Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
Halaman 2 dari 3 • Share
Halaman 2 dari 3 • 1, 2, 3
Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
First topic message reminder :
Alkitab sangat jelas menyebut tentang adanya peristiwa bigbang? Alkitab khususnya kitab genesis memakai istilah
"Jadilah Terang" untuk menyebutkan peristiwa bigbang itu.
Genesis 1:3 KJV; And God said, Let there be light: and there was light. Berfirmanlah
Allah: "Jadilah terang" Lalu terang itu jadi.
Translate Sains:
Berkatalah (memberi perintah) Tuhan “ Jadilah Bigbang” Lalu Bigbang itu jadi.
Jadilah Terang ini merupakan ungkapan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal tentang KEKUATAN FISIK (energi fisik) dan CAHAYA yang terbentuk setelah telur kosmik (singularitas) menetas (even bigbang). Telur kosmik atau singularitas bigbang dalam Alkitab disebutkan dengan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal juga, yakni dengan sebutan "Bumi belum berbentuk". dari frase ini, fenomenanya adalah, dimensi massa atau materi sudah terbentuk, tapi tanpa bentuk. Ini adalah massa atau materi primordial, jadi bumi di sini bukan bermakna sebagai planet bumi, melainkan sebuah massa atau materi primordial atau telur kosmic yang akan menetas yang di sebut dengan istilah "jadilah terang" itu nantinya.
menurut para ahli bahwa titik singularitas bigbang tidak dapat di lihat oleh mata manusia, karena ukurannya nyaris bervolume nol. Itulah yang menyebabkan, kenapa Nabi Musa menyebutnya dengan istilah "bumi belum berbentuk" Bahwa sesungguhnya bumi atau massa primordial itu telah terbentuk alias telah jadi, namun karena di mampatkan oleh Tuhan sampai bervolume nyaris nol, maka sewaktu Tuhan memberikan penglihatan tentang proses penciptaan alam semesta itu, nabi musa tidak mampu melihat massa primordial itu. Andai saja Nabi Musa melihat massa atau materi primordial itu, sudah tentu Nabi Musa akan dapat menjelaskan bagaimana bentuk wujudnya, apakah seperti batu atau seperti kepala manusia, atau seperti gumpalan awan atau seperti apa saja sesuatu yang sudah di kenal oleh Nabi Musa saat dia hidup. Mungkin daripada harus bingung, lalu Nabi Musa menuliskan apa adanya, bahwa massa alias materi primordial yang telah terbentuk itu, hanya disebut dengan istilah “bumi belum berbentuk” dan ditegaskan kembali oleh Nabi Musa dengan kata “kosong”. Bahwa dari pandangan mata Nabi musa, materi yang tanpa bentuk itu, seperti kosong,alias tidak kelihatan. Hal ini juga dijelaskan oleh Nabi Jeremy pada
Jeremy 4:23 KJV; Aku melihat kepada bumi, dan, lihatlah, itu tanpa bentuk, dan kosong, dan melihat kepada langit, belum ada terangnya
Translate Sains: Aku melihat kepada materi, dan, lihatlah, itu (masih berupa) SINGULARITAS, dan melihat kepada ruang
primordial, belum ada BIGBANGNYA.
RUANG PRIMORDIAL adalah ruangwaktu dari alam dunia (ruangwaktu fisik) yang paling awal, yang diciptakan oleh Tuhan setelah penciptaan ruangwaktu rohani (surga). Pada kitab Genesis ruang primordial itu disebut “The Deep”, dan pada kitab Jeremy 4:23 disebut “heavens”. The deep adalah rumah multiverse, yaitu tempat Allah menciptakan dan
menempatkan universe-universe (multiverse).
Okey...sekarang anda telah memahami penjelasan saya tentang frase bumi belum berbentuk. Sekarang saya ingin menjelaskan bahwa kejadian 1:1 dalam Alkitab itu, tidak lain adalah sebuah tema penciptaan yang di tulis oleh nabi Musa di awal kisahnya tentang proses penciptaan alam semesta. Bahwa kejadian 1:1 yang berbunyi " pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" itu menyatakan kepada kita tentang Tema penciptaan alam semesta. bahwa dalam kalimat itu, Nabi Musa memberi informasikan kepada kita tentang awal mula Allah menciptakan ruang alam semesta, yang diwakili oleh kata "langit" dan menciptakan massa alias materi yang di wakili oleh kata "bumi" dalam kebersamaannya pada "waktu" yang diwakili oleh kata "pada mulanya". Setelah Nabi Musa mengawali ceritanya kemudian dia menceritakan rinciannya.
Kejadian 1:1 KJV; Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Pada Mulanya=Waktu
Langit=Ruang Primordial / Rumah multiverse
Bumi=Materi
Proses pengembangan alam semesta di dalam Alkitab disebut dengan "Penguluran langit ", Kenapa disebut dengan penguluran langit ?
Pada saat materi primordial masih berupa Titik singularitas, ia sangat tegang, baik tegang dalam tekanan, karena tekanan yang ada di dalamnya sangat dasyat. tegang dalam energi, karena energi di dalamnya sangat dasyat maupun tegang dalam massa, karena sesungguhnya massa yang di miliki oleh titik singularitas itu sangat besar, namun di paksa oleh Tuhan agar menjadi kecil yang bervolume nyaris nol. Kemudian setelah itu singularitas tersebut diregangkan atau ditarik kesegala arah, dipaksa agar mengembang dengan ukuran yang jauh lebih besar dari ukuran massa aslinya sebelum dimampatkan. ketika titik singularitas ini di regangkan, maka secara otomatis, mereka mengalami pengembangan.
Jadi pada awal penciptaan universe kita hanya ada titik singularitas bigbang yang muncul di dalam ruang primordial (the Deep), kemudian titik singularitas itu tiba-tiba di regangkan sehingga mengembang......dan lalu memproduksi materi dan anti materi dan energi fisik, hingga kemudian membentuk materi terang dan materi gelap. Materi-materi yang berbeda ini, kemudian di pisahkan. Selain materi terang dan materi gelap, even bigbang juga memproduksi MATERI PENYUSUN RUANG (semacam atom ruang) UNIVERSE KITA dan menyebarkannya pada ruang primordial / rumah multiverse. Selain atom ruangwaktu, bumi (materi) pengisi ruang tersebut yaitu materi terang dan materi gelap tadi, juga disebar mengikuti penyebaran atom ruang universe atau proses pengembangan volum ruang universe yang terbentuk itu.
Yesaya 42:5 KJV; Beginilah firman TUHAN ALLAH, dia yang menciptakan langit, dan mengulurkannya, ia yang menyebarkan bumi (materi), dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya.
Translate Sains: Seperti inilah kata Tuhan, Yang menciptakan UNIVERSE dan mengulurkan radiusnya (sehingga volumenya mengembang), yang menyebarkan segala macam MATERI pada universe itu, termasuk
planet bumi dengan segala makhluk penghuninya.
jarak terkini dan terjauh dari ujung sisi ruang alam semesta yang satu ke ujung sisi yang lainnya ( catatan: misal kita menganggap ruang alam semesta bagaikan ruang dalam bola, atau balon, maka luas balon dari balon alam semesta itu adalah selalu berubah-ubah) adalah jarak atau diameter dimensi ruang alam semesta alias langit. beberapa ayat Alkitab tentang terjadinya penguluran (penambahan) radius gelembung langit (universe) yang dahulu di awali oleh peregangan titik singularitas bigbang ketika "jadilah terang" itu terjadi, di antaranya:
Yesaya 45:12 KJV; Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia diatasnya, tangan-Kulah yang mengulurkankan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.
Yesaya 40:22 KJV; Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang mengulurkankan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
Yesaya 48:13 KJV; Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku mengulurkan langit. Ketika
Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan.
Yesaya 51:13 KJV; Sehingga engkau melupakan TUHAN yang menjadikan engkau, yang mengulurkankan terus-menerus langit, dan meletakkan dasar bumi, sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap kepanasan amarah orang penganiaya, apabila ia bersiap-siap memusnahkan? Dimanakah gerangan kepanasan amarah orang penganiaya itu?
Jeremy 10:12 KJV; Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang mengulurkankan langit dengan akal budi-Nya.
Jeremy 51:15 KJV; Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang mengulurkan langit dengan akal budi-Nya.
Ayub 9:8 KJV; yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah diatas gelombang-gelombang laut.
Zakharia 12:1 KJV; Ucapan ilahi. Firman TUHAN tentang Israel: Demikianlah firman TUHAN yang mengulurkan terus-menerus langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia:
Dalam Yahudi-Kristen, yang di pisahkan oleh Tuhan adalah dimensi massa atau materi. Dalam Alkitab
di sebutkan bahwa Tuhan memisahkan terang dengan gelap.
Genesis 1:4 KJV; Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
Pada ayat di atas istilah terang dan gelap juga merupakan ungkapan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal. Kata terang di situ adalah untuk menyebutkan materi yang dapat di lihat yaitu materi terang. sementara kata gelap di situ bermakna sebagai materi yang sulit di lihat oleh mata yaitu materi gelap. kedua materi ini di hasilkan oleh kejadian bigbang. Selain antara materi terang dan materi gelap. pada materi terang juga terjadi pemisahan yang dalam hal ini adalah pada materi terang yang membentuk setiap tata surya dalam setiap galaksi. Bahwa dalam setiap bahan pembentukan tata surya, antara bahan yang akan membentuk terang dengan bahan yang akan membentuk bagian yang gelap juga masih bersatu. kedua bahan ini berbeda, makanya harus di pisahkan. Bahan yang satu setelah berpisah kemudian membentuk sebuah bintang yang menjadi pusat tata surya, bagian yang menjadi bintang ini menghasilkan cahaya sendiri, karena itu di sebut cahaya atau terang. sementara bagian yang tidak dapat menghasilkan cahaya sendiri di sebut Gelap, karena jika tanpa adanya bagian yang terang tadi, suasana mereka tetap gelap seperti malam hari. Bagian yang di sebut gelap ini adalah planet, satelit, komet dan lain-lain.
Lalu Tuhan menampakkan benda-benda langit yang telah lama jadi yaitu bintang-bintang, juga Tuhan menampakkan benda-benda langit yang berguna sebagai lampu penerang bagi makhluk planet bumi. benda ini adalah matahari dan bulan, yang terbentuk bersamaan dengan di mulainya pembentukan planet bumi kita. Pada planet bumi, proses pembentukannya di awali dengan pembentukan cakrawala atau atmosfer. seperti yang di sebutkan
pada kitab Kejadian 1:6 berikut ini:
Genesis 1:6 KJV; Berfirmanlah Allah: Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.
Meskipun bulan tidak dapat menghasilkan cahaya, namun karena cahaya matahari yang di pantul bulan, menyebabkan bulan di sebut oleh Nabi Musa sebagai lampu bagi makhluk planet bumi pada saat malam hari. Dan kenyataannya memang demikian, terutama bagi masyarakat yang tinggal di negara gurun seperti di timur tengah, yang keadaan alamnya terbuka, di saat bulan purnama hampir seluruh permukaan tanah benar-benar terlihat terang. Karena itu ketika Nabi Musa menyebutkan bulan sebagai penerang meskipun sumber cahayanya dari matahari, kita tidak dapat dengan serta merta menyalahkan Nabi musa, karena kenyataannya memang demikian, bahwa bulan memang menjadi lampu penerang di malam hari.
Berikut ini ayat-ayat Kejadian yang menceritakan tentang Tuhan menjadikan benda-benda langit tampak dari permukaan planet bumi. Dan perhatikan tulisan "cakrawala (firmament)" yang di cetak tebal. Pada ayat ini, semua perbuatan Tuhan di fokuskan kepada Cakrawala (firmament) atau atmosfer planet bumi.
Genesis 1:14 KJV; Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
Genesis 1:15 KJV; dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.
Genesis 1:16 KJV; Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
Genesis 1:17 KJV; Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
Genesis 1:18 KJV; dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Sesungguhnya ayat di atas bermakna sebagai proses Tuhan memperlihatkan benda langit. Kenapa demikian? Tentu saja karena sewaktu proses pembentukan benua Pangaea dan samudra Planthasa pada Genesis 1:9-10
Genesis 1: 9 KJV; Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
Genesis 1:10 KJV; Lalu Allah menamai yang kering itu darat (Benua Pangaea), dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut ( Samudra Planthasa). Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Pada saat itu, permukaan planet bumi baru mulai mengeras, namun masih lunak, karena panas dan tekanan dari dalam perut planet bumi, akibatnya banyak permukaan planet bumi yang tertembus dan menjadi bolong. melalui lobang itu, lava panas dan asap serta gas-gas keluar, lava yang berbentuk uap lama-kelamaan membeku menjadi partikel debu. karena lobang yang terbentuk sangat banyak hampir di seluruh permukaan benua pangaea, akibatnya kabut asap dan debu yang di hasilkan juga sangat banyak. kabut asap dan debu yang ada di atmosfer ini akhirnya menutupi atau menyelimuti planet bumi, akibatnya bola matahari dan benda-benda langit yang lain tidak kelihatan dari permukaan planet bumi. namun begitu, permukaan planet bumi dan atmosfer bumi masih terang, karena defraksi sinar matahari oleh asap dan debu itu.
Pada masa ini bintang matahari masih muda, intensitas cahaya dan sinar UV yang di pancarkannya sangat tinggi sehingga mampu menembus kabut asap dan debu itu. dan juga karena pada lapisan atmosfer bumi terdapat tudung air sebagai akibat pemisahan antara air yang ada di atas atmosfer dengan yang ada di bawah atmosfer atau di permukaan planet bumi, seperti yang di sebutkan dalam kitab Genesis, berikut ini:
Genesis 1:6 KJV; Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."
Cakrawala atau atmosfer, pada bumi purba banyak mengandung gas-gas ringan seperti xeon, argon, neon dan lain-lain. Gas-gas itu umumnya berada cukup tinggi dari permukaan laut. Uap-uap air TERDISVERSI pada gas-gas ringan tersebut sehingga uap air tetap seperti menggantung di udara. Uap-uap air itulah yang disebut air yang ada diatas cakrawala (atmosfer) pada genesis 1:17 dibawah ini, sementara air yang ada dibawah cakrawala (atmosfer) adalah lautan dipermukaan planet bumi:
Genesis 1:7 KJV; Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
Transalate Sains: Maka Tuhan menciptakan atmosfer planet bumi, dan memisahkan air (H2O) yang ada
dibawah atmosfer (lautan) itu, dari air (H2O) yang ada di atas atmosfer.
Dengan adanya lapisan uap air di atmosfer bumi. Terjadilah semacam efek rumah kaca. Maka pada masa itu atmosfer bumi dalam keadaan hangat, sehingga tumbuhan akan dapat tumbuh kelak, seperti yang di sebutkan pada kitab Genesis 1:11
Genesis 1:11 KJV; Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian.
meskipun bola matahari sebagai sumber sinar UV untuk proses fotosintesa tumbuhan itu tidak kelihatan, namun karena efek rumah kaca akibat lapisan uap air di atmosfer serta karena tumbuhan yang di ciptakan ini merupakan tumbuhan purba yang di rancang oleh Tuhan agar dapat bertahan pada lingkungan ekstrim seperti pada masa itu. Dalam kitab Raja Daud yaitu Mazmur, juga di jelaskan tentang salahsatu perbuatan tangan Allah terhadap cakrawala alias atmosfer planet bumi, yang mengatakan bahwa " cakrawala (atmosfer) memberitakan pekerjaan tangan Tuhan". bahwa Tuhan pernah membersihkan cakrawala atau atmosfer planet kita.
Mazmur 19:1 KJV; Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.
Dari Mazmur 19:1 di atas, kita mengetahui dengan jelas bahwa yang di sebut dengan cakrawala jelas hanya menunjukan tentang atmosfer planet bumi saja, jadi tidak menunjukan sampai kepada langit ruang antar bintang atau ruang alam semesta, karena ruang langit atau ruang alam semesta sendiri juga di sebutkan pada ayat yang sama. Dengan menyebutkan bahwa langit menceritakan kemuliaan Tuhan, Hal ini benar demikian, karena seperti yang kita ketahui bahwa di langit terdapat miliaran bintang-bintang maupun galaksi serta benda lainnya. Jadi hal itu benar-benar menunjukan betapa Tuhan sangat mulia.
Dan mengenai lapisan uap air atau tudung uap air ini. Lapisan uap air inilah yang di sebutkan oleh Tuhan sebagai tingkap langit (langit dekat permukaan bumi/atmosfer) yang menjadi sumber air hujan yang turun selama 40 hari 40 malam yang mengawali air bah di jaman Nabi Nuh itu.
Dan....kembali kepada lobang lava tadi. lama kelamaan, karena lobang ini terus memuntahkan isi perut planet bumi, akhirnya terbentuklah gunung dan bukit seperti yang kita saksikan sekarang ini. Jadi pada dasarnya, gunung dan bukit yang ada pada seluruh daratan planet bumi ini, terbentuk pada waktu proses penciptaan benua pangaea...(Genesis 1:9-10)
Okey...pada Alkitab, di sebutkan bahwa Tuhan menciptakan Alam semesta hingga manusia planet bumi, selama 6 hari berturut-turut. Kata hari di situ adalah bermakna "Tahapan". Jadi sebenarnya Tuhan menciptakan Alam semesta hingga manusia planet bumi adalah 6 tahapan. Dalam satu tahapan penciptaan berlangsung sangat lama. Dalam 2 Petrus 3:8 di sebutkan, bahwa:
“Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu (Banyak) tahun dan seribu (banyak) tahun sama seperti satu hari”.
Jadi ini ternyata sangat cocok dengan teori relativitas waktu, Einstein. Maka dari itu, sangat jelas bagi kita bahwa yang di maksud dengan "hari Penciptaan" itu tidak lain adalah suatu tahapan, bahwa dalam satu tahapan pada proses penciptaan itu, sesungguhnya berlangsung pada waktu yang sangat lama. Hal ini bisa berlangsung jutaan atau miliaran tahun. Tentu saja dalam satu tahapan penciptaan itu, tidak mempunyai lama waktu yang sama, dengan tahapan yang lainnya, namun sebaliknya yaitu berbeda-beda, misal bisa saja pada tahapan penciptaan tumbuhan hanya berlangsung jutaan tahun, namun tidak demikian dengan tahapan penciptaan planet bumi, yang mungkin lebih lama dari waktu yang di perlukan untuk menjadikan tumbuhan tersebut.
Lalu pemberitahuan 6 tahapan itu, di implementasi melalui penglihatan kepada Nabi Musa selama 6 hari berturut-turut. Itulah sebabnya di dalam Alkitab di sebutkan adanya pagi dan petang, karena sesungguhnya pagi dan petang yang di sebutkan itu adalah pagi dan petang dari hari di mana penglihatan itu di berikan kepada Nabi Musa.
http://k-yu80.blogspot.com/2011/05/bigbang-alkitab.html
Alkitab sangat jelas menyebut tentang adanya peristiwa bigbang? Alkitab khususnya kitab genesis memakai istilah
"Jadilah Terang" untuk menyebutkan peristiwa bigbang itu.
Genesis 1:3 KJV; And God said, Let there be light: and there was light. Berfirmanlah
Allah: "Jadilah terang" Lalu terang itu jadi.
Translate Sains:
Berkatalah (memberi perintah) Tuhan “ Jadilah Bigbang” Lalu Bigbang itu jadi.
Jadilah Terang ini merupakan ungkapan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal tentang KEKUATAN FISIK (energi fisik) dan CAHAYA yang terbentuk setelah telur kosmik (singularitas) menetas (even bigbang). Telur kosmik atau singularitas bigbang dalam Alkitab disebutkan dengan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal juga, yakni dengan sebutan "Bumi belum berbentuk". dari frase ini, fenomenanya adalah, dimensi massa atau materi sudah terbentuk, tapi tanpa bentuk. Ini adalah massa atau materi primordial, jadi bumi di sini bukan bermakna sebagai planet bumi, melainkan sebuah massa atau materi primordial atau telur kosmic yang akan menetas yang di sebut dengan istilah "jadilah terang" itu nantinya.
menurut para ahli bahwa titik singularitas bigbang tidak dapat di lihat oleh mata manusia, karena ukurannya nyaris bervolume nol. Itulah yang menyebabkan, kenapa Nabi Musa menyebutnya dengan istilah "bumi belum berbentuk" Bahwa sesungguhnya bumi atau massa primordial itu telah terbentuk alias telah jadi, namun karena di mampatkan oleh Tuhan sampai bervolume nyaris nol, maka sewaktu Tuhan memberikan penglihatan tentang proses penciptaan alam semesta itu, nabi musa tidak mampu melihat massa primordial itu. Andai saja Nabi Musa melihat massa atau materi primordial itu, sudah tentu Nabi Musa akan dapat menjelaskan bagaimana bentuk wujudnya, apakah seperti batu atau seperti kepala manusia, atau seperti gumpalan awan atau seperti apa saja sesuatu yang sudah di kenal oleh Nabi Musa saat dia hidup. Mungkin daripada harus bingung, lalu Nabi Musa menuliskan apa adanya, bahwa massa alias materi primordial yang telah terbentuk itu, hanya disebut dengan istilah “bumi belum berbentuk” dan ditegaskan kembali oleh Nabi Musa dengan kata “kosong”. Bahwa dari pandangan mata Nabi musa, materi yang tanpa bentuk itu, seperti kosong,alias tidak kelihatan. Hal ini juga dijelaskan oleh Nabi Jeremy pada
Jeremy 4:23 KJV; Aku melihat kepada bumi, dan, lihatlah, itu tanpa bentuk, dan kosong, dan melihat kepada langit, belum ada terangnya
Translate Sains: Aku melihat kepada materi, dan, lihatlah, itu (masih berupa) SINGULARITAS, dan melihat kepada ruang
primordial, belum ada BIGBANGNYA.
RUANG PRIMORDIAL adalah ruangwaktu dari alam dunia (ruangwaktu fisik) yang paling awal, yang diciptakan oleh Tuhan setelah penciptaan ruangwaktu rohani (surga). Pada kitab Genesis ruang primordial itu disebut “The Deep”, dan pada kitab Jeremy 4:23 disebut “heavens”. The deep adalah rumah multiverse, yaitu tempat Allah menciptakan dan
menempatkan universe-universe (multiverse).
Okey...sekarang anda telah memahami penjelasan saya tentang frase bumi belum berbentuk. Sekarang saya ingin menjelaskan bahwa kejadian 1:1 dalam Alkitab itu, tidak lain adalah sebuah tema penciptaan yang di tulis oleh nabi Musa di awal kisahnya tentang proses penciptaan alam semesta. Bahwa kejadian 1:1 yang berbunyi " pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" itu menyatakan kepada kita tentang Tema penciptaan alam semesta. bahwa dalam kalimat itu, Nabi Musa memberi informasikan kepada kita tentang awal mula Allah menciptakan ruang alam semesta, yang diwakili oleh kata "langit" dan menciptakan massa alias materi yang di wakili oleh kata "bumi" dalam kebersamaannya pada "waktu" yang diwakili oleh kata "pada mulanya". Setelah Nabi Musa mengawali ceritanya kemudian dia menceritakan rinciannya.
Kejadian 1:1 KJV; Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Pada Mulanya=Waktu
Langit=Ruang Primordial / Rumah multiverse
Bumi=Materi
Proses pengembangan alam semesta di dalam Alkitab disebut dengan "Penguluran langit ", Kenapa disebut dengan penguluran langit ?
Pada saat materi primordial masih berupa Titik singularitas, ia sangat tegang, baik tegang dalam tekanan, karena tekanan yang ada di dalamnya sangat dasyat. tegang dalam energi, karena energi di dalamnya sangat dasyat maupun tegang dalam massa, karena sesungguhnya massa yang di miliki oleh titik singularitas itu sangat besar, namun di paksa oleh Tuhan agar menjadi kecil yang bervolume nyaris nol. Kemudian setelah itu singularitas tersebut diregangkan atau ditarik kesegala arah, dipaksa agar mengembang dengan ukuran yang jauh lebih besar dari ukuran massa aslinya sebelum dimampatkan. ketika titik singularitas ini di regangkan, maka secara otomatis, mereka mengalami pengembangan.
Jadi pada awal penciptaan universe kita hanya ada titik singularitas bigbang yang muncul di dalam ruang primordial (the Deep), kemudian titik singularitas itu tiba-tiba di regangkan sehingga mengembang......dan lalu memproduksi materi dan anti materi dan energi fisik, hingga kemudian membentuk materi terang dan materi gelap. Materi-materi yang berbeda ini, kemudian di pisahkan. Selain materi terang dan materi gelap, even bigbang juga memproduksi MATERI PENYUSUN RUANG (semacam atom ruang) UNIVERSE KITA dan menyebarkannya pada ruang primordial / rumah multiverse. Selain atom ruangwaktu, bumi (materi) pengisi ruang tersebut yaitu materi terang dan materi gelap tadi, juga disebar mengikuti penyebaran atom ruang universe atau proses pengembangan volum ruang universe yang terbentuk itu.
Yesaya 42:5 KJV; Beginilah firman TUHAN ALLAH, dia yang menciptakan langit, dan mengulurkannya, ia yang menyebarkan bumi (materi), dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya.
Translate Sains: Seperti inilah kata Tuhan, Yang menciptakan UNIVERSE dan mengulurkan radiusnya (sehingga volumenya mengembang), yang menyebarkan segala macam MATERI pada universe itu, termasuk
planet bumi dengan segala makhluk penghuninya.
jarak terkini dan terjauh dari ujung sisi ruang alam semesta yang satu ke ujung sisi yang lainnya ( catatan: misal kita menganggap ruang alam semesta bagaikan ruang dalam bola, atau balon, maka luas balon dari balon alam semesta itu adalah selalu berubah-ubah) adalah jarak atau diameter dimensi ruang alam semesta alias langit. beberapa ayat Alkitab tentang terjadinya penguluran (penambahan) radius gelembung langit (universe) yang dahulu di awali oleh peregangan titik singularitas bigbang ketika "jadilah terang" itu terjadi, di antaranya:
Yesaya 45:12 KJV; Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia diatasnya, tangan-Kulah yang mengulurkankan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya.
Yesaya 40:22 KJV; Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang mengulurkankan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
Yesaya 48:13 KJV; Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku mengulurkan langit. Ketika
Aku menyebut namanya, semuanya bermunculan.
Yesaya 51:13 KJV; Sehingga engkau melupakan TUHAN yang menjadikan engkau, yang mengulurkankan terus-menerus langit, dan meletakkan dasar bumi, sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap kepanasan amarah orang penganiaya, apabila ia bersiap-siap memusnahkan? Dimanakah gerangan kepanasan amarah orang penganiaya itu?
Jeremy 10:12 KJV; Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang mengulurkankan langit dengan akal budi-Nya.
Jeremy 51:15 KJV; Tuhanlah yang menjadikan bumi dengan kekuatan-Nya, yang menegakkan dunia dengan kebijaksanaan-Nya, dan yang mengulurkan langit dengan akal budi-Nya.
Ayub 9:8 KJV; yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah diatas gelombang-gelombang laut.
Zakharia 12:1 KJV; Ucapan ilahi. Firman TUHAN tentang Israel: Demikianlah firman TUHAN yang mengulurkan terus-menerus langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia:
Dalam Yahudi-Kristen, yang di pisahkan oleh Tuhan adalah dimensi massa atau materi. Dalam Alkitab
di sebutkan bahwa Tuhan memisahkan terang dengan gelap.
Genesis 1:4 KJV; Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
Pada ayat di atas istilah terang dan gelap juga merupakan ungkapan kiasan yang berbentuk bahasa fenomenal. Kata terang di situ adalah untuk menyebutkan materi yang dapat di lihat yaitu materi terang. sementara kata gelap di situ bermakna sebagai materi yang sulit di lihat oleh mata yaitu materi gelap. kedua materi ini di hasilkan oleh kejadian bigbang. Selain antara materi terang dan materi gelap. pada materi terang juga terjadi pemisahan yang dalam hal ini adalah pada materi terang yang membentuk setiap tata surya dalam setiap galaksi. Bahwa dalam setiap bahan pembentukan tata surya, antara bahan yang akan membentuk terang dengan bahan yang akan membentuk bagian yang gelap juga masih bersatu. kedua bahan ini berbeda, makanya harus di pisahkan. Bahan yang satu setelah berpisah kemudian membentuk sebuah bintang yang menjadi pusat tata surya, bagian yang menjadi bintang ini menghasilkan cahaya sendiri, karena itu di sebut cahaya atau terang. sementara bagian yang tidak dapat menghasilkan cahaya sendiri di sebut Gelap, karena jika tanpa adanya bagian yang terang tadi, suasana mereka tetap gelap seperti malam hari. Bagian yang di sebut gelap ini adalah planet, satelit, komet dan lain-lain.
Lalu Tuhan menampakkan benda-benda langit yang telah lama jadi yaitu bintang-bintang, juga Tuhan menampakkan benda-benda langit yang berguna sebagai lampu penerang bagi makhluk planet bumi. benda ini adalah matahari dan bulan, yang terbentuk bersamaan dengan di mulainya pembentukan planet bumi kita. Pada planet bumi, proses pembentukannya di awali dengan pembentukan cakrawala atau atmosfer. seperti yang di sebutkan
pada kitab Kejadian 1:6 berikut ini:
Genesis 1:6 KJV; Berfirmanlah Allah: Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.
Meskipun bulan tidak dapat menghasilkan cahaya, namun karena cahaya matahari yang di pantul bulan, menyebabkan bulan di sebut oleh Nabi Musa sebagai lampu bagi makhluk planet bumi pada saat malam hari. Dan kenyataannya memang demikian, terutama bagi masyarakat yang tinggal di negara gurun seperti di timur tengah, yang keadaan alamnya terbuka, di saat bulan purnama hampir seluruh permukaan tanah benar-benar terlihat terang. Karena itu ketika Nabi Musa menyebutkan bulan sebagai penerang meskipun sumber cahayanya dari matahari, kita tidak dapat dengan serta merta menyalahkan Nabi musa, karena kenyataannya memang demikian, bahwa bulan memang menjadi lampu penerang di malam hari.
Berikut ini ayat-ayat Kejadian yang menceritakan tentang Tuhan menjadikan benda-benda langit tampak dari permukaan planet bumi. Dan perhatikan tulisan "cakrawala (firmament)" yang di cetak tebal. Pada ayat ini, semua perbuatan Tuhan di fokuskan kepada Cakrawala (firmament) atau atmosfer planet bumi.
Genesis 1:14 KJV; Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
Genesis 1:15 KJV; dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian.
Genesis 1:16 KJV; Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
Genesis 1:17 KJV; Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
Genesis 1:18 KJV; dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Sesungguhnya ayat di atas bermakna sebagai proses Tuhan memperlihatkan benda langit. Kenapa demikian? Tentu saja karena sewaktu proses pembentukan benua Pangaea dan samudra Planthasa pada Genesis 1:9-10
Genesis 1: 9 KJV; Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian.
Genesis 1:10 KJV; Lalu Allah menamai yang kering itu darat (Benua Pangaea), dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut ( Samudra Planthasa). Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Pada saat itu, permukaan planet bumi baru mulai mengeras, namun masih lunak, karena panas dan tekanan dari dalam perut planet bumi, akibatnya banyak permukaan planet bumi yang tertembus dan menjadi bolong. melalui lobang itu, lava panas dan asap serta gas-gas keluar, lava yang berbentuk uap lama-kelamaan membeku menjadi partikel debu. karena lobang yang terbentuk sangat banyak hampir di seluruh permukaan benua pangaea, akibatnya kabut asap dan debu yang di hasilkan juga sangat banyak. kabut asap dan debu yang ada di atmosfer ini akhirnya menutupi atau menyelimuti planet bumi, akibatnya bola matahari dan benda-benda langit yang lain tidak kelihatan dari permukaan planet bumi. namun begitu, permukaan planet bumi dan atmosfer bumi masih terang, karena defraksi sinar matahari oleh asap dan debu itu.
Pada masa ini bintang matahari masih muda, intensitas cahaya dan sinar UV yang di pancarkannya sangat tinggi sehingga mampu menembus kabut asap dan debu itu. dan juga karena pada lapisan atmosfer bumi terdapat tudung air sebagai akibat pemisahan antara air yang ada di atas atmosfer dengan yang ada di bawah atmosfer atau di permukaan planet bumi, seperti yang di sebutkan dalam kitab Genesis, berikut ini:
Genesis 1:6 KJV; Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air."
Cakrawala atau atmosfer, pada bumi purba banyak mengandung gas-gas ringan seperti xeon, argon, neon dan lain-lain. Gas-gas itu umumnya berada cukup tinggi dari permukaan laut. Uap-uap air TERDISVERSI pada gas-gas ringan tersebut sehingga uap air tetap seperti menggantung di udara. Uap-uap air itulah yang disebut air yang ada diatas cakrawala (atmosfer) pada genesis 1:17 dibawah ini, sementara air yang ada dibawah cakrawala (atmosfer) adalah lautan dipermukaan planet bumi:
Genesis 1:7 KJV; Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
Transalate Sains: Maka Tuhan menciptakan atmosfer planet bumi, dan memisahkan air (H2O) yang ada
dibawah atmosfer (lautan) itu, dari air (H2O) yang ada di atas atmosfer.
Dengan adanya lapisan uap air di atmosfer bumi. Terjadilah semacam efek rumah kaca. Maka pada masa itu atmosfer bumi dalam keadaan hangat, sehingga tumbuhan akan dapat tumbuh kelak, seperti yang di sebutkan pada kitab Genesis 1:11
Genesis 1:11 KJV; Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian.
meskipun bola matahari sebagai sumber sinar UV untuk proses fotosintesa tumbuhan itu tidak kelihatan, namun karena efek rumah kaca akibat lapisan uap air di atmosfer serta karena tumbuhan yang di ciptakan ini merupakan tumbuhan purba yang di rancang oleh Tuhan agar dapat bertahan pada lingkungan ekstrim seperti pada masa itu. Dalam kitab Raja Daud yaitu Mazmur, juga di jelaskan tentang salahsatu perbuatan tangan Allah terhadap cakrawala alias atmosfer planet bumi, yang mengatakan bahwa " cakrawala (atmosfer) memberitakan pekerjaan tangan Tuhan". bahwa Tuhan pernah membersihkan cakrawala atau atmosfer planet kita.
Mazmur 19:1 KJV; Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.
Dari Mazmur 19:1 di atas, kita mengetahui dengan jelas bahwa yang di sebut dengan cakrawala jelas hanya menunjukan tentang atmosfer planet bumi saja, jadi tidak menunjukan sampai kepada langit ruang antar bintang atau ruang alam semesta, karena ruang langit atau ruang alam semesta sendiri juga di sebutkan pada ayat yang sama. Dengan menyebutkan bahwa langit menceritakan kemuliaan Tuhan, Hal ini benar demikian, karena seperti yang kita ketahui bahwa di langit terdapat miliaran bintang-bintang maupun galaksi serta benda lainnya. Jadi hal itu benar-benar menunjukan betapa Tuhan sangat mulia.
Dan mengenai lapisan uap air atau tudung uap air ini. Lapisan uap air inilah yang di sebutkan oleh Tuhan sebagai tingkap langit (langit dekat permukaan bumi/atmosfer) yang menjadi sumber air hujan yang turun selama 40 hari 40 malam yang mengawali air bah di jaman Nabi Nuh itu.
Dan....kembali kepada lobang lava tadi. lama kelamaan, karena lobang ini terus memuntahkan isi perut planet bumi, akhirnya terbentuklah gunung dan bukit seperti yang kita saksikan sekarang ini. Jadi pada dasarnya, gunung dan bukit yang ada pada seluruh daratan planet bumi ini, terbentuk pada waktu proses penciptaan benua pangaea...(Genesis 1:9-10)
Okey...pada Alkitab, di sebutkan bahwa Tuhan menciptakan Alam semesta hingga manusia planet bumi, selama 6 hari berturut-turut. Kata hari di situ adalah bermakna "Tahapan". Jadi sebenarnya Tuhan menciptakan Alam semesta hingga manusia planet bumi adalah 6 tahapan. Dalam satu tahapan penciptaan berlangsung sangat lama. Dalam 2 Petrus 3:8 di sebutkan, bahwa:
“Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu (Banyak) tahun dan seribu (banyak) tahun sama seperti satu hari”.
Jadi ini ternyata sangat cocok dengan teori relativitas waktu, Einstein. Maka dari itu, sangat jelas bagi kita bahwa yang di maksud dengan "hari Penciptaan" itu tidak lain adalah suatu tahapan, bahwa dalam satu tahapan pada proses penciptaan itu, sesungguhnya berlangsung pada waktu yang sangat lama. Hal ini bisa berlangsung jutaan atau miliaran tahun. Tentu saja dalam satu tahapan penciptaan itu, tidak mempunyai lama waktu yang sama, dengan tahapan yang lainnya, namun sebaliknya yaitu berbeda-beda, misal bisa saja pada tahapan penciptaan tumbuhan hanya berlangsung jutaan tahun, namun tidak demikian dengan tahapan penciptaan planet bumi, yang mungkin lebih lama dari waktu yang di perlukan untuk menjadikan tumbuhan tersebut.
Lalu pemberitahuan 6 tahapan itu, di implementasi melalui penglihatan kepada Nabi Musa selama 6 hari berturut-turut. Itulah sebabnya di dalam Alkitab di sebutkan adanya pagi dan petang, karena sesungguhnya pagi dan petang yang di sebutkan itu adalah pagi dan petang dari hari di mana penglihatan itu di berikan kepada Nabi Musa.
http://k-yu80.blogspot.com/2011/05/bigbang-alkitab.html
Terakhir diubah oleh Penyaran tanggal Sat May 11, 2013 6:27 pm, total 1 kali diubah
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
SEGOROWEDI wrote:
sejak #9
mana yang kamu maksud bantahan?
sebelum #9 malahan
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
apa big bang satu-satunya teori terbentuknya sistem tatasurya galaksi bimasakti?
apa bigbang pasti benar/pasti salah?
harus ada jawaban tegas kalau itu mau dijadikan standard kebenaran/krtidakbenaran
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
SEGOROWEDI wrote:
apa big bang satu-satunya teori terbentuknya sistem tatasurya galaksi bimasakti?
apa bigbang pasti benar/pasti salah?
harus ada jawaban tegas kalau itu mau dijadikan standard kebenaran/krtidakbenaran
aduh, masak pelajaran SMA aja kagak bisa, atau anda hanya tamat SD
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
logikanya gini deh
kalo misalnya ada orang dewasa yang tanya 1 + 1 = berapa
kira2 orang bakalan ngeh gak buat ngejawab
kalo misalnya ada orang dewasa yang tanya 1 + 1 = berapa
kira2 orang bakalan ngeh gak buat ngejawab
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
pasti 2
terserah menuliskannya 2 atau 4-2 atau 8:4 dan sebagainya
tapi apa teori big bang pasti benar/salah?
dan teori-teori lain pasti salah/benar?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
trus menurut lo sendiri gimana
mau debat kok malah nanya ke lawan debat
sama aja kek kamu perang tapi senjatanya ngambil dari lawan
mau debat kok malah nanya ke lawan debat
sama aja kek kamu perang tapi senjatanya ngambil dari lawan
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
pakai dasar yang pasti benar
teori suatu saat bisa gugur, kan repot kalau buat pijakan tapi benar/tidak benarnya tidak pasti
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
lha situ sendiri gak tau jawabannya malah tanya
kalo suatu saat sebuah teori itu bisa gugur berarti Alkitab gugur donk soalnya beberapa waktu kemudian dibantah ama Al-Quran yang muncul setelahnya
sama kek hukum Newton yang terbantahkan dengan hukum Quantum dan hukum Einstein yang muncul pada waktu setelahnya.
kalo suatu saat sebuah teori itu bisa gugur berarti Alkitab gugur donk soalnya beberapa waktu kemudian dibantah ama Al-Quran yang muncul setelahnya
sama kek hukum Newton yang terbantahkan dengan hukum Quantum dan hukum Einstein yang muncul pada waktu setelahnya.
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya
1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah terang.'' Lalu terang itu jadi.
4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
6 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.''
7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
9 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.'' Dan jadilah demikian.
10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
11 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.'' Dan jadilah demikian.
12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
14 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.'' Dan jadilah demikian.
16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
20 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.''
21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: ''Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.''
23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
24 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.'' Dan jadilah demikian.
25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
26 Berfirmanlah Allah: ''Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.''
27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ''Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.''
29 Berfirmanlah Allah: ''Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.'' Dan jadilah demikian.
31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan
silakan kitab setelahnya membantah!
1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah terang.'' Lalu terang itu jadi.
4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
6 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.''
7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
9 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.'' Dan jadilah demikian.
10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
11 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.'' Dan jadilah demikian.
12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
14 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.'' Dan jadilah demikian.
16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
20 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.''
21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: ''Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.''
23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
24 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.'' Dan jadilah demikian.
25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
26 Berfirmanlah Allah: ''Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.''
27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ''Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.''
29 Berfirmanlah Allah: ''Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.'' Dan jadilah demikian.
31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan
silakan kitab setelahnya membantah!
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
lha kan kamu bilang teori bisa gugur. berarti kamu mengakuinya toh
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
lha yang biru itu jawabanku, bagaimana tahap-tahap langit dan bumi serta isinya diciptakan Tuhan..
katanya kitab setelahnya mo membantah?
silakan!
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
ampun deh Wed, di page 1 udah dijawab pake link bahasa Inggris
apa mungkin bung wedi gak bisa bahasa Inggris ya
apa mungkin bung wedi gak bisa bahasa Inggris ya
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
bigbang masih terbelit masalah ini:
apa big bang satu-satunya teori terbentuknya sistem tatasurya galaksi bimasakti?
apa bigbang pasti benar/pasti salah?
harus ada jawaban tegas kalau itu mau dijadikan standard kebenaran/krtidakbenaran
sekarang klaim-mu: alkitab telah dibantah oleh kitab yang muncul setelahnyan (quran)
silakan dibuktikan!
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
udah dibantah tapi ngelesnya terbelit-belit
udah gitu, terbelit-belitnya gak ditunjukan pula
udah gitu, terbelit-belitnya gak ditunjukan pula
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
Penyaran wrote:Alkitab gugur donk soalnya beberapa waktu kemudian dibantah ama Al-Quran yang muncul setelahnya
sama kek hukum Newton yang terbantahkan dengan hukum Quantum dan hukum Einstein yang muncul pada waktu setelahnya.
ayo buktikan..!!
bantahlah ini dengan quran-mu, jangan cuman nyonthong:
Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya
1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah terang.'' Lalu terang itu jadi.
4 Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.
5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
6 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.''
7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian.
8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
9 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.'' Dan jadilah demikian.
10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
11 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.'' Dan jadilah demikian.
12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
14 Berfirmanlah Allah: ''Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun,
15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.'' Dan jadilah demikian.
16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang.
17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.
20 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.''
21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: ''Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.''
23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
24 Berfirmanlah Allah: ''Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.'' Dan jadilah demikian.
25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
26 Berfirmanlah Allah: ''Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.''
27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ''Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.''
29 Berfirmanlah Allah: ''Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.'' Dan jadilah demikian.
31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
4 Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
tapi kan bukan konteks itu
konteks gw kan argumen lo soal suatu teori runtuh
malah nyitirnya kesitu
konteks gw kan argumen lo soal suatu teori runtuh
malah nyitirnya kesitu
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
bigbang masih bermasalah
tidak bisa untuk menjustifikasi benar/salah
ketika sama/beda dengannya
quranmu gimana?
koar-koar telah membantah alkitab, dimintai buktinya
malah panik
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
SEGOROWEDI wrote:
bigbang masih bermasalah
tidak bisa untuk menjustifikasi benar/salah
ketika sama/beda dengannya
quranmu gimana?
koar-koar telah membantah alkitab, dimintai buktinya
malah panik
atas dasar apa ente ngatain kek gitu ? atas dasar gak bisa bahasa Inggris atau atas dasar ente gak bisa baca tulisan ?
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
atas dasar koar-koarmu ini:
Penyaran wrote:lberarti Alkitab gugur donk soalnya beberapa waktu kemudian dibantah ama Al-Quran yang muncul setelahnya
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
SEGOROWEDI wrote:
atas dasar koar-koarmu ini:Penyaran wrote:lberarti Alkitab gugur donk soalnya beberapa waktu kemudian dibantah ama Al-Quran yang muncul setelahnya
gw ngomong gitu kan cuman dalam rangka ngejawab ocehanmu yang ini
SEGOROWEDI wrote:
pakai dasar yang pasti benar
teori suatu saat bisa gugur, kan repot kalau buat pijakan tapi benar/tidak benarnya tidak pasti
kok malah melencengnya ke kisah penciptaan, gak nyambung itu
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
kan isunya penciptaan atau asal usul langit, bumi dan isinya?
gak bisa pakai standard bigbang karena tidak ada kepastian teori itu benar/salah
kalau kitab suci kan diyakini benar, maka saya tampilkan tahap-tahap penciptaan
langit, bumi dan isinya menurut alkitab
lalu kamu koar-koar itu sudah dibantah quran
maka saya tanya: mana bantahan quran??
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
bigbang = penciptaan atau asal usul langit, bumi dan isinya dalam science, dodol !
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
lha ngapain kamu hubungkan dengan kejadian??
maka gau nusah bigbang-bigbangan
kamu sudah koar-koar alkitab sudah dibantah
maka buktikanlah koar-koarmu itu dengan membantah tahap-tahap penciptaan langit dan bumi serta segala isinya*delete* Out of topic By:mod
maka gau nusah bigbang-bigbangan
kamu sudah koar-koar alkitab sudah dibantah
maka buktikanlah koar-koarmu itu dengan membantah tahap-tahap penciptaan langit dan bumi serta segala isinya*delete* Out of topic By:mod
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Hoax Kristiani: Big Bang = "Jadilah Terang" dalam Kitab Kejadian ?
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu,[1][2] yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.[3][4] Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.[5][6]
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.[7]
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Kosmologi
WMAP.jpg
Umur alam semesta
Ledakan dahsyat
Jarak tepat
Latar gelombang mikro kosmis
Energi gelap
Materi gelap
metrik FLRW
Persamaan Friedmann
Pembentukan galaksi
Hukum Hubble
Inflasi
Struktur skala besar
Model Lambda-CDM
Nukleosintesis
Pergeseran merah
Bentuk alam semesta
Garis waktu kosmologi
Garis waktu alam semesta
Takdir akhir alam semesta
Alam semesta
Topik lain
Astrofisika
Relativitas umum
Fisika partikel
Gravitasi kuantum
Daftar isi
1 Sejarah dan perkembangan teori
2 Tinjauan
2.1 Garis waktu ledakan dahsyat
3 Asumsi-asumsi dasar
3.1 Metrik FLRW
3.2 Horizon
4 Bukti pengamatan
4.1 Hukum Hubble dan pengembangan ruang
4.2 Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
4.3 Kelimpahan unsur-unsur primordial
4.4 Evolusi dan distribusi galaksi
4.5 Bukti-bukti lainnya
5 Ciri, persoalan, dan masalah
5.1 Masalah horizon
5.2 Masalah kerataan alam semesta
5.3 Monopol magnetik
5.4 Asimetri barion
5.5 Usia gugusan globular
5.6 Materi gelap
5.7 Energi gelap
6 Masa depan menurut teori Ledakan Dahsyat
7 Fisika spekulatif melangkaui teori Ledakan Dahsyat
8 Penafsiran keagamaan
9 Kesalahan umum
10 Catatan
11 Referensi
11.1 Buku
12 Bacaan lanjut
13 Pranala luar
Sejarah dan perkembangan teori
Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher adalah orang yang pertama mengukur efek Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral merupakan istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir semua nebula-nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai implikasi fakta ini, dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini adalah "pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti.[14][15]
Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan matematikawan Rusia, menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu.[16]
Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.[17]
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang bermula.[18]
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci (2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur, kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble.[7][19] Lemaître telah menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.[20]
Gambaran artis mengenai satelit WMAP yang mengumpulkan berbagai data untuk membantu para ilmuwan memahami ledakan dahsyat
Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne,[21] alam semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstein dan Richard Tolman)[22] dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky.[23]
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun.[24]
Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lemaître, yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis ledakan dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN)[25] dan yang kaitkan oleh, Ralph Alpher dan Robert Herman, sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis (cosmic microwave background radiation, CMB).[26] Ironisnya, justru adalah Hoyle yang mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan Maret 1949.[27][cat 1]
Untuk sementara, dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori ledakan dahsyat. Penemuan dan konfirmasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964[28] mengukuhkan ledakan dahsyat sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan asal usul dan evolusi kosmos. Kebanyakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat pada pemahaman bagaimana galaksi terbentuk dalam konteks ledakan dahsyat, pemahaman mengenai keadaan alam semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan merekonsiliasi pengamatan kosmis dengan teori dasar.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi ledakan dahsyat telah dibuat sejak akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi teleskop dan analisis data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE,[29] Teleskop luar angkasa Hubble dan WMAP.[30]
Tinjauan
Garis waktu ledakan dahsyat
Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu menggunakan relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam semesta yang tak terhingga pada suatu waktu pada masa lalu.[31] Singularitas ini mensinyalkan runtuhnya keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah lebih awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk sebagai "the Big Bang",[cat 2] dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.
Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia, pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan pengukuran fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 ± 0.12 miliar tahun.[32] Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat mendukung model ΛCDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam semesta.
Fase terawal ledakan dahsyat penuh dengan spekulasi. Model yang paling umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik setelah pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta mengembang secara eksponensial.[33] Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.[34]
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada alam semesta.[35]
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang.[36] Setelah kira-kira 10−11 detik, gambaran ledakan dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.
Pada sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti proton dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion sedikit lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya terjadi adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010 proton dan neutron terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa tidak lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi oleh foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).
Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu miliar kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron bergabung dengan proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu proses yang dikenal sebagai nukleosintesis ledakan dahsyat.[37] Kebanyakan proton masih tidak terikat sebagai inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan energi massa rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun, elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen) dan radiasi materi mulai berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati ruang semesta dikenal sebagai radiasi latar gelombang mikro kosmis.[38]
Medan Ultra Dalam Hubble memperlihatkan galaksi-galaksi dari zaman dahulu ketika alam semesta masih muda, lebih padat, dan lebih hangat menurut teori ledakan dahsyat.
Selama periode yang sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang sedikit lebih rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara gravitasional, membentuk awan gas, bintang, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya yang terpantau sekarang. Detail proses ini bergantung pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat tiga jenis materi yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas, dan materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP menunjukkan bahwa bentuk materi yang dominan dalam alam semesta ini adalah materi gelap dingin. Dua jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari 18% materi alam semesta.[32]
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap, yang tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72% total rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap, namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta. Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara perlahan semakin cepat.
Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM, yang menggunakan kerangka mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen. Sebagaimana yang telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian sebelum 10−15 detik setelah kejadian ledakan dahsyat. Teori kuantum gravitasi diperlukan untuk mengatasi batasan ini.
Asumsi-asumsi dasar
Teori ledakan dahsyat bergantung kepada dua asumsi utama: universalitas hukum fisika dan prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa dalam skala yang besar alam semesta bersifat homogen dan isotropis.
Kedua asumsi dasar ini awalnya dianggap sebagai postulat, namun beberapa usaha telah dilakukan untuk menguji keduanya. Sebagai contohnya, asumsi bahwa hukum fisika berlaku secara universal diuji melalui pengamatan ilmiah yang menunjukkan bahwa penyimpangan terbesar yang mungkin terjadi pada tetapan struktur halus sepanjang usia alam semesta berada dalam batasan 10−5.[39]
Apabila alam semesta tampak isotropis sebagaimana yang terpantau dari bumi, prinsip komologis dapat diturunkan dari prinsip Kopernikus yang lebih sederhana. Prinsip ini menyatakan bahwa bumi, maupun titik pengamatan manapun, bukanlah posisi pusat yang khusus ataupun penting. Sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar gelombang mikro kosmis.
Metrik FLRW
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker
Relativitas umum mendeskripsikan ruang-waktu menggunakan metrik yang menjelaskan jarak kedua titik yang terpisah satu sama lainnya. Titik ini, yang dapat berupa galaksi, bintang, ataupun objek lainnya, ditunjukkan menggunakan peta koordinat yang berada di keseluruhan ruang waktu. Prinsip kosmologis menyiratkan bahwa metrik ini haruslah homogen dan isotropis dalam skala yang besar. Satu-satunya metrik yang memenuhi persyaratan ini adalah metrik Riedmann–Lemaître–Robertson–Walker (metrik FLRW). Metrik ini mengandung faktor skala yang menentukan seberapa besar alam semesta berubah seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini memungkinkan kita untuk membuat sistem koordinat yang dapat dipilih dengan praktis, yaitu koordinat segerak (comoving coordinate).
Dalam sistem koordinat ini, kisi koordinat berekspansi bersamaan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga objek yang bergerak karena pengembangan alam semesta akan berada pada titik yang sama dalam sistem koordinat ini. Walaupun jarak koordinat (jarak segerak) kedua titik tetap konstan, jarak fisik antara dua titik akan meningkat sesuai dengan faktor skala alam semesta.[40]
Ledakan Dahsyat bukanlah kejadian penghamburan materi ke seluruh ruang semesta yang kosong. Melainkan ruang tersebut berekspansi seiring dengan waktu dan meningkatkan jarak fisik antara dua titik yang bersegerak. Karena metrik FLRW mengasumsikan distribusi massa dan energi yang merata, metrik ini hanya berlaku pada skala yang besar.
Horizon
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Horizon kosmologis
Salah satu ciri penting pada ruang waktu Ledakan Dahsyat adalah keberadaan horizon. Oleh karena alam semesta memiliki usia yang terbatas, dan cahaya bergerak dengan kecepatan yang terbatas pula, maka akan terdapat berbagai kejadian pada masa lalu yang cahayanya belum mencapai kita. Hal ini akan membatasi kita dalam mengamati objek terjauh alam semesta (horizon masa lalu). Sebaliknya, karena ruang itu sendiri berekspansi dan objek yang semakin jauh akan menjauh semakin cepat, cahaya yang dipancarkan oleh kita tidak akan pernah mencapai objek jauh tersebut. Batasan ini disebut sebagai horizon masa depan, yang membatasi kejadian-kejadian pada masa depan yang kita dapat pengaruhi.
Keberadaan dua horizon ini bergantung pada penjelasan detail model FLRW mengenai alam semesta kita. Pemahaman kita mengenai alam semesta pada waktu-waktu terawalnya menyiratkan terdapatnya horizon masa lalu, walaupun pandangan kita juga akan dibatasi oleh buramnya alam semesta pada waktu-waktu terawalnya. Oleh karena itu, kita tidak dapat memandang masa lalu lebih jauh daripada yang kita dapat pandang sekarang, walaupun horizon masa lalu akan menyusut dalam ruang. Jika pengembangan akan semesta terus berakselerasi, maka akan terdapat pula horizon masa depan..[41]
Bukti pengamatan
Terdapat beberapa bukti pengamatan langsung yang mendukung model Ledakan Dahsyat, yaitu pengembangan Hubble terpantau pada geseran merah galaksi, pengukuran mendetail pada latar belakang gelombang mikro kosmis, kelimpahan unsur-unsur ringan, dan distribusi skala besar beserta evolusi galaksi[42] yang diprediksikan terjadi karena pertumbuhan gravitasional struktur dalam teori standar. Keempat bukti ini kadang-kadang disebut "empat pilar teori Ledakan Dahsyat".[43]
Hukum Hubble dan pengembangan ruang
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum Hubble dan Pengembangan metrik ruang
Pengamatan pada galaksi dan kuasar yang jauh menunjukkan bahwa objek-objek ini mengalami pergeseran merah, yakni bahwa pancaran cahaya objek ini telah bergeser menuju panjang gelombang yang lebih panjang. Pergeseran ini dapat dilihat dengan mengambil spektrum frekuensi suatu objek dan mencocokkannya dengan pola spektroskopi garis emisi ataupun garis absorpsi atom suatu unsur kimia yang berinteraksi dengan cahaya. Pergeseran ini secara merata isotropis, dan terdistribusikan merata di kesemuaan objek terpantau di seluruh arah pantauan. Jika geseran merah ini diinterpretasikan sebagai geseran Doppler, kecepatan mundur suatu objek dapat dikalkulasi. Untuk beberapa galaksi, dimungkinkan pula perkiraan jarak menggunakan tangga jarak kosmis. Ketika kecepatan mundur dipetakan terhadap jaraknya, hubungan linear yang dikenal sebagai hukum Hubble akan terpantau:[7]
v = H0D,
dengan
v adalah kecepatan mundur suatu galaksi ataupun objek lainnya,
D adalah jarak segerak terhadap objek tersebut, dan
H0 adalah konstanta Hubble, yang nilai pengukurannya adalah 70,4 +1,3−1,4 km/s/Mpc.[32]
Hukum Hubble memiliki dua penjelasan, yaitu kita berada pada pusat pengembangan galaksi (yang tidak mungkin sesuai dengan prinsip Kopernikus), atapun alam semesta mengembang secara merata ke mana-mana. Pengembangan alam semesta ini diprediksikan dari relativitas umum oleh Alexander Friedmann pada tahun 1922[16] dan Georges Lemaître pada tahun 1927,[17] sebelum Hubble melakukan analisi beserta pengamatannya pada tahun 1929.
Teori ini mempersyaratkan bahwa hubungan v = HD berlaku sepanjang masa, dengan D adalah jarak segerak, v adalah kecepatan mundur, dan v, H, D bervariasi seiring dengan mengembangnya alam semesta (oleh karenanya kita menulis H0 untuk menandakannya sebagai "konstanta" Hubble sekarang). Untuk jarak yang lebih kecil daripada alam semesta teramati, geseran merah Hubble dapat dianggap sebagai geseran Doppler yang sesuai dengan kecepatan mundur v. Namun, geseran merah ini bukan geseran Doppler sejatinya, namun merupakan akibat dari pengembangan alam semesta antara waktu cahaya tersebut dipancarkan dengan waktu cahaya tersebut dideteksi.[44]
Bahwa alam semesta mengalami pengembangan metrik ditunjukkan oleh bukti pengamatan langsung prisip kosmologis dan prinsip Kopernikus. Pergeseran merah yang terpantau pada objek-objek yang jauh sangat isotropis dan homogen.[7] Hal ini mendukung prinsip kosmologis bahwa alam semesta tampaklah sama di keseluruhan arah pantauan. Apabila pergeseran merah yang terpantau merupakan akibat dari suatu ledakan di titik pusat yang jauh dari kita, maka pergeseran merahnya tidak akan sama di setiap arah pantauan.
Pengukuran pada efek-efek radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis terhadap dinamika sistem astrofisika yang jauh pada tahun 2000 membuktikan kebenaran prinsip Kopernikus, yakni bahwa Bumi bukanlah posisi pusat alam semesta.[45] Radiasi yang berasal dari Ledakan Dahsyat ditunjukkan cukup hangat pada masa-masa awalnya di seluruh alam semesta. Pendinginan yang merata pada latar belakang gelombang mikro kosmis selama milyaran tahun hanya dapat dijelaskan apabila alam semesta mengalami pengembangan metrik dan kita tidak berada dekat dengan pusat suatu ledakan.
Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
Citra WMAP yang menunjukkan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
Semasa beberapa hari pertama alam semesta, alam semesta berada dalam keadaan kesetimbangan termal, dengan foton secara berkesinambungan dipancarkan dan kemudian diserap. Hal ini kemudian menghasilkan radiasi spektrum benda hitam.
Seiring dengan mengembangnya alam semesta, temperatur alam semesta menurun sehingganya foton tidak lagi dapat diciptakan maupun dihancurkan. Temperatur ini masih cukup tinggi bagi elektron dan inti untuk terus berpisah tanpa terikat satu sama lainnya. Walau demikian, foton terus "dipantulkan" dari elektron-elektron bebas ini melalui suatu proses yang disebut hamburan Thompson. Oleh karena hamburan yang terjadi berulang-ulang, alam semesta pada masa-masa awalnya akan tampak buram oleh cahaya.
Ketika temperatur jatuh mencapai beberapa ribu Kelvin, elektron dan inti atom mulai bergabung membentuk atom. Proses ini disebut sebagai rekombinasi. Karena foton jarang dihamburkan dari atom netral, radiasi akan berhenti dipancarkan dari materi ketika hampir semua elektron telah berekombinasi. Proses ini terjadi 379.000 tahun setelah Ledakan Dahysat, dikenal sebagai zaman penghamburan terakhir. Foton-foton terakhir inilah yang kita pantau pada radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada masa sekarang.
Pola-pola fluktuasi radiasi latar ini merupakan gambaran langsung alam semesta pada masa-masa awalnya. Energi foton yang berasal pada zaman penghamburan terakhir akan mengalami pergeseran merah seiring dengan mengembangnya alam semesta. Spektrum yang dipancarkan oleh foton ini akan sama dengan spektrum radiasi benda hitam, namun dengan temperatur yang menurun. Hal ini mengakibatkan radiasi foton ini bergeser ke daerah gelombang mikro. Radiasi ini diperkirakan terpantau di setiap titik pantauan di alam semesta dan datang dari semua arah dengan intensitas radiasi yang (hampir) sama.
Pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson secara tidak sengaja menemukan radiasi latar belakang kosmis ketika mereka sedang melakukan pemantau diagnostik menggunakan penerima gelombang mikro yang dimiliki oleh Laboratorium Bell.[28] Penemuan mereka memberikan konfirmasi yang substansial mengenai prediksi radiasi latar bahwa radiasi ini bersifat isotropis dan konsisten dengan spektrum benda hitam pada 3 K. Penzias dan Wilson kemudian dianugerahi penghargaan Nobel atas penemuan mereka.
Spektrum latar belakang gelombang mikro kosmis yang diukur oleh intrumen FIRAS pada satelit COBE merupakan spektrum benda hitam berpresisi paling tinggi yang pernah diukur di alam.[46] Titik-titik data beserta ambang batas kesalahan pengukuran pada grafik di atas tertutup oleh kurva teoritis, menunjukkan kepresisian pengukuran yang sangat tinggi.
Pada tahun 1989, NASA meluncurkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer - Penjelajah latar belakang kosmis). Hasil penemuan awal satelit ini yang dirilis pada tahun 1990 konsisten dengan prediksi Ledakan Dahsyat.
COBE menemukan pula temperatur sisa alam semesta sebesar 2,726 K dan pada tahun 1992 untuk pertama kalinya mendeteksi fluktuasi (anisotropi) pada radiasi latar belakang gelombang mikro dengan tingkatan sebesar satu per 105.[29] John C. Mather dan George Smoot dianugerahi Nobel atas kepemimpinan mereka dalam proyek ini. Anisotropi latar belakang gelombang mikro kosmis diinvestigasi lebih lanjut oleh sejumlah besar eksperimen yang dilakukan di darat maupun menggunakan balon. Pada tahun 2000-2001, beberapa eksperimen, utamanya BOOMERanG, menemukan bahwa alam semesta hampir secara spasial rata dengan mengukur ukuran sudut anisotropi. (Lihat bentuk alam semesta.)
Pada awal tahun 2003, hasil penemuan pertama WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Probe) dirilis, menghasilkan nilai terakurat beberapa parameter-parameter kosmologis. Wahana antariksa ini juga membantah beberapa model inflasi kosmis, namun masih konsisten dengan teori inflasi secara umumnya.[30] WMAP juga mengonfirmasi bahwa selautan neutrino kosmis merembes di keseluruhan alam semesta. Ini merupakan bukti yang jelas bahwa bintang-bintang pertama memerlukan lebih dari setengah milyar tahun untuk menciptakan kabut kosmis.
Kelimpahan unsur-unsur primordial
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nukleosintesis Ledakan Dahsyat
Menggunakan model Ledakan Dahsyat, kita dapat memperkirakan konsentrasi helium-4, helium-3, deuterium dan litium-7 yang ada di seluruh alam semesta berbanding dengan jumlah hidrogen biasa.[37] Kelimpahan kesemuaan unsur ini bergantung pada satu parameter, yakni rasio foton terhadap barion, yang nilainya dapat dihitung secara independen dari detail struktur fluktuasi latar belakang gelombang mikro kosmis. Rasio yang diprediksikan (rasio massa) adalah sekitar 0,25 untuk 4He/H, sekitar 10−3 untuk 2H/H, sekitar 10−4 untuk 3He/H dan sekitar 10−9 untuk 7Li/H.[37]
Hasil prediksi ini sesuai dengan hasil pengukuran, paling tidak untuk kelimpahan yang diprediksikan dari nilai tunggal rasio barion terhadap foton. Kesesuaian ini cukup baik untuk deuterium, namun terdapat diskrepansi yang kecil untuk 4He dan 7Li. Dalam kasus helium dan litium, terdapat ketidakpastian sistematis yang cukup besar. Walau demikian, konsistensi prediksi ini secara umumnya memberikan bukti yang kuat akan terjadinya Ledakan Dahsyat.[47]
Evolusi dan distribusi galaksi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembentukan dan evolusi galaksi
Panorama langit yang menunjukkan distribusi galaksi di luar Bimasakti.
Pengamatan mendetail terhadap morfologi dan distribusi galaksi beserta kuasar memberikan bukti yang kuat akan terjadinya Ledakan Dahsyat. Perpaduan antara pengamatan dengan teori menunjukkan bahwa galaksi-galaksi beserta kuasar-kuasar pertama terbentuk sekitar satu milyar tahun setelah Ledakan Dahysyat. Sejak itu pula, berbagai struktur astronomi lainnya yang lebih besar seperti gugusan galaksi mulai terbentuk. Populasi bintang-bintang terus berevolusi dan menua, sehingga galaksi jauh (yang pemantaunnya menunjukkan keadaan galaksi tersebut pada masa awal alam semesta) tampak sangat berbeda dari galaksi dekat. Selain itu, galaksi-galaksi yang baru saja terbentuk tampak sangat berbeda dengan galaksi-galaksi yang terbentuk sesaat setelah Ledakan Dahsyat. Pengamatan ini membantah model keadaan tetap. Pengamatan pada pembentukan bintang, distribusi kuasar dan gaklasi, sesuai dengan simulasi pembentukan alam semesta yang diakibatkan oleh Ledakan Dahysat.[48][49]
Bukti-bukti lainnya
Setelah melalui beberapa perdebatan, umur alam semesta yang diperkirakan dari pengembangan Hubble dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis telah menunjukkan kecocokan yang sama (sedikit lebih tua) dengan usia bintang-bintang tertua alam semesta.
Prediksi bahwa temperatur radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis lebih tinggi pada masa lalunya telah didukung secara eksperimental dengan mengamati garis-garis emisi kabut gas yang sensitif terhadap temperatur pada pergeseran merah yang tinggi. Prediksi ini juga menyiratkan bahwa amplitudo dari efek Sunyaev–Zel'dovich dalam gugusan galaksi tidak tergantung secara langsung pada geseran merah.
Ciri, persoalan, dan masalah
Walaupun sekarang ini teori Ledakan Dahsyat mendapatkan dukungan yang luas dari para ilmuwan, dalam sejarahnya, berbagai persaoalan dan masalah pada teori ini pernah memicu kontroversi ilmiah mengenai model mana yang paling baik dalam menjelaskan pengamatan kosmologis yang ada. Banyak dari persoalan dan masalah teori Ledakan Dahsyat telah mendapatkan solusinya, baik melalui modifikasi pada teori itu sendiri maupun melalui pengamatan lebih lanjut yang lebih baik.
Gagasan-gagasan inti Ledakan Dahsyat yang terdiri dari pengembangan alam semesta, keadaan awal alam semesta yang panas, pembentukan helium, dan pembentukan galaksi, diturunkan dari banyak pengamatan yang tak tergantung pada model kosmologis mana pun. Walau bagaimanapun, model cermat Ledakan Dahsyat memprediksikan berbagai feomena fisika yang tak pernah terpantau di Bumi maupun terdapat pada Model Standar fisika partikel. Utamanya, materi gelap merupakan topik investigasi ilmiah yang mendapatkan perhatian yang luas.[50] Persoalan lainnya seperti masalah halo taring dan masalah galaksi katai dari materi gelap dingin tidak sefatal penjelasan materi gelap karena penyelesaian atas masalah tersebut telah ada dan hanya memerlukan perbaikan lebih lanjut pada teori Ledakan Dahsyat. Energi gelap juga merupakan topik investigasi yang menarik perhatian ilmuwan, namun tidaklah jelas apakah pendeteksian langsung energi gelap dimungkinkan atau tidak.[51]
Di sisi lain, inflasi kosmos dan bariogenesis masih sangat spekulatif. Keduanya sangat penting dalam menjelaskan keadaan awal alam semesta, namun tidak dapat digantikan dengan penjelasan alternatif lainnya tanpa mengubah teori Ledakan Dahsyat secara keseluruhan.[cat 3] Pencarian akan penjelasan yang tepat atas fenomena-fenomena tersebut menjawab pada masalah yang belum terpecahkan dalam fisika.
Masalah horizon
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masalah horizon
Masalah horizon mencuat diakibatkan oleh premis bahwa informasi tidak dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya. Dengan usia alam semesta yang terbatas, akan terdapat horizon partikel yang memisahkan dua daerah dalam ruang alam semesta yang tidak memiliki hubungan kontak sebab akibat.[52] Isotropi radiasi latar yang terpantau menimbulkan masalah, karena apabila alam semesta telah didominasi oleh radiasi ataupun materi sepanjang waktunya di mulai dari masa penghamburan terakhir, horizon partikel pada masa itu haruslah berkoresponden sekitar 2 derajat di langit, dan tidak akan terdapat mekanisme apapun yang menyebabkan daerah lainnya yang dibatasi partikel horizon untuk memiliki temperatur yang sama.
Penyelesaian atas inkonsistensi ini dijelaskan oleh teori inflasi, yakni medan energi skalar yang isotropis dan homogen mendominasi alam semesta pada periode waktu terawalnya (sebelum bariogenesis). Semasa inflasi, alam semesta mengalami pengembangan eksponensial dan horizon partikel berkembang lebih cepat daripada yang kita asumsikan sebelumnya, sehingga daerah yang sekarang ini berada berseberangan dengan alam semesta teramati akan melangkaui partikel horizon satu sama lainnya . Isotropi radiasi latar yang terpantau kemudian akan menunjukkan bahwa daerah yang lebih luas ini pernah berada dalam hubungan kontak sebab akibat sebelum terjadinya inflasi.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg memprediksikan bahwa semasa fase inflasi, akan terdapat fluktuasi termal kuantum. Fluktuasi ini berperan sebagai cikal bakal keseluruhan struktur alam semesta. Teori inflasi memprediksikan bahwa fluktuasi ini bersifat invariansi skala dan berdistribusi normal, sebagaimana yang dikonfirmasikan oleh pengukuran radiasi latar.
Masalah kerataan alam semesta
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masalah kerataan
Geometri keseluruhan alam semesta ditentukan oleh parameter kosmologis omega, apakah omega lebih kecil, sama dengan, ataupun lebih besar daripada satu.
Masalah kerataan alam semesta adalah masalah pengamatan yang diasosiasikan dengan metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker.[52] Alam semesta bisa saja memiliki kelengkungan spasial yang positif, negatif, maupun nol tergantung pada rapatan energinya. Kelengkungan alam semesta negatif apabila rapatan energinya lebih kecil daripada rapatan kritisnya, positif apabila lebih besar darinya, dan nol (rata) apabila sama besar dengannya. Permasalahnnya adalah bahwa rapatan energi alam semesta terus meningkat dan menjauhi nilai rapatan kritis walaupun alam semesta tetap hampir rata.[cat 4] Fakta bahwa alam semesta belum mencapai Kematian Kalor maupun Remukan Besar setelah milyaran tahun memerlukan penjelasan yang memadai, karena beberapa menit setelah Ledakan Dahsyat, massa jenis alam semesta haruslah di bawah satu per 1014 dari nilai kritisnya untuk tetap ada sampai sekarang.[53]
Penyelesaian masalah ini diselesaikan oleh teori inflasi. Semasa inflasi, ruang waktu mengembang sedemikiannya kelengkungannya dimuluskan. Sehingganya, diteorikan bahwa inflasi ini mendorong alam semesta untuk tetap hampir rata dengan rapatan alam semesta yang hampir sama dengan nilai rapatan kritisnya.
Monopol magnetik
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Monopol magnetik
Persoalan monopol magnetik dicetuskan pada akhir tahun 1970-an. Teori manunggal akbar memprediksikan kecacatan topologi ruang yang akan bermanifestasi menjadi magnetik monopol. Benda ini akan dihasilkan secara efisien pada awal alam semesta yang panas, menghasilkan kerapatan yang lebih tinggi daripada yang konsisten dengan pemantauan . Masalah ini diselesaikan pula oleh inflasi kosmos, yang menghilangkan semua titik-titik cacat dari alam semesta teramati sebagaimana ia mendorong geometri alam semesta menjadi rata.[52]
Resolusi alternatif terhadap masalah horizon, kerataan, dan monopol magnetik diberikan pula oleh hipotesis kelengkungan Weyl.[54][55]
Asimetri barion
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asimetri barion
Sampai sekarang masih belum dimengerti mengapa alam semesti memiliki jumlah materi yang lebih banyak daripada antimateri.[35] Umumnya diasumsikan bahwa ketika alam semesta masih berusia muda dan sangat panas, ia berada dalam kondisi kesetimbangan dan mengandung sejumlah barion dan antibarion yang sama besarnya. Namun, hasil pengamatan menyiratkan bahwa alam semesta, termasuk pula yang berada di tempat terjauh, hampir semuanya terdiri dari materi. Proses misterius yang dikenal sebagai "bariogenesis" menciptakan asimetri ini. Agar bariogenesis dapat terjadi, syarat-syarat kondisi Sakharov harus dipenuhi. Kondisi ini mempersyaratkan bahwa jumlah barion tidak kekal, simetri-C dan simetri-CP dilanggar, serta alam semesta menyimpang dari kesetimbangan termodinamika.[56] Semua kondisi ini terjadi dalam Model Standar, namun efeknya tidaklah cukup kuat untuk menjelaskan asimetri barion.
Usia gugusan globular
Pada pertengahan tahun 1990-an, pengamatan pada gugusan-gugusan globular menunjukkan hasil yang tampaknya tidak konsisten dengan Ledakan Dahsyat. Simulasi komputer yang cocok dengan pemantauan pada populasi gugusan globular bintang menunjukkan bahwa usia gugusan-gugusan ini sekitar 15 milyar tahun. Hal ini berkontradiksi dengan usia alam semesta yang berusia 13,7 miltar tahun. Persoalan ini umumnya diselesaikan pada akhir tahun 1990-an dengan simulasi komputer yang baru yang melibatkan efek pelepasan massa yang diakibatkan oleh angin bintang. Simulasi baru ini menunjukkan usia gugusan globular yang lebih muda.[57] Walau demikian, masih terdapat pertanyaan yang meragukan seberapa akurat usia gugusan ini diukur. Tetapi yang jelas ada bahwa objek luar angkasa ini merupakan salah satu yang tertua di alam semesta.
Materi gelap
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Materi gelap
Diagram yang menunjukkan komposisi berbagai komponen alam semesta menurut model ΛCDM – kira-kira 95% komposisi alam semesta berbentuk materi gelap dan energi gelap
Semasa tahun 1970-an dan 1980-an, berbagai pengamatan menunjukkan bahwa adanya ketidakcukupan materi terpantau dalam alam semesta yang dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan gaya gravitasi antar dan intra galaksi. Hal ini kemudian memunculkan gagasan bahwa 90% materi alam semesta berupa materi gelap yang tidak memancarkan cahaya maupun berinteraksi dengan materi barion. Selain itu, asumsi bahwa alam semesta terdiri dari materi normal akan menghasilkan prediksi yang inkonsisten dengan hasil pengmatan. Khususnya, alam semesta sekarang ini tampak lebih berbongkah-bongkah dan mengandung lebih sedikit deuterium. Hal ini tidak dapat dijelaskan tanpa keberadaa materi gelap. Manakala pada awalnya materi gelap ini cukup kontroversial, keberadaannya telah terindikasikan dalam berbagai pengamatan, meliputi anisotropi pada radiasi latar belakang gelombang mikro, dispersi kecepatan gugusan galaksi, kajian pada pelensaan gravitasi, dan pengukuran sinar-X pada gugusan galaksi.[58]
Bukti keberadaan materi gelap kebanyakan berasal dari pengaruh gravitasi materi ini terhadap materi lain. Sampai saat ini, belum ada partikel materi gelap yang telah terpantau di laboratorium.
Energi gelap
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Energi gelap
Pengukuran pada hubungan geseran merah dengan magnitudo semu dari supernova tipe Ia mengindikasikan bahwa pengembangan alam semesta telah berakselerasi sejak alam semesta berusia setengah kali lebih muda dari sekarang. Untuk menjelaskan akselerasi ini, relativitas umum mempersyaratkan bahwa kebanyakan energi dalam alam semesta terdiri dari sebuah komponen yang bertekanan negatif, atau diistilahkan "energi gelap". Energi gelap diindikasikan oleh sederetan bukti.
Pengukuran pada latar belakang gelombang mikro kosmis mengindikasikan bahwa alam semesta hampir secara spasial rata, sehingganya menurut relativitas umum, alam semesta haruslah memiliki energi/massa yang hampir sama dengan rapatan kritisnya. Namun, rapatan alam semesta yang dihitung dari penggugusan gravitasional menunjukkan bahwa ia hanya sekitar 30% dari rapatan kritisnya.[20] Oleh karena energi gelap tidak menggugus seperti energi lainnya, energi gelap dapat menjelaskan rapatan energi yang "hilang" itu.
Tekanan negatif merupakan salah satu ciri/sifat dari energi vakum. Namun sifat persis energi gelap masih misterius. Hasil ekperimen dari WMAP pada tahun 2008 yang menggabungkan data dari radiasi latar belakang dan sumber data lainnya menunjukkan bahwa rapatan massa/energi alam semesta utamanya terdiri dari 73% energi gelap, 23% materi gelap, 4,6% materi biasa, dan kurang dari 1%-nya neutrino.[32]
Rapatan energi dalam materi menurun seiring dengan mengembangnya alam semesta, tetapi rapatan energi gelap tetap (hampir) konstan. Oleh karenanya, materi mendominasi keseluruhan energi total alam semesta pada masa lalunya. Persentase ini akan menurun pada masa depan seiring dengan semakin dominannya energi gelap.
Masa depan menurut teori Ledakan Dahsyat
Sebelum diindikasikannya energi gelap, para kosmologis umumnya mengajukan dua skenario masa depan alam semesta. Jika rapatan massa alam semesta lebih besar daripada rapatan kritisnya, maka alam semesta akan mencapai ukuran maksimum dan kemudian mulai runtuh. Alam semesta kemudian menjadi lebih padat dan lebih panas kembali, dan pada akhirnya akan mencapai Remukan Besar.[41]
Sebaliknya, apabila rapatan alam semesta sama atau lebih kecil daripada rapatan kritisnya, pengembangan alam semesta akan melambat namun tidak akan pernah berhenti. Pembentukan bintang-bintang kemudian akan berhenti karena semua gas antar bintang di setiap galaksi telah habis dikonsumsi; bintang-bintang yang ada kemudian akan terus menjalani pembakaran nuklir menjadi katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam. Dengan sangat perlahan, tumbukan antara katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam akan mengakibatkan pembentukan lubang hitam yang lebih besar. Temperatur rata-rata alam semesta akan secara asimtotis mencapai nol mutlak (Pembekuan Besar).
Selain itu, apabila proton tidak stabil, maka materi-materi barion akan menghilang dan menyisakan hanya radiasi beserta lubang hitam. Pada akhirnya pula, lubang-lubang hitam yang terbentuk akan menguap dengan memancarkan radiasi Hawking. Entropi alam semesta akan meningkat sampai dengan taraf tiada lagi bentuk energi lain bisa didapatkan dari entropi tersebut. Keadaan ini disebut sebagai kematian kalor alam semesta.
Pengamatan modern menunjukkan bahwa pengembangan alam semesta terus berakselerasi, ini berarti bahwa semakin banyak bagian alam semesta teramati sekarang akan terus melewati horizon peristiwa kita dan tidak akan pernah berkontak dengan kita lagi. Akibat akhir dari pengembangan yang terus meningkat ini tidak diketahui.
Model ΛCDM alam semesta mengandung energi gelap dalam bentuk konstanta kosmologi. Teori ini mensugestikan bahwa hanya sistem yang terikat secara gravitasional saja, misalnya galaksi, yang akan terus terikat bersama. Namun, galaksi-galaksi inipun akan mencapai kematian kalor seiring dengan mengembang dan mendinginnya alam semesta.
Penjelasan alternatif lainnya yang disebut teori energi fantom mensugestikan bahwa pada akhirnya gugusan-gugusan galaksi, bintang, planet, atom, inti atom, dan materi akan terkoyak oleh pengembangan yang terus meningkat, dan keadaan ini disebut sebagai Koyakan Besar.[59]
Fisika spekulatif melangkaui teori Ledakan Dahsyat
Konsep pengembangan alam semesta, di mana ruang (termasuk bagian tak teramati alam semesta) di wakili oleh potongan-potongan lingkaran seiring dengan berjalannya waktu.
Manakala model Ledakan Dahsyat telah cukup mapan dalam bidang kosmologi, sangat besar kemungkinannya model ini akan terus diperbaiki pada masa depan. Sampai sekarang, sangat sedikit sekali yang kita ketahui mengenai masa-masa awal sejarah alam semesta. Teorema singularitas Penrose-Hawking mempersyaratkan keberadaan singularitas pada awal kemunculan waktu. Namun, teori ini mengasumsikan bahwa teori relativitas umum berlaku, walaupun teori relativitas umum haruslah tidak berlaku sebelum alam semesta mencapai temperatur Planck. Penerapan teori gravitasi kuantum yang tepat mungkin dapat menghindari keberadaan singularitas ini.[60]
Terdapat beberapa gagasan beserta hipotesis tak teruji yang diajukan:
Model keadaan Hartle-Hawking, yang mana keseluruhan ruang waktu terbatas; Ledakan Dahsyat mewakili batasan waktu, namun tidak memerlukan keberadaan singularitas.[61]
Model kekisi Ledakang Dahsyat[62] menyatakan bahwa alam semesta pada saat Ledakan Dahsyat terdiri atas sejumlah kekisi fermion yang terbatas yang merambah domain fundamental, sehingganya ia memiliki simetri rotasional, translasional, dan tolok. Simetri ini merupakan simetri terbesar yang dimungkinkan, sehingganya memiliki entropi terendah dari keadaan manapun.
Model kosmologi membran[63] yang mengajukan bahwa inflasi terjadi diakibatkan oleh pergerakan membran-membran dalam teori dawai; model pra-Ledakan Dahsyat; model ekpirotik, yang mana Ledakan Dahsyat merupakan akibat tumbukan membran-membran; dan model siklik yang sama dengan model ekpirotik tetapi tumbukan terjadi secara berkala. Dalam model siklik, Ledakan Dahsyat didahului oleh Remukan Besar dan alam semesta terus menerus melalui siklus ini dari satu proses ke proses lainnya.[64][65][66]
Beberapa gagasan memandang Ledakan Dahsyat sebagai suatu kejadian yang terjadi di alam semesta yang lebih besar dan lebih tua dan bukanlah kebermulaan alam semesta.
Penafsiran keagamaan
Teori Ledakan Dahsyat adalah teori ilmiah, sehingganya ia tergantung pada kecocokan teori ini dengan pengamatan yang ada. Namun, sebagai suatu teori, ia mengalamatkan asal usul realitas dan alam semesta, yang pada akhirnya memiliki implikasi teologis dan filosofis akan konsep penciptaan ex nihilo.[67][68][69][70][71] Pada tahun 1920-an dan 1930-an, hampir semua kosmologis cenderung mendukung model keadaan tetap alam semesta dan beberapa kosmologis mengeluh bahwa adanya permulaan waktu dalam Ledakan Dahsyat memasukkan konsep-konsep keagamaan ke dalam ilmu fisika; keberatan ini terus disuarakan oleh para pendukung teori keadaan tetap.[72] Kecurigaan ini lebih menjadi-jadi oleh karena pengusul teori Ledakan Dahsyat, Monsignor Georges Lemaître, adalah seorang biarawan Katolik Roma.[73] Paus Pius XII pada pertemuan Pontificia Academia Scientiarum tanggal 22 November 1951 mendeklarasikan bahwa teori Ledakan Dahsyat sesuai dengan konsep penciptaan Katolik.[74]
Sejak diterimanya teori Ledakan Dahsyat sebagai paradigma kosmologi fisika yang dominan, terdapat berbagai tanggapan yang berbeda dari kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda akan implikasi teori ini terhadap doktrin penciptaan keagamaan mereka. Beberapa menerima bukti-bukti ilmiah teori Ledakan Dahsyat, yang lainnya berusaha merekonsiliasi teori ini dengan ajaran agama mereka, dan ada pula yang menolak maupun mengabaikan bukti teori ini.
Kesalahan umum
Orang sering kali salah mengartikan dentuman besar sebagai suatu ledakan yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal dentuman besar bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan alam semesta itu sendiri. Dentuman besar adalah proses pengembangan ruang-waktu. Bahkan istilah 'ledakan besar' sendiri merupakan istilah salah kaprah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bigbang
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.[7]
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Kosmologi
WMAP.jpg
Umur alam semesta
Ledakan dahsyat
Jarak tepat
Latar gelombang mikro kosmis
Energi gelap
Materi gelap
metrik FLRW
Persamaan Friedmann
Pembentukan galaksi
Hukum Hubble
Inflasi
Struktur skala besar
Model Lambda-CDM
Nukleosintesis
Pergeseran merah
Bentuk alam semesta
Garis waktu kosmologi
Garis waktu alam semesta
Takdir akhir alam semesta
Alam semesta
Topik lain
Astrofisika
Relativitas umum
Fisika partikel
Gravitasi kuantum
Daftar isi
1 Sejarah dan perkembangan teori
2 Tinjauan
2.1 Garis waktu ledakan dahsyat
3 Asumsi-asumsi dasar
3.1 Metrik FLRW
3.2 Horizon
4 Bukti pengamatan
4.1 Hukum Hubble dan pengembangan ruang
4.2 Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
4.3 Kelimpahan unsur-unsur primordial
4.4 Evolusi dan distribusi galaksi
4.5 Bukti-bukti lainnya
5 Ciri, persoalan, dan masalah
5.1 Masalah horizon
5.2 Masalah kerataan alam semesta
5.3 Monopol magnetik
5.4 Asimetri barion
5.5 Usia gugusan globular
5.6 Materi gelap
5.7 Energi gelap
6 Masa depan menurut teori Ledakan Dahsyat
7 Fisika spekulatif melangkaui teori Ledakan Dahsyat
8 Penafsiran keagamaan
9 Kesalahan umum
10 Catatan
11 Referensi
11.1 Buku
12 Bacaan lanjut
13 Pranala luar
Sejarah dan perkembangan teori
Teori ledakan dahsyat dikembangkan berdasarkan pengamatan pada stuktur alam semesta beserta pertimbangan teoritisnya. Pada tahun 1912, Vesto Slipher adalah orang yang pertama mengukur efek Doppler pada "nebula spiral" (nebula spiral merupakan istilah lama untuk galaksi spiral), dan kemudian diketahui bahwa hampir semua nebula-nebula itu menjauhi bumi. Ia tidak berpikir lebih jauh lagi mengenai implikasi fakta ini, dan sebenarnya pada saat itu, terdapat kontroversi apakah nebula-nebula ini adalah "pulau semesta" yang berada di luar galaksi Bima Sakti.[14][15]
Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann, seorang kosmologis dan matematikawan Rusia, menurunkan persamaan Friedmann dari persamaan relativitas umum Albert Einstein. Persamaan ini menunjukkan bahwa alam semesta mungkin mengembang dan berlawanan dengan model alam semesta yang statis seperti yang diadvokasikan oleh Einstein pada saat itu.[16]
Pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.[17]
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang bermula.[18]
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inci (2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur, kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble.[7][19] Lemaître telah menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.[20]
Gambaran artis mengenai satelit WMAP yang mengumpulkan berbagai data untuk membantu para ilmuwan memahami ledakan dahsyat
Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne,[21] alam semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstein dan Richard Tolman)[22] dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky.[23]
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun.[24]
Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lemaître, yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis ledakan dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN)[25] dan yang kaitkan oleh, Ralph Alpher dan Robert Herman, sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis (cosmic microwave background radiation, CMB).[26] Ironisnya, justru adalah Hoyle yang mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan Maret 1949.[27][cat 1]
Untuk sementara, dukungan para ilmuwan terbagi kepada dua teori ini. Pada akhirnya, bukti-bukti pengamatan memfavoritkan teori ledakan dahsyat. Penemuan dan konfirmasi radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964[28] mengukuhkan ledakan dahsyat sebagai teori yang terbaik dalam menjelaskan asal usul dan evolusi kosmos. Kebanyakan karya kosmologi zaman sekarang berkutat pada pemahaman bagaimana galaksi terbentuk dalam konteks ledakan dahsyat, pemahaman mengenai keadaan alam semesta pada waktu-waktu terawalnya, dan merekonsiliasi pengamatan kosmis dengan teori dasar.
Berbagai kemajuan besar dalam kosmologi ledakan dahsyat telah dibuat sejak akhir tahun 1990-an, utamanya disebabkan oleh kemajuan besar dalam teknologi teleskop dan analisis data yang berasal dari satelit-satelit seperti COBE,[29] Teleskop luar angkasa Hubble dan WMAP.[30]
Tinjauan
Garis waktu ledakan dahsyat
Ekstrapolasi pengembangan alam semesta seiring mundurnya waktu menggunakan relativitas umum menghasilkan kondisi masa jenis dan suhu alam semesta yang tak terhingga pada suatu waktu pada masa lalu.[31] Singularitas ini mensinyalkan runtuhnya keberlakuan relativitas umum pada kondisi tersebut. Sedekat mana kita dapat berekstrapolasi menuju singularitas diperdebatkan, namun tidaklah lebih awal daripada masa Planck. Fase awal yang panas dan padat itu sendiri dirujuk sebagai "the Big Bang",[cat 2] dan dianggap sebagai "kelahiran" alam semesta kita.
Didasarkan pada pengukuran pengembangan menggunakan Supernova Tipe Ia, pengukuran fluktuasi temperatur pada latar gelombang mikro kosmis, dan pengukuran fungsi korelasi galaksi, alam semesta memiliki usia 13,73 ± 0.12 miliar tahun.[32] Kecocokan hasil ketiga pengukuran independen ini dengan kuat mendukung model ΛCDM yang mendeskripsikan secara mendetail kandungan alam semesta.
Fase terawal ledakan dahsyat penuh dengan spekulasi. Model yang paling umumnya digunakan mengatakan bahwa alam semesta terisi secara homogen dan isotropis dengan rapatan energi yang sangat tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat besar, dan dengan cepat mengembang dan mendingin. Kira-kira 10−37 detik setelah pengembangan, transisi fase menyebabkan inflasi kosmis, yang sewaktu itu alam semesta mengembang secara eksponensial.[33] Setelah inflasi berhenti, alam semesta terdiri dari plasma kuark-gluon beserta partikel-partikel elementer lainnya.[34]
Temperatur pada saat itu sangat tinggi sehingganya kecepatan gerak partikel mencapai kecepatan relativitas, dan produksi pasangan segala jenis partikel terus menerus diciptakan dan dihancurkan. Sampai dengan suatu waktu, reaksi yang tak diketahui yang disebut bariogenesis melanggar kekekalan jumlah barion dan menyebabkan jumlah kuark dan lepton lebih banyak daripada antikuark dan antilepton sebesar satu per 30 juta. Ini menyebabkan dominasi materi melebihi antimateri pada alam semesta.[35]
Ukuran alam semesta terus membesar dan temperatur alam semesta terus menurun, sehingga energi tiap-tiap partikel terus menurun. Transisi fase perusakan simetri membuat gaya-gaya dasar fisika dan parameter-parameter partikel elementer berada dalam kondisi yang sama seperti sekarang.[36] Setelah kira-kira 10−11 detik, gambaran ledakan dahsyat menjadi lebih jelas oleh karena energi partikel telah menurun mencapai energi yang bisa dicapai oleh eksperimen fisika partikel.
Pada sekitar 10−6 detik, kuark dan gluon bergabung membentuk barion seperti proton dan neutron. Kuark yang sedikit lebih banyak daripada antikuark membuat barion sedikit lebih banyak daripada antibarion. Temperatur pada saat ini tidak lagi cukup tinggi untuk menghasilkan pasangan proton-antiproton, sehingga yang selanjutnya terjadi adalah pemusnahan massal, menyisakan hanya satu dari 1010 proton dan neutron terdahulu. Setelah pemusnahan ini, proton, neutron, dan elektron yang tersisa tidak lagi bergerak secara relativistik dan rapatan energi alam semesta didominasi oleh foton (dengan sebagian kecil berasal dari neutrino).
Beberapa menit semasa pengembangan, ketika temperatur sekitar satu miliar kelvin dan rapatan alam semesta sama dengan rapatan udara, neutron bergabung dengan proton dan membentuk inti atom deuterium dan helium dalam suatu proses yang dikenal sebagai nukleosintesis ledakan dahsyat.[37] Kebanyakan proton masih tidak terikat sebagai inti hidrogen. Seiring dengan mendinginnya alam semesta, rapatan energi massa rihat materi secara gravitasional mendominasi. Setelah 379.000 tahun, elektron dan inti atom bergabung menjadi atom (kebanyakan berupa hidrogen) dan radiasi materi mulai berhenti. Sisa-sisa radiasi ini yang terus bergerak melewati ruang semesta dikenal sebagai radiasi latar gelombang mikro kosmis.[38]
Medan Ultra Dalam Hubble memperlihatkan galaksi-galaksi dari zaman dahulu ketika alam semesta masih muda, lebih padat, dan lebih hangat menurut teori ledakan dahsyat.
Selama periode yang sangat panjang, daerah-daerah alam semesta yang sedikit lebih rapat mulai menarik materi-materi sekitarnya secara gravitasional, membentuk awan gas, bintang, galaksi, dan objek-objek astronomi lainnya yang terpantau sekarang. Detail proses ini bergantung pada banyaknya dan jenis materi alam semesta. Terdapat tiga jenis materi yang memungkinkan, yakni materi gelap dingin, materi gelap panas, dan materi barionik. Pengukuran terbaik yang didapatkan dari WMAP menunjukkan bahwa bentuk materi yang dominan dalam alam semesta ini adalah materi gelap dingin. Dua jenis materi lainnya hanya menduduki kurang dari 18% materi alam semesta.[32]
Bukti-bukti independen yang berasal dari supernova tipe Ia dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis menyiratkan bahwa alam semesta sekarang didominasi oleh sejenis bentuk energi misterius yang disebut sebagai energi gelap, yang tampaknya menembus semua ruang. Pengamatan ini mensugestikan bahwa 72% total rapatan energi alam semesta sekarang berbentuk energi gelap. Ketika alam semesta masih sangat muda, kemungkinan besar ia telah disusupi oleh energi gelap, namun dalam ruang yang sempit dan saling berdekatan. Pada saat itu, gravitasi mendominasi dan secara perlahan memperlambat pengembangan alam semesta. Namun, pada akhirnya, setelah beberapa miliar tahun pengembangan, energi gelap yang semakin berlimpah menyebabkan pengembangan alam semesta mulai secara perlahan semakin cepat.
Segala evolusi kosmis yang terjadi setelah periode inflasioner ini dapat secara ketat dideskripsikan dan dimodelkan oleh model ΛCDM, yang menggunakan kerangka mekanika kuantum dan relativitas umum Einstein yang independen. Sebagaimana yang telah disebutkan, tiada model yang dapat menjelaskan kejadian sebelum 10−15 detik setelah kejadian ledakan dahsyat. Teori kuantum gravitasi diperlukan untuk mengatasi batasan ini.
Asumsi-asumsi dasar
Teori ledakan dahsyat bergantung kepada dua asumsi utama: universalitas hukum fisika dan prinsip kosmologi. Prinsip kosmologi menyatakan bahwa dalam skala yang besar alam semesta bersifat homogen dan isotropis.
Kedua asumsi dasar ini awalnya dianggap sebagai postulat, namun beberapa usaha telah dilakukan untuk menguji keduanya. Sebagai contohnya, asumsi bahwa hukum fisika berlaku secara universal diuji melalui pengamatan ilmiah yang menunjukkan bahwa penyimpangan terbesar yang mungkin terjadi pada tetapan struktur halus sepanjang usia alam semesta berada dalam batasan 10−5.[39]
Apabila alam semesta tampak isotropis sebagaimana yang terpantau dari bumi, prinsip komologis dapat diturunkan dari prinsip Kopernikus yang lebih sederhana. Prinsip ini menyatakan bahwa bumi, maupun titik pengamatan manapun, bukanlah posisi pusat yang khusus ataupun penting. Sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar gelombang mikro kosmis.
Metrik FLRW
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker
Relativitas umum mendeskripsikan ruang-waktu menggunakan metrik yang menjelaskan jarak kedua titik yang terpisah satu sama lainnya. Titik ini, yang dapat berupa galaksi, bintang, ataupun objek lainnya, ditunjukkan menggunakan peta koordinat yang berada di keseluruhan ruang waktu. Prinsip kosmologis menyiratkan bahwa metrik ini haruslah homogen dan isotropis dalam skala yang besar. Satu-satunya metrik yang memenuhi persyaratan ini adalah metrik Riedmann–Lemaître–Robertson–Walker (metrik FLRW). Metrik ini mengandung faktor skala yang menentukan seberapa besar alam semesta berubah seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini memungkinkan kita untuk membuat sistem koordinat yang dapat dipilih dengan praktis, yaitu koordinat segerak (comoving coordinate).
Dalam sistem koordinat ini, kisi koordinat berekspansi bersamaan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga objek yang bergerak karena pengembangan alam semesta akan berada pada titik yang sama dalam sistem koordinat ini. Walaupun jarak koordinat (jarak segerak) kedua titik tetap konstan, jarak fisik antara dua titik akan meningkat sesuai dengan faktor skala alam semesta.[40]
Ledakan Dahsyat bukanlah kejadian penghamburan materi ke seluruh ruang semesta yang kosong. Melainkan ruang tersebut berekspansi seiring dengan waktu dan meningkatkan jarak fisik antara dua titik yang bersegerak. Karena metrik FLRW mengasumsikan distribusi massa dan energi yang merata, metrik ini hanya berlaku pada skala yang besar.
Horizon
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Horizon kosmologis
Salah satu ciri penting pada ruang waktu Ledakan Dahsyat adalah keberadaan horizon. Oleh karena alam semesta memiliki usia yang terbatas, dan cahaya bergerak dengan kecepatan yang terbatas pula, maka akan terdapat berbagai kejadian pada masa lalu yang cahayanya belum mencapai kita. Hal ini akan membatasi kita dalam mengamati objek terjauh alam semesta (horizon masa lalu). Sebaliknya, karena ruang itu sendiri berekspansi dan objek yang semakin jauh akan menjauh semakin cepat, cahaya yang dipancarkan oleh kita tidak akan pernah mencapai objek jauh tersebut. Batasan ini disebut sebagai horizon masa depan, yang membatasi kejadian-kejadian pada masa depan yang kita dapat pengaruhi.
Keberadaan dua horizon ini bergantung pada penjelasan detail model FLRW mengenai alam semesta kita. Pemahaman kita mengenai alam semesta pada waktu-waktu terawalnya menyiratkan terdapatnya horizon masa lalu, walaupun pandangan kita juga akan dibatasi oleh buramnya alam semesta pada waktu-waktu terawalnya. Oleh karena itu, kita tidak dapat memandang masa lalu lebih jauh daripada yang kita dapat pandang sekarang, walaupun horizon masa lalu akan menyusut dalam ruang. Jika pengembangan akan semesta terus berakselerasi, maka akan terdapat pula horizon masa depan..[41]
Bukti pengamatan
Terdapat beberapa bukti pengamatan langsung yang mendukung model Ledakan Dahsyat, yaitu pengembangan Hubble terpantau pada geseran merah galaksi, pengukuran mendetail pada latar belakang gelombang mikro kosmis, kelimpahan unsur-unsur ringan, dan distribusi skala besar beserta evolusi galaksi[42] yang diprediksikan terjadi karena pertumbuhan gravitasional struktur dalam teori standar. Keempat bukti ini kadang-kadang disebut "empat pilar teori Ledakan Dahsyat".[43]
Hukum Hubble dan pengembangan ruang
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum Hubble dan Pengembangan metrik ruang
Pengamatan pada galaksi dan kuasar yang jauh menunjukkan bahwa objek-objek ini mengalami pergeseran merah, yakni bahwa pancaran cahaya objek ini telah bergeser menuju panjang gelombang yang lebih panjang. Pergeseran ini dapat dilihat dengan mengambil spektrum frekuensi suatu objek dan mencocokkannya dengan pola spektroskopi garis emisi ataupun garis absorpsi atom suatu unsur kimia yang berinteraksi dengan cahaya. Pergeseran ini secara merata isotropis, dan terdistribusikan merata di kesemuaan objek terpantau di seluruh arah pantauan. Jika geseran merah ini diinterpretasikan sebagai geseran Doppler, kecepatan mundur suatu objek dapat dikalkulasi. Untuk beberapa galaksi, dimungkinkan pula perkiraan jarak menggunakan tangga jarak kosmis. Ketika kecepatan mundur dipetakan terhadap jaraknya, hubungan linear yang dikenal sebagai hukum Hubble akan terpantau:[7]
v = H0D,
dengan
v adalah kecepatan mundur suatu galaksi ataupun objek lainnya,
D adalah jarak segerak terhadap objek tersebut, dan
H0 adalah konstanta Hubble, yang nilai pengukurannya adalah 70,4 +1,3−1,4 km/s/Mpc.[32]
Hukum Hubble memiliki dua penjelasan, yaitu kita berada pada pusat pengembangan galaksi (yang tidak mungkin sesuai dengan prinsip Kopernikus), atapun alam semesta mengembang secara merata ke mana-mana. Pengembangan alam semesta ini diprediksikan dari relativitas umum oleh Alexander Friedmann pada tahun 1922[16] dan Georges Lemaître pada tahun 1927,[17] sebelum Hubble melakukan analisi beserta pengamatannya pada tahun 1929.
Teori ini mempersyaratkan bahwa hubungan v = HD berlaku sepanjang masa, dengan D adalah jarak segerak, v adalah kecepatan mundur, dan v, H, D bervariasi seiring dengan mengembangnya alam semesta (oleh karenanya kita menulis H0 untuk menandakannya sebagai "konstanta" Hubble sekarang). Untuk jarak yang lebih kecil daripada alam semesta teramati, geseran merah Hubble dapat dianggap sebagai geseran Doppler yang sesuai dengan kecepatan mundur v. Namun, geseran merah ini bukan geseran Doppler sejatinya, namun merupakan akibat dari pengembangan alam semesta antara waktu cahaya tersebut dipancarkan dengan waktu cahaya tersebut dideteksi.[44]
Bahwa alam semesta mengalami pengembangan metrik ditunjukkan oleh bukti pengamatan langsung prisip kosmologis dan prinsip Kopernikus. Pergeseran merah yang terpantau pada objek-objek yang jauh sangat isotropis dan homogen.[7] Hal ini mendukung prinsip kosmologis bahwa alam semesta tampaklah sama di keseluruhan arah pantauan. Apabila pergeseran merah yang terpantau merupakan akibat dari suatu ledakan di titik pusat yang jauh dari kita, maka pergeseran merahnya tidak akan sama di setiap arah pantauan.
Pengukuran pada efek-efek radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis terhadap dinamika sistem astrofisika yang jauh pada tahun 2000 membuktikan kebenaran prinsip Kopernikus, yakni bahwa Bumi bukanlah posisi pusat alam semesta.[45] Radiasi yang berasal dari Ledakan Dahsyat ditunjukkan cukup hangat pada masa-masa awalnya di seluruh alam semesta. Pendinginan yang merata pada latar belakang gelombang mikro kosmis selama milyaran tahun hanya dapat dijelaskan apabila alam semesta mengalami pengembangan metrik dan kita tidak berada dekat dengan pusat suatu ledakan.
Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
Citra WMAP yang menunjukkan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
Semasa beberapa hari pertama alam semesta, alam semesta berada dalam keadaan kesetimbangan termal, dengan foton secara berkesinambungan dipancarkan dan kemudian diserap. Hal ini kemudian menghasilkan radiasi spektrum benda hitam.
Seiring dengan mengembangnya alam semesta, temperatur alam semesta menurun sehingganya foton tidak lagi dapat diciptakan maupun dihancurkan. Temperatur ini masih cukup tinggi bagi elektron dan inti untuk terus berpisah tanpa terikat satu sama lainnya. Walau demikian, foton terus "dipantulkan" dari elektron-elektron bebas ini melalui suatu proses yang disebut hamburan Thompson. Oleh karena hamburan yang terjadi berulang-ulang, alam semesta pada masa-masa awalnya akan tampak buram oleh cahaya.
Ketika temperatur jatuh mencapai beberapa ribu Kelvin, elektron dan inti atom mulai bergabung membentuk atom. Proses ini disebut sebagai rekombinasi. Karena foton jarang dihamburkan dari atom netral, radiasi akan berhenti dipancarkan dari materi ketika hampir semua elektron telah berekombinasi. Proses ini terjadi 379.000 tahun setelah Ledakan Dahysat, dikenal sebagai zaman penghamburan terakhir. Foton-foton terakhir inilah yang kita pantau pada radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada masa sekarang.
Pola-pola fluktuasi radiasi latar ini merupakan gambaran langsung alam semesta pada masa-masa awalnya. Energi foton yang berasal pada zaman penghamburan terakhir akan mengalami pergeseran merah seiring dengan mengembangnya alam semesta. Spektrum yang dipancarkan oleh foton ini akan sama dengan spektrum radiasi benda hitam, namun dengan temperatur yang menurun. Hal ini mengakibatkan radiasi foton ini bergeser ke daerah gelombang mikro. Radiasi ini diperkirakan terpantau di setiap titik pantauan di alam semesta dan datang dari semua arah dengan intensitas radiasi yang (hampir) sama.
Pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson secara tidak sengaja menemukan radiasi latar belakang kosmis ketika mereka sedang melakukan pemantau diagnostik menggunakan penerima gelombang mikro yang dimiliki oleh Laboratorium Bell.[28] Penemuan mereka memberikan konfirmasi yang substansial mengenai prediksi radiasi latar bahwa radiasi ini bersifat isotropis dan konsisten dengan spektrum benda hitam pada 3 K. Penzias dan Wilson kemudian dianugerahi penghargaan Nobel atas penemuan mereka.
Spektrum latar belakang gelombang mikro kosmis yang diukur oleh intrumen FIRAS pada satelit COBE merupakan spektrum benda hitam berpresisi paling tinggi yang pernah diukur di alam.[46] Titik-titik data beserta ambang batas kesalahan pengukuran pada grafik di atas tertutup oleh kurva teoritis, menunjukkan kepresisian pengukuran yang sangat tinggi.
Pada tahun 1989, NASA meluncurkan satelit COBE (Cosmic Background Explorer - Penjelajah latar belakang kosmis). Hasil penemuan awal satelit ini yang dirilis pada tahun 1990 konsisten dengan prediksi Ledakan Dahsyat.
COBE menemukan pula temperatur sisa alam semesta sebesar 2,726 K dan pada tahun 1992 untuk pertama kalinya mendeteksi fluktuasi (anisotropi) pada radiasi latar belakang gelombang mikro dengan tingkatan sebesar satu per 105.[29] John C. Mather dan George Smoot dianugerahi Nobel atas kepemimpinan mereka dalam proyek ini. Anisotropi latar belakang gelombang mikro kosmis diinvestigasi lebih lanjut oleh sejumlah besar eksperimen yang dilakukan di darat maupun menggunakan balon. Pada tahun 2000-2001, beberapa eksperimen, utamanya BOOMERanG, menemukan bahwa alam semesta hampir secara spasial rata dengan mengukur ukuran sudut anisotropi. (Lihat bentuk alam semesta.)
Pada awal tahun 2003, hasil penemuan pertama WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Probe) dirilis, menghasilkan nilai terakurat beberapa parameter-parameter kosmologis. Wahana antariksa ini juga membantah beberapa model inflasi kosmis, namun masih konsisten dengan teori inflasi secara umumnya.[30] WMAP juga mengonfirmasi bahwa selautan neutrino kosmis merembes di keseluruhan alam semesta. Ini merupakan bukti yang jelas bahwa bintang-bintang pertama memerlukan lebih dari setengah milyar tahun untuk menciptakan kabut kosmis.
Kelimpahan unsur-unsur primordial
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nukleosintesis Ledakan Dahsyat
Menggunakan model Ledakan Dahsyat, kita dapat memperkirakan konsentrasi helium-4, helium-3, deuterium dan litium-7 yang ada di seluruh alam semesta berbanding dengan jumlah hidrogen biasa.[37] Kelimpahan kesemuaan unsur ini bergantung pada satu parameter, yakni rasio foton terhadap barion, yang nilainya dapat dihitung secara independen dari detail struktur fluktuasi latar belakang gelombang mikro kosmis. Rasio yang diprediksikan (rasio massa) adalah sekitar 0,25 untuk 4He/H, sekitar 10−3 untuk 2H/H, sekitar 10−4 untuk 3He/H dan sekitar 10−9 untuk 7Li/H.[37]
Hasil prediksi ini sesuai dengan hasil pengukuran, paling tidak untuk kelimpahan yang diprediksikan dari nilai tunggal rasio barion terhadap foton. Kesesuaian ini cukup baik untuk deuterium, namun terdapat diskrepansi yang kecil untuk 4He dan 7Li. Dalam kasus helium dan litium, terdapat ketidakpastian sistematis yang cukup besar. Walau demikian, konsistensi prediksi ini secara umumnya memberikan bukti yang kuat akan terjadinya Ledakan Dahsyat.[47]
Evolusi dan distribusi galaksi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembentukan dan evolusi galaksi
Panorama langit yang menunjukkan distribusi galaksi di luar Bimasakti.
Pengamatan mendetail terhadap morfologi dan distribusi galaksi beserta kuasar memberikan bukti yang kuat akan terjadinya Ledakan Dahsyat. Perpaduan antara pengamatan dengan teori menunjukkan bahwa galaksi-galaksi beserta kuasar-kuasar pertama terbentuk sekitar satu milyar tahun setelah Ledakan Dahysyat. Sejak itu pula, berbagai struktur astronomi lainnya yang lebih besar seperti gugusan galaksi mulai terbentuk. Populasi bintang-bintang terus berevolusi dan menua, sehingga galaksi jauh (yang pemantaunnya menunjukkan keadaan galaksi tersebut pada masa awal alam semesta) tampak sangat berbeda dari galaksi dekat. Selain itu, galaksi-galaksi yang baru saja terbentuk tampak sangat berbeda dengan galaksi-galaksi yang terbentuk sesaat setelah Ledakan Dahsyat. Pengamatan ini membantah model keadaan tetap. Pengamatan pada pembentukan bintang, distribusi kuasar dan gaklasi, sesuai dengan simulasi pembentukan alam semesta yang diakibatkan oleh Ledakan Dahysat.[48][49]
Bukti-bukti lainnya
Setelah melalui beberapa perdebatan, umur alam semesta yang diperkirakan dari pengembangan Hubble dan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis telah menunjukkan kecocokan yang sama (sedikit lebih tua) dengan usia bintang-bintang tertua alam semesta.
Prediksi bahwa temperatur radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis lebih tinggi pada masa lalunya telah didukung secara eksperimental dengan mengamati garis-garis emisi kabut gas yang sensitif terhadap temperatur pada pergeseran merah yang tinggi. Prediksi ini juga menyiratkan bahwa amplitudo dari efek Sunyaev–Zel'dovich dalam gugusan galaksi tidak tergantung secara langsung pada geseran merah.
Ciri, persoalan, dan masalah
Walaupun sekarang ini teori Ledakan Dahsyat mendapatkan dukungan yang luas dari para ilmuwan, dalam sejarahnya, berbagai persaoalan dan masalah pada teori ini pernah memicu kontroversi ilmiah mengenai model mana yang paling baik dalam menjelaskan pengamatan kosmologis yang ada. Banyak dari persoalan dan masalah teori Ledakan Dahsyat telah mendapatkan solusinya, baik melalui modifikasi pada teori itu sendiri maupun melalui pengamatan lebih lanjut yang lebih baik.
Gagasan-gagasan inti Ledakan Dahsyat yang terdiri dari pengembangan alam semesta, keadaan awal alam semesta yang panas, pembentukan helium, dan pembentukan galaksi, diturunkan dari banyak pengamatan yang tak tergantung pada model kosmologis mana pun. Walau bagaimanapun, model cermat Ledakan Dahsyat memprediksikan berbagai feomena fisika yang tak pernah terpantau di Bumi maupun terdapat pada Model Standar fisika partikel. Utamanya, materi gelap merupakan topik investigasi ilmiah yang mendapatkan perhatian yang luas.[50] Persoalan lainnya seperti masalah halo taring dan masalah galaksi katai dari materi gelap dingin tidak sefatal penjelasan materi gelap karena penyelesaian atas masalah tersebut telah ada dan hanya memerlukan perbaikan lebih lanjut pada teori Ledakan Dahsyat. Energi gelap juga merupakan topik investigasi yang menarik perhatian ilmuwan, namun tidaklah jelas apakah pendeteksian langsung energi gelap dimungkinkan atau tidak.[51]
Di sisi lain, inflasi kosmos dan bariogenesis masih sangat spekulatif. Keduanya sangat penting dalam menjelaskan keadaan awal alam semesta, namun tidak dapat digantikan dengan penjelasan alternatif lainnya tanpa mengubah teori Ledakan Dahsyat secara keseluruhan.[cat 3] Pencarian akan penjelasan yang tepat atas fenomena-fenomena tersebut menjawab pada masalah yang belum terpecahkan dalam fisika.
Masalah horizon
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masalah horizon
Masalah horizon mencuat diakibatkan oleh premis bahwa informasi tidak dapat bergerak melebihi kecepatan cahaya. Dengan usia alam semesta yang terbatas, akan terdapat horizon partikel yang memisahkan dua daerah dalam ruang alam semesta yang tidak memiliki hubungan kontak sebab akibat.[52] Isotropi radiasi latar yang terpantau menimbulkan masalah, karena apabila alam semesta telah didominasi oleh radiasi ataupun materi sepanjang waktunya di mulai dari masa penghamburan terakhir, horizon partikel pada masa itu haruslah berkoresponden sekitar 2 derajat di langit, dan tidak akan terdapat mekanisme apapun yang menyebabkan daerah lainnya yang dibatasi partikel horizon untuk memiliki temperatur yang sama.
Penyelesaian atas inkonsistensi ini dijelaskan oleh teori inflasi, yakni medan energi skalar yang isotropis dan homogen mendominasi alam semesta pada periode waktu terawalnya (sebelum bariogenesis). Semasa inflasi, alam semesta mengalami pengembangan eksponensial dan horizon partikel berkembang lebih cepat daripada yang kita asumsikan sebelumnya, sehingga daerah yang sekarang ini berada berseberangan dengan alam semesta teramati akan melangkaui partikel horizon satu sama lainnya . Isotropi radiasi latar yang terpantau kemudian akan menunjukkan bahwa daerah yang lebih luas ini pernah berada dalam hubungan kontak sebab akibat sebelum terjadinya inflasi.
Prinsip ketidakpastian Heisenberg memprediksikan bahwa semasa fase inflasi, akan terdapat fluktuasi termal kuantum. Fluktuasi ini berperan sebagai cikal bakal keseluruhan struktur alam semesta. Teori inflasi memprediksikan bahwa fluktuasi ini bersifat invariansi skala dan berdistribusi normal, sebagaimana yang dikonfirmasikan oleh pengukuran radiasi latar.
Masalah kerataan alam semesta
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masalah kerataan
Geometri keseluruhan alam semesta ditentukan oleh parameter kosmologis omega, apakah omega lebih kecil, sama dengan, ataupun lebih besar daripada satu.
Masalah kerataan alam semesta adalah masalah pengamatan yang diasosiasikan dengan metrik Friedmann–Lemaître–Robertson–Walker.[52] Alam semesta bisa saja memiliki kelengkungan spasial yang positif, negatif, maupun nol tergantung pada rapatan energinya. Kelengkungan alam semesta negatif apabila rapatan energinya lebih kecil daripada rapatan kritisnya, positif apabila lebih besar darinya, dan nol (rata) apabila sama besar dengannya. Permasalahnnya adalah bahwa rapatan energi alam semesta terus meningkat dan menjauhi nilai rapatan kritis walaupun alam semesta tetap hampir rata.[cat 4] Fakta bahwa alam semesta belum mencapai Kematian Kalor maupun Remukan Besar setelah milyaran tahun memerlukan penjelasan yang memadai, karena beberapa menit setelah Ledakan Dahsyat, massa jenis alam semesta haruslah di bawah satu per 1014 dari nilai kritisnya untuk tetap ada sampai sekarang.[53]
Penyelesaian masalah ini diselesaikan oleh teori inflasi. Semasa inflasi, ruang waktu mengembang sedemikiannya kelengkungannya dimuluskan. Sehingganya, diteorikan bahwa inflasi ini mendorong alam semesta untuk tetap hampir rata dengan rapatan alam semesta yang hampir sama dengan nilai rapatan kritisnya.
Monopol magnetik
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Monopol magnetik
Persoalan monopol magnetik dicetuskan pada akhir tahun 1970-an. Teori manunggal akbar memprediksikan kecacatan topologi ruang yang akan bermanifestasi menjadi magnetik monopol. Benda ini akan dihasilkan secara efisien pada awal alam semesta yang panas, menghasilkan kerapatan yang lebih tinggi daripada yang konsisten dengan pemantauan . Masalah ini diselesaikan pula oleh inflasi kosmos, yang menghilangkan semua titik-titik cacat dari alam semesta teramati sebagaimana ia mendorong geometri alam semesta menjadi rata.[52]
Resolusi alternatif terhadap masalah horizon, kerataan, dan monopol magnetik diberikan pula oleh hipotesis kelengkungan Weyl.[54][55]
Asimetri barion
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asimetri barion
Sampai sekarang masih belum dimengerti mengapa alam semesti memiliki jumlah materi yang lebih banyak daripada antimateri.[35] Umumnya diasumsikan bahwa ketika alam semesta masih berusia muda dan sangat panas, ia berada dalam kondisi kesetimbangan dan mengandung sejumlah barion dan antibarion yang sama besarnya. Namun, hasil pengamatan menyiratkan bahwa alam semesta, termasuk pula yang berada di tempat terjauh, hampir semuanya terdiri dari materi. Proses misterius yang dikenal sebagai "bariogenesis" menciptakan asimetri ini. Agar bariogenesis dapat terjadi, syarat-syarat kondisi Sakharov harus dipenuhi. Kondisi ini mempersyaratkan bahwa jumlah barion tidak kekal, simetri-C dan simetri-CP dilanggar, serta alam semesta menyimpang dari kesetimbangan termodinamika.[56] Semua kondisi ini terjadi dalam Model Standar, namun efeknya tidaklah cukup kuat untuk menjelaskan asimetri barion.
Usia gugusan globular
Pada pertengahan tahun 1990-an, pengamatan pada gugusan-gugusan globular menunjukkan hasil yang tampaknya tidak konsisten dengan Ledakan Dahsyat. Simulasi komputer yang cocok dengan pemantauan pada populasi gugusan globular bintang menunjukkan bahwa usia gugusan-gugusan ini sekitar 15 milyar tahun. Hal ini berkontradiksi dengan usia alam semesta yang berusia 13,7 miltar tahun. Persoalan ini umumnya diselesaikan pada akhir tahun 1990-an dengan simulasi komputer yang baru yang melibatkan efek pelepasan massa yang diakibatkan oleh angin bintang. Simulasi baru ini menunjukkan usia gugusan globular yang lebih muda.[57] Walau demikian, masih terdapat pertanyaan yang meragukan seberapa akurat usia gugusan ini diukur. Tetapi yang jelas ada bahwa objek luar angkasa ini merupakan salah satu yang tertua di alam semesta.
Materi gelap
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Materi gelap
Diagram yang menunjukkan komposisi berbagai komponen alam semesta menurut model ΛCDM – kira-kira 95% komposisi alam semesta berbentuk materi gelap dan energi gelap
Semasa tahun 1970-an dan 1980-an, berbagai pengamatan menunjukkan bahwa adanya ketidakcukupan materi terpantau dalam alam semesta yang dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan gaya gravitasi antar dan intra galaksi. Hal ini kemudian memunculkan gagasan bahwa 90% materi alam semesta berupa materi gelap yang tidak memancarkan cahaya maupun berinteraksi dengan materi barion. Selain itu, asumsi bahwa alam semesta terdiri dari materi normal akan menghasilkan prediksi yang inkonsisten dengan hasil pengmatan. Khususnya, alam semesta sekarang ini tampak lebih berbongkah-bongkah dan mengandung lebih sedikit deuterium. Hal ini tidak dapat dijelaskan tanpa keberadaa materi gelap. Manakala pada awalnya materi gelap ini cukup kontroversial, keberadaannya telah terindikasikan dalam berbagai pengamatan, meliputi anisotropi pada radiasi latar belakang gelombang mikro, dispersi kecepatan gugusan galaksi, kajian pada pelensaan gravitasi, dan pengukuran sinar-X pada gugusan galaksi.[58]
Bukti keberadaan materi gelap kebanyakan berasal dari pengaruh gravitasi materi ini terhadap materi lain. Sampai saat ini, belum ada partikel materi gelap yang telah terpantau di laboratorium.
Energi gelap
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Energi gelap
Pengukuran pada hubungan geseran merah dengan magnitudo semu dari supernova tipe Ia mengindikasikan bahwa pengembangan alam semesta telah berakselerasi sejak alam semesta berusia setengah kali lebih muda dari sekarang. Untuk menjelaskan akselerasi ini, relativitas umum mempersyaratkan bahwa kebanyakan energi dalam alam semesta terdiri dari sebuah komponen yang bertekanan negatif, atau diistilahkan "energi gelap". Energi gelap diindikasikan oleh sederetan bukti.
Pengukuran pada latar belakang gelombang mikro kosmis mengindikasikan bahwa alam semesta hampir secara spasial rata, sehingganya menurut relativitas umum, alam semesta haruslah memiliki energi/massa yang hampir sama dengan rapatan kritisnya. Namun, rapatan alam semesta yang dihitung dari penggugusan gravitasional menunjukkan bahwa ia hanya sekitar 30% dari rapatan kritisnya.[20] Oleh karena energi gelap tidak menggugus seperti energi lainnya, energi gelap dapat menjelaskan rapatan energi yang "hilang" itu.
Tekanan negatif merupakan salah satu ciri/sifat dari energi vakum. Namun sifat persis energi gelap masih misterius. Hasil ekperimen dari WMAP pada tahun 2008 yang menggabungkan data dari radiasi latar belakang dan sumber data lainnya menunjukkan bahwa rapatan massa/energi alam semesta utamanya terdiri dari 73% energi gelap, 23% materi gelap, 4,6% materi biasa, dan kurang dari 1%-nya neutrino.[32]
Rapatan energi dalam materi menurun seiring dengan mengembangnya alam semesta, tetapi rapatan energi gelap tetap (hampir) konstan. Oleh karenanya, materi mendominasi keseluruhan energi total alam semesta pada masa lalunya. Persentase ini akan menurun pada masa depan seiring dengan semakin dominannya energi gelap.
Masa depan menurut teori Ledakan Dahsyat
Sebelum diindikasikannya energi gelap, para kosmologis umumnya mengajukan dua skenario masa depan alam semesta. Jika rapatan massa alam semesta lebih besar daripada rapatan kritisnya, maka alam semesta akan mencapai ukuran maksimum dan kemudian mulai runtuh. Alam semesta kemudian menjadi lebih padat dan lebih panas kembali, dan pada akhirnya akan mencapai Remukan Besar.[41]
Sebaliknya, apabila rapatan alam semesta sama atau lebih kecil daripada rapatan kritisnya, pengembangan alam semesta akan melambat namun tidak akan pernah berhenti. Pembentukan bintang-bintang kemudian akan berhenti karena semua gas antar bintang di setiap galaksi telah habis dikonsumsi; bintang-bintang yang ada kemudian akan terus menjalani pembakaran nuklir menjadi katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam. Dengan sangat perlahan, tumbukan antara katai putih, bintang neutron, dan lubang hitam akan mengakibatkan pembentukan lubang hitam yang lebih besar. Temperatur rata-rata alam semesta akan secara asimtotis mencapai nol mutlak (Pembekuan Besar).
Selain itu, apabila proton tidak stabil, maka materi-materi barion akan menghilang dan menyisakan hanya radiasi beserta lubang hitam. Pada akhirnya pula, lubang-lubang hitam yang terbentuk akan menguap dengan memancarkan radiasi Hawking. Entropi alam semesta akan meningkat sampai dengan taraf tiada lagi bentuk energi lain bisa didapatkan dari entropi tersebut. Keadaan ini disebut sebagai kematian kalor alam semesta.
Pengamatan modern menunjukkan bahwa pengembangan alam semesta terus berakselerasi, ini berarti bahwa semakin banyak bagian alam semesta teramati sekarang akan terus melewati horizon peristiwa kita dan tidak akan pernah berkontak dengan kita lagi. Akibat akhir dari pengembangan yang terus meningkat ini tidak diketahui.
Model ΛCDM alam semesta mengandung energi gelap dalam bentuk konstanta kosmologi. Teori ini mensugestikan bahwa hanya sistem yang terikat secara gravitasional saja, misalnya galaksi, yang akan terus terikat bersama. Namun, galaksi-galaksi inipun akan mencapai kematian kalor seiring dengan mengembang dan mendinginnya alam semesta.
Penjelasan alternatif lainnya yang disebut teori energi fantom mensugestikan bahwa pada akhirnya gugusan-gugusan galaksi, bintang, planet, atom, inti atom, dan materi akan terkoyak oleh pengembangan yang terus meningkat, dan keadaan ini disebut sebagai Koyakan Besar.[59]
Fisika spekulatif melangkaui teori Ledakan Dahsyat
Konsep pengembangan alam semesta, di mana ruang (termasuk bagian tak teramati alam semesta) di wakili oleh potongan-potongan lingkaran seiring dengan berjalannya waktu.
Manakala model Ledakan Dahsyat telah cukup mapan dalam bidang kosmologi, sangat besar kemungkinannya model ini akan terus diperbaiki pada masa depan. Sampai sekarang, sangat sedikit sekali yang kita ketahui mengenai masa-masa awal sejarah alam semesta. Teorema singularitas Penrose-Hawking mempersyaratkan keberadaan singularitas pada awal kemunculan waktu. Namun, teori ini mengasumsikan bahwa teori relativitas umum berlaku, walaupun teori relativitas umum haruslah tidak berlaku sebelum alam semesta mencapai temperatur Planck. Penerapan teori gravitasi kuantum yang tepat mungkin dapat menghindari keberadaan singularitas ini.[60]
Terdapat beberapa gagasan beserta hipotesis tak teruji yang diajukan:
Model keadaan Hartle-Hawking, yang mana keseluruhan ruang waktu terbatas; Ledakan Dahsyat mewakili batasan waktu, namun tidak memerlukan keberadaan singularitas.[61]
Model kekisi Ledakang Dahsyat[62] menyatakan bahwa alam semesta pada saat Ledakan Dahsyat terdiri atas sejumlah kekisi fermion yang terbatas yang merambah domain fundamental, sehingganya ia memiliki simetri rotasional, translasional, dan tolok. Simetri ini merupakan simetri terbesar yang dimungkinkan, sehingganya memiliki entropi terendah dari keadaan manapun.
Model kosmologi membran[63] yang mengajukan bahwa inflasi terjadi diakibatkan oleh pergerakan membran-membran dalam teori dawai; model pra-Ledakan Dahsyat; model ekpirotik, yang mana Ledakan Dahsyat merupakan akibat tumbukan membran-membran; dan model siklik yang sama dengan model ekpirotik tetapi tumbukan terjadi secara berkala. Dalam model siklik, Ledakan Dahsyat didahului oleh Remukan Besar dan alam semesta terus menerus melalui siklus ini dari satu proses ke proses lainnya.[64][65][66]
Beberapa gagasan memandang Ledakan Dahsyat sebagai suatu kejadian yang terjadi di alam semesta yang lebih besar dan lebih tua dan bukanlah kebermulaan alam semesta.
Penafsiran keagamaan
Teori Ledakan Dahsyat adalah teori ilmiah, sehingganya ia tergantung pada kecocokan teori ini dengan pengamatan yang ada. Namun, sebagai suatu teori, ia mengalamatkan asal usul realitas dan alam semesta, yang pada akhirnya memiliki implikasi teologis dan filosofis akan konsep penciptaan ex nihilo.[67][68][69][70][71] Pada tahun 1920-an dan 1930-an, hampir semua kosmologis cenderung mendukung model keadaan tetap alam semesta dan beberapa kosmologis mengeluh bahwa adanya permulaan waktu dalam Ledakan Dahsyat memasukkan konsep-konsep keagamaan ke dalam ilmu fisika; keberatan ini terus disuarakan oleh para pendukung teori keadaan tetap.[72] Kecurigaan ini lebih menjadi-jadi oleh karena pengusul teori Ledakan Dahsyat, Monsignor Georges Lemaître, adalah seorang biarawan Katolik Roma.[73] Paus Pius XII pada pertemuan Pontificia Academia Scientiarum tanggal 22 November 1951 mendeklarasikan bahwa teori Ledakan Dahsyat sesuai dengan konsep penciptaan Katolik.[74]
Sejak diterimanya teori Ledakan Dahsyat sebagai paradigma kosmologi fisika yang dominan, terdapat berbagai tanggapan yang berbeda dari kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda akan implikasi teori ini terhadap doktrin penciptaan keagamaan mereka. Beberapa menerima bukti-bukti ilmiah teori Ledakan Dahsyat, yang lainnya berusaha merekonsiliasi teori ini dengan ajaran agama mereka, dan ada pula yang menolak maupun mengabaikan bukti teori ini.
Kesalahan umum
Orang sering kali salah mengartikan dentuman besar sebagai suatu ledakan yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal dentuman besar bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan alam semesta itu sendiri. Dentuman besar adalah proses pengembangan ruang-waktu. Bahkan istilah 'ledakan besar' sendiri merupakan istilah salah kaprah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bigbang
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Halaman 2 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» Hoax Raksasa dari Cardiff, Pembuktian Palsu Kitab Kejadian
» Ajaib ! Isi Kitab Kejadian Masuk Pelajaran Sains di Sekolah Kristen
» “SETIAP MUSLIM WAJIB BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SEPERTI TAURAT, ZABUR, INJIL, AL-QUR’AN DAN WAHYU ALLAH DALAM BENTUK SHUHUF”
» MENYEMBAH DALAM ROH DAN KEBENARAN | AVI 27 | Dimensi Iman Kristiani Pdt. Bigman Sirait #GRIKHOTBAH
» [india] Tu Meri Full Video | BANG BANG! | Hrithik Roshan & Katrina Kaif | Vishal Shekhar | Dance Party Song
» Ajaib ! Isi Kitab Kejadian Masuk Pelajaran Sains di Sekolah Kristen
» “SETIAP MUSLIM WAJIB BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SEPERTI TAURAT, ZABUR, INJIL, AL-QUR’AN DAN WAHYU ALLAH DALAM BENTUK SHUHUF”
» MENYEMBAH DALAM ROH DAN KEBENARAN | AVI 27 | Dimensi Iman Kristiani Pdt. Bigman Sirait #GRIKHOTBAH
» [india] Tu Meri Full Video | BANG BANG! | Hrithik Roshan & Katrina Kaif | Vishal Shekhar | Dance Party Song
Halaman 2 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik