bolehkah memelihara jin?
Halaman 1 dari 1 • Share
bolehkah memelihara jin?
Sejak Nabi Sulaiman AS, maka manusia dilarang untuk meminta bantuan termasuk memelihara jin untuk kepentingannya.
Karena meski kelihatannya jin itu mau menuruti kemauan manusia sebagai ‘tuannya’, pada hakekatnya justru manusia itu sendiri yang sedang dijerat oleh jin untuk dibawa ke dalam kesesatan.
Memang benar bahwa Insya Allah itu ada yang muslim dan kafir. Tetapi bila ada jin mengaku muslim, tidak otomatis dia adalah muslim yang sholeh. Perhtaikan firman Allah: “Dan sesungguhnya diantara kami ada yang saleh dan diantara kami ada yang tidak demikian halnya, adalah kami menempuh jalan yang berbeda”. (QS. Al-Jinn: 11)
Apabila jin itu muslim, maka dia tidak pernah diperintah oleh Allah untuk ‘mengabdi’ kepada manusia. Karena jin adalah makhluk yang mukallaf, mereka wajib beriman kepada Allah serta beribadah seusai dengan syariat Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Rasulullah SAW sendiri sebagai Nabi bagi mereka juga, tidak pernah memanfaatkan ‘fasilitas’ muridnya dari bangsa jin demi membela perjuangan umat Islam. Pada setiap jihad yang beliau lakukan, tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau meminta para jin untuk berpartisipasi. Karena para jin sudah punya tugas dan alam sendiri.
Dan apabila jin itu kafir, tentu saja mereka punya kepentingan tertentu dengan berpura-pura mau dipelihara oleh manusia, padahal manusia itulah yang sedang ‘digarap’ oleh para jin. Dalam proses itu, bisa saja para jin itu berakting seolah-olah mereka taat, tunduk dan patuh. Padahal mereka telah menyiapkan rencana dan langkah-langkah licik untuk menyeret ‘tuannya’ ke dalam kesesatan.
Karena itu, umumnya para ulama tidak membolehkan manusia untuk memelihara jin baik muslim atau kafir. Yang boleh adalah berdakwah dan menyampaikan risalah Islam, karena mereka wajib untuk belajar agama Islam. Sehingga bila ada kelompok jin tertentu meminta waktu untuk belajar Al-quran dan ajaran Islam, tidak boleh menolak. Tetapi bila mereka bilang bahwa mereka bersedia membantu dan memberi apa yang diminta, ini perlu dicurigai. Karena tawaran bantuan dan sebagainya akan mengikat manusia untuk selanjutnya dijadikan objek misi mereka. Dalam hal ini harus diketahui bahwa buat para jin, bersandiwara dan berpura-pura menjadi muslim yang sholeh dan taat bukanlah pekerjaan hal yang asing, bahkan telah menjadi profesi sehari-hari.
Mengenai beragamnya metode pendekatan yang mereka lakukan untuk menyesatkan manusia, Allah berfirman:
“Iblis menjawab: Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya akan benar-benar menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati mereka bersyukur (ta’at)” (QS. Al-A’raf: 16-17)
Karena itu wajib bagi manusia untuk menghidarkan diri dari tipu daya para jin ini.
“Hai anak-anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkannya dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al-A’raf: 27)
Ada juga hadits berbunyi sbb:
“Telah berkata Shafiyah (isteri Nabi): Pernah Rasulullah saw sedang i’tikaf, lalu aku datang pada suatu malam mengunjunginya dan berbicara kepadanya, kemudian aku bangun hendak pulang, Rasul pun bangun dan mengantarku, tiba-tiba ada dua orang laki-laki dari golongan Anshar lewat dihadapan kami, tatkala keduanya melihat kami cepat-cepat mereka berlalu dari hadapan kami, maka Rasul saw menegurnya; Berlambat-lambatlah, ia adalah Shafiyyah bin Huyay, isteriku. Keduanya menjawab: Maha suci Allah wahai Rasulullah saw. Kemudian Nabi bersabda: Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia sebagaimana mengalirnya darah, maka aku khawatir bahwa setan akan melontarkan sesuatu ke dalam hati kalian berdua (kejahatan). (HR. Bukhri dan Muslim)
Karena meski kelihatannya jin itu mau menuruti kemauan manusia sebagai ‘tuannya’, pada hakekatnya justru manusia itu sendiri yang sedang dijerat oleh jin untuk dibawa ke dalam kesesatan.
Memang benar bahwa Insya Allah itu ada yang muslim dan kafir. Tetapi bila ada jin mengaku muslim, tidak otomatis dia adalah muslim yang sholeh. Perhtaikan firman Allah: “Dan sesungguhnya diantara kami ada yang saleh dan diantara kami ada yang tidak demikian halnya, adalah kami menempuh jalan yang berbeda”. (QS. Al-Jinn: 11)
Apabila jin itu muslim, maka dia tidak pernah diperintah oleh Allah untuk ‘mengabdi’ kepada manusia. Karena jin adalah makhluk yang mukallaf, mereka wajib beriman kepada Allah serta beribadah seusai dengan syariat Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Rasulullah SAW sendiri sebagai Nabi bagi mereka juga, tidak pernah memanfaatkan ‘fasilitas’ muridnya dari bangsa jin demi membela perjuangan umat Islam. Pada setiap jihad yang beliau lakukan, tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau meminta para jin untuk berpartisipasi. Karena para jin sudah punya tugas dan alam sendiri.
Dan apabila jin itu kafir, tentu saja mereka punya kepentingan tertentu dengan berpura-pura mau dipelihara oleh manusia, padahal manusia itulah yang sedang ‘digarap’ oleh para jin. Dalam proses itu, bisa saja para jin itu berakting seolah-olah mereka taat, tunduk dan patuh. Padahal mereka telah menyiapkan rencana dan langkah-langkah licik untuk menyeret ‘tuannya’ ke dalam kesesatan.
Karena itu, umumnya para ulama tidak membolehkan manusia untuk memelihara jin baik muslim atau kafir. Yang boleh adalah berdakwah dan menyampaikan risalah Islam, karena mereka wajib untuk belajar agama Islam. Sehingga bila ada kelompok jin tertentu meminta waktu untuk belajar Al-quran dan ajaran Islam, tidak boleh menolak. Tetapi bila mereka bilang bahwa mereka bersedia membantu dan memberi apa yang diminta, ini perlu dicurigai. Karena tawaran bantuan dan sebagainya akan mengikat manusia untuk selanjutnya dijadikan objek misi mereka. Dalam hal ini harus diketahui bahwa buat para jin, bersandiwara dan berpura-pura menjadi muslim yang sholeh dan taat bukanlah pekerjaan hal yang asing, bahkan telah menjadi profesi sehari-hari.
Mengenai beragamnya metode pendekatan yang mereka lakukan untuk menyesatkan manusia, Allah berfirman:
“Iblis menjawab: Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya akan benar-benar menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati mereka bersyukur (ta’at)” (QS. Al-A’raf: 16-17)
Karena itu wajib bagi manusia untuk menghidarkan diri dari tipu daya para jin ini.
“Hai anak-anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkannya dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al-A’raf: 27)
Ada juga hadits berbunyi sbb:
“Telah berkata Shafiyah (isteri Nabi): Pernah Rasulullah saw sedang i’tikaf, lalu aku datang pada suatu malam mengunjunginya dan berbicara kepadanya, kemudian aku bangun hendak pulang, Rasul pun bangun dan mengantarku, tiba-tiba ada dua orang laki-laki dari golongan Anshar lewat dihadapan kami, tatkala keduanya melihat kami cepat-cepat mereka berlalu dari hadapan kami, maka Rasul saw menegurnya; Berlambat-lambatlah, ia adalah Shafiyyah bin Huyay, isteriku. Keduanya menjawab: Maha suci Allah wahai Rasulullah saw. Kemudian Nabi bersabda: Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia sebagaimana mengalirnya darah, maka aku khawatir bahwa setan akan melontarkan sesuatu ke dalam hati kalian berdua (kejahatan). (HR. Bukhri dan Muslim)
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» Bolehkah meyakini Bangsa Israel lebih tinggi dibanding bangsa lain? Bolehkah meyakini sudra adalah manusia dengan kasta terendah
» Logika Larangan Memelihara Anjing
» apakah memelihara jenggot wajib dalam islam?
» Sakti ex-gitaris sheila on 7 mengikuti sunnah nabi dengan memelihara jenggot dan memakai gamis
» bolehkah bertaqlid?
» Logika Larangan Memelihara Anjing
» apakah memelihara jenggot wajib dalam islam?
» Sakti ex-gitaris sheila on 7 mengikuti sunnah nabi dengan memelihara jenggot dan memakai gamis
» bolehkah bertaqlid?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik