Komnas PA: Ada Bayi 3 Bulan Meninggal di Panti Samuel, Diduga Ditelantarkan

dee-nee wrote:

putramentari wrote:
itu mah pokrol bambu kalo dalam istilah cina.

anak anak di baptis oleh panti owner

kenapa anak anak mau  ???  tentu karena takut dengan panti owner.

kenapa takut ???? mungkin disiksa wal pukul bin benjat benjut ampe mokat

jadi disimpulkan, anak anak takut dengan panti owner.

kesalahan panti owner hanya karena siksa wal pukul bin benjat benjut

dan kata BAPTIS nya tidak perlu dibesar besarkan karena takut menyinggung SARA.

sungguh miris      

berpikir dan berbicara negatif tanpa bukti artinya su'udzon

 

putramentari wrote:
saya hanya berandai andai bila hal tersebut memang terjadi, dan saya hanya simpulkan berdasarkan logika kamu yang lurus, so simple and logic

KEPALA Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menyatakan, hingga sore ini 11 anak Panti Asuhan Samuel, Cluster Miccelia Summarecon Gading Serpong, Tangerang, telah diperiksa.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan, benar ada penganiayaan. Pemukulan. Materi pemeriksaan lainnya juga menanyakan makan sehari-hari. Mereka makan tiga kali sehari," kata Rikwanto kepada kabar3 melalui sambungan telepon, Selasa (25/02).

Sementara itu, Rikwanto menjelaskan, hasil pemeriksaan akan segera dicocokkan dengan visum. Hasil visum itu, menurut dia, akan bisa diketahui pekan ini. Hasil visum juga akan dicocokkan dengan pemeriksaan pemilik panti.

"Pemilik, istri, dan pembantu segera kami panggil. Kalau dari surat pemanggilan, mereka dijadwalkan pemeriksaan pada Senin (3/3)," katanya menjelaskan. Saat mengevakuasi anak-anak panti, kepolisian juga menyita sejumlah alat bukti. Di antaranya, tali pinggang dan gagang sapu.

Sementara itu, Kepala Bagian Analisis dan Evaluas (Kabag Anef) Mabes Polri Rusli Hedynan menyatakan, Polres setempat juga akan memperdalam legalitas panti. Saat ini kepolisian tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna menjajaki legalitas tersebut.

Diketahui sebelumnya, tujuh anak melarikan diri dari panti tersebut dengan cara melompati pagar. Panti yang dihuni 30 anak asuh ini berdiri sejak 14 tahun lalu. Awalnya, panti itu berada di Pertokoan Great Western, Kebon Nanas, Kota Tangerang. Kemudian pindah ke Kampung Cihuni, dan pindah lagi ke dekat Sekolah Penabur Gading Serpong. Terakhir, panti itu berlokasi di Sektor 6 Gading Serpong, Tangerang.

Merdeka.com - Tindakan Kekerasan dan tindakan kekerasan seksual yang dialami anak-anak Panti Asuhan Samuel, ternyata sudah dicurigai para donatur sejak pertama kali memberikan bantuan kepada panti milik pemuka agama yaitu Chemuel dan Yuni, itu.

Hal tersebut dikatakan seorang koordinator donator panti, Debora (47) yang mengatakan, awalnya dia tidak pernah sedikit pun berpikiran negatif. Namun setelah mendengar pengakuan salah seorang anak asuh panti berinisial H (20) baru menyadari selama ini pihaknya memberikan bantuan di salah gunakan oleh pemilik panti tersebut.

"Saya gak pernah berpikiran negatif. Saya hanya nyumbang karena murni belas kasihan saya terhadap anak-anak panti. Namun setelah anak-anak bicara mereka ada yang disabet pakai gesper, minum dengan air keran dan tindakan kekerasan seksual saya baru pikir kok sampai begitu teganya mereka sampai anak-anak melarikan diri dan berlindung di gereja GBI Sangsakala," ujar Debora.

Debora melanjutkan, anak-anak yang melarikan diri lebih banyak memilih untuk berlindung di gereja tersebut.

"Mereka lari ke sana, ke gereja, dan sebelum mereka kabur si Paulus alias Rudi (14) menjemput adik-adiknya dan kembali masuk ke panti dan tidur di lemari pada saat ada ayahnya (Chemuel). Pada saat ayahnya pergi baru Paulus dengan leluasa menjemput adik-adiknya dan kabur dari panti menuju gereja," ujarnya.

Pengakuan mirip dikatakan donator lainnya, yaitu Yoyok Setio Hermanto (52) yang menjadi Donator panti asuhan tersebut sejak Agustus 2013.

"Kita tidak tahu panti tersebut ternyata ilegal. Kalau mau nyumbang kan kita gak mikir soal legalitas, kalau kami masyarakat ingin nyumbang ya nyumbang aja, dan saya sudah pernah ke panti 12 Februari lalu untuk mencari bukti-bukti tapi ternyata papan nama panti sudah tidak ada dan mereka direlokasi ke panti baru," ujarnya.

Yoyok melanjutkan, pihak panti bahkan sempat mencurigai koordinator donator Debora akibat sering sekali berkunjung ke panti tersebut.

"Yang mengakses itu Ibu Debora. Hampir tiap minggu ke sana sampai Ibu Debora dicurigai, ketika mendapatkan jawaban saya mau jemput anak-anak ke gereja. Iya jawabannya anak-anak sudah ke gereja, padahal kami selalu kasih bantuan pakaian dan makanan serta kebutuhan pokok anak-anak. Terakhir saya dengar ada seorang donator lain nyumbang Rp 400 juta untuk merenovasi panti tersebut," kata pria beranak dua tersebut.

'NDARIE wrote:nah kan asal bacod, cuma modal secuil berita udah ngebacod seolah-olah paling tahu. Sudah dibedah mendalam di wawancara tvone dengan semua pihak, sudah sejak 2011 2010 itu panti dilaporkan KPAI, jauh sebelum ada anak lari ke DONATUR, dan ada bayi mati, infeksi digigit si pendeta yang stres ngurus puluhan bayi sendiri. Tapi polisi lambat memproses penanganannya karena si chemy menggunakan pengaruhnya sebagai pendeta, akan mempraperadilankan polisi dengan tuduhan SARA kalau polisi berani mengusut panti abal-abalnya itu. Karena alasan itulah polisi jadi maju mundur, takut dibilang SARA. Dan di sekolah penabur itu kan banyak orang dewasa kristen, ada guru2, kepala sekolahnya, orangtua murid yang antar jemput anaknya, jadi bukan cuma si anak SDnya doank! tuh orang-orang kristen tahu betul situasinya di panti itu, tapi mereka cuek, tak peduli. dan itu kata anak-anak panti itu sendiri ketika diwawancara, mereka sudah coba minta tolong tapi tak ada yang peduli, hingga ada kejadian bayi mati, KPAI teriak-teriak lagi, baru polisi buka lagi pengaduannya, baru mau diusut lagi. Dan KPAI langsung bergerak cepat mengevakuasi anak-anak yang sedang sakit panas di panti itu, lalu segera mendesak penutupan itu panti yang terbukti tak berijin tapi masih sibiarkan beroperasi sekian puluh tahun hanya karena pengurus dan pemiliknya seorang pendeta, yang mengancam tuduhan SARA jika panti asuhannya itu dipermasalahkan polisi. Sudah ada undang-undangnya pula sebenarnya, bagi yang tahu adanya kejadian KDRT dan kekerasan kepada anak-anak tapi tidak melapor maka bisa kena sangsi pidana, tapi orang-orang kristen di sekitar si pendeta itu cuek saja dengan ulah pendetanya itu.

amara wrote:memang payah, justru si pendeta samuel lah yang mau bawa-bawa isu SARA supaya bisa lepas dari penyelidikan di panti tempat penyiksaan anak-anak itu, kok mau dibalik.

amara wrote:inilah buah ajaran agama kristen yang ngaku-ngaku ajaran kasih, padahal kasih tipuan dan kasih kekejian itu.

#4 wrote:pendapat saya : akan jauh lebih fair untuk mengusut kasus ini bila kita membuang jauh2 issue SARA ... karena bila nantinya issue SARA malah lebih "populer" dibanding masalah kemanusiaan (penyiksaan pada anak) ... akibatnya :

1. bila si pemilik panti memang terbukti melanggar hukum (perlindungan anak) ... si tersangka (pelanggar) akan lebih mudah mendapat simpati karena penolakan yang dilakukan masyarakat lebih fokus pada issue SARA >>> pemeriksaan di ranah hukum menjadi tidak seimbang dan lagi2 masyrakat luas akan menilai kasus ini adalah kasus SARA bukan kasus pelanggaran hukum

2. bila si pemilik panti tidak terbukti melanggar hukum ... lagi2 pemerintah yang harus berhadapan dengan buah simalakama ... maksud hati bertindak adil tapi issue yang lebih populer adalah SARA >>> apakah disini pemerintah harus nurut dengan kepentingan mayoritas .... dan membuang perilaku adil sesuai hukum yang berlaku ??  

Tapi polisi lambat memproses penanganannya karena si chemy menggunakan pengaruhnya sebagai pendeta, akan mempraperadilankan polisi dengan tuduhan SARA kalau polisi berani mengusut panti abal-abalnya itu. Karena alasan itulah polisi jadi maju mundur, takut dibilang SARA.

amara wrote:buktikan saja memang polisi mengusut karena benar-benar ADA pelanggaran hukum oleh si pendeta, dan memang SARA juga karena ditemukan salah satu anak adalah dari keluarga muslim, lalu diambil diubah agamanya jadi kafir dia.

dan itu memang BUAH dari ajarannya, sudah pola kristenisasi, yakni mengambil anak muslim untuk dikristenisasi dijadikan kafir. Dan PBB pun sudah mengakui keboborokan ajaran agama kristen:

http://www.laskarislam.com/t8176-vatikan-mengadopsi-kebijakan-yang-menyebabkan-pastor-memperkosa-dan-mencabuli-puluhan-ribu-anak-anak

putramentari wrote:kalo ane sich simple :

kalo kejahatan murni silahkan diproses sesuai hukum yang berlaku, kalo ternyata berkenaan dengan SARA, tentu saja juga harus diusut sampai tuntas, jangan sampai ada yang ditutup tutupi,  karena kasus SARA di indonesia sudah sangat banyak tapi cenderung disamarkan dalam bentuk ordinary crime

putramentari wrote:kalo ane sich simple :

kalo kejahatan murni silahkan diproses sesuai hukum yang berlaku, kalo ternyata berkenaan dengan SARA, tentu saja juga harus diusut sampai tuntas, jangan sampai ada yang ditutup tutupi,  karena kasus SARA di indonesia sudah sangat banyak tapi cenderung disamarkan dalam bentuk ordinary crime

amara wrote:siapa bilang tidak ada undang-undangnya?!

anak seorang muslim DILARANG diangkat anak oleh orangtuan non muslim! Bagi yang melanggarnya kena PIDANA!

bego gak ngerti hukum dan UU kok asal bacod!

amara wrote:orangtua angkatnya!

bagi orangtua kandungnya, jika karena mati jelas tidak bersalah, kecuali itu orangtua kandungnya terbukti MENJUAL anak kandungnya, maka kena UU human traficing

si anaknya jelas bebas, karena ia OBYEK, dan KORBANnya.