Budha VS Nabi Muhammad
Halaman 1 dari 3 • Share
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
Budha VS Nabi Muhammad
“Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu
karena duka-cita, karena mereka tak mau beriman” (Q.S. 26:3).
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera
seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa
mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati.
Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga
memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk
menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia
dari kekacauan yang menakutkan ini.
Lalu dia membuang
pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan
menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi. Dia
mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan
kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi
dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka
selama enam tahun.
Tidak puas dengan
mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu
Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta
hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun
kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima
rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia”
(Ashvghosha, Kion I verg 3).
Mereka yang
mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat
terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara
mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada
waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan
pergi ke gua di Bukit Hira. Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam
dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan
nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa
untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang
sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini:
“Saya
tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi
fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah
hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun
kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil
berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada
Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat
kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang
Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap
mencekam”.
Di gua ini kata-kata
Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan
kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur)..
Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi
dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama,
Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya.
ANEKDOT KEDUA
Buddha meskipun seorang pangeran, meninggalkan
kerajaannya dan menjalani kehidupan seorang pertapa. Muhammad bukanlah seorang
pangeran atau raja, tetapi kaum Quraish mencoba memenangkan hatinya dengan
godaan dan mendatanginya secara langsung:
“Jika
ambisimu untuk memiliki kekayaan maka kami akan timbunkan kekayaan seberapapun
kamu ingini; jika kamu menghendaki kehormatan, kami akan bersiap untuk berikrar
mengakui kamu sebagai raja dan tuan kami; jika engkau senang kepada
kecantikan, kami akan menyerahkan ke tanganmu gadis-gadis yang tercantik sesuai
pilihanmu”.
Tetapi beliau
menjawab:
“Saya tidak menginginkan kekayaan ataupun kekuasaan
politik. Saya telah ditunjuk Tuhan sebagai juru-ingat kepada umat manusia, serta
menyampaikan risalah Nya kepadamu. Bila kalian menerimanya, maka engkau akan
mendapatkan kebahagiaan besar dalam kehidupan ini maupun di akhirat nanti; bila
kalian menolak firman Tuhan, sesungguhnya Tuhan akan memutuskan antara aku
dengan kalian”.
Beliau diancam dengan
pembunuhan, dan bahkan Abu Talib, pamannya dan pendukung tunggalnya, menyatakan
kepadanya bahwa dia tak sanggup lagi menghadapi persatuan perlawanan dari
Quraish. Namun nabi bergeming; katanya:
“Wahai paman, meskipun mereka menaruh matahari di tangan
kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku membatalkan dakwahku ini;
aku takkan berbuat demikian; aku takkan pernah menyerah hingga Tuhan
memperkenankannya dengan kemenangan atau aku binasa dalam usahaku” (Ibnu
Hisham, halaman 15, “Spirit of Islam”, oleh Amir Ali, halaman
186).
Setelah berbilang
tahun penderitaan yang paling berat demi kebaikan dari umat itu sendiri yang
mendapat kesenangan dengan menimpakan kepadanya siksaan yang paling kejam, di
saat beliau mendaki ke puncak kemuliaan
kerajaan, beliau tetap hidup dengan makanannya yang sederhana dan memakai busana
yang sama bersahajanya. Memang berat untuk meninggalkan mahkota Raja, dan
menjalani hidup sebagai pertapa, tetapi lebih berat lagi bila mendapatkan
kewenangan sebagai raja dan pada waktu yang sama menjalani kehidupan seorang
pertapa. Meskipun penguasa negara, beberapa malam beliau tidur tanpa makanan dan
beberapa hari hidup hanya dari sekedar kurma semata. Beliau senantiasa tidur di
atas hambal yang kasar dari daun kurma.
Tak
ada istana yang dibangun buat dirinya dan dia tak punya mahkota yang bertatahkan
intan dan mutiara. Ketika isteri-isterinya datang untuk meminta sedikit barang
bagus dengan hiasannya, dengan dingin dikatakan kepada mereka bahwa bila mereka
menginginkan benda-benda tersebut maka mereka tidak layak hidup di rumah nabi
(Q.S. 33:28). Beliau menambal sepatunya sendiri, memerah susu kambing,
menyalakan api di pediangan isteri-isterinya, dan melayani beberapa janda yang
kekurangan.
ANEKDOT KE TIGA
Kembali kepada pokok acara, Gautama Buddha ditetapkan dengan
Ilmu Ilahi, dan dia menghangatkan diri di bawah Pohon Bo dengan Cahaya Ilahi,
yang merubah hidupnya secara total. Untuk merayakan hal ini maka kaum Buddhis
melakukan jamaah dan pertemuannya di bawah bayangan pohon Bo.
Teosofis juga telah mengikuti jalan ini. Di antara umat Hindu
pohon seperti Bo dan pipal dianggap suci, karena dipercaya bahwa para dewata
beristirahat di bawahnya (Atharwa Weda 5:135:1; Rig Weda 1:164:20,22).
Dalam buku-buku Metafisika Yunani dan “Buku Orang Mati” Mesir
Kuno pohon Sidrah dipandang sebagai puncak yang terpuji, ilmu dan kendali
universal. Menurut kata Homer seorang yang makan buah pohon Sidrah tidak pernah
akan kembali ke dunia ini melainkan mencapai kesempurnaan ruhani kedamaian dan
ketenteraman. (2)
Quran
Suci mewahyukan bahwa Nabi Muhammad telah mencapai tujuan ini :
“Dan sesungguhnya ia
melihat Dia di landasan yang lain,
Di sisi pohon Sidrah yang paling
jauh.
Di sisinya adalah Taman yang Kekal.
Tatkala apa yang menutupi pohon
Sidrah;
Penglihatan tak membalik ke arah lain, dan tak pula melebihi
batas.
Sesungguhnya ia melihat sebagian tanda-bukti Tuhannya Yang Maha-besar”
(Q.S. 53:13-18).
Ayat-ayat dalam wahyu Ilahi ini berbicara tentang mi’raj
Nabi Muhammad. Dan apa yang diperoleh Buddha di bawah pohon Bo adalah mi’rajnya.
Karena itu:
‘Segera setelah
pencerahannya maka Brahma sang kepala dewata datang mengunjungi
Buddha Gautama di bawah pohon Bo”
(“Majjhima Nikaya” oleh Silchara, halaman 151).
Dan mi’rajnya Musa itu disebutkan dalam
Quran Suci pada pertemuan dua laut yakni ilmu manusiawi dan Ilmu Ilahi. Kaum
Buddhis salah menilai pohon Bo sebagai akhir tujuan.
Peningkatan dan peninggian ini secara kiasan disamakan dengan pohon
yang tinggi, yang oleh kaum Buddhis dan Hindu dianggapnya pohon itu Bo atau
pipal (ashvatha).
Menurut al-Quran ini berarti bahwa Nabi Suci melihat tanda-bukti
dan argumen akan adanya Tuhan, pencapaian semacam itu diluar kemampuan ilmu
manusiawi.
Pohon ini, yang oleh
kaum Hindu dan Buddhis yang memberhalakannya karena terbaliknya penglihatan
‘dalam’ mereka lalu diturunkan menjadi sesembahan, sesungguhnya berarti pohon
ruhani yakni wahyu Tuhan dan Ilmu Ilahi.
ANEKDOT KE EMPAT
Buddha menguak tabir kebenaran keagamaan yang banyak
tersembunyi, yang dirahasiakan oleh para ulama Hindu. Dia mengkritik dengan
sangat Kitab Weda. Dia mengakhiri segala jenis eksploatasi dalam bidang
keagamaan dan kepercayaan, serta meletakkan landasan persamaan dan persaudaraan.
Dhammapad berisi kata-kata: “Tumhehi Kiccan atappan
akkatara Tathagata. (Engkau sendiri yang harus mengendalikan dirimu; Tathagata
hanyalah guru-gurumu) “. Tentangnya dia mengumumkan: “Aku adalah seorang guru
manusia”.
Bhiksu Narada menulis
tentang Buddha bahwa dia tak pernah mengaku sebagai inkarnasi Wisnu, sebagaimana
umat Hindu cenderung mempercayainya, ataupun dia seorang juru-selamat yang
menyelamatkan orang lain dengan penyelamatan oleh pribadinya. (“Buddhism, in
a nutshell” oleh Bhikku Narada.).
Sungguh disayangkan bahwa sekte Buddhis Mahayana telah
jauh menyeleweng sehingga mereka percaya bahwa Buddha itu Tuhan Yang Maha-kuasa.
Padahal kenyataannya, seperti halnya Buddha, banyak risalah yang diusung oleh
Muhammad, dimaksudkan untuk memperbarui agama-agama sebelumnya. Ahli hukum dan
para pendeta Kristen dan Yahudi, dan pandit di kalangan Hindu dan Buddha telah
menambah dan merubah dengan penemuan baru dalam kitab-kitab mereka. Quran Suci
mengkaji kembali semuanya dengan dalil, logika dan rujukan, jadi dengan demikian
telah membunyikan lonceng kematian bagi monopoli para pendeta atau pastur, dan
membuatnya wajib bagi setiap orang, baik lelaki maupun perempuan, untuk mereguk
pengetahuan kebenaran agama.
karena duka-cita, karena mereka tak mau beriman” (Q.S. 26:3).
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera
seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa
mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati.
Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga
memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk
menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia
dari kekacauan yang menakutkan ini.
Lalu dia membuang
pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan
menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi. Dia
mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan
kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi
dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka
selama enam tahun.
Tidak puas dengan
mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu
Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta
hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun
kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima
rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia”
(Ashvghosha, Kion I verg 3).
Mereka yang
mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat
terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara
mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada
waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan
pergi ke gua di Bukit Hira. Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam
dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan
nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa
untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang
sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini:
“Saya
tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi
fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah
hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun
kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil
berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada
Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat
kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang
Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap
mencekam”.
Di gua ini kata-kata
Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan
kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur)..
Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi
dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama,
Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya.
ANEKDOT KEDUA
Buddha meskipun seorang pangeran, meninggalkan
kerajaannya dan menjalani kehidupan seorang pertapa. Muhammad bukanlah seorang
pangeran atau raja, tetapi kaum Quraish mencoba memenangkan hatinya dengan
godaan dan mendatanginya secara langsung:
“Jika
ambisimu untuk memiliki kekayaan maka kami akan timbunkan kekayaan seberapapun
kamu ingini; jika kamu menghendaki kehormatan, kami akan bersiap untuk berikrar
mengakui kamu sebagai raja dan tuan kami; jika engkau senang kepada
kecantikan, kami akan menyerahkan ke tanganmu gadis-gadis yang tercantik sesuai
pilihanmu”.
Tetapi beliau
menjawab:
“Saya tidak menginginkan kekayaan ataupun kekuasaan
politik. Saya telah ditunjuk Tuhan sebagai juru-ingat kepada umat manusia, serta
menyampaikan risalah Nya kepadamu. Bila kalian menerimanya, maka engkau akan
mendapatkan kebahagiaan besar dalam kehidupan ini maupun di akhirat nanti; bila
kalian menolak firman Tuhan, sesungguhnya Tuhan akan memutuskan antara aku
dengan kalian”.
Beliau diancam dengan
pembunuhan, dan bahkan Abu Talib, pamannya dan pendukung tunggalnya, menyatakan
kepadanya bahwa dia tak sanggup lagi menghadapi persatuan perlawanan dari
Quraish. Namun nabi bergeming; katanya:
“Wahai paman, meskipun mereka menaruh matahari di tangan
kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku membatalkan dakwahku ini;
aku takkan berbuat demikian; aku takkan pernah menyerah hingga Tuhan
memperkenankannya dengan kemenangan atau aku binasa dalam usahaku” (Ibnu
Hisham, halaman 15, “Spirit of Islam”, oleh Amir Ali, halaman
186).
Setelah berbilang
tahun penderitaan yang paling berat demi kebaikan dari umat itu sendiri yang
mendapat kesenangan dengan menimpakan kepadanya siksaan yang paling kejam, di
saat beliau mendaki ke puncak kemuliaan
kerajaan, beliau tetap hidup dengan makanannya yang sederhana dan memakai busana
yang sama bersahajanya. Memang berat untuk meninggalkan mahkota Raja, dan
menjalani hidup sebagai pertapa, tetapi lebih berat lagi bila mendapatkan
kewenangan sebagai raja dan pada waktu yang sama menjalani kehidupan seorang
pertapa. Meskipun penguasa negara, beberapa malam beliau tidur tanpa makanan dan
beberapa hari hidup hanya dari sekedar kurma semata. Beliau senantiasa tidur di
atas hambal yang kasar dari daun kurma.
Tak
ada istana yang dibangun buat dirinya dan dia tak punya mahkota yang bertatahkan
intan dan mutiara. Ketika isteri-isterinya datang untuk meminta sedikit barang
bagus dengan hiasannya, dengan dingin dikatakan kepada mereka bahwa bila mereka
menginginkan benda-benda tersebut maka mereka tidak layak hidup di rumah nabi
(Q.S. 33:28). Beliau menambal sepatunya sendiri, memerah susu kambing,
menyalakan api di pediangan isteri-isterinya, dan melayani beberapa janda yang
kekurangan.
ANEKDOT KE TIGA
Kembali kepada pokok acara, Gautama Buddha ditetapkan dengan
Ilmu Ilahi, dan dia menghangatkan diri di bawah Pohon Bo dengan Cahaya Ilahi,
yang merubah hidupnya secara total. Untuk merayakan hal ini maka kaum Buddhis
melakukan jamaah dan pertemuannya di bawah bayangan pohon Bo.
Teosofis juga telah mengikuti jalan ini. Di antara umat Hindu
pohon seperti Bo dan pipal dianggap suci, karena dipercaya bahwa para dewata
beristirahat di bawahnya (Atharwa Weda 5:135:1; Rig Weda 1:164:20,22).
Dalam buku-buku Metafisika Yunani dan “Buku Orang Mati” Mesir
Kuno pohon Sidrah dipandang sebagai puncak yang terpuji, ilmu dan kendali
universal. Menurut kata Homer seorang yang makan buah pohon Sidrah tidak pernah
akan kembali ke dunia ini melainkan mencapai kesempurnaan ruhani kedamaian dan
ketenteraman. (2)
Quran
Suci mewahyukan bahwa Nabi Muhammad telah mencapai tujuan ini :
“Dan sesungguhnya ia
melihat Dia di landasan yang lain,
Di sisi pohon Sidrah yang paling
jauh.
Di sisinya adalah Taman yang Kekal.
Tatkala apa yang menutupi pohon
Sidrah;
Penglihatan tak membalik ke arah lain, dan tak pula melebihi
batas.
Sesungguhnya ia melihat sebagian tanda-bukti Tuhannya Yang Maha-besar”
(Q.S. 53:13-18).
Ayat-ayat dalam wahyu Ilahi ini berbicara tentang mi’raj
Nabi Muhammad. Dan apa yang diperoleh Buddha di bawah pohon Bo adalah mi’rajnya.
Karena itu:
‘Segera setelah
pencerahannya maka Brahma sang kepala dewata datang mengunjungi
Buddha Gautama di bawah pohon Bo”
(“Majjhima Nikaya” oleh Silchara, halaman 151).
Dan mi’rajnya Musa itu disebutkan dalam
Quran Suci pada pertemuan dua laut yakni ilmu manusiawi dan Ilmu Ilahi. Kaum
Buddhis salah menilai pohon Bo sebagai akhir tujuan.
Peningkatan dan peninggian ini secara kiasan disamakan dengan pohon
yang tinggi, yang oleh kaum Buddhis dan Hindu dianggapnya pohon itu Bo atau
pipal (ashvatha).
Menurut al-Quran ini berarti bahwa Nabi Suci melihat tanda-bukti
dan argumen akan adanya Tuhan, pencapaian semacam itu diluar kemampuan ilmu
manusiawi.
Pohon ini, yang oleh
kaum Hindu dan Buddhis yang memberhalakannya karena terbaliknya penglihatan
‘dalam’ mereka lalu diturunkan menjadi sesembahan, sesungguhnya berarti pohon
ruhani yakni wahyu Tuhan dan Ilmu Ilahi.
ANEKDOT KE EMPAT
Buddha menguak tabir kebenaran keagamaan yang banyak
tersembunyi, yang dirahasiakan oleh para ulama Hindu. Dia mengkritik dengan
sangat Kitab Weda. Dia mengakhiri segala jenis eksploatasi dalam bidang
keagamaan dan kepercayaan, serta meletakkan landasan persamaan dan persaudaraan.
Dhammapad berisi kata-kata: “Tumhehi Kiccan atappan
akkatara Tathagata. (Engkau sendiri yang harus mengendalikan dirimu; Tathagata
hanyalah guru-gurumu) “. Tentangnya dia mengumumkan: “Aku adalah seorang guru
manusia”.
Bhiksu Narada menulis
tentang Buddha bahwa dia tak pernah mengaku sebagai inkarnasi Wisnu, sebagaimana
umat Hindu cenderung mempercayainya, ataupun dia seorang juru-selamat yang
menyelamatkan orang lain dengan penyelamatan oleh pribadinya. (“Buddhism, in
a nutshell” oleh Bhikku Narada.).
Sungguh disayangkan bahwa sekte Buddhis Mahayana telah
jauh menyeleweng sehingga mereka percaya bahwa Buddha itu Tuhan Yang Maha-kuasa.
Padahal kenyataannya, seperti halnya Buddha, banyak risalah yang diusung oleh
Muhammad, dimaksudkan untuk memperbarui agama-agama sebelumnya. Ahli hukum dan
para pendeta Kristen dan Yahudi, dan pandit di kalangan Hindu dan Buddha telah
menambah dan merubah dengan penemuan baru dalam kitab-kitab mereka. Quran Suci
mengkaji kembali semuanya dengan dalil, logika dan rujukan, jadi dengan demikian
telah membunyikan lonceng kematian bagi monopoli para pendeta atau pastur, dan
membuatnya wajib bagi setiap orang, baik lelaki maupun perempuan, untuk mereguk
pengetahuan kebenaran agama.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha VS Nabi Muhammad
ADEGAN KE LIMA DALAM KARAKTER BUDDHISTIS
Riwayat hidup Buddha
mengungkapkan anekdot menyedihkan tentang perpisahannya dengan yang akrab dan
yang paling dicintai, sekali untuk selamanya. Perkawinan adalah suatu ikatan
keagamaan dan hukum di antara suami dengan isteri. Jika tidak ada kesalahan,
maka pembatalan atas perjanjian ini jelas diluar hukum. Sikap mental Buddha
berubah. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjalani kerahiban, namun
isteri dan anaknya tidak ada hal yang salah sehingga ditinggalkan. Tak ada
bangsa yang bisa bertahan dengan mengikuti jejak langkah Buddha ini. Betapa pun,
kaum Buddhis harus menikah, meskipun bertentangan dengan teladan yang digelar
oleh Buddha dan harus berkumpul dengan para isteri dan anak-anaknya hingga akhir
hayatnya. Di sini tidak ada analogi antara Buddha dan Nabi Muhammad. Memang,
perpisahan sementara harus diikuti oleh orang yang tulus dalam mengabdi kepada
Tuhan. Tetapi Nabi Muhammad juga hidup di tengah isteri dan anak-anaknya,
menyampaikan risalah tentang cinta Ilahi, yang, sesungguhnya, adalah pelajaran
yang paling bisa dipraktikkan oleh manusia. Contoh yang dilakukan oleh Buddha
semasa hidupnya sendiri kelihatannya tidak bisa dipraktikkan bagi umat secara
umum. Sebaliknya, karakter ideal dari Nabi Muhammad bisa diikuti oleh semua
orang. Meskipun hidupnya menunjukkan sekilas perpisahannya dengan isteri dan
anak-anaknya, di kala minum sedalam-dalamnya saat memuja dan menyembah Tuhannya.
Menurut suatu riwayat, beliau langsung meninggalkan isterinya seketika setelah
mendengar panggilan salat. Ini bukanlah suatu tugas yang mudah, hanya ahli jiwa
yang bisa menghayati arti pentingnya. Seorang laki-laki yang sedang
bercengkerama dengan isterinya, menikmati keakraban pasangan yang lembut penuh
daya tarik dengan penuh canda dan tawa, harus menarik diri mendengar panggilan.
Ikatan cinta terputus di kala mendengar seruan . Beliau mengabdikan diri
sepenuhnya kepada panggilan dan Tuhan. Ini adalah saat dimana beliau bangkit
untuk berubah demi mengungkapkan kecintaanya kepada Tuhan, dan seketika
melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan menghadap Tuhan lima kali sehari.
Dalam berbuat demikian, beliau bersabda:
“Sesungguhnya memang ada kecintaan dan kehangatan kepada
isteri dan anak-anak, tetapi ketenteraman hati itu terletak dalam pengabdian
kepada Tuhan”. Adalah kilatan kecintaan kepada Tuhan ini yang mendorongnya dari
isterinya bahkan di waktu malam hari. Sebagai hasilnya, beliau selalu ditemukan
bersujud di hadapan Tuhan bahkan sebelum tengah malam.
Seorang laki-laki
yang menyelinap pergi dari keluarganya, ke dalam pengasingan di rimba, tidak
dapat mencapai ketinggian tempat berpijak seperti ini yang penuh pujaan setiap
hari.
PELAJARAN KEENAM DARI KARAKTER BUDDHA
Upacara agama dan
segala jenis sembahyang yang tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan moral dan
spiritual bagi manusia itu tidak ada gunanya. Mereka yang dalam pencarian
terhadap kebebasan abadi serta puncak kebenaran harus menjaga diri mereka
terhadap nafsu mementingkan diri sendiri dan emosi pribadi. Sesuai dengan itu,
Buddha berkata:
“Bukannya kebajikan orang lain, atau dosa mereka atas apa
yang diperbuat dan tidak diperbuat, tetapi adalah perbuatan salahnya sendiri
serta kelalaiaannya yang harus diperhatikan oleh orang yang bijak. Bagaikan
sekuntum bunga yang indah, penuh warna-warni tetapi tanpa harumnya, memang
bagus tetapi tak berbuah; begitulah kata-kata dari dia yang tidak diikuti
dengan perbuatan yang sama”.
Menurut Nabi Muhammad dan al-Quran, menjaga diri dari kejahatan
atau menyelamatkan diri dari dosa adalah tujuan utama dari ibadah. Al-Quran
berkata:
“Sesungguhnya salat itu
menjaga (diri) seseorang dari perbuatan keji dan munkar” (Q.S.
29:45).
Seperti dalam perintah
untuk berpuasa dikatakan:
“Wahai orang yang beriman,
puasa diwajibkan kepadamu, sebagaimana diwajibkan kepada orangorang sebelum
kamu, supaya kamu bisa menjaga diri dari kejahatan” (Q.S.
2:183).
Seorang yang beribadah
kepada Tuhan demi keserakahan atau kekikiran telah dirujuk dalam ayat
ini:
“Tahukan engkau orang yang mengambil
keinginan rendahnya sebagai tuhan?” (Q.S. 25:43)
Tidak hanya sekedar menyembah patung yang dikutuk,
melainkan juga mengikuti hawa-nafsunya dengan membabi-buta, sama juga, terkutuk.
Banyak orang yang
menganggap dirinya hamba Tuhan Yang Esa sesungguhnya menundukkan diri dalam
penyerahan kepada berhala mereka yang terbesar, yakni hawa nafsunya. Nabi
Muhammad dari buaian hingga ke liang kubur melewati keadaan yang sulit, suatu
kesulitan yang jarang bisa ditemui dalam kehidupan seorang yang sendirian.
Keadaan yatim piatu adalah kondisi yang sangat tidak berdaya, sedangkan
mengemban tugas sebagai raja adalah puncak dari kekuasaan. Dari seorang yang
yatim piatu, dia merambat naik ke puncak kemuliaan kerajaan, tetapi dia tidak
membawa sedikitpun perubahan dalam cara hidupnya. Dia hidup persis sama
sederhananya dalam jenis makanannya, sama sederhananya dalam berpakaian serta
dalam segala hal yang khusus dia menjalani hidup yang sama sederhananya dengan
ketika dia menjalani hidupnya dalam keadaan yatim-piatu. Meskipun dia penguasa
dari Negara, perabot rumahnya terdiri dari satu hambal yang kasar dari daun
kurma sebagai tempat tidurnya dan satu bejana air dari tanah. Dia tidak
malu-malu untuk bekerja, dia menjahit sepatunya dan menambal pakaiannya sendiri.
Ketika masjid Madinah
sedang dibangun, beliau bekerja seperti pekerja yang lain. Ini adalah adegan
pertapa dari segala keinginan duniawi dan keserakahan, yang tersisih dari
kehidupan Nabi Muhammad.
Buddha, juga menganggap keserakahan duniawi itu sebagai
menipu, menjauh darinya berarti menuntun kepada keselamatan akhir.
Quran Suci
mengatakan:
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan
dunia; tetapi sesuatu yang kekal, (yakni) perbuatan baik, itu menurut Tuhan
dikau baik sekali ganjarannya, dan baik sekali harapannya” (Q.S. 18:46).
Jadi Quran Suci tidak mengajarkan doa untuk memohon emas
yang tak terbatas, kekayaan atau panjang umur, seperti yang kita temui dalam
Weda.
Sebaliknya, Quran
Suci mengajarkan semacam permohonan untuk membantu seseorang agar bisa mencapai
tingkat tertinggi dari ketulusan, kebebasan dari dosa, serta kebaikan.
ANEKDOT KE TUJUH
Keselamatan (nirwana)
adalah tingkat kesucian seseorang dimana dikenal sebagai kedamaian dan
ketenteraman jiwa. Menghilangkan benturan kecil-kecilan dalam kehidupan dan
mengurbankan segalanya untuk memperoleh kedamaian abadi adalah sesuatu yang
sulit dipikul. Hingga keinginan nafsu rendah, sebagai suatu akibat dari
keserakahan dan kekikiran, dihapuskan dari dalam, maka tak seorangpun dapat
selamat dari api neraka. Quran Suci, dalam mendiskusikan berbagai tahap dari
jiwa manusia telah berbicara mengenai ketenteraman dan kedamaian
jiwa:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan
perasaan ridla, amat memuaskan di hati. Masuklah di antara hamba-hamba-Ku, Dan
masuklah ke Taman-Ku” (Q.S. 89:27-30).
Menurut fraseologi
Buddhis status ini disebut kedamaian sempurna, ketulusan, harmoni, dan
kebijaksanaan yang lebih tinggi. Buddha telah meramalkan kedatangan seorang
Buddha seperti dia, karena itu, dianggap cocok untuk menunjukkan beberapa
persamaan di antara Buddha dengan Nabi Muhammad.
Riwayat hidup Buddha
mengungkapkan anekdot menyedihkan tentang perpisahannya dengan yang akrab dan
yang paling dicintai, sekali untuk selamanya. Perkawinan adalah suatu ikatan
keagamaan dan hukum di antara suami dengan isteri. Jika tidak ada kesalahan,
maka pembatalan atas perjanjian ini jelas diluar hukum. Sikap mental Buddha
berubah. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjalani kerahiban, namun
isteri dan anaknya tidak ada hal yang salah sehingga ditinggalkan. Tak ada
bangsa yang bisa bertahan dengan mengikuti jejak langkah Buddha ini. Betapa pun,
kaum Buddhis harus menikah, meskipun bertentangan dengan teladan yang digelar
oleh Buddha dan harus berkumpul dengan para isteri dan anak-anaknya hingga akhir
hayatnya. Di sini tidak ada analogi antara Buddha dan Nabi Muhammad. Memang,
perpisahan sementara harus diikuti oleh orang yang tulus dalam mengabdi kepada
Tuhan. Tetapi Nabi Muhammad juga hidup di tengah isteri dan anak-anaknya,
menyampaikan risalah tentang cinta Ilahi, yang, sesungguhnya, adalah pelajaran
yang paling bisa dipraktikkan oleh manusia. Contoh yang dilakukan oleh Buddha
semasa hidupnya sendiri kelihatannya tidak bisa dipraktikkan bagi umat secara
umum. Sebaliknya, karakter ideal dari Nabi Muhammad bisa diikuti oleh semua
orang. Meskipun hidupnya menunjukkan sekilas perpisahannya dengan isteri dan
anak-anaknya, di kala minum sedalam-dalamnya saat memuja dan menyembah Tuhannya.
Menurut suatu riwayat, beliau langsung meninggalkan isterinya seketika setelah
mendengar panggilan salat. Ini bukanlah suatu tugas yang mudah, hanya ahli jiwa
yang bisa menghayati arti pentingnya. Seorang laki-laki yang sedang
bercengkerama dengan isterinya, menikmati keakraban pasangan yang lembut penuh
daya tarik dengan penuh canda dan tawa, harus menarik diri mendengar panggilan.
Ikatan cinta terputus di kala mendengar seruan . Beliau mengabdikan diri
sepenuhnya kepada panggilan dan Tuhan. Ini adalah saat dimana beliau bangkit
untuk berubah demi mengungkapkan kecintaanya kepada Tuhan, dan seketika
melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan menghadap Tuhan lima kali sehari.
Dalam berbuat demikian, beliau bersabda:
“Sesungguhnya memang ada kecintaan dan kehangatan kepada
isteri dan anak-anak, tetapi ketenteraman hati itu terletak dalam pengabdian
kepada Tuhan”. Adalah kilatan kecintaan kepada Tuhan ini yang mendorongnya dari
isterinya bahkan di waktu malam hari. Sebagai hasilnya, beliau selalu ditemukan
bersujud di hadapan Tuhan bahkan sebelum tengah malam.
Seorang laki-laki
yang menyelinap pergi dari keluarganya, ke dalam pengasingan di rimba, tidak
dapat mencapai ketinggian tempat berpijak seperti ini yang penuh pujaan setiap
hari.
PELAJARAN KEENAM DARI KARAKTER BUDDHA
Upacara agama dan
segala jenis sembahyang yang tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan moral dan
spiritual bagi manusia itu tidak ada gunanya. Mereka yang dalam pencarian
terhadap kebebasan abadi serta puncak kebenaran harus menjaga diri mereka
terhadap nafsu mementingkan diri sendiri dan emosi pribadi. Sesuai dengan itu,
Buddha berkata:
“Bukannya kebajikan orang lain, atau dosa mereka atas apa
yang diperbuat dan tidak diperbuat, tetapi adalah perbuatan salahnya sendiri
serta kelalaiaannya yang harus diperhatikan oleh orang yang bijak. Bagaikan
sekuntum bunga yang indah, penuh warna-warni tetapi tanpa harumnya, memang
bagus tetapi tak berbuah; begitulah kata-kata dari dia yang tidak diikuti
dengan perbuatan yang sama”.
Menurut Nabi Muhammad dan al-Quran, menjaga diri dari kejahatan
atau menyelamatkan diri dari dosa adalah tujuan utama dari ibadah. Al-Quran
berkata:
“Sesungguhnya salat itu
menjaga (diri) seseorang dari perbuatan keji dan munkar” (Q.S.
29:45).
Seperti dalam perintah
untuk berpuasa dikatakan:
“Wahai orang yang beriman,
puasa diwajibkan kepadamu, sebagaimana diwajibkan kepada orangorang sebelum
kamu, supaya kamu bisa menjaga diri dari kejahatan” (Q.S.
2:183).
Seorang yang beribadah
kepada Tuhan demi keserakahan atau kekikiran telah dirujuk dalam ayat
ini:
“Tahukan engkau orang yang mengambil
keinginan rendahnya sebagai tuhan?” (Q.S. 25:43)
Tidak hanya sekedar menyembah patung yang dikutuk,
melainkan juga mengikuti hawa-nafsunya dengan membabi-buta, sama juga, terkutuk.
Banyak orang yang
menganggap dirinya hamba Tuhan Yang Esa sesungguhnya menundukkan diri dalam
penyerahan kepada berhala mereka yang terbesar, yakni hawa nafsunya. Nabi
Muhammad dari buaian hingga ke liang kubur melewati keadaan yang sulit, suatu
kesulitan yang jarang bisa ditemui dalam kehidupan seorang yang sendirian.
Keadaan yatim piatu adalah kondisi yang sangat tidak berdaya, sedangkan
mengemban tugas sebagai raja adalah puncak dari kekuasaan. Dari seorang yang
yatim piatu, dia merambat naik ke puncak kemuliaan kerajaan, tetapi dia tidak
membawa sedikitpun perubahan dalam cara hidupnya. Dia hidup persis sama
sederhananya dalam jenis makanannya, sama sederhananya dalam berpakaian serta
dalam segala hal yang khusus dia menjalani hidup yang sama sederhananya dengan
ketika dia menjalani hidupnya dalam keadaan yatim-piatu. Meskipun dia penguasa
dari Negara, perabot rumahnya terdiri dari satu hambal yang kasar dari daun
kurma sebagai tempat tidurnya dan satu bejana air dari tanah. Dia tidak
malu-malu untuk bekerja, dia menjahit sepatunya dan menambal pakaiannya sendiri.
Ketika masjid Madinah
sedang dibangun, beliau bekerja seperti pekerja yang lain. Ini adalah adegan
pertapa dari segala keinginan duniawi dan keserakahan, yang tersisih dari
kehidupan Nabi Muhammad.
Buddha, juga menganggap keserakahan duniawi itu sebagai
menipu, menjauh darinya berarti menuntun kepada keselamatan akhir.
Quran Suci
mengatakan:
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan
dunia; tetapi sesuatu yang kekal, (yakni) perbuatan baik, itu menurut Tuhan
dikau baik sekali ganjarannya, dan baik sekali harapannya” (Q.S. 18:46).
Jadi Quran Suci tidak mengajarkan doa untuk memohon emas
yang tak terbatas, kekayaan atau panjang umur, seperti yang kita temui dalam
Weda.
Sebaliknya, Quran
Suci mengajarkan semacam permohonan untuk membantu seseorang agar bisa mencapai
tingkat tertinggi dari ketulusan, kebebasan dari dosa, serta kebaikan.
ANEKDOT KE TUJUH
Keselamatan (nirwana)
adalah tingkat kesucian seseorang dimana dikenal sebagai kedamaian dan
ketenteraman jiwa. Menghilangkan benturan kecil-kecilan dalam kehidupan dan
mengurbankan segalanya untuk memperoleh kedamaian abadi adalah sesuatu yang
sulit dipikul. Hingga keinginan nafsu rendah, sebagai suatu akibat dari
keserakahan dan kekikiran, dihapuskan dari dalam, maka tak seorangpun dapat
selamat dari api neraka. Quran Suci, dalam mendiskusikan berbagai tahap dari
jiwa manusia telah berbicara mengenai ketenteraman dan kedamaian
jiwa:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan
perasaan ridla, amat memuaskan di hati. Masuklah di antara hamba-hamba-Ku, Dan
masuklah ke Taman-Ku” (Q.S. 89:27-30).
Menurut fraseologi
Buddhis status ini disebut kedamaian sempurna, ketulusan, harmoni, dan
kebijaksanaan yang lebih tinggi. Buddha telah meramalkan kedatangan seorang
Buddha seperti dia, karena itu, dianggap cocok untuk menunjukkan beberapa
persamaan di antara Buddha dengan Nabi Muhammad.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Pertama
Sidharta Gautama mencapai pencerahan adalah dengan usaha sendiri, bukan diberikan oleh siapapun. Beliau mengajarkan kebenaran yang ditemukan oleh Beliau sendiri, bukan kebenaran yang dipaksakan oleh seseorang yang tidak benar. Beliau melihat penderiataan semua makhluk dan memberikan jalan kebenaran kepada semua makhluk. bukan hanya melihat penderitaan manusia saja dan mengajarkan kekerasan terhadap binatang dengan dalil2 yang tidak benar.
Kedua
Sidharta meninggalkan istana (dunia) yang penuh dengan kepalsuan, demi kebenaran yang mulia. bukan maslah berat- tidaknya perasaan. Beliau memulai dengan damai, berusaha dengan damai dan berakhir dalam kedamaian. Beliau bukan hanya melayani beberapa manusia, tetapi Beliau melayani semua makhluk untuk menuju pencerahan. sedangkan muhammad memulai dengan kekerasan (penjarahan, perang, dll) berusaha penuh kekerasan (memerangi kaum yang menentangnya) dan berakhir sempurna kekerasannya (sampai sekarang berseteru dengan umat yang padahal tuhannya sama).
Ketiga
Pohon yang anda sebut Bo (dalam agama Buddha disebut pohon Bodhi) hanyalah sebuah nama tanaman yang ketika dihutan merupakan tempat bernaung/ istirahat/ samadhi. Pohon hanya pohon, tidak ada yang istimewa darinya. Pencapaian pencerahan bisa dimana saja, tidak harus dibawah pohon. mohon tarik kembali takhyul, mitos dsb yang dapat menambah kekotoran batin terhadap orang yang membaca hal ini dan mencemari nama baik ajaran Buddha.
Keempat
Benar bahwa Buddha adalah Guru bagi manusia
tambahan dari saya adalah Guru dari manusia dan semua makhluk. Tekad Beliau lebih mulia dan universal, tidak pilih kasih. lagi, tidak ada satupun aliran dalam agama Buddha (Theravada, Mahayana, Tantrayana dan Hinayana) yang berargumen demikian bahwa Buddha adalah tuhan yang maha esa. hanya ada satu aliran baru yang mengatas namakan agama Buddha yang berbuat demikian, yaitu agama Maitreya. dan perlu saya jelaskan bahwa agama Maitreya bukanlah termasuk agama Buddha. Mereka adalah agama baru yang menggunakan kata Buddha tanpa menggunakan ajaran Buddha. dan jika ada yang berargumen demikian, dia tidak mencerminkan umat yang menjalankan ajaran Buddha.
Kelima
Beliau telah menjelaskan bahwa ikatan keluarga bisa disebut sebagai hambatan spiritual. bukan berarti umat Buddha dilarang untuk tidak berkeluarga. Beliau juga ada mengajarkan anjuran untuk orang yang berkeluarga. jika anda sudah berkeluarga, bisakah ketika anda bergumul dengan isteri/suami anda, apa yang ada dalam pikiran anda, tuhan? atau isteri/suami? atau bahkan berfantasi orang lain, apakah muhammad juga demikian. sedangkan Beliau(Buddha) senantiasa menyebarkan Cinta kasih kepada semua makhluk. tanpa henti sesaat pun.
bagian mana dari kehidupan Beliau yang anda katakan tidak bisa dipraktekkan? terbukti bahwa sampai sekarang ada begitu banyak orang yang mengikuti jejak Buddha. sedangkan muhammad yang anda katakan teladan, yang beristeri banyak bahkan pedofil, anda katakan mulia. menikahi janda memang sekilas tampak baik, tetapi apakah muhammad pernah tahu apa yang ada dipikirkan oleh isteri pertamanya? apa yang isteri mereka pikirkan ketika muhammad mau menikahi anak kecil bernama aisya. silahkan anda tanyakan sekarang kepada wanita2 yang ada sekarang, siapa yang mau di madu oleh suaminya? silahkan survey dan sertakan alasan jika ada yang mau demikian. itukah yang anda katakan teladan? seseorang yang penuh dengan kekotoran batin dan nafsu indria (duniawi) apakah bisa disebut suci? orang yang msih melekat pada segala kesenangan duniawi bisa disebut suci? kalau memang demikian definisi orang suci bagi anda, saya tidak bisa berkata apa2 lagi
Keenam
benar kata Beliau, siapapun yang hanya melihat ibadah nya dalam upacara keagamaan (termasuk sholat) tidak mencerminkan apa-apa. yang dilihat adalah perbuatan dan tingkah lakunya. seperti inti ajaran Buddha,
Janganlah berbuat jahat, tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran.
dan sekali lagi saya jelaskan, tidak ada satupun umat Buddha yang 'menyembah'. apapun itu. tuhan saja tidak disembah, apalagi materi. yang anda lihat dalam ritual Buddhisme adalah sebuah bentuk penghormatan, sebagaimana anda mengarah ke kaa'bah.
Ketujuh
Nirvana/ nibbana adalah keadaan yang tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dilukiskan dengan apapun, ketenangan benar, kebahagiaan yang sejati dan mutlak. Nirvana/ nibbana bukan lah alam ataupun tempat. Nirvana sudah berada diluar 31 alam kehidupan. Nirvana merupakan tempat terakhir dari kebenaran.
sedangkan surga yang menjadi tujuan akhir agama islam, merupakan alam yang tidak kekal, penuh dengan kesenangan semu, penuh nafsu dan rendah. jadi anda tidak bisa membandingkan antara surga islam yang rendah dengan nirvana buddhis yang mutlak.
demikianlah penjelasan dari saya
semoga semua makhluk berbahagia
Sidharta Gautama mencapai pencerahan adalah dengan usaha sendiri, bukan diberikan oleh siapapun. Beliau mengajarkan kebenaran yang ditemukan oleh Beliau sendiri, bukan kebenaran yang dipaksakan oleh seseorang yang tidak benar. Beliau melihat penderiataan semua makhluk dan memberikan jalan kebenaran kepada semua makhluk. bukan hanya melihat penderitaan manusia saja dan mengajarkan kekerasan terhadap binatang dengan dalil2 yang tidak benar.
Kedua
Sidharta meninggalkan istana (dunia) yang penuh dengan kepalsuan, demi kebenaran yang mulia. bukan maslah berat- tidaknya perasaan. Beliau memulai dengan damai, berusaha dengan damai dan berakhir dalam kedamaian. Beliau bukan hanya melayani beberapa manusia, tetapi Beliau melayani semua makhluk untuk menuju pencerahan. sedangkan muhammad memulai dengan kekerasan (penjarahan, perang, dll) berusaha penuh kekerasan (memerangi kaum yang menentangnya) dan berakhir sempurna kekerasannya (sampai sekarang berseteru dengan umat yang padahal tuhannya sama).
Ketiga
Pohon yang anda sebut Bo (dalam agama Buddha disebut pohon Bodhi) hanyalah sebuah nama tanaman yang ketika dihutan merupakan tempat bernaung/ istirahat/ samadhi. Pohon hanya pohon, tidak ada yang istimewa darinya. Pencapaian pencerahan bisa dimana saja, tidak harus dibawah pohon. mohon tarik kembali takhyul, mitos dsb yang dapat menambah kekotoran batin terhadap orang yang membaca hal ini dan mencemari nama baik ajaran Buddha.
Keempat
Benar bahwa Buddha adalah Guru bagi manusia
tambahan dari saya adalah Guru dari manusia dan semua makhluk. Tekad Beliau lebih mulia dan universal, tidak pilih kasih. lagi, tidak ada satupun aliran dalam agama Buddha (Theravada, Mahayana, Tantrayana dan Hinayana) yang berargumen demikian bahwa Buddha adalah tuhan yang maha esa. hanya ada satu aliran baru yang mengatas namakan agama Buddha yang berbuat demikian, yaitu agama Maitreya. dan perlu saya jelaskan bahwa agama Maitreya bukanlah termasuk agama Buddha. Mereka adalah agama baru yang menggunakan kata Buddha tanpa menggunakan ajaran Buddha. dan jika ada yang berargumen demikian, dia tidak mencerminkan umat yang menjalankan ajaran Buddha.
Kelima
Beliau telah menjelaskan bahwa ikatan keluarga bisa disebut sebagai hambatan spiritual. bukan berarti umat Buddha dilarang untuk tidak berkeluarga. Beliau juga ada mengajarkan anjuran untuk orang yang berkeluarga. jika anda sudah berkeluarga, bisakah ketika anda bergumul dengan isteri/suami anda, apa yang ada dalam pikiran anda, tuhan? atau isteri/suami? atau bahkan berfantasi orang lain, apakah muhammad juga demikian. sedangkan Beliau(Buddha) senantiasa menyebarkan Cinta kasih kepada semua makhluk. tanpa henti sesaat pun.
bagian mana dari kehidupan Beliau yang anda katakan tidak bisa dipraktekkan? terbukti bahwa sampai sekarang ada begitu banyak orang yang mengikuti jejak Buddha. sedangkan muhammad yang anda katakan teladan, yang beristeri banyak bahkan pedofil, anda katakan mulia. menikahi janda memang sekilas tampak baik, tetapi apakah muhammad pernah tahu apa yang ada dipikirkan oleh isteri pertamanya? apa yang isteri mereka pikirkan ketika muhammad mau menikahi anak kecil bernama aisya. silahkan anda tanyakan sekarang kepada wanita2 yang ada sekarang, siapa yang mau di madu oleh suaminya? silahkan survey dan sertakan alasan jika ada yang mau demikian. itukah yang anda katakan teladan? seseorang yang penuh dengan kekotoran batin dan nafsu indria (duniawi) apakah bisa disebut suci? orang yang msih melekat pada segala kesenangan duniawi bisa disebut suci? kalau memang demikian definisi orang suci bagi anda, saya tidak bisa berkata apa2 lagi
Keenam
benar kata Beliau, siapapun yang hanya melihat ibadah nya dalam upacara keagamaan (termasuk sholat) tidak mencerminkan apa-apa. yang dilihat adalah perbuatan dan tingkah lakunya. seperti inti ajaran Buddha,
Janganlah berbuat jahat, tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran.
dan sekali lagi saya jelaskan, tidak ada satupun umat Buddha yang 'menyembah'. apapun itu. tuhan saja tidak disembah, apalagi materi. yang anda lihat dalam ritual Buddhisme adalah sebuah bentuk penghormatan, sebagaimana anda mengarah ke kaa'bah.
Ketujuh
Nirvana/ nibbana adalah keadaan yang tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dilukiskan dengan apapun, ketenangan benar, kebahagiaan yang sejati dan mutlak. Nirvana/ nibbana bukan lah alam ataupun tempat. Nirvana sudah berada diluar 31 alam kehidupan. Nirvana merupakan tempat terakhir dari kebenaran.
sedangkan surga yang menjadi tujuan akhir agama islam, merupakan alam yang tidak kekal, penuh dengan kesenangan semu, penuh nafsu dan rendah. jadi anda tidak bisa membandingkan antara surga islam yang rendah dengan nirvana buddhis yang mutlak.
demikianlah penjelasan dari saya
semoga semua makhluk berbahagia
Gravelord- SERSAN DUA
-
Age : 40
Posts : 95
Location : Sungai Guntung
Join date : 24.12.11
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
hei hei ...sang pengantin datang.
mari kemari....
semoga brow GL dalam keadaan baik,damai dan bahagia
mari kemari....
semoga brow GL dalam keadaan baik,damai dan bahagia
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Budha VS Nabi Muhammad
sori bro, lama absen
ada masalah dengan internet explorer windows saya
ketika buka web forum ini, tulisannya keciiiiiiiiiil sekali, ga kelihatan sama sekali. aneh deh
ini aja saya pake google chrome baru bisa kelaitan ini web. hehe
padahal dah dari kemaren nya kemaren nya kemarean dst mau masuk kesini, zzz
sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya
kira2 bro tau ga kenapa?
ada masalah dengan internet explorer windows saya
ketika buka web forum ini, tulisannya keciiiiiiiiiil sekali, ga kelihatan sama sekali. aneh deh
ini aja saya pake google chrome baru bisa kelaitan ini web. hehe
padahal dah dari kemaren nya kemaren nya kemarean dst mau masuk kesini, zzz
sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya
kira2 bro tau ga kenapa?
Gravelord- SERSAN DUA
-
Age : 40
Posts : 95
Location : Sungai Guntung
Join date : 24.12.11
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
forum ini aja ato website lain juga bernasib sama?Gravelord wrote:sori bro, lama absen
ada masalah dengan internet explorer windows saya
ketika buka web forum ini, tulisannya keciiiiiiiiiil sekali, ga kelihatan sama sekali. aneh deh
ini aja saya pake google chrome baru bisa kelaitan ini web. hehe
padahal dah dari kemaren nya kemaren nya kemarean dst mau masuk kesini, zzz
sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya
kira2 bro tau ga kenapa?
min....
gemana?ada solusi?
kalo dasar kompi sih dari control panel>setting/display.kalo di luar itu dibaca aja sutta Gakdawabama 13;
Gak ada jawaban dari saya sama sekali
hahahahaha
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Budha VS Nabi Muhammad
cuma forum ini bro, yang lain ga masalah. itulah anehnya, makanya saya juga bingung. sampai sekaranng masih gitu. makanya saya cuma aktif kemaren2 di MK. hehe, jangan2 disabotase oleh MK kali ya?
Gravelord- SERSAN DUA
-
Age : 40
Posts : 95
Location : Sungai Guntung
Join date : 24.12.11
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
inilah cermin ummat berTUHANGravelord wrote:Pertama
Sidharta Gautama mencapai pencerahan adalah dengan usaha sendiri, bukan diberikan oleh siapapun. Beliau mengajarkan kebenaran yang ditemukan oleh Beliau sendiri, bukan kebenaran yang dipaksakan oleh seseorang yang tidak benar. Beliau melihat penderiataan semua makhluk dan memberikan jalan kebenaran kepada semua makhluk. bukan hanya melihat penderitaan manusia saja dan mengajarkan kekerasan terhadap binatang dengan dalil2 yang tidak benar.
Kedua
Sidharta meninggalkan istana (dunia) yang penuh dengan kepalsuan, demi kebenaran yang mulia. bukan maslah berat- tidaknya perasaan. Beliau memulai dengan damai, berusaha dengan damai dan berakhir dalam kedamaian. Beliau bukan hanya melayani beberapa manusia, tetapi Beliau melayani semua makhluk untuk menuju pencerahan. sedangkan muhammad memulai dengan kekerasan (penjarahan, perang, dll) berusaha penuh kekerasan (memerangi kaum yang menentangnya) dan berakhir sempurna kekerasannya (sampai sekarang berseteru dengan umat yang padahal tuhannya sama).
Ketiga
Pohon yang anda sebut Bo (dalam agama Buddha disebut pohon Bodhi) hanyalah sebuah nama tanaman yang ketika dihutan merupakan tempat bernaung/ istirahat/ samadhi. Pohon hanya pohon, tidak ada yang istimewa darinya. Pencapaian pencerahan bisa dimana saja, tidak harus dibawah pohon. mohon tarik kembali takhyul, mitos dsb yang dapat menambah kekotoran batin terhadap orang yang membaca hal ini dan mencemari nama baik ajaran Buddha.
Keempat
Benar bahwa Buddha adalah Guru bagi manusia
tambahan dari saya adalah Guru dari manusia dan semua makhluk. Tekad Beliau lebih mulia dan universal, tidak pilih kasih. lagi, tidak ada satupun aliran dalam agama Buddha (Theravada, Mahayana, Tantrayana dan Hinayana) yang berargumen demikian bahwa Buddha adalah tuhan yang maha esa. hanya ada satu aliran baru yang mengatas namakan agama Buddha yang berbuat demikian, yaitu agama Maitreya. dan perlu saya jelaskan bahwa agama Maitreya bukanlah termasuk agama Buddha. Mereka adalah agama baru yang menggunakan kata Buddha tanpa menggunakan ajaran Buddha. dan jika ada yang berargumen demikian, dia tidak mencerminkan umat yang menjalankan ajaran Buddha.
Kelima
Beliau telah menjelaskan bahwa ikatan keluarga bisa disebut sebagai hambatan spiritual. bukan berarti umat Buddha dilarang untuk tidak berkeluarga. Beliau juga ada mengajarkan anjuran untuk orang yang berkeluarga. jika anda sudah berkeluarga, bisakah ketika anda bergumul dengan isteri/suami anda, apa yang ada dalam pikiran anda, tuhan? atau isteri/suami? atau bahkan berfantasi orang lain, apakah muhammad juga demikian. sedangkan Beliau(Buddha) senantiasa menyebarkan Cinta kasih kepada semua makhluk. tanpa henti sesaat pun.
bagian mana dari kehidupan Beliau yang anda katakan tidak bisa dipraktekkan? terbukti bahwa sampai sekarang ada begitu banyak orang yang mengikuti jejak Buddha. sedangkan muhammad yang anda katakan teladan, yang beristeri banyak bahkan pedofil, anda katakan mulia. menikahi janda memang sekilas tampak baik, tetapi apakah muhammad pernah tahu apa yang ada dipikirkan oleh isteri pertamanya? apa yang isteri mereka pikirkan ketika muhammad mau menikahi anak kecil bernama aisya. silahkan anda tanyakan sekarang kepada wanita2 yang ada sekarang, siapa yang mau di madu oleh suaminya? silahkan survey dan sertakan alasan jika ada yang mau demikian. itukah yang anda katakan teladan? seseorang yang penuh dengan kekotoran batin dan nafsu indria (duniawi) apakah bisa disebut suci? orang yang msih melekat pada segala kesenangan duniawi bisa disebut suci? kalau memang demikian definisi orang suci bagi anda, saya tidak bisa berkata apa2 lagi
Keenam
benar kata Beliau, siapapun yang hanya melihat ibadah nya dalam upacara keagamaan (termasuk sholat) tidak mencerminkan apa-apa. yang dilihat adalah perbuatan dan tingkah lakunya. seperti inti ajaran Buddha,
Janganlah berbuat jahat, tambahlah kebajikan
Sucikan hati dan pikiran.
dan sekali lagi saya jelaskan, tidak ada satupun umat Buddha yang 'menyembah'. apapun itu. tuhan saja tidak disembah, apalagi materi. yang anda lihat dalam ritual Buddhisme adalah sebuah bentuk penghormatan, sebagaimana anda mengarah ke kaa'bah.
Ketujuh
Nirvana/ nibbana adalah keadaan yang tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dilukiskan dengan apapun, ketenangan benar, kebahagiaan yang sejati dan mutlak. Nirvana/ nibbana bukan lah alam ataupun tempat. Nirvana sudah berada diluar 31 alam kehidupan. Nirvana merupakan tempat terakhir dari kebenaran.
sedangkan surga yang menjadi tujuan akhir agama islam, merupakan alam yang tidak kekal, penuh dengan kesenangan semu, penuh nafsu dan rendah. jadi anda tidak bisa membandingkan antara surga islam yang rendah dengan nirvana buddhis yang mutlak.
demikianlah penjelasan dari saya
semoga semua makhluk berbahagia
:lkj: :lkj: :lkj:
mang kok- SERSAN SATU
-
Posts : 157
Join date : 15.02.12
Reputation : 1
Re: Budha VS Nabi Muhammad
@atas
EMANG AGAMA BUDHA SEKARANG INI MENGAKUI ADANYA TUHAN SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA..???
EMANG AGAMA BUDHA SEKARANG INI MENGAKUI ADANYA TUHAN SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA..???
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: Budha VS Nabi Muhammad
tidak, dan tidak perlu mengakui ataupun adanya pengakuan,namun yg posting diatas adl cerminan manusia bertuhan.mang odoy wrote:@atas
EMANG AGAMA BUDHA SEKARANG INI MENGAKUI ADANYA TUHAN SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA..???
saya lebih suka menyebut buddha adalah atheis yg luhur / bermoral
mang kok- SERSAN SATU
-
Posts : 157
Join date : 15.02.12
Reputation : 1
Re: Budha VS Nabi Muhammad
mang kok wrote:tidak, dan tidak perlu mengakui ataupun adanya pengakuan,namun yg posting diatas adl cerminan manusia bertuhan.mang odoy wrote:@atas
EMANG AGAMA BUDHA SEKARANG INI MENGAKUI ADANYA TUHAN SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA..???
MO:
Pertanyaan saya...apakah agama BUDHA MENGAKUI ADANYA TUHAN yang menciptakan alam semesta raya ini...????
saya lebih suka menyebut buddha adalah atheis yg luhur / bermoral
MO:
Tuhh kan...akhirnya keluar juga pengakuan anda....
bertuhan tapi atheis....????
Itukan anda sendiri...GNOSTIK.
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: Budha VS Nabi Muhammad
jika ada seorang ulama yg kelakuannya bejat apakah orang yg tidak mengenal beliau menganggap beliau adl seorang ulama?mang odoy wrote:mang kok wrote:tidak, dan tidak perlu mengakui ataupun adanya pengakuan,namun yg posting diatas adl cerminan manusia bertuhan.mang odoy wrote:@atas
EMANG AGAMA BUDHA SEKARANG INI MENGAKUI ADANYA TUHAN SANG PENCIPTA ALAM SEMESTA..???
MO:
Pertanyaan saya...apakah agama BUDHA MENGAKUI ADANYA TUHAN yang menciptakan alam semesta raya ini...????
saya lebih suka menyebut buddha adalah atheis yg luhur / bermoral
MO:
Tuhh kan...akhirnya keluar juga pengakuan anda....
bertuhan tapi atheis....????
Itukan anda sendiri...GNOSTIK.
jika ada orang kaya yg pakaiannya lusush kucel, dan pakai sandal japit usang apakah mencerminkan dirinya sebagai orang kaya padahal kenyataanya beliau pemilik sebuah perusahaan
lalu kenapa buddha diakui sebagai agama? setidaknya di indonesia, dgn dasar pancasila sila pertama saja seharusnya ditolak dong?
ini lagi GNOSTIK pakai ditulis huruf kapital, apa bung tidak bisa bedakan ya antara agnostik dan gnostik?
aya2 wae eta mah namina.
mang kok- SERSAN SATU
-
Posts : 157
Join date : 15.02.12
Reputation : 1
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Ketujuh
Nirvana/ nibbana adalah keadaan yang tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dilukiskan dengan apapun, ketenangan benar, kebahagiaan yang sejati dan mutlak. Nirvana/ nibbana bukan lah alam ataupun tempat. Nirvana sudah berada diluar 31 alam kehidupan. Nirvana merupakan tempat terakhir dari kebenaran.
sedangkan surga yang menjadi tujuan akhir agama islam, merupakan alam yang tidak kekal, penuh dengan kesenangan semu, penuh nafsu dan rendah. jadi anda tidak bisa membandingkan antara surga islam yang rendah dengan nirvana buddhis yang mutlak.
nyemak..
Nirvana/ nibbana adalah keadaan yang tidak dapat didefinisikan, tidak dapat dilukiskan dengan apapun, ketenangan benar, kebahagiaan yang sejati dan mutlak. Nirvana/ nibbana bukan lah alam ataupun tempat. Nirvana sudah berada diluar 31 alam kehidupan. Nirvana merupakan tempat terakhir dari kebenaran.
sedangkan surga yang menjadi tujuan akhir agama islam, merupakan alam yang tidak kekal, penuh dengan kesenangan semu, penuh nafsu dan rendah. jadi anda tidak bisa membandingkan antara surga islam yang rendah dengan nirvana buddhis yang mutlak.
nyemak..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Budha VS Nabi Muhammad
“Boleh jadi engkau akan membunuh dirimu karena duka-cita, karena mereka tak mau beriman” (Q.S. 26:3).
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati. Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia dari kekacauan yang menakutkan ini.
Lalu dia membuang pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi. Dia mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka selama enam tahun.
Tidak puas dengan mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia” (Ashvghosha, Kion I verg 3).
Mereka yang mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan pergi ke gua di Bukit Hira. Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini:
“Saya tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap mencekam”.
Di gua ini kata-kata Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur).. Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama, Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya.
ANEKDOT KEDUA
Buddha meskipun seorang pangeran, meninggalkan kerajaannya dan menjalani kehidupan seorang pertapa. Muhammad bukanlah seorang pangeran atau raja, tetapi kaum Quraish mencoba memenangkan hatinya dengan godaan dan mendatanginya secara langsung:
“Jika ambisimu untuk memiliki kekayaan maka kami akan timbunkan kekayaan seberapapun kamu ingini; jika kamu menghendaki kehormatan, kami akan bersiap untuk berikrar mengakui kamu sebagai raja dan tuan kami; jika engkau senang kepada kecantikan, kami akan menyerahkan ke tanganmu gadis-gadis yang tercantik sesuai pilihanmu”.
Tetapi beliau menjawab:
“Saya tidak menginginkan kekayaan ataupun kekuasaan politik. Saya telah ditunjuk Tuhan sebagai juru-ingat kepada umat manusia, serta menyampaikan risalah Nya kepadamu. Bila kalian menerimanya, maka engkau akan mendapatkan kebahagiaan besar dalam kehidupan ini maupun di akhirat nanti; bila kalian menolak firman Tuhan, sesungguhnya Tuhan akan memutuskan antara aku dengan kalian”.
Beliau diancam dengan pembunuhan, dan bahkan Abu Talib, pamannya dan pendukung tunggalnya, menyatakan kepadanya bahwa dia tak sanggup lagi menghadapi persatuan perlawanan dari Quraish. Namun nabi bergeming; katanya:
“Wahai paman, meskipun mereka menaruh matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku membatalkan dakwahku ini; aku takkan berbuat demikian; aku takkan pernah menyerah hingga Tuhan memperkenankannya dengan kemenangan atau aku binasa dalam usahaku” (Ibnu Hisham, halaman 15, “Spirit of Islam”, oleh Amir Ali, halaman 186).
Setelah berbilang tahun penderitaan yang paling berat demi kebaikan dari umat itu sendiri yang mendapat kesenangan dengan menimpakan kepadanya siksaan yang paling kejam, di saat beliau mendaki ke puncak kemuliaan kerajaan, beliau tetap hidup dengan makanannya yang sederhana dan memakai busana yang sama bersahajanya. Memang berat untuk meninggalkan mahkota Raja, dan menjalani hidup sebagai pertapa, tetapi lebih berat lagi bila mendapatkan kewenangan sebagai raja dan pada waktu yang sama menjalani kehidupan seorang pertapa. Meskipun penguasa negara, beberapa malam beliau tidur tanpa makanan dan beberapa hari hidup hanya dari sekedar kurma semata. Beliau senantiasa tidur di atas hambal yang kasar dari daun kurma.
Tak ada istana yang dibangun buat dirinya dan dia tak punya mahkota yang bertatahkan intan dan mutiara. Ketika isteri-isterinya datang untuk meminta sedikit barang bagus dengan hiasannya, dengan dingin dikatakan kepada mereka bahwa bila mereka menginginkan benda-benda tersebut maka mereka tidak layak hidup di rumah nabi (Q.S. 33:28). Beliau menambal sepatunya sendiri, memerah susu kambing, menyalakan api di pediangan isteri-isterinya, dan melayani beberapa janda yang kekurangan.
ANEKDOT KE TIGA
Kembali kepada pokok acara, Gautama Buddha ditetapkan dengan Ilmu Ilahi, dan dia menghangatkan diri di bawah Pohon Bo dengan Cahaya Ilahi, yang merubah hidupnya secara total. Untuk merayakan hal ini maka kaum Buddhis melakukan jamaah dan pertemuannya di bawah bayangan pohon Bo.
Teosofis juga telah mengikuti jalan ini. Di antara umat Hindu pohon seperti Bo dan pipal dianggap suci, karena dipercaya bahwa para dewata beristirahat di bawahnya (Atharwa Weda 5:135:1; Rig Weda 1:164:20,22).
Dalam buku-buku Metafisika Yunani dan “Buku Orang Mati” Mesir Kuno pohon Sidrah dipandang sebagai puncak yang terpuji, ilmu dan kendali universal. Menurut kata Homer seorang yang makan buah pohon Sidrah tidak pernah akan kembali ke dunia ini melainkan mencapai kesempurnaan ruhani kedamaian dan ketenteraman. (2)
Quran Suci mewahyukan bahwa Nabi Muhammad telah mencapai tujuan ini :
“Dan sesungguhnya ia melihat Dia di landasan yang lain,
Di sisi pohon Sidrah yang paling jauh.
Di sisinya adalah Taman yang Kekal.
Tatkala apa yang menutupi pohon Sidrah;
Penglihatan tak membalik ke arah lain, dan tak pula melebihi batas.
Sesungguhnya ia melihat sebagian tanda-bukti Tuhannya Yang Maha-besar” (Q.S. 53:13-18).
Ayat-ayat dalam wahyu Ilahi ini berbicara tentang mi’raj Nabi Muhammad. Dan apa yang diperoleh Buddha di bawah pohon Bo adalah mi’rajnya. Karena itu:
‘Segera setelah pencerahannya maka Brahma sang kepala dewata datang mengunjungi Buddha Gautama di bawah pohon Bo” (“Majjhima Nikaya” oleh Silchara, halaman 151).
Dan mi’rajnya Musa itu disebutkan dalam Quran Suci pada pertemuan dua laut yakni ilmu manusiawi dan Ilmu Ilahi. Kaum Buddhis salah menilai pohon Bo sebagai akhir tujuan.
Peningkatan dan peninggian ini secara kiasan disamakan dengan pohon yang tinggi, yang oleh kaum Buddhis dan Hindu dianggapnya pohon itu Bo atau pipal (ashvatha).
Menurut al-Quran ini berarti bahwa Nabi Suci melihat tanda-bukti dan argumen akan adanya Tuhan, pencapaian semacam itu diluar kemampuan ilmu manusiawi.
Pohon ini, yang oleh kaum Hindu dan Buddhis yang memberhalakannya karena terbaliknya penglihatan ‘dalam’ mereka lalu diturunkan menjadi sesembahan, sesungguhnya berarti pohon ruhani yakni wahyu Tuhan dan Ilmu Ilahi.
ANEKDOT KE EMPAT
Buddha menguak tabir kebenaran keagamaan yang banyak tersembunyi, yang dirahasiakan oleh para ulama Hindu. Dia mengkritik dengan sangat Kitab Weda. Dia mengakhiri segala jenis eksploatasi dalam bidang keagamaan dan kepercayaan, serta meletakkan landasan persamaan dan persaudaraan.
Dhammapad berisi kata-kata: “Tumhehi Kiccan atappan akkatara Tathagata. (Engkau sendiri yang harus mengendalikan dirimu; Tathagata hanyalah guru-gurumu) “. Tentangnya dia mengumumkan: “Aku adalah seorang guru manusia”.
Bhiksu Narada menulis tentang Buddha bahwa dia tak pernah mengaku sebagai inkarnasi Wisnu, sebagaimana umat Hindu cenderung mempercayainya, ataupun dia seorang juru-selamat yang menyelamatkan orang lain dengan penyelamatan oleh pribadinya. (“Buddhism, in a nutshell” oleh Bhikku Narada.).
Sungguh disayangkan bahwa sekte Buddhis Mahayana telah jauh menyeleweng sehingga mereka percaya bahwa Buddha itu Tuhan Yang Maha-kuasa. Padahal kenyataannya, seperti halnya Buddha, banyak risalah yang diusung oleh Muhammad, dimaksudkan untuk memperbarui agama-agama sebelumnya. Ahli hukum dan para pendeta Kristen dan Yahudi, dan pandit di kalangan Hindu dan Buddha telah menambah dan merubah dengan penemuan baru dalam kitab-kitab mereka. Quran Suci mengkaji kembali semuanya dengan dalil, logika dan rujukan, jadi dengan demikian telah membunyikan lonceng kematian bagi monopoli para pendeta atau pastur, dan membuatnya wajib bagi setiap orang, baik lelaki maupun perempuan, untuk mereguk pengetahuan kebenaran agama.
Buddha, sebagaimana telah kami ceriterakan, adalah putera seorang Raja. Sketsa hidupnya secara singkat berisi tujuh perkara: Pada masa mudanya suatu kali dia melihat seorang tua, seorang sakit dan seorang mati. Melihat tiga bencana dalam kehidupan manusia ini, dia sangat sedih sehingga memutuskan untuk mencari tahu penyebab dari kesedihan ini serta cara untuk menghindarinya. Karena itu dia mengasingkan diri untuk menyelamatkan manusia dari kekacauan yang menakutkan ini.
Lalu dia membuang pakaian kerajaannya, berpisah dari isteri dan puteranya, meninggalkan istana dan menjalani hidup kependetaan, menarik diri dari segala keinginan duniawi. Dia mengabdikan dirinya sematamata untuk menemukan penyebab dari kesakitan dan kesusahan yang meraja-lela di antara umat manusia. Dia mengunjungi banyak Resi dan muni (para wali dalam agama Hindu) dan mengadakan diskusi bersama mereka selama enam tahun.
Tidak puas dengan mereka lalu dirinya sendiri menjalankan banyak praktik yang keras dalam Hindu Yogi tanpa ahasil. Tetapi simpatinya kepada penderitaan umat manusia serta hasratnya yang kuat untuk menyelamatkan kemanusiaan telah menarik turun kepemurah dan pengasih-Nya Tuhan, dan akhirnya di bawah pohon Bo dia menerima rahmat Ilahi dan cahaya yang menjadikannya memperoleh gelar “Cahaya Asia” (Ashvghosha, Kion I verg 3).
Mereka yang mempelajari kehidupan Nabi Suci kita akan mengetahui betapa beliau sangat terkejut melihat orang-orang yang terbenam dalam kebobrokan moral serta upacara mesum. Beliau demikian gelisah memikirkan mereka dan seringkali bangun pada waktu malam serta hatinya membubung tinggi; dia sering meninggalkan rumahnya dan pergi ke gua di Bukit Hira. Kesunyianlah sesungguhnya yang menjadi hasrat dalam dirinya. Di sini dalam gua ini dia sering tinggal semalam suntuk, merenungkan nasib murung dari umatnya, berdoa dan menangis di hadapan Tuhan Yang Maha-kuasa untuk menciptakan bangsa yang beradab kelaur dari kaum yang liar itu. Seorang sufi zaman ini telah mnggambarkannya dengan kata-kata berikut ini:
“Saya tak tahu betapa besar kegelisahan, kesedihan dan kedukaan yang meliputi fikirannya, dan yang menariknya ke gua yang sunyi itu dengan prihatin dan susah hati. Tiada ketakutan sedikitpun terhadap kegelapan dalam fikirannya ataupun kegentaran terhadap kesunyian, tidak takut mati, tidak khawatir terhadap reptil berbisa. Dia menangis penuh kesakitan demi perbaikan umatnya. Bermohon kepada Tuhan siang dan malam telah menjadi hasratnya. Karena itu mengingat kerendah-hatiannya, doa dan kesungguhan permohonannya, maka Tuhan Yang Maha-pengasih telah menganugerahkan kepadanya rahmat bagi dunia yang gelap mencekam”.
Di gua ini kata-kata Tuhan yang diucapkan kepadanya akhirnya menjadi kekuatan yang memberi kehidupan kepada dunia. Karena itu Bukit Hira disebut Bukit Cahaya (Jabal an-Nur).. Demikianlah Nabi Suci dipanggil untuk mengemban tugas berat ini, yakni reformasi dari seluruh umat manusia; dan sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama, Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya.
ANEKDOT KEDUA
Buddha meskipun seorang pangeran, meninggalkan kerajaannya dan menjalani kehidupan seorang pertapa. Muhammad bukanlah seorang pangeran atau raja, tetapi kaum Quraish mencoba memenangkan hatinya dengan godaan dan mendatanginya secara langsung:
“Jika ambisimu untuk memiliki kekayaan maka kami akan timbunkan kekayaan seberapapun kamu ingini; jika kamu menghendaki kehormatan, kami akan bersiap untuk berikrar mengakui kamu sebagai raja dan tuan kami; jika engkau senang kepada kecantikan, kami akan menyerahkan ke tanganmu gadis-gadis yang tercantik sesuai pilihanmu”.
Tetapi beliau menjawab:
“Saya tidak menginginkan kekayaan ataupun kekuasaan politik. Saya telah ditunjuk Tuhan sebagai juru-ingat kepada umat manusia, serta menyampaikan risalah Nya kepadamu. Bila kalian menerimanya, maka engkau akan mendapatkan kebahagiaan besar dalam kehidupan ini maupun di akhirat nanti; bila kalian menolak firman Tuhan, sesungguhnya Tuhan akan memutuskan antara aku dengan kalian”.
Beliau diancam dengan pembunuhan, dan bahkan Abu Talib, pamannya dan pendukung tunggalnya, menyatakan kepadanya bahwa dia tak sanggup lagi menghadapi persatuan perlawanan dari Quraish. Namun nabi bergeming; katanya:
“Wahai paman, meskipun mereka menaruh matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku membatalkan dakwahku ini; aku takkan berbuat demikian; aku takkan pernah menyerah hingga Tuhan memperkenankannya dengan kemenangan atau aku binasa dalam usahaku” (Ibnu Hisham, halaman 15, “Spirit of Islam”, oleh Amir Ali, halaman 186).
Setelah berbilang tahun penderitaan yang paling berat demi kebaikan dari umat itu sendiri yang mendapat kesenangan dengan menimpakan kepadanya siksaan yang paling kejam, di saat beliau mendaki ke puncak kemuliaan kerajaan, beliau tetap hidup dengan makanannya yang sederhana dan memakai busana yang sama bersahajanya. Memang berat untuk meninggalkan mahkota Raja, dan menjalani hidup sebagai pertapa, tetapi lebih berat lagi bila mendapatkan kewenangan sebagai raja dan pada waktu yang sama menjalani kehidupan seorang pertapa. Meskipun penguasa negara, beberapa malam beliau tidur tanpa makanan dan beberapa hari hidup hanya dari sekedar kurma semata. Beliau senantiasa tidur di atas hambal yang kasar dari daun kurma.
Tak ada istana yang dibangun buat dirinya dan dia tak punya mahkota yang bertatahkan intan dan mutiara. Ketika isteri-isterinya datang untuk meminta sedikit barang bagus dengan hiasannya, dengan dingin dikatakan kepada mereka bahwa bila mereka menginginkan benda-benda tersebut maka mereka tidak layak hidup di rumah nabi (Q.S. 33:28). Beliau menambal sepatunya sendiri, memerah susu kambing, menyalakan api di pediangan isteri-isterinya, dan melayani beberapa janda yang kekurangan.
ANEKDOT KE TIGA
Kembali kepada pokok acara, Gautama Buddha ditetapkan dengan Ilmu Ilahi, dan dia menghangatkan diri di bawah Pohon Bo dengan Cahaya Ilahi, yang merubah hidupnya secara total. Untuk merayakan hal ini maka kaum Buddhis melakukan jamaah dan pertemuannya di bawah bayangan pohon Bo.
Teosofis juga telah mengikuti jalan ini. Di antara umat Hindu pohon seperti Bo dan pipal dianggap suci, karena dipercaya bahwa para dewata beristirahat di bawahnya (Atharwa Weda 5:135:1; Rig Weda 1:164:20,22).
Dalam buku-buku Metafisika Yunani dan “Buku Orang Mati” Mesir Kuno pohon Sidrah dipandang sebagai puncak yang terpuji, ilmu dan kendali universal. Menurut kata Homer seorang yang makan buah pohon Sidrah tidak pernah akan kembali ke dunia ini melainkan mencapai kesempurnaan ruhani kedamaian dan ketenteraman. (2)
Quran Suci mewahyukan bahwa Nabi Muhammad telah mencapai tujuan ini :
“Dan sesungguhnya ia melihat Dia di landasan yang lain,
Di sisi pohon Sidrah yang paling jauh.
Di sisinya adalah Taman yang Kekal.
Tatkala apa yang menutupi pohon Sidrah;
Penglihatan tak membalik ke arah lain, dan tak pula melebihi batas.
Sesungguhnya ia melihat sebagian tanda-bukti Tuhannya Yang Maha-besar” (Q.S. 53:13-18).
Ayat-ayat dalam wahyu Ilahi ini berbicara tentang mi’raj Nabi Muhammad. Dan apa yang diperoleh Buddha di bawah pohon Bo adalah mi’rajnya. Karena itu:
‘Segera setelah pencerahannya maka Brahma sang kepala dewata datang mengunjungi Buddha Gautama di bawah pohon Bo” (“Majjhima Nikaya” oleh Silchara, halaman 151).
Dan mi’rajnya Musa itu disebutkan dalam Quran Suci pada pertemuan dua laut yakni ilmu manusiawi dan Ilmu Ilahi. Kaum Buddhis salah menilai pohon Bo sebagai akhir tujuan.
Peningkatan dan peninggian ini secara kiasan disamakan dengan pohon yang tinggi, yang oleh kaum Buddhis dan Hindu dianggapnya pohon itu Bo atau pipal (ashvatha).
Menurut al-Quran ini berarti bahwa Nabi Suci melihat tanda-bukti dan argumen akan adanya Tuhan, pencapaian semacam itu diluar kemampuan ilmu manusiawi.
Pohon ini, yang oleh kaum Hindu dan Buddhis yang memberhalakannya karena terbaliknya penglihatan ‘dalam’ mereka lalu diturunkan menjadi sesembahan, sesungguhnya berarti pohon ruhani yakni wahyu Tuhan dan Ilmu Ilahi.
ANEKDOT KE EMPAT
Buddha menguak tabir kebenaran keagamaan yang banyak tersembunyi, yang dirahasiakan oleh para ulama Hindu. Dia mengkritik dengan sangat Kitab Weda. Dia mengakhiri segala jenis eksploatasi dalam bidang keagamaan dan kepercayaan, serta meletakkan landasan persamaan dan persaudaraan.
Dhammapad berisi kata-kata: “Tumhehi Kiccan atappan akkatara Tathagata. (Engkau sendiri yang harus mengendalikan dirimu; Tathagata hanyalah guru-gurumu) “. Tentangnya dia mengumumkan: “Aku adalah seorang guru manusia”.
Bhiksu Narada menulis tentang Buddha bahwa dia tak pernah mengaku sebagai inkarnasi Wisnu, sebagaimana umat Hindu cenderung mempercayainya, ataupun dia seorang juru-selamat yang menyelamatkan orang lain dengan penyelamatan oleh pribadinya. (“Buddhism, in a nutshell” oleh Bhikku Narada.).
Sungguh disayangkan bahwa sekte Buddhis Mahayana telah jauh menyeleweng sehingga mereka percaya bahwa Buddha itu Tuhan Yang Maha-kuasa. Padahal kenyataannya, seperti halnya Buddha, banyak risalah yang diusung oleh Muhammad, dimaksudkan untuk memperbarui agama-agama sebelumnya. Ahli hukum dan para pendeta Kristen dan Yahudi, dan pandit di kalangan Hindu dan Buddha telah menambah dan merubah dengan penemuan baru dalam kitab-kitab mereka. Quran Suci mengkaji kembali semuanya dengan dalil, logika dan rujukan, jadi dengan demikian telah membunyikan lonceng kematian bagi monopoli para pendeta atau pastur, dan membuatnya wajib bagi setiap orang, baik lelaki maupun perempuan, untuk mereguk pengetahuan kebenaran agama.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha VS Nabi Muhammad
ADEGAN KE LIMA DALAM KARAKTER BUDDHISTIS
Riwayat hidup Buddha mengungkapkan anekdot menyedihkan tentang perpisahannya dengan yang akrab dan yang paling dicintai, sekali untuk selamanya. Perkawinan adalah suatu ikatan keagamaan dan hukum di antara suami dengan isteri. Jika tidak ada kesalahan, maka pembatalan atas perjanjian ini jelas diluar hukum. Sikap mental Buddha berubah. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjalani kerahiban, namun isteri dan anaknya tidak ada hal yang salah sehingga ditinggalkan. Tak ada bangsa yang bisa bertahan dengan mengikuti jejak langkah Buddha ini. Betapa pun, kaum Buddhis harus menikah, meskipun bertentangan dengan teladan yang digelar oleh Buddha dan harus berkumpul dengan para isteri dan anak-anaknya hingga akhir hayatnya. Di sini tidak ada analogi antara Buddha dan Nabi Muhammad. Memang, perpisahan sementara harus diikuti oleh orang yang tulus dalam mengabdi kepada Tuhan. Tetapi Nabi Muhammad juga hidup di tengah isteri dan anak-anaknya, menyampaikan risalah tentang cinta Ilahi, yang, sesungguhnya, adalah pelajaran yang paling bisa dipraktikkan oleh manusia. Contoh yang dilakukan oleh Buddha semasa hidupnya sendiri kelihatannya tidak bisa dipraktikkan bagi umat secara umum. Sebaliknya, karakter ideal dari Nabi Muhammad bisa diikuti oleh semua orang. Meskipun hidupnya menunjukkan sekilas perpisahannya dengan isteri dan anak-anaknya, di kala minum sedalam-dalamnya saat memuja dan menyembah Tuhannya. Menurut suatu riwayat, beliau langsung meninggalkan isterinya seketika setelah mendengar panggilan salat. Ini bukanlah suatu tugas yang mudah, hanya ahli jiwa yang bisa menghayati arti pentingnya. Seorang laki-laki yang sedang bercengkerama dengan isterinya, menikmati keakraban pasangan yang lembut penuh daya tarik dengan penuh canda dan tawa, harus menarik diri mendengar panggilan. Ikatan cinta terputus di kala mendengar seruan . Beliau mengabdikan diri sepenuhnya kepada panggilan dan Tuhan. Ini adalah saat dimana beliau bangkit untuk berubah demi mengungkapkan kecintaanya kepada Tuhan, dan seketika melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan menghadap Tuhan lima kali sehari. Dalam berbuat demikian, beliau bersabda:
“Sesungguhnya memang ada kecintaan dan kehangatan kepada isteri dan anak-anak, tetapi ketenteraman hati itu terletak dalam pengabdian kepada Tuhan”. Adalah kilatan kecintaan kepada Tuhan ini yang mendorongnya dari isterinya bahkan di waktu malam hari. Sebagai hasilnya, beliau selalu ditemukan bersujud di hadapan Tuhan bahkan sebelum tengah malam.
Seorang laki-laki yang menyelinap pergi dari keluarganya, ke dalam pengasingan di rimba, tidak dapat mencapai ketinggian tempat berpijak seperti ini yang penuh pujaan setiap hari.
PELAJARAN KEENAM DARI KARAKTER BUDDHA
Upacara agama dan segala jenis sembahyang yang tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan moral dan spiritual bagi manusia itu tidak ada gunanya. Mereka yang dalam pencarian terhadap kebebasan abadi serta puncak kebenaran harus menjaga diri mereka terhadap nafsu mementingkan diri sendiri dan emosi pribadi. Sesuai dengan itu, Buddha berkata:
“Bukannya kebajikan orang lain, atau dosa mereka atas apa yang diperbuat dan tidak diperbuat, tetapi adalah perbuatan salahnya sendiri serta kelalaiaannya yang harus diperhatikan oleh orang yang bijak. Bagaikan sekuntum bunga yang indah, penuh warna-warni tetapi tanpa harumnya, memang bagus tetapi tak berbuah; begitulah kata-kata dari dia yang tidak diikuti dengan perbuatan yang sama”.
Menurut Nabi Muhammad dan al-Quran, menjaga diri dari kejahatan atau menyelamatkan diri dari dosa adalah tujuan utama dari ibadah. Al-Quran berkata:
“Sesungguhnya salat itu menjaga (diri) seseorang dari perbuatan keji dan munkar” (Q.S. 29:45).
Seperti dalam perintah untuk berpuasa dikatakan:
“Wahai orang yang beriman, puasa diwajibkan kepadamu, sebagaimana diwajibkan kepada orangorang sebelum kamu, supaya kamu bisa menjaga diri dari kejahatan” (Q.S. 2:183).
Seorang yang beribadah kepada Tuhan demi keserakahan atau kekikiran telah dirujuk dalam ayat ini:
“Tahukan engkau orang yang mengambil keinginan rendahnya sebagai tuhan?” (Q.S. 25:43)
Tidak hanya sekedar menyembah patung yang dikutuk, melainkan juga mengikuti hawa-nafsunya dengan membabi-buta, sama juga, terkutuk.
Banyak orang yang menganggap dirinya hamba Tuhan Yang Esa sesungguhnya menundukkan diri dalam penyerahan kepada berhala mereka yang terbesar, yakni hawa nafsunya. Nabi Muhammad dari buaian hingga ke liang kubur melewati keadaan yang sulit, suatu kesulitan yang jarang bisa ditemui dalam kehidupan seorang yang sendirian. Keadaan yatim piatu adalah kondisi yang sangat tidak berdaya, sedangkan mengemban tugas sebagai raja adalah puncak dari kekuasaan. Dari seorang yang yatim piatu, dia merambat naik ke puncak kemuliaan kerajaan, tetapi dia tidak membawa sedikitpun perubahan dalam cara hidupnya. Dia hidup persis sama sederhananya dalam jenis makanannya, sama sederhananya dalam berpakaian serta dalam segala hal yang khusus dia menjalani hidup yang sama sederhananya dengan ketika dia menjalani hidupnya dalam keadaan yatim-piatu. Meskipun dia penguasa dari Negara, perabot rumahnya terdiri dari satu hambal yang kasar dari daun kurma sebagai tempat tidurnya dan satu bejana air dari tanah. Dia tidak malu-malu untuk bekerja, dia menjahit sepatunya dan menambal pakaiannya sendiri.
Ketika masjid Madinah sedang dibangun, beliau bekerja seperti pekerja yang lain. Ini adalah adegan pertapa dari segala keinginan duniawi dan keserakahan, yang tersisih dari kehidupan Nabi Muhammad.
Buddha, juga menganggap keserakahan duniawi itu sebagai menipu, menjauh darinya berarti menuntun kepada keselamatan akhir.
Quran Suci mengatakan:
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia; tetapi sesuatu yang kekal, (yakni) perbuatan baik, itu menurut Tuhan dikau baik sekali ganjarannya, dan baik sekali harapannya” (Q.S. 18:46).
Jadi Quran Suci tidak mengajarkan doa untuk memohon emas yang tak terbatas, kekayaan atau panjang umur, seperti yang kita temui dalam Weda.
Sebaliknya, Quran Suci mengajarkan semacam permohonan untuk membantu seseorang agar bisa mencapai tingkat tertinggi dari ketulusan, kebebasan dari dosa, serta kebaikan.
ANEKDOT KE TUJUH
Keselamatan (nirwana) adalah tingkat kesucian seseorang dimana dikenal sebagai kedamaian dan ketenteraman jiwa. Menghilangkan benturan kecil-kecilan dalam kehidupan dan mengurbankan segalanya untuk memperoleh kedamaian abadi adalah sesuatu yang sulit dipikul. Hingga keinginan nafsu rendah, sebagai suatu akibat dari keserakahan dan kekikiran, dihapuskan dari dalam, maka tak seorangpun dapat selamat dari api neraka. Quran Suci, dalam mendiskusikan berbagai tahap dari jiwa manusia telah berbicara mengenai ketenteraman dan kedamaian jiwa:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasaan ridla, amat memuaskan di hati. Masuklah di antara hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke Taman-Ku” (Q.S. 89:27-30).
Menurut fraseologi Buddhis status ini disebut kedamaian sempurna, ketulusan, harmoni, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Buddha telah meramalkan kedatangan seorang Buddha seperti dia, karena itu, dianggap cocok untuk menunjukkan beberapa persamaan di antara Buddha dengan Nabi Muhammad.
Riwayat hidup Buddha mengungkapkan anekdot menyedihkan tentang perpisahannya dengan yang akrab dan yang paling dicintai, sekali untuk selamanya. Perkawinan adalah suatu ikatan keagamaan dan hukum di antara suami dengan isteri. Jika tidak ada kesalahan, maka pembatalan atas perjanjian ini jelas diluar hukum. Sikap mental Buddha berubah. Dia meninggalkan kehidupan duniawi dan menjalani kerahiban, namun isteri dan anaknya tidak ada hal yang salah sehingga ditinggalkan. Tak ada bangsa yang bisa bertahan dengan mengikuti jejak langkah Buddha ini. Betapa pun, kaum Buddhis harus menikah, meskipun bertentangan dengan teladan yang digelar oleh Buddha dan harus berkumpul dengan para isteri dan anak-anaknya hingga akhir hayatnya. Di sini tidak ada analogi antara Buddha dan Nabi Muhammad. Memang, perpisahan sementara harus diikuti oleh orang yang tulus dalam mengabdi kepada Tuhan. Tetapi Nabi Muhammad juga hidup di tengah isteri dan anak-anaknya, menyampaikan risalah tentang cinta Ilahi, yang, sesungguhnya, adalah pelajaran yang paling bisa dipraktikkan oleh manusia. Contoh yang dilakukan oleh Buddha semasa hidupnya sendiri kelihatannya tidak bisa dipraktikkan bagi umat secara umum. Sebaliknya, karakter ideal dari Nabi Muhammad bisa diikuti oleh semua orang. Meskipun hidupnya menunjukkan sekilas perpisahannya dengan isteri dan anak-anaknya, di kala minum sedalam-dalamnya saat memuja dan menyembah Tuhannya. Menurut suatu riwayat, beliau langsung meninggalkan isterinya seketika setelah mendengar panggilan salat. Ini bukanlah suatu tugas yang mudah, hanya ahli jiwa yang bisa menghayati arti pentingnya. Seorang laki-laki yang sedang bercengkerama dengan isterinya, menikmati keakraban pasangan yang lembut penuh daya tarik dengan penuh canda dan tawa, harus menarik diri mendengar panggilan. Ikatan cinta terputus di kala mendengar seruan . Beliau mengabdikan diri sepenuhnya kepada panggilan dan Tuhan. Ini adalah saat dimana beliau bangkit untuk berubah demi mengungkapkan kecintaanya kepada Tuhan, dan seketika melepaskan seluruh kesenangan duniawi, dan menghadap Tuhan lima kali sehari. Dalam berbuat demikian, beliau bersabda:
“Sesungguhnya memang ada kecintaan dan kehangatan kepada isteri dan anak-anak, tetapi ketenteraman hati itu terletak dalam pengabdian kepada Tuhan”. Adalah kilatan kecintaan kepada Tuhan ini yang mendorongnya dari isterinya bahkan di waktu malam hari. Sebagai hasilnya, beliau selalu ditemukan bersujud di hadapan Tuhan bahkan sebelum tengah malam.
Seorang laki-laki yang menyelinap pergi dari keluarganya, ke dalam pengasingan di rimba, tidak dapat mencapai ketinggian tempat berpijak seperti ini yang penuh pujaan setiap hari.
PELAJARAN KEENAM DARI KARAKTER BUDDHA
Upacara agama dan segala jenis sembahyang yang tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan moral dan spiritual bagi manusia itu tidak ada gunanya. Mereka yang dalam pencarian terhadap kebebasan abadi serta puncak kebenaran harus menjaga diri mereka terhadap nafsu mementingkan diri sendiri dan emosi pribadi. Sesuai dengan itu, Buddha berkata:
“Bukannya kebajikan orang lain, atau dosa mereka atas apa yang diperbuat dan tidak diperbuat, tetapi adalah perbuatan salahnya sendiri serta kelalaiaannya yang harus diperhatikan oleh orang yang bijak. Bagaikan sekuntum bunga yang indah, penuh warna-warni tetapi tanpa harumnya, memang bagus tetapi tak berbuah; begitulah kata-kata dari dia yang tidak diikuti dengan perbuatan yang sama”.
Menurut Nabi Muhammad dan al-Quran, menjaga diri dari kejahatan atau menyelamatkan diri dari dosa adalah tujuan utama dari ibadah. Al-Quran berkata:
“Sesungguhnya salat itu menjaga (diri) seseorang dari perbuatan keji dan munkar” (Q.S. 29:45).
Seperti dalam perintah untuk berpuasa dikatakan:
“Wahai orang yang beriman, puasa diwajibkan kepadamu, sebagaimana diwajibkan kepada orangorang sebelum kamu, supaya kamu bisa menjaga diri dari kejahatan” (Q.S. 2:183).
Seorang yang beribadah kepada Tuhan demi keserakahan atau kekikiran telah dirujuk dalam ayat ini:
“Tahukan engkau orang yang mengambil keinginan rendahnya sebagai tuhan?” (Q.S. 25:43)
Tidak hanya sekedar menyembah patung yang dikutuk, melainkan juga mengikuti hawa-nafsunya dengan membabi-buta, sama juga, terkutuk.
Banyak orang yang menganggap dirinya hamba Tuhan Yang Esa sesungguhnya menundukkan diri dalam penyerahan kepada berhala mereka yang terbesar, yakni hawa nafsunya. Nabi Muhammad dari buaian hingga ke liang kubur melewati keadaan yang sulit, suatu kesulitan yang jarang bisa ditemui dalam kehidupan seorang yang sendirian. Keadaan yatim piatu adalah kondisi yang sangat tidak berdaya, sedangkan mengemban tugas sebagai raja adalah puncak dari kekuasaan. Dari seorang yang yatim piatu, dia merambat naik ke puncak kemuliaan kerajaan, tetapi dia tidak membawa sedikitpun perubahan dalam cara hidupnya. Dia hidup persis sama sederhananya dalam jenis makanannya, sama sederhananya dalam berpakaian serta dalam segala hal yang khusus dia menjalani hidup yang sama sederhananya dengan ketika dia menjalani hidupnya dalam keadaan yatim-piatu. Meskipun dia penguasa dari Negara, perabot rumahnya terdiri dari satu hambal yang kasar dari daun kurma sebagai tempat tidurnya dan satu bejana air dari tanah. Dia tidak malu-malu untuk bekerja, dia menjahit sepatunya dan menambal pakaiannya sendiri.
Ketika masjid Madinah sedang dibangun, beliau bekerja seperti pekerja yang lain. Ini adalah adegan pertapa dari segala keinginan duniawi dan keserakahan, yang tersisih dari kehidupan Nabi Muhammad.
Buddha, juga menganggap keserakahan duniawi itu sebagai menipu, menjauh darinya berarti menuntun kepada keselamatan akhir.
Quran Suci mengatakan:
“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia; tetapi sesuatu yang kekal, (yakni) perbuatan baik, itu menurut Tuhan dikau baik sekali ganjarannya, dan baik sekali harapannya” (Q.S. 18:46).
Jadi Quran Suci tidak mengajarkan doa untuk memohon emas yang tak terbatas, kekayaan atau panjang umur, seperti yang kita temui dalam Weda.
Sebaliknya, Quran Suci mengajarkan semacam permohonan untuk membantu seseorang agar bisa mencapai tingkat tertinggi dari ketulusan, kebebasan dari dosa, serta kebaikan.
ANEKDOT KE TUJUH
Keselamatan (nirwana) adalah tingkat kesucian seseorang dimana dikenal sebagai kedamaian dan ketenteraman jiwa. Menghilangkan benturan kecil-kecilan dalam kehidupan dan mengurbankan segalanya untuk memperoleh kedamaian abadi adalah sesuatu yang sulit dipikul. Hingga keinginan nafsu rendah, sebagai suatu akibat dari keserakahan dan kekikiran, dihapuskan dari dalam, maka tak seorangpun dapat selamat dari api neraka. Quran Suci, dalam mendiskusikan berbagai tahap dari jiwa manusia telah berbicara mengenai ketenteraman dan kedamaian jiwa:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasaan ridla, amat memuaskan di hati. Masuklah di antara hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke Taman-Ku” (Q.S. 89:27-30).
Menurut fraseologi Buddhis status ini disebut kedamaian sempurna, ketulusan, harmoni, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Buddha telah meramalkan kedatangan seorang Buddha seperti dia, karena itu, dianggap cocok untuk menunjukkan beberapa persamaan di antara Buddha dengan Nabi Muhammad.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha VS Nabi Muhammad
apakah BUDHA mengajarkan ini:
1. Darah kafir halal
2. Poligami
3. Ngesek dengan bocah.
4. Merampok harta kafir halal.
ini ae dulu deh.
1. Darah kafir halal
2. Poligami
3. Ngesek dengan bocah.
4. Merampok harta kafir halal.
ini ae dulu deh.
BiasaSaja- SERSAN MAYOR
-
Posts : 660
Kepercayaan : Protestan
Location : warnet langganan
Join date : 08.12.12
Reputation : 11
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Ada masalah sama kalimat ini, itu interpretasinya siapa? Bukannya sy mw membeda2kan, tapi emang keduanya (Buddha n Muhammad) itu beda...
Bahkan sampai sekarang umat Buddha masih menunggu kedatangan Maitreya yg skrg gelarnya masih Boddhisatva. Sedangkan Muhammad bukannya udah muncul, masuk sejarah ya?
Ya kalau kalimat tersebut ditambahkan "Menurut umat Islam,..." silakan saja.
Kemudian, sy ga tahu, mungkin bolehlah Buddha dan Muhammad dikatakan revolusioner, tp ga berarti revolusionernya pd hal2 yg sama. Coba buka keunikan ajaran Buddha, hampir pasti itu ga ada di ajaran agama theis.
Emang benar juga nibbhana itu berbicara tentang kedamaian dan ketenangan, tp sy tidak yakin utk menyamakan kedamaian yg diperoleh Muhammad sama dengan kedamaian yang diperoleh Buddha. Mengapa? Sebab Nibbhana itu diperoleh dengan ketiadamelakatan, termasuk "diri", "roh" atau "atma"...
Adooh, bukan Buddha yang dianggap Tuhan Yang Maha Esa, melainkan Sanghyang Adi Buddha. Dan apapun aliran Buddha seseorang, Theravada, Mahayana, atau Vajrayana, ketiga2nya sepaham sekata, bulat 1 suara mengakui Siddharta Gautama adalah Guru Mulia mereka, mengakui 4 Kesunyataan Mulia, dan walaupun di Mahayana seseorg dibenarkan utk mendapat perlindungan makhluk suci, spt Boddhisatva, tidak ada kata nego bagi ketiga aliran bahwa pencerahan sempurna hanya bisa diupayakan oleh diri sendiri.
Buddha memperbarui agama2 sebelumnya? Ia tdk berusaha mengoreksi ajaran2 agama lain, kan justru Ia memberi ajaranNya sendiri. Istilahnya ga mau ambil pusing sama omongan orang lain, yang jelas yg aku ajarkan ini nih inilah Kebenaran, dan datang serta lihatlah sendiri. (Ehipassiko)
sesuai dengan nubuat dari Sakyamuni Gautama,
Muhammad adalah Maitreya Buddha yang dihormati oleh sekitarnya.
Bahkan sampai sekarang umat Buddha masih menunggu kedatangan Maitreya yg skrg gelarnya masih Boddhisatva. Sedangkan Muhammad bukannya udah muncul, masuk sejarah ya?
Ya kalau kalimat tersebut ditambahkan "Menurut umat Islam,..." silakan saja.
Kemudian, sy ga tahu, mungkin bolehlah Buddha dan Muhammad dikatakan revolusioner, tp ga berarti revolusionernya pd hal2 yg sama. Coba buka keunikan ajaran Buddha, hampir pasti itu ga ada di ajaran agama theis.
Emang benar juga nibbhana itu berbicara tentang kedamaian dan ketenangan, tp sy tidak yakin utk menyamakan kedamaian yg diperoleh Muhammad sama dengan kedamaian yang diperoleh Buddha. Mengapa? Sebab Nibbhana itu diperoleh dengan ketiadamelakatan, termasuk "diri", "roh" atau "atma"...
Sungguh disayangkan bahwa sekte Buddhis Mahayana telah
jauh menyeleweng sehingga mereka percaya bahwa Buddha itu Tuhan Yang Maha-kuasa.
Padahal kenyataannya, seperti halnya Buddha, banyak risalah yang diusung oleh
Muhammad, dimaksudkan untuk memperbarui agama-agama sebelumnya.
Adooh, bukan Buddha yang dianggap Tuhan Yang Maha Esa, melainkan Sanghyang Adi Buddha. Dan apapun aliran Buddha seseorang, Theravada, Mahayana, atau Vajrayana, ketiga2nya sepaham sekata, bulat 1 suara mengakui Siddharta Gautama adalah Guru Mulia mereka, mengakui 4 Kesunyataan Mulia, dan walaupun di Mahayana seseorg dibenarkan utk mendapat perlindungan makhluk suci, spt Boddhisatva, tidak ada kata nego bagi ketiga aliran bahwa pencerahan sempurna hanya bisa diupayakan oleh diri sendiri.
Buddha memperbarui agama2 sebelumnya? Ia tdk berusaha mengoreksi ajaran2 agama lain, kan justru Ia memberi ajaranNya sendiri. Istilahnya ga mau ambil pusing sama omongan orang lain, yang jelas yg aku ajarkan ini nih inilah Kebenaran, dan datang serta lihatlah sendiri. (Ehipassiko)
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
edysusanto74
FORUM INI MENGHUJAT NABI NABI YANG BANYAK BERBUAT KEBAIKAN DI DUNIA INI. SIAPAPUN YANG MENGHUJAT NABI MENUNJUKAN DIRINYA ADALAH MANUSIA YANG PALING JAHAT MUNAFIK FANATIK DAN BODOH SELAMAT MENUNGGU AJAB ATAU KARMA BURUK MU KRN MENGHUJAT NABI SARAN AKU ISI HIDUP INI DGN HENTIKAN KEJAHATAN TAMBAHKAN BANYAK KEBAJIKAN SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN FORUM INI ANEH MANUSIA SEMULIA NABI DI HUJAT KLO MAU DIHUJAT ITU TERORIS PENJAHAT PEMERKOSA ATAU ORANG YANG KERJAANNNYA MENGHUJAT NABI ITULAH YANG PERLU DIHUJAT JIJIK AKU LIAT MANUSIA YANG SUKA MENGHUJAT NABI CEPAT TOBAT BROTHER
edysusanto74- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 3
Kepercayaan : Budha
Location : medan
Join date : 26.05.13
Reputation : 0
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Saya bener-bener heran mengapa kita harus bangga akan suatu agama yang di pilih dan selalu menghujat agama laen. Padahal dia tidak memahami agama yang di hujat. Bagi saya itu layaknya orang yang bodoh tapi selalu ngotot akan kebodohannya. Apa sih agama itu menurut kalian? Bisakah di jelaskan? Agama adalah sesuatu panutan bagi kita untuk menjalani kehidupan ini dengan rasa penuh syukur dan bahagia. Apakah ada member disini yang diajarkan oleh kitab suci nya untuk menghujat agama lain? Agama yang baik pasti mengajarkan seseorang untuk mempunyai tingkah laku yang baik pula. Agama baik tpi pemganutnya buruk? Ya seperti yang buka thread ini.
WenYang- KOPRAL
-
Posts : 30
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Earth
Join date : 31.08.13
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Budha gautama yang menurut ajaran budha yang sekarang ini berkembang adalah BEDA dengan nabi Muhammad. Nabi Muhammad itu ajarannya sesuai kodrat manusia, sedangkan ajaran budha yang sekarang ini justru MELAWAN KODRAT manusia.
dan bullshit, bercita-cita agar seluruh mahluk berbahagia, padahal di dunia fana ini TAK ADA itu kebahagiaan sejati, yang ada hanya bahagia semu dan sementara, juga derita dunia itu cuma derita semu dan sementara saja. Derita sebenarnya ada di neraka, dan bahagia sejati yang kekal adanya di surga.
Bagaimana bisa seluruh mahluk bisa berbahagia, budha saja ketika berjalan ia telah membuat derita semut dan hewan kecil yang diinjaknya,juga rumput dan tanaman kecil lainnya, baik sengaja maupun tak sengaja. Bahkan ketia ia bertapa berhari-hari, berbulan-bulan ia telah membunuh pertumbuhan rumput dan pohon kecil tanaman yang tak mendapat sinar matahari terhalang oleh tubuhnya, sehingga mati, juga hewan-hewan kecil di sekitarnya yang hidupnya tergantung pada tanaman yang ia buat menderita itu.
Hidup di dunia ini pilihan, tak akan pernah bisa membuat SELURUH mahluk bisa berbahagia itu, omong kosong, akan selalu ada setiap saat dan masanya, ada yang diuntungkan dan dirugikan, ada yang berbahagia ada pula yang menderita, tak bisa terelakkan.
think
dan bullshit, bercita-cita agar seluruh mahluk berbahagia, padahal di dunia fana ini TAK ADA itu kebahagiaan sejati, yang ada hanya bahagia semu dan sementara, juga derita dunia itu cuma derita semu dan sementara saja. Derita sebenarnya ada di neraka, dan bahagia sejati yang kekal adanya di surga.
Bagaimana bisa seluruh mahluk bisa berbahagia, budha saja ketika berjalan ia telah membuat derita semut dan hewan kecil yang diinjaknya,juga rumput dan tanaman kecil lainnya, baik sengaja maupun tak sengaja. Bahkan ketia ia bertapa berhari-hari, berbulan-bulan ia telah membunuh pertumbuhan rumput dan pohon kecil tanaman yang tak mendapat sinar matahari terhalang oleh tubuhnya, sehingga mati, juga hewan-hewan kecil di sekitarnya yang hidupnya tergantung pada tanaman yang ia buat menderita itu.
Hidup di dunia ini pilihan, tak akan pernah bisa membuat SELURUH mahluk bisa berbahagia itu, omong kosong, akan selalu ada setiap saat dan masanya, ada yang diuntungkan dan dirugikan, ada yang berbahagia ada pula yang menderita, tak bisa terelakkan.
think
Mutiara- KAPTEN
-
Posts : 3660
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 01.08.13
Reputation : 45
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Darimana anda tau tidak ada nya kebahagiaan kekal? Bagaimana anda mengetahui situasi di surga dan neraka? Kalo anda tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri, ya jangan di bicarakan. Saya sebagai murid buddhis hanya bisa percaya pada apa yang logis. Tidak menggunakan sesuatu yang hanya menggunakan ilmu kira2. Jawab pertanyaaan saya, dimanakah surga dan neraka itu? Buddha membunuh rumput dan pohon??? emang ada yang melarang untuk membunuh rumput??? Seperti nya anda itu tidak mengenal agama saya tetapi seolah2 menguasai. Kalo saya boleh kasi saran, berdebat tu pakai cara berpikir yang sehat. Kuasailah agama musuh mu untuk kamu ajak debat. Coba jawab 1 pertanyaan saya. Mengapa agama islam puasa dari jam 4 - 18.00? Kenapa ngga dari jam 5, jam 13.00 atau lainnya? Jangan cuma menjawab itu sudah tertulis di kitab suci atau dokmah dari kecil. Saya butuh fakta dan kebenaran nya
WenYang- KOPRAL
-
Posts : 30
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Earth
Join date : 31.08.13
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
dari Quran, satu-satunya kitabsuci yang menjelaskan bentuk bumi secara lengkap, tepat dan akurat yang asli berupa firman tuhan sang pencipta alam semesta ini.
ini satu lagi kesalahan ajaran budha, yakni segala sesuatu harus dilihat secara kasat mata, baru kalian percaya. Padahal ada hal-hal yang tak terlihat mata terbatas manusia yang meski tak bisa kamu lihat tapi nyata adanya.
ini sekedar bicara kenyataan, karena sesuai judul bicara perbedaan nabi dengan budha. bukan mau menjelekkan atau apa, tapi itulah kenyataannya.
ini satu lagi kesalahan ajaran budha, yakni segala sesuatu harus dilihat secara kasat mata, baru kalian percaya. Padahal ada hal-hal yang tak terlihat mata terbatas manusia yang meski tak bisa kamu lihat tapi nyata adanya.
ini sekedar bicara kenyataan, karena sesuai judul bicara perbedaan nabi dengan budha. bukan mau menjelekkan atau apa, tapi itulah kenyataannya.
Mutiara- KAPTEN
-
Posts : 3660
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 01.08.13
Reputation : 45
Re: Budha VS Nabi Muhammad
Kalo jawaban kamu hanya bisa sampai di situ, berarti harus nya kamu malu. Saya yang bukan muslim pun tau. Harus dengan kasat mata baru percaya?? Menurut ku tidak juga. Hanya kamu saja yang mempunyai persepsi seperti itu. Qta semua mempunyai pedoman ehipasiko. Dari pedoman itulah, semua manusia yang mengerti bisa menjawab akan kebenaran. Keyakinan saya pada buddha, dhamma dan sangha tidak terkalahkan oleh apa pun. Karena situs2 sang buddha yang berada di india sudah membuktikan. Semenjak saya mengunjungi india, saya bisa merasakan kalo itu bukan lah hanya omong kosong.
Sila, Sammadhi, panna bila di lakukan dengan sungguh2 dan tidak di langgar saya sudah bisa merasakan efeknya. Jadi saya tidak berbicara cuma seperti kamu yang hanya dengan dokma2 dari kitab suci.
Hanyalah orang bodoh yang selalu mengatakan itulah kenyataannya. Apa yang bisa kamu myatakan dalam kata2 itu? Saya tanya hanya bisa menjawab dari kitab suci. Surga atau neraka ya ga tau ada dimana. Seandai nya di kitab suci kamu tertulis kamu harus mati. Apakah kamu mau? Carilah kebeneran dalam kitab suci. Ingat mulut adalah harimau. Dari situ kekotoran batin akan muncul.
Sila, Sammadhi, panna bila di lakukan dengan sungguh2 dan tidak di langgar saya sudah bisa merasakan efeknya. Jadi saya tidak berbicara cuma seperti kamu yang hanya dengan dokma2 dari kitab suci.
Hanyalah orang bodoh yang selalu mengatakan itulah kenyataannya. Apa yang bisa kamu myatakan dalam kata2 itu? Saya tanya hanya bisa menjawab dari kitab suci. Surga atau neraka ya ga tau ada dimana. Seandai nya di kitab suci kamu tertulis kamu harus mati. Apakah kamu mau? Carilah kebeneran dalam kitab suci. Ingat mulut adalah harimau. Dari situ kekotoran batin akan muncul.
WenYang- KOPRAL
-
Posts : 30
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Earth
Join date : 31.08.13
Reputation : 6
Re: Budha VS Nabi Muhammad
wk wk wk tahu apa kamu tentang Islam. kamu saja tak bisa membedakan mana jin mana tuhan.
dan bahkan sesat mengira tuhan tak ada hanya karena matamu yang terbatas itu tak bisa melihat. think!
udara tak terlihat, tapi nyata ada. Juga tuhan, surga dan neraka itu ada, meski sekarang kamu belum bisa melihat atau merasakannya. Pilih agama pelajari kitabsucinya, Al quran kitabsuci yang indah sekaligus ilmiah, terbukti asli firman dari Allah. Segala isi Quran dengan demikian adalah benar 100%. Jadilah orang yang mau dan mampu untuk berpikir, supaya tidak sesat diperdaya jin setan iblis.
Jin itupun bisa kasih efek pada manusia, ada banyak cara jin untuk berupaya menyesatkan manusia itu.
ttg puasa, kamu salah, perintahnya bukan dari jam 4 sampai 18, tapi sejak matahari terbit hingga matahari tenggelam, semua itu ada manfaatnya bagi biologis manusia, juga perintah sholat, justru manusia yang membutuhkan ibadah itu, bukan Allah, baca di trit bukti-bukti keilmiahan Al Quran, disini juga sudah ada.
perintah puasa di Islam adalah yang terbaik bagi fisik manusia yang hidup di saat ini, umat nabi Muhammad. Karena setiap harinya harus ada buka dan sahurnya. Tepat porsinya bagi fisik manusia yang hidup di masa sekarang ini, BEDA dengan puasanya budha yang bisa sampai berbulan-bulan tak makan sama sekali, melawan kodrat dan merusak fisik dan pikiran manusia, tidak cocok bagi fisik manusia yang hidup di jaman sekarang ini, hanya akan mendatangkan jin untuk menguasai raga manusia, sehingga lalu berhalusinasi macam-macam hingga merasa jadi tuhan segala....padahal itulah kerjaan jin berupaya menyesatkan manusia.
Juga yoga itu tidak cocok lagi untuk manusia yang hidup di masa sekarang ini, sholat lah yang paling tepat, pas sesuai porsi tubuh manusa yang hidup di saat ini.
dll. think
http://www.laskarislam.com/t7244p100-bukti-keilmiahan-al-quran#95721
untuk bisa mencapai kebahagiaan sejati, tak perlu manusia bersusahpayah sampai melawan kodratnya sendiri.
dan bahkan sesat mengira tuhan tak ada hanya karena matamu yang terbatas itu tak bisa melihat. think!
udara tak terlihat, tapi nyata ada. Juga tuhan, surga dan neraka itu ada, meski sekarang kamu belum bisa melihat atau merasakannya. Pilih agama pelajari kitabsucinya, Al quran kitabsuci yang indah sekaligus ilmiah, terbukti asli firman dari Allah. Segala isi Quran dengan demikian adalah benar 100%. Jadilah orang yang mau dan mampu untuk berpikir, supaya tidak sesat diperdaya jin setan iblis.
Jin itupun bisa kasih efek pada manusia, ada banyak cara jin untuk berupaya menyesatkan manusia itu.
ttg puasa, kamu salah, perintahnya bukan dari jam 4 sampai 18, tapi sejak matahari terbit hingga matahari tenggelam, semua itu ada manfaatnya bagi biologis manusia, juga perintah sholat, justru manusia yang membutuhkan ibadah itu, bukan Allah, baca di trit bukti-bukti keilmiahan Al Quran, disini juga sudah ada.
perintah puasa di Islam adalah yang terbaik bagi fisik manusia yang hidup di saat ini, umat nabi Muhammad. Karena setiap harinya harus ada buka dan sahurnya. Tepat porsinya bagi fisik manusia yang hidup di masa sekarang ini, BEDA dengan puasanya budha yang bisa sampai berbulan-bulan tak makan sama sekali, melawan kodrat dan merusak fisik dan pikiran manusia, tidak cocok bagi fisik manusia yang hidup di jaman sekarang ini, hanya akan mendatangkan jin untuk menguasai raga manusia, sehingga lalu berhalusinasi macam-macam hingga merasa jadi tuhan segala....padahal itulah kerjaan jin berupaya menyesatkan manusia.
Juga yoga itu tidak cocok lagi untuk manusia yang hidup di masa sekarang ini, sholat lah yang paling tepat, pas sesuai porsi tubuh manusa yang hidup di saat ini.
dll. think
http://www.laskarislam.com/t7244p100-bukti-keilmiahan-al-quran#95721
untuk bisa mencapai kebahagiaan sejati, tak perlu manusia bersusahpayah sampai melawan kodratnya sendiri.
Terakhir diubah oleh Mutiara tanggal Mon Sep 02, 2013 12:04 am, total 1 kali diubah
Mutiara- KAPTEN
-
Posts : 3660
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 01.08.13
Reputation : 45
Re: Budha VS Nabi Muhammad
laki-laki dan wanita diciptakan untuk bertemu, menikah dan menghasilkan keturunan, itu sudah hukum alam dan hukum tuhan. masa mau mendapatkan kebahagiaan sejati harus melanggar hukum tersebut?
jikalau semua orang mengikuti ajaran seperti itu dan menjauhi hukum pernikahan, untuk mendapat nibbana.. populasi manusia akan berkurang drastis dong? tidak ada lagi yang menikah?
makanya, sunnah nabi muhammad adalah menikah.. karena memang wanita diciptakan untuk lelaki, dan lelaki untuk wanita..
sedangkan buddha menyatakan bahwa nibbana/kebahagiaan sejati bisa dicapai dengan menjadi arahat, mengundulkan kepala dan menjauhi pernikahan?
selain itu, sang buddha tidak pernah berhasil membuktikan adanya reinkarnasi.. nyatanya populasi manusia tidak pernah sama.. populasi binatang pun tidak pernah sama...
sedangkan rassulullah SAW dapat membuktikan keberadaan allah. dengan apa? dengan melihat seluruh alam yang saling membutuhkan dan saling terikat. pastilah ada yang mengatur nya.
berbeda dengan sang buddha, beliau pun menolak keberadaan tuhan.
jikalau semua orang mengikuti ajaran seperti itu dan menjauhi hukum pernikahan, untuk mendapat nibbana.. populasi manusia akan berkurang drastis dong? tidak ada lagi yang menikah?
makanya, sunnah nabi muhammad adalah menikah.. karena memang wanita diciptakan untuk lelaki, dan lelaki untuk wanita..
sedangkan buddha menyatakan bahwa nibbana/kebahagiaan sejati bisa dicapai dengan menjadi arahat, mengundulkan kepala dan menjauhi pernikahan?
selain itu, sang buddha tidak pernah berhasil membuktikan adanya reinkarnasi.. nyatanya populasi manusia tidak pernah sama.. populasi binatang pun tidak pernah sama...
sedangkan rassulullah SAW dapat membuktikan keberadaan allah. dengan apa? dengan melihat seluruh alam yang saling membutuhkan dan saling terikat. pastilah ada yang mengatur nya.
berbeda dengan sang buddha, beliau pun menolak keberadaan tuhan.
Insya Allah- SERSAN MAYOR
-
Posts : 267
Location : Bumi Allah SWT
Join date : 02.10.12
Reputation : 9
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» nabi zulkifli & Budha
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» silsilah lengkap nabi Muhammad mulai dari nabi Adam
» NAHDHATUL ‘ULAMA (NU) MEYAKINI AKAN DATANG “NABI” DAN “RASUL” SESUDAH NABI MUHAMMAD SAW
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» silsilah lengkap nabi Muhammad mulai dari nabi Adam
» NAHDHATUL ‘ULAMA (NU) MEYAKINI AKAN DATANG “NABI” DAN “RASUL” SESUDAH NABI MUHAMMAD SAW
Halaman 1 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik