kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
Halaman 1 dari 1 • Share
kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
SUMBER: http://aswaja.webnode.com
Tujuan kami mengutip kesalahan-kesalahan Syeikh Al-Albani ini bukan untuk memecah belah antara muslimin tapi tidak lain adalah untuk lebih meyakinkan para pembaca bahwa Syeikh ini sendiri masih banyak kesalahan dan belum yakin serta masih belum banyak mengetahui mengenai hadits karena masih banyak kontradiksi yang beliau kutip didalam buku-bukunya. Dengan demikian hadits atau riwayat yang dilemahkan, dipalsukan dan sebagainya oleh Syeikh ini serta pengikut-pengikutnya tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, harus diteliti dan diperiksa lagi oleh ulama madzhab lainnya.
Contoh-contoh kesalahan Syeikh Albani ini yaitu umpamanya disatu halaman atau bukunya mengatakan hadits ..Lemah tapi dihalaman atau dibuku lainnya mengatakan hadits (yang sama itu) ….Shohih atau Hasan. Begitu juga beliau disatu buku atau halaman mengatakan bahwa perawi…. adalah tidak Bisa Dipercaya banyak membuat kesalahan dan sebagainya, tapi dibuku atau halaman lainnya beliau mengatakan bahwa perawi (yang sama ini) Dapat Dipercaya dan Baik. Begitu juga beliau disatu halaman atau bukunya memuji-muji perawi…atau ulama…tapi dibuku atau halaman lainnya beliau ini mencela perawi atau ulama (yang sama tersebut). Juga diantara ulama-ulama pengeritik Al-Albani ini ada yang berkata; Kontradiksi tentang hadits Nabi saw. itu atau perubahan pendapat terdapat juga pada empat ulama pakar yang terkenal (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hanbali) atau ulama lainnya!
Perubahan pendapat para ulama ini biasanya yang berkaitan dengan pendapat atau ijtihadnya sendiri. Misalnya; Disalah satu kitab mereka membolehkan suatu masalah sedangkan pada kitabnya yang lain memakruhkan atau mengharamkan masalah yang sama ini atau sebaliknya. Perubahan pendapat ulama ini kebanyakan tidak ada sangkut pautnya dengan hadits yang mereka kemukakan sebelum dan sesudahnya, tapi kebanyakan yang bersangkutan dengan pendapat atau ijtihadnya sendiri waktu mengartikan hadits yang bersangkutan tersebut. Dan seandainya diketemukan adanya kontradiksi mengenai hadits yang disebutkan ulama ini pada kitabnya yang satu dengan kitabnya yang lain, maka kontradiksi ini tidak akan kita dapati lebih dari 10 hadits. Jadi bukan ratusan yang diketemukan.
Tapi yang lebih aneh lagi ulama golongan Salafi (baca:Wahabi) tetap mempunyai keyakinan tidak ada kontradiksi atau kesalahan dalam hadits yang dikemukakan oleh al-AlBani tersebut tapi lebih merupakan ralat, koreksi atau rujukan. Sebagaimana alasan yang mereka ungkapkan sebagai berikut; umpama al-Albani menetapkan dalam kitabnya suatu hadits kemudian dalam kitab beliau lainnya menyalahi dengan kitab yang pertama ini bisa dikatakan bahwa dia meralat atau merujuk hal tersebut! Alasan ini baik oleh ulama maupun awam (bukan ulama) tidak bisa diterima baik secara aqli (akal) maupun naqli (menurut nash). Seorang yang dijuluki ulama pakar oleh sekte Wahabi dan sebagai Imam Muhadditsin karena ilmu haditsnya seperti samudra yang tidak bertepian, seharusnya sebelum menulis satu hadits, beliau harus tahu dan meneliti lebih dalam apakah hadits yang akan ditulis tersebut shohih atau lemah, terputus dan sebagainya. Sehingga tidak memerlukan ralatan yang begitu banyak lagi pada kitabnya yang lain. Apalagi ralatan tersebut –yang diketemukan para ulama– bukan puluhan tapi ratusan! Sebenarnya yang bisa dianggap sebagai ralatan yaitu bila sipenulis menyatakan dibukunya sebagai berikut; hadits ..…yang saya sebutkan pada kitab .… sebenarnya bukan sebagai hadits …..(dhoif, maudhu’ dan sebagainya) tapi sebagai hadits…… ( shohih dan sebagainya). Dalam kata-kata semacam ini jelas si penulis telah mengakui kesalahannya serta meralat pada kitabnya yang lain. Selama hal tersebut tidak dilakukan maka ini berarti bukan ralatan atau rujukan tapi kesalahan dan kekurang telitian si penulis.
Golongan Salafi/Wahabi ini bukan hanya tidak mau menerima keritikan ulama-ulama yang tidak sependapat dengan ulama mereka, malah justru sebaliknya mengecam pribadi ulama-ulama yang mengeritik ini sebagai orang yang bodoh, golongan zindik, tidak mengerti bahasa Arab, dan lain sebagainya. Mereka juga menulis hadits-hadits Nabi saw. dan wejangan ulama-ulamanya –untuk menjawab kritikan ini– tetapi sebagian isinya tidak ada sangkut pautnya dengan kritikan yang diajukan oleh para ulama madzhab selain madzhab Salafi (baca:Wahabi)!! Alangkah baiknya kalau golongan Salafi ini tidak mencela siapa/ bagaimana pribadi ulama pengeritik itu, tapi mereka langsung membahas atau menjawab satu persatu dengan dalil yang aqli dan naqli masalah yang dikritik tersebut. Sehingga bila jawabannya itu benar maka sudah pasti ulama-ulama pengeritik ini dan para pembaca akan menerima jawaban golongan Wahabi dengan baik. Ini tidak lain karena keegoisan dan kefanatikan pada ulamanya sendiri sehingga mereka tidak mau terima semua keritikan-keritikan tersebut, dan mereka berusaha dengan jalan apa pun untuk membenarkan riwayat-riwayat atau nash baik yang dikutip oleh al-Albani maupun ulama mereka lainnya. Sayang sekali golongan Salafi ini merasa dirinya yang paling pandai memahami ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasulallah saw., paling suci, dan merasa satu-satunya golongan yang memurnikan agama Islam dan sebagainya. Dengan demikian mudah mensesatkan, mensyirikkan sesama muslimin yang tidak sepaham dengan pendapatnya.
Mari kita sekarang meneliti sebagian pilihan/seleksi isi buku Syeikh Saqqaf tentang kesalahan-kesalahan al-Albani yang kami kutip bahasa Inggrisnya dan kami terjemahkan serta susun semampunya dari versi bahasa Inggris dengan judul ‘Al-Albani’s Weakening of Some of Imam Bukhari and Muslim’s Ahadit. Kitab asli bahasa Arabnya berjudul ‘Tanaqadat al-Albani al-Wadihat’ (Kontradiksi yang nyata/ jelas pada Al-Albani) oleh Syeikh Saqqaf, Amman, Jordania.
AL-ALBANI’S WEAKENING OF SOME OF IMAM BUKHARI AND MUSLIM’S AHADITH.
Al-Albani melemahkan beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Al-Albani has said in “Sharh al-Aqeedah at-Tahaweeah, pg. 27-28″ (8th edition, Maktab al-Islami) by Shaykh Ibn Abi al-Izz al-Hanafi (Rahimahullah), that any Hadith coming from the Shohih collections of al-Bukhari and Muslim is Shohih, not because they were narrated by Bukhari and Muslim, but because the Ahadith are in fact correct. But he clearly contradicts himself, since he has weakened Ahadith from Bukhari and Muslim himself! Now let us consider this information in the light of elaboration :-
Syekh Al-Albani telah berkata didalam Syarh Al-Aqidah at-Tahaweeah hal.27-28 cet.ke 8 Maktab Al-Islami oleh Sjeik Ibn Abi Al-Izz Al-Hanafi (Rahimahullah). “Hadits-hadits shohih yang dikumpulkan oleh Bukhori dan Muslim bukan karena diriwayatkan oleh mereka tapi karena hadits-hadits tersebut sendiri shohih”. !
Tetapi dia (Albani) telah nyata berlawanan dengan omongannya sendiri karena pernah melemahkan hadits dari dua syeikh tersebut. Mari kita lihat beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim yang dilemahkan oleh Syekh al-Albani keterangan berikut ini :
Selected translations from volume 1.
Terjemahan-terjemahan yang terpilih dari jilid (volume) 1.
No.1: (*Pg. 10 no. 1 ) Hadith: The Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) said: “Allah says I will be an opponent to 3 persons on the day of resurrection: (a) One who makes a covenant in my Name but he proves treacherous, (b) One who sells a free person (as a slave) and eats the price (c) And one who employs a laborer and gets the full work done by him, but doesn’t pay him his wages.” [Bukhari no 2114-Arabic version, or see the English version 3/430 pg 236]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Z iyadatuh, 4/111 no. 4054″. Little does he know that this Hadith has been narrated by Ahmad and Bukhari from Abu Hurayra (Allah be pleased with him)!!
No.1: (Hal. 10 nr.1) Sabda Rasulallah saw. bahwa Allah swt.berfirman: Aku musuh dari 3 orang pada hari kebangkitan ; a) Orang yang mengadakan perjanjian atas NamaKu, tetapi dia sendiri melakukan pengkhianatan atasnya b) Orang yang menjual orang yang merdeka sebagai budak dan makan harta hasil penjualan tersebut c) orang yang mengambil buruh untuk dikerjakan dan bekerja penuh untuk dia, tapi dia tidak mau membayar gajihnya. (Bukhori no.2114 dalam versi bahasa Arab atau dalam versi bahasa Inggris 3/430 hal. 236). Al-Albani berkata dalam Dhaif Al-jami wa Ziyadatuh 4/111 nr. 4054. bahwa hadits ini lemah. Dia (Al-Albani) memahami hanya sedikit tentang hadits, hadits diatas ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhori dari Abu Hurairah ra.
No.2: (*Pg. 10 no. 2 ) Hadith: “Sacrifice only a grown up cow unless it is difficult for you, in which case sacrifice a ram.” [Muslim no. 1963-Arabic edition, or see the English version 3/4836 pg. 1086]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 6/64 no. 6222.” Although this Hadith has been narrated by Imam’s Ahmad, Muslim, Abu Dawood, Nisai and Ibn Majah from Jaabir (Allah be pleased with him)!!
No.2: (Hal. 10 nr.2) Hadits : “Korbanlah satu sapi muda kecuali kalau itu sukar buatmu maka korbanlah satu domba jantan” ( Muslim nr.1963 dalam versi bahasa Arab yang versi bahasa Inggris 3/4836 hal.1086). Al-Albani berkata Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 6/64 nr. 6222 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Jabir ra.
No.3: (*Pg. 10 no. 3 ) Hadith: “Amongst the worst people in Allah’s sight on the Day of Judgement will be the man who makes love to his wife and she to him, and he divulges her secret.” [Muslim no. 1437- Arabic edition]. Al-Albani claims that this Hadith is DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 no. 2005.” Although it has been narrated by Muslim from Abi Sayyed (Allah be pleased with him)!!
No.3: (Hal.10 nr.3) Hadits: ‘Termasuk orang yang paling buruk dan Allah swt. akan mengadilinya pada hari pembalasan yaitu suami yang berhubung- an dengan isterinya dan isteri berhubungan dengan suaminya dan dia menceriterakan rahasia isterinya (pada orang lain) ‘ (Muslim nr.1437 penerbitan dalam bahasa Arab). Al-Albani menyatakan dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 nr. 2005 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sayyed ra.
No.4: (*Pg. 10 no. 4 ) Hadith: “If someone woke up at night (for prayers) let him begin his prayers with 2 light rak’ats.” [Muslim no. 768]. Al-Albani stated that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 1/213 no. 718.” Although it is narrated by Muslim and Ahmad from Abu Hurayra (may Allah be pleased with him)!!
No.4: (Hal.10 nr.4) Hadits: “Bila seorang bangun malam (untuk sholat), maka mulailah sholat dengan 2 raka’at ringan” (Muslim nr. 768). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 1/213 nr. 718 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah.
No.5: (*Pg. 11 no. 5 ) Hadith: “You will rise with shining foreheads and shining hands and feet on the Day of Judgement by completing Wudhu properly. . . . . . . .” [Muslim no. 246]. Al-Albani claims it is DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 no. 1425.” Although it has been narrated by Muslim from Abu Hurayra (Allah be pleased with him)!!
No.5: (Hal.11 nr. 5) Hadits: ‘Engkau akan naik keatas dihari kiamat dengan cahaya dimuka, cahaya ditangan dan kaki dari bekas wudu’ yang sempurna’ (Muslim nr 246). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 nr. 1425 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah.
No.6: (*Pg. 11 no. 6 ) Hadith: “The greatest trust in the sight of Allah on the Day of Judgement is the man who doesn’t divulge the secrets between him and his wife.” [Muslim no's 124 and 1437] Al-Albani claims it is DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 no. 1986.” Although it has been narrated by Muslim, Ahmad and Abu Dawood from Abi Sayyed (Allah be pleased with him)!!
No.6: (Hal.11 nr. 6) Hadits: ‘orang yang dimuliakan disisi Allah pada hari pembalasan (kiamat) ialah yang tidak membuka rahasia antara dia dan isterinya’. (Muslim nr.124 dan 1437). Al-Albani dalam Dhaeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 nr. 1986 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Abu Daud dari Abi Sayyed.
No.7: (*Pg. 11 no. 7 )Hadith: “If anyone READS the last ten verses of Surah al-Kahf he will be saved from the mischief of the Dajjal.” [Muslim no. 809]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 no. 5772.”
NB- The word used by Muslim is MEMORIZED and not READ as al-Albani claimed; what an awful mistake! This Hadith has been narrated by Muslim, Ahmad and Nisai from Abi Darda (Allah be pleased with him)!! (Also recorded by Imam Nawawi in “Riyadh us-Saliheen, 2/1021″ of the English ed’n).
No.7: (Hal.11 nr.7) Hadits: ‘Siapa yang membaca 10 surah terakhir dari Surah Al-Kahfi, akan dilindungi dari kejahatan Dajjal ‘ (Muslim nr. 809). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 nr. 5772 menyatakan hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Nasa’i dari Abi Darda ra. juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Riyadhos Sholihin 2/1021 dalam versi Inggris).
NotaBene: Didalam riwayat Muslim disebut Menghafal (10 surat terakhir Al-Kahfi) bukan Membaca sebagaimana yang dinyatakan Al-Albani, ini adalah kesalahan yang nyata !
No.8: (*Pg. 11 no. 8 ) Hadith: “The Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) had a horse called al-Laheef.” [Bukhari, see Fath al-Bari of Hafiz Ibn Hajar 6/58 no. 2855]. But Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 4/208 no. 4489.” Although it has been narrated by Bukhari from Sahl ibn Sa’ad (Allah be pleased with him)!!! Shaykh Saqqaf said: “This is only anger from anguish, little from a lot and if it wasn’t for the fear of lengthening and boring the reader, I would have mentioned many other examples from al-Albani’s books whilst reading them. Imagine what I would have found if I had traced everything he wrote?”
AL-ALBANI’S INADEQUACY IN RESEARCH (* Vol. 1 pg. 20) Shaykh Saqqaf said: “The strange and amazing thing is that Shaykh l-Albani misquoted many great Hadith scholars and disregards them by his lack of knowledge, either directly or indirectly! He crowns himself as an unbeatable source and even tries to imitate the great scholars by using such terms like “Lam aqif ala sanadih”, which means “I could not find the chain of narration”, or using similar phrases! He also accuses some of the best memorizers of Hadith for lack of attention, even though he is the one best described by that!”
No. 8 (Hal.11 nr. 8) Hadits: Rasulallah saw. mempunyai seekor kuda bernama Al Laheef’’ (Bukhori, lihat Fath Al-Bari oleh Hafiz ibn Hajar 6/58 nr.2855). Tapi Al-Albani dalam “Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 4/208 nr. 4489 berkata bahwa hadits ini lemah. Walaupun diriwayatkan oleh Bukhori dari Sahl Ibn Sa’ad ra.
Syeikh Segaf berkata : Ini hanya marah dari sakit hati ! Kalau tidak karena takut terlalu panjang dan pembaca menjadi bosan karenanya saya akan sebutkan banyak contoh-contoh dari buku-buku Al-Albani …………..)
AL-ALBANI TIDAK SESUAI DALAM PENYELIDIKANNYA (jilid 1 hal.20)
Syeikh Seggaf berkata: ‘ Sangat heran dan mengejutkan, bahwa Syeikh Al-Albani menyalahkan dan menolak hadits-hadits yang banyak diketengahkan oleh ulama-ulama pakar ahli hadits baik secara langsung atau tidak secara langsung, tidak lain semuanya ini karena kedangkalan ilmu Al-Albani ! . Dia mendudukkan dirinya sebagai sumber yang tidak pernah dikalahkan. Dia sering meniru kata-kata para ulama pakar (dalam menyelidiki suatu hadits) ‘Lam aqif ala sanadih’ artinya ‘ Saya tidak menemukan rantaian sanadnya’ atau dengan kata-kata yang serupa. Dia juga menyalahkan beberapa ulama pakar penghafal Hadits yang terbaik untuk kurang perhatian, karena dia sendiri merasa sebagai penulis yang paling baik.
Now for some examples to prove our point:
Beberapa contoh-contoh bukti yang dimaksud berikut ini :
No.9: (* Pg. 20 no. 1 ) Al-Albani said in “Irwa al-Ghalil, 6/251 no. 1847″ (in connection to a narration from Ali): “I could not find the sanad.” Shaykh Saqqaf said: “Ridiculous! If this al-Albani was any scholar of Islam, then he would have known that this Hadith can be found in “Sunan al-Bayhaqi, 7/121″ :- Narrated by Abu Sayyed ibn Abi Amarah, who said that Abu al-Abbas Muhammad ibn Yaqoob who said to us that Ahmad ibn Abdal Hamid said that Abu Usama from Sufyan from Salma ibn Kahil from Mu’awiya ibn Soayd who said, ‘I found this in my fathers book from Ali (Allah be pleased with him).’”
No.9: (Hal. 20 nr.1) Al-Albani dalam “Irwa Al-Ghalil, 6/251 nr. 1847″ berkata: (riwayat dari Ali): ‘ Saya tidak menemukan sanadnya”.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Menggelikan! Bila Al-Albani ini orang yang terpelajar dalam Islam maka dia akan tahu bahwa hadits ini ada dalam Sunan Al-Baihaqi 7/121 diriwayatkan dari Abi Sayyed ibn Abi Amarah yang katanya bahwa Abu Al-Abbas Muhammad ibn Yaqub berkata pada kami bahwa Ahmad ibn Abdal Hamid berkata, bahwa Abu Usama dari Sufyan dari Salma ibn Kahil dari Mu’awiyah ibn Soayd berkata, Saya menemukan ini dalam buku ayah saya dari Ali kw.
No.10: (* Pg. 21 no. 2 ) Al-Albani said in ‘Irwa al-Ghalil, 3/283′: Hadith of Ibn Umar ‘Kisses are usury,’ I could not find the sanad.” Shaykh Saqqaf said: “This is outrageously wrong for surely this is mentioned in ‘Fatawa al-Shaykh ibn Taymiyya al-Misriyah (3/295)’: ‘Harb said Obaidullah ibn Mu’az said to us, my father said to me that Soayd from Jiballa who heard Ibn Umar (Allah be pleased with him) as saying: Kisses are usury.’ And these narrators are all authentic according to Ibn Taymiyya!”
No.10: (Hal.21 nr.2) Al-Albani dalam ‘Irwa Al-Ghalil, 3/283′ berkata; Hadits dari Ibn Umar (Ciuman-ciuman adalah bunga yang tinggi [riba’) Saya tidak menemukan sanadnya.
Syeikh Seggaf berkata: Ini kesalahan yang sangat aneh ! Ini sudah ada didalam Fatwa Syeikh Ibn Taimiyya Al-Misriyah 3/295: “Harb berkata bahwa Ubaidullah ibn Mu’az berkata pada kita; ayah saya berkata bahwa Suaid dari Jiballa mendengar dari Ibn Umar ra berkata: ‘ Ciuman-ciuman itu adalah (bunga?) yang tinggi ‘ Dan perawi-perawi dapat dipercaya menurut Ibn Taimiyyah !
No.11: (* Pg. 21 no. 3 ) Hadith of Ibn Masood (Allah be pleased with him): "The Qur'an was sent down in 7 dialects. Everyone of its verses has an explicit and implicit meaning and every interdiction is learly defined." Al-Albani stated in his checking of "Mishkat ul-Masabih, 1/80 no. 238" that the author of Mishkat concluded many Ahadith with the words "Narrated in Sharh us-Sunnah," but when he examined the chapter on Ilm and in Fadail al-Qur'an he could not find it! Shaykh Saqqaf said: "The great scholar has spoken! Wrongly as usual. I wish to say to this fraud that if he is seriously interested in finding this Hadith we suggest he looks in the chapter entitled 'Al-Khusama fi al-Qur'an' from Sharh-us-Sunnah (1/262), and narrated by Ibn Hibban in his Shohih (no. 74), Abu Ya'ala in his Musnad (no.5403), Tahawi in Sharh al-Mushkil al-Athar (4/172), Bazzar (3/90 Kashf al-Asrar) and Haythami has mentioned it in Majmoo'a al-Zawaid (7/152) and he has ascribed it to Bazzar, Abu Ya'ala and Tabarani in al-Awsat who said that the narrators are trustworthy."
No.11: (Hal.21 nr.3) Hadits dari Ibn Mas’ud ra : ‘Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh (macam) bahasa, setiap ayat ada yang jelas dan ada yang kurang jelas dan setiap larangan itu jelas ....(ada batasnya) ‘ Al-Albani dalam Mishkat ul-Masabih, 1/80 nr. 238 menyatakan menurut penyelidikannya bahwa pengarang/penulis Mishkat memutuskan banyak hadits dengan kata-kata “diceriterakan/diriwayatkan dalam Syarh As Sunnah” tapi waktu dia (Albani) menyelidiki bab masalah Ilmu dan Keutamaan Al-Qur’an tidak menemukan hal itu !
Syeikh Seggaf berkata: ‘Ulama yang paling pandai telah berbicara kesalahan yang sudah biasa. Dengan kebohongan itu saya ingin mengata= kan, bila dia benar-benar tertarik untuk menemukan ini hadits, kami mengusulkan agar dia melihat dalam bab yang berjudul 'Al-Khusama fi Al-Qur'an van Sharh-us-Sunnah (1/262) dan diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam shohihnya nr. 74, Abu Ya’la dalam Musnadnya nr. 5403, Tahawi dalam Sharh Al Mushkil Al-Athar 4/172, Bazzar dalam Kash Al-Asrar 3/90, Haitami telah menyatakan dalam Majmu’a Al-Zawaid 7/152 dan dia merujuk kepada Bazzar, Abu Ya’la dan Tabrani dalam Al-Awsat yang berkata bahwa semua perawinya bisa dipercayai.
No.12: (* Pg. 22 no. 4 ) Al-Albani stated in his "Shohihah, 1/230" while he was commenting on Hadith no. 149: "The believer is the one who does not fill his stomach. . . . The Hadith from Aisha as mentioned by Al-Mundhiri (3/237) and by Al-Hakim from Ibn Abbas, I (Albani) could not find it in Mustadrak al-Hakim after checking it in his 'Thoughts' section." Shaykh Saqqaf said: "Please don't encourage the public to fall into the void of ignorance which you have tumbled into! If you check Mustadrak al-Hakim (2/12) you will find it! This proves that you are unskilled at using book indexes and the memorization of Hadith!"
No.12: (hal.22 nr.4) Al-Albani berkata dalam Shahiha, 1/230 waktu dia memberi komentar tentang hadits nr. 149; “ Orang yang beriman ialah orang yang perutnya tidak kenyang... “ hadits ini dari Aisyah yang disebutkan dalam Al-Mudhiri 3/237 dan Al-Hakim dari Ibn Abbas. Saya (Albani) tidak menemukan dalam Mustadrak Al-Hakim setelah penyelidikannya dan menurut pasal pikirannya.
Syeikh Seggaf berkata: Tolong jangan berani menjatuhkan masyarakat kepada kebodohan yang sia-sia, yang mana engkau sudah terperosok didalamnya! Kalau engkau akan mencari dalam Mustadrak Al-Hakim 2/12 maka dia akan engkau dapati ! Ini membuktikan bahwa engkau sendiri tidak ahli menggunakan buku index dan memberitakan dari Hadits.
No.13: (* Pg. 23 ) Another ridiculous assumption is made by al-Albani in his "Shohihah, 2/476" where he claims that the Hadith: "Abu Bakr is from me, holding the position of (my) hearing" is not in the book 'Hilya'. We suggest you look in the book "Hilya , 4/73!"
No.13: (Hal.23) Lebih menggelikan lagi dugaan yang dibuat oleh Al-Albani dalam Shohihah, 2/476 yang mana dia menyatakan bahwa hadits: ‘Abu Bakar dari saya dan dia menempati posisi saya’ tidak ada didalam ‘Hilya’. Saya usulkan agar anda melihat didalam "Hilya, 4/73 " !
No.14: (*Pg. 23 no. 5 )Al-Albani said in his "Shohihah, 1/638 no. 365, 4th edition": "Yahya ibn Malik has been ignored by the 6 main scholars of Hadith, for he was not mentioned in the books of Tahdhib, Taqreeb or Tadhhib." Shaykh Saqqaf: "That is what you say! It is not like that, for surely he is mentioned in Tahdhib al-Tahdhib of Hafiz ibn Hajar al-Asqalani (12/19 Dar al-Fikr edition) by the nickname Abu Ayoob al-Maraagi!! So beware!
No.14 (Hal.23 nr. 5) Al-Albani dalam "Shohihah, 1/638 nr. 365, cet.ke 4" mengatakan : Yahya Ibn Malik tidak dikenal/termasuk 6 ahli hadits karena dia ini tidak tercatat Tahdzib, Taqreeb dan Tadzhib.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Itu menurut anda! Sebenarnya bukan begitu, nama julukannya ialah Abu Ayub Al-Maraagi dan ini ada didalam Tahdzib, Al-Tahdzib disebutkan oleh Hafiz ibn Hajar Al-Asqalani 12/19 cet.Dar Al-Fikr ! Hati-hatilah!
FURTHER EXAMPLES OF AL-ALBANI'S CONTRADICTIONS
MASIH BANYAK CONTOH KONTRADIKSI DARI AL-ALBANI !
No 15 : (* Pg. 7 )Al-Albani has criticized the Imam al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn al-Siddiq al-Ghimari (Rahimahullah) for mentioning in his book "al-Kanz al-Thameen" a Hadith from Abu Hurayra (Allah be pleased with him) with reference to the narrator Abu Maymoona: "Spread salaam, feed the poor. . . ."
Al-Albani said in "Silsilah al-Daeefa, 3/492", after referring this Hadith to Imam Ahmad (2/295) and others: "I say this is a weak sanad, Daraqutni has said 'Qatada from Abu Maymoona from Abu Hurayra: Unknown, and it is to be discarded.'" Al-Albani then said on the same page: "Notice, a slapdash has happened with Suyuti and Munawi when they came across this Hadith, and I have also shown in a previous reference, no. 571, that al-Ghimari was also wrong for mentioning it in al-Kanz." But in reality it is al-Albani who has become slapdashed, because he has made a big contradiction by using this same sanad in "Irwa al-Ghalil, 3/238" where he says, "Classified by Ahmad (2/295), al-Hakim . . . from Qatada from Abu Maymoona, and he is trusted as in the book 'al-Taqreeb', and Hakim said: 'A Shohih sanad', and al-Dhahabi agreed with Hakim! So, by Allah glance at this mistake! Who do you think is wrong, the Muhaddith al-Ghimari (also Suyuti and Munawi) or al-Albani?
No.15. (Hal.7) Al-Albani mengeritik Imam Al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn Al-Siddiq Al-Ghimari (Rahimahullah) waktu mengetengahkan hadits dari Abu Hurairah ra. dalam kitabnya Al-Kanz Al-Thameen yang bertalian dengan perawi Abu Maymuna ; ‘Sebarkan salam, beri makan orang-orang miskin..’
” Al-Albani berkata dalam Silsilah Al-Daifa, 3/492 setelah merujuk hadits ini pada Imam Ahmad 2/295 dan lain-lain : Saya berkata bahwa sanadnya lemah, Daraqutni juga berkata ‘Qatada dari Abu Maymoona dari Abu Hurairah tidak dikenal dan itu harus dikesampingkan “. Al-Albani berkata pada halaman yang sama; ‘Pemberitahuan, pukulan bagi Suyuti dan Munawi, waktu mereka menemukan hadits ini, dan saya juga telah menunjuk kan dalam referensi yang lalu nr. 571 bahwa Al-Ghimari itu telah salah menyebutkan (hadits) itu dalam Al-kanz.
Tetapi sebenarnya Al-Albani-lah yang terkena pukulan, sebab sangat bertentangan dengan perkataannya dalam Irwa Al-Ghalil, 3/238 yang meng gunakan sanad yang sama, katanya: ‘ Diklasifikasikan oleh Ahmad (2/295), al-Hakim....dari Qatada dari Abu Maymuna dan orang mepercayainya sebagaimana yang disebutkan didalam buku Al-Taqreeb dan Hakim berkata; Sanad yang shohih dan Al-Dhahabi sepakat dengan Hakim !
Begitulah Allah langsung melihatkan kesalahan tersebut ! Sekarang siapa- kah yang selalu salah; Ahli hadits( Al-Ghimari, Suyuti, Munawi) atau Al-Albani ?
No 16 : (* Pg. 27 no. 3 ) Al-Albani wanted to weaken a Hadith which allowed women to wear golden jewellery, and in the sanad for that Hadith there is Muhammad ibn Imara. Al-Albani claimed that Abu Haatim said that this narrator was: "Not that strong," see the book "Hayat al-Albani wa-Atharu. . . part 1, pg. 207." The truth is that Abu Haatim al-Razi said in the book 'al-Jarh wa-Taadeel, 8/45': "A good narrator but not that strong. . ." So note that al-Albani has removed the phrase "A good narrator !"
NB-(al-Albani has made many of the Hadith which forbid Gold to women to be Shohih, in fact other scholars have declared these Hadith to be daeef and abrogated by other Shohih Hadith which allow the wearing of gold by women. One of the well known Shaykh's of the "Salafiyya" - Yusuf al-Qardawi said in his book: 'Islamic awakening between rejection and extremism, pg. 85: "In our own times, Shaykh Nasir al-Din al-Albani has come out with an opinion, different from the consensus on permitting women to adorn themselves with gold, which has been accepted by all madhahib for the last fourteen centuries. He not only believes that the isnad of these Ahadith is authentic, but that they have not been revoked. So, he believes, the Ahadith prohibit gold rings and earrings." So who is the one who violates the ijma of the Ummah with his extreme opinions?!)
No 16 (Hal.27 nr. 3) Al-Albani mau melemahkan hadits yang membolehkan wanita memakai perhiasan emas dan dalam sanad hadits itu ada Muhammad ibn Imara. Al-Albani menyatakan bahwa Abu Haatim berkata perawi ini ” tidak kuat “, lihat buku Hayat Al-Albani wa-Atharu ..jilid 1 hal.207.
Yang benar ialah bahwa Abu Haatim Al-Razi dalam buku 'Al-Jarh wa-Taadeel, 8/45 berkata: “ Perawi yang baik tapi tidak sangat kuat....” Jadi lihat pada catatan Al-Albani bahwa kalimat “Perawi yang baik “ dibuang !
NotaBene: Al-Albani telah membuat/menulis banyak hadits yang menyata- kan larangan emas (dipakai) untuk wanita menjadi Shohih, padahal kenyataannya para Ulama lain menyatakan hadits-hadits ini lemah dan berlawanan dengan hadits Shohih yang memperbolehkan pemakaian (perhiasan) emas oleh kaum wanita. Salah seorang Syeikh ‘Salafiah’ terkenal, Yusuf Al-Qardawi berkata dalam bukunya Islamic awakening between rejection and extremism, halaman 85 : “Dalam zaman kita sendiri Syeikh Nasir al-Din telah muncul dengan suatu pendapat yang bertentangan dengan kesepakatan tentang pembolehan wanita-wanita menghias diri mereka dengan emas, yang telah diterima/ disetujui oleh semua madzhab selama empat belas abad terakhir. Dia tidak hanya mempercayai bahwa sanad dari hadits-hadits ini dapat dipercaya, tapi bahwa hadits-hadits ini belum dicabut/dihapus. Maka dia percaya hadits-hadits tersebut melarang cincin dan anting-anting emas “. Lalu siapa yang merusak kesepakatan (ijma’) ummat dengan pendapat-pendapatnya yang ekstrem ?
No 17: (* Pg. 37 no. 1 )Hadith: Mahmood ibn Lubayd said, "Allah's Messenger (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) was informed about a man who had divorced his wife 3 times (in one sitting), so he stood up angrily and said: 'Is he playing with Allah's book whilst I am still amongst you?' Which made a man stand up and say, 'O Allah's Messenger, shall I not kill him?'" (al-Nisai). Al-Albani declared this Hadith to be Daeef in his checking of "Mishkat al-Masabih, 2/981, 3rd edition, Beirut, 1405 A.H; Maktab al-Islami", where he says: "This man (the narrator) is reliable, but the isnad is broken or incomplete for he did not hear it directly from his father." Al-Albani then contradicts himself in the book "Ghayatul Maram Takhreej Ahadith al-Halal wal Haram, no. 261, pg. 164, 3rd Edn, Maktab al-Islami, 1405 A.H"; by saying it is SHOHIH!!!
No 17 (Hal. 37 nr. 1) Hadits : Mahmud ibn Lubayd berkata; ‘Rasulallah saw. telah diberitahu mengenai seorang yang telah mencerai isterinya 3x dalam satu waktu, oleh karena itu dia berdiri dengan marah dan berkata; ‘Apakah dia bermain-main dengan Kitabullah, sedangkan aku masih berada dilingkungan engkau ? Yang mana berdiri seorang untuk berkata ; Wahai Rasulallah, apakah dia tidak saya bunuh saja ? (Al-Nisa’i).
Al-Albani menyatakan hadits ini lemah menurut penyelidikannya dari kitab ‘Mishkat Al-Masabih 2/981 cet.ketiga, Beirut 1405 A.H. de Maktab Al-Islami ‘ yang mengatakan “ Perawinya bisa dipercaya tapi isnadnya terputus atau tidak komplit, karena dia tidak mendengar langsung dari ayahnya”. Al-Albani berkata berlawanan dengan dirinya sendiri dalam buku Ghayatul Maram Takhreej Ahadith Al-Halal wal-Haram, nr. 261, hal. 164, cet.ketiga Maktab Al-Islami, 1405 A.H" telah mengatakan bahwa hadits itu Shohih !!
No 18 : (* Pg. 37 no. 2)Hadith: "If one of you was sleeping under the sun, and the shadow covering him shrank, and part of him was in the shadow and the other part of him was in the sun, he should rise up." Al-Albani declared this Hadith to be SHOHIH in "Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761)", but then contradicts himself by saying it is DAEEF in his checking of "Mishkat ul-Masabih, 3/1337 no. 4725, 3rd Ed" and he has referred it to the Sunan of Abu Dawood!"
No 18 (Hal.37 nr.2) Hadits; “Bila salah satu dari engkau tidur dibawah sinar matahari dan bentuk naungan telah menutupinya dan sebagian darinya didalam naungan dan sebagiannya lagi dibawah sinar matahari, maka dia harus bangun” . Al-Albani menyatakan hadits ini shohih dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761) tapi perkataannya berlawanan dengannya karena mengatakan hadits ini lemah dalam penyelidikannya dari Mishkat ul-Masabih 3/1337 nr.4725 cet.ketiga dan dia merujuk hadits ini pada Sunan Abu Daud.
No 19 : (* Pg. 38 no. 3 )Hadith: "The Friday prayer is obligatory on every Muslim." Al-Albani rated this Hadith to be DAEEF in his checking of "Mishkat al-Masabih, 1/434", and said: "Its narrators are reliable but it is discontinuous as is indicated by Abu Dawood". He then contradicts himself in "Irwa al-Ghalil, 3/54 no. 592", and says it is SHOHIH!!! So beware o wise men!
No. 19 (Hal.38 nr. 3) Hadits : “Sholat Jum’at itu wajib bagi setiap Muslim” Al-Albani menganggap hadits ini lemah dalam penyelidikannya dari De Mishkat Al-Masabih, 1/434 dan katanya; Perawi dari hadits ini bisa dipercaya, tetapi terputus sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Daud. Kalau begitu dia bertentangan dengan perkataannya dalam’ Irwa Al-Ghalil 3/54 nr. 592’ dan mengatakan hadits ini Shohih ! Hati-hatilah sedikit, wahai orang bijaksana !
No 20 : (* Pg. 38 no. 4 ) Al-Albani has made another contradiction. He has trusted Al-Muharrar ibn Abu Hurayra in one place and then weakened him in another. Al-Albani certifies in "Irwa al-Ghalil, 4/301" that Muharrar is a trustee with Allah's help, and Hafiz (Ibn Hajar) saying about him "accepted", is not accepted, and therefore the sanad is Shohih. He then contradicts himself in "Shohihah 4/156" where he makes the anad DAEEF by saying: "The narrators in the sanad are all Bukhari's (i.e.; used by Imam al-Bukhari) men, except for al-Muharrar who is one of the men of Nisai and Ibn Majah only. He was not trusted accept by Ibn Hibban, and that's why al-Hafiz Ibn Hajar did not trust him, Instead he only said 'accepted!'" So beware of this fraud!
No.20 (Hal. 38 nr. 4). Al-Albani membuat lagi kontradiksi. Dia disatu tempat mempercayai Al-Muharrar ibn Abu Huraira kemudian ditempat lain dia melemahkannya. Al-Albani menerangkan dalam Irwa Al-Ghalil 4/301 bahwa Al-Muharrar dengan bantuan Allah seorang yang dapat dipercayai dan Hafiz (Ibnu Hajar) berkata mengenai dia “dapat diterima”, tidak dapat diterima, dan oleh karenanya sanadnya Shohih.
Maka dia (Albani) berlawanan dengan omongannya dalam Shohihah 4/156 yang mana dia melemahkan sanad sambil mengatakan: ‘Perawi-perawi dalam sanad ialah semua orang-orang didalam Bukhori (lain kata orang-orang yang dicantumkan oleh Imam Bukhori) kecuali Al-Muharrar dia hanya salah satu dari orang-orang Nasa’i dan Ibn Majah . Dia tidak dipercaya oleh Ibn Hibban dan oleh karenanya Al Hafiz Ibn Hajar tidak mempercayainya, daripada itu dia hanya mengatakan “dapat diterima” .Hatilah-hatilah dari kebohongan !
No 21 : (* Pg. 39 no. 5 ) Hadith: Abdallah ibn Amr (Allah be pleased with him): "The Friday prayer is incumbent on whoever heard the call" (Abu Dawood). Al-Albani stated that this Hadith was HASAN in "Irwa al-Ghalil 3/58", he then contradicts himself by saying it is DAEEF in "Mishkatul Masabih 1/434 no 1375"!!!
No.21 (Hal. 39 nr. 5) Hadits: Abdullah ibn Amr ra. “ Sholat Jumat wajib bagi orang yang sudah mendengar panggilan (adzan)” (Abu Daud). Al-Albani menyatakan hadits ini Hasan dalam “Irwa Al-Ghalil 3/58”, dan dia berlawanan dengan perkataannya yang menyatakan hadits ini lemah dalam Mishkatul Masabih 1/434 nr. 1375 !
No 22 : (* Pg. 39 no. 6 ) Hadith: Anas ibn Malik (Allah be pleased with him) said that the Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) used to say : "Do not be hard on yourself, otherwise Allah will be hard on you. When a people were hard on themselves, then Allah was hard on them." (Abu Dawood) Al-Albani stated that this Hadith was DAEEF in his checking of "Mishkat, 1/64", but he then contradicts himself by saying that this Hadith is HASAN in "Ghayatul Maram, pg. 141"!!
No.22 (Hal. 39 nr. 6) Hadits : Anas ibn Malik ra. berkata bahwa Rasulallah saw. telah bersabda: “Janganlah keras terhadap dirimu, dengan demikian Allah juga akan keras terhadapmu, bilamana manusia keras terhadap dirinya maka Allah akan keras juga terhadap mereka”. (Abu Daud). Al-Albani menurut penyelidikannya di Mishkat 1/64, mengatakan bahwa hadits ini lemah. Tapi dia lalu berlawanan dengan perkataannya di "Ghayatul Maram, hal. 141 bahwa hadits ini Hasan !!
No 23: (* Pg. 40 no. 7 ) Hadith of Sayyida Aisha (Allah be pleased with her): "Whoever tells you that the Prophet (Peace be upon him) used to urinate while standing, do not believe him. He never urinated unless he was sitting." (Ahmad, Nisai and Tirmidhi ) Al-Albani said that this sanad was DAEEF in "Mishkat 1/117." He then contradicts himself by saying it is SHOHIH in "Silsilat al-Ahadith al-Shohihah 1/345 no. 201"!!! So take a glance dear reader!
No.23 (Hal.40 nr. 7) Hadits dari ‘Aisyah ra : “Siapapun yang mengatakan bahwa Rasulallah saw biasa kencing dengan berdiri, janganlah dipercayai. Beliau tidak pernah kencing kecuali dengan duduk” (Ahmad,Nasa’i dan Tirmidzi). Al-Albani dalam Mishkat 1/117 mengatakan sanad hadits ini lemah. Dia bertentangan dengan perkataannya di “Silsilat Al-Ahadits al-Shohihah 1/345 nr.201” bahwa hadits ini Shohih !
No 24 : (* Pg. 40 no. 8 ) Hadith "There are three which the angels will never approach: The corpse of a disbeliever, a man who wears ladies perfume, and one who has had sex until he performs ablution" (Abu Dawood). Al-Albani corrected this Hadith in "Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh, 3/71 no. 3056" by saying it was HASAN in the checking of "Al-Targhib 1/91" [Also said to be Hasan in the English translation of 'The Etiquettes of Marriage and Wedding, pg. 11]. He then makes an obvious contradiction by saying that the same Hadith was DAEEF in his checking of “Mishkatul-Masabih, 1/144 no. 464″ and says that the narrators are trustworthy but the chain is broken between Al-Hasan al-Basri and Ammar (Allah be pleased with him) as al-Mundhiri had said in al-Targhib (1/91)!!
No.24 (Hal.40 nr.8) Hadits : “Tiga macam orang yang malaikat tidak mau mendekatinya : Mayit orang kafir, lelaki yang memakai minyak wangi wanita dan orang yang telah berhubungan sex (junub) sampai dia bersuci ” (Abu Daud). Al-Albani telah membenarkan hadits ini dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh 3/71 nr. 3056 dengan mengatakan hadits itu Hasan dalam penyelidikan dari Al-Targhib 1/91 (juga mengatakan Hasan dalam Terjemahannya kedalam bahasa Inggris “The Etiquettes of Marriage and Wedding, page 11). Dia membuat kontradiksi yang nyata dalam penyelidikannya dalam Mishkatul-Masabih 1/144 nr. 464 mengatakan hadits yang sama ini Lemah, dan dia berkata bahwa perawi-perawinya patut di- percaya tapi rantai sanadnya terputus antara Hasan Basri dan Ammar sebagaimana yang disebutkan juga oleh Al-Mundhiri dalam Al-Targhib 1/91 !!
No 25 : (* Pg. 42 no. 10 ) It reached Malik (Rahimahullah) that Ibn Abbas (Allah be pleased with him) used to shorten his prayer, in distances such as between Makkah and Ta’if or between Makkah and Usfan or between Makkah and Jeddah. . . . Al-Albani has weakened it in “Mishkat, 1/426 no. 1351″, and then contradicts himself by saying it is SHOHIH in “Irwa al-Ghalil, 3/14″!!
No.25 (Hal. 42 nr. 10) Telah sampai (riwayat) dari Malik rh “bahwa Ibn Abbas ra. biasa menyingkat (menggashor) sholatnya dalam jarak antara Makkah dan Ta’if atau antara Makkah dan Usfan atau antara Makkah dan Jeddah…..” Al-Albani telah melemahkannya dalam Mishkat, 1/426 nr.1351, dan dia bertentangan dengan perkataannya di Irwa al-Ghalil 3/14 yang mengatakan ini Shahih !
No 26 : (* Pg. 43 no. 12 ) Hadith: “Leave the Ethiopians as long as they leave you, because no one takes out the treasure of the Ka’ba except the one with the two weak legs from Ethiopia.” Al-Albani has weakened this Hadith in his checking of “Mishkat 3/1495 no. 5429″ by saying: “The sanad is DAEEF.” But then he contradicts himself as is his habit, by correcting it in “Shohihah, 2/415 no. 772.”
No. 26. (Hal.43 nr.12) Hadits : “Tinggalkan orang-orang Ethiopia selama mereka meninggalkanmu, sebab tidak ada orang yang mengambil barang berharga dari Ka’bah kecuali seorang Ethopia yang dua kakinya lemah” . Al-Albani dalam penyelidikannya di Mishkat 3/1495 nr. 5429 mengatakan sanadnya Lemah. Tapi sebagaimana biasa dia bertentangan dengan perkata- annya dengan membenarkannya dalam Shahihah 2/415 nr. 772 !
An example of al-Albani praising someone in one place and then disparaging him in another place in his books
Contoh (Sifat) dari Al-Albani ialah pertama memuji seseorang disatu tempat dibukunya dan dilain tempat mengecilkan orang tersebut.!!
No 27 : (* Pg. 32 ) He praises Shaykh Habib al-Rahman al-Azami in the book ‘Shohih al Targhib wa Tarhib, page 63′, where he says: “I want you to know one of the things that encouraged me to. . . . which has been commented by the famous and respected scholar Shaykh Habib al-Rahman al-Azami” . . . . And he also said on the same page, “And what made me more anxious for it, is that its checker, the respected Shaykh Habib al-Rahman al-Azami has announced. . . .” Al-Albani thus praises Shaykh al-Azami in the above mentioned book; but then makes a contradiction in the introduction to ‘Adaab uz Zufaaf (The Etiquettes of Marriage and Wedding), new edition page 8′, where he said: “Al-Ansari has used in the end of his letter, one of the enemies of the Sunnah, Hadith and Tawhid, who is famous for that, is Shaykh Habib al-Rahman al-Azami. . . . . For his cowardliness and lack of scholarly deduction. . . ..”
No.27 (Hal. 32) Dia (Albani) memuji Syeikh Habib al-Rahman al-Azami didalam Shahih al Targhib wa Tarhib hal. 63 yang mana katanya ; “Saya ingin agar engkau mengetahui satu dari beberapa hal bahwa saya memberanikan diri untuk….yang dikomentari oleh ulama yang terkenal dan terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “…. dan dia (Albani) mengatakan pada halaman yang sama “Dan apa yang membuat saya rindu untuknya, orang yang menyelidiki sesuatu dan mengumumkannya yaitu yang terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “. Al-Albani memuji Syeikh al-Azami dalam buku yang tersebut diatas. Tapi kemudian membuat penyangkalan dalam ‘Adaab uz Zufaaf (Akhlak Perkawinan dan Pernikahan), edisi baru hal.8 yang dia berkata; Al-Ansari telah membiasakan akhir dari tulisannya, salah satu musuh dari Sunnah, Hadits dan Tauhid, yang cukup terkenal , ialah Syaikh Habib al-Rahman al-Azami……karena ketakutan dan kekurangan ilmunya….””
NB – (The above quotation from Adaab uz Zufaaf is not found in the English translation by his supporters, which shows that they deliberately avoided translating certain parts of the whole work). So have a glance at this!
NB: (Kutipan diatas dari ‘Adaab uz Zufaaf , tidak terdapat didalam terjemahan bahasa Inggris oleh pendukung-pendukungnya yang mana menunjukkan bahwa mereka dengan sengaja tidak mau menterjemahkan bagian-bagian tertentu). Ini perlu diperhatikan !
SELECTED TRANSLATIONS FROM VOLUME 2
Terjemahan-terjemahan pilihan dari jilid (volume) 2
No 28 : (* Pg. 143 no. 1 ) Hadith of Abi Barza (Allah be pleased with him): “By Allah, you will not find a man more just than me” (Sunan al-Nisai, 7/120 no. 4103). Al-Albani said that this Hadith was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 6/105 no. 6978″, and then he astonishingly contradicts himself by saying it is DAEEF in “Daeef Sunan al-Nisai, pg. 164 no. 287.” So beware of this mess!
No.28 (Hal.143 nr.1) Hadits dari Abi Barza ra: “ Demi Allah, Engkau tidak akan menemukan seorang lebih benar dari saya “(Sunan Al-Nisai 7/120 nr. 4103) Al-Albani berkata bahwa hadits ini Shohih dalam Shohih Al-Jami wa Ziyadatuh 6/105 nr.6978 dan kemudian lebih mengherankan dia bertentang- an dengan perkataannya dalam Daeef Sunan Al-Nisai hal. 164 nr. 287 yang mengatakan itu Lemah. HATI-HATILAH DARI PENGACAUN INI !
No 29 : (* Pg. 144 no. 2 ) Hadith of Harmala ibn Amru al-Aslami from his Uncle: “Throw pebbles at the Jimar by putting the extremity of the thumb on the fore-finger.” (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 no. 2874) Al-Albani acknowledged its weakness in “Shohih Ibn Khuzaima” by saying that the sanad was DAEEF, but then contradicts himself by saying it is SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923!”
No 29 (Hal. 144 nr. 2) Hadits dari Harmala ibn Amru al-Aslami dari pamannya: “Letakkanlah batu kerikil pada ujung ibu jari diatas jari depan (telunjuk) pada lemparan jumrah “ (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 nr.2874). Al-Albani memberitahu kelemahan ini (hadits) dalam Shohih Ibn Khuzaima sambil mengatakan sanad hadits ini Lemah, tapi kemudian dia bertentangan sendiri yang mengatakan Shohih dalam “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923 !”
No 30 : (* Pg. 144 no. 3 ) Hadith of Sayyidina Jabir ibn Abdullah (Allah be pleased with him): “The Prophet (Peace be upon him) was asked about the sexually defiled [junubi]. . . can he eat, or sleep. . . He said :’Yes, when this person makes wudhu.’” (Ibn Khuzaima no. 217 and Ibn Majah no. 592). Al-Albani has admitted its weakness in his comments on “Ibn Khuzaima, 1/108 no. 217″, but then contradicts himself by correcting the above Hadith in “Shohih Ibn Majah, 1/96 no. 482 “!!
No 30 (Hal. 144 nr.3) Hadits dari Sayyidina Jabir ibn Abdullah ra. : “Rasulallah saw. ditanyai tentang Junub (orang yang belum suci setelah bersetubuh) …apa boleh dia makan atau tidur…Beliau saw. bersabda : Boleh, bila orang ini wudu dahulu “ (Ibn Khuzaima nr. 217 dan Ibn Majah nr.592). Al-Albani telah mengikrarkan kelemahannya didalam komentarnya di Ibn Khuzaima 1/108 nr. 217, Tetapi kemudian kontradiksi sendiri dengan membenarkan hadits tersebut dalam Shohih Ibn Majah 1/96 nr. 482).
No 31 : (* Pg. 145 no. 4 ) Hadith of Aisha (Allah be pleased with her): “A vessel as a vessel and food as food” (Nisai, 7/71 no. 3957). Al-Albani said that it was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 2/13 no. 1462″, but then contradicts himself in “Daeef Sunan al-Nisai, no. 263 pg. 157″, by saying it is DAEEF!!!
No. 31 (Hal.145 nr.4) Hadits dari Aisyah ra ; “ Perahu sebagai perahu (berlayar) dan makanan sebagai makanan “ (Nasai 7/71 nr. 3957). Al-Albani mengatakan hadits ini Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/13 nr.1462, tetapi kemudian menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef Sunan al-Nisai nr. 263 hal. 157. !!
No 32 : (* Pg. 145 no. 5 ) Hadith of Anas (Allah be pleased with him): “Let each one of you ask Allah for all his needs, even for his sandal thong if it gets cut.” Al-Albani said that the above Hadith was HASAN in his checking of “Mishkat, 2/696 no. 2251 and 2252″, but then contradicts himself in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/69 no. 4947 and 4948″!!!
No 32 (Hal.145 nr. 5) Hadits dari Anas ra : “Mintalah setiap kamu pada Allah semua yang engkau butuhkan walaupun mengenai tali sandalnya bila telah putus” Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan dalam penyelidik- annya di Mishkat 2/696 nr. 2251 dan 2252, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeef al-jami wa Ziyadatuh 5/69 nr. 4947 dan 4948 !!
No 33 : (* Pg. 146 no. 6 ) Hadith of Abu Dharr (Allah be pleased with him): “If you want to fast, then fast in the white shining nights of the 13th, 14th and 15th.” Al-Albani declared it to be DAEEF in “Daeef al-Nisai, pg. 84″ and in his comments on “Ibn Khuzaima, 3/302 no. 2127″, but then contradicts himself by calling it SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 2/10 no. 1448″ and also corrected it in “Shohih al-Nisai, 3/902 no. 4021″!! So what a big contradiction!
NB- (Al-Albani mentioned this Hadith in ‘Shohih al-Nisai’ and in ‘Daeef al-Nisai’, which proves that he is unaware of what he has and is classifying, how inept!).
No. 33 (Hal.146 nr.6) Hadits dari Abu Dzar ra : “Bila engkau ingin berpuasa, maka puasalah pada bulan purnama tanggal 13, 14 dan 15 “ . Al-Albani menyatakan hadits ini Lemah dalam Daeef al-Nisai hal. 84 dan dalam komentarnya di Ibn Khuzaima 3/302 nr. 2127. Tetapi kemudian kontradiksi sendiri yang menyebutnya Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/10 nr. 1448 dan pula membenarkan itu dalam Shohih al-Nisai 3/902 nr. 4021 !! Ini adalah kontradiksi yang besar !
NB: (Al-Albani menyebutkan hadits ini dalam Shohih al-Nisai dan dalam Daeef al-Nisai, ini semua menunjukkan bahwa dia tidak hati-hati/ceroboh atas apa yang telah dia perbuat, semuanya tidak layak)
No 34 : (* Pg. 147 no. 7 )Hadith of Sayyida Maymoonah (Allah be pleased with her): “There is nobody who has taken a loan and it is in the knowledge of Allah. . . .” (Nisai, 7/315 and others). Al-Albani said in “Daeef al-Nisai, pg 190″: “Shohih, except for the part al-Dunya.” Then he contradicts himself in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/156″, by saying that the whole Hadith is SHOHIH, including the al-Dunya part. So what an amazing contradiction!
No.34 (Hal. 147 nr.7) Hadits dari Siti Maymunah ra ; “ Tidak seorangpun yang menerima pinjaman dan itu (selalu)dalam pengetahuan Allah” (Nisai, 7/315 dan lain-lain). Al-Albani berkata dalam Daeef al-Nisai hal.190 ; ‘Shohih, kecuali bagian al-Dunya’. Kemudian dia menayangkal sendiri dalam Shohih al Jami wa Ziyadatuh 5/156, dengan mengatakan bahwa semua Hadits ini Shohih termasuk bagian al-Dunya. Ini kontradiksi yang sangat menakjubkan !
No 35 : (* Pg. 147 no. 8 )Hadith of Burayda (Allah be pleased with him): “Why do I see you wearing the jewellery of the people of hell” (Meaning the Iron ring), [Nisai, 8/172 and others. . .]. Al-Albani has said that it was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/153 no. 5540″, but then contradicts himself by saying it is DAEEF in “Daeef al-Nisai, pg. 230″!!!
No.35 (Hal. 147 nr. 8) Hadits dari Buraidah ra: “Mengapa saya melihat engkau memakai perhiasan dari penghuni neraka (Maksudnya cincin besi)”. (Nisai 8/172 dan lain-lainnya….). Al-albani telah mengatakan hadits in Shohih dalam Shahih al-jami wa Ziyadatuh 5/153 nr. 5540. Tetapi kemudian dia menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef al-Nisai hal.230) !
No 36 : (* Pg. 148 no. 9 )Hadith of Abu Hurayra (Allah be pleased with him): “Whoever buys a carpet to sit on, he has 3 days to keep it or return it with a cup of dates that are not brownish in colour” (Nisai 7/254 and others). Al-Albani has weakened it with reference to the ’3 days’ part in “Daeef Sunan al-Nisai, pg. 186″, by saying: “Correct, except for 3 days.” But the ‘genius’ contradicts himself by correcting the Hadith and approving the ’3 days’ part in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/220 no. 5804″. So wake up (al-Albani)!!
No.36 (Hal.148 nr. 9) Hadits dari Abu Huraira ra ; “ Siapapun membeli permadani untuk diduduki, dia mempunyai waktu tiga hari untuk menyimpan- nya atau mengembalikannya dalam beberapa waktu selama warnanya tidak menjadi coklat (karena kotor) ”. (Nisai 7/254 dan lain-lainya). Al-Albani telah melemahkan hadits ini pada bagian “tiga hari” dengan menyebut referensi- nya dalam Daeef Sunan al-nisai hal. 186, sambil katanya “Benar/Shohih kecuali kata-kata tiga hari”.Tetapi ‘orang cerdik ini’ menyangkal sendiri dengan membenarkan hadits itu dan termasuk bagian kata-kata “tiga hari” dalam Shohih al-jami wa Ziyadatuh 5/220 nr. 5804“. Bangunlah hai al-Albani!
No 37 : (* Pg. 148 no. 10 )Hadith of Abu Hurayra (Allah be pleased with him): “Whoever catches a single rak’ah of the Friday prayer has caught (the whole prayer).” (Nisai 3/112, Ibn Majah 1/356 and others). Al-Albani has weakened it in “Daeef Sunan al-Nisai, no. 78 pg. 49″, where he said: “Abnormal (shadh), where Friday is mentioned.” He then contradicts himself by saying SHOHIH, including the Friday part in “Irwa, 3/84 no. 622 .” May Allah heal you!
No.37 (Hal. 148 nr.10) Hadits Abu Hurairah ra : “Siapapun yang mendapati satu raka’at dari Sholat Jum’at itu telah memadainya (untuk semua sholat)”. (Nisai 3/112, Ibn Majah 1/356 dan lain-lainnya). Al-Albani telah melemahkan ini dalam Daeef Sunan al-Nisai, nr. 78 hal. 49, dimana dia telah berkata; ‘Luar biasa (shadh), bilamana disitu disebutkan hari jumat’. Kemudian dia kontradiksi sendiri dengan mengatakan Shohih termasuk bagian hari Jum’at dalam Irwa, 3/84 nr. 622 !! Semoga Allah menyembuhkanmu !
AL-Albani and his Defamation and Authentication of Narrators at will !
Al-Albani dan Fitnahannya Dan Perawi-perawi yang dipercaya kesenangannya !
No 38 : (* Pg 157 no 1 ) KANAAN IBN ABDULLAH AN-NAHMY :- Al-Albani said in his “Shohihah, 3/481″ : “Kanaan is considered Hasan, for he is attested by Ibn Ma’een.” Al-Albani then contradicts himself by saying, “There is weakness in Kanaan” (see “Daeefah, 4/282″)!!
No 38 (Hal. 157 nr.1) Kanan Ibn Abdullah An-Nahmy : Al-Albani berkata dalam Shohihah, 3/481 ; “Kanaan telah dianggap sebagai Hasan, untuk itu telah dinyatakan oleh Ibn Ma’een. Kemudian Al-Albani menyangkal sendiri dengan katanya “ Ada kelemahan pada Kanaan” (lihat Daeefah, 4/282) !!
No 39 : (* Pg. 158 no. 2 ) MAJA’A IBN AL-ZUBAIR :- Al-Albani has weakened Maja’a in “Irwa al-Ghalil, 3/242″, by saying, “This is a weak sanad because Ahmad has said: ‘There is nothing wrong with Maja’a', and Daraqutni has weakened him. . .” Al-Albani then made a contradiction in his “Shohihah, 1/613″ by saying: “His men (the narrators) are trusted except for Maja’a who is a good narrator of Hadith.” An amazing contradiction!
No 39 (Hal.158. nr.2) Maja’a Ibn Al-Zubair : Al-Albani telah melemahkan Maja’a dalam Irwa al-Ghalil, 3/242, dengan katanya. “ Ini adalah sanad yang lemah sebab Ahmad telah berkata ‘ Tidak ada kesalahan dengan Maja’a, dan Daraqutni telah melemahkan dia…’“. Al-Albani telah membuat kontradiksi dalam bukunya Shohihah 1/613 dengan mengatakan “ Perawi-perawinya bisa dipecaya kecuali Maja’a, itu seorang perawi hadits yang baik“. Suatu pertentangan yang menakjubkan !!!
No 40 : (* Pg. 158 no. 3 ) UTBA IBN HAMID AL-DHABI :- Al-Albani has weakened him in “Irwa al-Ghalil, 5/237″ by saying: “And this is a weak (Daeef) sanad which has three defects. . . . the second defect is the weakness of al-Dhabi, the Hafiz said: ‘A truthful narrator with hallucinations’”. Al-Albani then makes an obvious contradiction in “Shohihah, 2/432″, where he said about a sanad which mentions Utba: “And this is a good (Hasan) sanad, Utba ibn Hamid al-Dhabi is trustworthy but has hallucinations, and the rest of the narrators in the sanad are trusted.” !!
No 40 (Hal. 158 nr.3) Utba Ibn Hamid Al-Dhabi; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa al-Ghalil 5/237 sambil katanya ; “ Dan ini adalah sanad lemah yang mempunyai tiga kekeliruan….kekeliruan kedua ialah kelemahan dari al- Dhabi, Hafiz berkata ; ‘ Seorang perawi jujur dengan khayalan’ . Kemudian Al-Albani membuat kontradiksi yang nyata dalam Shohihah 2/432, dimana dia ber- kata tentang sanad yang menyebut Utba; ”Dan ini sanad yang baik (Hasan), Utba ibn Hamid al-Dhabi dapat dipercaya…..tapi mempunyai khayalan, dan lain daripada sanad perawi itu semuanya dapat dipercaya”.
No 41: (* Pg. 159 no. 4 )HISHAM IBN SA’AD :- Al-Albani said in his “Shohihah, 1/325″: “Hisham ibn Sa’ad is a good narrator of Hadith.” He then contradicts himself in “Irwa al-Ghalil, 1/283″ by saying: “But this Hisham has a weakness in memorizing” So what an amazement !!
No 41 (Hal. 159 nr. 4) Hisham Ibn Sa’ad ; Al-Albani berkata dalam Shohihah 1/325; “ Hisham ibn sa’ad ialah perawi hadits yang baik”. Kemudian dia bertentangan sendiri dalam Irwa al-Ghalil 1/283 sambil katanya ; “Tapi Hisham ini lemah dalam hafalan”. Sesuatu yang mengherankan !!
No 42 : (* Pg. 160 no. 5 ) UMAR IBN ALI AL-MUQADDAMI :- Al-Albani has weakened him in “Shohihah, 1/371″, where he said: “He in himself is trusted but he used to be a very bad forger, which makes him undependable. . . .” Al-Albani then contradicts himself again in “Shohihah, 2/259″ by accepting him and describing him as being trustworthy from a sanad which mentions Umar ibn Ali. Al-Albani says: “Classified by Hakim, who said: ‘A Shohih Isnad (chain of transmission)’, and al-Dhahabi went along with it, and it is as they have said.” So what an amazement !!!
No 42 (Hal.160 nr. 5) Umar Ibn Ali Al-Muqaddami ; Al-albani telah melemahkan dia dalam Shohihah 1/371, dimana dia berkata ; “ Dia merasa dirinya bisa dipercaya, tapi dia sebagai Pemalsu yang sangat jelek, dengan menjadikan dirinya tidak dipercayai…” Al-Albani membuat kontradiksi baru lagi dalam Shohihah 2/259 mengakui dia (Umar ibn Ali) dan mengatakan bila ada sanad yang menyebut Umar Ibn Ali maka bisa dipercayainya. Al-Albani berkata “ Diklasifikasikan oleh Hakim yang mana berkata : “Shohih isnadnya” (rantaian perawinya) dan Al-Dhahabi mengakuinya juga dan mereka (berdua) mengatakan demikian adalah benar “. Itu sangat mengherankan !
No 43: (* Pg. 160 no. 6 )ALI IBN SA’EED AL-RAZI :- Al-Albani has weakened him in “Irwa, 7/13″, by saying: “They have said nothing good about al-Razi.” He then contradicts himself in another ‘fantastic’ book of his, “Shohihah, 4/25″, by saying: “This is a good (Hasan) sanad and the narrators are all trustworthy.” So beware !!!
No 43 (Hal. 160. nr. 6) Ali Ibn Sa’eed Al-Razi ; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa 7/13, dengan katanya : “Mereka telah mengatakan tidak ada yang benar tentang al-Razi” Dia kemudian menyangkal sendiri dalam ‘buku lainnya yang ‘indah/hebat’ Shohihah, 4/25, sambil mengatakan “Ini adalah baik (Hasan) sanadnya dan perawi-perawinya semua bisa dipercaya”. Berhati-hatilah !!
No 44: (* Pg. 165 no. 13 ) RISHDIN IBN SA’AD :- Al-Albani said in his “Shohihah, 3/79″ : “In it (the sanad) is Rishdin ibn Sa’ad, and he has been declared trustworthy.” But then he contradicts himself by declaring him to be DAEEF in “Daeefah, 4/53″; where he said: “And Rishdin ibn Sa’ad is also daeef.” So beware!!
No 44: (Hal. 165 nr. 13) Rishdin Ibn Sa’ad : Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/79 : “ Ada dalam sanad Rishdin ibn Sa’ad, dan dia telah menyatakan bisa dipercaya”. Tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam penyataannya yang mengatakan Lemah tentang dia (Rishdin) dalam Daeefah 4/53, dimana dia berkata : “dan Rishdin ibn Sa’ad ini juga lemah “. BERHATI-HATILAH !!
No 45: (* Pg. 161 no. 8 ) ASHAATH IBN ISHAQ IBN SA’AD :- What an amazing fellow this Shaykh!! Al-Albani!! Proves to be. He said in “Irwa al-Ghalil, 2/228″: “His status is unknown, and only Ibn Hibban trusted him.” But then he contradicts himself by his usual habit! Because he only transfers from books and nothing else, and he copies without knowledge; this is proven in “Shohihah, 1/450″, where he said about Ashaath: “Trustworthy”. So what an amazement !!!
No 45 (Hal. 161 nr. 8) Ashaath Ibn Ishaq Ibn Sa’ad : Betapa mengherankan lelaki (Al-Albani) ini !! Terbukti, dia berkata dalam Irwa al-Ghalil 2/228, “Keadaannya/statusnya tidak dikenal, dan hanya Ibn Hibban mempercayai dia”. Tetapi kemudian dia bertentangan sendiri, seperti kebiasaannya! Karena dia hanya mengalihkan/menyalin dari buku-buku dan tidak ada lain- nya, dan dia mengutip/menyalin tanpa adanya ilmu pengetahuan. Ini dibukti- kan dalam Shohihah 1/450, dimana dia berkata tentang Ashaath : “Dapat dipercaya”. Keajaiban yang luar biasa!!
Nr.46: (* Pg. 162 no. 9 ) IBRAHIM IBN HAANI :- The honourable!! The genius!! The copier!! Has made Ibrahim ibn Haani trustworthy in one place and has then made him unknown in another. Al-Albani said in ‘Shohihah, 3/426′: “Ibrahim ibn Haani is trustworthy”, but then he contradicts himself in “Daeefah, 2/225″, by saying that he is unknown and his Ahadith are refused!!
No 46: (Hal.162 nr.9) Ibrahim Ibn Haani : “Paling terhormat ! Paling Pandai ! Tukang Menyalin ! Dia (Albani) telah membuat Ibn Haani ‘dapat dipercaya‘ disatu tempat dan membuat dia ‘tidak dikenal’ ditempat lainnya.. Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/426; “ Ibrahim ibn Haani ialah dapat dipercaya”, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeeah, 2/225 dengan katanya “bahwa dia itu tidak dikenal dan haditsnya itu tertolak ! “.
No 47: (* Pg. 163 no. 10 ) Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi : Al-Albani has corrected a sanad by saying it is good in “Irwa, 8/7″, with the words: “And its sanad is good, the narrators are trustworthy, except for Ibn Abdullah al-Kufi who is truthful.” He then contradicts himself by weakening the sanad of a Hadith where al-Ijlaa is found and has made him the reason for declaring it DAEEF (see ‘Daeefah, 4/71′); where he said: “Ijlaa ibn Abdullah has a weakness.” Al-Albani then quoted Ibn al-Jawzi’s (Rahimahullah) words by saying: “Al-Ijlaa did not know what he was saying .”!!!
No 47: (Hal. 163 nr. 10) Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi ; Al-Albani memperbaiki sanad sambil mengatakan itu baik dalam Irwa 8/7, dengan kata-kata : “ Dan sanad tersebut adalah baik , perawi-perawi semua dapat dipercaya, kecuali Ibn Abdullah al-Kufi dia adalah jujur “. Dia kemudian kontradiksi sendiri dengan melemahkan sanad dari hadits yang diketemukan al-Ijlaa dan dia membuat alasan baginya untuk menyatakannya lemah (lihat Daeefah 4/71) , dimana dia berkata: “ Ijlaa ibn Abdullah mempunyai kelemahan “ Al-Albani menukil kata-kata Ibn al-Jawzi’s (Rahimahullah) yang berkata ; “ Al-Ijlaa tidak mengetahui apa yang dia katakan “ !!!
No 48: (* Pg. 67-69 ) ABDULLAH IBN SALIH : KAATIB AL-LAYTH :- Al-Albani has criticised Al-Hafiz al-Haythami, Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi and the Muhaddith Abu’l-Fadl al-Ghimari (Allah’s mercy be upon them) in his book “Silsilah al-Daeefah, 4/302″, when checking a Hadith containing the narrator Abdullah ibn Salih. He says on page 300: “How could Ibn Salih be all right and his Hadith be good, even though he has got many mistakes and is of little awareness, which also made some fraudulent Hadiths enter his books, and he narrates them without knowing about them!” He has not mentioned that Abdullah ibn Salih is one of Imam al-Bukhari’s men (i.e. used by al-Bukhari), because it does not suit his mode, and he does not state that Ibn Ma’een and some of the leading critics of Hadith have trusted him. Al-Albani has contradicted himself in other places in his books by making Hadiths containing Abdullah ibn Salih to be good, and here they are :- Al-Albani said in “Silsilah al-Shohihah, 3/229″ : “And so the sanad is good, because Rashid ibn Sa’ad is trustworthy by agreement, and who is less than him in the men of Shohih, and there is also Abdullah ibn Salih who has said things that are unharmful with Allah’s help!!”.”
Al-Albani also said in “Shohihah, 2/406″ about a sanad which contained Ibn Salih: “a good sanad in continuity.” And again in “Shohihah, 4/647″: “He’s a proof with continuity”
NB- (Shaykh Saqqaf then continued with some important advice, this has been left untranslated for brevity but one may refer to the Arabic for further elaboration). By the grace of Allah, this is enough from the books of Shaykh Saqqaf to convince any seeker of the truth, let alone the common folk who have little knowledge of the science of Hadith. If anyone is interested for hundreds of other similar quotes from Shaykh Saqqaf, then I suggest you write to the following address to obtain his book Tanaqadat al-Albani al-Wadihat (The Clear Contradictions of al-Albani).
No 48: (Hal. 67-69) Abdullah Ibn Salih: Kaatib Al-Layth: Al-albani telah mengeritik Al-Hafiz al-Haitami, Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi dan ahli hadits Abu’l-Fadzl al-Ghimari (rh) dalam bukunya Silsilah al-Daeefah 4/302, waktu mengontrol hadits yang didalamnya ada perawi Abdullah ibn Salih. Dia (Albani) berkata pada halaman 300 ; “Bagaimana dapat Ibn Salih menjadi benar dan haditsnya menjadi baik, dia sendiri sangat banyak membuat kesalahan dan yang mana juga memasukkan beberapa hadits palsu didalam bukunya, dan dia meyebutkan sanad-sanadnya tapi dia sendiri tidak mengenal mereka.”
Dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Abdullah Ibn Salih ialah salah satu orang dari orang-orangnya Imam Bukhori (yaitu dipakai oleh Bukhori), karena (Albani) tidak cocok dengan caranya (Albani) dan dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Ibn Ma’een dan beberapa kritikus dari hadits telah mempercayai dia (Abdullah Ibn Salih). Al-Albani telah berlawanan dengan perkataannya sendiri, dalam tempat lain dibuku-bukunya telah mengatakan bahwa semua hadits yang diketengahkan Abdullah ibn Salih adalah baik, sebagai berikut :
Al-Albani berkata dalam de Silsilah Al-Shohihah, 3/229 : “ Dan sanad itu baik, karena Rashid ibn Saad telah disepakati dapat dipercaya dan lebih rendah dari dia dalam lingkungan orang-orang yang Shohih dan juga Abdullah ibn Salih telah mengatakan sesuatu yang tidak bahaya dengan bantuan Allah “Al-Albani juga berkata dalam Shohihah 2/406 mengenai sanad yang didalamnya ada Ibn Salih “sanad berkesinambungan yang baik” Dan lagi dalam Shohihah 4/647; “Dia adalah bukti dalam berkesinambungan”
http://bicarasalafy.wordpress.com/2011/12/01/kesalahan-kesalahan-syeikh-al-albani-dalam-melemahkan-suatu-hadits/
mencari petunjuk- SERSAN SATU
- Posts : 192
Join date : 27.10.11
Reputation : 6
Re: kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
Pak MP..justru tulisan kritik pedas itu yang lebih mengacu pada perpecahan umat dan menebar kebencian terhadap ulama...
Sebelum mengatakan berulang kali dan menghina orang lain apalagi ulama seperti Al-bani, harusnya lebih kritis lagi..tidak asal ujuk2 saja mengatkan yang tidak2 dan propokatif...
Apa anda saudara MP mengetahui tujuan dari Albani yang mendaifkan hadis2 diatas...??
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa apa yang dilakukan Albani adalah sesuatu yang justru di sunnahkan oleh Rasulullah saw sendiri...hanya saja karena sedikitnya orang2 seperti beliau dan banyaknya orang yang sudah terlanjur mengamalkan hadis2 maudhu dan palsu, maka akan timbul rasa antipati terhadap beliau...Albani hanya membantu umat untuk lebih mengenal naskah2 hadis yang banyak beredar dimasyarakat selama beratus2 tahun tanpa mengetahui kebeneran dari hadis itu...
Justru salah satu tujuan dari pekerjaan Al bani dalam meneliti keshahihan Hadis itu adalh adanya kerusakan ahlak manusia pada zaman sekarang yang dipengaruhi hadis2 dan permusuhan mereka yang sengit terhadap ahli-sunnah, termsuk para pembela dan penyerunya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang terhina dengan yang terhormat..jadi pakerjaan al bani dalam hal ini adalh berusaha untuk kembali memurnikan ajaran islam yang banyak tercoreng melalui hadis2 palsu yang banyak beredar. Serta membangun dan membentuuk sosok pribadi Muslim yang tidka dilandasi oleh hadis hadis palsu dan dhaif. Melainkan hanya mengamalkan hadis2 yang sudah shahih setelah diteliti tentunya..
Kalau TS mengatakan AL bani tidak menguasai ilmu Hadis, ini terdengar lucu...:
Pertama TS dan sumber penukilan bukan bermaksud untuk mencari kebenaran Hadis, tapi malah berusaha menjatuhkan seorang ulama sekaligus peneliti yang tidak kalian ketahui kemampuannya...
Kedua, adalah suatu kewajaran kalau Albani melakukan kesalahan dalam penulisan terhadap koreksi hadis2 itu..tapi bukan itu seharusnya yang menjadikan masalah karena sebagai Manusia yang hanya mempunya otak sebesar kurang lebih segenggam kepalan2 tangan yang berusaha meneliti luasnya samudra ilmu Hadis, melainkan lihatlah kemulian niatnya..kalau mau didibaratkan pejuang islam di medan perang, jangan hanya bisa mengatakan si fulan tidak cukup bagus dalam berperang atau mengusai medan perang yang luas, tapi selama ia mempunyai niat yang kuat untuk bergabung itu sudah merupakan niat yang mulia..
Jadi kalau mau mentah2 menganggap kritik pedas diatas menganggap karya Albani yang bersifat membuat seorang muslim lebih kritis justru tidak ada. Apa jaminan kalian para pengkritik albani kalau hadis yang tersebar di dunia melalui 9 iman berjumalah puluhan ribu tidak ada satupun yang palsu..??????
logiskah kalau mau mengatakan “yaa mungkin saja”...**kalau mau kekeh sama jawaban ini akan saya berikan contoh yang tidak terbantahkan bahwa terdapat hadis2 palsu pada imam2 pengumpul hadis**
Lalu apa jaminannya kalau hadis yang beredar pada kitab2 hadis semuanya tidak terdapat perawi riwayat paslu/dhaif..? padahal salah satu musibah terbesar umat islam adalah tersebarnya hadis2 dhaif dan palsu ini dari mulai kalangan/zaman umar. Tersebarnya hadis2 palsu ini telah memberikan dampak negatif yang luar biasa. Diantaranya adalah perusakan segi aqidah terhadap hal-hal ghaib, segi syariat, dan sebagainya. Dan telah menjadi kehendak ilahi untuk tidak memberikan peristiwa ini tanpa mengutus atau memberikan keistimewaan pada sekelompok orang yang berkemampuan tinggi untuk menghentikan dampak negatif dan menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya pada halayak..
.......... \"Allah akan memperindah seseorang yang mendengar hadits dari kami, dia menghafalnya sehingga dia menyampaikannya kepada yang lainnya, bisa jadi orang yang mengusung fiqih menyampaikan kepada orang yang lebih faqih darinya, dan bisa jadi orang yang mengusung fiqih tidak termasuk orang yang faqih.\" ......[Tirmidzi]
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
Lalu mengenai bukti2 yang dicopas.. rasanya aneh kalau mau menjatuhkan kepribadian Al bani kalau Cuma mengatakan “ternyata hadis ini terdapat disini dan disitu*contoh Bukhari, Muslim, tirmizi, abu dawud, Ibnu Majah, dll**” padahal memang kebanyakan dari yang beliau koreksi memang berasal dari mereka para iMam pengumpul hadis, bukan hanya hadis2 yang tersebar namun tidak dicatat dalam kitab2 9 imam tersebut...
Jadi yang menjadi pertanyaan adalah.. mengapa TS dan sumber mengkoreksi al bani dari jalan itu..??aneh bukan..akan jauh lebih baik kalau TS dan sumber mengkoreksi melalui karyanya mis. Apabila albani telah menulis adannya perawi palsu disebabkan oleh identitas atau pribadi rawi yang buruk, maka TS dan sumber bisa memulai dari mengkoreksiinya dari itu juga dengan mengatakan kalau ternyata rawi yang dianggap tidak dipercaya ternyata mempunya catatan biografi yang baik, dsb..
Lalu bagaimana para pembaca bisa menilai kebenaran TS atau bisa mengkaji bersama, kalau penomoran itu hanya diambil dari catatan yang masih berbahasa inggris padahal buku koreksi perawi ada yang berbahasa indonesia dan banyak tersebar dipasaran....ini seolah olah, TS berusaha untuk menutup ruang persanggahan dari pembaca lain nya, karena buku yang beredar dalam bahasa indonesia tidak mendapati nomor2 diatas..saya jamin kalaui kita akan kesulitan mencari2 hadis yang dipermasalhkan, sementara masyarakat indo dan pembaca tentu masih banyak yang menggunakan bahasa indonesia...yang saya permasalahkan ini bukan bahasa inggrisnya atau bahasa arabnya, atau bahasa asing lainnya, Namun buku2 dalam bahasa tersebut mungkin berbeda dengan buku yang kita pakai disini yang sudah di acc sebelum disebarluaskan...
Sebelum mengatakan berulang kali dan menghina orang lain apalagi ulama seperti Al-bani, harusnya lebih kritis lagi..tidak asal ujuk2 saja mengatkan yang tidak2 dan propokatif...
Apa anda saudara MP mengetahui tujuan dari Albani yang mendaifkan hadis2 diatas...??
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa apa yang dilakukan Albani adalah sesuatu yang justru di sunnahkan oleh Rasulullah saw sendiri...hanya saja karena sedikitnya orang2 seperti beliau dan banyaknya orang yang sudah terlanjur mengamalkan hadis2 maudhu dan palsu, maka akan timbul rasa antipati terhadap beliau...Albani hanya membantu umat untuk lebih mengenal naskah2 hadis yang banyak beredar dimasyarakat selama beratus2 tahun tanpa mengetahui kebeneran dari hadis itu...
Justru salah satu tujuan dari pekerjaan Al bani dalam meneliti keshahihan Hadis itu adalh adanya kerusakan ahlak manusia pada zaman sekarang yang dipengaruhi hadis2 dan permusuhan mereka yang sengit terhadap ahli-sunnah, termsuk para pembela dan penyerunya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang terhina dengan yang terhormat..jadi pakerjaan al bani dalam hal ini adalh berusaha untuk kembali memurnikan ajaran islam yang banyak tercoreng melalui hadis2 palsu yang banyak beredar. Serta membangun dan membentuuk sosok pribadi Muslim yang tidka dilandasi oleh hadis hadis palsu dan dhaif. Melainkan hanya mengamalkan hadis2 yang sudah shahih setelah diteliti tentunya..
Kalau TS mengatakan AL bani tidak menguasai ilmu Hadis, ini terdengar lucu...:
Pertama TS dan sumber penukilan bukan bermaksud untuk mencari kebenaran Hadis, tapi malah berusaha menjatuhkan seorang ulama sekaligus peneliti yang tidak kalian ketahui kemampuannya...
Kedua, adalah suatu kewajaran kalau Albani melakukan kesalahan dalam penulisan terhadap koreksi hadis2 itu..tapi bukan itu seharusnya yang menjadikan masalah karena sebagai Manusia yang hanya mempunya otak sebesar kurang lebih segenggam kepalan2 tangan yang berusaha meneliti luasnya samudra ilmu Hadis, melainkan lihatlah kemulian niatnya..kalau mau didibaratkan pejuang islam di medan perang, jangan hanya bisa mengatakan si fulan tidak cukup bagus dalam berperang atau mengusai medan perang yang luas, tapi selama ia mempunyai niat yang kuat untuk bergabung itu sudah merupakan niat yang mulia..
Jadi kalau mau mentah2 menganggap kritik pedas diatas menganggap karya Albani yang bersifat membuat seorang muslim lebih kritis justru tidak ada. Apa jaminan kalian para pengkritik albani kalau hadis yang tersebar di dunia melalui 9 iman berjumalah puluhan ribu tidak ada satupun yang palsu..??????
logiskah kalau mau mengatakan “yaa mungkin saja”...**kalau mau kekeh sama jawaban ini akan saya berikan contoh yang tidak terbantahkan bahwa terdapat hadis2 palsu pada imam2 pengumpul hadis**
Lalu apa jaminannya kalau hadis yang beredar pada kitab2 hadis semuanya tidak terdapat perawi riwayat paslu/dhaif..? padahal salah satu musibah terbesar umat islam adalah tersebarnya hadis2 dhaif dan palsu ini dari mulai kalangan/zaman umar. Tersebarnya hadis2 palsu ini telah memberikan dampak negatif yang luar biasa. Diantaranya adalah perusakan segi aqidah terhadap hal-hal ghaib, segi syariat, dan sebagainya. Dan telah menjadi kehendak ilahi untuk tidak memberikan peristiwa ini tanpa mengutus atau memberikan keistimewaan pada sekelompok orang yang berkemampuan tinggi untuk menghentikan dampak negatif dan menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya pada halayak..
.......... \"Allah akan memperindah seseorang yang mendengar hadits dari kami, dia menghafalnya sehingga dia menyampaikannya kepada yang lainnya, bisa jadi orang yang mengusung fiqih menyampaikan kepada orang yang lebih faqih darinya, dan bisa jadi orang yang mengusung fiqih tidak termasuk orang yang faqih.\" ......[Tirmidzi]
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
Lalu mengenai bukti2 yang dicopas.. rasanya aneh kalau mau menjatuhkan kepribadian Al bani kalau Cuma mengatakan “ternyata hadis ini terdapat disini dan disitu*contoh Bukhari, Muslim, tirmizi, abu dawud, Ibnu Majah, dll**” padahal memang kebanyakan dari yang beliau koreksi memang berasal dari mereka para iMam pengumpul hadis, bukan hanya hadis2 yang tersebar namun tidak dicatat dalam kitab2 9 imam tersebut...
Jadi yang menjadi pertanyaan adalah.. mengapa TS dan sumber mengkoreksi al bani dari jalan itu..??aneh bukan..akan jauh lebih baik kalau TS dan sumber mengkoreksi melalui karyanya mis. Apabila albani telah menulis adannya perawi palsu disebabkan oleh identitas atau pribadi rawi yang buruk, maka TS dan sumber bisa memulai dari mengkoreksiinya dari itu juga dengan mengatakan kalau ternyata rawi yang dianggap tidak dipercaya ternyata mempunya catatan biografi yang baik, dsb..
Lalu bagaimana para pembaca bisa menilai kebenaran TS atau bisa mengkaji bersama, kalau penomoran itu hanya diambil dari catatan yang masih berbahasa inggris padahal buku koreksi perawi ada yang berbahasa indonesia dan banyak tersebar dipasaran....ini seolah olah, TS berusaha untuk menutup ruang persanggahan dari pembaca lain nya, karena buku yang beredar dalam bahasa indonesia tidak mendapati nomor2 diatas..saya jamin kalaui kita akan kesulitan mencari2 hadis yang dipermasalhkan, sementara masyarakat indo dan pembaca tentu masih banyak yang menggunakan bahasa indonesia...yang saya permasalahkan ini bukan bahasa inggrisnya atau bahasa arabnya, atau bahasa asing lainnya, Namun buku2 dalam bahasa tersebut mungkin berbeda dengan buku yang kita pakai disini yang sudah di acc sebelum disebarluaskan...
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
Masa Depan Kredibilitas Syeikh al-Albani yang Semakin Memburuk
Kedudukan Syaikh Nashiruddin al-Albani Dalam Menilai Hadits
Syaikh Nashiruddin al-AlBani adalah nama yang tidak asing di kalangan para pelajar ilmu hadis belakangan ini. Namanya banyak dicantumkan oleh para penulis buku-buku Islam (terutama yang berpaham Salafi & Wahabi) saat mengomentari suatu hadis. Karya-karyanya juga sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para pengagumnya, sehingga namanya kini juga banyak didapati di toko-toko buku dan stan-stan pameran buku, berhubung penerbit-penerbit buku atau majalah berhaluan Salafi & Wahabi belakangan sudah semakin menjamur.
Akan tetapi, tahukah anda, bahwa sesungguhnya kepiawaian Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam menilai hadis diragukan oleh para ulama hadis, bahkan cenderung tidak diakui, menimbang bahwa beliau tidak memiliki jalur keilmuan yang jelas dalam bidang tersebut. Lebih jelasnya, penulis akan menyebutkan sekelumit gambaran tentang pribadi Syaikh al-Albani ini sebagaimana ditulis oleh Tim Bahtsul Masa’il PCNU Jember di dalam buku Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), halaman 245-247 sebagai berikut:
Dewasa ini tidak sedikit di antara pelajar Ahlussunnah Waljama’ah yang tertipu dengan karya-karya al-Albani dalam bidang ilmu hadits, karena belum mengetahui siapa sebenarnya al-Albani itu. Pada mulanya, al-Albani adalah seorang tukang jam. Ia memiliki kegemaran membaca buku. Dari kegemarannya ini, ia curahkan untuk mendalami ilmu hadits secara otodidak, tanpa mempelajari hadits dan ilmu agama yang lain kepada para ulama, sebagaimana yang menjadi tradisi ulama salaf dan ahli hadits. Oleh karena itu al-Albani tidak memiliki sanad hadits yang mu’tabar (diakui-red). Kemudian ia mengaku sebagai pengikut salaf, padahal memiliki akidah yang berbeda dengan mereka, yaitu aqidah Wahhabi dan tajsim (menafsirkan ayat-ayat tentang fisik Allah apa adanya-red).
Oleh karena akidah al-Albani yang berbeda denga akidah ulama ahli hadits dan kaum Muslimin, maka hadits-hadits yang menjadi hasil kajiannya sering bertentangan dengan pandangan ulama ahli hadits. Tidak jarang al-Albani menilai dha’if dan maudhu’ terhadap hadits-hadits yang disepakati keshahihannya oleh para hafizh, hanya dikarenakan hadits tersebut berkaitan dengan dalil tawassul. Salah satu contoh misalnya, dalam kitabnya al-Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu (cet. 3, hal. 128), al-Albani mendha’ifkan hadits Aisyah Ra. yang diwayatkan oleh ad-Darimi dalam al-Sunan-nya, dengan alasan dalam sanad hadits tersebut terdapat perawi yang bernama Sa’id bin Zaid, saudara Hammad bin Salamah. Padahal dalam kitabnya yang lain, al-Albani sendir telah menilai Sa’id bin Zaid ini sebagai perawi yang hasan (baik) dan jayyid (bagus) haditsnya yaitu dalam kitabnya Irwa’ al-Ghalil (5/338).
Di antara Ulama Islam yang mengkritik al-Albani adalah al-Imam al-Jalil Muhammad Yasin al-Fadani penulis kitab al-Durr al-Mandhud Syarh Sunan Abi Dawud dan Fath al-’Allam Syarh Bulugh al-Maram; al-Hafizh Abdullah al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdul Aziz al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdullah al-Harari al-Abdari dari Lebanon pengarang Syarh Alfiyah al-Suyuthi fi Mushthalah al-Hadits; al-Muhaddits Mahmud Sa’id Mamduh dari Uni Emirat Arab pengarang kitab Raf’u al-Manarah li-Takhrij Ahadits al-Tawassul wa al-Ziyarah; al-Muhaddits Habiburrahman al-A’zhami dari India; Syaikh Muhammad bin Ismail al-Anshari seorang peniliti Komisi Tetap Fatwa Wahhabi dari Saudi Arabia; Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Khazraji menteri agama dan wakaf Uni Emirat Arab; Syaikh Badruddin Hasan Dayyab dari Damaskus; Syaikh Muhammad Arif al-Juwaijati; Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf dari Yordania; al-Imam al-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dari Mekkah; Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dari Najd (ulama Wahabi-red) yang menyatakan bahwa al-Albani tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali; dan lain-lain. Masing-masing ulama tersebut telah mengarang bantahan terhadap al-Albani (sebagian dari buku-buku al-Albani dan bantahannya ada pada perpustakaan kami [Tim PCNU Jember-red]).
Tulisan Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf yang berjudul Tanaqudhat al-Albani al-Wadhihat merupakan kitab yang menarik dan mendalam dalam mengungkapkan kesalahan fatal al-Albani tersebut. Beliau mencatat seribu lima ratus (1500) kesalahan yang dilakukan al-Albani lengkap dengan data dan faktanya. Bahkan menurut penelitian ilmiah beliau, ada tujuh ribu (7000) kesalahan fatal dalam buku-buku yang ditulis al-Albani. Dengan demikian, apabila mayoritas ulama sudah menegaskan penolakan tersebut, berarti Nashiruddin al-Albani itu memang tidak layak untuk diikuti dan dijadikan panutan.
Kenyataan tersebut di atas juga diakui oleh Syaikh Yusuf Qardhawi di dalam tanggapan beliau terhadap al-Albani yang mengomentari hadis-hadis di dalam kitab beliau berjudul al-Halal wal-Haram fil-Islam, sebagai berikut:
“Oleh sebab itu, penetapan Syaikh al-Albani tentang dha’if-nya suatu hadits bukan merupakan hujjah yang qath’I (pasti-red) dan sebagai kata pemutus. Bahkan dapat saya katakan bahwa Syaikh al-Albani hafizhahullah kadang-kadang melemahkan suatu hadits dalam satu kitab dan mengesahkannya (menshahihkannya-red) dalam kitab lain”. (Lihat Halal dan Haram , DR. Yusuf Qardhawi, Robbani Press, Jakarta, 2000, hal. 417).
Syaikh Yusuf Qardhawi juga banyak menghadirkan bukti-bukti kecerobohan al-Albani dalam menilai hadis yang sekaligus menunjukkan sikapnya yang “plin-plan”, sehingga hasil penelitiannya terhadap hadis sangat diragukan dan tidak dapat dijadikan pedoman. Belum lagi bila menilik fatwa-fatwa al-Albani yang kontroversial, maka semakin tampaklah cacat yang dimilikinya itu.
Di antara fatwa-fatwa al-Albani yang kontroversial itu sebagaimana disebut di dalam buku Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), halaman 241-245 adalah :
1. Mengharamkan memakai cincin, gelang, dan kalung emas bagi kaum wanita
2. Mengharamkan berwudhu dengan air yang lebih dari satu mud (sekitar setengah liter) dan mengharamkan mandi dengan air yang lebih dari lima mud (sekitar tiga liter).
3. Mengharamkan shalat malam melebihi 11 raka’at.
4. Mengharamkan memakai tasbih (penghitung) untuk berdzikir.
5. Melarang shalat tarawih melebihi 11 raka’at.
Ada pula fatwa-fatwanya yang nyeleneh, seperti: Menganggap adzan kedua di hari Jum’at sebagai bid’ah yang tidak boleh dilakukan (lihat al-Ajwibah al-Nafi’ah), menganggap bid’ah berkunjung kepada keluarga dan sanak famili pada saat hari raya, mengharuskan warga Muslim Palestina agar keluar dari negeri mereka dan menganggap yang masih bertahan di Palestina adalah kafir (lihat Fatawa al-Albani, dikumpulkan oleh ‘Ukasyah Abdul Mannan, hal. 18), mengajak kaum Muslimin untuk membongkar al-Qubbah al-Khadhra’ (kubah hijau yang menaungi makam Rasulullah Saw.) dan mengajak mengeluarkan makan Rasulullah Saw. dan Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar ke lokasi luar Masjid Nabawi (lihat Tahdzir al-Sajid min Ittikhadz al-Qubur Masajid, hal. 68), dan bahkan al-Albani berani menyatakan secara bahwa sikap Imam Bukhari dalam menta’wil sebuah ayat di dalam kitab Shahih Bukhari adalah sikap yang tidak pantas dilakukan seorang Muslim yang beriman (artinya secara tidak langsung ia telah menuduh al-Bukhari kafir dengan sebab ta’wilnya tersebut) (lihat Fatawa al-Albani, hal. 523).
Jadi, setelah mengetahui kenyataan yang sedemikian buruknya tentang kredibilitas al-Albani dalam kegemarannya mengomentari hadis-hadis Rasulullah Saw. yang terdapat di berbagai kitab para ulama, maka orang-orang berakal sehat tidak akan lagi memandang “pantas” untuk menjadikan karya-karya al-Albani sebagai rujukan ilmiah, apalagi dalam rangka memvonis suatu amalan sebagai bid’ah hanya karena dalilnya didha’ifkan oleh al-Albani. Kejanggalan al-Albani itu bahkan juga dirasakan oleh ulama Wahabi seperti al-’Utsaimin dan yang lainnya, sehingga para pengikut Salafi & Wahabi (terutama yang ada di Indonesia) tidak sepantasnya mengunggulkan karya-karya al-Albani, apalagi menerbitkan dan menyebarluaskannya.
Irfan Kenken,
https://www.facebook.com/notes/aku-irfan-kenken/kedudukan-syaikh-nashiruddin-al-albani-dalam-menilai-hadis/119621728077011
http://ummatipress.com/2010/05/31/masa-depan-kredibilitas-syeikh-al-albani-yang-semakin-memburuk/
Kedudukan Syaikh Nashiruddin al-Albani Dalam Menilai Hadits
Syaikh Nashiruddin al-AlBani adalah nama yang tidak asing di kalangan para pelajar ilmu hadis belakangan ini. Namanya banyak dicantumkan oleh para penulis buku-buku Islam (terutama yang berpaham Salafi & Wahabi) saat mengomentari suatu hadis. Karya-karyanya juga sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para pengagumnya, sehingga namanya kini juga banyak didapati di toko-toko buku dan stan-stan pameran buku, berhubung penerbit-penerbit buku atau majalah berhaluan Salafi & Wahabi belakangan sudah semakin menjamur.
Akan tetapi, tahukah anda, bahwa sesungguhnya kepiawaian Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam menilai hadis diragukan oleh para ulama hadis, bahkan cenderung tidak diakui, menimbang bahwa beliau tidak memiliki jalur keilmuan yang jelas dalam bidang tersebut. Lebih jelasnya, penulis akan menyebutkan sekelumit gambaran tentang pribadi Syaikh al-Albani ini sebagaimana ditulis oleh Tim Bahtsul Masa’il PCNU Jember di dalam buku Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), halaman 245-247 sebagai berikut:
Dewasa ini tidak sedikit di antara pelajar Ahlussunnah Waljama’ah yang tertipu dengan karya-karya al-Albani dalam bidang ilmu hadits, karena belum mengetahui siapa sebenarnya al-Albani itu. Pada mulanya, al-Albani adalah seorang tukang jam. Ia memiliki kegemaran membaca buku. Dari kegemarannya ini, ia curahkan untuk mendalami ilmu hadits secara otodidak, tanpa mempelajari hadits dan ilmu agama yang lain kepada para ulama, sebagaimana yang menjadi tradisi ulama salaf dan ahli hadits. Oleh karena itu al-Albani tidak memiliki sanad hadits yang mu’tabar (diakui-red). Kemudian ia mengaku sebagai pengikut salaf, padahal memiliki akidah yang berbeda dengan mereka, yaitu aqidah Wahhabi dan tajsim (menafsirkan ayat-ayat tentang fisik Allah apa adanya-red).
Oleh karena akidah al-Albani yang berbeda denga akidah ulama ahli hadits dan kaum Muslimin, maka hadits-hadits yang menjadi hasil kajiannya sering bertentangan dengan pandangan ulama ahli hadits. Tidak jarang al-Albani menilai dha’if dan maudhu’ terhadap hadits-hadits yang disepakati keshahihannya oleh para hafizh, hanya dikarenakan hadits tersebut berkaitan dengan dalil tawassul. Salah satu contoh misalnya, dalam kitabnya al-Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu (cet. 3, hal. 128), al-Albani mendha’ifkan hadits Aisyah Ra. yang diwayatkan oleh ad-Darimi dalam al-Sunan-nya, dengan alasan dalam sanad hadits tersebut terdapat perawi yang bernama Sa’id bin Zaid, saudara Hammad bin Salamah. Padahal dalam kitabnya yang lain, al-Albani sendir telah menilai Sa’id bin Zaid ini sebagai perawi yang hasan (baik) dan jayyid (bagus) haditsnya yaitu dalam kitabnya Irwa’ al-Ghalil (5/338).
Di antara Ulama Islam yang mengkritik al-Albani adalah al-Imam al-Jalil Muhammad Yasin al-Fadani penulis kitab al-Durr al-Mandhud Syarh Sunan Abi Dawud dan Fath al-’Allam Syarh Bulugh al-Maram; al-Hafizh Abdullah al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdul Aziz al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdullah al-Harari al-Abdari dari Lebanon pengarang Syarh Alfiyah al-Suyuthi fi Mushthalah al-Hadits; al-Muhaddits Mahmud Sa’id Mamduh dari Uni Emirat Arab pengarang kitab Raf’u al-Manarah li-Takhrij Ahadits al-Tawassul wa al-Ziyarah; al-Muhaddits Habiburrahman al-A’zhami dari India; Syaikh Muhammad bin Ismail al-Anshari seorang peniliti Komisi Tetap Fatwa Wahhabi dari Saudi Arabia; Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Khazraji menteri agama dan wakaf Uni Emirat Arab; Syaikh Badruddin Hasan Dayyab dari Damaskus; Syaikh Muhammad Arif al-Juwaijati; Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf dari Yordania; al-Imam al-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dari Mekkah; Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dari Najd (ulama Wahabi-red) yang menyatakan bahwa al-Albani tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali; dan lain-lain. Masing-masing ulama tersebut telah mengarang bantahan terhadap al-Albani (sebagian dari buku-buku al-Albani dan bantahannya ada pada perpustakaan kami [Tim PCNU Jember-red]).
Tulisan Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf yang berjudul Tanaqudhat al-Albani al-Wadhihat merupakan kitab yang menarik dan mendalam dalam mengungkapkan kesalahan fatal al-Albani tersebut. Beliau mencatat seribu lima ratus (1500) kesalahan yang dilakukan al-Albani lengkap dengan data dan faktanya. Bahkan menurut penelitian ilmiah beliau, ada tujuh ribu (7000) kesalahan fatal dalam buku-buku yang ditulis al-Albani. Dengan demikian, apabila mayoritas ulama sudah menegaskan penolakan tersebut, berarti Nashiruddin al-Albani itu memang tidak layak untuk diikuti dan dijadikan panutan.
Kenyataan tersebut di atas juga diakui oleh Syaikh Yusuf Qardhawi di dalam tanggapan beliau terhadap al-Albani yang mengomentari hadis-hadis di dalam kitab beliau berjudul al-Halal wal-Haram fil-Islam, sebagai berikut:
“Oleh sebab itu, penetapan Syaikh al-Albani tentang dha’if-nya suatu hadits bukan merupakan hujjah yang qath’I (pasti-red) dan sebagai kata pemutus. Bahkan dapat saya katakan bahwa Syaikh al-Albani hafizhahullah kadang-kadang melemahkan suatu hadits dalam satu kitab dan mengesahkannya (menshahihkannya-red) dalam kitab lain”. (Lihat Halal dan Haram , DR. Yusuf Qardhawi, Robbani Press, Jakarta, 2000, hal. 417).
Syaikh Yusuf Qardhawi juga banyak menghadirkan bukti-bukti kecerobohan al-Albani dalam menilai hadis yang sekaligus menunjukkan sikapnya yang “plin-plan”, sehingga hasil penelitiannya terhadap hadis sangat diragukan dan tidak dapat dijadikan pedoman. Belum lagi bila menilik fatwa-fatwa al-Albani yang kontroversial, maka semakin tampaklah cacat yang dimilikinya itu.
Di antara fatwa-fatwa al-Albani yang kontroversial itu sebagaimana disebut di dalam buku Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), halaman 241-245 adalah :
1. Mengharamkan memakai cincin, gelang, dan kalung emas bagi kaum wanita
2. Mengharamkan berwudhu dengan air yang lebih dari satu mud (sekitar setengah liter) dan mengharamkan mandi dengan air yang lebih dari lima mud (sekitar tiga liter).
3. Mengharamkan shalat malam melebihi 11 raka’at.
4. Mengharamkan memakai tasbih (penghitung) untuk berdzikir.
5. Melarang shalat tarawih melebihi 11 raka’at.
Ada pula fatwa-fatwanya yang nyeleneh, seperti: Menganggap adzan kedua di hari Jum’at sebagai bid’ah yang tidak boleh dilakukan (lihat al-Ajwibah al-Nafi’ah), menganggap bid’ah berkunjung kepada keluarga dan sanak famili pada saat hari raya, mengharuskan warga Muslim Palestina agar keluar dari negeri mereka dan menganggap yang masih bertahan di Palestina adalah kafir (lihat Fatawa al-Albani, dikumpulkan oleh ‘Ukasyah Abdul Mannan, hal. 18), mengajak kaum Muslimin untuk membongkar al-Qubbah al-Khadhra’ (kubah hijau yang menaungi makam Rasulullah Saw.) dan mengajak mengeluarkan makan Rasulullah Saw. dan Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar ke lokasi luar Masjid Nabawi (lihat Tahdzir al-Sajid min Ittikhadz al-Qubur Masajid, hal. 68), dan bahkan al-Albani berani menyatakan secara bahwa sikap Imam Bukhari dalam menta’wil sebuah ayat di dalam kitab Shahih Bukhari adalah sikap yang tidak pantas dilakukan seorang Muslim yang beriman (artinya secara tidak langsung ia telah menuduh al-Bukhari kafir dengan sebab ta’wilnya tersebut) (lihat Fatawa al-Albani, hal. 523).
Jadi, setelah mengetahui kenyataan yang sedemikian buruknya tentang kredibilitas al-Albani dalam kegemarannya mengomentari hadis-hadis Rasulullah Saw. yang terdapat di berbagai kitab para ulama, maka orang-orang berakal sehat tidak akan lagi memandang “pantas” untuk menjadikan karya-karya al-Albani sebagai rujukan ilmiah, apalagi dalam rangka memvonis suatu amalan sebagai bid’ah hanya karena dalilnya didha’ifkan oleh al-Albani. Kejanggalan al-Albani itu bahkan juga dirasakan oleh ulama Wahabi seperti al-’Utsaimin dan yang lainnya, sehingga para pengikut Salafi & Wahabi (terutama yang ada di Indonesia) tidak sepantasnya mengunggulkan karya-karya al-Albani, apalagi menerbitkan dan menyebarluaskannya.
Irfan Kenken,
https://www.facebook.com/notes/aku-irfan-kenken/kedudukan-syaikh-nashiruddin-al-albani-dalam-menilai-hadis/119621728077011
http://ummatipress.com/2010/05/31/masa-depan-kredibilitas-syeikh-al-albani-yang-semakin-memburuk/
mencari petunjuk- SERSAN SATU
- Posts : 192
Join date : 27.10.11
Reputation : 6
Re: kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
Hahah...payah deh, bung MP, berusaha sekuat tenaga ngubek2 google untuk Menjatuhkan Al-bani...
Bung MP ini sudah punya salah satu bukunya apa belum sih...??ngemeng seenaknya aja...saya bukan penggemar al bani, tapi apa yang saya baca dari albani adalah suatu yang sangat berharga, beliau mengungkap ribuan hadis yang bersanad dan perawi yang meragukan,
Lihat niatnya bung...berulang kali saya sampaikan, tapi masih saja iri hati dan dengki anda tidak hilang...
Iye, tapi sampeyan belom punya bukunya, makanya bisa ngoceh ini dan itu hasil dari copas sana copas sini tanpa menilainya terlebih dahulu dari karya2nya...
Gajah*gagap sejarah**..tapi so tauuuu....
Memangnya kenapa dengan profesi tukang/pedagang jam..??**jawab yang ini, jangn belaga ga liat terus**...TS hanya bermodalkan iri hati dan dengki terhadap seseorang Al-bani sehingga berusaha sekuat tenaga menjatuhkan “orangnya” bukan “ilmunya”...
lalu bagaimana dengan background pendidikannya tentang ilmu keislaman, ko ga dibawa...??Albani sudah mulai mempelajari bahasa arab dari ia masih kecil kemudian masuk madrasah yang dikelola oleh Jum’iyah al-Is’af al-Khairiyah hingga kelas berakhir tingkat ibadiyah...albani mulai mengkonsentrasikan diri pada ilmu hadis pada usia ke 20 tahun karena terkesannya ia pada pada pembahasan pembahasan yang majalah al-manar, selain itu albani juga memanfaatkan perpustakaan azh-zhahiriyah(damaskus) karena ketekunannya ia diberikan ruang khusus baginya dan diberi wewenang untuk memegang kunci.. [wikipedia; Iqbal M ambara – tokoh tokoh super inspiratif]
Keahliannya dalam bidang Hadits diakui oleh banyak ulama hadits yang lain, baik masa lalu maupun sekarang, termasuk DR. Amin Al-Mishri, kepala Studi Islam di Universitas Madinah yang juga termasuk salah satu murid Syaikh Al-Albani, juga Dr. Syubhi Ash-Shalah, mantan kepala bidang Ilmu Hadits di Universitas Damaskus, DR. Ahmad Al-Asal, kepala Studi Islam di Universitas Riyadh, Ulama Hadits Pakistan sekarang, ‘Allamah Badi’uddien Syah As-Sindi; Syaikh Muhammad Thayyib Awkij, mantan kepala Ilmu Tasfir dan Hadits dari Universitas Ankara di Turki; belum lagi pengakuan dari Ulama Kibar dari Saudi Arabia, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Syaikh Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin, Syaikh Muqbil bin Hadi, dan banyak lagi yang lain pada masa berikutnya.
Sebagai pengakuan ulama Arab terhadap keilmuannya mengenai hadits, pihak Al-jami’ah Al-Islamiyyah (Universitas Islam Madinah) di Madinah Al-munawwarah memilihnya sebagai pengajar materi hadits, ilmu dan fiqih hadits di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama 3 tahun dari 1381 H sampai 1383 H. Pada tahun 1395 H sampai 1397 H pengurus Al-Jami’ah mengangkatnya sebagai salah satu anggota majelis tinggi Al-Jami’ah. Saat berada disana ia menjadi tokoh panutan dalam kesungguhan dan keikhlasan. Ketika jam istirahat tiba dimana dosen-dosen lain menimati hidangan teh dan kurma, ia lebih asyik duduk-duduk di pasir bersama murid-muridnya untuk memberi pelajaran tambahan. Hubungannya dengan murid adalah hubungan persahabatan, bukan semata hubungan guru-murid saja. Ia juga pernah diminta oleh Menteri Penerangan Kerajaan Arab Saudi untuk menangani jurusan hadits pada pendidikan S2 di Al-Jami’ah Makkah Al-Mukarramah pada tahun 1388 H, namun karena beberapa hal keinginan tersebut tidak tercapai. Atas jasanya berkhidmat untuk As-Sunnah An-Nabawiyah, ia mendapatkan sebuah penghargaan dari kerajaan Arab Saudi berupa Piagam King Faisal pada tanggal 14 Dzulqa’idah 1419 H.
Setelah menganalisa Hadits-hadits pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, seorang ulama hadits India, Syaikh Muhammad Musthofa A’dhami (kepala Ilmu Hadits di Makkah), memilih Syaikh Al-Albani untuk memeriksa dan mengoreksi kembali analisanya, dan pekerjaan tersebut telah diterbitkan empat jilid lengkap dengan ta’liq (catatan) dari keduanya. Ini adalah tazkiyah dari ulama yang lain atas keilmuan hadits Syaikh Al-Albani.
Pada edisi dari himpunan Hadits terkenal, Misykah al-Mashabih, penerbit Maktabah Islamy meminta Syaikh Al-Albani untuk memeriksa pekerjaan mereka sebelum diterbitkan. Pihak penerbit telah menulis pada bagian pendahuluan, ”Kami meminta kepada ulama hadits, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, untuk membantu kami dalam memeriksa Misykat dan bertanggung jawab untuk memberi tambahan hadits-hadits yang diperlukan dan meneliti serta memeriksa kembali sumber-sumber dan keasliannya pada tempat-tempat yang diperlukan, dan membetulkan kesalahan-kesalahan…”.[wikipedia; Iqbal M ambara – tokoh tokoh super inspiratif]
masih mau maksain bilang otodidak..??lagipula apa yang salah dengan otodidak, selama bisa menghasilkan karya2 yang besar....
Harusnya TS minimal punya bukunya atu biji ajah, jadi bisa ngerem2 dikit pas bikin posting hujatan model gene...albani selalu mendahului PENDAPATNYA setelah didahului oleh pendapat ulama2 besar seperti ..:
Ibnu Qayyim (al manar) – al Hafids al iraqi; Ibnu Hajar(taqrib at-Tahdzib); al-Hakim(ma’rifat Ulumul Hadits);Ibnu Jauzi; Suyuthi (al-La’ali), dan masih banyak lagi.........[Jilid 1];; Ibnu Yunus; Ibnu Hibban; Abu Hatim......[jilid 2];; Az-Zaila’i (Nashabur Rayah); al-Bushairi(az-Zawaid); adz Dzahabi (al-Lisan); Al-Haitsami, dan masih banyak lagi.....[jlid 3];; Ibnu Khuzaimah; Ibnu Abi Hatim; al-Baihaqi .....[jilid 4]
Akidahnya berbeda seperti apa..??coba jelaskan... Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh al-Albani yang diakui dan yang pernah ada, beraliran “Sunni” bukan “syiah”;”ahmadiyah”, “eden” dsb.... al bani mempunyai aqidah yang sama dengan aliran sunni, dimana berbedanya..??apa anda syiah, ahmadiayah..?sehingga mengklain kalau albani mempunyai perbedaan aqidah...
Sekali lagi pak MP...anda Cuma mendasari copasan google diatas dengan iri Hati dan dengki...tapi tanpa pengetahuan yang cukup untuk membuat suatu hujatan kepada Ulama besar seperti Albani...
Memang sering kali albani menilai dengan pendapatnya suatu Hadis menjadi Dhaif atau maudhu setlah sebelumnya shahih...tapi dasarnya dalam mendhaifkan selalu dicantumkan dan berbagai argumen yang mendukung penelitiannya dari ulama2 besar, tidak hanya dari dirinya..justru yang berasal dari dirinya selalu beliau mengatakan “MENURUT SAYA”/”menurut “PENDAPAT SAYA”...
Mengenai contoh hadis yang bung MP kemukakan, apa judul hadisnya..??kenapa hanya mencantumkan nama-nama perawinya saja..?? lagi2 bung MP menggunakan jurus lempar batu sembunyi tangan...
silahkan bahas hadisnya, saya bukan mau membela albani, tapi melihat kebenaran dari anda karena sudah sangat terlanjur sesumbar mengumbar hujatan terhadap ulama besar...
Halah..mau nakut2in orang pak, sudh saya katakan diatas, albani meneliti Hadis yang lalu mungkin menemukan kecacatan dari segi sanad perawi setelah sebelumnya mendapat data2 dari para ulama pendahulu yang hanya saja ulama2 tersebut tidak membuat menjadi satu bendel/satu judul dalam kitab2 mereka mengenai hadis2 paslu, lemah, dsb..lagipula kritik itu relatif pak...presiden mana didunia ini yang tidak dikritik oleh rakyatnya, padahal presiden merupakan orang no 1 di negaranya...namanya juga manusia, selalu tidak puas, kalau kebetulan bisa bicara yaa mereka akan bicara tentang ketidakpuasannya...
Tulisan al bani bukan merupakan Fatwa, atau berasal dari Allah swt spt al quran.. al bani hanya seorang manusia biasa yang berniat membantu yang lainnya melalui penelitiannya, kalau tidak diterima pendapatnya yaaa biar, kalau mau diterima beliau mempersilahkan untuk meneliti hasil penelitiannya terlebih dahulu dan beliau sangat menerima kritikan seperti yang beliau ungkapkan dalam pendahuluan kitab hadis dhaifnya...
Tapi apa yang kalian lakukan lebih benar dari apa yang beliau lakukan..??kalian menghujat albani, menuduh ini dan itu, Atau bung MP mau mengajarkan untuk kepada umat islam agar, telan aja apa yang sudah tertera dalam hadis, imani dan amini apa yang sudah menjadi hadis tidak perduli bunyinya aneh, tidak ada perawinya, sanadnya terputus, karangan tetangga, dsb..??
Hhahah...apa yang menjadi karyanya memang bukan serta merta menjadi Hujjah, tapi apa yang ia sampaikan bisa menjadi bahan pertimbangan/inspirasi/pencetus ide apakah hadis yang kita jadikan hujjah berasal dari rasulullah saw atau berasal dari orang yang tidak dikenal, pembohong, dll
Siapa irfan...??tidak dikenal..ulama kah dia..??kyai kah dia..??jangan2 Cuma orang2 yang mempunyai iri hati dan dengki dan doyan mengkafir2 umat islam...lalu jangan jangan beliau hanya bermodalkan nyewa warnet untuk mencari sumber2 hujatannya...
si irfan cuma tukang copas...kebetulan copasan ini diambil dari buku nya 'syaikh idahram'..yang menurut saya sudah sentimen dengan wahabi, jadi semua ia kait2kan...ada yang berbeda dengan kebiasaan di indonesia, lalu ia anggap pemicu garis keras, sentimen nya terhadap wahabi, dsb...padahal apa yang diambil dari albani adalah sebagai pertimbangan dalam mempelajari hadis dan justru hanya dialah yang paling rajin dan kritis dalam bidang meneliti keshahihan hadis, sebagai inspirasi untuk menggugurkan bid'ah2, dll...
Boleh saya saran... beli dulu bukunya, lihat bentuk dan gaya penulisan al bani...teliti, resapi, pikirkan, dijamin 1000% anda tidak menemui seorang penyesat pada albani melaikan beliau berusaha sekuat tenaga untuk memurnikan ajaran yang dibawa melalui sunnah Nabi saw...
tulisan macam apa ini...??mirip dengan netter2 FFI, tidk ada intelektualitasnya, hujatan ygn kekanak-kanakan...
dewasa dikit bung irfan dan Bung MP selaku pengikutnya..
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
Bung MP ini sudah punya salah satu bukunya apa belum sih...??ngemeng seenaknya aja...saya bukan penggemar al bani, tapi apa yang saya baca dari albani adalah suatu yang sangat berharga, beliau mengungkap ribuan hadis yang bersanad dan perawi yang meragukan,
Lihat niatnya bung...berulang kali saya sampaikan, tapi masih saja iri hati dan dengki anda tidak hilang...
MP wrote :
Masa Depan Kredibilitas Syeikh al-Albani yang Semakin Memburuk
Kedudukan Syaikh Nashiruddin al-Albani Dalam Menilai Hadits
Syaikh Nashiruddin al-AlBani adalah nama yang tidak asing di kalangan para pelajar ilmu hadis belakangan ini. Namanya banyak dicantumkan oleh para penulis buku-buku Islam (terutama yang berpaham Salafi & Wahabi) saat mengomentari suatu hadis. Karya-karyanya juga sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para pengagumnya, sehingga namanya kini juga banyak didapati di toko-toko buku dan stan-stan pameran buku, berhubung penerbit-penerbit buku atau majalah berhaluan Salafi & Wahabi belakangan sudah semakin menjamur.
Iye, tapi sampeyan belom punya bukunya, makanya bisa ngoceh ini dan itu hasil dari copas sana copas sini tanpa menilainya terlebih dahulu dari karya2nya...
MP wrote :
Akan tetapi, tahukah anda, bahwa sesungguhnya kepiawaian Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam menilai hadis diragukan oleh para ulama hadis, bahkan cenderung tidak diakui, menimbang bahwa beliau tidak memiliki jalur keilmuan yang jelas dalam bidang tersebut. Lebih jelasnya, penulis akan menyebutkan sekelumit gambaran tentang pribadi Syaikh al-Albani ini sebagaimana ditulis oleh Tim Bahtsul Masa’il PCNU Jember di dalam buku Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), halaman 245-247 sebagai berikut:
Dewasa ini tidak sedikit di antara pelajar Ahlussunnah Waljama’ah yang tertipu dengan karya-karya al-Albani dalam bidang ilmu hadits, karena belum mengetahui siapa sebenarnya al-Albani itu. Pada mulanya, al-Albani adalah seorang tukang jam. Ia memiliki kegemaran membaca buku. Dari kegemarannya ini, ia curahkan untuk mendalami ilmu hadits secara otodidak, tanpa mempelajari hadits dan ilmu agama yang lain kepada para ulama, sebagaimana yang menjadi tradisi ulama salaf dan ahli hadits. Oleh karena itu al-Albani tidak memiliki sanad hadits yang mu’tabar (diakui-red). Kemudian ia mengaku sebagai pengikut salaf, padahal memiliki akidah yang berbeda dengan mereka, yaitu aqidah Wahhabi dan tajsim (menafsirkan ayat-ayat tentang fisik Allah apa adanya-red).
Gajah*gagap sejarah**..tapi so tauuuu....
Memangnya kenapa dengan profesi tukang/pedagang jam..??**jawab yang ini, jangn belaga ga liat terus**...TS hanya bermodalkan iri hati dan dengki terhadap seseorang Al-bani sehingga berusaha sekuat tenaga menjatuhkan “orangnya” bukan “ilmunya”...
lalu bagaimana dengan background pendidikannya tentang ilmu keislaman, ko ga dibawa...??Albani sudah mulai mempelajari bahasa arab dari ia masih kecil kemudian masuk madrasah yang dikelola oleh Jum’iyah al-Is’af al-Khairiyah hingga kelas berakhir tingkat ibadiyah...albani mulai mengkonsentrasikan diri pada ilmu hadis pada usia ke 20 tahun karena terkesannya ia pada pada pembahasan pembahasan yang majalah al-manar, selain itu albani juga memanfaatkan perpustakaan azh-zhahiriyah(damaskus) karena ketekunannya ia diberikan ruang khusus baginya dan diberi wewenang untuk memegang kunci.. [wikipedia; Iqbal M ambara – tokoh tokoh super inspiratif]
Keahliannya dalam bidang Hadits diakui oleh banyak ulama hadits yang lain, baik masa lalu maupun sekarang, termasuk DR. Amin Al-Mishri, kepala Studi Islam di Universitas Madinah yang juga termasuk salah satu murid Syaikh Al-Albani, juga Dr. Syubhi Ash-Shalah, mantan kepala bidang Ilmu Hadits di Universitas Damaskus, DR. Ahmad Al-Asal, kepala Studi Islam di Universitas Riyadh, Ulama Hadits Pakistan sekarang, ‘Allamah Badi’uddien Syah As-Sindi; Syaikh Muhammad Thayyib Awkij, mantan kepala Ilmu Tasfir dan Hadits dari Universitas Ankara di Turki; belum lagi pengakuan dari Ulama Kibar dari Saudi Arabia, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Syaikh Muhammad bin Shalih ‘Utsaimin, Syaikh Muqbil bin Hadi, dan banyak lagi yang lain pada masa berikutnya.
Sebagai pengakuan ulama Arab terhadap keilmuannya mengenai hadits, pihak Al-jami’ah Al-Islamiyyah (Universitas Islam Madinah) di Madinah Al-munawwarah memilihnya sebagai pengajar materi hadits, ilmu dan fiqih hadits di perguruan tinggi tersebut. Ia bertugas selama 3 tahun dari 1381 H sampai 1383 H. Pada tahun 1395 H sampai 1397 H pengurus Al-Jami’ah mengangkatnya sebagai salah satu anggota majelis tinggi Al-Jami’ah. Saat berada disana ia menjadi tokoh panutan dalam kesungguhan dan keikhlasan. Ketika jam istirahat tiba dimana dosen-dosen lain menimati hidangan teh dan kurma, ia lebih asyik duduk-duduk di pasir bersama murid-muridnya untuk memberi pelajaran tambahan. Hubungannya dengan murid adalah hubungan persahabatan, bukan semata hubungan guru-murid saja. Ia juga pernah diminta oleh Menteri Penerangan Kerajaan Arab Saudi untuk menangani jurusan hadits pada pendidikan S2 di Al-Jami’ah Makkah Al-Mukarramah pada tahun 1388 H, namun karena beberapa hal keinginan tersebut tidak tercapai. Atas jasanya berkhidmat untuk As-Sunnah An-Nabawiyah, ia mendapatkan sebuah penghargaan dari kerajaan Arab Saudi berupa Piagam King Faisal pada tanggal 14 Dzulqa’idah 1419 H.
Setelah menganalisa Hadits-hadits pada kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, seorang ulama hadits India, Syaikh Muhammad Musthofa A’dhami (kepala Ilmu Hadits di Makkah), memilih Syaikh Al-Albani untuk memeriksa dan mengoreksi kembali analisanya, dan pekerjaan tersebut telah diterbitkan empat jilid lengkap dengan ta’liq (catatan) dari keduanya. Ini adalah tazkiyah dari ulama yang lain atas keilmuan hadits Syaikh Al-Albani.
Pada edisi dari himpunan Hadits terkenal, Misykah al-Mashabih, penerbit Maktabah Islamy meminta Syaikh Al-Albani untuk memeriksa pekerjaan mereka sebelum diterbitkan. Pihak penerbit telah menulis pada bagian pendahuluan, ”Kami meminta kepada ulama hadits, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, untuk membantu kami dalam memeriksa Misykat dan bertanggung jawab untuk memberi tambahan hadits-hadits yang diperlukan dan meneliti serta memeriksa kembali sumber-sumber dan keasliannya pada tempat-tempat yang diperlukan, dan membetulkan kesalahan-kesalahan…”.[wikipedia; Iqbal M ambara – tokoh tokoh super inspiratif]
masih mau maksain bilang otodidak..??lagipula apa yang salah dengan otodidak, selama bisa menghasilkan karya2 yang besar....
Harusnya TS minimal punya bukunya atu biji ajah, jadi bisa ngerem2 dikit pas bikin posting hujatan model gene...albani selalu mendahului PENDAPATNYA setelah didahului oleh pendapat ulama2 besar seperti ..:
Ibnu Qayyim (al manar) – al Hafids al iraqi; Ibnu Hajar(taqrib at-Tahdzib); al-Hakim(ma’rifat Ulumul Hadits);Ibnu Jauzi; Suyuthi (al-La’ali), dan masih banyak lagi.........[Jilid 1];; Ibnu Yunus; Ibnu Hibban; Abu Hatim......[jilid 2];; Az-Zaila’i (Nashabur Rayah); al-Bushairi(az-Zawaid); adz Dzahabi (al-Lisan); Al-Haitsami, dan masih banyak lagi.....[jlid 3];; Ibnu Khuzaimah; Ibnu Abi Hatim; al-Baihaqi .....[jilid 4]
Oleh karena akidah al-Albani yang berbeda denga akidah ulama ahli hadits dan kaum Muslimin, maka hadits-hadits yang menjadi hasil kajiannya sering bertentangan dengan pandangan ulama ahli hadits. Tidak jarang al-Albani menilai dha’if dan maudhu’ terhadap hadits-hadits yang disepakati keshahihannya oleh para hafizh, hanya dikarenakan hadits tersebut berkaitan dengan dalil tawassul. Salah satu contoh misalnya, dalam kitabnya al-Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu (cet. 3, hal. 128), al-Albani mendha’ifkan hadits Aisyah Ra. yang diwayatkan oleh ad-Darimi dalam al-Sunan-nya, dengan alasan dalam sanad hadits tersebut terdapat perawi yang bernama Sa’id bin Zaid, saudara Hammad bin Salamah. Padahal dalam kitabnya yang lain, al-Albani sendir telah menilai Sa’id bin Zaid ini sebagai perawi yang hasan (baik) dan jayyid (bagus) haditsnya yaitu dalam kitabnya Irwa’ al-Ghalil (5/338).
Akidahnya berbeda seperti apa..??coba jelaskan... Muhammad Nashiruddin bin al-Haj Nuh al-Albani yang diakui dan yang pernah ada, beraliran “Sunni” bukan “syiah”;”ahmadiyah”, “eden” dsb.... al bani mempunyai aqidah yang sama dengan aliran sunni, dimana berbedanya..??apa anda syiah, ahmadiayah..?sehingga mengklain kalau albani mempunyai perbedaan aqidah...
Sekali lagi pak MP...anda Cuma mendasari copasan google diatas dengan iri Hati dan dengki...tapi tanpa pengetahuan yang cukup untuk membuat suatu hujatan kepada Ulama besar seperti Albani...
Memang sering kali albani menilai dengan pendapatnya suatu Hadis menjadi Dhaif atau maudhu setlah sebelumnya shahih...tapi dasarnya dalam mendhaifkan selalu dicantumkan dan berbagai argumen yang mendukung penelitiannya dari ulama2 besar, tidak hanya dari dirinya..justru yang berasal dari dirinya selalu beliau mengatakan “MENURUT SAYA”/”menurut “PENDAPAT SAYA”...
Mengenai contoh hadis yang bung MP kemukakan, apa judul hadisnya..??kenapa hanya mencantumkan nama-nama perawinya saja..?? lagi2 bung MP menggunakan jurus lempar batu sembunyi tangan...
silahkan bahas hadisnya, saya bukan mau membela albani, tapi melihat kebenaran dari anda karena sudah sangat terlanjur sesumbar mengumbar hujatan terhadap ulama besar...
MP wrote :
Di antara Ulama Islam yang mengkritik al-Albani adalah al-Imam al-Jalil Muhammad Yasin al-Fadani penulis kitab al-Durr al-Mandhud Syarh Sunan Abi Dawud dan Fath al-’Allam Syarh Bulugh al-Maram; al-Hafizh Abdullah al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdul Aziz al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdullah al-Harari al-Abdari dari Lebanon pengarang Syarh Alfiyah al-Suyuthi fi Mushthalah al-Hadits; al-Muhaddits Mahmud Sa’id Mamduh dari Uni Emirat Arab pengarang kitab Raf’u al-Manarah li-Takhrij Ahadits al-Tawassul wa al-Ziyarah; al-Muhaddits Habiburrahman al-A’zhami dari India; Syaikh Muhammad bin Ismail al-Anshari seorang peniliti Komisi Tetap Fatwa Wahhabi dari Saudi Arabia; Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Khazraji menteri agama dan wakaf Uni Emirat Arab; Syaikh Badruddin Hasan Dayyab dari Damaskus; Syaikh Muhammad Arif al-Juwaijati; Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf dari Yordania; al-Imam al-Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dari Mekkah; Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dari Najd (ulama Wahabi-red) yang menyatakan bahwa al-Albani tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali; dan lain-lain. Masing-masing ulama tersebut telah mengarang bantahan terhadap al-Albani (sebagian dari buku-buku al-Albani dan bantahannya ada pada perpustakaan kami [Tim PCNU Jember-red]).
Tulisan Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf yang berjudul Tanaqudhat al-Albani al-Wadhihat merupakan kitab yang menarik dan mendalam dalam mengungkapkan kesalahan fatal al-Albani tersebut. Beliau mencatat seribu lima ratus (1500) kesalahan yang dilakukan al-Albani lengkap dengan data dan faktanya. Bahkan menurut penelitian ilmiah beliau, ada tujuh ribu (7000) kesalahan fatal dalam buku-buku yang ditulis al-Albani. Dengan demikian, apabila mayoritas ulama sudah menegaskan penolakan tersebut, berarti Nashiruddin al-Albani itu memang tidak layak untuk diikuti dan dijadikan panutan.
Kenyataan tersebut di atas juga diakui oleh Syaikh Yusuf Qardhawi di dalam tanggapan beliau terhadap al-Albani yang mengomentari hadis-hadis di dalam kitab beliau berjudul al-Halal wal-Haram fil-Islam, sebagai berikut:
“Oleh sebab itu, penetapan Syaikh al-Albani tentang dha’if-nya suatu hadits bukan merupakan hujjah yang qath’I (pasti-red) dan sebagai kata pemutus. Bahkan dapat saya katakan bahwa Syaikh al-Albani hafizhahullah kadang-kadang melemahkan suatu hadits dalam satu kitab dan mengesahkannya (menshahihkannya-red) dalam kitab lain”. (Lihat Halal dan Haram , DR. Yusuf Qardhawi, Robbani Press, Jakarta, 2000, hal. 417).
Halah..mau nakut2in orang pak, sudh saya katakan diatas, albani meneliti Hadis yang lalu mungkin menemukan kecacatan dari segi sanad perawi setelah sebelumnya mendapat data2 dari para ulama pendahulu yang hanya saja ulama2 tersebut tidak membuat menjadi satu bendel/satu judul dalam kitab2 mereka mengenai hadis2 paslu, lemah, dsb..lagipula kritik itu relatif pak...presiden mana didunia ini yang tidak dikritik oleh rakyatnya, padahal presiden merupakan orang no 1 di negaranya...namanya juga manusia, selalu tidak puas, kalau kebetulan bisa bicara yaa mereka akan bicara tentang ketidakpuasannya...
Tulisan al bani bukan merupakan Fatwa, atau berasal dari Allah swt spt al quran.. al bani hanya seorang manusia biasa yang berniat membantu yang lainnya melalui penelitiannya, kalau tidak diterima pendapatnya yaaa biar, kalau mau diterima beliau mempersilahkan untuk meneliti hasil penelitiannya terlebih dahulu dan beliau sangat menerima kritikan seperti yang beliau ungkapkan dalam pendahuluan kitab hadis dhaifnya...
Tapi apa yang kalian lakukan lebih benar dari apa yang beliau lakukan..??kalian menghujat albani, menuduh ini dan itu, Atau bung MP mau mengajarkan untuk kepada umat islam agar, telan aja apa yang sudah tertera dalam hadis, imani dan amini apa yang sudah menjadi hadis tidak perduli bunyinya aneh, tidak ada perawinya, sanadnya terputus, karangan tetangga, dsb..??
Hhahah...apa yang menjadi karyanya memang bukan serta merta menjadi Hujjah, tapi apa yang ia sampaikan bisa menjadi bahan pertimbangan/inspirasi/pencetus ide apakah hadis yang kita jadikan hujjah berasal dari rasulullah saw atau berasal dari orang yang tidak dikenal, pembohong, dll
Jadi, setelah mengetahui kenyataan yang sedemikian buruknya tentang kredibilitas al-Albani dalam kegemarannya mengomentari hadis-hadis Rasulullah Saw. yang terdapat di berbagai kitab para ulama, maka orang-orang berakal sehat tidak akan lagi memandang “pantas” untuk menjadikan karya-karya al-Albani sebagai rujukan ilmiah, apalagi dalam rangka memvonis suatu amalan sebagai bid’ah hanya karena dalilnya didha’ifkan oleh al-Albani. Kejanggalan al-Albani itu bahkan juga dirasakan oleh ulama Wahabi seperti al-’Utsaimin dan yang lainnya, sehingga para pengikut Salafi & Wahabi (terutama yang ada di Indonesia) tidak sepantasnya mengunggulkan karya-karya al-Albani, apalagi menerbitkan dan menyebarluaskannya.
Irfan Kenken,
https://www.facebook.com/notes/aku-irfan-kenken/kedudukan-syaikh-nashiruddin-al-albani-dalam-menilai-hadis/119621728077011
Siapa irfan...??tidak dikenal..ulama kah dia..??kyai kah dia..??jangan2 Cuma orang2 yang mempunyai iri hati dan dengki dan doyan mengkafir2 umat islam...lalu jangan jangan beliau hanya bermodalkan nyewa warnet untuk mencari sumber2 hujatannya...
si irfan cuma tukang copas...kebetulan copasan ini diambil dari buku nya 'syaikh idahram'..yang menurut saya sudah sentimen dengan wahabi, jadi semua ia kait2kan...ada yang berbeda dengan kebiasaan di indonesia, lalu ia anggap pemicu garis keras, sentimen nya terhadap wahabi, dsb...padahal apa yang diambil dari albani adalah sebagai pertimbangan dalam mempelajari hadis dan justru hanya dialah yang paling rajin dan kritis dalam bidang meneliti keshahihan hadis, sebagai inspirasi untuk menggugurkan bid'ah2, dll...
Boleh saya saran... beli dulu bukunya, lihat bentuk dan gaya penulisan al bani...teliti, resapi, pikirkan, dijamin 1000% anda tidak menemui seorang penyesat pada albani melaikan beliau berusaha sekuat tenaga untuk memurnikan ajaran yang dibawa melalui sunnah Nabi saw...
Irfan Kenken,
seremmMMMMMMM,ganasssss,&sangarrrrRRRRRRRRRRR......
tulisan macam apa ini...??mirip dengan netter2 FFI, tidk ada intelektualitasnya, hujatan ygn kekanak-kanakan...
dewasa dikit bung irfan dan Bung MP selaku pengikutnya..
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Re: kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
dhans wrote:Pak MP..justru tulisan kritik pedas itu yang lebih mengacu pada perpecahan umat dan menebar kebencian terhadap ulama...
Sebelum mengatakan berulang kali dan menghina orang lain apalagi ulama seperti Al-bani, harusnya lebih kritis lagi..tidak asal ujuk2 saja mengatkan yang tidak2 dan propokatif...
Apa anda saudara MP mengetahui tujuan dari Albani yang mendaifkan hadis2 diatas...??
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa apa yang dilakukan Albani adalah sesuatu yang justru di sunnahkan oleh Rasulullah saw sendiri...hanya saja karena sedikitnya orang2 seperti beliau dan banyaknya orang yang sudah terlanjur mengamalkan hadis2 maudhu dan palsu, maka akan timbul rasa antipati terhadap beliau...Albani hanya membantu umat untuk lebih mengenal naskah2 hadis yang banyak beredar dimasyarakat selama beratus2 tahun tanpa mengetahui kebeneran dari hadis itu...
Justru salah satu tujuan dari pekerjaan Al bani dalam meneliti keshahihan Hadis itu adalh adanya kerusakan ahlak manusia pada zaman sekarang yang dipengaruhi hadis2 dan permusuhan mereka yang sengit terhadap ahli-sunnah, termsuk para pembela dan penyerunya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang terhina dengan yang terhormat..jadi pakerjaan al bani dalam hal ini adalh berusaha untuk kembali memurnikan ajaran islam yang banyak tercoreng melalui hadis2 palsu yang banyak beredar. Serta membangun dan membentuuk sosok pribadi Muslim yang tidka dilandasi oleh hadis hadis palsu dan dhaif. Melainkan hanya mengamalkan hadis2 yang sudah shahih setelah diteliti tentunya..
Kalau TS mengatakan AL bani tidak menguasai ilmu Hadis, ini terdengar lucu...:
Pertama TS dan sumber penukilan bukan bermaksud untuk mencari kebenaran Hadis, tapi malah berusaha menjatuhkan seorang ulama sekaligus peneliti yang tidak kalian ketahui kemampuannya...
Kedua, adalah suatu kewajaran kalau Albani melakukan kesalahan dalam penulisan terhadap koreksi hadis2 itu..tapi bukan itu seharusnya yang menjadikan masalah karena sebagai Manusia yang hanya mempunya otak sebesar kurang lebih segenggam kepalan2 tangan yang berusaha meneliti luasnya samudra ilmu Hadis, melainkan lihatlah kemulian niatnya..kalau mau didibaratkan pejuang islam di medan perang, jangan hanya bisa mengatakan si fulan tidak cukup bagus dalam berperang atau mengusai medan perang yang luas, tapi selama ia mempunyai niat yang kuat untuk bergabung itu sudah merupakan niat yang mulia..
Jadi kalau mau mentah2 menganggap kritik pedas diatas menganggap karya Albani yang bersifat membuat seorang muslim lebih kritis justru tidak ada. Apa jaminan kalian para pengkritik albani kalau hadis yang tersebar di dunia melalui 9 iman berjumalah puluhan ribu tidak ada satupun yang palsu..??????
logiskah kalau mau mengatakan “yaa mungkin saja”...**kalau mau kekeh sama jawaban ini akan saya berikan contoh yang tidak terbantahkan bahwa terdapat hadis2 palsu pada imam2 pengumpul hadis**
Lalu apa jaminannya kalau hadis yang beredar pada kitab2 hadis semuanya tidak terdapat perawi riwayat paslu/dhaif..? padahal salah satu musibah terbesar umat islam adalah tersebarnya hadis2 dhaif dan palsu ini dari mulai kalangan/zaman umar. Tersebarnya hadis2 palsu ini telah memberikan dampak negatif yang luar biasa. Diantaranya adalah perusakan segi aqidah terhadap hal-hal ghaib, segi syariat, dan sebagainya. Dan telah menjadi kehendak ilahi untuk tidak memberikan peristiwa ini tanpa mengutus atau memberikan keistimewaan pada sekelompok orang yang berkemampuan tinggi untuk menghentikan dampak negatif dan menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya pada halayak..
.......... \"Allah akan memperindah seseorang yang mendengar hadits dari kami, dia menghafalnya sehingga dia menyampaikannya kepada yang lainnya, bisa jadi orang yang mengusung fiqih menyampaikan kepada orang yang lebih faqih darinya, dan bisa jadi orang yang mengusung fiqih tidak termasuk orang yang faqih.\" ......[Tirmidzi]
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
Lalu mengenai bukti2 yang dicopas.. rasanya aneh kalau mau menjatuhkan kepribadian Al bani kalau Cuma mengatakan “ternyata hadis ini terdapat disini dan disitu*contoh Bukhari, Muslim, tirmizi, abu dawud, Ibnu Majah, dll**” padahal memang kebanyakan dari yang beliau koreksi memang berasal dari mereka para iMam pengumpul hadis, bukan hanya hadis2 yang tersebar namun tidak dicatat dalam kitab2 9 imam tersebut...
Jadi yang menjadi pertanyaan adalah.. mengapa TS dan sumber mengkoreksi al bani dari jalan itu..??aneh bukan..akan jauh lebih baik kalau TS dan sumber mengkoreksi melalui karyanya mis. Apabila albani telah menulis adannya perawi palsu disebabkan oleh identitas atau pribadi rawi yang buruk, maka TS dan sumber bisa memulai dari mengkoreksiinya dari itu juga dengan mengatakan kalau ternyata rawi yang dianggap tidak dipercaya ternyata mempunya catatan biografi yang baik, dsb..
Lalu bagaimana para pembaca bisa menilai kebenaran TS atau bisa mengkaji bersama, kalau penomoran itu hanya diambil dari catatan yang masih berbahasa inggris padahal buku koreksi perawi ada yang berbahasa indonesia dan banyak tersebar dipasaran....ini seolah olah, TS berusaha untuk menutup ruang persanggahan dari pembaca lain nya, karena buku yang beredar dalam bahasa indonesia tidak mendapati nomor2 diatas..saya jamin kalaui kita akan kesulitan mencari2 hadis yang dipermasalhkan, sementara masyarakat indo dan pembaca tentu masih banyak yang menggunakan bahasa indonesia...yang saya permasalahkan ini bukan bahasa inggrisnya atau bahasa arabnya, atau bahasa asing lainnya, Namun buku2 dalam bahasa tersebut mungkin berbeda dengan buku yang kita pakai disini yang sudah di acc sebelum disebarluaskan...
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: kesalahan syeikh al-albani dalam melemahkan suatu hadits
musicman wrote:dhans wrote:Pak MP..justru tulisan kritik pedas itu yang lebih mengacu pada perpecahan umat dan menebar kebencian terhadap ulama...
Sebelum mengatakan berulang kali dan menghina orang lain apalagi ulama seperti Al-bani, harusnya lebih kritis lagi..tidak asal ujuk2 saja mengatkan yang tidak2 dan propokatif...
Apa anda saudara MP mengetahui tujuan dari Albani yang mendaifkan hadis2 diatas...??
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa apa yang dilakukan Albani adalah sesuatu yang justru di sunnahkan oleh Rasulullah saw sendiri...hanya saja karena sedikitnya orang2 seperti beliau dan banyaknya orang yang sudah terlanjur mengamalkan hadis2 maudhu dan palsu, maka akan timbul rasa antipati terhadap beliau...Albani hanya membantu umat untuk lebih mengenal naskah2 hadis yang banyak beredar dimasyarakat selama beratus2 tahun tanpa mengetahui kebeneran dari hadis itu...
Justru salah satu tujuan dari pekerjaan Al bani dalam meneliti keshahihan Hadis itu adalh adanya kerusakan ahlak manusia pada zaman sekarang yang dipengaruhi hadis2 dan permusuhan mereka yang sengit terhadap ahli-sunnah, termsuk para pembela dan penyerunya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang terhina dengan yang terhormat..jadi pakerjaan al bani dalam hal ini adalh berusaha untuk kembali memurnikan ajaran islam yang banyak tercoreng melalui hadis2 palsu yang banyak beredar. Serta membangun dan membentuuk sosok pribadi Muslim yang tidka dilandasi oleh hadis hadis palsu dan dhaif. Melainkan hanya mengamalkan hadis2 yang sudah shahih setelah diteliti tentunya..
Kalau TS mengatakan AL bani tidak menguasai ilmu Hadis, ini terdengar lucu...:
Pertama TS dan sumber penukilan bukan bermaksud untuk mencari kebenaran Hadis, tapi malah berusaha menjatuhkan seorang ulama sekaligus peneliti yang tidak kalian ketahui kemampuannya...
Kedua, adalah suatu kewajaran kalau Albani melakukan kesalahan dalam penulisan terhadap koreksi hadis2 itu..tapi bukan itu seharusnya yang menjadikan masalah karena sebagai Manusia yang hanya mempunya otak sebesar kurang lebih segenggam kepalan2 tangan yang berusaha meneliti luasnya samudra ilmu Hadis, melainkan lihatlah kemulian niatnya..kalau mau didibaratkan pejuang islam di medan perang, jangan hanya bisa mengatakan si fulan tidak cukup bagus dalam berperang atau mengusai medan perang yang luas, tapi selama ia mempunyai niat yang kuat untuk bergabung itu sudah merupakan niat yang mulia..
Jadi kalau mau mentah2 menganggap kritik pedas diatas menganggap karya Albani yang bersifat membuat seorang muslim lebih kritis justru tidak ada. Apa jaminan kalian para pengkritik albani kalau hadis yang tersebar di dunia melalui 9 iman berjumalah puluhan ribu tidak ada satupun yang palsu..??????
logiskah kalau mau mengatakan “yaa mungkin saja”...**kalau mau kekeh sama jawaban ini akan saya berikan contoh yang tidak terbantahkan bahwa terdapat hadis2 palsu pada imam2 pengumpul hadis**
Lalu apa jaminannya kalau hadis yang beredar pada kitab2 hadis semuanya tidak terdapat perawi riwayat paslu/dhaif..? padahal salah satu musibah terbesar umat islam adalah tersebarnya hadis2 dhaif dan palsu ini dari mulai kalangan/zaman umar. Tersebarnya hadis2 palsu ini telah memberikan dampak negatif yang luar biasa. Diantaranya adalah perusakan segi aqidah terhadap hal-hal ghaib, segi syariat, dan sebagainya. Dan telah menjadi kehendak ilahi untuk tidak memberikan peristiwa ini tanpa mengutus atau memberikan keistimewaan pada sekelompok orang yang berkemampuan tinggi untuk menghentikan dampak negatif dan menyingkap tabirnya, kemudian menjelaskan hakikatnya pada halayak..
.......... \"Allah akan memperindah seseorang yang mendengar hadits dari kami, dia menghafalnya sehingga dia menyampaikannya kepada yang lainnya, bisa jadi orang yang mengusung fiqih menyampaikan kepada orang yang lebih faqih darinya, dan bisa jadi orang yang mengusung fiqih tidak termasuk orang yang faqih.\" ......[Tirmidzi]
Ambil yang baiknya kawan...buang yang salah...itulah seharusnya sikap menilai orang lain tidak hanya/apalagi albani...bukan menyalahkan atau menjatuhkan albani apalagi kalau tidak bisa membuktikan bahwa niat albani adalah untuk memecah belah umat lewat penelitiannya
Kalau albani melakukan kesalahan dalam karya, itu tidak mengurangi kemuliaanya sedikitpun karena niat baiknya...lagipula sering kali albani juga merasakan kalau dia telah berbuat kesalahan dalam karya dan kemudian merevisinya...beliau menjelaskan tentang itu
“agar diketahui oleh siapa saja yang Allah kehendaki bahwa ilmu tidak beku dan tidak pula menerima kebekuan. Ilmu selalu berkembang secara kontinyu dari satu kesalahan kepada kebenaran, dari yang benar menjadi lebih benar. Jadi kita tidak berpedoman pada kesalahan. Begitulah maksud yang harus diketahui umat/pembaca”
Lalu mengenai bukti2 yang dicopas.. rasanya aneh kalau mau menjatuhkan kepribadian Al bani kalau Cuma mengatakan “ternyata hadis ini terdapat disini dan disitu*contoh Bukhari, Muslim, tirmizi, abu dawud, Ibnu Majah, dll**” padahal memang kebanyakan dari yang beliau koreksi memang berasal dari mereka para iMam pengumpul hadis, bukan hanya hadis2 yang tersebar namun tidak dicatat dalam kitab2 9 imam tersebut...
Jadi yang menjadi pertanyaan adalah.. mengapa TS dan sumber mengkoreksi al bani dari jalan itu..??aneh bukan..akan jauh lebih baik kalau TS dan sumber mengkoreksi melalui karyanya mis. Apabila albani telah menulis adannya perawi palsu disebabkan oleh identitas atau pribadi rawi yang buruk, maka TS dan sumber bisa memulai dari mengkoreksiinya dari itu juga dengan mengatakan kalau ternyata rawi yang dianggap tidak dipercaya ternyata mempunya catatan biografi yang baik, dsb..
Lalu bagaimana para pembaca bisa menilai kebenaran TS atau bisa mengkaji bersama, kalau penomoran itu hanya diambil dari catatan yang masih berbahasa inggris padahal buku koreksi perawi ada yang berbahasa indonesia dan banyak tersebar dipasaran....ini seolah olah, TS berusaha untuk menutup ruang persanggahan dari pembaca lain nya, karena buku yang beredar dalam bahasa indonesia tidak mendapati nomor2 diatas..saya jamin kalaui kita akan kesulitan mencari2 hadis yang dipermasalhkan, sementara masyarakat indo dan pembaca tentu masih banyak yang menggunakan bahasa indonesia...yang saya permasalahkan ini bukan bahasa inggrisnya atau bahasa arabnya, atau bahasa asing lainnya, Namun buku2 dalam bahasa tersebut mungkin berbeda dengan buku yang kita pakai disini yang sudah di acc sebelum disebarluaskan...
sekarang udh ada beberapa buku yang beredar mengenai hujatan2 untuk para ulama besar tidak hanya albani bro...kan sangat disayangkan, terkadang isinyapun dengan entengnya si penulis menghujat2 para syaikh yang sudah banyak membantu umat muslim dunia, salah satu contoh yang di sebutin TS, lalu ada lagi "ulama sejagad menggugat salafi wahabi" yang isinya sarat akan sentimentil terhadap para syaikh yang bermaksud meluruskan naskah hadis yang beredar, karena sudah terlanjur buta oleh kekecewaan umat muslim yang sering bertindak anarkis, jadi para syaikh itu menjadi bulanan2 di buku itu....para syaikh yang menjadi korban2 dalam buku itupun banyak dan tidak tanggung tanggung, spt..:Ibnu Taimiyah*buse deh**, Muhammad abdul wahab, Nasrudin albani, Ibnu baz, Ibnu Utsaimin, shalih Ibnu fauzan, dll....
yah tinggal tunggu aja netter2 seperti TS mempermasalahkan "ulama" selanjutnya dari daftar diatas untuk dihujat dengan azaz sebagai terdakwa sewaktu memulainya, bukan untuk mencari kebenaran....
bukannya ane ga setuju kalau membahas ulama, tapi sudah seharusnya di diskusikan dengan baik2 dan tidk menghujat seperti diatas...
oiya..mending telat daripada engga...mohon maaf lahir dan batin saudara MP dan saudara musicman...ente udh ga maen2 lagi di aff yak, lama ga ketemu disana...
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Similar topics
» beberapa kesalahan dalam shalat
» beberapa kesalahan dalam bersuci
» kesalahan dalam shalat berjamaah
» SUNAT ITU SUATU KEHARUSAN DALAM ISLAM
» studi barat dalam mengkaji hadits
» beberapa kesalahan dalam bersuci
» kesalahan dalam shalat berjamaah
» SUNAT ITU SUATU KEHARUSAN DALAM ISLAM
» studi barat dalam mengkaji hadits
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik