Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Halaman 1 dari 1 • Share
Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Tujuan langsung dari meditasi adalah untuk melatih pikiran dan menggunakannya secara efektif dan efisien dalam kehidupan sehari-hari.[1] Tampaknya apa yang dikatakan Sri Dhammananda tersebut bagus, benar dan mulia. Dalam pandangan Buddhis, meditasi ini bagian dari pokok agama, ada dalam tiga kesatuan yang tidak terpisahkan, yaitu Sila, Samadhi dan Panna. Meditasi adalah samadhi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “melatih pikiran” bukan sekedar tujuan dari meditasi, melainkan tujuan dari agama itu sendiri. hal ini diperkuat dengan perkataan Sri Dhammananda dalam tulisan selanjutnya,”Tujuan akhir dari meditasi adalah untuk terbebas dari roda samsara-siklus kelahiran dan kematian.[2]” Terbebas dari roda samsara ini merupakan pencapaian Nibbana. Dan kita tahu bahwa seluruh peribadatan dalam Agama Buddha ditujukan untuk merealisasikan Nibbana ini.
Hancurnya kekotoran batin merupakan syarat pencapaian kebebasan. Tapi bagaimana batin seseorang bisa terbebas dari kotoran batin, apabila dia sombong dan berbohong? Umat Buddhis sepakat bahwa sombong dan bohong adalah termasuk kepada Kamma Kussala (perbuatan buruk) yang menodai kesucian, dan tidaklah mungkin seseorang akan dapat mencapai Nibbana selama masih ada Kamma Kussala di dalam dirinya. Dan saat orang itu diseru kepada Islam dengan ayat-ayat Allah dia sombong dan bahkan memperolok-olok Tuhan dan ajaran para NabiNya. Setelah terbukanya kebenaran ayat-ayat Tuhan kepada dia, dia enggan mengakuinya. Dengan demikian dia berdusta pada dirinya sendiri. lalu bagaimana dia akan dapat merealisasi Nibbana dalam keadaan sombong dan berdusta seperti itu?
Artikel Terkait:
tuduhan sesat menyesatkan dalam komunitas buddhis
Keterangan:
1. Sri Dhammananda, Meditasi, Hal. 31
2. Sri Dhammananda, Meditasi, Hal. 31
http://medialogika.org/diskusi-umum/mustahil-merealisasi-nibbana-dalam-keadaan-sombong-dan-berbohong/
Hancurnya kekotoran batin merupakan syarat pencapaian kebebasan. Tapi bagaimana batin seseorang bisa terbebas dari kotoran batin, apabila dia sombong dan berbohong? Umat Buddhis sepakat bahwa sombong dan bohong adalah termasuk kepada Kamma Kussala (perbuatan buruk) yang menodai kesucian, dan tidaklah mungkin seseorang akan dapat mencapai Nibbana selama masih ada Kamma Kussala di dalam dirinya. Dan saat orang itu diseru kepada Islam dengan ayat-ayat Allah dia sombong dan bahkan memperolok-olok Tuhan dan ajaran para NabiNya. Setelah terbukanya kebenaran ayat-ayat Tuhan kepada dia, dia enggan mengakuinya. Dengan demikian dia berdusta pada dirinya sendiri. lalu bagaimana dia akan dapat merealisasi Nibbana dalam keadaan sombong dan berdusta seperti itu?
Artikel Terkait:
tuduhan sesat menyesatkan dalam komunitas buddhis
Keterangan:
1. Sri Dhammananda, Meditasi, Hal. 31
2. Sri Dhammananda, Meditasi, Hal. 31
http://medialogika.org/diskusi-umum/mustahil-merealisasi-nibbana-dalam-keadaan-sombong-dan-berbohong/
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Hallo, topik ini sepi ya.
Saya menanggapi ya,
Ya iyalah Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong.
Semoga semua damai dan bahagia
Saya menanggapi ya,
Ya iyalah Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong.
Semoga semua damai dan bahagia
minu- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 5
Kepercayaan : Budha
Location : Jakarta
Join date : 07.05.13
Reputation : 1
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
halo lagi bung minu. kemarin Anda penasaran soal Kang Asep yang suka disebut2kan disini. Apakah Anda sudah mengunjungi Kang Asep di situs miliknya, www.medialogika.com ?
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Dan saat orang itu diseru kepada Islam dengan ayat-ayat Allah dia sombong dan bahkan memperolok-olok Tuhan dan ajaran para NabiNya
Jadi yg menilai sombong dan berbohong itu orang lain (penganut lain) kan? Pake ayat-ayat Islam pula...apa yg km anggap "sombong" dan "berbohong" di agamamu, belum tentu demikian di agama lain (kecuali "sombong" dan "berbohong" yang hakiki yg masing2 artinya tinggi hati dan mengucapkan dusta)...Dan apa yg kamu anggap "tidak sombong" dan "tidak berbohong" belum tentu murni "tidak" di agama lain...
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Emiliana sekarang enak diskusinya sekarang tanpa diganggu gugat dimari
http://www.laskarislam.com/t6222-obrolan-abu-hanan-dan-emiliana-tentang-sidharta-gautama-available-untuk-semua-member
http://www.laskarislam.com/t6222-obrolan-abu-hanan-dan-emiliana-tentang-sidharta-gautama-available-untuk-semua-member
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
test, apakah masuk?
minu- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 5
Kepercayaan : Budha
Location : Jakarta
Join date : 07.05.13
Reputation : 1
Re: Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong
Maaf izinkan saya menulis , dengan pengetahuan buddhis yang sedikit ini.
Sebenarnya di Buddhis tidak diwajibkan harus percaya, termasuk pada Buddha juga, apalagi harus percaya nibbana, tapi di ajaran Buddha diberikan petunjuk jalan untuk mencapai Buddha, Buddha adalah nama gelar, misalnya gelar professor (hanya misalnya) atau jalan mencapai nibbana, pembuktian untuk nibbana yaitu bila telah mencapainya barulah mereka membuktikan sendiri.
Nibbana disebut sebagai tujuan tertinggi, jadi untuk mencapai itu diperlukan latihan2 yang terus menerus, karena paling tidak bila tidak mencapai Nibbana, apabila kita berlatih terus, minimal kita memupuk karma (perbuatan) baik sehingga bila meninggal dunia dapat terlahir dengan kondisi lebih baik, misalnya ke alam surga.
Seperti kita percaya adanya surga, padahal belum kita capai surga itu, tetapi kita yakin surga ada.
Di Buddhis juga tidak harus percaya ada surga, walau tertulis di kitab suci, tetapi dengan melatih diri
sedemikian rupa dengan bersungguh-sungguh dan ketulusan hati yaitu untuk selalu berkata jujur, baik , selalu mengembangkan perbuatan baik, berpikiran baik , meditasi dengan cara benar dll sesuai dengan ajaran Buddha yaitu jalan utama beruas delapan, ada kemungkinan dia memperoleh penglihatan , karena tergantung pula karmanya, atau istilahnya pahalanya apakah sudah matang, penglihatan istilah di Buddhis mata dewa, sehingga dia bisa melihat alam2 lainnya., sebelumnya memang tidak perlu harus percaya, bila telah dibuktikan barulah silahkan percaya , tapi yah monggo kalo mau percaya sebelum ada pembuktian, karena sudah tertulis di kitab suci, sebab itu hak masing-masing orang sesuai keyakinannya. Khusus pencapaian tingkat kesucian, di Buddhis tidak dapat dibuktikan oleh seseorang yang belum setara pencapaiannya, misalnya orang itu telah mencapai Arahat (kesucian tertinggi di agama Buddha), tidak ada seorangpun yang dapat menilai dengan pasti bahwa orang itu telah mencapai arahat, hanya orang yang telah mencapai tingkat arahat atau Buddha barulah dia bisa menilai seseorang yang lain apakah sudah mencapai arahat. Dan seorang arahat tidak akan bilang2, ini saya sudah mencapai arahat lho, kalo masih bilang2 kemungkinan itu arahat palsu. Jadi : Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong.
Terima kasih sudah diizinkan berbagi di forum ini.
Sebenarnya di Buddhis tidak diwajibkan harus percaya, termasuk pada Buddha juga, apalagi harus percaya nibbana, tapi di ajaran Buddha diberikan petunjuk jalan untuk mencapai Buddha, Buddha adalah nama gelar, misalnya gelar professor (hanya misalnya) atau jalan mencapai nibbana, pembuktian untuk nibbana yaitu bila telah mencapainya barulah mereka membuktikan sendiri.
Nibbana disebut sebagai tujuan tertinggi, jadi untuk mencapai itu diperlukan latihan2 yang terus menerus, karena paling tidak bila tidak mencapai Nibbana, apabila kita berlatih terus, minimal kita memupuk karma (perbuatan) baik sehingga bila meninggal dunia dapat terlahir dengan kondisi lebih baik, misalnya ke alam surga.
Seperti kita percaya adanya surga, padahal belum kita capai surga itu, tetapi kita yakin surga ada.
Di Buddhis juga tidak harus percaya ada surga, walau tertulis di kitab suci, tetapi dengan melatih diri
sedemikian rupa dengan bersungguh-sungguh dan ketulusan hati yaitu untuk selalu berkata jujur, baik , selalu mengembangkan perbuatan baik, berpikiran baik , meditasi dengan cara benar dll sesuai dengan ajaran Buddha yaitu jalan utama beruas delapan, ada kemungkinan dia memperoleh penglihatan , karena tergantung pula karmanya, atau istilahnya pahalanya apakah sudah matang, penglihatan istilah di Buddhis mata dewa, sehingga dia bisa melihat alam2 lainnya., sebelumnya memang tidak perlu harus percaya, bila telah dibuktikan barulah silahkan percaya , tapi yah monggo kalo mau percaya sebelum ada pembuktian, karena sudah tertulis di kitab suci, sebab itu hak masing-masing orang sesuai keyakinannya. Khusus pencapaian tingkat kesucian, di Buddhis tidak dapat dibuktikan oleh seseorang yang belum setara pencapaiannya, misalnya orang itu telah mencapai Arahat (kesucian tertinggi di agama Buddha), tidak ada seorangpun yang dapat menilai dengan pasti bahwa orang itu telah mencapai arahat, hanya orang yang telah mencapai tingkat arahat atau Buddha barulah dia bisa menilai seseorang yang lain apakah sudah mencapai arahat. Dan seorang arahat tidak akan bilang2, ini saya sudah mencapai arahat lho, kalo masih bilang2 kemungkinan itu arahat palsu. Jadi : Mustahil Merealisasi Nibbana dalam Keadaan Sombong dan Berbohong.
Terima kasih sudah diizinkan berbagi di forum ini.
minu- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 5
Kepercayaan : Budha
Location : Jakarta
Join date : 07.05.13
Reputation : 1
Similar topics
» tentang orang-orang yang sedang dalam keadaan miskin atau yang dalam keadaan yang tergolong kurang mampu dan hal-hal yang terkait dengan itu
» untuk negara-negara yang dalam keadaan atau dalam masa perang
» Cara Menghilangkan Sifat Sombong Dalam Diri Seorang Muslim
» Berpuasa dalam keadaan berjunub
» Nibbana,penjelasan gimana?
» untuk negara-negara yang dalam keadaan atau dalam masa perang
» Cara Menghilangkan Sifat Sombong Dalam Diri Seorang Muslim
» Berpuasa dalam keadaan berjunub
» Nibbana,penjelasan gimana?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik