paham mahdi ahmadiyyah
Halaman 1 dari 3 • Share
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
paham mahdi ahmadiyyah
"Ketahuilah olehmu, bahwasanya kamu sekalian jika tidak
patuh kepada al-Masihul-Mau'ud (Mirza Ghulam Ahmad) mengenai
apa saja yang kalian perselisihkan, dan tidak mengimaninya
sebagaimana para sahabat mengimani Rasulullah SAW, maka
kalian tergolong orang-orang yang memisahkan diri dari Rasul
Allah dan bukan pengikut Ahmadiyah."17
Selanjutnya ditambahkan bahwa Mirza membenarkan pernyataan
tersebut, namun ia sendiri tidak mengaku sebagai nabi
sebagai yang didakwahkan oleh Mubalignya. Sekalipun
demikian, tampaknya ia mencoba menjelaskan kepada orang
banyak, tentang kenabian yang dimaksudkan oleh juru
dakwahnya. Adapun istilah "nabi" yang dimaksud adalah
an-Nabiyyun-Naqis atau an-Nabiyyul-Muhaddas. Tampaknya sikap
seperti inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab
terpecahnya aliran ini menjadi dua golongan, sesudah
pendirinya wafat.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah pergeseran akidah
pada diri Mirza Ghulam Ahmad sesudah tahun 1901. Sehubungan
dengan masalah ini, al-Maududi menjelaskan bahwa Mirza dalam
beberapa tulisannya telah menyatakan kenabian dan
kerasulannya dengan menggunakan term tersebut di atas.
Selanjutnya dijelaskan bahwa seorang Qadiani bernama
Jalalud-Din Syam dalam bukunya Ma'al-Munkirin-Nubuwwah,
menerangkan bahwa Mirza sebelum tahun 1901, dalam berbagai
tulisannya mengingkari kenabian dirinya dengan mengatakan:
Aku bukan nabi tetapi aku adalah Muhaddas (orang yang diajak
berdialog oleh Tuhan). Akan tetapi sesudah tahun itu, Mirza
menegaskan bahwa dirinya adalah nabi. Pengakuannya ini
dijelaskan pula oleh puteranya, Basyiruddin Mahmud Ahmad,
bahwa ayahnya tidak lagi berpegang pada akidahnya semula
(sebelum tahun 1901) dan tahun itu adalah merupakan masa
pergeseran dari akidahnya yang lama kepada akidahnya yang
baru (mengaku sebagai nabi).18
Dalam kegiatan dakwahnya di tahun 1904, ia pun mengaku tidak
hanya sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang dijanjikan, tetapi
ia juga mengaku sebagai Krishna. Ia merintis usahanya
melalui majalah bulanan berbahasa Inggris seperti Review of
Religions from Qadian, sebagai media yang dianggap banyak
menarik orang-orang Barat dengan mendapat tantangan melalui
berbagai mass media. Memang yang menjadi misi kemahdiannya
di berbagai negeri di Barat adalah untuk meluruskan
pandangan mereka yang keliru terhadap Islam. Rencananya ini
lebih lanjut dikembangkan oleh pengikutnya sesudah ia wafat.
Kemudian di tahun 1912 didirikan misi Islam di Inggris,
sedangkan di Jerman Barat didirikan pada tahun 1922.19
Keinginan menyebarkan ide kemahdiannya di Eropa ini, telah
ia canangkan dalam karyanya Nurul Haq yang ditulis dua tahun
sesudah ia mengaku sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang
dijanjikan.
Disamping keberhasilan yang dicapai juga tidak ringan
tantangan yang dihadapinya dalam mewujudkan ide
pembaharuannya, terutama tantangan dari intern ummat Islam.
Lahirnya tantangan yang sengit ini adalah disebabkan oleh
pembaharuan yang dimajukan Mirza, sangat kontradiktif dengan
akidah yang telah dimiliki oleh ummat Islam yaitu masih
adanya nabi sesudah Nabi Muhammad SAW. Apapun argumen yang
dimajukannya, hal itu sulit dapat diterima oleh mayoritas
ummat Islam. Akibat perbedaan yang prinsipal ini, lahirlah
permusuhan dan fitnahan, sehingga terjadi saling
mengkafirkan antara satu dengan lainnya. Permusuhan ini
kemudian diikuti oleh tindakan pemutusan hubungan
kekeluargaan antara pengikut Ahmadiyah dengan Muslim lain
yang non-Ahmadiyah. Keadaan ini rupanya tidak jauh berbeda
dengan peristiwa yang pernah menimpa ummat Islam Indonesia,
yaitu antara pengikut Islam Jama'ah dengan mereka yang bukan
pengikut Islam Jama'ah. Dalam hubungan ini, Maulana Muhammad
'Ali menggambarkan, bahwa kekerasan dan permusuhan yang
dialamatkan kepada aliran yang baru lahir itu, tampaknya
mereka tidak mendapat pembelaan dari siapa pun. Mereka
dikucilkan melalui fatwa-fatwa Ulama, perkawinan dengan
mereka dipandang tidak sah dan barang-barang milik mereka,
halal dirampas tanpa dapat dituntut di pengadilan. Akan
tetapi, mereka tetap tabah dan berdiri tegar menghadapi
ujian yang datang dan golongan Islam, Hindu, dan Kristen
itu. Golongan Hindu dipimpin oleh Pandit Lekhram, 'Abdullah
Atim dari golongan Kristen, dan Maulana Muhammad Husain dari
Batala mewakili golongan 'Ulama Hadis dari kelompok Hanafi,
Sunni, dan Syi'ah.20
Dalam menghadapi ujian ini Mirza menyatakan:
"Celakalah kaumku! Sungguh mereka tidak mengenalku, mereka
mendustakan, mencaci-maki, mengkafirkan, serta melaknatiku
sebagai yang dilakukan oleh orang-orang kafir."21
Dalam aktivitasnya mempropagandakan tugas kemahdiannya di
kalangan kaum Hindu di tahun 1904, ia pun mengatakan, bahwa
dia diutus oleh Tuhan, tidak hanya untuk orang Islam dan
Kristen, tetapi juga untuk orang-orang Hindu. Disaat itulah
Mirza menyatakan dirinya sebagai Krishna. Dengan demikian,
sifat kemahdian Ahmadiyah ini tampak jangkauannya lebih luas
daripada sifat kemahdian Syi'ah. Sebelum ia wafat di tahun
1905, ia berwasiat pada pengikutnya, agar dibentuk suatu
masyarakat yang disebut sebagai Sadar Anjuman Ahmadiyah.
Selanjutnya ia pun menunjuk penggantinya yang kemudian
diistilahkan sebagai khalifahnya.
Setelah Mirza merasa sudah dekat ajalnya, ia menyerahkan
tugas kemahdiannya kepada penggantinya yang masih muda
usianya, untuk menyebarkan kebenaran Islam yang telah
didakwahkannya, dan dua tahun kemudian, Mirza masih sempat
menulis buku seperti Haqiqat al-Wahyi, Barahin Ahmadiyah
bagian ke 5, dan Chashmah Ma'rifah dan lain sebagainya. Ia
pada akhir April 1908, pergi ke Lahore dan disana ia
menyelesaikan bukunya terakhir ini dimaksudkan untuk
menjalin hubungan persaudaraan antara orang-orang Hindu dan
Islam. Ia menderita sakit diare yang kronis, dan pada 26 Mei
1908, ia menghembuskan nafas terakhir dan jenazahnya
dimakamkan di Qadian.22 Dalam hubungan ini al-Maududi
menjelaskan bahwasanya Milza Ghulam Ahmad adalah seorang
yang banyak menderita berbagai macam penyakit, sebagaimana
yang dicentakan lewat tulisan-tulisan Mirza sendiri dan para
pengikutnya.23
Dalam kegiatan dakwahnya, aliran Ahmadiyah õni tampaknya
cukup mendapat sambutan di kalangan masyarakat Kristen di
Barat yang sedang dilanda oleh krisis spiritual di satu
pihak, dan di pihak lain masyarakat Barat yang telah
memperoleh kemajuan berpikir dan tidak loyal lagi terhadap
Gereja, karena ajarannya yang dogmatis dan sulit mereka
cerna itu. Hal ini mengingatkan kita pada keberhasilan
aliran Baha'i di Eropa dan Amerika Serikat di bawah pimpinan
'Abb-as Afandi yang memfokuskan kegiatan propagandanya di
kalangan Kristen dan Yahudi, sesudah aliran ini gagal
mempengaruhi ummat Islam.
C. FASE PERPECAHAN DAN PENGEMBANGAN (1908-1924)
Keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah, rupanya hanya terbatas pada
masa hidup pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad, sekalipun aliran
ini harus bekerja sesuai dengan wasiatnya yang ada pada Sadr
Anjuman Ahmadiyah. Pimpinan Ahmadiyah yang diistilahkan
dengan "khalifah" sesudah Mirza wafat, adalah di tangan
Maulawi Nuruddin sampai wafatnya tahun 1914. Selama itu
Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi telah memperoleh kemajuan
pesat dan mulai dikenal di kalangan ummat Islam secara luas.
Akan tetapi, bibit perpecahan di kalangan pengikutnya pada
saat itu sudah mulai tampak, yaitu munculnya dua pemikiran
yang bertolak belakang. Dimana pemikiran pertama berkisar
tentang masalah khalifah (pengganti pimpinan), sedangkan
pemikiran kedua berkisar pada masalah pengkafiran terhadap
sesama Muslim.
Pemikiran pertama, erat hubungannya dengan masalah manajemen
pengorganisasian Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi yang
memiliki jangkauan luas, baik di kalangan Muslim sendiri
maupun non-Muslim. Tampaknya pemikiran ini menjadi salah
satu faktor penyebab perpecahan dari dalam. Dan pada
pemikiran kedua, tidak hanya berkaitan dengan doktrin
Mahdiisme Ahmadiyah saja, akan tetapi juga berhubungan
dengan prinsip-prinsip Islam. Pemikiran kedua ini rupanya
merupakan sebab utama perpecahan di kalangan Ahmadiyah,
terutama sesudah Maulawi Nuruddin wafat. Dalam kaitan ini,
Maulana Muhammad 'Ali menjelaskan, bahwa golongan pertama
mempertahankan keyakinannya yaitu: Barang siapa yang tidak
percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad, apakah ia telah mendengar
namanya atau tidak, apakah ia (Mirza) sebagai Muslim, atau
Mujaddid, atau sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang
dijanjikan, maka orang itu, dihukumi kafir dan keluar dari
Islam, kecuali mereka secara formal telah membai'atnya.
Golongan kedua berpendapat, bahwa setiap orang yang telah
mengucapkan dua kalimah syahadah, mereka adalah seorang
Muslim, sekalipun mereka mengikuti aliran lain dalam Islam,
dan tak seorang pun dari mereka keluar dari Islam, kecuali
jika ia rnengingkari kerasulan Nabi Muhammad. Adapun masalah
kenabian Mirza Ghulam Ahmad, masih tetap merupakan masalah
yang dipertentangkan diantara kedua golongan tersebut.24
patuh kepada al-Masihul-Mau'ud (Mirza Ghulam Ahmad) mengenai
apa saja yang kalian perselisihkan, dan tidak mengimaninya
sebagaimana para sahabat mengimani Rasulullah SAW, maka
kalian tergolong orang-orang yang memisahkan diri dari Rasul
Allah dan bukan pengikut Ahmadiyah."17
Selanjutnya ditambahkan bahwa Mirza membenarkan pernyataan
tersebut, namun ia sendiri tidak mengaku sebagai nabi
sebagai yang didakwahkan oleh Mubalignya. Sekalipun
demikian, tampaknya ia mencoba menjelaskan kepada orang
banyak, tentang kenabian yang dimaksudkan oleh juru
dakwahnya. Adapun istilah "nabi" yang dimaksud adalah
an-Nabiyyun-Naqis atau an-Nabiyyul-Muhaddas. Tampaknya sikap
seperti inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab
terpecahnya aliran ini menjadi dua golongan, sesudah
pendirinya wafat.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah pergeseran akidah
pada diri Mirza Ghulam Ahmad sesudah tahun 1901. Sehubungan
dengan masalah ini, al-Maududi menjelaskan bahwa Mirza dalam
beberapa tulisannya telah menyatakan kenabian dan
kerasulannya dengan menggunakan term tersebut di atas.
Selanjutnya dijelaskan bahwa seorang Qadiani bernama
Jalalud-Din Syam dalam bukunya Ma'al-Munkirin-Nubuwwah,
menerangkan bahwa Mirza sebelum tahun 1901, dalam berbagai
tulisannya mengingkari kenabian dirinya dengan mengatakan:
Aku bukan nabi tetapi aku adalah Muhaddas (orang yang diajak
berdialog oleh Tuhan). Akan tetapi sesudah tahun itu, Mirza
menegaskan bahwa dirinya adalah nabi. Pengakuannya ini
dijelaskan pula oleh puteranya, Basyiruddin Mahmud Ahmad,
bahwa ayahnya tidak lagi berpegang pada akidahnya semula
(sebelum tahun 1901) dan tahun itu adalah merupakan masa
pergeseran dari akidahnya yang lama kepada akidahnya yang
baru (mengaku sebagai nabi).18
Dalam kegiatan dakwahnya di tahun 1904, ia pun mengaku tidak
hanya sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang dijanjikan, tetapi
ia juga mengaku sebagai Krishna. Ia merintis usahanya
melalui majalah bulanan berbahasa Inggris seperti Review of
Religions from Qadian, sebagai media yang dianggap banyak
menarik orang-orang Barat dengan mendapat tantangan melalui
berbagai mass media. Memang yang menjadi misi kemahdiannya
di berbagai negeri di Barat adalah untuk meluruskan
pandangan mereka yang keliru terhadap Islam. Rencananya ini
lebih lanjut dikembangkan oleh pengikutnya sesudah ia wafat.
Kemudian di tahun 1912 didirikan misi Islam di Inggris,
sedangkan di Jerman Barat didirikan pada tahun 1922.19
Keinginan menyebarkan ide kemahdiannya di Eropa ini, telah
ia canangkan dalam karyanya Nurul Haq yang ditulis dua tahun
sesudah ia mengaku sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang
dijanjikan.
Disamping keberhasilan yang dicapai juga tidak ringan
tantangan yang dihadapinya dalam mewujudkan ide
pembaharuannya, terutama tantangan dari intern ummat Islam.
Lahirnya tantangan yang sengit ini adalah disebabkan oleh
pembaharuan yang dimajukan Mirza, sangat kontradiktif dengan
akidah yang telah dimiliki oleh ummat Islam yaitu masih
adanya nabi sesudah Nabi Muhammad SAW. Apapun argumen yang
dimajukannya, hal itu sulit dapat diterima oleh mayoritas
ummat Islam. Akibat perbedaan yang prinsipal ini, lahirlah
permusuhan dan fitnahan, sehingga terjadi saling
mengkafirkan antara satu dengan lainnya. Permusuhan ini
kemudian diikuti oleh tindakan pemutusan hubungan
kekeluargaan antara pengikut Ahmadiyah dengan Muslim lain
yang non-Ahmadiyah. Keadaan ini rupanya tidak jauh berbeda
dengan peristiwa yang pernah menimpa ummat Islam Indonesia,
yaitu antara pengikut Islam Jama'ah dengan mereka yang bukan
pengikut Islam Jama'ah. Dalam hubungan ini, Maulana Muhammad
'Ali menggambarkan, bahwa kekerasan dan permusuhan yang
dialamatkan kepada aliran yang baru lahir itu, tampaknya
mereka tidak mendapat pembelaan dari siapa pun. Mereka
dikucilkan melalui fatwa-fatwa Ulama, perkawinan dengan
mereka dipandang tidak sah dan barang-barang milik mereka,
halal dirampas tanpa dapat dituntut di pengadilan. Akan
tetapi, mereka tetap tabah dan berdiri tegar menghadapi
ujian yang datang dan golongan Islam, Hindu, dan Kristen
itu. Golongan Hindu dipimpin oleh Pandit Lekhram, 'Abdullah
Atim dari golongan Kristen, dan Maulana Muhammad Husain dari
Batala mewakili golongan 'Ulama Hadis dari kelompok Hanafi,
Sunni, dan Syi'ah.20
Dalam menghadapi ujian ini Mirza menyatakan:
"Celakalah kaumku! Sungguh mereka tidak mengenalku, mereka
mendustakan, mencaci-maki, mengkafirkan, serta melaknatiku
sebagai yang dilakukan oleh orang-orang kafir."21
Dalam aktivitasnya mempropagandakan tugas kemahdiannya di
kalangan kaum Hindu di tahun 1904, ia pun mengatakan, bahwa
dia diutus oleh Tuhan, tidak hanya untuk orang Islam dan
Kristen, tetapi juga untuk orang-orang Hindu. Disaat itulah
Mirza menyatakan dirinya sebagai Krishna. Dengan demikian,
sifat kemahdian Ahmadiyah ini tampak jangkauannya lebih luas
daripada sifat kemahdian Syi'ah. Sebelum ia wafat di tahun
1905, ia berwasiat pada pengikutnya, agar dibentuk suatu
masyarakat yang disebut sebagai Sadar Anjuman Ahmadiyah.
Selanjutnya ia pun menunjuk penggantinya yang kemudian
diistilahkan sebagai khalifahnya.
Setelah Mirza merasa sudah dekat ajalnya, ia menyerahkan
tugas kemahdiannya kepada penggantinya yang masih muda
usianya, untuk menyebarkan kebenaran Islam yang telah
didakwahkannya, dan dua tahun kemudian, Mirza masih sempat
menulis buku seperti Haqiqat al-Wahyi, Barahin Ahmadiyah
bagian ke 5, dan Chashmah Ma'rifah dan lain sebagainya. Ia
pada akhir April 1908, pergi ke Lahore dan disana ia
menyelesaikan bukunya terakhir ini dimaksudkan untuk
menjalin hubungan persaudaraan antara orang-orang Hindu dan
Islam. Ia menderita sakit diare yang kronis, dan pada 26 Mei
1908, ia menghembuskan nafas terakhir dan jenazahnya
dimakamkan di Qadian.22 Dalam hubungan ini al-Maududi
menjelaskan bahwasanya Milza Ghulam Ahmad adalah seorang
yang banyak menderita berbagai macam penyakit, sebagaimana
yang dicentakan lewat tulisan-tulisan Mirza sendiri dan para
pengikutnya.23
Dalam kegiatan dakwahnya, aliran Ahmadiyah õni tampaknya
cukup mendapat sambutan di kalangan masyarakat Kristen di
Barat yang sedang dilanda oleh krisis spiritual di satu
pihak, dan di pihak lain masyarakat Barat yang telah
memperoleh kemajuan berpikir dan tidak loyal lagi terhadap
Gereja, karena ajarannya yang dogmatis dan sulit mereka
cerna itu. Hal ini mengingatkan kita pada keberhasilan
aliran Baha'i di Eropa dan Amerika Serikat di bawah pimpinan
'Abb-as Afandi yang memfokuskan kegiatan propagandanya di
kalangan Kristen dan Yahudi, sesudah aliran ini gagal
mempengaruhi ummat Islam.
C. FASE PERPECAHAN DAN PENGEMBANGAN (1908-1924)
Keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah, rupanya hanya terbatas pada
masa hidup pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad, sekalipun aliran
ini harus bekerja sesuai dengan wasiatnya yang ada pada Sadr
Anjuman Ahmadiyah. Pimpinan Ahmadiyah yang diistilahkan
dengan "khalifah" sesudah Mirza wafat, adalah di tangan
Maulawi Nuruddin sampai wafatnya tahun 1914. Selama itu
Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi telah memperoleh kemajuan
pesat dan mulai dikenal di kalangan ummat Islam secara luas.
Akan tetapi, bibit perpecahan di kalangan pengikutnya pada
saat itu sudah mulai tampak, yaitu munculnya dua pemikiran
yang bertolak belakang. Dimana pemikiran pertama berkisar
tentang masalah khalifah (pengganti pimpinan), sedangkan
pemikiran kedua berkisar pada masalah pengkafiran terhadap
sesama Muslim.
Pemikiran pertama, erat hubungannya dengan masalah manajemen
pengorganisasian Ahmadiyah sebagai gerakan Mahdi yang
memiliki jangkauan luas, baik di kalangan Muslim sendiri
maupun non-Muslim. Tampaknya pemikiran ini menjadi salah
satu faktor penyebab perpecahan dari dalam. Dan pada
pemikiran kedua, tidak hanya berkaitan dengan doktrin
Mahdiisme Ahmadiyah saja, akan tetapi juga berhubungan
dengan prinsip-prinsip Islam. Pemikiran kedua ini rupanya
merupakan sebab utama perpecahan di kalangan Ahmadiyah,
terutama sesudah Maulawi Nuruddin wafat. Dalam kaitan ini,
Maulana Muhammad 'Ali menjelaskan, bahwa golongan pertama
mempertahankan keyakinannya yaitu: Barang siapa yang tidak
percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad, apakah ia telah mendengar
namanya atau tidak, apakah ia (Mirza) sebagai Muslim, atau
Mujaddid, atau sebagai al-Masih dan al-Mahdi yang
dijanjikan, maka orang itu, dihukumi kafir dan keluar dari
Islam, kecuali mereka secara formal telah membai'atnya.
Golongan kedua berpendapat, bahwa setiap orang yang telah
mengucapkan dua kalimah syahadah, mereka adalah seorang
Muslim, sekalipun mereka mengikuti aliran lain dalam Islam,
dan tak seorang pun dari mereka keluar dari Islam, kecuali
jika ia rnengingkari kerasulan Nabi Muhammad. Adapun masalah
kenabian Mirza Ghulam Ahmad, masih tetap merupakan masalah
yang dipertentangkan diantara kedua golongan tersebut.24
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: paham mahdi ahmadiyyah
@ Keroncong
Masalah kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sudah dibahas tuntas oleh aktivis Jemaat Ahmadiyah Indonesia (sdr. Ahmad) dan beberapa aktivis Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sdr. Guestcool, Ahmadi, Hamba Allah dlsb) dalam Forum Musyawarah di: http://ahmadiyah.org/forum/?what=topic&sid=&vuid=&fid=758791c1853fefdac429642ed2b56a2f
Masalah kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sudah dibahas tuntas oleh aktivis Jemaat Ahmadiyah Indonesia (sdr. Ahmad) dan beberapa aktivis Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sdr. Guestcool, Ahmadi, Hamba Allah dlsb) dalam Forum Musyawarah di: http://ahmadiyah.org/forum/?what=topic&sid=&vuid=&fid=758791c1853fefdac429642ed2b56a2f
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Dari sumber anda.Kedunghalang wrote:@ Keroncong
Masalah kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sudah dibahas tuntas oleh aktivis Jemaat Ahmadiyah Indonesia (sdr. Ahmad) dan beberapa aktivis Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sdr. Guestcool, Ahmadi, Hamba Allah dlsb) dalam Forum Musyawarah di: http://ahmadiyah.org/forum/?what=topic&sid=&vuid=&fid=758791c1853fefdac429642ed2b56a2f
2. MENURUT HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD AS: NABI YANG MEMBAWA SYARIAT tidak dapat datang lagi, akan tetapi NABI YANG TIDAK MEMBAWA SYARIAT adalah mungkin, namun syaratnya adalah ia ummati (bukan dari umat lain). Ringkasnya, atas dasar itu, aku adalah ummati lagi pula nabi. Dan kenabianku, yakni mukaallamah-mukhaathabah Ilahiyah adalah bayangan dari kenabian Rasulullah saw dan tanpa itu kenabianku tiada artinya. (Sumber: Tajalliyati Ilahiyyah / Penampakan Kebesaran Tuhan, hal.38-39).
Apa sumber landasan ucapan Mirza Ghulam A. sehingga ia mengaku sebagai nabi..
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Sumber landasannya adalah:EHAN wrote:
Apa sumber landasan ucapan Mirza Ghulam A. sehingga ia mengaku sebagai nabi..
1. pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sendiri yang tertuang dalam karya-karya tulis beliau as yang menyatakan bahwa beliau as menerima wahyu, yang diantaranya Allah menyebut beliau as sebagai Nabi, dan memerintahkan beliau as mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi, Masih Mau'ud dan Ummati wa Nabi yang diperkuat oleh ayat suci Al Qur'an (An-Nisa 4:70)
2. nubuatan di dalam Al Qur'an yang diperkuat dengan hadits tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul (Nabi Muhammad saw) dari kaum Ummiyyin, dan seorang Rasul lain (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as) di antara umat Islam dari kaum Aakhorin (Al Jumu'ah 62:2-3 & HR Sahih Bukhari).
3. nubuatan di dalam hadits yang diperkuat oleh ayat suci Al Quran, tentang kedatangan nabiyullah Isa ibnu Maryam (HR Sahih Muslim, Musnad Ahmad bin Hambal, Az-Zukhruf 43:58) yang akan menjadi Imam Mahdi, Hakim yang adil dan Khalifah Allah (HR Sunan Ibnu Majah, Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, An-Nur 24:56).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Ada baiknya jika anda mengutip isi ayat alquran. dan hadistnyaKedunghalang wrote:Sumber landasannya adalah:EHAN wrote:
Apa sumber landasan ucapan Mirza Ghulam A. sehingga ia mengaku sebagai nabi..
1. pengakuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sendiri yang tertuang dalam karya-karya tulis beliau as yang menyatakan bahwa beliau as menerima wahyu, yang diantaranya Allah menyebut beliau as sebagai Nabi, dan memerintahkan beliau as mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi, Masih Mau'ud dan Ummati wa Nabi yang diperkuat oleh ayat suci Al Qur'an (An-Nisa 4:70)
2. nubuatan di dalam Al Qur'an yang diperkuat dengan hadits tentang dibangkitkan-Nya seorang Rasul (Nabi Muhammad saw) dari kaum Ummiyyin, dan seorang Rasul lain (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as) di antara umat Islam dari kaum Aakhorin (Al Jumu'ah 62:2-3 & HR Sahih Bukhari).
3. nubuatan di dalam hadits yang diperkuat oleh ayat suci Al Quran, tentang kedatangan nabiyullah Isa ibnu Maryam (HR Sahih Muslim, Musnad Ahmad bin Hambal, Az-Zukhruf 43:58) yang akan menjadi Imam Mahdi, Hakim yang adil dan Khalifah Allah (HR Sunan Ibnu Majah, Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, An-Nur 24:56).
Jika ayat Alquran, masih bisa kita check masing2. Akan lain jika anda membawa hadist, tapi hadistnya tidak ada. hanya menulis nama penulis hadist. ibnu majah, abu daud, bukhari.. dsb.
_Ini namanya bukti kosong.
coba saya bantu dari ayat yang anda sebut.
1.An-nisa 4-70. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.
point satu ini, dari sisi mana yang menunjukan mirza ghulam seorang nabi.. apalgi jika di baca ayat2 sebelum dan sesudahnya. malah isi ayat membicarakan hal iman orang2 munafik.
2. Al jumuah
2. Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..
Pada point ke dua. Allah menjanjikan pewaris Rasul. bukan seorang nabi..
3. Az zukhruf58. Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar [1363].
Mana hubungan ayat pada point 3. dengan status nabi mirza ghulam.
Anda hanya membawa bukti kosong.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
@ EHAN
Saya tidak membawa BUKTI KOSONG, melainkan hanya memberikan gambaran ringkas bahwa seorang muslim yang mengaku diutus Allah harus berdasarkan:
1. Pendakwaan dirinya sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud atas perintah Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi terdahulu, termasuk Nabi Muhammad saw (lihat Al Araf 7:159). Namun, perlu diingat bahwa Kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Kenabian Ummati atau Nabi yang diutus Allah dari antara Umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisaa 4:70).
2. Nubuwatan dalam Al Qur'an yang diperkuat oleh Hadits.
3. Nubuwatan dalam Hadits yang diperkuat oleh Al Qur'an.
Jika saya menjawab pertanyaan anda secara mendetail, mungkin akan terlalu panjang, dan waktu saya untuk menulis di sini sangat terbatas, sehingga saya akan menjawab dengan ringkas saja.
Note: Penomoran ayat suci Al Qur'an yang saya tampilkan mengikuti sistim yang menghitung Basmalah sebagai ayat pertama dalam setiap Surah (seperti dalam Surah Al Fatihah, kecuali Surah At-Taubah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surah Al Anfal). Jadi, kalau saya menulis An-Nisaa 4:70 artinya sama dengan An-Nisaa 4:69 dalam Al Qur'an terbitan Departemen Agama RI.
Saya tidak membawa BUKTI KOSONG, melainkan hanya memberikan gambaran ringkas bahwa seorang muslim yang mengaku diutus Allah harus berdasarkan:
1. Pendakwaan dirinya sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud atas perintah Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi terdahulu, termasuk Nabi Muhammad saw (lihat Al Araf 7:159). Namun, perlu diingat bahwa Kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Kenabian Ummati atau Nabi yang diutus Allah dari antara Umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisaa 4:70).
2. Nubuwatan dalam Al Qur'an yang diperkuat oleh Hadits.
3. Nubuwatan dalam Hadits yang diperkuat oleh Al Qur'an.
Jika saya menjawab pertanyaan anda secara mendetail, mungkin akan terlalu panjang, dan waktu saya untuk menulis di sini sangat terbatas, sehingga saya akan menjawab dengan ringkas saja.
Note: Penomoran ayat suci Al Qur'an yang saya tampilkan mengikuti sistim yang menghitung Basmalah sebagai ayat pertama dalam setiap Surah (seperti dalam Surah Al Fatihah, kecuali Surah At-Taubah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surah Al Anfal). Jadi, kalau saya menulis An-Nisaa 4:70 artinya sama dengan An-Nisaa 4:69 dalam Al Qur'an terbitan Departemen Agama RI.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
_Jika hanya mengatakan hadist tanpa ada hadistnya. apa nga omong kosong?( bukti kosong) ini bukan teka-teki silang. jika anda mengatakan ada hadist pendukung. ya silahkan di jabarkan. malah main petak umpet.kedung wrote:Saya tidak membawa BUKTI KOSONG, melainkan hanya memberikan gambaran ringkas bahwa seorang muslim yang mengaku diutus Allah harus berdasarkan:
Bagaimana dengan ini. yang menyatakan tidak ada nabi setelh Beliau.kedung wrote:1. Pendakwaan dirinya sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud atas perintah Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi terdahulu, termasuk Nabi Muhammad saw (lihat Al Araf 7:159). Namun, perlu diingat bahwa Kenabian Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Kenabian Ummati atau Nabi yang diutus Allah dari antara Umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw (An-Nisaa 4:70).
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu“.[TQS Al Ahzab (33):40]..
_Jika dari Alquran saja jelas tertulis. ke nabian sudah tertutup. Masa iya anda mempertahankan mirza ghulam seorang nabi tanpa dalil yang jelas.
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,”Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para Nabi, setiap Nabinya telah wafat, maka akan diganti Nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sangat banyak.” [HR. Imam Bukhari, juz 2, hal. 175]
Imam Turmudziy mengetengahkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan nabi sesudahku.”[HR. Turmudziy, juz 3, hal. 364].
Apa dalil dan hadist di atas kurang jelas.
_Kenabian mirza hanya bersandar pada angan2, tidak berdasarkan sama sekali. Hal ini membuktikan Dia tidak berada di jalur islam yang benar.
_Mana hadistnya.??kedung wrote:2. Nubuwatan dalam Al Qur'an yang diperkuat oleh Hadits.
3. Nubuwatan dalam Hadits yang diperkuat oleh Al Qur'an.
Ini debat dunia maya. kalau anda membawa omong kosong.. siapa yang mau percaya. jika ada bukti sekalipun harus di teliti.
_wah, saya hanya minta hadistnya mana? masa iya saya minta hadist yang menjadi sandaran dalil saja, anda sudah merasa kesulitan. Akan berbeda jika hadistnya memang tidak ada.kedung wrote:Jika saya menjawab pertanyaan anda secara mendetail, mungkin akan terlalu panjang, dan waktu saya untuk menulis di sini sangat terbatas, sehingga saya akan menjawab dengan ringkas saja.
Kalau hanya berkelit seperti itu. anda makin membuktikan penyimpanang ajaran ahmadiyah dari islam.
_Apa lu nga baca dung, pada post saya diatas. ayat 69 membicarakan iman2 orang munafik. tidak ada membicarakn tentang nabi.kedung wrote:Note: Penomoran ayat suci Al Qur'an yang saya tampilkan mengikuti sistim yang menghitung Basmalah sebagai ayat pertama dalam setiap Surah (seperti dalam Surah Al Fatihah, kecuali Surah At-Taubah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surah Al Anfal). Jadi, kalau saya menulis An-Nisaa 4:70 artinya sama dengan An-Nisaa 4:69 dalam Al Qur'an terbitan Departemen Agama RI.
Sebagi pembela mirza ghulam. anda tidak memiliki senjata apapun. yang ada hanya OMONG KOSONG, BUKTI KOSONG.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
@ EHAN
Setelah membaca tulisan anda, saya melihat bahwa anda keberatan dengan masih terbukanya pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw, yang landasannya adalah:
1. Ayat suci Al Qur'an:
Adakah ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang memuat kalimat "Khaataman-Nabiyyin" atau yang mendukung bahwa arti kalimat "Khaataman-Nabiyyin" itu hanya Penutup Nabi-Nabi?
Jika anda tidak bisa menemukannya, saya menemukan ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang mengisyaratkan bahwa pintu kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw:
Artinya: "Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70).
Artinya: “Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah Berkata-kata kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.” (Asy-Syura 42:52).
Artinya: ”Allah senantiasa memilih dari antara malaikat-malaikat RASUL-RASUL dan dari antara MANUSIA. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (Al Hajj 22:76).
Dua ayat suci Al Qur’an di atas JELAS SEKALI menyatakan bahwa ALLAH BERKATA-KATA kepada manusia dengan cara:
1. Melalui WAHYU.
2. Dari Belakang Tabir (MIMPI/KASYAF).
3. Memilih RASUL-RASUL (MALAIKAT/MANUSIA).
Allah telah menyampaikan Wahyu-Nya kepada manusia sejak zaman Nabi Adam as hingga zaman Nabi Muhammad saw dan akan terus Dia lakukan selama manusia masih ada di bumi hingga hari kiamat. Jadi, mengirimkan Rasul-rasul Allah itu adalah pekerjaan-Nya, bukan pekerjaan manusia. Manusia hanya dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah, dengan mentaati Rasul-Nya dengan izin Allah: "Dan, tidak Kami utus seorang rasul melainkan supaya ia ditaati dengan izin Allah." (An-Nisaa 4:65)
Kedua ayat suci Al Qur’an tersebut JELAS SEKALI menegaskan bahwa setelah Nabi Muhammad Rasulullah (Khaataman-Nabiyyin) saw pun, Allah akan senantiasa BERKATA-KATA kepada manusia dengan tiga cara dimaksud, antara lain dengan memilih dan mengirimkan RASUL-RASUL.
Kalau kita perhatikan jenis nabi-nabi/rasul-rasul Allah yang disebutkan di dalam Al Qur’an dengan teliti dan seksama, maka kita dapat membedakan bahwa ada dua jenis nabi/rasul Allah:
1. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang membawa syariat, contohnya: Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw.
2. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang tidak membawa syariat, contohnya: Nabi Idris as, Nabi Yunus as, Nabi Luth as, Nabi Ishaq as, Nabi Ismail as, Nabi Ya’qub as, Nabi Harun as, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Ilyas as, Nabi Ilyasa as, Nabi Zulkifli as, Nabi Zakaria as, Nabi Isa Al Masih as dan banyak lagi.
Setelah Nabi Muhammad saw, kenabian/kerasulan yang membawa syariat baru tidak mungkin datang lagi. Itulah arti hakiki dari Khaataman-Nabiyyin. Tetapi, kenabian/kerasulan dari antara Ummat Nabi Muhammad saw yang melaksanakan syariat Islam adalah Nikmat Allah yang tertinggi yang akan Dia anugerahkan kepada mereka yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Nikmat Allah tersebut senentiasa dimintakan oleh umat Islam dalam berdoa ketika mereka shalat, paling sedikit 17 kali / hari (Al Fatihah 1:6-7). Menurut Al Qur'an, Nikmat Allah itu sangat banyak, tetapi para mufassir meyakini bahwa Nikmat Allah yang dimaksud dalam Al Fatihah 1:6-7 adalah Nabiyyin, Shiddiqiin, Syuhada dan Sholihin (An-Nisaa 4:70) atau Nabiyyin dan Muluukan (Al Maidah 5:21).
Dengan diutusnya Nabi Ummati tidak akan mengubah status Nabi Muhammad saw sebagai Khaataman-Nabiyyin atau Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir, karena beliau saw adalah Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir yang membawa syariat. Sedangkan kemunculan Nabi/Rasul Allah yang tidak membawa syariat baru dan yang hanya melaksanakan syariat Islam masih TERBUKA bagi Ummat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw (An-Nisaa 4:70).
2. Sabda-sabda Nabi Muhammad saw:
Dalam Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411, Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa ibnu Maryam, yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil."
Bukankah Isa Ibnu Maryam itu adalah seorang Nabi/Rasul yang juga menjadi Imam Mahdi?
Dalam HR Sunan Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi."
Bukankah Khalifatullah itu identik dengan Nabi?
Untuk sementara, saya cukupkan dulu penjelasan saya.
Setelah membaca tulisan anda, saya melihat bahwa anda keberatan dengan masih terbukanya pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw, yang landasannya adalah:
1. Ayat suci Al Qur'an:
Dalam ayat ini, kalimat "Khaataman-Nabiyyin" anda artikan sebagai penutup nabi-nabi. Jika anda berkenan untuk menjawab, saya mau mengajukan pertanyaan:EHAN wrote:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu“.[TQS Al Ahzab (33):40].
Adakah ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang memuat kalimat "Khaataman-Nabiyyin" atau yang mendukung bahwa arti kalimat "Khaataman-Nabiyyin" itu hanya Penutup Nabi-Nabi?
Jika anda tidak bisa menemukannya, saya menemukan ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang mengisyaratkan bahwa pintu kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw:
Artinya: "Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70).
Artinya: “Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah Berkata-kata kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.” (Asy-Syura 42:52).
Artinya: ”Allah senantiasa memilih dari antara malaikat-malaikat RASUL-RASUL dan dari antara MANUSIA. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (Al Hajj 22:76).
Dua ayat suci Al Qur’an di atas JELAS SEKALI menyatakan bahwa ALLAH BERKATA-KATA kepada manusia dengan cara:
1. Melalui WAHYU.
2. Dari Belakang Tabir (MIMPI/KASYAF).
3. Memilih RASUL-RASUL (MALAIKAT/MANUSIA).
Allah telah menyampaikan Wahyu-Nya kepada manusia sejak zaman Nabi Adam as hingga zaman Nabi Muhammad saw dan akan terus Dia lakukan selama manusia masih ada di bumi hingga hari kiamat. Jadi, mengirimkan Rasul-rasul Allah itu adalah pekerjaan-Nya, bukan pekerjaan manusia. Manusia hanya dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah, dengan mentaati Rasul-Nya dengan izin Allah: "Dan, tidak Kami utus seorang rasul melainkan supaya ia ditaati dengan izin Allah." (An-Nisaa 4:65)
Kedua ayat suci Al Qur’an tersebut JELAS SEKALI menegaskan bahwa setelah Nabi Muhammad Rasulullah (Khaataman-Nabiyyin) saw pun, Allah akan senantiasa BERKATA-KATA kepada manusia dengan tiga cara dimaksud, antara lain dengan memilih dan mengirimkan RASUL-RASUL.
Kalau kita perhatikan jenis nabi-nabi/rasul-rasul Allah yang disebutkan di dalam Al Qur’an dengan teliti dan seksama, maka kita dapat membedakan bahwa ada dua jenis nabi/rasul Allah:
1. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang membawa syariat, contohnya: Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw.
2. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang tidak membawa syariat, contohnya: Nabi Idris as, Nabi Yunus as, Nabi Luth as, Nabi Ishaq as, Nabi Ismail as, Nabi Ya’qub as, Nabi Harun as, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Ilyas as, Nabi Ilyasa as, Nabi Zulkifli as, Nabi Zakaria as, Nabi Isa Al Masih as dan banyak lagi.
Setelah Nabi Muhammad saw, kenabian/kerasulan yang membawa syariat baru tidak mungkin datang lagi. Itulah arti hakiki dari Khaataman-Nabiyyin. Tetapi, kenabian/kerasulan dari antara Ummat Nabi Muhammad saw yang melaksanakan syariat Islam adalah Nikmat Allah yang tertinggi yang akan Dia anugerahkan kepada mereka yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Nikmat Allah tersebut senentiasa dimintakan oleh umat Islam dalam berdoa ketika mereka shalat, paling sedikit 17 kali / hari (Al Fatihah 1:6-7). Menurut Al Qur'an, Nikmat Allah itu sangat banyak, tetapi para mufassir meyakini bahwa Nikmat Allah yang dimaksud dalam Al Fatihah 1:6-7 adalah Nabiyyin, Shiddiqiin, Syuhada dan Sholihin (An-Nisaa 4:70) atau Nabiyyin dan Muluukan (Al Maidah 5:21).
Dengan diutusnya Nabi Ummati tidak akan mengubah status Nabi Muhammad saw sebagai Khaataman-Nabiyyin atau Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir, karena beliau saw adalah Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir yang membawa syariat. Sedangkan kemunculan Nabi/Rasul Allah yang tidak membawa syariat baru dan yang hanya melaksanakan syariat Islam masih TERBUKA bagi Ummat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw (An-Nisaa 4:70).
2. Sabda-sabda Nabi Muhammad saw:
Tentunya, sabda Rasulullah saw dalam kalimat "tidak ada rasul dan nabi sesudahku" harus diartikan "tidak ada rasul dan nabi yang membawa syariat baru sesudahku." Jika tidak, maka akan berbenturan dengan An-Nisaa 4:70. Dan, hadits-hadits berikut juga harus menjadi pertimbangan:EHAN wrote:Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,”Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para Nabi, setiap Nabinya telah wafat, maka akan diganti Nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sangat banyak.” [HR. Imam Bukhari, juz 2, hal. 175]
Imam Turmudziy mengetengahkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:”Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan nabi sesudahku.”[HR. Turmudziy, juz 3, hal. 364].
Dalam Musnad Ahmad bin Hambal, Jilid II, hal.411, Rasulullah saw bersabda: "Hampir dekat saatnya orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Isa ibnu Maryam, yang menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil."
Bukankah Isa Ibnu Maryam itu adalah seorang Nabi/Rasul yang juga menjadi Imam Mahdi?
Dalam HR Sunan Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi."
Bukankah Khalifatullah itu identik dengan Nabi?
Untuk sementara, saya cukupkan dulu penjelasan saya.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
_Saya bukan keberatan, tapi menolak berdasarkan alquran. dan hadist..kedung wrote:@ EHAN
Setelah membaca tulisan anda, saya melihat bahwa anda keberatan dengan masih terbukanya pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw, yang landasannya adalah:
Lagi2 annisa. ayat2nya jelas memceritakan iman orang munafik.kedung wrote:Tentunya, sabda Rasulullah saw dalam kalimat "tidak ada rasul dan nabi sesudahku" harus diartikan "tidak ada rasul dan nabi yang membawa syariat baru sesudahku." Jika tidak, maka akan berbenturan dengan An-Nisaa 4:70. Dan, hadits-hadits berikut juga harus menjadi pertimbangan:
_Dan anda rupanyapun tidak membaca dengan cermat. Rasul yang di maksud dalam ayat tersebut bukannlah rasul baru. Akan tetapi Sang rasullullah saw itu sendiri. Arwahulmuqadasah rasullullah.. tidak ada nabi lagi kecuali khalifah nabi/rasul.. yang juga bisa di sebut waliyam mursyida.. Ulama pewaris Nabi.
Makanya saya katakan khalifah saja yang ada, bukan Nabi. khalifah itulah sang pewaris ilmu Rasullullah.. Ibarat air, hanya tempatnya saja yang berubah, akan tetapi air itu2 saja.kedung wrote:Dalam HR Sunan Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi."
Bukankah Khalifatullah itu identik dengan Nabi?
Tubuh bisa berganti akan tetapi arwahulmuqadash rasulullah tidak berganti.
Jadi Khalifah itu bukan Nabi, akan tetapi pewaris ilmu Nabi/Rasul.
Dan sayapun sudah memberikan hadist mengenai khalifah tersebut..
Akan tetapi jika anda tetap pada pendirian bahwa hadist tersebut membicarakan adanya Nabi lagi. Ya sudah.. itu sudah menjadi keputusan anda.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Inilah yang disebut penolakan dengan BUKTI KOSONG. Saya sudah memenuhi keinginan anda untuk menampilkan ayat suci Al Qur'an dan Hadits yang mengisyaratkan bahwa pintu kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Tetapi anda sama sekali tidak mau / tidak mampu mengkonternya.EHAN wrote:
kedung wrote:
@ EHAN
Setelah membaca tulisan anda, saya melihat bahwa anda keberatan dengan masih terbukanya pintu kenabian setelah Nabi Muhammad saw, yang landasannya adalah:
_Saya bukan keberatan, tapi menolak berdasarkan alquran. dan hadist..
Ini juga bantahan anda dengan BUKTI KOSONG. Apakah anda tidak bisa membaca An-Nisaa 4:70 yang saya tulis lengkap Bahasa Arabnya dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia? Inilah salah-satu bukti Al Qur'an yang menyatakan bahwa pintu kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw.EHAN wrote:
kedung wrote:
Tentunya, sabda Rasulullah saw dalam kalimat "tidak ada rasul dan nabi sesudahku" harus diartikan "tidak ada rasul dan nabi yang membawa syariat baru sesudahku." Jika tidak, maka akan berbenturan dengan An-Nisaa 4:70. Dan, hadits-hadits berikut juga harus menjadi pertimbangan:
Lagi2 annisa. ayat2nya jelas memceritakan iman orang munafik.
_Dan anda rupanyapun tidak membaca dengan cermat. Rasul yang di maksud dalam ayat tersebut bukannlah rasul baru. Akan tetapi Sang rasullullah saw itu sendiri. Arwahulmuqadasah rasullullah.. tidak ada nabi lagi kecuali khalifah nabi/rasul.. yang juga bisa di sebut waliyam mursyida.. Ulama pewaris Nabi.
Dalam Al Qur'an, Allah berfirman bahwa Adam as adalah Khalifah Allah yang pertama kali dijadikan-Nya di bumi: "Dan, ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi." (Al Baqarah 2:31).EHAN wrote:
kedung wrote:
Dalam HR Sunan Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi."
Bukankah Khalifatullah itu identik dengan Nabi?
Makanya saya katakan khalifah saja yang ada, bukan Nabi. khalifah itulah sang pewaris ilmu Rasullullah.. Ibarat air, hanya tempatnya saja yang berubah, akan tetapi air itu2 saja.
Tubuh bisa berganti akan tetapi arwahulmuqadash rasulullah tidak berganti.
Jadi Khalifah itu bukan Nabi, akan tetapi pewaris ilmu Nabi/Rasul.
Dan sayapun sudah memberikan hadist mengenai khalifah tersebut..
Bukankah Adam as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya itu seorang Nabi?
Dalam Al Qur'an, Allah juga berfirman bahwa Daud as adalah Khalifah Allah yang dijadikan-Nya di bumi: "Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau Khalifah di bumi,.." (Shad 38:27).
Bukankah Daud as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya itu seorang Nabi?
Dengan demikian maka, kata Khalifah ada dua makna:
1. Khalifatullah atau Khalifah Allah yang berarti Nabi dan juga digunakan untuk Imam Mahdi (HR Sunan Ibnu Majah).
2. Khalifatun-Nabi yang berarti Khalifah yang digunakan untuk Khulafa-ur-Rasyidin ra.
Nampaknya, OMONG KOSONG itu kembali kepada yang pertama kali menyatakannya.EHAN wrote:
Akan tetapi jika anda tetap pada pendirian bahwa hadist tersebut membicarakan adanya Nabi lagi. Ya sudah.. itu sudah menjadi keputusan anda.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Anda ini mimpi atau apa sih?? Lah Ayat Al Azhab, serta hadist2 yang saya tulis merupakan dasar penolakan saya itu sebagai apa?? hiasan dinding. Bahkan dari sebelum saya bawa hadist, saya sudah mengisyaratkan khalifah pewaris nabi, mau saya copas ulang..kedung wrote:Inilah yang disebut penolakan dengan BUKTI KOSONG. Saya sudah memenuhi keinginan anda untuk menampilkan ayat suci Al Qur'an dan Hadits yang mengisyaratkan bahwa pintu kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Tetapi anda sama sekali tidak mau / tidak mampu mengkonternya.
post #5
Pada point ke dua. Allah menjanjikan pewaris Rasul. bukan seorang nabi..
Lucu sekali cara anda berdiskusi..
Saya telah membawa bukti Ayat alquran tanpa perlu di tafsir lagi karena tertulis jelas, anda lawan dengan ayat pewaris nabi. yang bukannya mendukung pernyataan anda.
_Ayat mana yang menyatakan akan ada nabi lagi setelah beliau,, nol. yang ada ayat bahwa beliau penutup nabi. di perkuat ucapan beliau sendiri.kedung wrote:Ini juga bantahan anda dengan BUKTI KOSONG. Apakah anda tidak bisa membaca An-Nisaa 4:70 yang saya tulis lengkap Bahasa Arabnya dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia? Inilah salah-satu bukti Al Qur'an yang menyatakan bahwa pintu kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw.
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,”Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para Nabi, setiap Nabinya telah wafat, maka akan diganti Nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sangat banyak.” [HR. Imam Bukhari, juz 2, hal. 175]
Mau lu tolak tuh hadist, ya terserah. Sama saja u tidak taat pada Nabi Muhammad SAW. dan menghianati ucapan beliau.
Khalifah Allah bukan berarti hanya nabi.. AuliaAllah, waliallah, merupakan khalifah Allah di muka bumi ini setelah nabi tertutup. Jika hanya berpanutan hanya nabi khalifah Allah. maka sudah tentu ayat surat al ahzab hanya omong kosong.kedung wrote:Dalam Al Qur'an, Allah berfirman bahwa Adam as adalah Khalifah Allah yang pertama kali dijadikan-Nya di bumi: "Dan, ketika Tuhan engkau berkata kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi." (Al Baqarah 2:31).
Bukankah Adam as yang dijadikan Allah sebagai Khalifah-Nya itu seorang Nabi?
Dan saya mempercayai Ayat tersebut + hadist pendukung, dibanding ucapan tulisan anda.
Jika ada nabi setelah beliau. maka para imam2 besar seperti al ghazali, abdul qadir jaelani, pantas di sebut nabi. meninggal dalam kemuliaan.kedung wrote:Dengan demikian maka, kata Khalifah ada dua makna:
1. Khalifatullah atau Khalifah Allah yang berarti Nabi dan juga digunakan untuk Imam Mahdi (HR Sunan Ibnu Majah).
2. Khalifatun-Nabi yang berarti Khalifah yang digunakan untuk Khulafa-ur-Rasyidin ra.
_Wajar ssaya mengatakan omong kosong di awal post. karena anda hanya bukti kosong. kenapa kembali pada sya.kedung wrote:Nampaknya, OMONG KOSONG itu kembali kepada yang pertama kali menyatakannya.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Adakah ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang memuat kalimat "Khaataman-Nabiyyin" atau yang mendukung bahwa arti kalimat "Khaataman-Nabiyyin" itu hanya Penutup Nabi-Nabi?EHAN wrote:
Anda ini mimpi atau apa sih?? Lah Ayat Al Azhab, serta hadist2 yang saya tulis merupakan dasar penolakan saya itu sebagai apa?? hiasan dinding. Bahkan dari sebelum saya bawa hadist, saya sudah mengisyaratkan khalifah pewaris nabi, mau saya copas ulang..
post #5
Pada point ke dua. Allah menjanjikan pewaris Rasul. bukan seorang nabi..
Lucu sekali cara anda berdiskusi..
Saya telah membawa bukti Ayat alquran tanpa perlu di tafsir lagi karena tertulis jelas, anda lawan dengan ayat pewaris nabi. yang bukannya mendukung pernyataan anda.
Jika anda tidak bisa menemukannya, saya menemukan ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang mengisyaratkan bahwa pintu kenabian/kerasulan masih terbuka bagi umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw:
"Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70). Ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw.
“Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah Berkata-kata kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.” (Asy-Syura 42:52).
”Allah senantiasa memilih dari antara malaikat-malaikat RASUL-RASUL dan dari antara MANUSIA. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat." (Al Hajj 22:76).
Dua ayat suci Al Qur’an di atas JELAS SEKALI menyatakan bahwa ALLAH BERKATA-KATA kepada manusia dengan cara:
1. Melalui WAHYU.
2. Dari Belakang Tabir (MIMPI/KASYAF).
3. Memilih RASUL-RASUL (MALAIKAT/MANUSIA).
Allah telah menyampaikan Wahyu-Nya kepada manusia sejak zaman Nabi Adam as hingga zaman Nabi Muhammad saw dan akan terus Dia lakukan selama manusia masih ada di bumi hingga hari kiamat. Jadi, mengirimkan Rasul-rasul Allah itu adalah pekerjaan-Nya, bukan pekerjaan manusia. Manusia hanya dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah, dengan mentaati Rasul-Nya dengan izin Allah: "Dan, tidak Kami utus seorang rasul melainkan supaya ia ditaati dengan izin Allah." (An-Nisaa 4:65)
Kedua ayat suci Al Qur’an tersebut JELAS SEKALI menegaskan bahwa setelah Nabi Muhammad Rasulullah (Khaataman-Nabiyyin) saw pun, Allah akan senantiasa BERKATA-KATA kepada manusia dengan tiga cara dimaksud, antara lain dengan memilih dan mengirimkan RASUL-RASUL.
Kalau kita perhatikan jenis nabi-nabi/rasul-rasul Allah yang disebutkan di dalam Al Qur’an dengan teliti dan seksama, maka kita dapat membedakan bahwa ada dua jenis nabi/rasul Allah:
1. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang membawa syariat, contohnya: Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw.
2. Nabi-nabi/Rasul-rasul yang tidak membawa syariat, contohnya: Nabi Idris as, Nabi Yunus as, Nabi Luth as, Nabi Ishaq as, Nabi Ismail as, Nabi Ya’qub as, Nabi Harun as, Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as, Nabi Ilyas as, Nabi Ilyasa as, Nabi Zulkifli as, Nabi Zakaria as, Nabi Isa Al Masih as dan banyak lagi.
Setelah Nabi Muhammad saw, kenabian/kerasulan yang membawa syariat baru tidak mungkin datang lagi. Itulah arti hakiki dari Khaataman-Nabiyyin. Tetapi, kenabian/kerasulan dari antara Ummat Nabi Muhammad saw yang melaksanakan syariat Islam adalah Nikmat Allah yang tertinggi yang akan Dia anugerahkan kepada mereka yang taat kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Nikmat Allah tersebut senentiasa dimintakan oleh umat Islam dalam berdoa ketika mereka shalat, paling sedikit 17 kali / hari (Al Fatihah 1:6-7). Menurut Al Qur'an, Nikmat Allah itu sangat banyak, tetapi para mufassir meyakini bahwa Nikmat Allah yang dimaksud dalam Al Fatihah 1:6-7 adalah Nabiyyin, Shiddiqiin, Syuhada dan Sholihin (An-Nisaa 4:70) atau Nabiyyin dan Muluukan (Al Maidah 5:21).
Dengan diutusnya Nabi Ummati tidak akan mengubah status Nabi Muhammad saw sebagai Khaataman-Nabiyyin atau Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir, karena beliau saw adalah Penutup Para Nabi/Nabi Terakhir yang membawa syariat.
Sedangkan kemunculan Nabi/Rasul Allah yang tidak membawa syariat baru dan yang hanya melaksanakan syariat Islam masih TERBUKA bagi Ummat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw (An-Nisaa 4:70).
Allah berfirman: "Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70). Ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw.EHAN wrote:
_Ayat mana yang menyatakan akan ada nabi lagi setelah beliau,, nol. yang ada ayat bahwa beliau penutup nabi. di perkuat ucapan beliau sendiri.
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,”Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para Nabi, setiap Nabinya telah wafat, maka akan diganti Nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sangat banyak.” [HR. Imam Bukhari, juz 2, hal. 175]
Mau lu tolak tuh hadist, ya terserah. Sama saja u tidak taat pada Nabi Muhammad SAW. dan menghianati ucapan beliau.
Menurut Nabi Muhammad saw, Imam Mahdi itu adalah Khalifatullah, yang berarti Nabi. Beliau saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Sunan Ibnu Majah).EHAN wrote:
Khalifah Allah bukan berarti hanya nabi.. AuliaAllah, waliallah, merupakan khalifah Allah di muka bumi ini setelah nabi tertutup. Jika hanya berpanutan hanya nabi khalifah Allah. maka sudah tentu ayat surat al ahzab hanya omong kosong.
Dan saya mempercayai Ayat tersebut + hadist pendukung, dibanding ucapan tulisan anda.
Menurut Al Qur'an (lihat Al Araf) para nabi itu selalu mendakwakan diri atas perintah Allah. Tetapi, para imam besar seperti Al Ghazali dan Abul Qadir Jaelani tidak mendakwakan diri sebagai Nabi atas perintah Allah. Jadi mereka bukan Nabi. Sedangkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi, Masih Mau'ud as dan Nabi Ummati.EHAN wrote:
Jika ada nabi setelah beliau. maka para imam2 besar seperti al ghazali, abdul qadir jaelani, pantas di sebut nabi. meninggal dalam kemuliaan.
Ya, memang anda OMONG KOSONG.EHAN wrote:
_Wajar ssaya mengatakan omong kosong di awal post. karena anda hanya bukti kosong. kenapa kembali pada sya.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Kenapa mesti banyak. jika satu saja cukup.. justru ayat lain malah mendukung pewaris Ilmu Rasul. bukan nabi baru.. jika satu ayat jelas saja tidak cukup. apa mau di kata.kedung wrote:Adakah ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang memuat kalimat "Khaataman-Nabiyyin" atau yang mendukung bahwa arti kalimat "Khaataman-Nabiyyin" itu hanya Penutup Nabi-Nabi?
..kedung wrote:“Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah Berkata-kata kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.” (Asy-Syura 42:52).
Berapa kali saya bilang, Rasul yang di maksud ialah arwahulmuqadash rasul. Anda tahu tidak bentuk rasulullah.
Jika anda tahu, pasti anda paham makna ayat yang anda kutip. sepertinya tidak. karena anda memahami adanya nabi baru..
Coba anda pahami dulu makna awalnya.kedung wrote:Allah berfirman: "Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70). Ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw.
"Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka
siapa mereka pada awal; orang yang taat pada Allah dan rasul
siapa mereka pada akhir; para nabi,shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. anda hanya terpaku pada nabi.. padahal nabi sdh tertutup..
anda tidak menganggap para shidiq, syahid, orang saleh. jangan anggap derajat mereka lebih rendah dari nabi..
Mereka lah yang memiliki maqam seperti nabi. mereka lah yang ada setelah Nabi Muhammad. Jika memang Mirza Ghulam memiliki maqam. maka iya masuk dalam kategori pewaris rasul. seorang saidy syehk..
shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. mereka termasuk khalifah Allah. karena mereka menegakkan kalimat Allah di dunia ini. mereka mampu karena mewarisi ilmu rasul.kedung wrote:Menurut Nabi Muhammad saw, Imam Mahdi itu adalah Khalifatullah, yang berarti Nabi. Beliau saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Sunan Ibnu Majah).
Dan kenapa al mahdi di sebut Rasul sebagi imam. bukan nabi?? karena ia termasuk shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh yang merupakan khalifah Allah.
Mereka tidak mendakwakan karena mereka taat pada Allah Surah Al ahzab, dan Rasul. mereka hafal isi alquran. dan hafal ribuan hadist..kedung wrote:Menurut Al Qur'an (lihat Al Araf) para nabi itu selalu mendakwakan diri atas perintah Allah. Tetapi, para imam besar seperti Al Ghazali dan Abul Qadir Jaelani tidak mendakwakan diri sebagai Nabi atas perintah Allah. Jadi mereka bukan Nabi. Sedangkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi, Masih Mau'ud as dan Nabi Ummati.
Hahaha,, omong kosong saya berdasarkan Alquran dari Allah dan alhadist Rasullullah. bukan tafsir MGA atau anda, mendakwakan diri sebagi Nabi.kedung wrote:Ya, memang anda OMONG KOSONG.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Tentu saja tidak cukup, karena banyak ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang mengisyaratkan bahwa kenabian / kerasulan masih tetap terbuka hingga hari kiamat bagi Umat Islam yang setia dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw (Asy-Syura 42:52, Al Jumu'ah 62:3, An-Nur 24:56 & An-Nisaa 4:70).EHAN wrote:Kenapa mesti banyak. jika satu saja cukup.. justru ayat lain malah mendukung pewaris Ilmu Rasul. bukan nabi baru.. jika satu ayat jelas saja tidak cukup. apa mau di kata.kedung wrote:Adakah ayat-ayat lain dalam Al Qur'an yang memuat kalimat "Khaataman-Nabiyyin" atau yang mendukung bahwa arti kalimat "Khaataman-Nabiyyin" itu hanya Penutup Nabi-Nabi?
Berapa kali pun anda menyatakan arwahulmuqadash rasul, jika tidak didukung dengan menampilkan ayat-ayat suci Al Qur'an, maka hanya OMONG KOSONG belaka. Justru, menurut Al Qur'an Al Hajj 22:76 Allah senantiasa memilih/mengirimkan RASUL-RASUL dari antara MALAIKAT dan MANUSIA. Karena Al Qur'an ini sudah disempurnakan Allah dan akan terus berlaku hingga hari kiamat, maka ayat ini pun tentu saja berlaku sampai hari kiamat.EHAN wrote:Berapa kali saya bilang, Rasul yang di maksud ialah arwahulmuqadash rasul. Anda tahu tidak bentuk rasulullah.kedung wrote:“Dan tidak ada bagi manusia bahwa Allah Berkata-kata kepadanya, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan seorang RASUL guna mewahyukan dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Mahaluhur, Mahabijaksana.” (Asy-Syura 42:52).
Jika anda tahu, pasti anda paham makna ayat yang anda kutip. sepertinya tidak. karena anda memahami adanya nabi baru..
Jika anda merasa lebih memahami bentuk-bentuk rasulullah, silahkan saja anda uraikan disertai dengan bukti-bukti berdasarkan ayat suci Al Qur'an, jika tidak hanya OMONG KOSONG belaka. Tetapi, saya bukan memahami adanya nabi baru, melainkan berdasarkan ayat-ayat suci Al Qur'an, kenabian/kerasulan masih terbuka bagi Umat Islam yang setia dan taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw (Asy-Syura 42:52, Al Jumu'ah 62:3, An-Nur 24:56 & An-Nisaa 4:70).
Sudah jelas yang dimaksud mereka itu, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh., yang merupakan urutan derajat keruhanian dari mulai yang tertinggi hingga yang terendah. Jika ketaatan seorang muslim kepada Allah dan Rasul-Nya saw itu sudah begitu sempurna, maka Allah pun akan menganugerahkan Nikmat-Nya yang tertinggi, yakni KENABIAN/KERASULAN dengan izin Allah. (An-Nisaa 4:70).EHAN wrote:Coba anda pahami dulu makna awalnya.kedung wrote:Allah berfirman: "Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka, yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. Dan, mereka itulah sahabat (Allah) yang sejati." (An-Nisaa 4:70). Ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw kenabian masih terbuka bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya saw.
"Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Nabi Muhammad saw) ini, maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Nikmat Allah akan dianugerahkan atas mereka
siapa mereka pada awal; orang yang taat pada Allah dan rasul
siapa mereka pada akhir; para nabi,shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. anda hanya terpaku pada nabi.. padahal nabi sdh tertutup..
anda tidak menganggap para shidiq, syahid, orang saleh. jangan anggap derajat mereka lebih rendah dari nabi..
Mereka lah yang memiliki maqam seperti nabi. mereka lah yang ada setelah Nabi Muhammad. Jika memang Mirza Ghulam memiliki maqam. maka iya masuk dalam kategori pewaris rasul. seorang saidy syehk..
Hadits itu (HR Sunan Ibnu Majah) sudah jelas menyatakan dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi. Jadi, Al Mahdi atau Imam Mahdi itu adalah Khalifatullah atau Khalifah Allah yang berarti NABI. Sedangkan yang bukan NABI adalah Khalifat-un-Nabi, seperti Khulafa-ur-Rasyidin ra.EHAN wrote:shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh. mereka termasuk khalifah Allah, karena mereka menegakkan kalimat Allah di dunia ini. mereka mampu karena mewarisi ilmu rasul. (dalil Al Qur'an dan Hadits-Nya, tidak ada)kedung wrote:Menurut Nabi Muhammad saw, Imam Mahdi itu adalah Khalifatullah, yang berarti Nabi. Beliau saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya, maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Sunan Ibnu Majah).
Dan kenapa al mahdi di sebut Rasul sebagi imam. bukan nabi?? karena ia termasuk shiddiq-shiddiq, syahid-syahid dan orang-orang shaleh yang merupakan khalifah Allah.(dalil Al Qur'an dan Hadits-Nya, tidak ada)
TIDAK, mereka tidak mendakwakan karena mereka tidak diperintah Allah dan tidak juga dinubuatkan dalam Al Qur'an ataupun Hadits. walaupun mereka hafal isi Al Qur'an dan hafal ribuan Hadist. Sedangkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, selain dinubuatkan dalam Al Qur'an dan Hadits, juga diperintah Allah untuk mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah (An-Nur 24:56), Imam Mahdi (Al Jumu'ah 62:3) Utusan Allah, Masih Mau'ud (Az-Zukhruf 43:58) dan Nabi Ummati (An-Nisaa 4:70).EHAN wrote:Mereka tidak mendakwakan karena mereka taat pada Allah Surah Al ahzab, dan Rasul. mereka hafal isi alquran. dan hafal ribuan hadist..kedung wrote:Menurut Al Qur'an (lihat Al Araf) para nabi itu selalu mendakwakan diri atas perintah Allah. Tetapi, para imam besar seperti Al Ghazali dan Abul Qadir Jaelani tidak mendakwakan diri sebagai Nabi atas perintah Allah. Jadi mereka bukan Nabi. Sedangkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as mendakwakan diri sebagai Khalifah Allah, Imam Mahdi, Masih Mau'ud as dan Nabi Ummati atas perintah Allah.
Ya, memang anda OMONG KOSONG, karena banyak menulis dalil yang tidak berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, buktinya kalimat arwahulmuqadash rasul yang berasal dari pikiran anda sendiri.EHAN wrote:Hahaha,, omong kosong saya berdasarkan Alquran dari Allah dan alhadist Rasullullah. bukan tafsir MGA atau anda, mendakwakan diri sebagi Nabi.kedung wrote:Ya, memang anda OMONG KOSONG.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Salam kenal Pak Kedung,
Mau nanya Pak, mudah2an g menyimpang bahasannya.
Selain memproklamirkan diri sebagai Mahdi, pembaharuan apa yg telah dilakukan MGA untuk Islam ?
Mau nanya Pak, mudah2an g menyimpang bahasannya.
Selain memproklamirkan diri sebagai Mahdi, pembaharuan apa yg telah dilakukan MGA untuk Islam ?
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Salam kenal juga bung isaku. Jika ingin memahami Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as dan Jemaat Ahmadiyah atau Ahmadiyya Muslim Community, termasuk pembaharuan yang telah dilakukan oleh HMGA as untuk Islam, yang dilanjutkan oleh Khulafa-ul-Masih-al-Mahdiyyin sebaiknya anda browsing situs resminya: http://www.alislam.org/ atau http://www.alislam.org/introduction/index.htmlisaku wrote:Salam kenal Pak Kedung,
Mau nanya Pak, mudah2an g menyimpang bahasannya.
Selain memproklamirkan diri sebagai Mahdi, pembaharuan apa yg telah dilakukan MGA untuk Islam ?
Terimakasih atas perhatian anda. Semoga bermanfaat. Jazakumullah ahsanal jazaa.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
@ Bung isaku
Link berikut ini juga boleh anda lihat-lihat:
http://www.alislam.org/topics/messiah/index.php
Link berikut ini juga boleh anda lihat-lihat:
http://www.alislam.org/topics/messiah/index.php
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
@kedunghalang
terima kasih link-nya,..
karena terlalu banyak, bisakah anda sebutkan item2 penting sebagai summary dari pembaharuan beliau?
terima kasih link-nya,..
karena terlalu banyak, bisakah anda sebutkan item2 penting sebagai summary dari pembaharuan beliau?
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Maaf, saya tidak memahami apa yang anda maksud dengan item-item penting sebagai summary dari pembaharuan beliau. Tetapi, yang jelas, jika kita pelajari nubuatan-nubuatan dalam Al Quran dan Hadits, menurut pemahaman saya, tujuan kedatangan Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud as adalah:isaku wrote:@kedunghalang
terima kasih link-nya,..
karena terlalu banyak, bisakah anda sebutkan item2 penting sebagai summary dari pembaharuan beliau?
1. Menyatukan hati sekalian manusia dengan bijaksana dan kasih-sayang antara satu dengan yang lain dalam ketakwaan kepada Allah dengan sesungguhnya, sehingga dengan Nikmat-Nya sekalian manusia menjadi bersaudara, tidak bercerai-berai dan berpegang teguh kepada Tali Allah (Ali Imran 3:103), Sunnah Rasulullah saw dan Sunnah Khulafa-il-Mahdiyyin-ar-Rasyidin ra (HR Sunan Abu Daud).
2. Yang dimaksud Tali Allah adalah Kitab Allah, nubuatan Rasulullah saw yang dilanjutkan oleh Khilafat Ala Minhajjin Nubuwwah (HR Musnad Ahmad bin Hambal), dan ikatan baiat kepada Allah di tangan Khalifatullah, Al Mahdi pemegang mandat Ilahi untuk menerima baiat dari sekalian manusia (Al Fath 48:11 & HR Sunan Ibnu Majah) agar mereka senantiasa berada dalam perlindungan, dan petunjuk Allah (Ali Imran 3:103).
3. Menurut Nabi Muhammad saw (dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal), tujuan kedatangan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil adalah untuk membunuh babi (menghilangkan sifat-sifat babi yang buruk dan dzolim), memecah salib (memecahkan rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as), menghapuskan jizyah (tidak berpolitik sehingga tidak akan memungut pajak kepada non-muslim) dan menghentikan perang (menghentikan cara-cara kekerasan dalam Dakwah Islam kepada non-muslim).
Ketiga hal tersebut telah berhasil dilakukan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang senantiasa dilanjutkan oleh Khulafa-ul-Masih-al-Mahdiyyin yang senantiasa memimpin dan membimbing Jemaat Muslimin Ahmadiyah.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Al Fath 11 ataupun 12 tidak bicara ttg baiat apalagi kepada almahdi. Sepengetahuan saya tidak ada keterangan ttg almahdi di AQ.kedunghalang wrote:2. Yang dimaksud Tali Allah adalah Kitab Allah, nubuatan Rasulullah saw yang dilanjutkan oleh Khilafat Ala Minhajjin Nubuwwah (HR Musnad Ahmad bin Hambal), dan ikatan baiat kepada Allah di tangan Khalifatullah, Al Mahdi pemegang mandat Ilahi untuk menerima baiat dari sekalian manusia (Al Fath 48:11 & HR Sunan Ibnu Majah) agar mereka senantiasa berada dalam perlindungan, dan petunjuk Allah (Ali Imran 3:103).
sifat2 buruk siapa yg sudah dihilangkan, bagaimana dgn orang2 yg masih punya sifat buruk dan zhalim, apakah itu bisa berarti MGA gagal dalam misinya?kedunghalang wrote:tujuan kedatangan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil adalah untuk membunuh babi (menghilangkan sifat-sifat babi yang buruk dan dzolim
Rahasia yg mana yg telah dipecahkan MGA?keunghalang wrote:memecah salib (memecahkan rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as),
Dasar apa yg menyebabkan Hadits Nabi Muhammad bisa ditafsir sembarangan begitu.kedunghalang wrote:3. Menurut Nabi Muhammad saw (dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal), tujuan kedatangan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil adalah untuk membunuh babi (menghilangkan sifat-sifat babi yang buruk dan dzolim), memecah salib (memecahkan rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as), menghapuskan jizyah (tidak berpolitik sehingga tidak akan memungut pajak kepada non-muslim) dan menghentikan perang (menghentikan cara-cara kekerasan dalam Dakwah Islam kepada non-muslim).
1. Atas dasar apa membunuh babi berarti menghapus kezaliman, sejak kapan babi zhalim?
2. Memecah salib sama sekali tidak nyambung dgn rahasia penyaliban... mungkin lebih cocok adalah mengembalikan pemahaman yg benar tentang Tuhan.
3. Menghapus jizyah tidak sama artinya dgn menghapus politik. Seharusnya MGA menjadi raja/presiden lebih dahulu, kemudian baru menghapuskan segala jizyah.
4. Menghentikan perang adalah menghentikan pertikaian. Pertanyaan: pertikaian mana yg telah diselesaikan MGA? Syiah sunni? Islam nasrani? Yg ada malah MGA menambah pertikaian baru dgn menciptakan sempalan baru yg berbeda keyakinan.
Tidak dapat disebut berhasil (apalagi yg no.1 ttg menyatukan hati) jika pengikutnya hanya sebagian sangat kecil saja di belahan dunia ini.kedunghalang wrote:Ketiga hal tersebut telah berhasil dilakukan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang senantiasa dilanjutkan oleh Khulafa-ul-Masih-al-Mahdiyyin yang senantiasa memimpin dan membimbing Jemaat Muslimin Ahmadiyah.
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Di dalam Al Qur'an Allah berfirman: "Sesungguhnya, orang-orang yang bai'at kepada engkau (Nabi Muhammad saw), sebenarnya mereka bai'at kepada Allah. Tangan Allah ada di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya, maka ia memutuskannya untuk kerugian dirinya sendiri; dan barangsiapa menyempurnakan apa yang dia telah janjikan kepada Allah, maka Dia segera akan memberinya ganjaran yang besar." (Al Fath 48:11).isaku wrote:Al Fath 11 ataupun 12 tidak bicara ttg baiat apalagi kepada almahdi. Sepengetahuan saya tidak ada keterangan ttg almahdi di AQ.kedunghalang wrote:2. Yang dimaksud Tali Allah adalah Kitab Allah, nubuatan Rasulullah saw yang dilanjutkan oleh Khilafat Ala Minhajjin Nubuwwah (HR Musnad Ahmad bin Hambal), dan ikatan baiat kepada Allah di tangan Khalifatullah, Al Mahdi pemegang mandat Ilahi untuk menerima baiat dari sekalian manusia (Al Fath 48:11 & HR Sunan Ibnu Majah) agar mereka senantiasa berada dalam perlindungan, dan petunjuk Allah (Ali Imran 3:103).
Kemudian Nabi Muhammad Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa melihatnya (Imam Mahdi), maka bai'atlah kalian kepadanya, walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud & Musnad Ahmad bin Hambal).
Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:isaku wrote:sifat2 buruk siapa yg sudah dihilangkan, bagaimana dgn orang2 yg masih punya sifat buruk dan zhalim, apakah itu bisa berarti MGA gagal dalam misinya?kedunghalang wrote:tujuan kedatangan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil adalah untuk membunuh babi (menghilangkan sifat-sifat babi yang buruk dan dzolim
1. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saw, tentu akan mentaati perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, yakni bai'at kepada Khalifatulah, Al Mahdi (HR Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud & Musnad Ahmad bin Hambal), tentu saja setelah meyakini bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, adalah Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud (Perumpamaan Ibnu Maryam yang dijanjikan oleh Allah dan Nabi Muhammad saw) dan melakukan amal-amal shaleh lainnya.
2. Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh yang telah baiat kepada Allah di tangan Khalifah, Al Mahdi secara otomatis bergabung menjadi anggota Jemaat Muslimin Ahmadiyah. Dengan quwwat qudsiyah yang dimiliki oleh seorang Khalifah, Al Mahdi, maka Dia akan membunuh sifat-sifat babi yang ada pada dirinya dengan izin Allah. Sifat-sifat babi merupakan analogi potensi perbuatan kotor dan zhalim pada diri manusia yang suka bergelimang dengan kekotoran, seperti mengucapkan atau menulis kata-kata kotor, memakan makanan kotor (dari hasil korupsi dlsb), yang pada hakikatnya menzhalimi diri sendiri. Namun, orang-orang yang belum beriman, tentu saja akan luput dari Nikmat Allah (membunuh babi) ini.
Rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as yang menjadi perselisihan antara kaum Yahudi, kaum Nasrani dan sebagian Umat Islam:isaku wrote:Rahasia yg mana yg telah dipecahkan MGA?keunghalang wrote:memecah salib (memecahkan rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as),
1. Kaum Yahudi mengatakan bahwa Isa Ibnu Maryam adalah Nabi Palsu karena dia mati terkutuk di tiang salib.
2. Kaum Nasrani mengatakan bahwa kematian Isa Ibnu Maryam di atas salib dapat menghapuskan dosa-dosa manusia yang beriman kepadanya. Isa diangkat ke langit dan duduk di sebelah kanan Bapak dan akan turun lagi ke bumi untuk yang kedua kali.
3. Sebagian umat Islam mengatakan bahwa Nabi Isa as tidak disalibkan dan tidak dibunuh, melainkan ada orang lain yang disamarkan seperti Nabi Isa as yang disalibkan hingga mati. Sedangkan, Nabi Isa as (jasad dan ruhnya) diangkat ke langit, dan di akhir zaman akan turun lagi untuk menghakimi umatnya.
Rahasia penyaliban itu telah dipecahkan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as dalam uraian Tafsir An-Nisa 4:158-160 yang dapat anda lihat di: http://www.alislam.org/quran/tafseer/?page=581®ion=E1&CR=
Sebagian kaum Yahudi, kaum Nasrani dan umat Islam yang beriman dan beramal shaleh telah bergabung ke dalam Jemaat Muslimin Ahmadiyah setelah mempelajarinya. Mereka meyakini bahwa Nabi Isa as memang disalibkan, tetapi tidak sampai terbunuh di atas salib, karena Allah telah menyelamatkannya. Dengan demikian maka terbantahlah kepercayaan kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Isa as adalah Nabi Palsu yang mati terkutuk di atas salib. Begitupula kepercayaan kaum Nasrani yang mempercayai bahwa darah Isa as akan menghapuskan dosa-dosa manusia yang mengimaninya menjadi porak poranda. Kepercayaan umat Islam yang mengatakan bahwa Nabi Isa as diangkat ke langit dan akan turun lagi di akhir zaman juga dapat dipatahkan, karena Nabi Isa as sesungguhnya sudah wafat pada usia 120 tahun, dan jasadnya telah dikuburkan di Srinagar, Kashmir: http://www.alislam.org/topics/jesus/ Sedangkan wujud Isa as yang akan datang lagi di akhir zaman adalah Perumpamaan Ibnu Maryam (Az-Zukhruf 43:58) atau Masih Mau'ud as dalam wujud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as yang juga Khalifatullah, Al Mahdi.
Nomor 1 dan 2 sudah terjawab oleh Imam Mahdi (Pemimpin Ruhani yang mendapat petunjuk langsung dari Allah). Begitupula nomor 3 dan 4 akan terjawab sebagai berikut:isaku wrote:Dasar apa yg menyebabkan Hadits Nabi Muhammad bisa ditafsir sembarangan begitu.kedunghalang wrote:3. Menurut Nabi Muhammad saw (dalam HR Musnad Ahmad bin Hambal), tujuan kedatangan Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil adalah untuk membunuh babi (menghilangkan sifat-sifat babi yang buruk dan dzolim), memecah salib (memecahkan rahasia penyaliban Nabi Isa Al Masih Ibnu Maryam as), menghapuskan jizyah (tidak berpolitik sehingga tidak akan memungut pajak kepada non-muslim) dan menghentikan perang (menghentikan cara-cara kekerasan dalam Dakwah Islam kepada non-muslim).
1. Atas dasar apa membunuh babi berarti menghapus kezaliman, sejak kapan babi zhalim?
2. Memecah salib sama sekali tidak nyambung dgn rahasia penyaliban... mungkin lebih cocok adalah mengembalikan pemahaman yg benar tentang Tuhan.
3. Menghapus jizyah tidak sama artinya dgn menghapus politik. Seharusnya MGA menjadi raja/presiden lebih dahulu, kemudian baru menghapuskan segala jizyah.
4. Menghentikan perang adalah menghentikan pertikaian. Pertanyaan: pertikaian mana yg telah diselesaikan MGA? Syiah sunni? Islam nasrani? Yg ada malah MGA menambah pertikaian baru dgn menciptakan sempalan baru yg berbeda keyakinan.
3. Jizyah adalah pajak yang dibebankan oleh pemerintahan Islam kepada non-muslim. Nabi Muhammad saw adalah seorang Nabi/Rasul Allah yang kebetulan menjadi pemimpin pemerintahan menegaskan bahwa Imam Mahdi adalah Khalifatullah (HR Sunan Ibnu Majah & Surah An-Nur 24:56) yang artinya Pemimpin Ruhani bukan Pemimpin Politik. Dengan demikian, maka Imam Mahdi tidak akan memungut jizyah. Itulah makna dari menghapuskan jizyah.
4. Pada zaman Rasulullah saw, Nabi Muhammad saw dengan izin Allah melakukan peperangan dalam pembelaan diri karena ketika melakukan Dakwah Islam, beliau saw teraniaya dan diusir dari kampung halaman, sehingga Allah memerintahkan beliau saw untuk hijrah ke Madinah. Pada zaman Imam Mahdi as, Dakwah Islam tidak akan dilakukan melalui peperangan, melainkan dengan tulisan dan hujjah-hujjah yang kuat berdasarkan Al Quran dan As-Sunnah/Hadits. Itulah makna makna dari menghentikan perang.
Atas perintah dan bimbingan Allah, Jemaat Muslimin Ahmadiyah didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as dari Qadian yang di dalam Peta Dunia pun tidak tampak. Hahdrat Mirza Ghulam Ahmad as pada awalnya hanya sendiri, ketika didirikan pada 1889 di Kota Ludhiana, India, para anggota Jemaat Muslimin Ahmadiyah hanya ada 40 orang yang bai'at kepada beliau as. Tetapi, dari masa ke masa, para anggotanya terus bertambah dan menyebar ke seluruh pelosok dunia dari berbagai macam suku bangsa dan berbagai macam latar agama, dari 204 negara di lima benua. Saat ini pengikutnya sudah mencapai puluhan bahkan raturan juga orang yang berbondong-bondong masuk agama Allah (Islam) setelah bai'at kepada Allah di tangan seorang Khalifah, Al Mahdi.isaku wrote:Tidak dapat disebut berhasil (apalagi yg no.1 ttg menyatukan hati) jika pengikutnya hanya sebagian sangat kecil saja di belahan dunia ini.kedunghalang wrote:Ketiga hal tersebut telah berhasil dilakukan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (Khalifah Allah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang senantiasa dilanjutkan oleh Khulafa-ul-Masih-al-Mahdiyyin yang senantiasa memimpin dan membimbing Jemaat Muslimin Ahmadiyah.
Inilah yang disebut berhasil karena Pertolongan Allah dan Kemenangan Islam sebagaimana dimaksud dalam An-Nashr 110:1-3. Subhannallah, Walhamdulillah, Walaa ilaaha illallah, Allahu'akbar, Astaghfirullaharobbi, minkullizanbin, wa atubuilaih.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
hi hi hi ...... kalo MGA mengaku sebagai rasul, masih bisa dibenarkan kerana bertindak sebagai penyampai risalah ..... tetapi kalo mengaku sebagai nabi, tentu saja salah karena tidak ada nabi lagi setelah nabi muhammad, dan juga agama apa yang dibawa/disampaikan MGA .... inipun masih bisa "dibenarkan" bila yang disampaikan bukan islam .............. okey
Jagona- KAPTEN
-
Age : 78
Posts : 4039
Kepercayaan : Islam
Location : Banten
Join date : 08.01.12
Reputation : 18
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Menurut Al Qur'an dan Hadits, Nabi yang tidak membawa syariat baru, melainkan hanya menyampaikan syari'at Islam sambil melaksanakannya dengan ketaatan yang sempurna kepada Allah dan Nabi Muhammad saw masih mungkin untuk datang dengan izin Allah (An-Nisa 4:70 & Al Araf 7:36). Jika anda tidak setuju, anda harus membantahnya dengan ayat suci Al Qur'an & Hadits.Jagona wrote:hi hi hi ...... kalo MGA mengaku sebagai rasul, masih bisa dibenarkan kerana bertindak sebagai penyampai risalah ..... tetapi kalo mengaku sebagai nabi, tentu saja salah karena tidak ada nabi lagi setelah nabi muhammad, dan juga agama apa yang dibawa/disampaikan MGA .... inipun masih bisa "dibenarkan" bila yang disampaikan bukan islam .............. okey
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Pertanyaannya...
Mengapa org2 tersebut ingin sekali mendapat pengakuan sbg Imam mahdi, atau klonengan ISA A.s, atau penjelmaan ISA A.S, atau apalah, kenapa sosok ISA A.S ini begitu ingin diduplikasi org tersebut, apakah karena ISA A.S begitu ISTIMEWA, padahal mohammadlah sosok utama penyebar islam dan digelar al-amin (klo ga salah), kenapa ga mohammad saja yg mereka duplikasi, apa karena ISA A.S lebih UNGGUL dari mohammad?
coba deh dipikir...
Mengapa org2 tersebut ingin sekali mendapat pengakuan sbg Imam mahdi, atau klonengan ISA A.s, atau penjelmaan ISA A.S, atau apalah, kenapa sosok ISA A.S ini begitu ingin diduplikasi org tersebut, apakah karena ISA A.S begitu ISTIMEWA, padahal mohammadlah sosok utama penyebar islam dan digelar al-amin (klo ga salah), kenapa ga mohammad saja yg mereka duplikasi, apa karena ISA A.S lebih UNGGUL dari mohammad?
coba deh dipikir...
haphap- KOPRAL
-
Posts : 46
Kepercayaan : Protestan
Location : meja warnet
Join date : 21.07.13
Reputation : -1
Re: paham mahdi ahmadiyyah
Setiap utusan Allah tentu mendakwakan dirinya kepada umatnya atas perintah Allah. Sehubungan dengan Imam Mahdi dan Isa Ibnu Maryam, Nabi Muhammad saw sendiri menyatakan bahwa di akhir zaman, Allah akan mengutus Isa Ibnu Maryam yang akan menjadi Imam Mahdi dan Hakim yang adil (HR Musnad Ahmad bin Hambal). Kemudian Nabi Muhammad saw memerintahkan kepada semua manusia: "Barangsiapa melihatnya (Imam Mahdi), maka baiatlah kepadanya walaupun harus merangkak di atas salju, karena dia adalah Khalifatullah, Al Mahdi." (HR Sunan Ibnu Majah). Menurut Al Qur'an, jika kita ingin menjadi orang shaleh, maka kita harus taat kepada perintah Nabi Muhammad saw, yakni baiat kepada Imam Mahdi itu.haphap wrote:Pertanyaannya...
Mengapa org2 tersebut ingin sekali mendapat pengakuan sbg Imam mahdi, atau klonengan ISA A.s, atau penjelmaan ISA A.S, atau apalah, kenapa sosok ISA A.S ini begitu ingin diduplikasi org tersebut, apakah karena ISA A.S begitu ISTIMEWA, padahal mohammadlah sosok utama penyebar islam dan digelar al-amin (klo ga salah), kenapa ga mohammad saja yg mereka duplikasi, apa karena ISA A.S lebih UNGGUL dari mohammad?
coba deh dipikir...
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Halaman 1 dari 3 • 1, 2, 3
Similar topics
» paham kewahyuan mahdi Syiah dan ahmadiyah
» paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah
» beda mahdi sunni dengan mahdi syiah
» AHMADIYAH QADIAN
» mahdi syiah vs mahdi ahmadiyah
» paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah
» beda mahdi sunni dengan mahdi syiah
» AHMADIYAH QADIAN
» mahdi syiah vs mahdi ahmadiyah
Halaman 1 dari 3
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik