangat terbatas. Hamba Allah berarti para nabi dan orang-orang saleh yang
berbuat kebajikan dengan ikhlas (Qs. 4:172, 19:30, 37:40,74,128 dan
72:19).

b. Aduwwullah (musuh Allah)

Adanya istilah 'musuh Allah'
bukan berarti bahwa Allah itu sumber keonaran yang selalu membuat permusuhan,
bukan! Sebab istilah 'musuh Allah' berarti orang-orang musrik, kafir dan
pengkhianat yang mempersekutukan Allah dengan yang lain (Qs. 8:60 dan
9:114).

c. Ansharullah (penolong Allah)

Istilah ini juga bukan
bearti bahwa Allah itu serba kekurangan sehingga perlu bantuan dari regu
penolong dari manusia. Sebab Istilah 'penolong Allah' berarti orang-orang
beriman yang memperjuangkan agama Allah (jihad fii sabiilillah) (Qs. 3:10 dan
61:14).

Kembali kepada istilah Baitullah (rumah Allah). Istilah ini
terbatas kepada satu pengertian 'rumah ibadah kepunyaan Allah' saja, bukan rumah
tempat tinggal Allah.

Istilah Baitullah (rumah Allah) dipakai untuk
membedakan rumah ibadah dengan rumah-rumah lain milik manusia, seperti: rumah
sakit, rumah bersalin, rumah makan, rumah kontrakan dan
lain-lain.

Baitullah (rumah Allah) adalah rumah suci untuk beribadah
kepada Allah. Karena rumah yang suci ini digunakan untuk beribadah kepada Allah,
maka tidak boleh dikontrakkan, diperjual-belikan dan dibisniskan.

Beda
Islam dan Kristen

Dalam Islam, ditegaskan ajaran Tauhid kepada Allah,
bahwa Allah itu Maha Esa, tidak dipengaruhi dan tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ajaran tauhid inilah yang membedakan Islam dengan Kristen.

Dalam
Bibel, Tuhan masih dibatasi oleh ruang dan waktu, bisa dilihat, diajak ngobrol,
makan-makan, bisa disiksa dan dibunuh sampai mati teler di tiang
salib.

Dijelaskan dalam Bibel (Alkitab), kilab suci Kristen, bahwa Tuhan
adalah Roh (Yohanes 4:24) yang menjelma menjadi Yesus (Yohanes 1: 14). Dalam
penjelmaan (inkarnasi) ini, Tuhan berubah ujud menjadi janin yang dikandung oleh
Maria (Siti Maryam), lalu dilahirkan melalui liang kemaluan
Maria.

Kemudian Tuhan Yesus dilahirkan, lalu dibesarkan oleh
lingkungannya. Setelah dewasa, Tuhan (Yesus) dicobai oleh iblis (Matius 4:1 dan
Lukas 4:2). Setelah lulus dari permainan iblis, Tuhan Yesus ditangkap oleh
penguasa Romawi lalu dianiaya tiada berdaya. Akhirnya, Tuhan Yesus menghembuskan
nafasnya yang terakhir di atas gantungan tiang salib dengan memakai secarik kain
yang menutupi auratnya dengan ditonton oleh massa yang sangat banyak.Tragis
sekali!!

Itulah konsep Bibel tentang ketuhanan.TuhanYesus Juru Selamat
mereka masih dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga mati disalib

jakajayagiri-2 wrote:
Kontradiksi kedua adalah berhadapan dgn pernyataan bahwa "kemanapun menghadap, di situlah wajah Tuhan"

Sebetulnya maksud anda itu apa ya?

Kenapa menyodorkan tuduhan kosong yang sama, kepada satu, dua, atau lebih orang lain?

Apakah anda menilai pemikiran saya dengan bro @MM atau wak abu beda gitu?

EbisuSensei wrote:

jakajayagiri-2 wrote:
Kontradiksi kedua adalah berhadapan dgn pernyataan bahwa "kemanapun menghadap, di situlah wajah Tuhan"

Sebetulnya maksud anda itu apa ya?

Maksud saya sdh sangat jelas. Saya menunjukkan bahwa kewajiban yg bersifat umum untuk menyembah ke arah kiblat adalah kontradiktif dgn pernyataan bahwa "kemanapun menghadap, di situlah wajah Allah"

Kenapa menyodorkan tuduhan kosong yang sama, kepada satu, dua, atau lebih orang lain?
Apakah anda menilai pemikiran saya dengan bro @MM atau wak abu beda gitu?

Hehehe...saya mengajukan perihal yg SAMA ke orang2 yg berbeda justru krn saya tau mindset anda semua itu sama.
Soal apakah hal yg saya tunjukkan itu Anda sebut tuduhan kosong, biarlah logika sehat yg menilai.

jakajayagiri-2 wrote:
Maksud saya sdh sangat jelas. Saya menunjukkan bahwa kewajiban yg bersifat umum untuk menyembah ke arah kiblat adalah kontradiktif dgn pernyataan bahwa "kemanapun menghadap, di situlah wajah Allah"

Kan anda sudah saya tanya, apakah ketika kita menghadap Kabah, berarti kita menghadap kepada Wajah Tuhan?


* Hati2, lihat pernyataan saya diatas tentang Wajah Tuhan = Kekuasaan Tuhan.

EbisuSensei wrote:

jakajayagiri-2 wrote:
Maksud saya sdh sangat jelas. Saya menunjukkan bahwa kewajiban yg bersifat umum untuk menyembah ke arah kiblat adalah kontradiktif dgn pernyataan bahwa "kemanapun menghadap, di situlah wajah Allah"

Kan anda sudah saya tanya, apakah ketika kita menghadap Kabah, berarti kita menghadap kepada Wajah Tuhan?


* Hati2, lihat pernyataan saya diatas tentang Wajah Tuhan = Kekuasaan Tuhan.

Ugghh...saya sdh tidak lagi mempermasalahkan penggunaan istilah wajah di kalimat itu.
Akan saya buat lebih sederhana untuk Anda cerna:
Saya menganggap ada ketidak sesuaian (yg bersifat kontradiktif) antara perintah menyembah ke satu titik (kiblat) dgn pernyataan bahwa ke manapun kita menghadap diitu pula sebetulnya kita sdh berhadapan dgn Tuhan (kuasa Tuhan).

Jadi adalah sangat lucu kalau shalat (yg diistilahkan 'menghadap Tuhan') ternyata musti ke satu titik tertentu.

Masih kurang sederhanakah kalimat saya?

jakajayagiri-2 wrote:
Akan saya buat lebih sederhana untuk Anda cerna:
Saya menganggap ada ketidak sesuaian (yg bersifat kontradiktif) antara perintah menyembah ke satu titik (kiblat) dgn pernyataan bahwa ke manapun kita menghadap diitu pula sebetulnya kita sdh berhadapan dgn Tuhan (kuasa Tuhan).

Jadi adalah sangat lucu kalau shalat (yg diistilahkan 'menghadap Tuhan') ternyata musti ke satu titik tertentu.

Masih kurang sederhanakah kalimat saya?

Anda paham tidak, kalo yang anda perbandingkan itu adalah berbeda konteks?

Silahkan tunjukkan dulu ayat yang anda maksud, yang menyatakan bahwa kemanapun kita menghadap, kita sedang menghadap Tuhan.

EbisuSensei wrote:

jakajayagiri-2 wrote:
Akan saya buat lebih sederhana untuk Anda cerna:
Saya menganggap ada ketidak sesuaian (yg bersifat kontradiktif) antara perintah menyembah ke satu titik (kiblat) dgn pernyataan bahwa ke manapun kita menghadap diitu pula sebetulnya kita sdh berhadapan dgn Tuhan (kuasa Tuhan).

Jadi adalah sangat lucu kalau shalat (yg diistilahkan 'menghadap Tuhan') ternyata musti ke satu titik tertentu.

Masih kurang sederhanakah kalimat saya?

Anda paham tidak, kalo yang anda perbandingkan itu adalah berbeda konteks?

Konteksnya sama, sama2 soal arah ketika shalat. Hanya saja digunakan secara khusus untuk situasi darurat.
Justru itulah hal yg saya kritisi.

Al Baqarah 115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Logika sehatnya, kalau ayat itu benar, maka tidak perlu lagi ada kewajiban shalat menghadap kiblat di stu titik.

@jakajaya

Dan apakah kamu tahu, kalo kata 'wajah' disitu berarti kiasan?

EbisuSensei wrote:@jakajaya

Dan apakah kamu tahu, kalo kata 'wajah' disitu berarti kiasan?

Saya jawab lagi ah:

Ugghh...saya sdh tidak lagi mempermasalahkan penggunaan istilah wajah di kalimat itu.
Akan saya buat lebih sederhana untuk Anda cerna:
Saya menganggap ada ketidak sesuaian (yg bersifat kontradiktif) antara perintah menyembah ke satu titik (kiblat) dgn pernyataan bahwa ke manapun kita menghadap diitu pula sebetulnya kita sdh berhadapan dgn Tuhan (kuasa Tuhan).

Jadi adalah sangat lucu kalau shalat (yg diistilahkan 'menghadap Tuhan') ternyata musti ke satu titik tertentu.

Masih kurang sederhanakah kalimat saya?

EbisuSensei wrote:@jakajaya

Dan apakah kamu tahu, kalo kata 'wajah' disitu berarti kiasan?

kiasan tentang apa??silahkan dijelaskan
shukran

Uriel wrote:

EbisuSensei wrote:@jakajaya

Dan apakah kamu tahu, kalo kata 'wajah' disitu berarti kiasan?

kiasan tentang apa??silahkan dijelaskan
shukran

Jadi, setiap bentuk 'penyerupaan kepada sesuatu' oleh Tuhan, di dalam Quran, merupakan kiasan.

Misalkan Tuhan memiliki kaki, tangan dan sebagainya.
Atau Tuhan memiliki singgasana, rumah, ditandu, dan sebagainya.

Apakah anda berkeinginan mengetahui, apa yang seharusnya saya sampaikan ke @jakajaya?
Karena sejatinya saya sangat enggan nyrempet2 masalah tasawuf.
Tapi karena anda bertanya dengan baik, mungkin bisa saya coba menjelaskannya sedikit.

Al Baqarah 115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui

tafsir anda
wajah allah=..................????
saya juga tau itu kiasan,,bukan wajah allah benera,,tapi bukankah ayat itu mksdnya arah/menghadap ke allah??
shukran
argumen om jaya masi ada benernya juga...kontradiksi

@jakajaya

Okelah kita nggak usah dulu membahas kiasan atau bukan.

kita fokus ke konteks.

Jadi karena saat sembahyang kita diperintahkan menghadap kiblat, maka bagaimana jika kita tidak mengetahui arah kiblat?
Jawabannya ya di ayat itu.

paham belum?

EbisuSensei wrote:

Jadi karena saat sembahyang kita diperintahkan menghadap kiblat, maka bagaimana jika kita tidak mengetahui arah kiblat?
Jawabannya ya di ayat itu.

paham belum?

Dari awal saya sangat paham dgn logika spt itu. Justru logika itulah yg saya anggap logika kebalik (=tidak logis)

Kalau memang tau bahwa kemanapun menghadap tidak masalah (krn Tuhan bersifat Maha hadir), kenapa juga diperintahkan pakai kiblat?
Bukahkah sama artinya mengingkari sifat kemahahadiran Tuhan?

jakajayagiri-2 wrote:
Dari awal saya sangat paham dgn logika spt itu. Justru logika itulah yg saya anggap logika kebalik (=tidak logis)

Kalau memang tau bahwa kemanapun menghadap tidak masalah (krn Tuhan bersifat Maha hadir), kenapa juga diperintahkan pakai kiblat?
Bukahkah sama artinya mengingkari sifat kemahahadiran Tuhan?

wkwkwkwkwk....

Itu sudah masalah dogma!

Saya sebagai mahluk tidak berhak untuk mempertanyakan kenapa ada perintah tersebut.
Yang jelas tidak ada bedanya antara sembahyang menghadap Kabah maupun tidak. Hanya dalam kondisi mampu untuk menghadap kiblat, maka manusia diperintahkan untuk bersembahyang menghadap kiblat.

Musicman wrote:
.....percuma saja diteruskan diskusi ini..sia2 dan tidak lbh hanya membuktikan sayalah pemenang, bukan saling berbagi Ilmu bagi saya dan anda..kemudian khalayak

jakajayagiri wrote:
Self proclaim macam ini mah sdh biasa.

nah kan..hal begini saja anda kesulitan membaca arah tulisan saya..saya malah dituduh SELF PROCLAIM...


saya bantu agar anda sadar untuk membaca secara lengkap...
Faham ngga..."saya" disitu itu bukan saya pribadi..tp itu sindiran kepada anda..

faham kan, kenapa jadi diskusi sederhana begini jd ngga karuan?

EbisuSensei wrote:
Itu sudah masalah dogma!

Tah eta...kalo soal dogma sih saya juga udah tahu. Kan dr awal juga saya tidak bermaksud mendiskusikannya dr sisi dogmatika. Dogma mah kagak bisa didiskusikan. Tapi saya mengajak untuk membahasnya dr sisi logika biasa saja. Secara, muslim kan sering banget menyatakan agama islam adalah agama yg paling masuk akal.

Pada sisi kekristenan, perintah untuk berkiblat ke Bait Suci sdh selesai. Saya tidak bilang perintahnya sdh dihapus ya. Kewajiban itu sdh tuntas bagi para pengikut Yesus krn Yesus sendiri sdh menyatakan bahwa sdh tiba saatnya para penyembah Tuhan dinilai kebenarannya bukan dr apa yg dilakukannya secara fisik tapi dr kebenaran rohaninya.

musicman wrote:

Musicman wrote:
.....percuma saja diteruskan diskusi ini..sia2 dan tidak lbh hanya membuktikan sayalah pemenang, bukan saling berbagi Ilmu bagi saya dan anda..kemudian khalayak

nah kan..hal begini saja anda kesulitan membaca arah tulisan saya..saya malah dituduh SELF PROCLAIM...[/quote]
Waah...mau arahnya ke mana sih gak masalah, tapi secara logika verbal saja sdh nampak kalimat Anda itu sebuah bentuk self proclaim.

saya bantu agar anda sadar untuk membaca secara lengkap...
Faham ngga..."saya" disitu itu bukan saya pribadi..tp itu sindiran kepada anda..

Dan rupanya bahkan untuk membuat sebuah kalimat sindiran pun Anda cukup kesulitan dr sisi tatabahasa. Kalau memang kata SAYA di situ Anda pakai untuk menyindir, mestinya di bagian akhirnya tidak ada lagi "saya dan anda". Atau minimal gunakan tanda "..." untuk menekankan sindirannya.
Maaf mas, bukan berarti saya mengajari Anda berbahasa lo...dan bukan pula menyindir.

Kalau boleh saya nimbrung suatu pertanyaan aja bagi muslim siapa saja.

Sebenarnya menurut muslim/Islam/AlQuran, apakah AllohSWT punya tempat kediaman?

Kalau ya, dimana? Kalau tidak, berarti AllohSWT pun tidak ada di sorga kah?

Allah Maha Besar & Maha Meliputi segala sesuatunya ---> Allah ada di semua tempat, bahkan "di luar tempat"!

frontline defender wrote:Allah Maha Besar & Maha Meliputi segala sesuatunya ---> Allah ada di semua tempat, bahkan "di luar tempat"!

Jadi kenapa untuk menghadap Allah kudu ke arah kabah?

frontline defender wrote:Allah Maha Besar & Maha Meliputi segala sesuatunya ---> Allah ada di semua tempat, bahkan "di luar tempat"!

Pertanyaan di atas dari jakajayagiri, mungkin bisa dijawab.

Tetapi saya ada satu pertanyaan tambahan kalau memang jawabannya demikian.... pergi ke siapakah Muhammad ketika menembus hingga langit ke 7?

Foxhound wrote:

frontline defender wrote:Allah Maha Besar & Maha Meliputi segala sesuatunya ---> Allah ada di semua tempat, bahkan "di luar tempat"!

Pertanyaan di atas dari jakajayagiri, mungkin bisa dijawab.

Tetapi saya ada satu pertanyaan tambahan kalau memang jawabannya demikian.... pergi ke siapakah Muhammad ketika menembus hingga langit ke 7?

kalau boleh tahu,, menurut om fox,, kenpa shalat menghadap ka'bah?? sebelum saya menulis teori saya tentang kenapa shalat menghadap ka'bah,,

jakajayagiri-2 wrote:Jadi kenapa untuk menghadap Allah kudu ke arah kabah?

syariat!

Tetapi saya ada satu pertanyaan tambahan kalau memang jawabannya demikian.... pergi ke siapakah Muhammad ketika menembus hingga langit ke 7?

1. bertemunya bukan di langit ke-7, tapi di Sidratul Muntaha (http://asysyariah.com/kisah-isra-dan-miraj.html)!

2. yang berkunjung di tiap2 langit itu tujuannya bukan untuk menemui Allah, tapi lebih cenderung seperti tur keliling pertunjukan ciptaan/tanda2 kekuasaan Allah (yang mana mencakup juga kunjungan ke surga & neraka) ---> jadi "tur melihat2 ciptaanNya" dulu, baru setelah itu bertemu Penciptanya! ---> dan mengenai tujuh langit tsb, mungkin ayat ini bisa memberikan sedikit gambaran : 65:12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

EHAN wrote:
kalau boleh tahu,, menurut om fox,, kenpa shalat menghadap ka'bah?? sebelum saya menulis teori saya tentang kenapa shalat menghadap ka'bah,,

Versi umum:
1. Syirik terselubung.
2. AllohSWT memang bukan tuhan yang maha hadir

Versi saya pribadi. (jangan dibilang menghina lho ya, ini beneran, jujur)
3. Kabah, memang tahta iblis pengganti Bait suci.

1. bertemunya bukan di langit ke-7, tapi di Sidratul Muntaha (http://asysyariah.com/kisah-isra-dan-miraj.html)!

2. yang berkunjung di tiap2 langit itu tujuannya bukan untuk menemui Allah, tapi lebih cenderung seperti tur keliling pertunjukan ciptaan/tanda2 kekuasaan Allah (yang mana mencakup juga kunjungan ke surga & neraka) ---> jadi "tur melihat2 ciptaanNya" dulu, baru setelah itu bertemu Penciptanya! ---> dan mengenai tujuh langit tsb, mungkin ayat ini bisa memberikan sedikit gambaran : 65:12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Sorry bukan ngeyel, cuma memastikan. Kalau baca dari linknya saya masih menangkap kesan Sidratul Muntaha juga di langit ke 7.

Di langit ke-7, Nabi n bertemu dengan Nabi Ibrahim q yang bersandar di Baitul Ma’mur yang setiap harinya sekitar 70.000 malaikat memasukinya. Bila mereka keluar darinya, maka tidak akan masuk lagi selamanya.

Setelah itu beliau dibawa ke Sidratul Muntaha yang tak satu pun makhluk Allah l dapat menerangkan keindahannya.
Sesampainya di Sidratul Muntaha, Allah l mewahyukan kepada Rasulullah n apa yang Dia kehendaki. Kemudian menetapkan kewajiban shalat lima puluh kali sehari semalam.

Setelah menerima perintah ini, beliau kembali turun. Di langit ke-6, beliau bertemu dengan Nabi Musa

Kalau tidak demikian, dimanakah Sidratul Muntaha?

jakajayagiri-2 wrote:

musicman wrote:

Musicman wrote:
.....percuma saja diteruskan diskusi ini..sia2 dan tidak lbh hanya membuktikan sayalah pemenang, bukan saling berbagi Ilmu bagi saya dan anda..kemudian khalayak

nah kan..hal begini saja anda kesulitan membaca arah tulisan saya..saya malah dituduh SELF PROCLAIM...

Waah...mau arahnya ke mana sih gak masalah, tapi secara logika verbal saja sdh nampak kalimat Anda itu sebuah bentuk self proclaim.

lho yah terserah, mau teriak saya sef proclaim juga..
saya sudah jelaskan, saya tidak ada maksud self proclaim segala...

penilaian pembaca siapa yg benar dalam diskusi tidak dibuktikan siapa yg bilang "saya pemenang" kok...

krn saya tau itu, saya sudah jelaskan kalau saya ngga ada niat kesitu

saya bantu agar anda sadar untuk membaca secara lengkap...
Faham ngga..."saya" disitu itu bukan saya pribadi..tp itu sindiran kepada anda..

Dan rupanya bahkan untuk membuat sebuah kalimat sindiran pun Anda cukup kesulitan dr sisi tatabahasa. Kalau memang kata SAYA di situ Anda pakai untuk menyindir, mestinya di bagian akhirnya tidak ada lagi "saya dan anda". Atau minimal gunakan tanda "..." untuk menekankan sindirannya.
Maaf mas, bukan berarti saya mengajari Anda berbahasa lo...dan bukan pula menyindir.

ya udah lah....anggap aja saya diajari anda deh...biar seri, happy ending

by jakajayagiri-2 on Wed Oct 17, 2012 10:45 am

frontline defender wrote:Allah Maha Besar & Maha Meliputi segala sesuatunya ---> Allah ada di semua tempat, bahkan "di luar tempat"!

Jadi kenapa untuk menghadap Allah kudu ke arah kabah?

Karena disuruh, sama seperti pertanyaan kenapa anda diciptakan sebagai laki2 oleh Tuhan?

Misteri...

saya hanya menerka-nerka alasannya