UE Berikan Dana Darurat

UE Berikan Dana Darurat - 700 Juta Euro untuk Penanganan Pengungsi

Brussels, Rabu - Uni Eropa, Rabu (2/3), mengumumkan rencana pemberian bantuan darudar sebesar 700 juta euro kepada Yunani dan sejumlah negara lainnya untuk mengatasi krisis pengungsi. Dana akan dialokasikan selama tiga tahun, yaitu 300 juta euro pada 2016, 200 juta euro pada 2017, dan 200 juta euro sisanya pada 2018.

"Tak ada waktu luang. segala upaya dikerahkan untuk mencegah tragedi kemanusiaan yang terjadi di perbatasan kita," kata Komisioner Uni Eropa (UE) Christos Stylianides.

Rencana ini perlu disetujui lebih dulu oleh anggota dan parlemen Eropa. Menurut rencana, US akan mengadakan pertemuan puncak pada 18-19 Maret. Belum diketahui berapa jumlah bantuan yang akan diberikan pada Yunani yang sebelumnya minta 480 juta euro untuk menampang sekitar 100.000 pengungsi. Separuh dari bantuan akan digunakan untuk menampung 50.000 pengungsi di kamp pengungsi. Sisanya akan ditempatkan di hotel-hotel atau losmen.Untuk menangani pengungsi, Yunani membutuhkan 8.200 petugas, yakni polisi, pemadam kebakaran, awak kesehatan, penerjemah, dan petugas lapangan.

Pada saat bersamaan, Turki juga menyatakan akan menandatangani kerja sama penanganan pengungsi dengan 14 negara. Kerja sama ini memungkinkan negara2 di Eropa segera mengembalikan pengungsi yang mereka tolak. Uni Eropa setuju memberikan 3 milliar euro kepada Turki untuk menampung pengungsi yang datang dari Suriah. Sebaliknya, Turki harus mencegah mereka menyeberang ke Eropa.

Musim dingin yang brutal membuat penderitaan pengungsi semakin berat. Lebih dari 7.000 pengungsi saat ini terjebak di perbatasan Yunani-Macedonia karena negara2 Balkan mencegah pengungsi memasuki wilayah mereka. Sebagian besar pengungsi kedinginan di lokasi yang penuh lumpur. Mereka juga berebut jatah komsumsi yang terbatas. "Kami sudah menunggu selama enam hari" kata Farah (32) asal Suriah. "Jatah makanan tidak cukup. Kami saat ini sudah putus asa." kata Farah.

Menurut laporan PBB, pada tahun 2016 lebih dari 131.000 pengungsi melintasi Mediterania untuk mencapai Eropa. Situasi di pelabuhan Calais, Perancis, juga masih tegang ketika ribuan pengungsi yang selama ini hidup di penampungan menolak dipindahkan ke lokasi yang lebih jauh. Calais adalah wilayah dekat dengan perbatasan Inggris yang menjadi tujuan utama pengungsi.

Meskipun bentrokan dengan petugas keamaan seperti yang terjadi Senin lalu tak terjadi lagi, para pengungsi bergeming mempertahankan "rumah" mereka di tengah ancaman buldoser. "Kami sudah pernah disiksa dan dipenjara. Kami tidak takut buldoser," kata seorang pengungsi.

Pemimpin NATO Jenderal Philip Breedlove mengingatkan parlemen AS bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung RUsia telah menjadikan krisis migran sebagai "senjata" untuk melemahkan Barat. Menurut dia, pengungsi yang membanjiri Eropa telah membuat Eropa tidak stabil dan hal itu menguntungkan Rusia.

"Rusia dan rezim Assad secara sengaja menjadikan para pengungsi sebagai senjata untuk membuat struktur Eropa terbelah dan kewalahan" kata Breedlove. Asaad, lanjut dia, telah mengalihkan persoalan pengungsi menjadi tanggung jawab pihak lain. "Dalam arus pengungsi kita ada kriminalitas, terorisme, dan pejuang asing," ujarnya.