beda Qur;an dengan hadits Qudsi
Halaman 2 dari 2 • Share
Halaman 2 dari 2 • 1, 2
beda Qur;an dengan hadits Qudsi
First topic message reminder :
Hadits Qudsi kedudukannya adalah sama dengan hadist nabawi yaitu perkataan Rasulullah SAW. Yang membedakannya adalah bahwa dalam hadits itu disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, atau Rasulullah SAW meriwayatkan dari Tuhan-Nya dan keterangan sejenis.
Firman Allah dalam hadits qudsi itu diredaksikan kembali oleh Rasulullah SAW ketika menyampaikan kepada para shahabat. Sehingga hadits Qudsi meski bersumber dari Allah sebagaimana hadits nabawi, namun dari segi keredaksian bukanlah murni dari firman Allah SWT. Karena itu hadits Qudsi bukan Al-Quran.
Dalam Al-Quran Al-Kariem, Rasulullah SAW tidak diberi wewenang untuk ‘mengintervensi` redaksional firman Allah itu. Itu adalah salah satu metode untuk membedakan apakah dia Al-Quran, atau hadits Qudsi.
Selain itu tentunya Rasulullah SAW sebagai seorang Nabi –bahkan junjungan para nabi- pasti dengan mudah mengetahui dan membedakan mana klasifikasi wahyu yang beliau terima sebagai Al-quran dan sebagai hadits. Yang jelas, kepada para shahabat beliau, apapun yang beliau sampaikan selalu diberikan keterangan selengkapnya, apakah itu termasuk ayat Al-quran atau hadits nabawi atau sekedar pendapat pribadi beliau (ijtihad). Kalau ayat Al-Quran, beliau jelaskan termasuk surat apa dan ayat nomor berapa. Begitu juga hadits dan lainnya. Sehingga kemungkinan ayat dan hadits itu tertukar adalah 0 %. Dan sangat tidak layak bagi seorang nabi dan juga para shahabat salah dalam menetukan ayat Quran dan hadits.
Selain itu, hadits Qudsi bisa dibedakan dengan ayat al-Quran dengan :
1. Al-Quran Al-Kariem itu jelas dan pasti serta terdaftar dengan cermat di kepala para shahabat bahkan sebagian besar mereka telah menghafalnya. Setiap ramadhan, Rasulullah SAW selalu dites oleh Jibril as. Atas hafalan beliau itu. Para shahabat pun selalu menghafal luar kepala ayat-ayat Al-Quran bahkan mereka tahu persis kapan dan mengapa ayat-ayat itu turun. Sehingga menjadi satu cabang displin ilmu tersendiri yaitu “asbabun-nuzul”.
Cukup mendengar ujung kalimat atau lafaz, maka para shahabat Rasulullah SAW bisa dengan mudah memastikan bahwa itu termasuk ayat Al-Quran atau bukan. Bahkan hal itu tetap bisa dilakukan hingga hari ini oleh umat Islam yang mengenal Al-Quran.
2. Tata bahasa dan keindahan ayat Al-Quran itu sangat spesifik dan tidak bisa ditiru. Seorang arab dengan mudah bisa membedakannya apakah itu keluar dari mulut penyair atau itu memang wahyu yang turun. Bahkan meski ucapan itu keluar dari mulut Rasulullah SAW sekalipun tapi karena redkasinya hanya berasal dari diri beliau sendiri, maka bisa dengan mudah dibedakan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem.
Dan untuk membedakannya, tidak perlu harus seorang muslim atau shahabat, bahkan orang-orang arab jahiliyah yang memusuhi Rasulullah SAW pun bisa dengan mudah membedakannya.
Karena itu maka kita bisa membaca dalam sirah nabawiyah adanya pemuka kafir quraisy yang sering tanpa sadar asyik mendengarkan ayat-ayat Al-Quran sehingga mereka malu untuk mengakuinya. Dalam telinga orang-prang arab itu, nyata benar perbedaan wahyu Allah (AL-Quran) itu dengan perkataan manusia.
Oleh karena itu, Al-Quran sendiri menantang siapapun untuk bisa menandingi bahasa dan keindahannya itu, walau hanya dengan sepuluh surat, satu surat bahkan hanya satu ayat saja. Namun hingga hari ini sejak 1400 tahun yang lalu, tak satupun yang bisa menjawab tantangan itu.
3. Memalsu hadits nabawi adalah hal yang bisa dikerjakan oleh para zindiq dan munafiqin. Meski demikian para ulama mamppu menciptakan sistematika dan metodolgi untuk menyaring hadits itu dari kepalsuan dan kelemahan periwayatan. Tapi khusus Al-Quran, maka memalsukannya bukan perkara yang mudah. Karena ayat-ayat Al-Quran itu telah diriwayatkan secara mutawatir oleh sejumlah perawi yang sangat banyak jumlahnya di segala peringkatnya (thabaqat) di tempat yang berjauhan dimana secara logika mustahil mereka sepakat untuk berbohong. Semua ayat Al-quran itu diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadits nabawi atau Qudsi itu bisa saja diriwayatkan secara ahad.
Hadits Qudsi kedudukannya adalah sama dengan hadist nabawi yaitu perkataan Rasulullah SAW. Yang membedakannya adalah bahwa dalam hadits itu disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, atau Rasulullah SAW meriwayatkan dari Tuhan-Nya dan keterangan sejenis.
Firman Allah dalam hadits qudsi itu diredaksikan kembali oleh Rasulullah SAW ketika menyampaikan kepada para shahabat. Sehingga hadits Qudsi meski bersumber dari Allah sebagaimana hadits nabawi, namun dari segi keredaksian bukanlah murni dari firman Allah SWT. Karena itu hadits Qudsi bukan Al-Quran.
Dalam Al-Quran Al-Kariem, Rasulullah SAW tidak diberi wewenang untuk ‘mengintervensi` redaksional firman Allah itu. Itu adalah salah satu metode untuk membedakan apakah dia Al-Quran, atau hadits Qudsi.
Selain itu tentunya Rasulullah SAW sebagai seorang Nabi –bahkan junjungan para nabi- pasti dengan mudah mengetahui dan membedakan mana klasifikasi wahyu yang beliau terima sebagai Al-quran dan sebagai hadits. Yang jelas, kepada para shahabat beliau, apapun yang beliau sampaikan selalu diberikan keterangan selengkapnya, apakah itu termasuk ayat Al-quran atau hadits nabawi atau sekedar pendapat pribadi beliau (ijtihad). Kalau ayat Al-Quran, beliau jelaskan termasuk surat apa dan ayat nomor berapa. Begitu juga hadits dan lainnya. Sehingga kemungkinan ayat dan hadits itu tertukar adalah 0 %. Dan sangat tidak layak bagi seorang nabi dan juga para shahabat salah dalam menetukan ayat Quran dan hadits.
Selain itu, hadits Qudsi bisa dibedakan dengan ayat al-Quran dengan :
1. Al-Quran Al-Kariem itu jelas dan pasti serta terdaftar dengan cermat di kepala para shahabat bahkan sebagian besar mereka telah menghafalnya. Setiap ramadhan, Rasulullah SAW selalu dites oleh Jibril as. Atas hafalan beliau itu. Para shahabat pun selalu menghafal luar kepala ayat-ayat Al-Quran bahkan mereka tahu persis kapan dan mengapa ayat-ayat itu turun. Sehingga menjadi satu cabang displin ilmu tersendiri yaitu “asbabun-nuzul”.
Cukup mendengar ujung kalimat atau lafaz, maka para shahabat Rasulullah SAW bisa dengan mudah memastikan bahwa itu termasuk ayat Al-Quran atau bukan. Bahkan hal itu tetap bisa dilakukan hingga hari ini oleh umat Islam yang mengenal Al-Quran.
2. Tata bahasa dan keindahan ayat Al-Quran itu sangat spesifik dan tidak bisa ditiru. Seorang arab dengan mudah bisa membedakannya apakah itu keluar dari mulut penyair atau itu memang wahyu yang turun. Bahkan meski ucapan itu keluar dari mulut Rasulullah SAW sekalipun tapi karena redkasinya hanya berasal dari diri beliau sendiri, maka bisa dengan mudah dibedakan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem.
Dan untuk membedakannya, tidak perlu harus seorang muslim atau shahabat, bahkan orang-orang arab jahiliyah yang memusuhi Rasulullah SAW pun bisa dengan mudah membedakannya.
Karena itu maka kita bisa membaca dalam sirah nabawiyah adanya pemuka kafir quraisy yang sering tanpa sadar asyik mendengarkan ayat-ayat Al-Quran sehingga mereka malu untuk mengakuinya. Dalam telinga orang-prang arab itu, nyata benar perbedaan wahyu Allah (AL-Quran) itu dengan perkataan manusia.
Oleh karena itu, Al-Quran sendiri menantang siapapun untuk bisa menandingi bahasa dan keindahannya itu, walau hanya dengan sepuluh surat, satu surat bahkan hanya satu ayat saja. Namun hingga hari ini sejak 1400 tahun yang lalu, tak satupun yang bisa menjawab tantangan itu.
3. Memalsu hadits nabawi adalah hal yang bisa dikerjakan oleh para zindiq dan munafiqin. Meski demikian para ulama mamppu menciptakan sistematika dan metodolgi untuk menyaring hadits itu dari kepalsuan dan kelemahan periwayatan. Tapi khusus Al-Quran, maka memalsukannya bukan perkara yang mudah. Karena ayat-ayat Al-Quran itu telah diriwayatkan secara mutawatir oleh sejumlah perawi yang sangat banyak jumlahnya di segala peringkatnya (thabaqat) di tempat yang berjauhan dimana secara logika mustahil mereka sepakat untuk berbohong. Semua ayat Al-quran itu diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadits nabawi atau Qudsi itu bisa saja diriwayatkan secara ahad.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
Aduh-aduh.....yang jelas orang kafir kagak butuh Alloh SWT, kecuali orang Quraisy yang "BUTUH".abu hanan wrote:kebutuhan MENDASAR manusia uda terwakili...kepentingan pun demikian.oglikom wrote:Pertanyaannya, apakah penutur sudah mewakili semua kebutuhan dan kepentingan manusia?abu hanan wrote:@bro ogli
lha uda paham kalow nabi bukan malaikat.kebutuhan dan kepentingan nabi pasti kebutuhan dan kepentingan manusia.
Atau kebutuhan dan kepentingan PRIBADI beserta GOLONGAN nya?
sebagai presiden,bapak,guru,panglima perang dan laennyah.
apakah ada perbedaan antara kebutuhan manusia BERIMAN dan KAFIR?
beriman pasti punya rasa lapar.
kafir?mau jawab TIDAK?
beriman uda tentu punya keluarga.
kafir?mau jawab TIDAK?
oglikom- LETNAN SATU
-
Posts : 2360
Kepercayaan : Lain-lain
Location : sidoarjo
Join date : 05.10.12
Reputation : 17
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
abu hanan wrote:mpr nyah kan GAK PERLU DIBUKTIKAN secara JASADI...kalow presiden bilang ini mandat dari mpr tetapi sayah gak kenal mpr..apa berarti sayah akan menolak?SEGOROWEDI wrote:abu hanan wrote:@pak dhe
lha terus gimana?
presiden dimandati MPR...dari presiden ada INPRES,KEPPRES,Peraturan Presiden.
mpr-nya kan kagak ada, cuman katanya si presiden doang
iya dong..
karena MPRnya ternyata kagak pernah ada..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
gimana mpr nyah gak pernah ada?lha wong rakyat sepakat dan uda pilih..gedungnya ada tetapi secara jasadi gak ada satu pun rakyat yang tau wajah/fisik anggota mpr..
tap mpr terbit,isinya logis dan masuk akal.rakyat gak pernah jumpa fans sama mpr tetapi rakyat baca selebaran terbitan mpr..
ibarat anak yang gak pernah ketemu bapaknyah..tapi percaya sama sang ibu kalow bapa lagi di surga..
tap mpr terbit,isinya logis dan masuk akal.rakyat gak pernah jumpa fans sama mpr tetapi rakyat baca selebaran terbitan mpr..
ibarat anak yang gak pernah ketemu bapaknyah..tapi percaya sama sang ibu kalow bapa lagi di surga..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
Mukaddimah
Pada kajian ilmu hadits kali ini, sengaja kami ketengahkan masalah Hadîts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas.
Untuk itu, kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah, semoga bermanfa'at.
Definisi
Secara bahasa (Etimologis), kata القدسي dinisbahkan kepada kata القدس (suci). Artinya, hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Allah Ta'ala.
Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah
ما نقل إلينا عن النبي صلى الله عليه وسلم مع إسناده إياه إلى ربه عز وجل
Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya.
Perbedaan Antara Hadîts Qudsiy Dan al-Qur`an
Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya, diantaranya adalah:
1. Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Ta'ala sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian, alias maknanya berasal dari Allah Ta'ala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.
2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian.
3. Syarat validitas al-Qur'an adalah at-Tawâtur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian.
Jumlah Hadîts-Hadîts Qudsiy
Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.
Contoh
Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahîh-nya dari Abu Dzarr radliyallâhu 'anhu dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Ta'ala bahwasanya Dia berfirman,
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan, maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain)." (HR.Muslim)
Lafazh-Lafazh Periwayatannya
Bagi orang yang meriwayatkan Hadîts Qudsiy, maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya:
1. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya 'Azza Wa Jalla
2. قال الله تعالى، فيما رواه عنه رسول الله صلى الله عليه وسلم
Allah Ta'ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam dari-Nya
Buku Mengenai Hadîts Qudsiy
Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadîts Qudsiy adalah kitab
الاتحافات السنية بالأحاديث القدسية (al-Ithâfât as-Saniyyah Bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah) karya 'Abdur Ra`uf al-Munawiy.
Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits.
(SUMBER: Buku Taysîr Musthalah al-Hadîts, karya
DR.Mahmûd ath-Thahhân, h.127-128)
Pada kajian ilmu hadits kali ini, sengaja kami ketengahkan masalah Hadîts Qudsiy yang tentunya sudah sering didengar atau dibaca tentangnya namun barangkali ada sebagian kita yang belum mengetahuinya secara jelas.
Untuk itu, kami akan membahas tentangnya secara ringkas namun terperinci insya Allah, semoga bermanfa'at.
Definisi
Secara bahasa (Etimologis), kata القدسي dinisbahkan kepada kata القدس (suci). Artinya, hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Allah Ta'ala.
Dan secara istilah (terminologis) definisinya adalah
ما نقل إلينا عن النبي صلى الله عليه وسلم مع إسناده إياه إلى ربه عز وجل
Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya.
Perbedaan Antara Hadîts Qudsiy Dan al-Qur`an
Terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya, diantaranya adalah:
1. Bahwa lafazh dan makna al-Qur`an berasal dari Allah Ta'ala sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian, alias maknanya berasal dari Allah Ta'ala namun lafazhnya berasal dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam.
2. Bahwa membaca al-Qur`an merupakan ibadah sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian.
3. Syarat validitas al-Qur'an adalah at-Tawâtur (bersifat mutawatir) sedangkan Hadîts Qudsiy tidak demikian.
Jumlah Hadîts-Hadîts Qudsiy
Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.
Contoh
Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahîh-nya dari Abu Dzarr radliyallâhu 'anhu dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Ta'ala bahwasanya Dia berfirman,
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan, maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain)." (HR.Muslim)
Lafazh-Lafazh Periwayatannya
Bagi orang yang meriwayatkan Hadîts Qudsiy, maka dia dapat menggunakan salah satu dari dua lafazh-lafazh periwayatannya:
1. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya 'Azza Wa Jalla
2. قال الله تعالى، فيما رواه عنه رسول الله صلى الله عليه وسلم
Allah Ta'ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam dari-Nya
Buku Mengenai Hadîts Qudsiy
Diantara buku yang paling masyhur mengenai Hadîts Qudsiy adalah kitab
الاتحافات السنية بالأحاديث القدسية (al-Ithâfât as-Saniyyah Bi al-Ahâdîts al-Qudsiyyah) karya 'Abdur Ra`uf al-Munawiy.
Di dalam buku ini terkoleksi 272 buah hadits.
(SUMBER: Buku Taysîr Musthalah al-Hadîts, karya
DR.Mahmûd ath-Thahhân, h.127-128)
sungokong- SERSAN SATU
-
Posts : 154
Kepercayaan : Islam
Location : gunung hwa kwou
Join date : 04.05.13
Reputation : 3
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
abu hanan wrote:gimana mpr nyah gak pernah ada?lha wong rakyat sepakat dan uda pilih..gedungnya ada tetapi secara jasadi gak ada satu pun rakyat yang tau wajah/fisik anggota mpr..
tap mpr terbit,isinya logis dan masuk akal.rakyat gak pernah jumpa fans sama mpr tetapi rakyat baca selebaran terbitan mpr..
ibarat anak yang gak pernah ketemu bapaknyah..tapi percaya sama sang ibu kalow bapa lagi di surga..
umat gak pernah lihat alloh pernah nongol, bahkan fenomena kenongolannya aja kagak pernah mereka alami, semua hanya katanya muhammad, bahwa ia utusan alloh dan disuruh untuk mengatakan ini/itu, bahkan niatnya mengawini menantunya sendiripun, itu katanya perintah alloh yang gak pernah nongol itu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
sungokong wrote:Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim di dalam kitab Shahîh-nya dari Abu Dzarr radliyallâhu 'anhu dari Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkan beliau dari Allah Ta'ala bahwasanya Dia berfirman,
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا
"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Ku dan menjadikannya diantara kamu diharamkan, maka janganlah kamu saling menzhalimi (satu sama lain)." (HR.Muslim)
1. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam pada apa yang diriwayatkannya dari Rabb-nya 'Azza Wa Jalla
2. قال الله تعالى، فيما رواه عنه رسول الله صلى الله عليه وسلم
Allah Ta'ala berfirman, pada apa yang diriwayatkan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam dari-Nya
firma alloh yang lupa diqurankan...
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
Hadits Qudsi
Secara bahasa, kata qudsi adalah nisbah dari kata quds
Hadits qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:
Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan:
Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.`
Contoh hadits qudsi antara lain:
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah azza wajalla: Tangan Allah penuh, tidak dikurangi lantaran memberi nafkah, baik di waktu siang maupun malam.
Contoh yang lainnya:
Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata: ` Allah ta`ala berfirman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU di kalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu.
Hadits Nabawi
Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi SAW:
Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya.
Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan:
Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat.
Juga mengenai bagaimana ia melakukan ibadah haji, dalam hal ini Nabi saw. Berkata:
Ambilah dari padaku manasik hajimu.
Sedang yang berupa persetujuan ialah seperti beliaumenyetujui suatu perkara yang dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan atau pun perbuatan, baik dilakukan di hadapan beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya mengenai makanan biawak yang dihidangkan kepadanya, di mana beliaudalam sebuah riwayattelah mendiamkannya yang berarti menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram dimakan.
Perbedaan Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi
Hadis nabawi itu ada dua macam, yaitu:
a. Tauqifi
Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.
b. Taufiqi
Yang bersifat taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh Rasulullah SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulannyang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh wahyu jika ia benar, dan jika terdapat kesalahan didalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi dan taufiqi dengan ijtihad yang diakui oleh wahyu itu bersumber dari wahyu. Da inilah makna dari firman Allah tentang Rasul kita Muhammad saw.:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS An-Najm:3-4).
Hadis qudsi itu maknanya dari Allah, ia disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui salah satu cara penurunan wahyu, sedang lafadznya dari Rasulullah SAW, inilah pendapat yang kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah SWT adalah nisbah mengenai isinya, bukan nisbah mengenai lafadznya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah, maka tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dengan Al-Quran. Dan tentu pula gaya bahasanya menuntut untuk ditantang, serta membacanya pun diangggap ibadah.
Mengenai hal ini timbul dua pertanyaan menggelitik:
Pertama, bahwa hadis nabawi ini juga wahyu secara maknawi, yang lafaznya dari Rasulullah SAW, tetapi mengapa hadis nabawi tidak kita namakan juga hadits qudsi?
Jawabnya ialah bahwa kita merasa pasti tentang hadis qudsi bahwa ia diturunkan maknanya dari Allah karena adanya nash syara` yang menisbahkannya kepada Allah, yaitu kata-kata Rasulullah SAW: "Allah Ta`ala telah berfirman..., atau Allah Ta`ala berfirman...." Itulah sebabnya kita namakan hadis itu adalah hadis qudsi. Hal ini berbeda dengan hadis-hadis nabawi, kerena hadis nabawi tidak memuat nash tentang hal seperti ini.
Di samping itu bisa jadi isinya diberitahukan (kepada Nabi) melalui wahyu (yakni secara tauqifi), namun mungkin juga disimpulkan melalui ijtihad (yaitu secara taufiqi), dan oleh sebab itu kita namakan masing-masing dengan nabawi sebagai terminal nama yang pasti. Seandainya kita mempunyai bukti untuk membedakan mana wahyu tauqifi, tentulah hadis nabawi itu kita namakan pula hadis qudsi.
Pertanyaan kedua, bila lafal hadis qudsi itu dari Rasulullah SAW, maka dengan alasan apakah hadits itu dinisbahkan kepada Allah melalui kata-kata Nabi?
Jawabnya ialah bahwa hal yang demikian ini biasa terjadi dalam bahasa Arab, yang menisbahkan kalam berdasarkan kandungannya bukan berdasar lafadznya. Misalnya ketika kita mengubah sebait syair menjadi prosa, kita katakan `si penyair berkata demikian`. juga ketika kita menceritakan apa yang kita dengar dari seseorang kita pun mengatakan `si fulan berkata demikian`.
Begitu juga Al-Quran menceritakan tentang Nabi Musa, Fir`aun dan sebagainya isi kata-kata mereka dengan lafal mereka dan dengan gaya bahasa yang bukan pula gaya bahasa mereka, tetapi dinisbatkan kepada mereka.
`Dan ketika Tuhanmu menyeru Musa: `Datangilah kaum yang zalim itu, kaum Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?` Berkata Musa: `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.Maka datanglah kamu berdua kepada Fir`aun dan katakanlah olehmu: `Sesungguhnya Kami adalah Rasul Tuhan semesta alam, lepaskanlah Bani Israil beserta kami`.Fir`aun menjawab: `Bukankah kami telah mengasuhmu di antara kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna. Berkata Musa: `Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah kamu telah memperbudak Bani Israil`.Fir`aun bertanya: `Siapa Tuhan semesta alam itu?` Musa menjawab: `Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya, jika kamu sekalian mempercayai-Nya`. (Asy-Syuara`: 10-24)
Wallahu a'lam bishshawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
sungokong- SERSAN SATU
-
Posts : 154
Kepercayaan : Islam
Location : gunung hwa kwou
Join date : 04.05.13
Reputation : 3
Re: beda Qur;an dengan hadits Qudsi
sungokong wrote:Hadits Qudsi
Secara bahasa, kata qudsi adalah nisbah dari kata quds
Hadits qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri.
apa bedanya dengan firman yang diqurankan
wong a-z quran juga sumbernya bibir muhammad
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 2 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Beda Hadits dengan Sunnah
» beda roh dengan nafs
» beda zionisme dengan yahudi
» mungkinkah hadits melecehkan hadits?
» beda antara nabi dengan rasul
» beda roh dengan nafs
» beda zionisme dengan yahudi
» mungkinkah hadits melecehkan hadits?
» beda antara nabi dengan rasul
Halaman 2 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik