FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

israel - palestina rebutan tanah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

israel - palestina rebutan tanah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

israel - palestina rebutan tanah

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

israel - palestina rebutan tanah Empty israel - palestina rebutan tanah

Post by asmara pancaroba Sat Jan 26, 2013 9:21 pm

Sebuah laporan dari Kantor Pusat Data dan Statistik Palestina memprediksikan, pada tahun 2010 mendatang, orang-orang Palestina akan menjadi mayoritas di seluruh tanah historis Palestina, yang meliputi wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat dan Palestina '48 (wilayah Palestina yang dirampas penjajah Israel sejak tahun 1948). Inilah yang dianggap oleh pakar demografi Palestina sebagai "Perang Demografi Sengit" yang akan dialami orang-orang Palestina dengan Yahudi di tanah suci tersebut.

Kantor Pusat Data dan Statistik Palestina dalam laporannya, yang dipublikasikan islamonline pada 2 Januari 2004 lalu, mengatakan bahwa jumlah penduduk Palestina di "wilayah historis Palestina' pada tahun 2002 mencapai 4,9 juta jiwa. Pada saat yang sama, jumlah penduduk Yahudi sekitar 5,1 juta jiwa. Di antara 4,9 juta penduduk Palestina tersebut, jelas laporan ini, sebanyak 3,7 juta jiwa tinggal di wilayah yang berada di bawah pemerintah Otoritas Palestina.

Sebanyak 2,3 juta jiwa tinggal di wilayah Tepi Barat dan sebanyak 1,4 juta jiwa tinggal di Jalur Gaza. Sementara itu jumlah penduduk Palestina yang tinggal di wilayah Palestina '48 sekitar 1,2 juta jiwa.

Laporan ini memprediksikan bahwa menjelang akhir tahun 2005 mendatang, jumlah penduduk Palestina mencapai 5,1 juta jiwa. Sementara jumlah warga Yahudi sekitar 5,3 juta orang. Sehingga, menurut laporan ini, diperkirakan jumlah keduanya akan seimbang pada tahun 2006, dalam satu tahun kemudian.

Laporan ini mengisyaratkan bahwa jumlah penduduk Palestina akan meningkat pada akhir tahun 2010 hingga mencapai 6,2 juta jiwa. Sementara jumlah warga Yahudi diperkirakan hanya sekitar 5,7 juta orang. Jumlah penduduk Palestina akan terus meningkat sehingga pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 8,2 juta orang. Sementara jumlah warga Yahudi sekitar 6,4 juta orang. Dengan begitu, jumlah penduduk Palestina akan menjadi mayoritas 56% dari seluruh jumlah penduduk "wilayah historis Palestina".

Laporan ini mengatakan bahwa informasi-informasi yang dimiliki Kantor Pusat Data dan Statistik Palestina, seputar orang-orang Palestina yang ada di Tepi Barat dan Jalur Gaza, menjelaskan bahwa prosentase jumlah orang Palestina yang berusia di bawah 15 tahun mencapai 46%. Sementara prosentase jumlah orang Palestina yang berusia 65 tahun ke atas hanya 3,1%. Laporan ini mengisyaratkan cukup tingginya prosentase usia subur di kalangan penduduk Palestina pada tahun 1999, di mana tingkat fertilitas setiap wanita Palestina rata-rata 5,9 orang (setiap 10 wanita Palestina beranak 59 orang).

Informasi-informasi yang dimiliki kantor Data dan Statistik Palestina, seputar kondisi orang-orang Palestina yang tinggal di Palestina '48 tahun 2002, juga menjelaskan bahwa prosentase orang Palestina yang berusia di bawah 15 tahun mencapai 41,5% sedangkann prosentase orang Palestina yang berusia 65 tahun ke atas hanya 3,2%. Sementara itu jumlah anggota setiap keluarga rata-rata mencapai 5,1 orang (setiap 10 keluarga terdiri dari 51 orang).

Adapun tingkat kematian penduduk Palestina di wilayah Palestina '48 pada tahun 2002, menurut laporan ini, sekitar 8,6 orang meninggal dalam setiap 1000 kelahiran. Sementara tingkat kelahiran mencapai 32,9 dalam setiap 1000 orangnya. Dalam waktu yang sama, tingkat fertilitas penduduk Palestina di wilayah Palestina '48 menunjukan bahwa setiap wanita melahirkan 4,6 anak (setiap 10 wanita Palestina melahirkan 46 anak).

Pada tahun yang sama, menurut data laporan ini, sekitar 4,8 juta orang Palestina tinggal di pengungsian di luar Palestina. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,8 juta orang tinggal di Yordania, sekitar 436 ribu orang tinggal di Suria, sekitar 415 ribu orang tingal di Lebanon, sekitar 63 ribu orang tinggal di Mesir dan sekitar 595 ribu orang tinggal di negara-negara Arab lainnya. Sementara itu sebanyak 236 ribu orang Palestina tinggal di Amerika Serikat dan ditambah sekitar 300 ribu orang tinggal di negara-negara Barat lainnya.



Perang Sengit
Dr. Yusuf Ibrahim – ahli kependudukan yang juga dosen geografi dan kependudukan di Universitas al Aqsha di Gaza – menganggap bahwa hasil-hasil yang nampak, dalam laporan yang dikeluarkan kantor pusat data dan statistik Palestina, menunjukan bahwa rakyat Palestina hidup dalam "perang demografi sengit" dengan warga Yahudi di "tanah historis Palestina" (meliputi wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat dan wilayah yang dijarah penjajah Israel sejak tahun 1948). Meskipun mereka harus tinggal dalam 3 wilayah yang saling terisolasi di Jalur Gaza, Tepi Barat dan wilayah Palestina '48.

Ibrahim menambahkan bahwa yang menjadi penyebab menurunnya jumlah pertambahan warga penjajah Israel bila dibandingkan dengan pertambahan penduduk Palestina, merujuk kepada sandaran pertambahan dari masing-masing entitas. Menurutnya, orang-orang Israel lebih mengandalkan pertambahan jumlah warganya dengan meningkatkan jumlah migrasi orang-orang Yahudi dari luar negeri. Sementara orang-orang Palestina lebih bersandar kepada pertumbuhan penduduk secara alami, yaitu lewat pertambahan anak atau kelahiran.

Tingkat pertumbuhan alami di kalangan penduduk Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza mencapai 4% sedang di wilayah Palestina '48 mencapai 1,9%; di mana tingkat kesuburan rata-rata orang-orang Palestina adalah 6 anak untuk setiap wanitanya. Sementara di kalangan Israel hanya 2 anak untuk setiap wanita Yahudi, demikian ungkap Ibrahim.

Ahli demografi Palestina ini menambahkan, "Ini memberikan informasi bahwa rakyat Palestina akan menjadi mayoritas jika masalahnya tetap berjalan secara alami tanpa ada upaya-upaya represif dan pemaksaan." Dia menjelaskan bahwa upaya-upaya pemaksaan dan represif ini bisa jadi berupa ancaman kepada orang-orang Palestina dengan menyingkirkan mereka lewat program "transfer" (pengusiran paksa) ke negara-negara tetangga seperti Mesir, Yordania dan yang lainnya, sebagaimana selama ini diserukan para tokoh dan pemimpin kelompok kanan radikal Israel. Atau bisa juga lewat pengusiran sukarela terhadap sejumlah orang-orang Palestina lewat penekanan secara ekonomi, atau dengan cara memberlakukan kontrol ketat kepada mereka lewat tembok (setan) pemisah rasial Israel, atau dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja di negara-nagera lain seperti ke Irak dan Kanada misalnya. Sementara itu dalam waktu yang bersamaan pihak Israel menambah jumlah orang-orang Yahudi dengan cara mendatangkan orang-orang Yahudi dari luar secara besar-besaran sebagaimana yang terjadi pada orang-orang Yahudi Valasha di Ethiopia.

Namun ahli Palestina ini menyangsikan, bahwa orang-orang Palestina akan mengalami lagi tragedi ancaman pengusiran secara paksa seperti yang terjadi pada tahun 1948. Dia menganggap, data-data yang dimiliki Kantor Pusat Data dan Statistik Palestina menunjukan bahwa prosentase migrasi orang-orang Palestina ke luar negeri pada periode terakhir ini bisa dibilang shifer (nol).



Minoritas Yahudi
Sementara itu di pihak Israel, menurut pakar dan ahli demografi Israel Seirgio Do Labeirgola, "Bahwa sebelum akhir dekade ini orang Yahudi akan menjadi minoritas di wilayah-wilayah yang meliputi Israel (Palestina '49), Tepi Barat dan Jalur Gaza." Dia mengisyaratkan bahwa "Penduduk Yahudi hari ini bukanlah mayoritas kecuali di wilayah kecil antara Laut Tengah dan Sungai Yordan."

Beirgola menambahkan bahwa di kalangan "penduduk Arab memiliki tingkat angka kelahiran yang tinggi sekali, sangat tinggi bila dibandingkan dengan warga Yahudi yang bertambah jumlah mereka karena terjadinya migrasi (dari luar) yang kini terus mengalami penurunan. Jika tidak terjadi tragedi pada orang Yahudi, maka tidak ada lagi indikasi yang menunjukan bahwa pandangan ini akan berubah."

Angka-angka resmi Israel menujukan bahwa jumlah pendatang baru Yahudi pada tahun 2003 merupakan angka terendah sejak tahun 1989. Bahkan mengalami penurunan 31% bila dibandingkan dengan tahun 2002, setahun sebelumnya.

Kantor Agency Yahudi – sebuah lembaga semi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap migrasi orang-orang Yahudi dari berbagai negara – mengatakan, "Bahwa paling sedikit separo dari 24 ribu imigran Yahudi berasal dari bekas Uni Soviet telah sampai di Palestina pada tahun 2003.

Sementara itu pada tahun 2002, jumlah imigran Yahudi yang sampai ke Israel mencapai 34831 orang dan setahun sebelumnya (th 2001) jumlah imigran Yahudi yang masuk Palestina sebanyak 44 ribu orang, sedangkan pada tahun 2000 jumlah imigran Yahudi yang datang ke Palestina mencapai 60 ribu orang.

Penurunan jumlah imigran Yahudi yang datang ke Palestina ini, meurut Kantor Agency Yahudi, kembali kepada beberapa faktor. Yang paling menonjol adalah hengkangnya orang-orang Yahudi Uni Soviet – yang merupakan sumber utama pensuplai jumlah orang Yahudi di Palestina – ke negara-negara Barat seperti ke Jerman dan ditambah lagi semakin memburuknya situasi keamanan di Palestina sejak meletusnya intifadhah al Aqsha Palestina pada 28 September 2000, juga keterpurukan ekonomi yang dialami Israel belakangan.



Di Balik Pembangunan Tembok Rasial
Dari data dan kenyataan itulah, tidak mengherankan kalau tembok setan rasial zionis yang dibangun Israel sehingga mencabik-cabik wilayah Palestina di Tepi Barat, disinyalir memiliki tujuan demografi. Meski secara "resmi" pihak Israel menyatakan bahwa tujuan dari pembanguan tembok pemisah rasial tersebut semata-mata untuk mencegah aksi-aksi syahid Palestina di dalam wilayah green line. Tujuan demografi tersebut berangkat dari adanya kekhawatiran dari para pejabat dan tokoh-tokoh politik Israel akan pesatnya populasi demografi penduduk Palestina di masa mendatang. Karenanya, tidak ada salahnya jika pembangunan tembok setan rasial zionis ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk mencegah orang-orang Palestina masuk wilayah Palestina '48 dan bermukim di sana. Meskipun pihaknya secara resmi telah menolak hal tersebut.

Ahli politik di Universitas Bar Elan di Tel Aviv, Etan Gilbewa, secara terang menegaskan bahwa "pembangunan tembok pemisah ini akan melindungi kami dalam waktu yang bersamaan terhadap penyusupan kaum "teroris" (maksudnya adalah aktivis perlawanan Palestina) dan dari perpindahan ilegal orang-orang Palestina" ke Palestina '48.

Menurut Jilbewa, sebagian orang-orang Palestina berusaha tinggal di Palestina '48 karena alasan ekonomi, terlebih Pendapatan Domestik Bruto di wilayah tersebut 10 kali lipat dari pendapatan di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Menurutnya, ini adalah ancaman besar bagi tabiat Yahudi. Karenanya, "bahaya ini saja telah bisa memberikan alasan yang kuat bagi pembangunan tembok rasial itu sendiri."

Berdasarkan data dari departemen luar negari Israel, sekitar 140 ribu orang Palestina telah berpindah dan tinggal di Palestina '48 dalam dua tahun 1993 dan 2002 lalu lewat jalur pernikahan. Merekapun mendapatkan kewarganegaraan Israel dan tinggal di Jerusalem. Sebagai sebuah langkah antisipasi untuk menghentikan fenomena ini pernah dilakukan berbagai upaya. Termasuk pengakuan parlemen Israel pada Juli 2003 tentang undang-undang – dan ini pernah dikecam lembaga-lembaga pembelaan hak-hak rakyat sipil – yang mencegah orang-orang Palestina mendapatkan pasangan dari mereka yang dinggal di Palestina '48 dan memiliki kewarganegaraan Israel.

Meskipun pembangunan tembok rasial ini memberikan isyarat kuat kepada upaya Israel untuk mencegah meningkatnya populasi warga Palestina di Palestina '48, namun para pejabat Israel secara resmi enggan membicarakan masalah ini. Sebagaian mereka hanya mengungkapkan bahwa tembok rasial itu tidak lebih seperti tembok yang dibangun Amerika untuk mencegah penyusupan orang Meksiko yang masuk secara ilegal ke Amerika.

Dan secara resmi, pihak Israel hanya menyatakan bahwa pembangunan tembok rasial, yang tingginya 8 – 9 meter sepanjang 730 dan sudah selesai dibangun 170 kilometer, tujuan sampai detik ini adalah karena alasan keamanan, lain tidak. Pihak Israel tetap menampik adanya tujuan politik di balik pembangunan tembok yang akan mengisolasi lebih dari 350 ribu orang Palestina di dalam wilayah Tepi Barat dan akan mencabik-cabik menjadi kantong-kantong.

Pada awalnya, pembangunan tembok ini direncanakan melintasi wilayah yang berimpitan dengan green line yang memisahkan Palestina '48 dengan Tepi Barat. Namun pada prakteknya tembok ini telah masuk ke jantung wilayah Tepi Barat dengan dalih untuk melindungi permukiman-permukiman yang ada di wilayah Tepi Barat.

Mantan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu (kini menjabat sebagai menteri keuangan), dalam ceramahnya di hadapan sebuah forum di Hertziliya dekat Tel Aviv pada Desember 2003, mengungkapkan bahwa bahaya tidak hanya mungkin terjadi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, namun di Palestina '48. Karenanya, dirinya mengajak melakukan langkah-langkah mencegah pertambahan prosentase populasi Palestina dari 20% yang ada di Palestina '48.

Pernyataan Netnyahu ini pun kontan mendapat kecaman dari para pemimpin Palestina di Palestina '48. Mereka menganggap pernyataan tersebut mengandung permusuhan dan rasialis. Karena pada realitanya orang-orang Palestina yang tinggal di Palestina '48 adalah penduduk asli bukan komunitas warga pemukim pendatang.

Menurut Syaikh Kamal Khatib, wakil ketua Gerakan Islam di Palestina '48, menegaskan bahwa pernyataan rasial semacam itu tidak hanya keluar dari mulut Netanyahu sendiri. Namun sebelumnya juga pernah keluar dari mulut Presiden Israel Moshe Katzav bahkan dari mulut Ariel Sharon dan tokoh-tokoh zionis Israel lainnya yang berhaluan kanan radikal. (warsito/COMES)

avatar
asmara pancaroba
KOPRAL
KOPRAL

Male
Posts : 36
Kepercayaan : Islam
Location : kota I
Join date : 16.01.13
Reputation : 13

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik