FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

beda antara nabi dengan rasul Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

beda antara nabi dengan rasul Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

beda antara nabi dengan rasul

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty beda antara nabi dengan rasul

Post by keroncong Mon May 07, 2012 6:55 pm

Tulisan ini saya turunkan untuk menjadi renungan bagi kita semua,
termasuk diri saya sendiri didalam memahami Islam secara utuh dan
menghilangkan segala macam khurafat, dengki, takhayul dan hal-hal
lainnya yang dapat menyebabkan kehilangan salah satu unsur
keseimbangan dari wahyu Allah ini berdasarkan Khofi As Zakiah [hati
yang suci] yang amat Khullus [ikhlas] serta dihiasi dengan kebajikan
Allat Dawam [yang abadi] lagi disertakan Tahmit [pujian] dan Tamjit
Allat Tamami [kebenaran yang sempurna].

Mari sejenak kita merenungkan kembali wahyu Allah dibawah ini:

"Kemudian mereka menjadikan urusan mereka terpecah belah menjadi
beberapa pecahan. Masing-masing golongan merasa bangga dengan
keyakinannya itu." (QS. 23:53)

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 33:40)

"Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu, ibunya
bermacam-macam, namun agamanya satu." (HR. AlSaikhan dan Abu Daud)

Rasulullah Saw bersabda :
'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Aku Muhammad, Aku Ahmad ,
Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan kekafiran, Aku
pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku
pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun.'
(Bukhari dan Muslim, Kitab-ul-Fada'il, Bab: Asmaun-Nabi; Tirmidhi,
Kitab-ul- Adab, Bab: Asma-un-Nabi; Muatta', Kitab-u-Asma in-Nabi, Al-
Mustadrak Hakim, Kitab-ut-Tarikh, Bab: Asma-un-Nabi.)

"Hubunganku dengan kenabian sebelumku seperti layaknya pembangunan
suatu istana yang terindah yang pernah dibangun. Semuanya telah
lengkap kecuali satu tempat untuk satu batu bata. Aku mengisi tempat
tersebut dan sekarang sempurnalah istana itu." (HR. Bukhari dan
Muslim)

"Aku diutus oleh Allah untuk menyebarkan wahyu-Nya kepada seluruh
dunia. Dan garis kenabian berakhir pada ku." (Muslim, Tirmidzhi, Ibnu
Majah)

'Abdur Rahman bin Jubair berkata: "Aku mendengar Abdullah bin 'Amr
ibn-'As meriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Saw keluar dari rumahnya
dan berkumpul bersama kami. Sikapnya menunjukkan kegelisahan hatinya
seolah beliau akan meninggalkan kami." Beliau bersabda, "Aku
Muhammad, Nabi Allah yang ummi" dan kalimatnya tersebut diulang
sebanyak tiga kali. Lalu dilanjutkannya: "Tidak akan ada Nabi lagi
setelah aku !" (Musnad Ahmad, Marwiyat'Abdullah bin Amr ibn'-As.)

Nabi Saw bersabda: "Jika saja ada Nabi sesudah aku, tentulah dia
adalah Umar Bin Khatab." (Tirmidzi, Kitab-ul- Manaqib)

Dari Sa'd bin Abi Waqqas r.a.
Nabi Saw berkata kepada Ali r.a [dalam perang tabuk]: "Antara aku
dengan engkau laksana hubungan antara Musa dan Harun, tetapi tidak
ada nabi lagi sesudahku."
(Bukhari dan Muslim, Kitab Fada'il as-Sahaba)

Thauban meriwayatkan: Nabi Saw berkata: "Akan datang tiga puluh
pendusta didalam umatku yang masing-masing dari mereka akan
mengatakan kepada dunia bahwa dia adalah seorang Nabi, tetapi aku
adalah garis terakhir dari kenabian dan tidak akan ada Nabi lagi
setelahku."
(Abu Dawud, Kitab-ul-Fitan)

Nabi Saw bersabda: "Diantara Bani Israel yang datang sebelum kalian
telah membuat persekutuan dengan Tuhan sekalipun mereka bukan
Nabi-nabiNya. Jika saja akan ada Nabi sesudahku dari kaumku maka
tentulah dia adalah Umar Bin Khatab." (Bukhari, Kitab-ul-Manaqib)

Nabi Saw: "Tidak akan ada Nabi sesudahku dan tidak akan ada Nabi baru
lagi pada jemaah yang diikuti siapa saja." (Baihaqi, Kitab-ul Rouya;
Tabarani)

Nabi Saw bersabda: "Aku adalah garis terakhir dari kenabian Allah dan
masjidku adalah masjid terkahir [Ini merefer kepada Masjid yang
didirikan oleh Nabi Saw]."
(Muslim, Kitab-ul-Hajj; Bab:Fadl-us-Salat bi Masjidi Mecca wal
Medina)

Pada ayat 33:40 diatas yang juga ditunjang oleh beberapa hadistnya
yang saya kemukakan diatas Rasulullah dikatakan sebagai Nabi terakhir
[Khataman Nabiyyin] bukan penutup para Rasul [Khatamarrasulun].

Kenapa demikian ?
Apa sih beda Nabi dan Rasul itu ?

Sampai hari ini saya tidak berani mengatakan bahwa Muhammad Saw
adalah penutup para Rasul, melainkan penutup para Nabi.

Baiknya saya kemukakan dahulu berbagai ayat suci yang daripadanya
dapat diambil kesimpulan untuk pengertian kedua istilah Nabi dan
Rasul itu.

6/130.
Hai masyarakat Jin dan Manusia ! Apakah belum datang kepadamu
Rasul-rasul dari jenis kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu
ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu
dengan hari [kiamat] ini ? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas
diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka
membuktikan atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang
yang kafir.

Ayat suci ini membuktikan bahwa Rasul itu bukan saja terdapat pada
masyarakat manusia, malah juga ada pada bangsa Jin yang memang
keadaannya bersamaan dengan manusia seperti tersebut pada ayat 55/33
dan 72/11 jo. 46/29.

22/75
Allah memilih dari malaikat selaku Rasul-rasul begitupun dari
manusia; Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

42/51
Dan tiadalah seseorang yang Allah berkata-kata padanya kecuali dengan
wahyu atau dari balik tabir [Hijab] atau Dia utus Rasul [malaikat]
lalu dia berwahyu dengan ijin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki, bahwa
Dia maha Tinggi lagi Bijaksana.

43/80
Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia mereka dan
bisikan mereka ? Sebenarnya Rasul-rasul Kami ada pada mereka
menuliskan.

Ketiga rangkaian ayat suci ini secara terang menyatakan bahwa
malaikat juga ada yang dinamakan Rasul dengan tugas menyampaikan.
Tugas ini memang terkandung pada maksud ayat-ayat dibawah ini:

5/99
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah
mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.

7/35
Wahai Bani Adam, jika datang padamu Rasul-rasul dari kaummu
menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka siapa yang insyaf dan
berbuat shaleh akan tiadalah ketakutan atas mereka dan tidaklah
mereka itu berduka cita.

21/25
Dan tidaklah Kami utus sebelum engkau seorang Rasul kecuali Kami
wahyukan kepadanya bahwa Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah
Aku.

Walau begitu, adapula Rasul yang tidak diterangkan yang masa hidupnya
mungkin sebelum Muhammad atau juga sesudahnya. Penjelasan ini
terkandung didalam :

4/164
Dan ada Rasul-rasul yang sungguh telah Kami ceritakan mereka padamu
dulunya, dan ada pula Rasul-rasul yang tidak Kami ceritakan mereka
kepadamu...

Dalam pada itu, pada setiap bangsa diutus Allah Rasul yang
menyampaikan ayat-ayatNya malah tidak suatu bangsa yang disiksa Allah
didunia kini kecuali telah ada Rasul pada bangsa itu yang
menyampaikan hukum Allah dengan bahasa kaum itu sendiri.

3/101
Dan kenapa kamu kafir karena dianalisakan ayat-ayat Allah sementara
padamu ada Rasul-Nya? Dan siapa yang berpegang kepada hukum Allah
maka dia diberi petunjuk kepada tuntunan yang kukuh.

10/47
Dan bagi setiap ummat itu ada Rasul, ketika datang Rasul mereka maka
terlaksanalah diantara mereka secara efektif dan mereka tidak
dizalimi.

14/4
Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaum itu
sendiri agar dia menerangkan pada mereka, dan siapa yang sesat maka
Allah menyesatkan orang yang Dia kehendaki dan menunjuki orang yang
Dia kehendaki. Dan Dia mulia, Bijaksana.

17/15
Siapa yang dapat petunjuk maka dia mendapat petunjuk itu untuk
dirinya, dan siapa yang sesat maka dia menyesatkan dirinya, dan
tidaklah dia menanggung kesalahan orang lain. Dan tidaklah Kami
menyiksa hingga Kami bangkitkan seorang Rasul.

28/59
Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan negri hingga Dia bangkitkan pada
kaumnya seorang Rasul yang menganalisakan kepada mereka ayat-ayat
Kami, dan tidaklah Kami membinasakan negri itu kecuali penduduknya
zalim.

Banyak sekali ayat suci yang senada dengan ayat 17/15 ini diantaranya
ayat 17/58 dan 6/65, tetapi semua itu menjelaskan bahwa siksaan
tersebut bukan berlaku sebelum periode Muhammad Saw saja malah juga
sesudah wafatnya beliau.

Ayat 28/59 membuktikan bahwa sebelum penduduk negri itu disiksa
[diazab] lebih dahulu diutus oleh Allah seorang Rasul kepada mereka
dan ayat 10/47 menjelaskan bahwa pada setiap umat ada Rasul dikuatkan
oleh ayat 14/4 dengan ketegasan bahwa Rasul itu menyampaikan hukum
Allah.

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah /hukum-hukum/ Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)

Ayat 65/12 diatas juga menyebutkan bahwa selain planet bumi kita ini,
telah diciptakan oleh Allah Azza Wajalla bumi-bumi lainnya didalam
kawasan semesta raya-Nya. Dan sejenak mari kita melihat pula ayat
42/29 dibawah ini :

Dan diantara ayat-ayatNya adalah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk hidup yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha
Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS. 42:29)

Allah telah menciptakan banyak planet-planet dan juga planet bumi
dalam semesta-Nya, dan Allah pun telah menyebarkan makhluk-makhluk
hidup-Nya kepada keduanya, sekarang apakah yang dimaksud dengan
makhluk hidup itu menurut kriteria Qur'an ?

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari Almaa',
diantara mereka ada yang berjalan atas perutnya /melata/, dan dari
mereka ada yang berjalan atas dua kaki serta dari mereka ada yang
atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, karena
sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." (QS. 24:45)

Jadi jika kita menghubungkan antara ayat 65/12 dengan 42/29 dan 24/45
jo. 6/130 maka didapatilah kesimpulan bahwa untuk planet-planet bumi
yang lainnya dimana terdapat kehidupan disana maka disana pun
perintah atau hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan Allah akan berlaku
sebagaimana yang diperlakukan-Nya diplanet bumi kita ini.

Jadi, mengikuti kriteria AlQur'an ini ... pada planet bumi lainnya
yang juga memiliki manusia, binatang dan sebagainya maka Allah
mengirimkan para Nabi dan Rasul-Nya yang mengibarkan bendera Tauhid,
bahwa Tiada Ilah selain Allah.

So, itu adalah satu kepastian dari Qur'an sendiri dan tidak bisa
dibantah.
Tetapi sekarang, bagaimana mengaitkan hubungan antara fungsi
KhatamanNabiyin Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alamin-nya ?

Kita sebelumnya sudah membahas bahwa Muhammad itu adalah penutup para
Nabi/akhir dari segala kenabian tetapi beliau Saw bukanlah penutup
para Rasul.
Rasul dalam bahasa Arab berarti utusan.
Rasulullah artinya utusan Allah.

Dan sesuai dengan ayat-ayat Qur'an yang diketengahkan pada bagian
awal bahwa malaikat itu juga adalah Rasulullah, sebab mereka adalah
utusan-utusan atau pesuruh Allah yang memiliki tugas masing-masing,
seperti mencatat perbuatan baik dan buruk, menurunkan wahyu dst.

Dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw maka berarti putus sudah wahyu
kenabian untuk Bani Adam, karena seluruh ajaran-Nya telah
disempurnakan pada masa Muhammad Saw. Tidak ada yang perlu ditambah
atau dikurangi lagi, semuanya telah lengkap dan sempurna.

Selanjutnya Allah akan terus mengirim Rasul-rasulNya, baik itu berupa
malaikat atau juga manusia. Ingat .... tidak pernah ada malaikat
ataupun Jin dinisbatkan oleh Allah dalam AlQur'an sebagai Nabi
melainkan hanya sebagai Rasul alias pesuruh alias utusan karena
pangkat kenabian hanya ada pada manusia dan itu telah diakhiri oleh
Rasulullah Muhammad Saw.

Jadi dari sana dapat disimpulkan bahwa Rasul adalah yang bertugas
menyampaikan hukum Allah, ada yang menerimanya langsung dari Allah
seperti para Nabi dan malaikat tetapi ada pula yang menerimanya tidak
langsung dari Allah tetapi perantaraan AlQur'an yang disampaikan oleh
Nabi Saw selaku Nabi terakhir. Nabi adalah manusia yang menerima
petunjuk Allah secara langsung kemudian menyampaikan hukum Allah itu
kepada manusia lain selaku Rasul.

Sekarang ... Rasul yang bagaimana yang akan ada pada umat Muhammad
Saw ini ?
Untuk itu Nabi Saw bersabda :

Nabi Saw bersabda: "Allah tidak akan mengirimkan Nabi lagi sesudahku,
tetapi hanya Mubashshirat" Dia menukas: Apakah al-Mubashshirat
tersebut ?. Lanjutnya : Mimpi yang baik serta petunjuk yang benar.".
(Musnad Ahmad, Marwiyat Abu Tufail, Nasa'i, Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah r.a. ia menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Allah SWT akan mengirimkan untuk ummat ini pada
permulaan setiap seratus tahun seorang Mujaddid yang akan
memperbaharui agama." (Musnad Abu Dawud)

Jadi jika selama ini ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi dan
Rasul adalah sama atau juga bahwa setiap Rasul itu sudah pasti Nabi
tetapi setiap Nabi belum tentu Rasul menurut saya keliru berdasarkan
ayat-ayat Qur'an dan Hadist-hadist yang saya kutip dibagian atas.

Jadi sekali lagi .... yang akan ada ditengah-tengah umat dan menjadi
Rasul Allah sepeninggal Nabi Muhammad Saw itu bukan Rasul dalam
pengertian Nabi melainkan Rasul alias utusan dalam pengertian
Mujaddid dan juga mereka-mereka yang tergolong kedalam Al-Mubashirat
yang akan menuntun umat Islam menuju kepada pemahaman, penganalisaan
serta penafsiran yang benar sesuai dengan konteks jamannya, mengikuti
apa-apa yang tercantum didalam AlQur'an.

Sekarang kita kembali kepada hubungan antara fungsi KhatamanNabiyin
Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alaamin Muhammad Saw.

Apa itu 'Alaamin ?
Ada penterjemah yang mengartikannya dengan "seluruh alam" dimana
termasuk semua ciptaan, berbentuk bintang, planet, bulan dan yang ada
padanya. Adapula yang mengartikannya sebagai "segala makhluk", tetapi
maksudnya bersamaan dengan "segala alam" dimana terdapat benda hidup
dan benda jumud yang tak pernah memiliki ruh.

Semuanya saya anggap memiliki kebenaran, tetapi aada yang perlu
ditambahkan ... bahwa arti 'Alaamin itu juga bisa sebagai "Seluruh
manusia", yaitu manusia yang hidup diplanet bumi dan diplanet-planet
lain dalam daerah semesta raya seperti yang dimaksud pada ayat 45/36.

"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan
semesta alam."

Hal ini ditandai dengan keterangan Ayat-ayat suci lainnya yang
mengandung istilah 'Alaamin dimana dinyatakan "pemikiran bagi
'Alaamin" seperti pada ayat 6/90, 12/104, 38/87, 68/52, 81/2 dan
dinyatakan sebagai "pertanda bagi 'alaamin" termuat pada ayat 21/91
dan 21/15.

Juga dinyatakan "petunjuk bagi 'alaamin" tercantum pada ayat 3/97 dan
dinyatakan sebagai "peringatan bagi 'alaamin" termaktub dalam ayat
25/1, dan dinyatakan juga "dalam dada 'alaamin" tertulis pada ayat
29/10.

Semua itu menyatakan bahwa istilah 'Alaamin berarti juga "seluruh
manusia" yang memiliki dada, diberi peringatan, diberi petunjuk dan
diberi pertanda untuk perhatian mereka agar mau tunduk dengan
hukum-hukum Allah.

Jadi jika Muhammad disebut-sebut sebagai Rahmatan Lil'alaamin maka
itu juga berarti Muhammad merupakan pembawa teladan, contoh, petunjuk
yang harus diikuti oleh seluruh bangsa manusia dimana saja mereka
berada dalam kawasan semesta raya.

Muhammad melalui wahyu Qur'an-nya adalah pintu gerbang ilmu
pengetahuan dunia dan akhirat yang menjelaskannya kepada masyarakat
Manusia dan Jin.

AlQur'an menyatakan :

"Hai masyarakat Jin dan Manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melakukannya
kecuali dengan sulthan". (QS. 55:33)

Sulthan adalah kekuatan, ilmu pengetahuan, tekhnologi, kemampuan dan
sebagainya.

Dan dalam banyak ayat-ayat-Nya Allah pun mengajarkan kepada manusia
untuk melakukan pengenalan terhadap alam semesta sebagai bukti atau
tanda-tanda kebesaran dan ketauhidan Allah Azza Wajalla.

"Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka." (QS.3:191)

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
ada pelajaran bagi kaum yang mau memikirkan." (QS. 45:13)

Banyak lagi ayat-ayat Qur'an lainnya yang isinya bernada sama dengan
dua ayat diatas, semua itu ditujukan kepada seluruh masyarakat
manusia dan juga masyarakat Jin yang akhirnya sebagai refleksi atau
contoh teladannya telah dilakukan sendiri oleh Nabi Muhammad Saw
dalam berbagai laku hidupnya.

"Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagi orang yang beriman kepada Allah dan [percaya kepada] hari
kemudian serta banyak menyebut Allah." (QS. 33:21)

Bagaimana pula seorang pengemban risalah Allah, seorang pendakwa,
seorang pemimpin umat dan sekaligus juga sebagai Nabi yang dimuliakan
hanya mampu berkata namun tidak mampu melaksanakan apa yang
dikatakannya ?

Untuk itu Allah telah menjadikan Muhammad Saw sebagai contohnya.
Nabi Muhammad memfatwakan agar orang mau memperhatikan alam
sekitarnya, memikirkan penciptaan langit dan bumi serta menganjurkan
umatnya untuk mencari "sulthan" agar dapat melintasi seluruh penjuru
langit dan bumi ... itu karena beliau sudah melakukannya sendiri pada
peristiwa Mi'rajnya ke Muntaha, sebagai planet terjauh dan mungkin
merupakan planet terpinggir dalam semesta raya dengan pertolongan
Allah.

Kekuatan atau sulthan yang ada pada Nabi Saw adalah kekuatan Allah
karena dia adalah utusan-Nya.

Muhammad bercerita tentang pedagangan yang jujur .... itupun telah
dilakukannya dalam hidup kesehariannya hingga bahkan beliau dijuluki
oleh masyarakat sebagai Al-Amin.
Dan banyak lagi hal-hal lainnya yang merupakan refleksi dari Rahmatan
Lil'Alaaminnya itu.

Lalu dimana fungsi KhatamanNabiyinnya ?
Sebagian sudah dijelaskan pada bagian atas dan diberi penambahan
sedikit bahwa salah satu fungsi KhatamanNabiyyin-nya itu adalah
sebagai satu-satunya pemberi contoh teladan yang sesuai dengan
nilai-nilai keTuhanan yang mana didalam dirinya telah melebur seluruh
sifat-sifat para Nabi dan Rasul sebelum beliau.

Tidak ada lagi tokoh yang mampu dan berhak menjadi panutan kecuali
Rasulullah Saw.
Karenanya Muhammad sebagai penutup para pemberi contoh yang paling
baik, sebagai penutup garis kenabian, sebagai KhatamanNabiyyin yang
Rahmatan Lil 'Alaamin.

Bagaimana dengan para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah
diberbagai belahan bumi lainnya disemesta raya ? Apakah mereka harus
mengakui kenabian Muhammad sebagai Nabi terakhir planet bumi ?

Saya jawab ... benar !
Sebab seperti kata beliau Saw sendiri, semua Nabi adalah bersaudara,
mengajarkan agama atau risalah yang sama, yaitu Tauhid, Tiada Ilah
yang patut disembah kecuali Ilah yang namanya ALlah yang Maha Esa
dalam segala bidang-Nya.

Masing-masing Nabi dan Rasul telah diberikan tanda atau petunjuk oleh
Allah mengenai kedatangan Muhammad Saw selaku Nabi penutup [QS.
2:146], hal ini bisa dibuktikan melalui berbagai temuan para ahli
kitab, ahli manuskrip dan juga ahli Qur'an sekarang ini.

Bahwa Nabi Adam telah diberi penjelasan segala sesuatunya oleh Allah
itu tercantum dalam AlQur'an [2:37 dan lainnya] dan terlepas dari
kontroversial palsu-tidaknya Injil Barnabas disanapun dijelaskan
bahwa pada mula pertama Adam diciptakan beliau telah melihat 2
khalimah syahadat yang merupakan kesaksian akan kedatangan Muhammad
Saw.

Dalam Bible masa kini dinyatakan pada Ulangan 18:18 dan Ulangan
33:1-2 mengenai pengakuan Musa as atas kedatangan Muhammad Saw, juga
pada Injil Yohanes 1:19-25 tentang penolakan Isa ALmasih atas klaim
orang-orang Yahudi dari Jerusalem tentang Nabi yang dijanjikan Musa,
juga Yesaya 41:1-4, Yohanes 16:4-15 dsb.

Dari dalam AlQur'an sendiri misalnya ayat 2:146, 7:157, 61:6 dan
sebagainya.
Dari dalam Vedha didapati nama Ahmad, Kalky Autar dst.

Semua itu semakin menguatkan kedudukan Muhammad sebagai
KhatamanNabiyyin-nya, dan saya yakin bahwa dalam teks asli
masing-masing Kitabullah sebelumnya [yang tidak diubah dan
dihancurkan oleh tangan-tangan manusia] akan didapati dengan jelas
sekali kenubuatan Rasulullah Saw.

Dan atas dasar ini juga saya berani mengatakan bahwa fungsi
KhatamanNabiyyin Muhammad juga termuat dalam ajaran dan risalah para
Nabi/Rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dan kaum mana saja
diberbagai planet bumi semesta raya.

Mengenai mereka akan mengakuinya atau tidak ... itu bukan satu
masalah besar.
Sesungguhnya telah berlalu para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya yang
mana mereka selalu mendapat tantangan hebat dari manusia. Muhammad
tidak akan kehilangan sifat KhatamanNabiyyinnya hanya karena orang
tidak mengakui kenabian dan kerasulan beliau.

Bukti-bukti sudah dijelaskan dan dianalisakan, jika masyarakat mau
membantah ... silahkan saja bersama-sama kita buktikan kebenarannya
nanti pada hari kemudian.

Sesungguhnya Aku bersaksi, tiada Ilah yang patut kusembah, tempat aku
meminta pertolongan, tempat aku mengadu dan lain sebagainya kecuali
Allah yang Maha Esa dalam berbagai bidang dan sifat-Nya, tidak
beranak dan tidak diperanakkan, menguasai seluruh langit dan bumi
serta apa yang ada diantara keduanya, tiada serikat bagi-Nya.

Dan Aku bersaksi bahwa KhatamanNabiyin, Muhammad bin Abdullah Rasul
Allah adalah benar seorang Nabi yang ummi, seorang utusan Allah yang
namanya terdapat pada berbagai kitab suci Allah dan dinubuatkan oleh
seluruh Nabi dan Rasul-Nya.

Bahwa Aku menolak semua paham kenabian yang didakwa oleh
manusia-manusia Bani Adam setelah beliau, termasuk klaim Mirza Ghulam
Ahmad, Elijah Muhammad, Lia Aminuddin, Lois Farakhan, Musailama dan
sejumlah nama-nama Dajjal lainnya berdasarkan AlQur'an dan Sunnah
Rasul yang benar.

Kepada Allah aku memohon ampun atas segala dosa dan salah, baik yang
kusengaja atau tidak kusengaja, dan penghargaan serta penghormatan
tertinggi kuberikan kepada Rasulullah Muhammad Saw sang Nabi penutup,
reformer sejati, pintu gerbang ilmu pengetahuan dunia dan akhirat dan
salam takzim juga kucurahkan untuk para keluarga dan keturunan beliau
serta para sahabatnya yang mendapatkan petunjuk Allah dibawah bendera
Tauhid baik dahulu, sekarang dan yang akan datang dimanapun mereka
berada.

keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty Re: beda antara nabi dengan rasul

Post by keroncong Wed Jan 09, 2013 1:43 am

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 33:40)

"Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu, ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu." (HR. AlSaikhan dan Abu Daud)

Rasulullah Saw bersabda : 'Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Aku Muhammad, Aku Ahmad , Aku yang penghapus karena aku, Allah menghapuskan kekafiran, Aku pengumpul yang dikumpulkan manusia dibawah kekuasaanku dan aku pengiring yang tiada kemudianku seorang Nabipun.' (Bukhari dan Muslim, Kitab-ul-Fada'il, Bab: Asmaun-Nabi; Tirmidhi, Kitab-ul- Adab, Bab: Asma-un-Nabi; Muatta', Kitab-u-Asma in-Nabi, Al- Mustadrak Hakim, Kitab-ut-Tarikh, Bab: Asma-un-Nabi.)

"Hubunganku dengan kenabian sebelumku seperti layaknya pembangunan suatu istana yang terindah yang pernah dibangun. Semuanya telah lengkap kecuali satu tempat untuk satu batu bata. Aku mengisi tempat tersebut dan sekarang sempurnalah istana itu."
(HR. Bukhari dan Muslim)

"Aku diutus oleh Allah untuk menyebarkan wahyu-Nya kepada seluruh dunia. Dan garis kenabian berakhir pada ku." (Muslim, Tirmidzhi, Ibnu Majah)

'Abdur Rahman bin Jubair berkata: "Aku mendengar Abdullah bin 'Amr ibn-'As meriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Saw keluar dari rumahnya dan berkumpul bersama kami. Sikapnya menunjukkan kegelisahan hatinya seolah beliau akan meninggalkan kami." Beliau bersabda, "Aku Muhammad, Nabi Allah yang ummi' dan kalimatnya tersebut diulang sebanyak tiga kali. Lalu dilanjutkannya: "Tidak akan ada Nabi lagi setelah aku !" (Musnad Ahmad, Marwiyat'Abdullah bin Amr ibn'-As.)

Nabi Saw bersabda: "Jika saja ada Nabi sesudah aku, tentulah dia adalah Umar Bin Khatab."
(Tirmidzi)

Dari Sa'd bin Abi Waqqas r.a.
Nabi Saw berkata kepada Ali r.a [dalam perang tabuk]: "Antara aku dengan engkau laksana hubungan antara Musa dan Harun, tetapi tidak ada nabi lagi sesudahku." (Bukhari dan Muslim)

Thauban meriwayatkan: Nabi Saw berkata: "Akan datang tiga puluh pendusta didalam umatku yang masing-masing dari mereka akan mengatakan kepada dunia bahwa dia adalah seorang Nabi, tetapi aku adalah garis terakhir dari kenabian dan tidak akan ada Nabi lagi setelahku." (Abu Dawud, Kitab-ul-Fitan)

Nabi Saw bersabda: "Diantara Bani Israel yang datang sebelum kalian telah membuat persekutuan dengan Tuhan sekalipun mereka bukan Nabi-nabiNya. Jika saja akan ada Nabi sesudahku dari kaumku maka tentulah dia adalah Umar Bin Khatab." (Bukhari)

Nabi Saw: "Tidak akan ada Nabi sesudahku dan tidak akan ada Nabi baru lagi pada jemaah yang diikuti siapa saja." (Baihaqi dan Tabarani)

Nabi Saw bersabda: "Aku adalah garis terakhir dari kenabian Allah dan masjidku adalah masjid terkahir [Ini merefer kepada Masjid yang didirikan oleh Nabi Saw]." (Riwayat Muslim)

Pada ayat 33:40 diatas yang juga ditunjang oleh beberapa hadistnya yang saya kemukakan diatas Rasulullah dikatakan sebagai Nabi terakhir [Khataman Nabiyyin] bukan penutup para Rasul.

Kenapa demikian ?
Apa sih beda Nabi dan Rasul itu ?

Sampai hari ini saya tidak berani mengatakan bahwa Muhammad Saw adalah penutup para Rasul, melainkan penutup para Nabi.

Baiknya saya kemukakan dahulu berbagai ayat suci yang daripadanya dapat diambil kesimpulan untuk pengertian kedua istilah Nabi dan Rasul itu.

6/130.
Hai masyarakat Jin dan Manusia ! Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari jenis kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari [kiamat] ini ?
Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka membuktikan atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Ayat suci ini membuktikan bahwa Rasul itu bukan saja terdapat pada masyarakat manusia, malah juga ada pada bangsa Jin yang memang keadaannya bersamaan dengan manusia seperti tersebut pada ayat 55/33 dan 72/11 jo. 46/29.

22/75
Allah memilih dari malaikat selaku Rasul-rasul begitupun dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

42/51
Dan tiadalah seseorang yang Allah berkata-kata padanya kecuali dengan wahyu atau dari balik tabir [Hijab] atau Dia utus Rasul [malaikat] lalu dia berwahyu dengan ijin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki, bahwa Dia maha Tinggi lagi Bijaksana.

43/80
Apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia mereka dan bisikan mereka ?
Sebenarnya Rasul-rasul Kami ada pada mereka menuliskan.

Ketiga rangkaian ayat suci ini secara terang menyatakan bahwa malaikat juga ada yang dinamakan Rasul dengan tugas menyampaikan. Tugas ini memang terkandung pada maksud ayat-ayat dibawah ini:

5/99
Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.

7/35
Wahai Bani Adam, jika datang padamu Rasul-rasul dari kaummu menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka siapa yang insyaf dan berbuat shaleh akan tiadalah ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka itu berduka cita.

21/25
Dan tidaklah Kami utus sebelum engkau seorang Rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku.

Walau begitu, adapula Rasul yang tidak diterangkan yang masa hidupnya mungkin sebelum Muhammad atau juga sesudahnya. Penjelasan ini terkandung didalam :

4/164
Dan ada Rasul-rasul yang sungguh telah Kami ceritakan mereka padamu dulunya, dan ada pula Rasul-rasul yang tidak Kami ceritakan mereka kepadamu...

Dalam pada itu, pada setiap bangsa diutus Allah Rasul yang menyampaikan ayat-ayatNya malah tidak suatu bangsa yang disiksa Allah didunia kini kecuali telah ada Rasul pada bangsa itu yang menyampaikan hukum Allah dengan bahasa kaum itu sendiri.

3/101
Dan kenapa kamu kafir karena dianalisakan ayat-ayat Allah sementara padamu ada Rasul-Nya? Dan siapa yang berpegang kepada hukum Allah maka dia diberi petunjuk kepada tuntunan yang kukuh.

10/47
Dan bagi setiap ummat itu ada Rasul, ketika datang Rasul mereka maka terlaksanalah diantara mereka secara efektif dan mereka tidak dizalimi.

14/4
Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaum itu sendiri agar dia menerangkan pada mereka, dan siapa yang sesat maka Allah menyesatkan orang yang Dia kehendaki dan menunjuki orang yang Dia kehendaki. Dan Dia mulia, Bijaksana.

17/15
Siapa yang dapat petunjuk maka dia mendapat petunjuk itu untuk dirinya, dan siapa yang sesat maka dia menyesatkan dirinya, dan tidaklah dia menanggung kesalahan orang lain. Dan tidaklah Kami menyiksa hingga Kami bangkitkan seorang Rasul.

28/59
Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan negri hingga Dia bangkitkan pada kaumnya seorang Rasul yang menganalisakan kepada mereka ayat-ayat Kami, dan tidaklah Kami membinasakan negri itu kecuali penduduknya zalim.

Banyak sekali ayat suci yang senada dengan ayat 17/15 ini diantaranya ayat 17/58 dan 6/65, tetapi semua itu menjelaskan bahwa siksaan tersebut bukan berlaku sebelum periode Muhammad Saw saja malah juga sesudah wafatnya beliau.

Ayat 28/59 membuktikan bahwa sebelum penduduk sebuah negri itu disiksa [diazab] lebih dahulu diutus oleh Allah seorang Rasul kepada mereka dan ayat 10/47 menjelaskan bahwa pada setiap umat ada Rasul dikuatkan oleh ayat 14/4 dengan ketegasan bahwa Rasul itu menyampaikan hukum Allah.

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah /hukum-hukum/ Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)

Ayat 65/12 diatas juga menyebutkan bahwa selain planet bumi kita ini, telah diciptakan oleh Allah Azza Wajalla bumi-bumi lainnya didalam kawasan semesta raya-Nya. Dan sejenak mari kita melihat pula ayat 42/29 dibawah ini :

Dan diantara ayat-ayatNya adalah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk hidup yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS. 42:29)

Allah telah menciptakan banyak planet-planet dan juga planet bumi dalam semesta-Nya, dan Allah pun telah menyebarkan makhluk-makhluk hidup-Nya kepada keduanya, sekarang apakah yang dimaksud dengan makhluk hidup itu menurut kriteria Qur'an ?

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis makhluk hidup dari Almaa', diantara mereka ada yang berjalan atas perutnya /melata/, dan dari mereka ada yang berjalan atas dua kaki serta dari mereka ada yang atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."
(QS. 24:45)

Jadi jika kita menghubungkan antara ayat 65/12 dengan 42/29 dan 24/45 jo. 6/130 maka didapatilah kesimpulan bahwa untuk planet-planet bumi yang lainnya dimana terdapat kehidupan disana maka disana pun perintah atau hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan Allah akan berlaku sebagaimana yang diperlakukan-Nya diplanet bumi kita ini.

Jadi, mengikuti kriteria AlQur'an ini ... pada planet bumi lainnya yang juga memiliki manusia, binatang dan sebagainya maka Allah mengirimkan para Nabi dan Rasul-Nya yang mengibarkan bendera Tauhid, bahwa Tiada Ilah selain Allah.

itu adalah satu kepastian dari Qur'an sendiri dan tidak bisa dibantah.
Tetapi sekarang, bagaimana mengaitkan hubungan antara fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alamin-nya ?

Kita sebelumnya sudah membahas bahwa Muhammad itu adalah penutup para Nabi/akhir dari segala kenabian tetapi beliau Saw bukanlah penutup para Rasul.
Rasul dalam bahasa Arab berarti utusan.
Rasulullah artinya utusan Allah.

Dan sesuai dengan ayat-ayat Qur'an yang diketengahkan pada bagian awal bahwa malaikat itu juga adalah Rasulullah, sebab mereka adalah utusan-utusan atau pesuruh Allah yang memiliki tugas masing-masing, seperti mencatat perbuatan baik dan buruk, menurunkan wahyu dst.

Dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw maka berarti putus sudah wahyu kenabian untuk Bani Adam, karena seluruh ajaran-Nya telah disempurnakan pada masa Muhammad Saw. Tidak ada yang perlu ditambah atau dikurangi lagi, semuanya telah lengkap dan sempurna.

Selanjutnya Allah akan terus mengirim Rasul-rasulNya, baik itu berupa malaikat atau juga manusia. Ingat .... tidak pernah ada malaikat ataupun Jin dinisbatkan oleh Allah dalam AlQur'an sebagai Nabi melainkan hanya sebagai Rasul alias pesuruh alias utusan karena pangkat kenabian hanya ada pada manusia dan itu telah diakhiri oleh Rasulullah Muhammad Saw.

Jadi dari sana dapat disimpulkan bahwa Rasul adalah yang bertugas menyampaikan hukum Allah, ada yang menerimanya langsung dari Allah seperti para Nabi dan malaikat tetapi ada pula yang menerimanya tidak langsung dari Allah tetapi perantaraan AlQur'an yang disampaikan oleh Nabi Saw selaku Nabi terakhir. Nabi adalah manusia yang menerima petunjuk Allah secara langsung kemudian menyampaikan hukum Allah itu kepada manusia lain selaku Rasul.

Sekarang ... Rasul yang bagaimana yang akan ada pada umat Muhammad Saw ini ?
Untuk itu Nabi Saw bersabda :


Nabi Saw bersabda: "Allah tidak akan mengirimkan Nabi lagi sesudahku, tetapi hanya Mubashshirat" Dia menukas: Apakah al-Mubashshirat tersebut ?. Lanjutnya : Mimpi yang baik serta petunjuk yang benar.". (Musnad Ahmad, Marwiyat Abu Tufail, Nasa'i, Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah ia menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah SWT akan mengirimkan untuk ummat ini pada permulaan setiap seratus tahun seorang Mujaddid yang akan memperbaharui agama." (Musnad Abu Dawud)

Jadi jika selama ini ada pendapat yang menyatakan bahwa Nabi dan Rasul adalah sama atau juga bahwa setiap Rasul itu sudah pasti Nabi tetapi setiap Nabi belum tentu Rasul menurut saya keliru berdasarkan ayat-ayat Qur'an dan Hadist-hadist yang saya kutip dibagian atas.

Jadi sekali lagi .... yang akan ada ditengah-tengah umat dan menjadi Rasul Allah sepeninggal Nabi Muhammad Saw itu bukan Rasul dalam pengertian Nabi melainkan Rasul alias utusan dalam pengertian Mujaddid dan juga mereka-mereka yang tergolong kedalam Al-Mubashirat yang akan menuntun umat Islam menuju kepada pemahaman, penganalisaan serta penafsiran yang benar sesuai dengan konteks jamannya, mengikuti apa-apa yang tercantum didalam AlQur'an.

Dengan begitu, seorang ulama yang berdakwah kesatu pedalaman yang belum pernah mengenal ajaran Islam, dia bisa juga disebut seorang Rasul, seorang penyampai ajaran Allah. Seorang pemikir, cendikiawan Muslim, pembaharu agama pun syah-syah saja disebut sebagai Rasul selama apa yang diajarkan dan yang disampaikan mereka tidak bertentangan dengan al-Qur'an, Sunnah dan logika yang sehat.

Sekarang kita kembali kepada hubungan antara fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad Saw dengan Rahmatan lil'alaamin Muhammad Saw.

Apa itu 'Alaamin ?
Ada penterjemah yang mengartikannya dengan "seluruh alam" dimana termasuk semua ciptaan, berbentuk bintang, planet, bulan dan yang ada padanya. Adapula yang mengartikannya sebagai "segala makhluk", tetapi maksudnya bersamaan dengan "segala alam" dimana terdapat benda hidup dan benda jumud yang tak pernah memiliki ruh.

Semuanya saya anggap memiliki kebenaran, tetapi ada yang perlu ditambahkan ... bahwa arti 'Alaamin itu juga bisa sebagai "Seluruh manusia", yaitu manusia yang hidup diplanet bumi dan diplanet-planet lain dalam daerah semesta raya seperti yang dimaksud pada ayat 45/36.

"Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam."

Hal ini ditandai dengan keterangan Ayat-ayat suci lainnya yang mengandung istilah 'Alaamin dimana dinyatakan "pemikiran bagi 'Alaamin" seperti pada ayat 6/90, 12/104, 38/87, 68/52, 81/2 dan dinyatakan sebagai "pertanda bagi 'alaamin" termuat pada ayat 21/91 dan 21/15. Juga dinyatakan "petunjuk bagi 'alaamin" tercantum pada ayat 3/97 dan dinyatakan sebagai "peringatan bagi 'alaamin" termaktub dalam ayat 25/1, dan dinyatakan juga "dalam dada 'alaamin" tertulis pada ayat 29/10.

Semua itu menyatakan bahwa istilah 'Alaamin berarti juga "seluruh manusia" yang memiliki dada, diberi peringatan, diberi petunjuk dan diberi pertanda untuk perhatian mereka agar mau tunduk dengan hukum-hukum Allah.

Jadi jika Muhammad disebut-sebut sebagai Rahmatan Lil'alaamin maka itu juga berarti Muhammad merupakan pembawa teladan, contoh, petunjuk yang harus diikuti oleh seluruh bangsa manusia dimana saja mereka berada dalam kawasan semesta raya.

Muhammad melalui wahyu Qur'an-nya adalah pintu gerbang ilmu pengetahuan dunia dan akhirat yang menjelaskannya kepada masyarakat Manusia dan Jin.

AlQur'an menyatakan :

"Hai masyarakat Jin dan Manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat melakukannya kecuali dengan sulthan".
(QS. 55:33)

Sulthan adalah kekuatan, ilmu pengetahuan, tekhnologi, kemampuan dan sebagainya.

Dan dalam banyak ayat-ayat-Nya Allah pun mengajarkan kepada manusia untuk melakukan pengenalan terhadap alam semesta sebagai bukti atau tanda-tanda kebesaran dan ketauhidan Allah Azza Wajalla.

"Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS.3:191)

"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada pelajaran bagi kaum yang mau memikirkan."
(QS. 45:13)

Banyak lagi ayat-ayat Qur'an lainnya yang isinya bernada sama dengan dua ayat diatas, semua itu ditujukan kepada seluruh masyarakat manusia dan juga masyarakat Jin yang akhirnya sebagai refleksi atau contoh teladannya telah dilakukan sendiri oleh Nabi Muhammad Saw dalam berbagai laku hidupnya.

"Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi orang yang beriman kepada Allah dan [percaya kepada] hari kemudian serta banyak menyebut Allah."
(QS. 33:21)

Bagaimana pula seorang pengemban risalah Allah, seorang pendakwa, seorang pemimpin umat dan sekaligus juga sebagai Nabi yang dimuliakan hanya mampu berkata namun tidak mampu melaksanakan apa yang dikatakannya ?

Untuk itu Allah telah menjadikan Muhammad Saw sebagai contohnya.
Nabi Muhammad memfatwakan agar orang mau memperhatikan alam sekitarnya, memikirkan penciptaan langit dan bumi serta menganjurkan umatnya untuk mencari "sulthan" agar dapat melintasi seluruh penjuru langit dan bumi ... itu karena beliau sudah melakukannya sendiri pada peristiwa Mi'rajnya ke Muntaha, sebagai planet terjauh dan mungkin merupakan planet terpinggir dalam semesta raya dengan pertolongan Allah.

Kekuatan atau sulthan yang ada pada Nabi Saw diberikan berupa Buraq, yang menurut hemat saya sebagai pesawat antariksa tercepat dan tercanggih.

Muhammad bercerita tentang pedagangan yang jujur .... itupun telah dilakukannya dalam hidup kesehariannya hingga bahkan beliau dijuluki oleh masyarakat sebagai Al-Amin.
Dan banyak lagi hal-hal lainnya yang merupakan refleksi dari Rahmatan Lil'Alaaminnya itu.

Lalu dimana fungsi KhatamanNabiyyinnya ?
Sebagian sudah dijelaskan pada bagian atas dan diberi penambahan sedikit bahwa salah satu fungsi KhatamanNabiyyin-nya itu adalah sebagai satu-satunya pemberi contoh teladan yang sesuai dengan nilai-nilai keTuhanan yang mana didalam dirinya telah melebur seluruh sifat-sifat para Nabi dan Rasul sebelum beliau.

Tidak ada lagi tokoh yang mampu dan berhak menjadi panutan kecuali Rasulullah Saw.
Karenanya Muhammad sebagai penutup para pemberi contoh yang paling baik, sebagai penutup garis kenabian, sebagai KhatamanNabiyyin yang Rahmatan Lil 'Alaamin.

Bagaimana dengan para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah diberbagai belahan bumi lainnya disemesta raya ? Apakah mereka harus mengakui kenabian Muhammad sebagai Nabi terakhir planet bumi kita ?

Saya jawab ... benar !
Sebab seperti kata beliau Saw sendiri, semua Nabi adalah bersaudara, mengajarkan agama atau risalah yang sama, yaitu Tauhid, Tiada Ilah yang patut disembah kecuali Ilah yang namanya ALlah yang Maha Esa dalam segala bidang-Nya.

Masing-masing Nabi dan Rasul telah diberikan tanda atau petunjuk oleh Allah mengenai kedatangan Muhammad Saw selaku Nabi penutup [QS. 2:146], hal ini bisa dibuktikan melalui berbagai temuan para ahli kitab, ahli manuskrip dan juga ahli Qur'an sekarang ini.

Bahwa Nabi Adam telah diberi penjelasan segala sesuatunya oleh Allah itu tercantum dalam AlQur'an [2:37 dan lainnya] dan terlepas dari kontroversial palsu-tidaknya Injil Barnabas disanapun dijelaskan bahwa pada mula pertama Adam diciptakan beliau telah melihat 2 khalimah syahadat yang merupakan kesaksian akan kedatangan Muhammad Saw [maaf, saya pribadi meragukan jika kitab Injil Barnabas ini benar, karena terlalu banyak kejanggalannya].

Dalam Bible masa kini dinyatakan pada Ulangan 18:18 dan Ulangan 33:1-2 mengenai pengakuan Musa as atas kedatangan Muhammad Saw, juga pada Injil Yohanes 1:19-25 tentang penolakan Isa ALmasih atas klaim orang-orang Yahudi dari Jerusalem tentang Nabi yang dijanjikan Musa, juga Yesaya 41:1-4, Yohanes 16:4-15 dsb.

Dari dalam AlQur'an sendiri misalnya ayat 2:146, 7:157, 61:6 dan sebagainya.
Dari dalam Vedha didapati nama Ahmad, Kalky Autar dst.

Semua itu semakin menguatkan kedudukan Muhammad sebagai KhatamanNabiyyin-nya, dan saya yakin bahwa dalam teks asli masing-masing Kitabullah sebelumnya [yang tidak diubah dan dihancurkan oleh tangan-tangan manusia] akan didapati dengan jelas sekali kenubuatan Rasulullah Saw sebagaimana keterangan AlQur'an suci pada ayat 2:146, 6:20 dan 7:157.

Dan atas dasar ini juga saya berani mengatakan bahwa fungsi KhatamanNabiyyin Muhammad juga termuat dalam ajaran dan risalah para Nabi/Rasul yang diutus oleh Allah kepada manusia dan kaum mana saja diberbagai planet bumi semesta raya.

Mengenai umat mereka akan mengakuinya atau tidak ... itu bukan satu masalah besar.
Sesungguhnya telah berlalu para Nabi dan Rasul Allah sebelumnya yang mana mereka selalu mendapat tantangan hebat dari manusia. Muhammad tidak akan kehilangan sifat KhatamanNabiyyinnya hanya karena orang tidak mengakui kenabian dan kerasulan beliau.

Bukti-bukti sudah dijelaskan dan dianalisakan, jika masyarakat mau membantah ... silahkan saja bersama-sama kita buktikan kebenarannya nanti pada hari kemudian.

Sesungguhnya telah terpatri disemesta raya, tiada Tuhan yang patut disembah, tempat meminta pertolongan, tempat mengadu dan lain sebagainya kecuali Allah sang pencipta, tidak beranak dan tidak diperanakkan dalam arti apapun juga, Dia menguasai seluruh langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, suci dari ikatan jasmaniah, daging, serta unsur-unsur kemakhlukan lain.

Semestapun bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, Rasul Allah adalah benar seorang Nabi yang ummi, seorang utusan Allah yang namanya terdapat pada berbagai kitab suci Allah dan dinubuatkan oleh seluruh Nabi dan Rasul-Nya.

Tertolaklah sudah semua paham keNabian yang diucapkan secara lancang oleh manusia-manusia sesudahnya, termasuk Mirza Ghulam Ahmad pendiri Ahmadiyah, Elijah Muhammad, Lia Aminuddin pendiri Salamullah, Ahmad Mukti puteranya, Lois Farakhan, Musailamah dan sejumlah nama-nama pendusta lainnya berdasarkan Kalam Allah dan sabda Nabi-Nya.

Saya lebih bisa menerima jika ada yang mengaku sebagai Rasul ataupun Mujaddid (selama dia tetap berpijak kepada al-Qur'an, Sunnah dan logika berpikir yang benar ... tetapi apa iya yang bersangkutan tahu dirinya Rasul ?), akan tetapi jika pengakuan tersebut sudah menyerempet pada kenabian, maaf-maaf saja, tidak ada ijtihad dalam masalah tersebut, logika dan kontekstual ayat sudah jelas.

Tidak akan pernah ada lagi Nabi lama atau Nabi baru yang akan datang, baik yang membawa syariat ataupun tidak [termasuk dalam pendapat saya pribadi masalah kedatangan 'Isa yang kedua, semua Nabi sudah wafat dalam arti sebenarnya dan Nabi yang terakhir wafat adalah Muhammad].

Karena itupula, saya merasa kasihan kepada kaum Ahmadiah Qadian yang notabene menjadikan Mirza ghulam Ahmad sebagai Nabi, mereka tidak kafir dalam masalah ketuhanan tetapi mereka sudah sesat dalam urusan kenabian.

Akhirnya kepada Allah sajalah saya memohon ampun atas segala dosa dan salah, baik yang disengaja atau tidak disengaja, dan penghargaan serta penghormatan tertinggi senantiasa saya persembahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw sang Nabi penutup, reformer sejati, pintu gerbang ilmu pengetahuan dunia dan akhirat dan salam takzim juga tercurahkan untuk para keluarga dan keturunan beliau serta para sahabatnya yang mendapatkan petunjuk baik dahulu, sekarang dan yang akan datang dimanapun mereka berada.

Wassalam,
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty Re: beda antara nabi dengan rasul

Post by keroncong Wed Jan 09, 2013 1:49 am

Masjid Madinah pada jaman awal Islam senantiasa ramai dan penuh sesak dikunjungi oleh kaum Muslimin (sahabat-sahabat Nabi Saw). Terutama sekali sesudah shalat malam, dimana Nabi Muhammad Saw biasa memberikan berbagai macam pelajaran tentang ibadah, tentang politik, tentang ekonomi dan tentang hal-hal lainnya yang berguna bagi kemaslahatan manusia (baca: umatnya).

Tapi tatkala duduk didalam masjid itu, tidaklah kelihatan perbedaan antara Nabi dan para sahabatnya. Ia duduk seperti orang lain duduk, ia berpakaian sebagaimana sahabat-sahabatnya berpakaian, tempat duduk beliau tidak ditinggikan dan permadani yang menjadi alas duduknya tidak diistimewakan. Siapa saja berhak dan boleh duduk didekatnya.


Ketika ia berbicara, maka kelihatanlah wajahnya yang senantiasa
berseri-seri, suaranya tidak keras dan tidak terlalu pelan, tetapi lemah
lembut, sedap didengar dan mudah dipahami. Ia berbicara bukan saja melalui mulutnya, tetapi juga dengan sepenuh hatinya, sehingga setiap
kata yang diucapkan beliau, bukan saja kuping yang mendengar tetapi juga meresap jauh kerelung hati. Maka pada waktu itu pula ia menjawab
bermacam-macam pertanyaan yang diajukan umatnya.


Dan pernah ketika itu mesjid Madinah telah ramai lebih dahulu, sementara Nabi belum datang. Maka sewaktu ia muncul dipintu masjid,
berdirilah para sahabatnya untuk menghormati kedatangannya dan ingin
mengiringinya. Tetapi dilarangnya mereka berdiri dan Rasulullah berkata:

'Jangan kamu berdiri, aku bukanlah seorang raja, aku juga makan dan minum seperti kalian, aku hanyalah hamba Allah !'


Maka hadir kemasjid waktu itu, bukan saja menjadi kesukaan kaum muslimin dengan tujuan untuk mengerjakan ibadah shalat kepada Allah, akan tetapi juga kerinduan mereka ingin melihat wajah Nabinya yang selalu diliputi senyuman, memancarkan kasih sayang yang dalam dan kebaktian kepada Tuhan.


Jika ada diantara umatnya itu yang ingin membesarkan dirinya dan
memuji-mujinya secara berlebihan, maka disebutkannyalah bahwa
sahabat-sahabatnya juga lebih pantas menerima sanjungan itu.
Disebutnya kesetiaan Abu Bakar, diterangkannya keberanian Umar Bin
Khatab, dilukiskannya kelembutan hati dan kefasihan lidah Usman Bin Affan membaca Qur'an, kecerdasan dan kepintaran Ali Bin Abu Thalib, kedermawanan Siti Khadijah, ketabahan Bilal Bin Rabbah, ketaatan Abdullah Bin Mas'ud, keteguhan hati Ammar Bin Yasir dan sebagainya.

Jika ada pula umatnya yang memuji-muji keberanian beliau, maka dialihkannya perhatian umatnya itu kepada keberanian Hamzah Bin Abdul Muthalib, Khalid Bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya.


Kemudian bila ada orang yang berani melebihkan kedudukannya melebihi para Nabi dan Rasul terdahulu, maka Nabi Muhammad Saw lantas menegaskan : bahwa semua Nabi dan Rasul Tuhan itu adalah sama saja dihadapan Allah, lalu diceritakannya keteguhan hati Nabi Isa, ketekunan Nabi Yahya, Keimanan Nabi Zakaria, keteguhan Nabi Yusuf, kebesaran Nabi Sulaiman, ketabahan Nabi Ayub dan lain-lainnya.


"Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud." (QS. 4:163)

"Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya dan tidak
membedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 4:152)

"Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. 2:136)

Maka dari cerita-cerita yang disampaikan itu jelaslah bahwa ia sangat
memuliakan semua Nabi dan Rasul, dan dirinya sendiri dinamakannya hanya sebagai penerus dari tugas para Rasul terdahulu.


"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 33:40)


"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul." (QS. 3:144)


Beliau besar tetapi tidak mau membesarkan diri. Ia agung tetapi tetap
rendah hati. DAn pada waktu ada umatnya yang ingin mencium tangannya, maka ia sendiri menarik tangannya penuh kelembutan.


Ditanyakannya perihal keadaan sahabatnya dan diberikannya pertolongan kepada mereka, dan kadang-kadang karena memberikan pertolongan kepada orang lain, beliau sendiri lupa akan dirinya. Digembirakan hati umatnya kepada kebajikan, dilarangnya siapa saja berbuat kejahatan dan kalau ada orang membuat kebohongan, maka wajahnya akan memerah tanda ia tidak suka.

pada suatu hari, ada seorang tua yang suka membersihkan masjid, tidak kelihatan hadir didalam masjid, Nabi lantas bertanya kepada
sahabat-sahabatnya : kemana orang tua itu, apakah ia sakit atau berhalangan. Seorang dari sahabatnya menerangkan bahwa : orang tua tersebut tidak ada lagi, telah meninggal dunia serta telah dikebumikan pula dengan baik.


Mendengar keterangan itu, Nabi Muhammad Saw kelihatan kaget sekali dan ia menanyakan : kenapa hal itu tidak diberitahukan kepadanya. Orang banyak menjawab bahwa : Rasulullah sudah terlalu sibuk dan kematian seorang tua biasa rasanya tidak perlu diketahuinya.

Jawaban itu amat tidak memuaskan bagi Nabi, kelihatan wajahnya berubah karena kesal dan karena sedih, dan ia menyatakan akan segera berziarah kekubur orang tua itu.


"Kuburnya jauh sekali, ya Rasulullah !" Ujar seorang sahabat.
Dan Nabi tetap akan menziarahinya. Diperingatkannya kepada para sahabatnya, bahwa semua manusia itu adalah sama kedudukannya, dan siapa yang bertakwa itulah yang lebih pantas mendapat kemuliaan dihadapan Allah.


"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (QS. 2:197)


"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. 49:13)


Dan keesokan harinya, ia pergi berziarah, jauh diluar kota, padahal panas sangat teriknya. Sekembali dari ziarah itu, kelihatanlah bajunya yang basah oleh keringat dan berdebu, namun wajahnya tetap berseri-seri, mencerminkan kepuasan batinnya akan apa yang telah beliau lakukan.


Sungguh amat besar perhatiannya kepada semua orang, dan lebih-lebih kepada orang-orang yang hidupnya selalu diliputi kemiskinan. Pada suatu hari raya, ia sangat bergembira, namun ketika dipinggir jalan dilihatnya seorang anak piatu menangis berhiba hati, maka wajah beliaupun ikut bermuram durja.

Diangkatnya wajah anak itu dengan tangannya, dibujuknya hatinya yang sedih dan ditawarkannya : Apakah anak itu senang menjadikan dirinya sebagai ayahnya dan Aisyah sebagai ibunya?. Kemudian dibawanya anak itu kerumahnya dan barulah wajah beliau cerah kembali setelah anak tersebut ikut bergembira menikmati hari raya yang mulia.


Kalau ada temannya yang sakit, maka ia segera berkunjung dan tidak
ditunggunya sampai temannya itu mengalami sakit yang parah.

Berkata Abu Hurairah : 'Aku telah dikunjungi oleh Rasulullah, padahal aku cuma sakit mata sedikit saja.'


Kadang-kadang berkelakarlah ia dengan para sahabatnya itu, berkelakar
secara sopan, tetapi sangat menggembirakan hati.


Sekali dilihatnya seorang sahabat memakan korma, padahal sahabat itu sedang sakit sebelah matanya. Maka dengan nada kaget Nabi bertanya : 'Hai, bagaimana caranya memakan korma itu padahal matamu sakit sebelah?'


Sahabat itu rupanya mengerti akan kelakar Nabi, lalu ia menjawab sambil tersenyum : 'Korma ini kumakan dengan mataku yang sebelah lagi, ya Rasulullah !' Mendengar itu Rasulullah tersenyum.


Pada suatu hari yang lain, beliau melihat salah seorang sahabatnya naik kuda, lalu dengan bernada heran, Nabi bertanya : 'Hai, kenapa anda menaiki anak kuda itu ?'
'Ini bukan anak kuda, ya Rasulullah ! Ini adalah induk kuda !' jawab orang tersebut sambil melompat turun dari kudanya.
Nabi menjelaskan : 'Tiap induk kuda adalah anak kuda juga !', maka
laki-laki itu tersenyum dan Rasulullah ikut tersenyum pula.


Dihari lain pula, seorang tua menanyakan kepadanya : 'Apakah ia bisa masuk sorga dengan segala ibadah yang dikerjakannya ?' Nabi rupanya ingin berkelakar, lalu beliau menjawab : 'Didalam sorga tidak ada orang tua !'


Mendengar jawaban pendek dari Nabi itu, maka orang tua tadi hampir saja menangis dan menghempas-hempaskan kakinya. Tetapi Nabi cepat melanjutkan : 'Dalam sorga memang tidak ada orang tua, sebab semua orang akan menjadi muda kembali di sorga.'


Orang tua itupun tertawa terbahak-bahak mendengar kelakar Nabi dan Nabi-pun tersenyum bahagia.


Maka siapakah gerangan yang tidak akan senang dengan Nabi sebaik itu, siapakah orangnya yang akan merasa kerasan tinggal dirumahnya sendiri pada waktu shalat dan malam hari, dimana dimesjid, Nabi sedang memberikan bermacam-macam tuntunan hidup.


Ia sangat hormat kepada orang-orang yang lebih tua dan sangat pandai
bergaul dengan teman-teman sebayanya, beliau juga sangat kasih kepada anak-anak serta sangat hormat kepada wanita.


"Sepuluh tahun aku tinggal dirumahnya dan membantu urusan rumah tangganya" kata Anas Bin Malik, "Namun tidak pernah kudengar ia mengomel. Tak pernah ia mengucapkan : 'Ini kenapa begini ? atau Itu kenapa begitu ?"


Kata Aisyah, Istrinya : "Ia tidak pernah memukul anak-anak, ia tidak
pernah juga memukul pembantunya dan iapun tidak pernah memukul wanita !"


Bila ada orang-orang yang berhajat menemuinya, maka ialah yang lebih dulu menganggukkan kepala atau mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Tidak ditariknya tangannya dari berjabat tangan sebelum orang lain menarik duluan, dan jika ada diantara para sahabat yang berjabat tangan dengan ujung jarinya saja, maka ditariknya tangan sahabat itu, dan ia berkata sambil senyum : 'Jangan terlalu pelit.'


Dihormatinya semua orang, bahkan orang-orang yang sangat membencinyapun dihormatinya juga. Dikota Madinah, tidak ada orang sejahat Abdullah Bin Ubay, kepala kaum munafik yang selalu menyebarkan fitnah dan kekacauan.

Tetapi sewaktu Abdullah Bin Ubay wafat dan anaknya sendiri datang menemui Nabi dan memberitakan kematiannya, maka kelihatan benar rasa haru pada wajah yang mulia itu.


"Ayahku berwasiat supaya baju anda dapat dipakai untuk menyelimuti
jenasahnya !" Kata anak Abdullah Bin Ubay secara tidak sopan. Tetapi Nabi tidak marah, Nabi lantas menyalin bajunya dan memberikan bajunya waktu itu juga.

Sekali waktu ketika Nabi Muhammad Saw sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, lewatlah sebuah rombongan mengusung jenasah, lalu Nabi berdiri : menghormati jenasah itu.

Setelah lewat rombongan itu, maka para sahabat memberitahukan bahwa jenasah itu adalah jenasah orang Yahudi. Tetapi Nabi menjawab : "Aku tahu itu adalah jenasah Yahudi, tetapi bila manusia sudah wafat, maka keadaannya sama saja."


Aisyah berkata : "Tidak ada seorangpun daripada Rasulullah Saw !"
Jair Bin Abdullah : "Kapan saja aku menemui Rasulullah, selalu kulihat
beliau tersenyum."

Pernah Rasulullah memangku seorang anak bayi keluarga miskin, dan ibu dari anak tersebut terkejut ketika bayinya kencing diatas pangkuan Nabi. Tetapi Nabi hanya tersenyum dan ibu sianak disuruhnya bersenang hati.


Sebagai seorang suami, Nabi Muhammad Saw terkenal sebagai suami yang tidak pernah menurunkan tangan kasar maupun kata-kata keras kepada istri-istrinya. Suatu malam, terlambatlah beliau pulang dari masjid kerumahnya dan setelah pintu diketuknya berulang-ulang, Siti Aisyah tidak juga terbangun dan membuka pintu.

Maka tidurlah ia diberanda rumahnya sampai pagi, dijadikannya serbannya sebagai alas tidur dan dijadikannya lengannya sebagai bantal.


Ketika subuh, Siti Aisyah kaget melihatnya dan ia bertanya kenapa
Rasulullah tidak membangunkannya. Nabi menerangkan bahwa ia telah mengetuk pintu berulang-ulang, tetapi rupanya Aisyah tidur nyeyak sekali.


"Kenapa tidak engkau ketuk pintu sedikit keras, biar saya terbangun wahai Rasulullah ?" Tanya Aisyah.


Nabi menjawab dengan tersenyum : "Sedangkan Tuhan yang amat berkuasa atas segala hamba-Nya lagi tidak mengizinkan engkau terbangun, maka saya yang hanyalah seorang hamba Allah terlebih lagi tidak memiliki hak untuk membangunkanmu, hai Umairah."

Siti Aisyah kemudian meminta maaf kepada Nabi, tetapi Rasulullah tidak merasa bahwa istrinya itu bersalah, semuanya telah diatur oleh Allah.


Kadang-kadang beliau pulang kerumahnya, dan tidak ada makanan yang tersedia. "Belum ada makanan yang saya masak ya Rasulullah, yang ada hanya makanan yang masih mentah." Kata Aisyah.


Maka Nabipun tersenyum lalu ia pergi kedapur dan memasaknya sendiri dan setelah siap, makanlah mereka semuanya bersama-sama.


Nasihat serta saran yang diterimanya dari siapapun akan beliau terima jika memang hal itu bagus. Hal ini terlihat ketika peristiwa perang khandak, beliau menerima masukan dari sahabatnya, Salman Al-Parisy untuk membuat parit pertahanan sekitar kota Madinah.

Setelah mengadakan pertimbangan dan musyawarah bersama para sahabat yang lain, akhirnya usulan dari Salman Al-Parisi tersebut diterima. Maka bekerjalah mereka semua, termasuk Nabi sendiri untuk menggali parit pertahanan (khandak).


Ketika kota Mekkah berhasil ditundukkannya dan para sahabatnya memasuki kota Mekkah, maka Nabi memperlahankan jalan ontanya. Orang lain bersorak sorai karena kegembiraan, tetapi beliau sendiri menundukkan kepalanya kebumi dan matanya kelihatan basah menahan tangis. Menangis ia karena bersyukur dan pada waktu kemenangan tersebut, beliau berdoa memohon ampun kepada Allah.


Ia nyaris tidak pernah berbuat kesalahan hatinya pun suci dan hidupnya penuh pula diliputi kesucian. Namun meski demikian, ia selalu berdoa agar dosa-dosanya dan dosa-dosa umatnya diampuni oleh Allah, dan ia selalu membaca istighfar siang dan malam.

Menurut sebuah riwayat, ia membaca istighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali, adapula yang meriwayatkannya 200 kali.

Dan shalat malam (Tahajud) dikerjakannya setiap malam. Meskipun tidak jarang pada waktu itu keadaan tubuhnya begitu lelah dan penat, namun tiadalah Nabi merasa sungkan untuk beribadah kepada Allah.


Bilal Bin Rabah telah menyaksikan betapa Rasulullah itu tetap juga
mengerjakan shalat malam tatkala dalam perjalanan. Bertanya Bilal : "Engkau shalat lagi ya Rasulullah ! Bukankah dosamu tidak ada dan engkau telah dijamin Allah masuk sorga ?"

Nabi menjawab : "Tidakkah engkau bergembira ya Bilal, bila aku beribadah kepada Tuhanku ?"

Namun sungguh bagi pemikiran yang sederhana,..akan sulitlah mengerti. Dan ketidakmengertian ini tidak bisa dipaksakan mengerti hanya oleh sebuah dekrit "ini perintah Allah" lalu titik.

Bukankah kita dituntut mengajarkan dengan cara hikmah ?

Cobalah berpikir, tidak usahlah orang Islam sendiri yang mengakui kerasulan Muhammad, orang lain yang begitu mengerti sosok pribadi Muhammad pasti akan bisa mencintai dan mempercayai beliau. Jika anda tak mampu memahami hingga begitu dalam, lihatlah sosok-sosok pribadi para manusia yang mencintai beliau, hingga sekarang.

Seseorang yang berpribadi baik, sungguh tak masuk akal jika dia mengikuti sosok pribadi yang tidak jauh lebih baik dari dirinya.

Kemudian jika sebaliknya, seseorang yang ingin berkarakter sempurna
sebagaimana Nabi mencontohkannya, tentulah mustahil dicapai tanpa dia mencintai Nabi dan setia kepada beliau.

Kalau setia dan cinta saja tidak,.....lalu bagaimana mencapainya ?


Ingatlah suatu riwayat seorang pemuda yang berkeinginan untuk bertobat dari maksiat akan tetapi sangat berat meninggalkannya, dari Nabi hanya mintai janji," ..akan tetapi kamu tidak boleh bohong padaku !" Hanya tidak boleh bohong pada Nabi, dan pemuda ini begitu mematuhinya, dia bisa lepas dari kemaksiatan. Karena setiap dia melakukannya, merasa malu kepada beliau, dan jika dia melakukannya dan membohongi Nabi dia berarti melanggar janjinya.

Bagi sesama hamba Allah yang beriman, jika dia mencintai sesuatu, buah dari rasa cinta itu tumbuhlah ridho. Tentang ridho ini sungguh adalah hasil dari sebuah hubungan yang sangat spesial. Hingga suatu kali seorang hamba di akhirat kelak masih merasa berkekurangan dengan ditempatkannya di syurga, dipanggillah dia oleh Allah, dan dia ditanya mengapa demikian.

" Karena yang aku mau sebenarnya adalah ridlo-Mu Ya Allah !"

Manusiawi, kalau perlu saya katakan sangat alami, jika seseorang mencintai orang lain, pasti selalu berupaya untuk menyenangkan orang lain yang dicintainya itu.

Apakah bisa seorang muslim mencintai dan meridhoi seseorang hingga dia bisa menahan doanya untuk orang yang dicintainya itu ?

Sudahkah anda tahu sekarang bahwa mencintai Nabi adalah kesempurnaan anda dalam beriman ? Jika sudah, masihkah anda 'kelu' untuk menyampaikan salam kepada beliau ?
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty Re: beda antara nabi dengan rasul

Post by Kedunghalang Mon Mar 17, 2014 10:59 pm


"Dan berapa banyak nabi telah Kami utus kepada kaum terdahulu." (Az-Zukhruf 43:6/7).

"Dan tiada satu kaum pun, melainkan telah diutus kepada mereka seorang pemberi ingat." (Al Fathir 35:24/25).

Dua ayat suci Al Qur'an di atas cukuplah untuk menyimpulkan bahwa nabi-nabi kepada kaum terdahulu adalah juga diutus Allah atau Utusan Allah atau Rasul Allah. Dengan demikian Nabi = Rasul.
avatar
Kedunghalang
LETNAN KOLONEL
LETNAN KOLONEL

Male
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty Re: beda antara nabi dengan rasul

Post by njlajahweb Thu Oct 13, 2016 6:50 am

kalau dalam Kristen kedudukan nabi-nabi justru lebih tinggi dibanding rasul-rasul
njlajahweb
njlajahweb
BANNED
BANNED

Female
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119

Kembali Ke Atas Go down

beda antara nabi dengan rasul Empty Re: beda antara nabi dengan rasul

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik