Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
Halaman 1 dari 3 • Share
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
keistimewaan tauhid dan dosa-dosa yang diampuni
Firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)
Iman yaitu ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syirik disebut kedhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)
Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah Allah."
Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Musa berkata: Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu. Allah berfirman: Katakanlah hai Musa: "Laa ilaha illa Allah". Musa berkata lagi: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini. Allah pun berfirman: Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang Laa ilaha illa Allah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa ilaha illa Allah niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini Shahih)
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula."
Kandungan dalam tulisan ini:
1. Luasnya karunia Allah Ta'ala.
2. Banyaknya pahala tauhid disisi Allah Ta'ala.
3. Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
4. Tafsiran surah Al-An'am ayat 82, menunjukkan keistimewaan tauhid dan keuntungan yang diperoleh darinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan menunjukkan pula bahwa syirik adalah perbuatan zhalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu akbar (besar) atau mengurangi iman jika syirik itu ashghar (kecil).
5. Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
6. Apabila anda mempertemukan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "Laa ilaha illa Allah" dan jelas pula kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
7. Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
8. Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "Laa ilaha illa Allah"
9. Bahwa Laa ilaha illa Allah berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak diantara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
10. Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
11. Langit dan bumi ada penghuninya.
12. Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah yaitu salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary (260-324H = 874-936M). Dan maksud penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shaleh dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil.
Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada yang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Syaikh Abul Hasan Al Asy'ary sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzab salaf shaleh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis diakhir masa hidupnya, yaitu Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1401 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.
13. Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
14. Perhatikanlah perpaduan sebutan Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
15. Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah, maksudnya yaitu bahwa Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan firman-Nya "Kun" (jadilah) yang disampaikan-Nya kepada Maryam melalui Malaikat Jibril.
16. Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan-Nya.
17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
18. Mengetahui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "betapapun amal yang telah diperbuatnya".
19. Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta'ala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
"Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)
Iman yaitu ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syirik disebut kedhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)
Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah Allah."
Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Musa berkata: Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu. Allah berfirman: Katakanlah hai Musa: "Laa ilaha illa Allah". Musa berkata lagi: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini. Allah pun berfirman: Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang Laa ilaha illa Allah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa ilaha illa Allah niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini Shahih)
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula."
Kandungan dalam tulisan ini:
1. Luasnya karunia Allah Ta'ala.
2. Banyaknya pahala tauhid disisi Allah Ta'ala.
3. Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
4. Tafsiran surah Al-An'am ayat 82, menunjukkan keistimewaan tauhid dan keuntungan yang diperoleh darinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan menunjukkan pula bahwa syirik adalah perbuatan zhalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu akbar (besar) atau mengurangi iman jika syirik itu ashghar (kecil).
5. Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
6. Apabila anda mempertemukan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "Laa ilaha illa Allah" dan jelas pula kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
7. Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
8. Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "Laa ilaha illa Allah"
9. Bahwa Laa ilaha illa Allah berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak diantara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
10. Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
11. Langit dan bumi ada penghuninya.
12. Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah yaitu salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary (260-324H = 874-936M). Dan maksud penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shaleh dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil.
Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada yang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Syaikh Abul Hasan Al Asy'ary sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzab salaf shaleh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis diakhir masa hidupnya, yaitu Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1401 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.
13. Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
14. Perhatikanlah perpaduan sebutan Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
15. Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah, maksudnya yaitu bahwa Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan firman-Nya "Kun" (jadilah) yang disampaikan-Nya kepada Maryam melalui Malaikat Jibril.
16. Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan-Nya.
17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
18. Mengetahui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "betapapun amal yang telah diperbuatnya".
19. Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta'ala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
[1]. Prinsip dalam asma dan sifat Allah adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah tanpa tamtsil (mempersamakan atau menyerupakan Allah dengan makhluk dalam asma dan sifatNya) dan takyif (mempertanyakan bagaimana sifat Allah, atau menentukan bahwa sifat Allah itu hakekatnya begini). Juga menolak apa yang ditolak Allah terhadap diriNya atau yang ditolak Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tanpa tahrif (mengubah lafadz sifat atau menyelewengkan maknanya) dan tanpa ta'thil (mengingkari seluruh atau sebagian sifat Ilahi). Hal itu dengan mengimani makna dan arti yang dikandung oleh nash. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala:
"Artinya : Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy Syura: 11]
[2]. Tamtsil dan ta'thil dalam asma dan sifat Allah adalah kufur. Tahrif yang disebut oleh ahli bid'ah sebagai ta'wil, ada yang kufur hukumnya, seperti ta'wil orang-orang kebatinan, ada yang bid'ah dan sesat, seperti ta'wil orang-orang yang tidak mengakui sifat-sifat Allah, dan ada pula yang terjadi karena kekeliruan.
[3]. Pantheisme dan kepercayaan bahwa Allah bersemayam pada sesuatu makhlukNya atau bersatu dengannya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam
[4]. Iman kepada malaikat yang mulia secara umum. Mengimaninya secara terinci adalah dengan mengimani apa yang telah dinyatakan oleh dalil, seperti nama-namanya, sifat-sifatnya, dan tugas-tugasnya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.
[5]. Iman kepada seluruh kitab yang diturunkan Allah. Mengimani sepenuhnya bahwa Al Qur'an Al Karim adalah kitab yang termulia dan yang membatalkan keberlakuan kitab-kitab lainnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur'an telah mengalami perubahan dan penyelewengan. Untuk itu kita wajib mengikuti Al Qur'an dan tidak mengikuti kitab sebelumnya.
[6]. Iman kepada para nabi dan rasul Allah. Semoga selawat dan salam dilimpahkan Allah kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling mulia. Barangsiapa yang tidak berpendapat begitu maka dia termasuk kafir. Apa yang telah dinyatakan nash tentang mereka wajib diimani. Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam adalah yang termulia, rasul terakhir, dan diutus Allah untuk seluruh umat manusia.
[7]. Mengimani bahwa wahyu telah terputus semenjak wafatnya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Orang yang tidak berkeyakinan demikian adalah kafir.
[8]. Iman kepada hari akhir dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya menurut berita yang benar, juga beriman pada tanda-tanda kiamat yang terjadi sebelumnya.
[9]. Iman kepada qadar yang baik dan yang buruk dari Allah Ta'ala, yaitu dengan mengimani bahwa Allah Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi. Allah telah menuliskannya dalam Lauhul Mahfuzh [1]. Yang dikehendakiNya-lah yang terjadi dan yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, Yang Maha Berbuat atas apa yang dikehendaki.
[10]. Iman pada perkara-perkara ghaib yang telah dinyatakan oleh dalil yang shahih, seperti 'arsy, surga, neraka, kenikmatan dan siksa kubur, adanya jembatan dan timbangan (di hari akhirat) dan lain-lain tanpa ta'wil sedikitpun.
[11]. Mengimani adanya syafa'at nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dan syafa'at para nabi, malaikat, orang-orang yang shalih, serta yang lain pada hari kiamat, sebagaimana rinciannya disebutkan dalam nash-nash yag shahih.
[12]. Orang-orang yang beriman akan melihat Allah pada hari kiamat di surga dan di mahsyar[2]. Barangsiapa mengingkari atau menta'wilkannya maka dia sesat dan menyimpang dari kebenaran. Namun tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah di dunia.
[13]. Karamah para wali dan orang-orang shalih benar-benar ada. Namun tidak setiap sesuatu yang luar biasa adalah karamah. Bisa jadi itu merupakan cobaan dari Allah dan bisa pula merupakan pengaruh dari setan dan orang-orang yang jahat. Tolak ukur dalam hal ini adalah apakah hal itu sesuai atau tidak dengan Al Qur'an dan Sunnah.
[14]. Semua orang yang beriman adalah wali Allah, dan di dalam diri setiap orang yang beriman terdapat tingkat kewalian sesuai dengan tingkat keimanannya.
[Disalin dari buku Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Al 'Aqidah edisi Indonesia PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql, Penerbit GIP Jakarta]
_________
Foote Note
[1] Lauhul Mahfuzh adalah kitab yang tertuis di dalamnya segala takdir makhluk dan apa yang terjadi di alam semesta.
[2] Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh makhluk di hari kiamat untuk menerima balasan amal perbuatannya.
"Artinya : Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." [Asy Syura: 11]
[2]. Tamtsil dan ta'thil dalam asma dan sifat Allah adalah kufur. Tahrif yang disebut oleh ahli bid'ah sebagai ta'wil, ada yang kufur hukumnya, seperti ta'wil orang-orang kebatinan, ada yang bid'ah dan sesat, seperti ta'wil orang-orang yang tidak mengakui sifat-sifat Allah, dan ada pula yang terjadi karena kekeliruan.
[3]. Pantheisme dan kepercayaan bahwa Allah bersemayam pada sesuatu makhlukNya atau bersatu dengannya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam
[4]. Iman kepada malaikat yang mulia secara umum. Mengimaninya secara terinci adalah dengan mengimani apa yang telah dinyatakan oleh dalil, seperti nama-namanya, sifat-sifatnya, dan tugas-tugasnya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang.
[5]. Iman kepada seluruh kitab yang diturunkan Allah. Mengimani sepenuhnya bahwa Al Qur'an Al Karim adalah kitab yang termulia dan yang membatalkan keberlakuan kitab-kitab lainnya. Kitab-kitab sebelum Al Qur'an telah mengalami perubahan dan penyelewengan. Untuk itu kita wajib mengikuti Al Qur'an dan tidak mengikuti kitab sebelumnya.
[6]. Iman kepada para nabi dan rasul Allah. Semoga selawat dan salam dilimpahkan Allah kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling mulia. Barangsiapa yang tidak berpendapat begitu maka dia termasuk kafir. Apa yang telah dinyatakan nash tentang mereka wajib diimani. Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam adalah yang termulia, rasul terakhir, dan diutus Allah untuk seluruh umat manusia.
[7]. Mengimani bahwa wahyu telah terputus semenjak wafatnya Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Orang yang tidak berkeyakinan demikian adalah kafir.
[8]. Iman kepada hari akhir dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya menurut berita yang benar, juga beriman pada tanda-tanda kiamat yang terjadi sebelumnya.
[9]. Iman kepada qadar yang baik dan yang buruk dari Allah Ta'ala, yaitu dengan mengimani bahwa Allah Ta'ala mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi. Allah telah menuliskannya dalam Lauhul Mahfuzh [1]. Yang dikehendakiNya-lah yang terjadi dan yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, Yang Maha Berbuat atas apa yang dikehendaki.
[10]. Iman pada perkara-perkara ghaib yang telah dinyatakan oleh dalil yang shahih, seperti 'arsy, surga, neraka, kenikmatan dan siksa kubur, adanya jembatan dan timbangan (di hari akhirat) dan lain-lain tanpa ta'wil sedikitpun.
[11]. Mengimani adanya syafa'at nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam dan syafa'at para nabi, malaikat, orang-orang yang shalih, serta yang lain pada hari kiamat, sebagaimana rinciannya disebutkan dalam nash-nash yag shahih.
[12]. Orang-orang yang beriman akan melihat Allah pada hari kiamat di surga dan di mahsyar[2]. Barangsiapa mengingkari atau menta'wilkannya maka dia sesat dan menyimpang dari kebenaran. Namun tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allah di dunia.
[13]. Karamah para wali dan orang-orang shalih benar-benar ada. Namun tidak setiap sesuatu yang luar biasa adalah karamah. Bisa jadi itu merupakan cobaan dari Allah dan bisa pula merupakan pengaruh dari setan dan orang-orang yang jahat. Tolak ukur dalam hal ini adalah apakah hal itu sesuai atau tidak dengan Al Qur'an dan Sunnah.
[14]. Semua orang yang beriman adalah wali Allah, dan di dalam diri setiap orang yang beriman terdapat tingkat kewalian sesuai dengan tingkat keimanannya.
[Disalin dari buku Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Al 'Aqidah edisi Indonesia PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH, oleh Dr. Nashir bin Abdul Karim Al 'Aql, Penerbit GIP Jakarta]
_________
Foote Note
[1] Lauhul Mahfuzh adalah kitab yang tertuis di dalamnya segala takdir makhluk dan apa yang terjadi di alam semesta.
[2] Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh makhluk di hari kiamat untuk menerima balasan amal perbuatannya.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
mengutamakan Tauhid
Mereka tidak mempunyai perhatian terhadap pokok ini dan terhadap rukun pertama dari rukun-rukun Islam ini -sebagaimana telah diketahui oleh kaum muslimin semuanya-. Rasul yang pertama di antara para rasul yang mulia Nuh 'Alaihis sallam telah mengajak kepada masalah aqidah hampir seribu tahun. Dan semua mengetahui bahwa pada syariat-syariat terdahulu tidak terdapat perincian hukum-hukum ibadah dan muamalah sebagaimana yang telah dikenal dalam agama kita ini, karena agama kita ini adalah agama terakhir bagi syariat-syariat agama-agama lain. Bersamaan dengan itu, Nabi Nuh 'Alaihis sallam tetap mengajak kaumnya selama 950 tahun dan beliau menghabiskan waktunya bahkan seluruh perhatiannya untuk berda'wah kepada tauhid. Meskipun demikian, kaumnya menolak da'wah beliau sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an.
"Artinya : Dan mereka berkata :'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr". [Nuh : 23].
Ini menunjukkan dengan tegas bahwa sesuatu yang paling penting untuk di prioritaskan oleh para da'i Islam adalah da'wah kepada tauhid. Dan ini adalah makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allah". [Muhammad : 19]
Demikian sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara amalan maupun pengajaran. Adapun amalan beliau, maka tidak perlu dibahas, karena pada periode Makkah perbuatan dan da'wah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kebanyakan terbatas dalam hal menda'wahi kaumnya agar beribadah kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Sedangkan dalam hal pengajaran, disebutkan dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda.
"Artinya : Hendaknya hal pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah pesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, maka jika mereka mentaatimu dalam hal itu ..... dan seterusnya sampai akhir hadits. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1395) dan ditempat lainnya, dan Muslim (19), Abu Daud (1584), At-Tirmidzi (625), semuanya dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu]
Hadits ini telah diketahui dan masyhur, Insya Allah.
Kalau begitu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan para shahabatnya untuk memulai dengan apa yang dimulai oleh beliau sendiri yaitu da'wah kepada tauhid.
Tidak diragukan lagi bahwa terdapat perbedaan yang besar sekali antara orang-orang Arab musyrikin dimana mereka itu memahami apa-apa yang dikatakan kepada mereka dengan bahasa mereka, dengan mayoritas orang-orang Arab Muslim sekarang ini. Orang-orang Arab Muslim sekarang ini tidak perlu diseru untuk mengucapkan : Laa Ilaha Illallah, karena mereka adalah orang-orang yang telah mengucapkan syahadat Laa Ilaha Illallah, meskipun aliran dan keyakinan mereka berbeda-beda. Mereka semuanya mengucapkan Laa Ilaha Illallah, tetapi pada kenyataannya mereka sangat perlu untuk memahami lebih banyak lagi tentang makna kalimat thayyibah ini. Dan perbedaan ini adalah perbedaan yang sangat mendasar dengan orang-orang Arab dahulu dimana mereka itu menyombongkan diri apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru mereka untuk mengucapkan Laa Ilaha Illallah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'anul Azhim [1]. Mengapa mereka menyombongkan diri ?. Karena mereka memahami bahwa makna Laa Ilaha Illallah adalah bahwa mereka tidak boleh menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah, dan agar mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, padahal dahulu mereka menyembah selian Allah pula, mereka menyeru selain Allah, beristighatsah (meminta tolong) kepada selain Allah, lebih-lebih lagi dalam masalah nadzar untuk selain Allah, bertawasul kepada selain Allah, menyembelih kurban untuk selain Allah dan berhukum kepada selain Allah dan seterusnya.
Ini adalah sarana-sarana kesyirikan paganisme yang dikenal dan dipraktekkan oleh mereka, padahal mereka mengetahui bahwa diantara konsekwensi kalimat thayyibah Laa Ilaha Illallah dari sisi bahasa Arab adalah bahwa mereka harus berlepas diri dari semua perkara-perkara ini, karena bertentangan dengan makna Laa Ilaha Illallah.
[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 5-15, terbitan Darul haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]
_________
Foote Note.
[1] Beliau mengisyaratkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Ash-Shaffat : "Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : Laa Ilaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata : 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena kami seorang penyair yang gila ?" [Ash-Shaffat : 35-36]
"Artinya : Dan mereka berkata :'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr". [Nuh : 23].
Ini menunjukkan dengan tegas bahwa sesuatu yang paling penting untuk di prioritaskan oleh para da'i Islam adalah da'wah kepada tauhid. Dan ini adalah makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) melainkan Allah". [Muhammad : 19]
Demikian sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara amalan maupun pengajaran. Adapun amalan beliau, maka tidak perlu dibahas, karena pada periode Makkah perbuatan dan da'wah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kebanyakan terbatas dalam hal menda'wahi kaumnya agar beribadah kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Sedangkan dalam hal pengajaran, disebutkan dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda.
"Artinya : Hendaknya hal pertama yang engkau serukan kepada mereka adalah pesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah saja, maka jika mereka mentaatimu dalam hal itu ..... dan seterusnya sampai akhir hadits. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1395) dan ditempat lainnya, dan Muslim (19), Abu Daud (1584), At-Tirmidzi (625), semuanya dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu]
Hadits ini telah diketahui dan masyhur, Insya Allah.
Kalau begitu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan para shahabatnya untuk memulai dengan apa yang dimulai oleh beliau sendiri yaitu da'wah kepada tauhid.
Tidak diragukan lagi bahwa terdapat perbedaan yang besar sekali antara orang-orang Arab musyrikin dimana mereka itu memahami apa-apa yang dikatakan kepada mereka dengan bahasa mereka, dengan mayoritas orang-orang Arab Muslim sekarang ini. Orang-orang Arab Muslim sekarang ini tidak perlu diseru untuk mengucapkan : Laa Ilaha Illallah, karena mereka adalah orang-orang yang telah mengucapkan syahadat Laa Ilaha Illallah, meskipun aliran dan keyakinan mereka berbeda-beda. Mereka semuanya mengucapkan Laa Ilaha Illallah, tetapi pada kenyataannya mereka sangat perlu untuk memahami lebih banyak lagi tentang makna kalimat thayyibah ini. Dan perbedaan ini adalah perbedaan yang sangat mendasar dengan orang-orang Arab dahulu dimana mereka itu menyombongkan diri apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru mereka untuk mengucapkan Laa Ilaha Illallah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'anul Azhim [1]. Mengapa mereka menyombongkan diri ?. Karena mereka memahami bahwa makna Laa Ilaha Illallah adalah bahwa mereka tidak boleh menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah, dan agar mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, padahal dahulu mereka menyembah selian Allah pula, mereka menyeru selain Allah, beristighatsah (meminta tolong) kepada selain Allah, lebih-lebih lagi dalam masalah nadzar untuk selain Allah, bertawasul kepada selain Allah, menyembelih kurban untuk selain Allah dan berhukum kepada selain Allah dan seterusnya.
Ini adalah sarana-sarana kesyirikan paganisme yang dikenal dan dipraktekkan oleh mereka, padahal mereka mengetahui bahwa diantara konsekwensi kalimat thayyibah Laa Ilaha Illallah dari sisi bahasa Arab adalah bahwa mereka harus berlepas diri dari semua perkara-perkara ini, karena bertentangan dengan makna Laa Ilaha Illallah.
[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 5-15, terbitan Darul haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]
_________
Foote Note.
[1] Beliau mengisyaratkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Ash-Shaffat : "Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka : Laa Ilaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata : 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena kami seorang penyair yang gila ?" [Ash-Shaffat : 35-36]
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
memahami makna tauhid
Mayoritas kaum muslimin sekarang ini yang telah bersaksi Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah) tidak memahami makna Laa Ilaaha Illallah dengan baik, bahkan barangkali mereka memahami maknanya dengan pemahaman yang terbalik sama sekali. Saya akan memberikan suatu contoh untuk hal itu : Sebagian di antara mereka (Dia adalah Syaikh Muhammad Al-Hasyimi, salah seorang tokoh sufi dari thariqah Asy-Syadziliyyah di Suriah kira-kira 50 tahun yang lalu) menulis suatu risalah tentang makna Laa Ilaaha Illallah, dan menafsirkan dengan "Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah" !! Orang-orang musyrik pun memahami makna seperti itu, tetapi keimanan mereka terhadap makna tersebut tidaklah bermanfaat bagi mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?' Tentu mereka akan menjawab : 'Allah'. " [Luqman : 25].
Orang-orang musyrik itu beriman bahwa alam semesta ini memiliki Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tetapi mereka menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah dan sekutu-sekutu dalam beribadah kepada-Nya. Mereka beriman bahwa Rabb (pengatur dan pencipta) adalah satu (esa), tetapi mereka meyakini bahwa sesembahan itu banyak. Oleh karena itu, Allah membantah keyakinan ini yang disebut dengan ibadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah melalui firman-Nya :
"Artinya :Dan orang-orang yang mengambil perlindungan selain Allah (berkata) : 'Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya'". [Az-Zumar : 3].
Kaum musyrikin dahulu mengetahui bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah mengharuskannya untuk berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, menafsirkan kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah ini dengan : "Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah". Padahal apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia beribadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah, maka dia dan orang-orang musyrik adalah sama secara aqidah, meskipun secara lahiriah adalah Islam, karena dia mengucapkan lafazh Laa Ilaaha Illallah, sehingga dengan ungkapan ini dia adalah seorang muslim secara lafazh dan secara lahir.
Dan ini termasuk kewajiban kita semua sebagai da'i Islam untuk menda'wahkan tauhid dan menegakkan hujjah kepada orang-orang yang tidak mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah dimana mereka terjerumus kepada apa-apa yang menyalahi Laa Ilaaha Illallah. Berbeda dengan orang-orang musyrik, karena dia enggan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, sehingga dia bukanlah seorang muslim secara lahir maupun batin. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, mereka orang-orang muslim, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu wa Ta'ala". ]Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum]
Oleh karena itu, saya mengatakan suatu ucapan yang jarang terlontar dariku, yaitu : Sesungguhnya kenyataan mayoritas kaum muslimin sekarang ini adalah lebih buruk daripada keadaan orang Arab secara umum pada masa jahiliyah yang pertama, dari sisi kesalahpahaman terhadap makna kalimat tahyyibah ini, karena orang-orang musyrik Arab dahulu memahami makna Laa Ilaaha Illallah, tetapi mereka tidak mengimaninya. Sedangkan mayoritas kaum muslimin sekarang ini mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka yakini, mereka mengucapkan : 'Laa Ilaaha Illallah' tetapi mereka tidak mengimani -dengan sebenarnya- maknanya. (Mereka menyembah kubur, menyembelih kurban untuk selain Allah, berdo'a kepada orang-orang yang telah mati, ini adalah kenyataan dan hakikat dari apa-apa yang diyakini oleh orang-orang syi'ah rafidhah, shufiyah, dan para pengikut thariqah lainnya, berhaji ke tempat pekuburan dan tempat kesyirikan dan thawaf di sekitarnya serta beristighatsah (meminta tolong) kepada orang-orang shalih dan bersumpah dengan (nama) orang-orang shalih adalah merupakan keyakinan-keyakinan yang mereka pegang dengan kuat).
Oleh karena itu, saya meyakini bahwa kewajiban pertama atas da'i kaum muslimin yang sebenarnya adalah agar mereka menyeru seputar kalimat tauhid ini dan menjelaskan maknanya secara ringkas. Kemudian dengan merinci konsekuensi-kosekuensi kalimat thayyibah ini dengan mengikhlaskan ibadah dan semua macamnya untuk Allah, karena ketika Allah Azza wa Jalla menceritakan perkataan kaum musyrikin, yaitu :
"Artinya : Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". [Az-Zumar : 3]
Allah menjadikan setiap ibadah yang ditujukan bagi selain Allah sebagai kekufuran terhadap kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah.
Oleh karena itu, pada hari ini saya berkata bahwa tidak ada faedahnya sama sekali upaya mengumpulkan dan menyatukan kaum muslimin dalam satu wadah, kemudian membiarkan mereka dalam kesesatan mereka tanpa memahami kalimat thayyibah ini, yang demikian ini tidak bermanfaat bagi mereka di dunia apalagi di akhirat !.
Kami mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Barangsiapa mati dan dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka Allah mengharamkan badannya dari Neraka" dalam riwayat lain : "Maka dia akan masuk Surga". [Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (5/236), Ibnu Hibban (4) dalam Zawa'id dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3355)].
Maka mungkin saja orang yang mengucapkan kalimat thayyibah dengan ikhlas dijamin masuk Surga. meskipun setelah mengucapkannya menerima adzab terlebih dahulu. Orang yang meyakini keyakinan yang benar terhadap kalimat thayyibah ini, maka mungkin saja dia diadzab berdasarkan perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukannya, tetapi pada akhirnya tempat kembalinya adalah Surga.
[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 16-26, terbitan Darul Haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]
"Artinya : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?' Tentu mereka akan menjawab : 'Allah'. " [Luqman : 25].
Orang-orang musyrik itu beriman bahwa alam semesta ini memiliki Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tetapi mereka menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah dan sekutu-sekutu dalam beribadah kepada-Nya. Mereka beriman bahwa Rabb (pengatur dan pencipta) adalah satu (esa), tetapi mereka meyakini bahwa sesembahan itu banyak. Oleh karena itu, Allah membantah keyakinan ini yang disebut dengan ibadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada Allah melalui firman-Nya :
"Artinya :Dan orang-orang yang mengambil perlindungan selain Allah (berkata) : 'Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya'". [Az-Zumar : 3].
Kaum musyrikin dahulu mengetahui bahwa ucapan Laa Ilaaha Illallah mengharuskannya untuk berlepas diri dari peribadatan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, menafsirkan kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah ini dengan : "Tidak ada Rabb (pencipta dan pengatur) kecuali Allah". Padahal apabila seorang muslim mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan dia beribadah kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah, maka dia dan orang-orang musyrik adalah sama secara aqidah, meskipun secara lahiriah adalah Islam, karena dia mengucapkan lafazh Laa Ilaaha Illallah, sehingga dengan ungkapan ini dia adalah seorang muslim secara lafazh dan secara lahir.
Dan ini termasuk kewajiban kita semua sebagai da'i Islam untuk menda'wahkan tauhid dan menegakkan hujjah kepada orang-orang yang tidak mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah dimana mereka terjerumus kepada apa-apa yang menyalahi Laa Ilaaha Illallah. Berbeda dengan orang-orang musyrik, karena dia enggan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, sehingga dia bukanlah seorang muslim secara lahir maupun batin. Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, mereka orang-orang muslim, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu wa Ta'ala". ]Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum]
Oleh karena itu, saya mengatakan suatu ucapan yang jarang terlontar dariku, yaitu : Sesungguhnya kenyataan mayoritas kaum muslimin sekarang ini adalah lebih buruk daripada keadaan orang Arab secara umum pada masa jahiliyah yang pertama, dari sisi kesalahpahaman terhadap makna kalimat tahyyibah ini, karena orang-orang musyrik Arab dahulu memahami makna Laa Ilaaha Illallah, tetapi mereka tidak mengimaninya. Sedangkan mayoritas kaum muslimin sekarang ini mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka yakini, mereka mengucapkan : 'Laa Ilaaha Illallah' tetapi mereka tidak mengimani -dengan sebenarnya- maknanya. (Mereka menyembah kubur, menyembelih kurban untuk selain Allah, berdo'a kepada orang-orang yang telah mati, ini adalah kenyataan dan hakikat dari apa-apa yang diyakini oleh orang-orang syi'ah rafidhah, shufiyah, dan para pengikut thariqah lainnya, berhaji ke tempat pekuburan dan tempat kesyirikan dan thawaf di sekitarnya serta beristighatsah (meminta tolong) kepada orang-orang shalih dan bersumpah dengan (nama) orang-orang shalih adalah merupakan keyakinan-keyakinan yang mereka pegang dengan kuat).
Oleh karena itu, saya meyakini bahwa kewajiban pertama atas da'i kaum muslimin yang sebenarnya adalah agar mereka menyeru seputar kalimat tauhid ini dan menjelaskan maknanya secara ringkas. Kemudian dengan merinci konsekuensi-kosekuensi kalimat thayyibah ini dengan mengikhlaskan ibadah dan semua macamnya untuk Allah, karena ketika Allah Azza wa Jalla menceritakan perkataan kaum musyrikin, yaitu :
"Artinya : Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". [Az-Zumar : 3]
Allah menjadikan setiap ibadah yang ditujukan bagi selain Allah sebagai kekufuran terhadap kalimat thayyibah Laa Ilaaha Illallah.
Oleh karena itu, pada hari ini saya berkata bahwa tidak ada faedahnya sama sekali upaya mengumpulkan dan menyatukan kaum muslimin dalam satu wadah, kemudian membiarkan mereka dalam kesesatan mereka tanpa memahami kalimat thayyibah ini, yang demikian ini tidak bermanfaat bagi mereka di dunia apalagi di akhirat !.
Kami mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Artinya : Barangsiapa mati dan dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka Allah mengharamkan badannya dari Neraka" dalam riwayat lain : "Maka dia akan masuk Surga". [Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (5/236), Ibnu Hibban (4) dalam Zawa'id dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3355)].
Maka mungkin saja orang yang mengucapkan kalimat thayyibah dengan ikhlas dijamin masuk Surga. meskipun setelah mengucapkannya menerima adzab terlebih dahulu. Orang yang meyakini keyakinan yang benar terhadap kalimat thayyibah ini, maka mungkin saja dia diadzab berdasarkan perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukannya, tetapi pada akhirnya tempat kembalinya adalah Surga.
[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hal 16-26, terbitan Darul Haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
pengenalan jenis-jenis tauhid
Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan tentang kata Al Hanifiyah. Al Hanifiyah sendiri sebenarnya adalah millah( agama) dari Bapak Tauhid yaitu Nabi Ibrahim. Bila didefinisikan al hanifiyah berarti beribadah (menyembah) Allah dengan segenap keikhlasan. Dan peribadatan kepada Allah ini merupakan perintah Allah kepada seluruh umat manusia. Firman Allah:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku".
(QS Adz-Dzariyat : 56)
Ayat ini pun menunjukkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah beribadah kepada Allah. Namun peribadatan sendiri menjadi bermakna, apabila tidak disertai dengan tauhid (mengesakan Allah). Dahulu umat-umat para nabi dan rasul beribadah, namun ibadah mereka tanpa makna karena mereka tidak mentauhidkan Allah. Dan ini pula sebab terjadinya konflik(permusuhan) antara para nabi dan umatnya. Allah pun menegaskan bahwa dakwah para nabi dan rasul adalah dakwah tauhid ini.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul yang menyeru beribadahlah kepada Allah dan jauhi Thaghut( sesembahan selain Allah)"
Begitu urgennya masalah ini sehingga tidak wajar apabila kita bodoh terhadapnya. Untuk memudahkan pemahaman, para ulama Ahlusunnah (Imam Ibnu Abil Izz, Radiyallahu 'anhu) mengklasifikasikan tauhid menjadi 3 yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma' wa sifat
1. Tauhid Rububiyah. Yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan Nya, maksudnya adalah menyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah Pencipta seluruh makhluk, Pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Jika seseorang meyakini tauhid jenis ini tidak otomatis menyebabkan seseorang keluar dari keadaan syirik ke dalam Islam dan tidak menjadikan haram darahnya serta tidak menjadikannya selamat dari neraka.
Jenis tauhid ini telah diakui oleh kaum musyrikin zaman dahulu dan diakui pula oleh seluruh agama seperti Yahudi, Nasrani, al-Shabi'in atau orang-orang penyembah bintang atau dewa dan majusi, tidak ada yang mengingkari macam tauhid ini kecuali kelompok Ad-Dahriyah pada waktu dulu dan komunis pada zaman kita sekarang.
Dalil yang menunjukan pengakuan orang-orang musyrikin terhadap tauhid Rububiyah adalah firman Allah :
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi tentu mereka akan menjawab Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya" (QS Luqman : 25)
"Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, dan siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka mereka akan menjawab Allah, maka katakanlah mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya). Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah tuhan kamu yang sebenarnya maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan(dari kebenaran)" (QS Yunus : 31-32)
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (QS Az-Zuhruf : 9)
Tauhid Ar-Rububiyyah adalah pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Bahwa alam dunia ini tak pernah memiliki dua pencipta yang berseteru dalam karakter dan perubahan. Bentuk tauhid semacam ini tidak pernah disanggah oleh kelompok manapun dari anak cucu Adam Alaihi As-Salam.
Sebaliknya hati mereka secara kodrati telah diciptakan untuk mengakui tauhid itu. Sebagaimana dinyatakan oleh para Rasul dan dinukil dalam Al-Qur'an. "Artinya : Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi ?" [Ibrahim : 10]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda. "Artinya : Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ayah dan ibunya-lah yang akan menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari 1358, Muslim 2658, Ahmad II:393, Malik I:241, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu]
Tidaklah dapat dikatakan, kalau makna hadits tersebut adalah bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan lugu, tidak kenal arti tauhid, tidak juga mengerti apa arti syirik. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda meriwayatkan dari Rabb-Nya 'Azza wa Jalla. "Artinya : Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus. Lalu datanglah setan membelokkannya dari kebenaran" [Diriwayatkan oleh Muslim 2865, Ahmad IV : 162,163,266 dari hadits 'Iyadh bin Himar Al-Mujasyi'i]
Dan di dalam hadits yang terdahulu, juga terdapat hal yang menjelaskan perkara itu (fitrah manusia). Karena Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "(Kedua orang tuanyalah) yang menjadikan dirinya orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi". Nabi tidak menyabdakan : "... dan dirinya sebagai Muslim".
Manusia yang paling terkenal dengan kepura-puraan dan sikap berlagak bodohnya, dengan mengingkari Sang Pencipta adalah Fir'aun. Padahal ia meyakini semua itu dalam hati. Musa berkata kepadanya : "Musa menjawab : "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata ..." [Al-Isra : 102]
Allah berfirman menceritakan diri Fir'aun dan kaumnya. "Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..." [An-Naml : 14] [Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah-1, hal 54-55, Pustaka At-Tibyan]
Mengimani Rububiyah Allah
Mengimani rububiyah Allah artinya mengimani sepenuhnya bahwa Dialah Tuhan satu-satunya yang tiada sekutu dan tidak ada penolong selainnya. Rabb adalah yang berhak menciptakan memiliki serta memerintahkan. Jadi tidak ada pencipta, pemilik, selain Allah, dan tidak ada peintah selain perintah dariNya. Allah berfirman :
"….Ingatlah mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah mahasuci Allah Rabb Tuhan Semesta alam" (Al Quran Al A'raf: 54)
"… yang berbuat demikian itu adalah Allah rabbmu. Kepunyaanlah kerajaan dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tidak mempunayai apa-apa wlaupun setipis kulit ari ". (Al Quran Fathir : 13)
Orang yang mengingkari rububiyah Allah adalah orang yang congkak, walaupun ia sendiri tidak meyakini kebenaran ucapannya.
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesunggguhnya aku mengira kamu wahai fir'aun seorang yang akan binasa. " (Al Quran Al 'Isra' : 102)
Perintah Allah mencakup perintah kauni (alam semesta) dan perintah syari'at, dia adalah Pengatur alam sekaligus sebagai Pemutus seluruh perkara sesuai dengan tuntutan hikmahnya. Dia juga yang menetapkan hukum-hukum ibadah dan muamalah sesuai dengan hikmahnya oleh karena itu siapa yang menyekutukan Allah maka dia telah kufur kepada-Nya. (Bersambung ke artikel berjudul Pengenalan Tauhid Uluhiyyah dan Pengenalan Tauhid Asma' dan Sifat ALLAH).
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku".
(QS Adz-Dzariyat : 56)
Ayat ini pun menunjukkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah beribadah kepada Allah. Namun peribadatan sendiri menjadi bermakna, apabila tidak disertai dengan tauhid (mengesakan Allah). Dahulu umat-umat para nabi dan rasul beribadah, namun ibadah mereka tanpa makna karena mereka tidak mentauhidkan Allah. Dan ini pula sebab terjadinya konflik(permusuhan) antara para nabi dan umatnya. Allah pun menegaskan bahwa dakwah para nabi dan rasul adalah dakwah tauhid ini.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul yang menyeru beribadahlah kepada Allah dan jauhi Thaghut( sesembahan selain Allah)"
Begitu urgennya masalah ini sehingga tidak wajar apabila kita bodoh terhadapnya. Untuk memudahkan pemahaman, para ulama Ahlusunnah (Imam Ibnu Abil Izz, Radiyallahu 'anhu) mengklasifikasikan tauhid menjadi 3 yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma' wa sifat
1. Tauhid Rububiyah. Yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan Nya, maksudnya adalah menyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah Pencipta seluruh makhluk, Pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Jika seseorang meyakini tauhid jenis ini tidak otomatis menyebabkan seseorang keluar dari keadaan syirik ke dalam Islam dan tidak menjadikan haram darahnya serta tidak menjadikannya selamat dari neraka.
Jenis tauhid ini telah diakui oleh kaum musyrikin zaman dahulu dan diakui pula oleh seluruh agama seperti Yahudi, Nasrani, al-Shabi'in atau orang-orang penyembah bintang atau dewa dan majusi, tidak ada yang mengingkari macam tauhid ini kecuali kelompok Ad-Dahriyah pada waktu dulu dan komunis pada zaman kita sekarang.
Dalil yang menunjukan pengakuan orang-orang musyrikin terhadap tauhid Rububiyah adalah firman Allah :
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi tentu mereka akan menjawab Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya" (QS Luqman : 25)
"Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, dan siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka mereka akan menjawab Allah, maka katakanlah mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya). Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah tuhan kamu yang sebenarnya maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan(dari kebenaran)" (QS Yunus : 31-32)
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (QS Az-Zuhruf : 9)
Tauhid Ar-Rububiyyah adalah pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Bahwa alam dunia ini tak pernah memiliki dua pencipta yang berseteru dalam karakter dan perubahan. Bentuk tauhid semacam ini tidak pernah disanggah oleh kelompok manapun dari anak cucu Adam Alaihi As-Salam.
Sebaliknya hati mereka secara kodrati telah diciptakan untuk mengakui tauhid itu. Sebagaimana dinyatakan oleh para Rasul dan dinukil dalam Al-Qur'an. "Artinya : Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi ?" [Ibrahim : 10]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda. "Artinya : Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ayah dan ibunya-lah yang akan menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari 1358, Muslim 2658, Ahmad II:393, Malik I:241, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu]
Tidaklah dapat dikatakan, kalau makna hadits tersebut adalah bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan lugu, tidak kenal arti tauhid, tidak juga mengerti apa arti syirik. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda meriwayatkan dari Rabb-Nya 'Azza wa Jalla. "Artinya : Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus. Lalu datanglah setan membelokkannya dari kebenaran" [Diriwayatkan oleh Muslim 2865, Ahmad IV : 162,163,266 dari hadits 'Iyadh bin Himar Al-Mujasyi'i]
Dan di dalam hadits yang terdahulu, juga terdapat hal yang menjelaskan perkara itu (fitrah manusia). Karena Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "(Kedua orang tuanyalah) yang menjadikan dirinya orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi". Nabi tidak menyabdakan : "... dan dirinya sebagai Muslim".
Manusia yang paling terkenal dengan kepura-puraan dan sikap berlagak bodohnya, dengan mengingkari Sang Pencipta adalah Fir'aun. Padahal ia meyakini semua itu dalam hati. Musa berkata kepadanya : "Musa menjawab : "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata ..." [Al-Isra : 102]
Allah berfirman menceritakan diri Fir'aun dan kaumnya. "Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..." [An-Naml : 14] [Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah-1, hal 54-55, Pustaka At-Tibyan]
Mengimani Rububiyah Allah
Mengimani rububiyah Allah artinya mengimani sepenuhnya bahwa Dialah Tuhan satu-satunya yang tiada sekutu dan tidak ada penolong selainnya. Rabb adalah yang berhak menciptakan memiliki serta memerintahkan. Jadi tidak ada pencipta, pemilik, selain Allah, dan tidak ada peintah selain perintah dariNya. Allah berfirman :
"….Ingatlah mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah mahasuci Allah Rabb Tuhan Semesta alam" (Al Quran Al A'raf: 54)
"… yang berbuat demikian itu adalah Allah rabbmu. Kepunyaanlah kerajaan dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tidak mempunayai apa-apa wlaupun setipis kulit ari ". (Al Quran Fathir : 13)
Orang yang mengingkari rububiyah Allah adalah orang yang congkak, walaupun ia sendiri tidak meyakini kebenaran ucapannya.
"Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesunggguhnya aku mengira kamu wahai fir'aun seorang yang akan binasa. " (Al Quran Al 'Isra' : 102)
Perintah Allah mencakup perintah kauni (alam semesta) dan perintah syari'at, dia adalah Pengatur alam sekaligus sebagai Pemutus seluruh perkara sesuai dengan tuntutan hikmahnya. Dia juga yang menetapkan hukum-hukum ibadah dan muamalah sesuai dengan hikmahnya oleh karena itu siapa yang menyekutukan Allah maka dia telah kufur kepada-Nya. (Bersambung ke artikel berjudul Pengenalan Tauhid Uluhiyyah dan Pengenalan Tauhid Asma' dan Sifat ALLAH).
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
gw tertarik ame yg ini.en what you say??Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, mereka orang-orang muslim, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu wa Ta'ala". ]Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum]
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
hi slimmers,lu pade online but kaga ada otak atik gw punya tanya
:jotos: :jotos:
:jotos: :jotos:
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
kan uda jelas..tiap muslim gak punya kewajiban bayar jizyah dan kehormatan terjaga tuh kamsutnyah kehormatan tiap muslim adalah saling menjaga.kehormatan member muslim di forum ini adalah tanggung jawab momod-mimin utk membela haknyah.Otak Trailer wrote:gw tertarik ame yg ini.en what you say??Adapun mayoritas kaum muslimin sekarang ini, mereka orang-orang muslim, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Apabila mereka mengucapkan (Laa Ilaaha Illallah), maka kehormatan dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan haknya, dan perhitungan mereka atas Allah Subhanahu wa Ta'ala". ]Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari (25) dan pada tempat lainnya, dan Muslim (22), dan selainnya, dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhum]
sedangkan non muslim yg aktif disini juga dijaga kehormatannyah seperti muslim dilarang pake panggilan buruk pada non muslim..meski demikian pasti ada satu - dua yg terlewati dari kibor edit para momod.....
katanya jawara kok sederhana aja pake tanya...
tape + singkong = es teler..
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
dawah agama tauhid
Firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Allah dengan penuh pengertian dan keyakinan. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya)." (Yusuf: 108)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu'adz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya:
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah - dalam riwayat lain disebutkan: "Supaya mereka mentauhidkan Allah" - Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu da'wahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan jagalah dirimu dari do'a orang mazhlum (teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu. Pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masing-masing mengharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu bersabdalah beliau: "Dimanakah 'Ali bin Abu Thalib?" Dijawab: "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkanlah dia. Lantas Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdoa untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera dan bersabda: "Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Allah, bahwa Allah memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah."
Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Kandungan dari tulisan ini:
Da'wah kepada syahadat "Laa ilaha illa Allah" adalah pandangan hidup bagi orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Diingatkan supaya ikhlas (dalam berda'wah semata-mata karena Allah), karena kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran justru ia mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
Mengerti betul dan yakin akan apa yang dida'wahkan adalah termasuk kewajiban.
Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid adalah mengagungkan Allah.
Dan diantara keburukan syirik, bahwa syirik adalah merendahkan Allah.
Termasuk masalah yang sangat penting, bahwa seorang muslim perlu dijauhkan dari lingkungan orang-orang yang berbuat syirik, supaya nanti tidak menjadi seperti mereka sekalipun dia belum melakukan perbuatan syirik.
Tauhid adalah kewajiban pertama.
Tauhid adalah yang pertama kali harus dida'wahkan sebelum semua kewajiban yang lain, meskipun kewajiban shalat.
Pengertian "Supaya mereka mentauhidkan Allah" adalah pengertian syahadat.
Seseorang bisa jadi termasuk Ahlul Kitab, akan tetapi dia tidak tahu pengertian "Laa ilaha illa Allah" yang sebenarnya atau mengetahuinya tetapi tidak mengamalkannya.
Perlu diperhatikan metode pengajaran secara bertahap.
Yaitu: dimulai dari masalah yang paling penting, kemudian penting, dan begitu seterusnya.
Salah satu sasaran pembagian zakat ialah orang-orang fakir.
Orang yang berilmu supaya menjelaskan sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang sedang belajar.
Berkenaan dengan zakat, dilarang untuk mengambil harta pilihan (termahal harganya).
Supaya menjaga diri dari tindakan zhalim terhadap seseorang.
Diberitahukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa doa orang mazhlum (teraniaya) dikabulkan Allah.
Diantara bukti-bukti tauhid adalah hal-hal yang dialami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, seperti: kesulitan, kelaparan, dan wabah penyakit.
Sabda Rasulullah: "Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang ini)...dst" adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
Sembuhnya kedua belah mata Ali setelah diludahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, termasuk pula dari tanda kenabian beliau.
Keutamaan 'Ali radhiyallahu 'anhu.
Keistimewaan para sahabat (karena hasrat mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shaleh). Ini dapat dilihat pada perbincangan mereka di malam menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang, masing-masing mereka agar dirinyalah yang menjadi orang yang memperoleh kehormatan itu.
Iman kepada qadar, karena bendera komando tersebut tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
Etika di dalam jihad, sebagaimana terkandung dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Melangkahlah ke depan dengan tenang..."
Disyariatkan untuk berda'wah mengajak kepada Islam, sebelum perang.
Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah dida'wahi dan diperangi sebelumnya.
Da'wah dengan cara yang bijaksana, sebagaimana disyaratkan dalam sabda beliau: "...dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan."
Mengetahui hak Allah dalam Islam seperti shalat, zakat, shiyam, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Kemuliaan da'wah dan pahala bagi seorang da'i yang bisa memasukkan satu orang saja ke dalam Islam.
Boleh bersumpah didalam menyampaikan petunjuk.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Allah dengan penuh pengertian dan keyakinan. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya)." (Yusuf: 108)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu'adz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya:
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah - dalam riwayat lain disebutkan: "Supaya mereka mentauhidkan Allah" - Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu da'wahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan jagalah dirimu dari do'a orang mazhlum (teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu. Pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masing-masing mengharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu bersabdalah beliau: "Dimanakah 'Ali bin Abu Thalib?" Dijawab: "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkanlah dia. Lantas Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdoa untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera dan bersabda: "Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Allah, bahwa Allah memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah."
Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Kandungan dari tulisan ini:
Da'wah kepada syahadat "Laa ilaha illa Allah" adalah pandangan hidup bagi orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Diingatkan supaya ikhlas (dalam berda'wah semata-mata karena Allah), karena kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran justru ia mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
Mengerti betul dan yakin akan apa yang dida'wahkan adalah termasuk kewajiban.
Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid adalah mengagungkan Allah.
Dan diantara keburukan syirik, bahwa syirik adalah merendahkan Allah.
Termasuk masalah yang sangat penting, bahwa seorang muslim perlu dijauhkan dari lingkungan orang-orang yang berbuat syirik, supaya nanti tidak menjadi seperti mereka sekalipun dia belum melakukan perbuatan syirik.
Tauhid adalah kewajiban pertama.
Tauhid adalah yang pertama kali harus dida'wahkan sebelum semua kewajiban yang lain, meskipun kewajiban shalat.
Pengertian "Supaya mereka mentauhidkan Allah" adalah pengertian syahadat.
Seseorang bisa jadi termasuk Ahlul Kitab, akan tetapi dia tidak tahu pengertian "Laa ilaha illa Allah" yang sebenarnya atau mengetahuinya tetapi tidak mengamalkannya.
Perlu diperhatikan metode pengajaran secara bertahap.
Yaitu: dimulai dari masalah yang paling penting, kemudian penting, dan begitu seterusnya.
Salah satu sasaran pembagian zakat ialah orang-orang fakir.
Orang yang berilmu supaya menjelaskan sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang sedang belajar.
Berkenaan dengan zakat, dilarang untuk mengambil harta pilihan (termahal harganya).
Supaya menjaga diri dari tindakan zhalim terhadap seseorang.
Diberitahukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa doa orang mazhlum (teraniaya) dikabulkan Allah.
Diantara bukti-bukti tauhid adalah hal-hal yang dialami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, seperti: kesulitan, kelaparan, dan wabah penyakit.
Sabda Rasulullah: "Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang ini)...dst" adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
Sembuhnya kedua belah mata Ali setelah diludahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, termasuk pula dari tanda kenabian beliau.
Keutamaan 'Ali radhiyallahu 'anhu.
Keistimewaan para sahabat (karena hasrat mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shaleh). Ini dapat dilihat pada perbincangan mereka di malam menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang, masing-masing mereka agar dirinyalah yang menjadi orang yang memperoleh kehormatan itu.
Iman kepada qadar, karena bendera komando tersebut tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
Etika di dalam jihad, sebagaimana terkandung dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Melangkahlah ke depan dengan tenang..."
Disyariatkan untuk berda'wah mengajak kepada Islam, sebelum perang.
Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah dida'wahi dan diperangi sebelumnya.
Da'wah dengan cara yang bijaksana, sebagaimana disyaratkan dalam sabda beliau: "...dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan."
Mengetahui hak Allah dalam Islam seperti shalat, zakat, shiyam, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Kemuliaan da'wah dan pahala bagi seorang da'i yang bisa memasukkan satu orang saja ke dalam Islam.
Boleh bersumpah didalam menyampaikan petunjuk.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
dawah agama tauhid
ichreza wrote:Firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Allah dengan penuh pengertian dan keyakinan. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya)." (Yusuf: 108)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu'adz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya:
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah - dalam riwayat lain disebutkan: "Supaya mereka mentauhidkan Allah" - Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu da'wahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan jagalah dirimu dari do'a orang mazhlum (teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu. Pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masing-masing mengharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu bersabdalah beliau: "Dimanakah 'Ali bin Abu Thalib?" Dijawab: "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkanlah dia. Lantas Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdoa untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera dan bersabda: "Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Allah, bahwa Allah memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah."
Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Kandungan dari tulisan ini:
Da'wah kepada syahadat "Laa ilaha illa Allah" adalah pandangan hidup bagi orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Diingatkan supaya ikhlas (dalam berda'wah semata-mata karena Allah), karena kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran justru ia mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
Mengerti betul dan yakin akan apa yang dida'wahkan adalah termasuk kewajiban.
Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid adalah mengagungkan Allah.
Dan diantara keburukan syirik, bahwa syirik adalah merendahkan Allah.
Termasuk masalah yang sangat penting, bahwa seorang muslim perlu dijauhkan dari lingkungan orang-orang yang berbuat syirik, supaya nanti tidak menjadi seperti mereka sekalipun dia belum melakukan perbuatan syirik.
Tauhid adalah kewajiban pertama.
Tauhid adalah yang pertama kali harus dida'wahkan sebelum semua kewajiban yang lain, meskipun kewajiban shalat.
Pengertian "Supaya mereka mentauhidkan Allah" adalah pengertian syahadat.
Seseorang bisa jadi termasuk Ahlul Kitab, akan tetapi dia tidak tahu pengertian "Laa ilaha illa Allah" yang sebenarnya atau mengetahuinya tetapi tidak mengamalkannya.
Perlu diperhatikan metode pengajaran secara bertahap.
Yaitu: dimulai dari masalah yang paling penting, kemudian penting, dan begitu seterusnya.
Salah satu sasaran pembagian zakat ialah orang-orang fakir.
Orang yang berilmu supaya menjelaskan sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang sedang belajar.
Berkenaan dengan zakat, dilarang untuk mengambil harta pilihan (termahal harganya).
Supaya menjaga diri dari tindakan zhalim terhadap seseorang.
Diberitahukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa doa orang mazhlum (teraniaya) dikabulkan Allah.
Diantara bukti-bukti tauhid adalah hal-hal yang dialami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, seperti: kesulitan, kelaparan, dan wabah penyakit.
Sabda Rasulullah: "Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang ini)...dst" adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
Sembuhnya kedua belah mata Ali setelah diludahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, termasuk pula dari tanda kenabian beliau.
Keutamaan 'Ali radhiyallahu 'anhu.
Keistimewaan para sahabat (karena hasrat mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shaleh). Ini dapat dilihat pada perbincangan mereka di malam menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang, masing-masing mereka agar dirinyalah yang menjadi orang yang memperoleh kehormatan itu.
Iman kepada qadar, karena bendera komando tersebut tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
Etika di dalam jihad, sebagaimana terkandung dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Melangkahlah ke depan dengan tenang..."
Disyariatkan untuk berda'wah mengajak kepada Islam, sebelum perang.
Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah dida'wahi dan diperangi sebelumnya.
Da'wah dengan cara yang bijaksana, sebagaimana disyaratkan dalam sabda beliau: "...dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan."
Mengetahui hak Allah dalam Islam seperti shalat, zakat, shiyam, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Kemuliaan da'wah dan pahala bagi seorang da'i yang bisa memasukkan satu orang saja ke dalam Islam.
Boleh bersumpah didalam menyampaikan petunjuk.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
DARI POSTINGAN INI SAYA MENGUTIP SATU UNGKAPAN YANG SUDAH DIKETAHUI OLEH SELURUH BANGSA INDONESIA:
pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah
YANG DITERJEMAHKAN SEBAGAI: TIADA TUHAN SELAIN ALLAH.
MENGAPA LA ILAH DI SINI DITERJEMAHKAN MENJADI TIADA TUHAN
SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN "TUHAN" DI SINI???? KARENA MENURUT PENDAPAT SAYA SEHARUSNYA TERJEMAHANNYA ADALAH TIADA ILAH LAIN SELAIN ALLAH
LALU KALAU ISLAM MENYATAKAN DIRI SEBAGAI AGAMA YANG TAUHID: MENGAPA KALIAN HARUS BERKIBLAT KE HAJAR AZWAD YANG NOTABENE HANYA SEBUAH BATU METEOR YANG SUDAH TERPECAH2????
KARENA SETAHU SAYA, KIBLAT MULAI DIPERKENALKAN KEPADA DUNIA OLEH RAJA SALOMO SETELAH IA MEMBANGUN "BAIT ALLAH" KARENA DI SITU ADA SEBUAH TABUT PERJANJIAN YANG ISINYA ADALAH: DUA LOH BATU MUSA YANG BERTULISKAN TULISAN ALLAH DENGAN KESEPULUH FIRMANNYA YANG DIKENAL SEBAGAI "THE TEN COMMANDMENTS"; SATU BULI2 BERISI MANNA YAITU ROTI YANG DITURUNKAN ALLAH DARI SORGA PADA WAKTU BANGSA ISRAEL ADA DI PADANG DAN MEMINTA MAKANAN DAN TONGKAT HARUN YANG PERNAH BERBUNGA PADA WAKTU TERJADI PERSELISIHAN TENTANG PENUNJUKKAN HARUN SEBAGAI IMAM BAGI BANGSA ISRAEL
Heb 9:1 Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.
Heb 9:2 Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Heb 9:3 Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
Heb 9:4 Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Heb 9:5 dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian.
KESAKSIAN INJIL JUGA DIPERKUAT OLEH UCAPAN YESUS TENTANG PENYEMBAHAN KEPADA ALLAH:
Joh 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Joh 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Joh 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Joh 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
INILAH YANG DIAJARKAN YESUS KEPADA UMATNYA, JADI MANAKAH SEBENARNYA YANG DISEBUT SEBAGAI AGAMA TAUHID ITU?????
barabasmurtad- SERSAN MAYOR
- Age : 80
Posts : 408
Kepercayaan : Protestan
Location : bandung
Join date : 26.11.11
Reputation : 5
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
barabasmurtad wrote:ichreza wrote:Firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) hanya kepada Allah dengan penuh pengertian dan keyakinan. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang berbuat syirik (kepada-Nya)." (Yusuf: 108)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mengutus Mu'adz ke Yaman, bersabdalah beliau kepadanya:
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah - dalam riwayat lain disebutkan: "Supaya mereka mentauhidkan Allah" - Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu da'wahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan jagalah dirimu dari do'a orang mazhlum (teraniaya), karena sesungguhnya tiada suatu tabir penghalang pun antara doanya dan Allah." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun memperbincangkan siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera itu. Pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masing-masing mengharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu bersabdalah beliau: "Dimanakah 'Ali bin Abu Thalib?" Dijawab: "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkanlah dia. Lantas Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdoa untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera dan bersabda: "Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Allah, bahwa Allah memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah."
Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.
Kandungan dari tulisan ini:
Da'wah kepada syahadat "Laa ilaha illa Allah" adalah pandangan hidup bagi orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Diingatkan supaya ikhlas (dalam berda'wah semata-mata karena Allah), karena kebanyakan orang kalau mengajak kepada kebenaran justru ia mengajak kepada (kepentingan) dirinya sendiri.
Mengerti betul dan yakin akan apa yang dida'wahkan adalah termasuk kewajiban.
Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid adalah mengagungkan Allah.
Dan diantara keburukan syirik, bahwa syirik adalah merendahkan Allah.
Termasuk masalah yang sangat penting, bahwa seorang muslim perlu dijauhkan dari lingkungan orang-orang yang berbuat syirik, supaya nanti tidak menjadi seperti mereka sekalipun dia belum melakukan perbuatan syirik.
Tauhid adalah kewajiban pertama.
Tauhid adalah yang pertama kali harus dida'wahkan sebelum semua kewajiban yang lain, meskipun kewajiban shalat.
Pengertian "Supaya mereka mentauhidkan Allah" adalah pengertian syahadat.
Seseorang bisa jadi termasuk Ahlul Kitab, akan tetapi dia tidak tahu pengertian "Laa ilaha illa Allah" yang sebenarnya atau mengetahuinya tetapi tidak mengamalkannya.
Perlu diperhatikan metode pengajaran secara bertahap.
Yaitu: dimulai dari masalah yang paling penting, kemudian penting, dan begitu seterusnya.
Salah satu sasaran pembagian zakat ialah orang-orang fakir.
Orang yang berilmu supaya menjelaskan sesuatu yang masih diragukan oleh orang yang sedang belajar.
Berkenaan dengan zakat, dilarang untuk mengambil harta pilihan (termahal harganya).
Supaya menjaga diri dari tindakan zhalim terhadap seseorang.
Diberitahukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa doa orang mazhlum (teraniaya) dikabulkan Allah.
Diantara bukti-bukti tauhid adalah hal-hal yang dialami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, seperti: kesulitan, kelaparan, dan wabah penyakit.
Sabda Rasulullah: "Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang ini)...dst" adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
Sembuhnya kedua belah mata Ali setelah diludahi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, termasuk pula dari tanda kenabian beliau.
Keutamaan 'Ali radhiyallahu 'anhu.
Keistimewaan para sahabat (karena hasrat mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan amal shaleh). Ini dapat dilihat pada perbincangan mereka di malam menjelang perang Khaibar, tentang siapakah diantara mereka yang akan diserahi bendera komando perang, masing-masing mereka agar dirinyalah yang menjadi orang yang memperoleh kehormatan itu.
Iman kepada qadar, karena bendera komando tersebut tidak diserahkan kepada orang yang sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang yang tidak berusaha untuk memperolehnya.
Etika di dalam jihad, sebagaimana terkandung dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Melangkahlah ke depan dengan tenang..."
Disyariatkan untuk berda'wah mengajak kepada Islam, sebelum perang.
Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang sudah pernah dida'wahi dan diperangi sebelumnya.
Da'wah dengan cara yang bijaksana, sebagaimana disyaratkan dalam sabda beliau: "...dan sampaikanlah kepada mereka hak Allah Ta'ala dalam Islam yang wajib mereka laksanakan."
Mengetahui hak Allah dalam Islam seperti shalat, zakat, shiyam, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Kemuliaan da'wah dan pahala bagi seorang da'i yang bisa memasukkan satu orang saja ke dalam Islam.
Boleh bersumpah didalam menyampaikan petunjuk.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
DARI POSTINGAN INI SAYA MENGUTIP SATU UNGKAPAN YANG SUDAH DIKETAHUI OLEH SELURUH BANGSA INDONESIA:
pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah
YANG DITERJEMAHKAN SEBAGAI: TIADA TUHAN SELAIN ALLAH.
MENGAPA LA ILAH DI SINI DITERJEMAHKAN MENJADI TIADA TUHAN
SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN "TUHAN" DI SINI???? KARENA MENURUT PENDAPAT SAYA SEHARUSNYA TERJEMAHANNYA ADALAH TIADA ILAH LAIN SELAIN ALLAH
LALU KALAU ISLAM MENYATAKAN DIRI SEBAGAI AGAMA YANG TAUHID: MENGAPA KALIAN HARUS BERKIBLAT KE HAJAR AZWAD YANG NOTABENE HANYA SEBUAH BATU METEOR YANG SUDAH TERPECAH2????
KARENA SETAHU SAYA, KIBLAT MULAI DIPERKENALKAN KEPADA DUNIA OLEH RAJA SALOMO SETELAH IA MEMBANGUN "BAIT ALLAH" KARENA DI SITU ADA SEBUAH TABUT PERJANJIAN YANG ISINYA ADALAH: DUA LOH BATU MUSA YANG BERTULISKAN TULISAN ALLAH DENGAN KESEPULUH FIRMANNYA YANG DIKENAL SEBAGAI "THE TEN COMMANDMENTS"; SATU BULI2 BERISI MANNA YAITU ROTI YANG DITURUNKAN ALLAH DARI SORGA PADA WAKTU BANGSA ISRAEL ADA DI PADANG DAN MEMINTA MAKANAN DAN TONGKAT HARUN YANG PERNAH BERBUNGA PADA WAKTU TERJADI PERSELISIHAN TENTANG PENUNJUKKAN HARUN SEBAGAI IMAM BAGI BANGSA ISRAEL
Heb 9:1 Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.
Heb 9:2 Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Heb 9:3 Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
Heb 9:4 Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
Heb 9:5 dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian.
KESAKSIAN INJIL JUGA DIPERKUAT OLEH UCAPAN YESUS TENTANG PENYEMBAHAN KEPADA ALLAH:
Joh 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Joh 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Joh 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Joh 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
INILAH YANG DIAJARKAN YESUS KEPADA UMATNYA, JADI MANAKAH SEBENARNYA YANG DISEBUT SEBAGAI AGAMA TAUHID ITU?????
Bung wed : pertama kali da'wah yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Laa ilaha illa Allah
YANG DITERJEMAHKAN SEBAGAI: TIADA TUHAN SELAIN ALLAH.
MENGAPA LA ILAH DI SINI DITERJEMAHKAN MENJADI TIADA TUHAN
SIAPAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN "TUHAN" DI SINI???? KARENA MENURUT PENDAPAT SAYA SEHARUSNYA TERJEMAHANNYA ADALAH TIADA ILAH LAIN SELAIN ALLAH
HT : jd keinget dek tom tom di MK... heheee.... bener tiada ilah selain Allah, ilah masih bahasa apa tuh.... Tuhan bahasa apa tuh.... sesembahan atau yg disembah disebut apa tuh....
Bung wed : LALU KALAU ISLAM MENYATAKAN DIRI SEBAGAI AGAMA YANG TAUHID: MENGAPA KALIAN HARUS BERKIBLAT KE HAJAR AZWAD YANG NOTABENE HANYA SEBUAH BATU METEOR YANG SUDAH TERPECAH2????
HT : gada loh umat islam berkiblat KE HAJAR AZWAD... salah lg bung wed..... heheeee
Bung wed : KARENA SETAHU SAYA, KIBLAT MULAI DIPERKENALKAN KEPADA DUNIA OLEH RAJA SALOMO SETELAH IA MEMBANGUN "BAIT ALLAH" KARENA DI SITU ADA SEBUAH TABUT PERJANJIAN YANG ISINYA ADALAH: DUA LOH BATU MUSA YANG BERTULISKAN TULISAN ALLAH DENGAN KESEPULUH FIRMANNYA YANG DIKENAL SEBAGAI "THE TEN COMMANDMENTS"; SATU BULI2 BERISI MANNA YAITU ROTI YANG DITURUNKAN ALLAH DARI SORGA PADA WAKTU BANGSA ISRAEL ADA DI PADANG DAN MEMINTA MAKANAN DAN TONGKAT HARUN YANG PERNAH BERBUNGA PADA WAKTU TERJADI PERSELISIHAN TENTANG PENUNJUKKAN HARUN SEBAGAI IMAM BAGI BANGSA ISRAEL
HT : Mzm 138:2 Aku hendak sujud ke arah bait-Mu n yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
Mzm 68:29
(68-30) Demi bait-Mu di Yerusalem, raja-raja menyampaikan persembahan kepada-Mu.
Bung wed : Joh 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
INILAH YANG DIAJARKAN YESUS KEPADA UMATNYA, JADI MANAKAH SEBENARNYA YANG DISEBUT SEBAGAI AGAMA TAUHID ITU?????
HT : ke inget nak barabas bahas mslah ini di MK...... heheeeee.....
Bung wed : INILAH YANG DIAJARKAN YESUS KEPADA UMATNYA, JADI MANAKAH SEBENARNYA YANG DISEBUT SEBAGAI AGAMA TAUHID ITU?????
HT : tp umatnya yesus tdk menuruti kata yesus.... malah menyembah yesus.... yesus sendiri menyuruh menyembah Allah
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
abad 7 baru jualan tauhid, ketinggalan sepur..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
Islam melanjutkan dan menegakkan ajaran tauhid.SEGOROWEDI wrote:abad 7 baru jualan tauhid, ketinggalan sepur..
EbisuSensei- LETNAN SATU
-
Posts : 2734
Kepercayaan : Islam
Location : Indonesia
Join date : 27.12.11
Reputation : 24
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
EbisuSensei wrote:
Islam melanjutkan dan menegakkan ajaran tauhid.
dari dulu tegak
justeru islam melenceng karena yang ditauhidi malah dzat bernama alloh swt
bukan Tuhannya Abraham, Ishak dan Yakub
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
SEGOROWEDI wrote:EbisuSensei wrote:
Islam melanjutkan dan menegakkan ajaran tauhid.
dari dulu tegak
justeru islam melenceng karena yang ditauhidi malah dzat bernama alloh swt
bukan Tuhannya Abraham, Ishak dan Yakub
saya tahu perasaan om wedi....
mungkin dalam hati om wedi bertanya-tanya, kenapa Muhammad diturunkan di mekkah, bukan di israel..... kalo di israel kan bisa mengamalkan ajaran allah israel sepenuhnya......? begitu kan?
lagipula darimana om wedi tahu bahwa allahnya israel beda sama allahnya islam?
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
ichreza wrote:Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya."
udah jelas kan, islam menyebar dengan apa? perang!!
mengenai tauhid. Yahudi tauhid ga?
Kristen tauhid ga? bisa buktikan TUHAN kristen 3? bisa buktikan uzair anak Tuhan yahudi?
ramayana- Pengembara
-
Posts : 3479
Location : Jerusalem
Join date : 21.07.12
Reputation : 8
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
Islam menyebar dengan perang? tidak ada bukti, tapi kalau Islam di ajak perang BANYAK buktinya. Kristen BUKAN ajaran Tauhid para nabi, (monotheism) kalau kristen itu menyembah 3 tuhan yang berkelompok menjadi satu, mereka sebut ESA, padahal aslinya tuhan mereka ada 3 (Politheism) - mau ngeyel?ramayana wrote:ichreza wrote:Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya."
udah jelas kan, islam menyebar dengan apa? perang!!
mengenai tauhid. Yahudi tauhid ga?
Kristen tauhid ga? bisa buktikan TUHAN kristen 3? bisa buktikan uzair anak Tuhan yahudi?
Sombrero- SERSAN MAYOR
-
Age : 23
Posts : 535
Location : JAKARTA
Join date : 06.07.12
Reputation : 5
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
ada2 aja ..ramayana wrote:ichreza wrote:Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya."
udah jelas kan, islam menyebar dengan apa? perang!!
mengenai tauhid. Yahudi tauhid ga?
Kristen tauhid ga? bisa buktikan TUHAN kristen 3?
permintaan yang ngga masuk akal, kalo bukti yg anda minta berupa sesuatu yg masih abstrak dan gk jelas ram..
sampai Botak, saya dan siapapun gk bisa buktikan uzair anak Tuhan Yahudi seperti Anda sebagai anak Bapak anda, tp saya bisa buktikan maksud yg dikatakan "anak Tuhan Yahudi" disitu
bisa buktikan uzair anak Tuhan yahudi?
nah, tinggal anda mau "dengarkan" atau gak mau dengarkan..
saya gk tau anda sudah tau atau blm, tapi tidak ada salahnya saya kasih tau ..kl semua tata cara ibadah yahudi itu kan Ezra semua yang bangun..
Nah...artikan deh sendiri makna "anak" disitu .
Pembahasan ezra akan OOt kalau dilanjutkan, kecuali dibuat thread tersendiri
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
ichreza wrote:SEGOROWEDI wrote:EbisuSensei wrote:
Islam melanjutkan dan menegakkan ajaran tauhid.
dari dulu tegak
justeru islam melenceng karena yang ditauhidi malah dzat bernama alloh swt
bukan Tuhannya Abraham, Ishak dan Yakub
saya tahu perasaan om wedi....
mungkin dalam hati om wedi bertanya-tanya, kenapa Muhammad diturunkan di mekkah, bukan di israel..... kalo di israel kan bisa mengamalkan ajaran allah israel sepenuhnya......? begitu kan?
lagipula darimana om wedi tahu bahwa allahnya israel beda sama allahnya islam?
Allahnya israel ketika ditanya nama-Nya oleh Musa, menjawab: "AKU ADALAH AKU"
bukan 'alloh awt'
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
@ramayanaramayana wrote:ichreza wrote:Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semasa perang Khaibar bersabda:
"Demi Allah, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) ini besok hari kepada orang yang mencintai Allah serta Rasul-Nya dan dia dicintai Allah serta Rasul-Nya; semoga Allah menganugerahkan kemenangan melalui tangannya."
udah jelas kan, islam menyebar dengan apa? perang!!
mengenai tauhid. Yahudi tauhid ga?
Kristen tauhid ga? bisa buktikan TUHAN kristen 3? bisa buktikan uzair anak Tuhan yahudi?
gw tunggu disono gan
http://www.laskarislam.com/t3197-ot-bertanya-ttg-tuhan-bapa-dan-tuhan-yesus#30331
kaga usa ngemeng tauhid kalo ente kaga berani masuk sono.
Otak Trailer- SERSAN MAYOR
-
Posts : 542
Location : kolong tanah
Join date : 11.02.12
Reputation : 4
keistimewaan tauhid dan dosa yang diampuni karena bertauhid
Firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)
Iman yaitu ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syirik disebut kedhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)
Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah Allah."
Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Musa berkata: Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu. Allah berfirman: Katakanlah hai Musa: "Laa ilaha illa Allah". Musa berkata lagi: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini. Allah pun berfirman: Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang Laa ilaha illa Allah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa ilaha illa Allah niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini Shahih)
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula."
Kandungan dalam tulisan ini:
Luasnya karunia Allah Ta'ala.
Banyaknya pahala tauhid disisi Allah Ta'ala.
Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
Tafsiran surah Al-An'am ayat 82, menunjukkan keistimewaan tauhid dan keuntungan yang diperoleh darinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan menunjukkan pula bahwa syirik adalah perbuatan zhalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu akbar (besar) atau mengurangi iman jika syirik itu ashghar (kecil).
Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
Apabila anda mempertemukan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "Laa ilaha illa Allah" dan jelas pula kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "Laa ilaha illa Allah"
Bahwa Laa ilaha illa Allah berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak diantara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
Langit dan bumi ada penghuninya.
Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah yaitu salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary (260-324H = 874-936M). Dan maksud penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shaleh dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil.
Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada yang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Syaikh Abul Hasan Al Asy'ary sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzab salaf shaleh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis diakhir masa hidupnya, yaitu Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1401 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.
Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
Perhatikanlah perpaduan sebutan Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah, maksudnya yaitu bahwa Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan firman-Nya "Kun" (jadilah) yang disampaikan-Nya kepada Maryam melalui Malaikat Jibril.
Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan-Nya.
Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
Mengetahui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "betapapun amal yang telah diperbuatnya".
Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta'ala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
"Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kedhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketenteraman dan mereka itu adalah orang-orang yang menepati jalan hidayah." (Al-An'am: 82)
Iman yaitu ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat Lillah dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Syirik disebut kedhaliman, karena syirik adalah perbuatan menempatkan sesuatu ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
'Ubadah ibn Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu, menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya; dan (bersyahadat) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat pula bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka-pun benar adanya; maka Allah pasti memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang diperbuatnya." (HR Bukhari Muslim)
Syahadat ialah persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada neraka orang yang berkata: Laa ilaha illa Allah (Tiada sesembahan yang hak selain Allah), dengan ikhlas dari hatinya dan mengharapkan (pahala melihat) Wajah Allah."
Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Musa berkata: Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu. Allah berfirman: Katakanlah hai Musa: "Laa ilaha illa Allah". Musa berkata lagi: Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini. Allah pun berfirman: Hai Musa, andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang Laa ilaha illa Allah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka Laa ilaha illa Allah niscaya lebih berat timbangannya." (Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini Shahih)
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: Hai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh jagad, sedangkan kamu ketika mati berada dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula."
Kandungan dalam tulisan ini:
Luasnya karunia Allah Ta'ala.
Banyaknya pahala tauhid disisi Allah Ta'ala.
Selain itu, tauhid menghapuskan dosa-dosa.
Tafsiran surah Al-An'am ayat 82, menunjukkan keistimewaan tauhid dan keuntungan yang diperoleh darinya dalam kehidupan dunia dan akhirat; dan menunjukkan pula bahwa syirik adalah perbuatan zhalim yang dapat membatalkan iman jika syirik itu akbar (besar) atau mengurangi iman jika syirik itu ashghar (kecil).
Perhatikan kelima masalah yang tersebut dalam hadits 'Ubadah.
Apabila anda mempertemukan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya, akan jelas bagi anda pengertian kalimat "Laa ilaha illa Allah" dan jelas pula kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.
Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan di dalam hadits 'Itban yaitu ikhlas semata-mata karena Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.
Para nabi perlu diingatkan pula akan keistimewaan "Laa ilaha illa Allah"
Bahwa Laa ilaha illa Allah berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak diantara orang yang mengucapkan kalimat tersebut ringan timbangannya.
Dinyatakan bahwa bumi itu tujuh, seperti halnya langit.
Langit dan bumi ada penghuninya.
Menetapkan sifat-sifat Allah, berbeda dengan pendapat Asy'ariyah yaitu salah satu aliran teologis, pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ary (260-324H = 874-936M). Dan maksud penulis disini ialah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya Wajah bagi Allah, mengikuti cara yang diamalkan kaum Salaf Shaleh dalam masalah ini, yaitu: mengimani kebenaran sifat-sifat Allah yang dituturkan oleh Al Qur'an dan Sunnah tanpa tahrif, ta'thil, takyif, dan tamtsil.
Adapun Asy'ariyah dalam masalah sifat yang seperti ini, sebagian mereka ada yang menta'wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal tersebut apabila tidak dita'wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Syaikh Abul Hasan Al Asy'ary sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzab salaf shaleh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis diakhir masa hidupnya, yaitu Al-Ibanah 'An Ushulid-Diyanah (editor: Abdul Qadir Al-Arna'uth, Beirut: Maktabah Dar Al-Bayan, 1401 H), bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta'wil yang dilakukan orang-orang yang menyimpang dari madzhab Salaf.
Apabila anda memahami hadits Anas, anda akan tahu bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Itban maksudnya ialah dengan tidak melakukan perbuatan syirik sedikitpun, bukan sekedar mengucapkan kalimat tauhid dengan lisan saja.
Perhatikanlah perpaduan sebutan Hamba Allah dan Rasul-Nya dalam pribadi Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah, maksudnya yaitu bahwa Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan firman-Nya "Kun" (jadilah) yang disampaikan-Nya kepada Maryam melalui Malaikat Jibril.
Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan-Nya.
Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.
Mengetahui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "betapapun amal yang telah diperbuatnya".
Mengetahui bahwa timbangan mempunyai dua daun.
Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah Ta'ala.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
Istilah tauhid memang telah menjadi istilah yang sangat populer di tengah masyarakat muslim. Namun tak sedikit yang memahaminya dengan pemahaman yang salah.
Makna tauhid yang sebenarnya adalah mengesakan Allah pada sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya baik Rububiyah, Uluhiyah atau Asma serta Sifat-sifat-Nya.
Rububiyah artinya penciptaan alam , kepemilikan serta pengaturannya. Uluhiyah artinya ibadah, sementara Asma dan Sifat artinya nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya yang sangat baik dan agung sebagaimana yang Allah tetapkan dalam kitab-Nya atau yang Rasul-Nya tetapkan dalam haditsnya (lihat Al Qaulul Mufid 1/hal 9,14,16 oleh Syaikh Ibnu Utsaimin).
Inilah tauhid hakiki yang dibawa oleh para Rasul-rasul Allah. Namun banyak orang yang menyelewengkan dari makna yang hakiki ini sebagai contoh :
1. Orang-orang ahli filsafat menamakan ilmu kalam atau filsafat dan mantiq Yunani yang dipakai untuk mempelajari permasalahan-permasalahan aqidah sebagai tauhid (lihat Al Haqiqatus Syariyyah, oleh Bazmuul hal :73).
2. Orang-orang Mu’tazilah mendefinisikan kata tauhid dengan pembahasan seputar sifat-sifat Allah, apa yang wajib untuk-Nya, dan apa yang tidak. Walaupun pada akhirnya mereka mengingkari semua sifat Allah yang kemudian hal ini menjadi salah satu dari 5 prinsip mereka (lihat Firaq Mu’asirah 2/1032).
3. Orang-orang penganut tarekat Tasawuf khususnya ekstrem mereka, justru meyakini tauhid sebagai “wihdatul wujud “ , yakni bersatunya Allah dengan makhluk Nya. Menurut mereka tauhid ada 3 tingkatan:
a. Tauhid orang awam yaitu hanya beribadah kepada Allah tidak mempersekutukan-Nya.
b. Tauhidnya orang-orang khusus, hakekatnya adalah tenggelam dalam tauhid Rububiyyah yakni meyakini Rububiyah Allah dan meniadakan sebab atau hikmah (penciptaan mahkluk) sebagaimana keyakinan orang-orang Jabriyah. (Minhaju Sunnah Nabawiyah 5/3588 355).
c. Tauhidnya Khashatul Khasshah (orang khususnya orang-orang khusus) yaitu wihdatul wujud. (lihat Madhahil Inhirafat Aqadiyah 1/ 228-230)
Makna tauhid yang sebenarnya adalah mengesakan Allah pada sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya baik Rububiyah, Uluhiyah atau Asma serta Sifat-sifat-Nya.
Rububiyah artinya penciptaan alam , kepemilikan serta pengaturannya. Uluhiyah artinya ibadah, sementara Asma dan Sifat artinya nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya yang sangat baik dan agung sebagaimana yang Allah tetapkan dalam kitab-Nya atau yang Rasul-Nya tetapkan dalam haditsnya (lihat Al Qaulul Mufid 1/hal 9,14,16 oleh Syaikh Ibnu Utsaimin).
Inilah tauhid hakiki yang dibawa oleh para Rasul-rasul Allah. Namun banyak orang yang menyelewengkan dari makna yang hakiki ini sebagai contoh :
1. Orang-orang ahli filsafat menamakan ilmu kalam atau filsafat dan mantiq Yunani yang dipakai untuk mempelajari permasalahan-permasalahan aqidah sebagai tauhid (lihat Al Haqiqatus Syariyyah, oleh Bazmuul hal :73).
2. Orang-orang Mu’tazilah mendefinisikan kata tauhid dengan pembahasan seputar sifat-sifat Allah, apa yang wajib untuk-Nya, dan apa yang tidak. Walaupun pada akhirnya mereka mengingkari semua sifat Allah yang kemudian hal ini menjadi salah satu dari 5 prinsip mereka (lihat Firaq Mu’asirah 2/1032).
3. Orang-orang penganut tarekat Tasawuf khususnya ekstrem mereka, justru meyakini tauhid sebagai “wihdatul wujud “ , yakni bersatunya Allah dengan makhluk Nya. Menurut mereka tauhid ada 3 tingkatan:
a. Tauhid orang awam yaitu hanya beribadah kepada Allah tidak mempersekutukan-Nya.
b. Tauhidnya orang-orang khusus, hakekatnya adalah tenggelam dalam tauhid Rububiyyah yakni meyakini Rububiyah Allah dan meniadakan sebab atau hikmah (penciptaan mahkluk) sebagaimana keyakinan orang-orang Jabriyah. (Minhaju Sunnah Nabawiyah 5/3588 355).
c. Tauhidnya Khashatul Khasshah (orang khususnya orang-orang khusus) yaitu wihdatul wujud. (lihat Madhahil Inhirafat Aqadiyah 1/ 228-230)
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
lha ilah hailaloh, muhammad darosululoh
gak tauhid
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
SEGOROWEDI wrote:
lha ilah hailaloh, muhammad darosululoh
gak tauhid
mirip dengan syahadat yesus :
Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: Tauhid: Pengetahuan dan keyakinan
putramentari wrote:
mirip dengan syahadat yesus :
Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
itu tauhid
karena Allah = Yesus
lha kalau..
lha ilah hailaloh, muhammad darosululoh?
sama (satu) atau tidak (dua)?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» abu hanan vs duren tentang tauhid islam vs tauhid yahudi
» menguatkan keyakinan islam
» KEYAKINAN AHMADIYAH TENTANG KEDATANGAN KEMBALI NABI ISA
» Biarkan kertas menjelaskan arti dari sebuah keyakinan
» ilmu pengetahuan
» menguatkan keyakinan islam
» KEYAKINAN AHMADIYAH TENTANG KEDATANGAN KEMBALI NABI ISA
» Biarkan kertas menjelaskan arti dari sebuah keyakinan
» ilmu pengetahuan
Halaman 1 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik