"SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Halaman 1 dari 6 • Share
Halaman 1 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
"SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Assalamulaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Secara saya orang Sunda (wallo sebenernya kata "Sunda" asalnya bukan nama etnis) .... yang kata orang tua saya...ada teureuh (keturunan) GALUH dan PAJAJARAN. Maka saya tergugah untuk melakukan klarifikasi tentang kesalahpemahanan seputar sejarah orang Sunda :
Kesalah pemahaman yang telah beredar dalam sejarah Nasional di Indonesia,,bahwa :
1. Hindu adalah agama pertama yang ada di Jawa Barat
2. Kepercayaan Karuhun (nenek moyang) orang jawa barat adalah Animise dan Dinamisme.
Dari 2 pokok isu diatas.... maka saya akan mencoba untuk meluruskan dan memberikan informasi semampu saya..tentang apa dan bagaimana sejarahnya orang orang jaman dulu di Jawa Barat,,, yang ngetrend disebut Orang Sunda,
1. AGEMAN (Agama) Sunda Kuno
Secara ekstrim saya berpendapat, agama orang sunda kuno, sebut saja jaman GALUH dan PAJAJARAN adalah "Agama Sunda" . Saya percaya beberapa berita yang sudah ditemukan dan mayoritas telah memberikan kejelasan kejelasan. Contohnya Naskah lontar Kropak-406, CARITA PARAHYANGAN (CP) yang menunjukkan adanya para Wiku "nu ngawakan Jati Sunda" . Yakni para pemimpin spiritual yang menganut dan mengamalkan "Agama Lokal" seraya memelihara "Kabuyutan Parahyangan". Indikasi dari sisi pranata religi semacam itu, kini masih tetap hidup di lingkungan masyarakat "Urang Rawayan " (Baduy), yang disebut... AGAMA SUNDA WIWITAN.
Sisa dari Kabuyutan Jati Sunda atow Parahyangan, adalah Mandala Kanekes, tempat hunian mereka. Sebab pemeliharaan Mandala atow Kabuyutan "Jati Sunda", , dengan penuh kesetiaan mereka laksanakan hingga kini, yang kini lajim mereka sebut "Sasaka Domas" ... "Sasaka Pusaka Buana" ..... atow disebut juga "Sasaka Pada Ageung".
Kesaksian lain secara primordial saya merujuk kepada berita seriak Pantun Bogor versi Aki Uyut Baju Rambeng. Dalam "pantun gede" (Pantun sakral) episode "Curug si Pada Weruh" . Diceritakan bahwa :
".... Saacan Urang Hindi ngararaton di Kadu Hejo oge, Karuhun urang mah geus baroga agama, anu disarebut agama Sunda tea ..."
(Sebelum orang Hindi bertahta di Kadu Hejo pun, Leluhur kita telah memiliki agama, yakni yang disebut agama Sunda).
Secara hipotesis, yang dimaksud dengan "Orang Hindi" disini, adalah tokoh Dewa Warman. Sebagaimana diberitakan Pustaka Wangsakerta, ia dipungut mantu oleh Aki Tirem alias Aki Luhur Mulya, dikawinkan kepada puterinya, Pohaci Larasati, kemudian diangkat menjadi raja di Salakanagara yang beribukota di Rajatapura ( 130 - 168 Masehi) menggantikan dirinya. Nama tempat Kadu Hejo, sejalan dengan berita pantun, berlokasi di kabupate Pandeglang Provinsi Banten, sampe sekarang masih bernama demikian.
Mengenai sejarah kerajaan Salakanagara... bisa dibaca disinih,...
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Salakanagara
2. INI AJARAN AGAMA "SUNDA WIWITAN"
http://www.desantara.or.id/03-2008/537/sunda-wiwitan-tidak-mengenal-samawi-dan-ardhi/
“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “
Arti leterleknya: “Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakan”.
Ungkapan di atas adalah Syahadatnya agama Sunda Wiwitan yang dianut oleh orang baduy. Selama ini mereka di stereotipkan sebagai pemuaja alam, apalagi dalam versi pemerintah dikategorikan penganut aliran kepercayaan. Bahkan ada anggapan bahwa mereka itu sebagai pembangkang dan menolak ajaran agama Islam, sebagaimana tak jauh bedanya dengan baduy yang ada di Mekah. Akan tetapi stereotipe ini menjadi tanda tanya, kenapa secara adat dan religi Sunda Wiwitan memiliki keyakinan tentang Tuhan itu Hyang tunggal dan tidak beranak serta tidak diperanakan.
Syahadat di atas, tidak ada hubungannya antara Sunda Wiwitan dengan Islam. Atau ada asumsi, jangan-jangan meniru ajaran Islam?, persoalannya ada ke-sama-an dengan konsep Tauhidnya agama Islam seperti dalam surat al-Ikhlas, yaitu: “Qul huwa al-Allah ahad ……. Lam yalid walam yuu lad …. “. Kita tidak bisa menghakimi siapa meniru siapa atau siapa duluan siapa, dan kita tidak terjebak dengan kategrori agama Samawi dan Ardi. Karena agama Sunda Wiwitan lebih menekankan hal apa yang harus mereka kerjakan, bukan apa yang harus mereka percayai.
Beranjak dari asumsi di atas, kiranya secara sederhana pelu melihat ulang kata wiwitan dalam literatur Sunda kuno, yang artinya per-mula-an, maka sunda wiwitan merupakan perubahan nama dari agama yang dianut oleh Wangsa Pajajaran. Orang Sunda tidak menganut agama Hindu dan Budha, sebagai saksi dan bukti, mengapa di Jawa Barat tidak ada Candi ? Sebab sebelum masuknya Hindu dan Budha sudah lebih awal agama Sunda Purana. Agama Sunda Purana mengacu pada siklus perladangan (red- huma), karena sistem perladangan itu bagi mereka sebagai Wedanya orang Sunda atau al-Qur’annya agama Sunda.
Selain bersyahadat, ternyata masyarakat Baduy punya tanah Suci dengan sebutan “Tapa di mandala”. Bagi mereka nagara Kanekes adalah tanah suci agama Sunda Wiwitan, artinya disitu tempat bersucinya orang-orang Kanekes. Karena orang Baduy dalam kehidupan kesehariannya tidak lepas berpijak pada agama; mandi sebagai syariat agama, makan sebagai syariat agama, tidur sebagai syariat agama. Artinya, makan hanya sekadar tidak terlalu lapar, minum hanya sekedar tidak terlalu haus, tidur hanya sekedar tidak terlalu ngantuk. Jadi pola hidupnya itu tidak boleh berlebihan, makanya dalam tradisi orang baduy itu tidak menmpuk harta, contoh sederhana, mereka tidur tidak pakai bantal cukup dengan potongan bambu atau kayu, artinya tidak boleh enak-enakan.
Tak luput juga, di baduy ada tradisi Khitan yang disebut Sudat, caranya bukan kulupnya yang dibuang tapi kulupnya itu cukup ditoreng lalu dimasukan Semilu dan disobek, karena bagi mereka tabu untuk membuangnya. Kenapa mereka tabu ? baginya, bahwa Tuhan menciptakan mahluk dan alam semesta ini sempurna, sebab tuhan itu maha sempurna. Kita sebagai ciptaan-Nya tabu untuk membuang hasil ciptaannya, karena sama saja dengan melecehkan kekuasan tuhan.
Wasalam,
Secara saya orang Sunda (wallo sebenernya kata "Sunda" asalnya bukan nama etnis) .... yang kata orang tua saya...ada teureuh (keturunan) GALUH dan PAJAJARAN. Maka saya tergugah untuk melakukan klarifikasi tentang kesalahpemahanan seputar sejarah orang Sunda :
Kesalah pemahaman yang telah beredar dalam sejarah Nasional di Indonesia,,bahwa :
1. Hindu adalah agama pertama yang ada di Jawa Barat
2. Kepercayaan Karuhun (nenek moyang) orang jawa barat adalah Animise dan Dinamisme.
Dari 2 pokok isu diatas.... maka saya akan mencoba untuk meluruskan dan memberikan informasi semampu saya..tentang apa dan bagaimana sejarahnya orang orang jaman dulu di Jawa Barat,,, yang ngetrend disebut Orang Sunda,
1. AGEMAN (Agama) Sunda Kuno
Secara ekstrim saya berpendapat, agama orang sunda kuno, sebut saja jaman GALUH dan PAJAJARAN adalah "Agama Sunda" . Saya percaya beberapa berita yang sudah ditemukan dan mayoritas telah memberikan kejelasan kejelasan. Contohnya Naskah lontar Kropak-406, CARITA PARAHYANGAN (CP) yang menunjukkan adanya para Wiku "nu ngawakan Jati Sunda" . Yakni para pemimpin spiritual yang menganut dan mengamalkan "Agama Lokal" seraya memelihara "Kabuyutan Parahyangan". Indikasi dari sisi pranata religi semacam itu, kini masih tetap hidup di lingkungan masyarakat "Urang Rawayan " (Baduy), yang disebut... AGAMA SUNDA WIWITAN.
Sisa dari Kabuyutan Jati Sunda atow Parahyangan, adalah Mandala Kanekes, tempat hunian mereka. Sebab pemeliharaan Mandala atow Kabuyutan "Jati Sunda", , dengan penuh kesetiaan mereka laksanakan hingga kini, yang kini lajim mereka sebut "Sasaka Domas" ... "Sasaka Pusaka Buana" ..... atow disebut juga "Sasaka Pada Ageung".
Kesaksian lain secara primordial saya merujuk kepada berita seriak Pantun Bogor versi Aki Uyut Baju Rambeng. Dalam "pantun gede" (Pantun sakral) episode "Curug si Pada Weruh" . Diceritakan bahwa :
".... Saacan Urang Hindi ngararaton di Kadu Hejo oge, Karuhun urang mah geus baroga agama, anu disarebut agama Sunda tea ..."
(Sebelum orang Hindi bertahta di Kadu Hejo pun, Leluhur kita telah memiliki agama, yakni yang disebut agama Sunda).
Secara hipotesis, yang dimaksud dengan "Orang Hindi" disini, adalah tokoh Dewa Warman. Sebagaimana diberitakan Pustaka Wangsakerta, ia dipungut mantu oleh Aki Tirem alias Aki Luhur Mulya, dikawinkan kepada puterinya, Pohaci Larasati, kemudian diangkat menjadi raja di Salakanagara yang beribukota di Rajatapura ( 130 - 168 Masehi) menggantikan dirinya. Nama tempat Kadu Hejo, sejalan dengan berita pantun, berlokasi di kabupate Pandeglang Provinsi Banten, sampe sekarang masih bernama demikian.
Mengenai sejarah kerajaan Salakanagara... bisa dibaca disinih,...
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Salakanagara
2. INI AJARAN AGAMA "SUNDA WIWITAN"
http://www.desantara.or.id/03-2008/537/sunda-wiwitan-tidak-mengenal-samawi-dan-ardhi/
“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “
Arti leterleknya: “Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakan”.
Ungkapan di atas adalah Syahadatnya agama Sunda Wiwitan yang dianut oleh orang baduy. Selama ini mereka di stereotipkan sebagai pemuaja alam, apalagi dalam versi pemerintah dikategorikan penganut aliran kepercayaan. Bahkan ada anggapan bahwa mereka itu sebagai pembangkang dan menolak ajaran agama Islam, sebagaimana tak jauh bedanya dengan baduy yang ada di Mekah. Akan tetapi stereotipe ini menjadi tanda tanya, kenapa secara adat dan religi Sunda Wiwitan memiliki keyakinan tentang Tuhan itu Hyang tunggal dan tidak beranak serta tidak diperanakan.
Syahadat di atas, tidak ada hubungannya antara Sunda Wiwitan dengan Islam. Atau ada asumsi, jangan-jangan meniru ajaran Islam?, persoalannya ada ke-sama-an dengan konsep Tauhidnya agama Islam seperti dalam surat al-Ikhlas, yaitu: “Qul huwa al-Allah ahad ……. Lam yalid walam yuu lad …. “. Kita tidak bisa menghakimi siapa meniru siapa atau siapa duluan siapa, dan kita tidak terjebak dengan kategrori agama Samawi dan Ardi. Karena agama Sunda Wiwitan lebih menekankan hal apa yang harus mereka kerjakan, bukan apa yang harus mereka percayai.
Beranjak dari asumsi di atas, kiranya secara sederhana pelu melihat ulang kata wiwitan dalam literatur Sunda kuno, yang artinya per-mula-an, maka sunda wiwitan merupakan perubahan nama dari agama yang dianut oleh Wangsa Pajajaran. Orang Sunda tidak menganut agama Hindu dan Budha, sebagai saksi dan bukti, mengapa di Jawa Barat tidak ada Candi ? Sebab sebelum masuknya Hindu dan Budha sudah lebih awal agama Sunda Purana. Agama Sunda Purana mengacu pada siklus perladangan (red- huma), karena sistem perladangan itu bagi mereka sebagai Wedanya orang Sunda atau al-Qur’annya agama Sunda.
Selain bersyahadat, ternyata masyarakat Baduy punya tanah Suci dengan sebutan “Tapa di mandala”. Bagi mereka nagara Kanekes adalah tanah suci agama Sunda Wiwitan, artinya disitu tempat bersucinya orang-orang Kanekes. Karena orang Baduy dalam kehidupan kesehariannya tidak lepas berpijak pada agama; mandi sebagai syariat agama, makan sebagai syariat agama, tidur sebagai syariat agama. Artinya, makan hanya sekadar tidak terlalu lapar, minum hanya sekedar tidak terlalu haus, tidur hanya sekedar tidak terlalu ngantuk. Jadi pola hidupnya itu tidak boleh berlebihan, makanya dalam tradisi orang baduy itu tidak menmpuk harta, contoh sederhana, mereka tidur tidak pakai bantal cukup dengan potongan bambu atau kayu, artinya tidak boleh enak-enakan.
Tak luput juga, di baduy ada tradisi Khitan yang disebut Sudat, caranya bukan kulupnya yang dibuang tapi kulupnya itu cukup ditoreng lalu dimasukan Semilu dan disobek, karena bagi mereka tabu untuk membuangnya. Kenapa mereka tabu ? baginya, bahwa Tuhan menciptakan mahluk dan alam semesta ini sempurna, sebab tuhan itu maha sempurna. Kita sebagai ciptaan-Nya tabu untuk membuang hasil ciptaannya, karena sama saja dengan melecehkan kekuasan tuhan.
Wasalam,
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Trus... apa korelasinya dengan judul tret... bahwa AGAMA SUNDA ... saya KLAIM sebagai AGAMA PERTAMA DI DUNIA..??
Akan banyak hal yang akan saya ungkapkan... Insya Allah..
Akan banyak hal yang akan saya ungkapkan... Insya Allah..
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
kearifan lokal yang luar biasa
heran kalau malah diganti ajaran kekerasan yang diimpor
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
SEGOROWEDI wrote:
kearifan lokal yang luar biasa
heran kalau malah diganti ajaran kekerasan yang diimpor
Baru mulai nduss.... nyantei aja... tar juga ktemu
.peertemuan antara Dinul Muhammad (Ajaran dan Syariat yg diajarkan oleh Beliau) dan Sunda Wiwitan... karena kalow secara MAKNA.. keduanya sama sama berarti ISLAM.
Akan ada banyak ajaran ajaran Sunda Wiwitan yg klop dengan Keimanan lu... kecuali masalah BERANAK PINAK.. kek kelinci azzaa.. wkwkwkw..
Ada sanggahan..? Kalo gw klaim.. bahwa SUNDA WIWITAN adalah Agama Pertama di Bumi..yang menjadi sumber ajaran ajaran lainnya di seantero Bumi...?
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Ternyata nabi Adam itu beragama SUNDA.
salapanbelas maret- SERSAN MAYOR
-
Age : 28
Posts : 711
Kepercayaan : Lain-lain
Location : Jakarta, tanah tumpah darah beta.
Join date : 19.03.14
Reputation : 5
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “
kalau biologis ya emang tidak
kalau biologis ya emang tidak
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
SEGOROWEDI wrote:“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “
kalau biologis ya emang tidak
HALAHHH...Komentar basiii...ape lu kate dahhhh...
Yang jelas..Sunda Wiwitan tidak mengenal teori gila..bahwa Sang Hyang Tunggal..turun ke bumi dalam bentuk Darah Daging plus kentut ...untuk menebus dosol manusia dengan darah..
Terakhir diubah oleh mang odoy tanggal Sat Sep 13, 2014 9:54 am, total 2 kali diubah
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Ikut nyimak ya mang
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
salapanbelas maret wrote:Ternyata nabi Adam itu beragama SUNDA.
Sebuah pernyataan yang keliatannya cuman ISENG..... tapi bagi saya sendiri menuntut atow lebih tepat dikatakan MENANTANG intelegensi diri saya pribadi untuk membuktikan dan membuat sebuah pernyataan yang diharapkan bisa menjadi sesuatu yang MENJELASKAN.
Baiklah.... sebelum membahas korelasi antara ADAM sebagai manusia pertama yang ngetrend dalam kalangan agama Samawi.... ada baiknya saya menjelaskan dulu apa itu SUNDA,....
Kalimat “Sunda” dari kitab “Sastrajendra Hayuningrat” dibentuk oleh tiga suku kata yaitu SU-NA-DA yang artinya adalah “matahari", yang mengandung arti “Sejati-Api-Besar” atau “Api Besar yang Sejati atau bisa juga berarti Api Agung yang Abadi”.
SU-NA-DA
- SU = Sejati/ Abadi
- NA = Api
- DA = Besar/ Gede/ Luas/ Agung
Maksud dan maknanya adalah matahari atau “Sang Surya” ( Panon Poe/ Mata Poe/ Sang Hyang Manon ). Sedangkan kata “Sastrajendra Hayuningrat” (Su-Astra-Ajian-Ra-Hayu-ning-Ratu) memiliki arti sebagai berikut;
- Su = Sejati/ Abadi
- Astra = Sinar/ Penerang
- Ajian = Ajaran
- Ra = Matahari ( Sunda ), ( Greek ) Mesir
- Hayu = Selamat/ Baik/ Indah
- ning = dari
- Ratu = Penguasa (Maharaja)
Dengan demikian “Sastrajendra Hayuningrat” jika diartikan secara bebas adalah “Sinar Sejati Ajaran Matahari - Kebaikan dari Sang Ratu” atau “Penerang yang Abadi Ajaran Matahari - Kebaikan dari Sang Maharaja” atau boleh jadi maksudnya adalah “Sinar Ajaran Matahari Abadi atas Kebaikan dari Sang Penguasa/ Ratu/ Maharaja Nusantara”.
“Sunda” menurut saya sama sekali mungkin bukan nama etnis/ ras/ suku yang tinggal di pulau Jawa bagian barat dan bukan juga nama daerah, karena sesungguhnya “Sunda” adalah nama ajaran atau kepercayaan / kebudayaan tertua ( Ancient ), yang keberadaannya jauh sebelum ada jenis kepercayaan apapun yang dikenal sekarang, terpikir dari cerita cerita mitos atau legenda pewayangan yang dipelosok dunia ini saya yakin hampir mirip. Cerita Zeus , Barata Yuda, sampai dengan mitos The Lost Atlantis.
"Sunda” merupakan cikal-bakal ajaran tentang “cara hidup sebagai manusia beradab hingga mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi ( adi-luhung ). Selain itu Sunda juga yang mengawali lahirnya sistem pemerintahan dengan pola karatuan ( kerajaan ) yang pertama di dunia, terkenal dengan konsep SITUMANG ( Rasi-Ratu-Rama-Hyang ) dengan perlambangan “anjing” ( tanda kesetiaan ).
Ajaran Sunda lebih dikenal dengan sebutan Sundayana (yana = way of life, aliran, ajaran, agama) artinya adalah “ajaran Sunda atau kepercayaan Matahari” yang dianut oleh bangsa Galuh, khususnya di Jawa Barat.
Sundayana disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung ( Guru Besar/ Batara Guru ), masyarakat Jawa-Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Sang Guru Hyang atau dengan sebutan “Guriang” yang artinya “Guru Hyang” juga, dari cerita itu ada sambung menyambung dengan Salaka Domas, Salaka Nagara Kalimasada ( 2 kalimat shadat )
Inti dari ajaran Sunda adalah “welas-asih” atau cinta-kasih, dalam bahasa Arab-nya disebut “rahman-rahim”, sebab adanya rasa welas-asih ini yang menjadikan seseorang layak disebut sebagai manusia. Artinya, dalam pandangan kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) jika seseorang tidak memiliki rasa welas-asih maka ia tidak layak untuk disebut manusia, lebih tepatnya sering disebut sebagai Duruwiksa ( Buta ) mahluk biadab.
Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah ( Kemanunggalan ) yaitu;
1. Tata-Salira/ Kemanunggalan Diri; berisi tentang pembentukan kualitas manusia yaitu, meleburkan diri dalam “ketunggalan” agar menjadi “diri sendiri” (si Swa) yang beradab, merdeka dan berdaulat atau menjadi seseorang yang tidak tergantung kepada apapun dan siapapun selain kepada diri sendiri.
2. Tata-Naga-Ra/ Kemanunggalan Negeri; yaitu memanunggalkan masyarakat/ bangsa (negara) dalam berkehidupan di Bumi secara beradab, merdeka dan berdaulat. Pembangunan negara yang mandiri, tidak menjajah dan tidak dijajah.
3. Tata-Buana/ Kemanunggalan Bumi; ialah kebijakan universal ( kesemestaan ) untuk memanunggalkan Bumi dengan segala isinya dalam semesta kehidupan agar tercipta kedamaian hidup di Buana.
Sesuai dengan bentuk dan dasar pemikiran ajaran kepercayaan Matahari sebagai sumber cahaya maka tata perlambangan wilayah di sekitar Jawa-Barat banyak yang mempergunakan sebutan “Ci” yang artinya “Cahaya”, dalam bahasa India disebut sebagai deva/ dewa ( cahaya ) yaitu pancaran ( gelombang ) proton yang lahir dari Matahari berupa warna-warna. Terdapat lima warna cahaya utama ( Pancawarna ) yang menjadi landasan filosofi kehidupan bangsa Galuh penganut ajaran Sunda :
a. Cahaya Putih di timur disebut Purwa, tempat Hyang Iswara.
b. Cahaya Merah di selatan disebut Daksina, tempat Hyang Brahma.
c. Cahaya Kuning di barat disebut Pasima, tempat Hyang Mahadewa.
d. Cahaya Hitam di utara disebut Utara, tempat Hyang Wisnu.
3. Segala Warna Cahaya di pusat disebut Madya, tempat Hyang Siwa.
Lima kualitas “Cahaya” tersebut sesungguhnya merupakan nilai “waktu” dalam hitungan “wuku”. Kelima wuku (wuku lima) tidak ada yang buruk dan semuanya baik, namun selama ini Sang Hyang Siwa (pelebur segala cahaya/ warna) telah disalah-artikan menjadi “dewa perusak”, padahal arti kata “pelebur” itu adalah “pemersatu” atau yang meleburkan atau memanunggalkan. Jadi, sama sekali tidak terdapat ‘dewa’ yang bersifat merusak dan menghancurkan.
“Ajaran Sunda” dalam cerita pewayangan dilambangkan dengan Jamparing Panah Chakra, yaitu ‘raja segala senjata’ milik Sang Hyang Wisnu yang dapat mengalahkan sifat jahat dan angkara-murka, tidak ada yang dapat lolos dari bidikan Jamparing Panah Chakra.
- Jamparing = Jampe Kuring
- Panah = Manah = Hati (Rasa Welas-Asih)
- Chakra atau Cakra = Titik Pusaran yang bersinar / Roda Penggerak Kehidupan (‘matahari’).
- Secara simbolik gendewa (gondewa) merupakan bentuk bibir yang sedang tersenyum.
Panah Chakra di Jawa Barat biasa disebut sebagai “Jamparing Asih” maksudnya adalah “Ajian Manah nu Welas Asih” ( ajian hati yang lembut penuh dengan cinta-kasih ). Maksud utama dari Jamparing Panah Chakra atau Jamparing Asih itu ialah “ucapan yang keluar dari hati yang welas asih dapat menggerakan roda kehidupan yang bersinar”. Keberadaan Panca Dewa kelak disilib-silokakan ( dilambangkan ) ke dalam kisah “pewayangan” dengan tokoh-tokoh baru melalui kisah Ramayana ( Ajaran Rama ) serta kisah Mahabharata pada tahun +/-1500 SM.
Yudis-ti-Ra, Bi-Ma, Ra-ju-Na, Na-ku-La, dan Sa-Dewa. Kelima cahaya itu kelak dikenal dengan sebutan “Pandawa” singkatan dari “Panca Dewa” ( Lima Cahaya ) yang merupakan perlambangan atas sifat-sifat kesatria negara. Istilah “wayang” itu sendiri memiliki arti “bayang-bayang”, maksudnya adalah perumpamaan dari kelima cahaya tersebut.
Selama ini cerita wayang selalu dianggap ciptaan bangsa India, hal tersebut mungkin “benar” tetapi boleh jadi “salah”. Artinya kemungkinan terbesar adalah bangsa India telah berjasa melakukan pencatatan tentang kejadian besar yang pernah ada di Bumi Nusantara melalui kisah pewayangan dalam cerita mitos Ramayana dan Mahabharata. Simple logik nya India dikenal sebagai bangsa Chandra ( Chandra Gupta ) yang berarti Bulan sedangkan Nusantara dikenal sebagai bangsa Matahari ( Ra-Hyang ), dalam hal ini tentu Matahari lebih unggul dan lebih utama ketimbang Bulan. India diterangi atau dipengaruhi oleh ajaran dan kebudayaan Nusantara. Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa bukti ( jejak ) peninggalan di Bumi Nusantara telah banyak dilupakan, diselewengkan hingga dimusnahkan oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga pada saat ini kita sulit untuk membuktikannya melalui “kebenaran ilmiah”.
Berkaitan dengan persoalan “Pancawarna”, bagi orang-orang yang lupa kepada “jati diri” ( sebagai bangsa Matahari ) di masyarakat Jawa-Barat dikenal peribahasa “teu inget ka Purwa Daksina…!” artinya adalah “lupa kepada Merah-Putih” ( lupa akan kebangsaan/ tidak tahu diri/ tidak ingat kepada jati diri sebagai bangsa Galuh penganut ajaran Sunda ).
Banyak orang Jawa Barat mengaku dirinya sebagai orang “Sunda”, mereka mengagungkan “Sunda” sebagai genetika biologis dan budayanya yang membanggakan, bahkan secara nyata perilaku diri mereka yang lembut telah menunjukan kesundaannya ( sopan-santun dan berbudhi ).
Sebagaian Masyarakat Jawa Barat tidak menyadari ( tidak mengetahui ) bahwa perilaku lembut penuh tata-krama sopan-santun dan berbudhi itu terjadi akibat adanya “ajaran” ( kepercayaan Sunda ) yang mengalir di dalam darah mereka dan bergerak tanpa disadari. Untuk mengatakan kejadian tersebut para leluhur menyebutnya,
“nyumput buni di nu caang” ( tersembunyi ditempat yang terang ) artinya adalah mentalitas, pikiran, perilaku, seni, kebudayaan, filosofi yang mereka lakukan sesungguhnya adalah hasil didikan kepercayaan Sunda tetapi si pelaku sendiri tidak mengetahuinya.
Inti pola dasar ajaran Sunda adalah “berbuat baik dan benar yang dilandasi oleh kelembutan rasa welas-asih”. Pola dasar tersebut diterapkan melalui Tri-Dharma ( Tiga Kebaikan ) yaitu sebagai pemandu ‘ukuran’ nilai atas keagungan diri seseorang/ derajat manusia diukur berdasarkan dharma ( kebaikan ).
Dharma Bakti, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap diri, keluarga serta di lingkungan kecil tempat ia hidup, manusianya bergelar “Manusia Utama”.
Dharma Suci, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap bangsa dan negara, manusianya bergelar “Manusia Unggul Paripurna” ( menjadi idola ).
Dharma Agung, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap segala peri kehidupan baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang tercium, yang tersentuh dan tidak tersentuh, segala kebaikan yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, manusianya bergelar “Manusia Adi Luhung” ( Batara Guru ).
Dalam agama Islam bisa jadi arti ini adalah tingkatan dari Syariat, Tarikat, Hakikat yang jika semua sudah tercapai menjadi Ma'rifat.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri-Dharma ini kelak menjadi pokok ajaran “Budhi-Dharma” ( Buddha ) yang mengutamakan budhi kebaikan sebagai bukti dan bakti rasa welas-asih terhadap segala kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, atau pembebasan diri dari kesengsaraan.
Ajaran ini kelak dilanjutkan dan dikembangkan oleh salah seorang tokoh Mahaguru Rasi Shakyamuni – Sidharta Gautama ( ‘Sang Budha’ ), seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu di Nepal – India.
Pembentukan Tri-Dharma Sunda dilakukan melalui tahapan yang berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya yaitu :
Dharma Rasa, ialah mendidik diri untuk dapat memahami “rasa” ( kelembutan ) di dalam segala hal, sehingga mampu menghadirkan keadaan “ngarasa jeung rumasa” ( menyadari rasa dan memahami perasaan ) / Empaty. Dengan demikian dalam diri seseorang kelak muncul sifat menghormati, menghargai, dan kepedulian terhadap sesama serta kemampuan merasakan yang dirasakan oleh orang lain ( pihak lain ), hal ini merupakan pola dasar pembentukan sifat “welas-asih” dan manusianya kelak disebut “Dewa-Sa”.
Dharma Raga, adalah mendidik diri dalam bakti nyata ( bukti ) atau mempraktekan sifat rasa di dalam hidup sehari-hari ( *bukan teori ) sehingga kelak keberadaan/ kehadiran diri dapat diterima dengan senang hati ( bahagia ) oleh semua pihak dalam keadaan “ngaraga jeung ngawaruga” ( menjelma dan menghadirkan ). Hal ini merupakan pola dasar pembentukan perilaku manusia yang dilandasi oleh kesadaran rasa dan pikiran. Seseorang yang telah mencapai tingkatan ini disebut “Dewa-Ta”.
Dharma Raja, adalah mendidik diri untuk menghadirkan “Jati Diri” sebagai manusia “welas-asih” yang seutuhnya dalam segala perilaku kehidupan “memberi tanpa diberi” atau memberi tanpa menerima ( tidak ada pamrih ). Tingkatan ini merupakan pencapaian derajat manusia paling terhormat yang patut dijadikan suri-teladan bagi semua pihak serta layak disebut ( dijadikan ) pemimpin.
Ajaran Sunda berlandas kepada sifat bijak-bajik Matahari yang menerangi dan membagikan cahaya terhadap segala mahluk di penjuru Bumi tanpa pilih kasih dan tanpa membeda-bedakan. Matahari telah menjadi sumber utama yang mengawali kehidupan penuh suka cita, dan tanpa Matahari segalanya hanyalah kegelapan. Oleh sebab itulah para penganut ajaran Sunda berkiblat kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ) sebagai simbol ketunggalan dan kemanunggalan yang ada di langit.
( Disini adalah benang merah yang kurang cocok dengan Ajaran Islam dimana kepercayaan Sunda berkesan menyembah Matahari ). Mungkin karena itu Allah menurunkan Rasul Rasul Nya setelah adanya Kepercayaan Sunda.
Sundayana menyebar ke seluruh dunia, terutama di wilayah Asia, Eropa, Amerika dan Afrika, sedangkan di Australia tidak terlalu menampak. Oleh masyarakat Barat melalui masing-masing kecerdasan kode berbahasa mereka ajaran Matahari ini diabadikan dalam sebutan SUNDAY ( hari Matahari ), berasal dari kata “Sundayana” dan bangsa Indonesia lebih mengenal Sunday itu sebagai hari Minggu.
Di wilayah Amerika kebudayaan suku Indian, Maya dan Aztec pun tidak terlepas dari pemujaan kepada Matahari, demikian pula di wilayah Afrika dan Asia, singkatnya hampir seluruh bangsa di dunia mengikuti ajaran leluhur bangsa Galuh Agung ( Nusantara ) yang berlandaskan kepada tata-perilaku berbudhi dengan rasa “welas-asih” ( cinta-kasih ).
Oleh bangsa Barat ( Eropa dan Amerika ) istilah Sundayana ‘diubah’ menjadi Sunday ( hari matahari ) sedangkan di Nusantara dikenal dengan sebutan “Surya” yang berasal dari tiga suku kata yaitu Su-Ra-Yana, bangsa Nusantara memperingatinya dalam upacara “Sura” ( Suro ) yang intinya bertujuan untuk mengungkapkan rasa menerima-kasih serta ungkapan rasa syukur atas “kesuburan” negara yang telah memberikan kehidupan dalam segala bentuk yang menghidupkan baik berupa makanan, udara, air, api ( kehangatan ), tanah.
Pengertian Surayana pada hakikatnya sama saja dengan Sundayana sebab mengandung maksud dan makna yang sama.
- SU = Sejati
- RA = Sinar/ Maha Cahaya/ Matahari
- YANA = way of life/ ajaran/ ageman/ agama
Maka arti “Surayana” adalah sama dengan “Kepercayaan Matahari yang Sejati” dan dikemudian hari bangsa Indonesia mengenal dan mengabadikannya dengan sebutan “Sang Surya” untuk mengganti istilah “Matahari”.
5000 tahun sebelum penanggalan Masehi di Asia dalam sejarah peradaban bangsa Mesir kuno menerangkan ( menggambarkan ) tentang keberadaan ajaran Matahari dari bangsa Galuh, mereka menyebutnya sebagai “RA” yang artinya adalah Sinar/ Astra/ Matahari/ Sunda.
“RA” digambarkan dalam bentuk “mata” dan diposisikan sebagai “Penguasa Tertinggi” dari seluruh ‘dewa-dewa’ bangsa Mesir kuno yang lainnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangsa Mesir kuno-pun menganut dan mengakui Sundayana ( Kepercayaan Matahari ) yang dibawa dan diajarkan oleh leluhur bangsa Galuh.
Disisi lain bangsa Indonesia saat ini mengenal bentuk dan istilah “mata” ( eye ) yang mirip dengan gambaran “AMON-RA” bangsa Mesir kuno, sebutan “amon” mengingatkan kita kepada istilah “panon” yang berarti “mata” yang terdapat pada kata “Sang Hyang Manon” yaitu penamaan lain bagi Matahari di masyarakat Jawa Barat jaman dahulu ( *apakah kata Amon dan Manon memiliki makna yang sama ? )
Selain di Asia ( Mesir ) bangsa Indian di Amerika-pun sangat memuja Matahari ( sebagai simbol leluhur, dan mereka menyebut dirinya sebagai bangsa “kulit merah” ) bahkan masyarakat Inca, Aztec dan Maya di daerah Amerika latin membangun kuil pemujaan yang khusus ditujukan bagi Matahari, hingga mereka menggunakan pola penghitungan waktu yang berlandas pada peredaran Matahari, mirip dengan di Nusantara ( pola penanggalan Saka = Pilar Utama = Inti / Pusat Peredaran = Matahari ).
Masyarakat suku Inca di Peru ( Amerika Latin ) membangun tempat pemujaan kepada Matahari di puncak bukit yang disebut Machu Picchu. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa secara umum konsep “meninggikan dengan pondasi yang kokoh” dalam kaitannya dengan “keagungan“ ( tinggi, luhur, puncak, maha ) merupakan landas berpikir yang utama kepercayaan Sunda.
Secara filosofis, pola bentuk ‘bangunan’ menuju puncak meruncing ( gunungan ) itu merupakan perlambangan para Hyang yang ditinggikan atau diluhurkan, hal inipun merupakan silib-siloka tentang perjalanan manusia dari “ada” menuju “tiada” ( langit ), dari jelma menjadi manusia utama hingga kelak menuju puncak kualitas manusia adiluhung ( maha agung ).
Demikian pula yang dilakukan oleh suku Maya di Mexico pada jaman dahulu, mereka secara khusus membangun tempat pemujaan ( kuil/pura ) kepada Matahari ( Sang Hyang Tunggal ).
Pada jaman dahulu hampir seluruh bangsa di benua Amerika ( penduduk asli ) memuja kepada Matahari, dan hebatnya hampir semua bangsa menunjukan hasil kebudayaan yang tinggi. Kemajuan peradaban dalam bidang arsitektur, cara berpakaian, sistem komunikasi ( baik bentuk lisan, tulisan, gaya bahasa, serta gambar ), adab upacara, dll. Kemajuan dalam bidang pertanian dan peternakan tentu saja yang menjadi yang paling utama, sebab hal tersebut menunjukan kemakmuran masyarakat, artinya mereka dapat hidup sejahtera tentram dan damai dalam kebersamaan hingga kelak mampu melahirkan keindahan dan keagungan dalam berkehidupan ( berbudaya ).
Sekitar abad ke XV kebudayaan agung bangsa Amerika latin mengalami keruntuhan setelah datangnya para missionaris Barat yang membawa misi Gold, Glory dan Gospel. Tujuan utamanya tentu saja Gold (emas/ kekayaan) dan Glory (kejayaan/ kemenangan) sedangkan Gospel (agama) hanya dijadikan sebagai kedok politik agar seolah-olah mereka bertujuan untuk “memberadabkan” sebuah bangsa.
Propaganda yang mereka beritakan tentang perilaku biadab kepercayaan Matahari dan kelak dipercaya oleh masyarakat dunia adalah bahwa, “suku terasing penyembah matahari itu pemakan manusia”, hal ini mirip dengan yang terjadi di Sumatra Utara serta wilayah lainnya di Indonesia. Dibalik propaganda tersebut maksud sesungguhnya kedatangan para ‘penyebar agama’ itu adalah perampokan kekayaan alam dan perluasan wilayah jajahan ( imperialisme ), sebab mustahil bangsa yang sudah “beragama” harus ‘diagamakan’ kembali dengan ajaran yang tidak berlandas kepada nilai-nilai kebijakan dan kearifan lokalnya.
Dalam pandangan penganut kepercayaan Sunda ( bangsa Galuh ) yang dimaksud dengan “peradaban sebuah bangsa ( negara )” tidak diukur berdasarkan nilai-nilai material yang semu dan dibuat-buat oleh manusia seperti bangunan megah, emas serta batu permata dan lain sebagainya, melainkan terciptanya keselarasan hidup bersama alam ( keabadian ).
Prinsip tersebut tentu saja sangat bertolak-belakang dengan negara-negara lain yang kualitas geografisnya tidak sebaik milik bangsa beriklim tropis seperti di Nusantara dan negara tropis lainnya. Leluhur Galuh mengajarkan tentang prinsip kejayaan dan kekayaan sebuah negara sebagai berikut :
[color=#993300]“Gunung kudu pageuh, leuweung kudu hejo, walungan kudu herang, taneuh kudu subur, maka bagja rahayu sakabeh rahayatna”
(Gunung harus kokoh, hutan harus hijau, sungai harus jernih, tanah harus subur, maka tentram damai sentausa semua rakyatnya)
“Gunung teu meunang dirempag, leuweung teu meunang dirusak”
(Gunung tidak boleh dihancurkan, hutan tidak boleh dirusak)
Kuil ( tempat peribadatan ) pemujaan Matahari hampir seluruhnya dibangun berdasarkan pola bentuk “gunungan” dengan landasan segi empat yang memuncak menuju satu titik. Boleh jadi hal tersebut berkaitan erat dengan salah satu pokok ajaran Sunda dalam mencapai puncak kualitas bangsa ( negara ) seperti Matahari yang bersinar terang, atau sering disebut sebagai “Opat Ka Lima Pancer” yaitu, empat unsur inti alam ( Api, Udara, Air, Tanah ) yang memancar menjadi “gunung” sebagai sumber kehidupan mahluk.
Menilik bentuk-bentuk simbolik serta orientasi pemujaannya maka dapat dipastikan bahwa piramida di wilayah Mesir-pun sesungguhnya merupakan kuil Matahari ( Sundapura ). Walaupun sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa piramid itu adalah kuburan para raja namun perlu dipahami bahwa raja-raja Mesir kuno dipercaya sebagai Keturunan Matahari/ Utusan Matahari/ Titisan Matahari/ ataupun Putra Matahari, dengan demikian mereka setara dengan “Putra Sunda” ( Utusan Sang Hyang Tunggal ).
Untuk sementara istilah “Putra Sunda” bagi para raja Mesir kuno dan yang lainnya tentu masih terdengar janggal dan aneh sebab selama ini sebutan “Sunda” selalu dianggap sebagai suku, ras maupun wilayah kecil yang ada di pulo Jawa bagian barat saja, istilah “Sunda” seolah tidak pernah terpahami oleh bangsa Indonesia pun oleh masyarakat Jawa Barat sendiri.
Tidak diketahui waktunya secara tepat, Sang Narayana Galuh Hyang Agung ( Galunggung ) mengembangkan dan mengokohkan ajaran Sunda di Jepang, dengan demikian RA atau Matahari begitu kental dengan kehidupan masyarakat Jepang, mereka membangun tempat pemujaan bagi Matahari yang disebut sebagai Kuil Nara ( Na-Ra / Api-Matahari ) dan masyarakat Jepang dikenal sebagai pemuja Dewi Amate-Ra-Su Omikami yang digambarkan sebagai wanita bersinar ( Astra / Aster / Astro / Astral / Austra ).
Tidak hanya itu, penguasa tertinggi “Kaisar Jepang” pun dipercaya sebagai titisan Matahari atau Putra Matahari ( Tenno ) dengan kata lain para kaisar Jepang-pun bisa disebut sebagai “Putra Sunda” ( Anak/ Utusan/ Titisan Matahari ) dan hingga saat ini mereka mempergunakan Matahari sebagai lambang kebangsaan dan kenegaraan yang dihormati oleh masyarakat dunia.
Dikemudian hari Jepang dikenal sebagai negeri “Matahari Terbit” hal ini disebabkan karena Jepang mengikuti jejak ajaran leluhur bangsa Nusantara, hingga pada tahun 1945 ketika pasukan Jepang masuk ke Indonesia dengan misi “Cahaya Asia” mereka menyebut Indonesia sebagai “Saudara Tua” untuk kedok politiknya.
Secara mendasar ajaran para leluhur bangsa Galuh dapat diterima di seluruh bangsa ( negara ) karena mengandung tiga pokok ajaran yang bersifat universal ( logis dan realistis ), tanpa tekanan dan paksaan yaitu :
Pembentukan nilai-nilai pribadi manusia (seseorang) sebagai landasan pokok pembangunan kualitas keberadaban sebuah bangsa ( masyarakat ) yang didasari oleh nilai-nilai welas-asih ( cinta-kasih ).
Pembangunan kualitas sebuah bangsa menuju kehidupan bernegara yang adil-makmur-sejahtera dan beradab melalui segala sumber daya bumi ( alam / lingkungan ) di wilayah masing-masing yang dikelola secara bijaksana sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
Pemeliharaan kualitas alam secara selaras yang kelak menjadi pokok kekayaan atau sumber daya utama bagi kehidupan yang akan datang pada sebuah bangsa, dan kelak berlangsung dari generasi ke generasi ( berkelanjutan ).
Demikian ajaran Sunda ( Sundayana / Surayana / Agama Matahari ) menyebar ke seluruh penjuru Bumi dibawa oleh para Guru Hyang memberikan warna dalam peradaban masyarakat dunia yang diserap dan diungkapkan ( diterjemahkan ) melalui berbagai bentuk tanda berdasarkan pola kecerdasan masing-masing bangsanya.
Ajaran Sunda menyesuaikan diri dengan letak geografis dan watak masyarakatnya secara selaras ( harmonis ) maka itu sebabnya bentuk bangunan suci ( tempat pemujaan ) tidak menunjukan kesamaan disetiap negara, tergantung kepada potensi alamnya. Namun demikian pola dasar bangunan dan filosofinya memiliki kandungan makna yang sama, merujuk kepada bentuk gunungan.
Di Indonesia sendiri simbol “RA” (Matahari/ Sunda) sebagai ‘penguasa’ tertinggi pada jaman dahulu secara nyata teraplikasikan pada berbagai sisi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Hal itu diungkapkan dalam bentuk ( rupa ) serta penamaan yang berkaitan dengan istilah “RA” ( Matahari ) sebagai sesuatu yang sifat agung maupun baik, seperti :
Konsep wilayah disebut “Naga-Ra / Nega-Ra”
Lambang negara disebut “Bende-Ra”
Maharaja Nusantara bergelar “Ra-Hyang”
Keluarga Kerajaan bergelar “Ra-Keyan dan Ra-Ha-Dian ( Raden )”.
Konsep ketata-negaraan disebut “Ra-si, Ra-tu, Ra-ma”
Penduduknya disebut “Ra-Hayat” (rakyat).
Nama wilayah disebut “Dirganta-Ra, Swarganta-Ra, Dwipanta-Ra, Nusanta-Ra, Indonesia (?) ”
Kemaharajaan ( Keratuan / Keraton ) Nusantara yang terakhir, “Majapahit” kependekan dari Maharaja-Pura-Hita ( Tempat Suci Maharaja yang Makmur-Sejahtera ) dikenal sebagai pusat pemerintahan “Naga-Ra” yang terletak di Kediri - Jawa Timur sekitar abad XIII ( 13 ) masih mempergunakan bentuk lambang Matahari, sedangkan dalam panji-panji kenegaraan lainnya mereka mempergunakan warna “merah dan putih” ( Purwa-Daksina ) yang serupa dengan pataka (‘bendera’) Indonesia saat ini.
Tidak terlepas dari keberadaan ajaran Sunda ( Matahari ) dimasa lalu yang kini masih melekat diberbagai bangsa sebagai lambang kenegaraan ataupun hal-hal lainnya yang telah ber-ubah menjadi legenda dan mitos, tampaknya bukti terkuat tentang cikal-bakal ( awal ) keberadaan ajaran Matahari atau kepercayaan “Sunda” itu masih tersisa dengan langgeng di Bumi Nusantara yang kini telah beralih nama menjadi Indonesia.
Di Jawa Kulon ( Barat ) sebagai wilayah suci tertua ( Mandala Hyang ) tempat bersemayamnya Leluhur Bangsa Matahari ( Pa-Ra-Hyang ) dikenal dengan kata Parahyangan hingga saat ini masih menyisakan penandanya sebagai pusat ajaran Sunda ( Matahari ), yaitu dengan ditetapkannya kata “Tji” ( Ci ) yang artinya CAHAYA di berbagai wilayah seperti Ci Beureum ( Cahaya Merah ), Ci Hideung ( Cahaya Hitam ), Ci Bodas ( Cahaya Putih ), Ci Mandiri ( Cahaya Mandiri ), dan lain sebagainya.
Namun sayang banyak ilmuwan Nusantara khususnya dari Jawa Barat malah menyatakan bahwa “Ci” adalah “cai” yang diartikan sebagai “air”, padahal jelas-jelas untuk benda cair itu masyarakat Jawa Barat jaman dulu secara khusus menyebutnya sebagai “Banyu” dan sebagian lagi menyebutnya sebagai “Tirta”
(*belum diketahui perbedaan diantara keduanya). Mari kita riset bersama... sejarah itu emang perlu diketahui biar ga ilang kepada keturunan keturunan kita kelak.
Sebutan “Ci” yang kelak diartikan sebagai “air” ( cai / nyai ) sesungguhnya berarti “cahaya / kemilau” yang terpantul di permukaan banyu ( tirta ) akibat pancaran “sinar” ( kemilau ). Masalah “penamaan / sebutan” seperti ini oleh banyak orang sering dianggap sepele, namun secara prinsip berdampak besar terhadap “penghapusan” jejak perjalanan sejarah para leluhur bangsa Galuh Agung pendiri kepercayaan Sunda ( Matahari ). Nah ini dia salah satu case yang dinamakan Distorsi SEJARAH.
Disarikan dari berbagai sumber
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Arti “Sunda” dalam Bahasa Sansakerta Menurut Bahasa Sansekerta yang merupakan induk bahasa-bahasa Austronesia, terdapat 6 (enam) arti kata Sunda, yaitu sebagai berikut:
Sunda dari akar kata “Sund” artinya bercahaya, terang benderang;
Sunda adalah nama lain dari Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam;
Sunda adalah nama Daitya, yaitu satria bertenaga besar dalam cerita Ni Sunda dan Upa Sunda;
Sunda adalah satria wanara yang terampil dalam kisah Ramayana;
Sunda dari kata cuddha artinya yang bermakna putih bersih;
Sunda adalah nama gunung dahulu di sebelah utara kota Bandung sekarang (Prof.Berg, juga R.P Koesoemadinata, 1959).
Arti “Sunda” dalam Bahasa Kawi Dalam Bahasa Kawi terdapat 4 (empat) makna kata “Sunda”, yaitu:
Sunda berarti “air”, daerah yang banyak air;
Sunda berarti “tumpukan” bermakna subur;
Sunda berarti “pangkat” bermakna berkualitas;
Sunda berarti ”waspada” bermakna hati-hati.
Arti “Sunda” dalam Bahasa Jawa Dalam Bahasa Jawa arti kata “Sunda” adalah sebagai berikut:
Sunda berarti “tersusun “ maknanya tertib;
Sunda berarti “bersatu” ( dua menjadi satu) maknanya hidup rukun;
Sunda berarti “angka dua” (cangdrasangkala), bermakna seimbang;
Sunda, dari kata “unda” atau “naik”, bermakna kualitas hidupnya selalu naik;
Sunda berasal dari kata “unda” yang berarti terbang, melambung, maknanya disini adalah semakin berkualitas.
Arti kata “Sunda” dalam Bahasa Sunda Orang Sunda juga memiliki beberapa arti tentang kata “Sunda” itu sendiri, yaitu:
Sunda, dari kata “saunda”, berarti lumbung, bermakna subur makmur;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti bagus;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti unggul;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti senang;
Sunda, dari kata “sonda” berarti bahagia;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati;
Sunda, dari kata “sundara”, berarti lelaki yang tampan;
Sunda, dari kata “sundari”, berarti wanita yang cantik;
Sunda, dari kata “sundara” nama Dewa Kamajaya: penuh rasa cinta kasih;
Sunda berarti indah.
Sunda dari akar kata “Sund” artinya bercahaya, terang benderang;
Sunda adalah nama lain dari Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam;
Sunda adalah nama Daitya, yaitu satria bertenaga besar dalam cerita Ni Sunda dan Upa Sunda;
Sunda adalah satria wanara yang terampil dalam kisah Ramayana;
Sunda dari kata cuddha artinya yang bermakna putih bersih;
Sunda adalah nama gunung dahulu di sebelah utara kota Bandung sekarang (Prof.Berg, juga R.P Koesoemadinata, 1959).
Arti “Sunda” dalam Bahasa Kawi Dalam Bahasa Kawi terdapat 4 (empat) makna kata “Sunda”, yaitu:
Sunda berarti “air”, daerah yang banyak air;
Sunda berarti “tumpukan” bermakna subur;
Sunda berarti “pangkat” bermakna berkualitas;
Sunda berarti ”waspada” bermakna hati-hati.
Arti “Sunda” dalam Bahasa Jawa Dalam Bahasa Jawa arti kata “Sunda” adalah sebagai berikut:
Sunda berarti “tersusun “ maknanya tertib;
Sunda berarti “bersatu” ( dua menjadi satu) maknanya hidup rukun;
Sunda berarti “angka dua” (cangdrasangkala), bermakna seimbang;
Sunda, dari kata “unda” atau “naik”, bermakna kualitas hidupnya selalu naik;
Sunda berasal dari kata “unda” yang berarti terbang, melambung, maknanya disini adalah semakin berkualitas.
Arti kata “Sunda” dalam Bahasa Sunda Orang Sunda juga memiliki beberapa arti tentang kata “Sunda” itu sendiri, yaitu:
Sunda, dari kata “saunda”, berarti lumbung, bermakna subur makmur;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti bagus;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti unggul;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti senang;
Sunda, dari kata “sonda” berarti bahagia;
Sunda, dari kata “sonda”, berarti sesuai dengan keinginan hati;
Sunda, dari kata “sundara”, berarti lelaki yang tampan;
Sunda, dari kata “sundari”, berarti wanita yang cantik;
Sunda, dari kata “sundara” nama Dewa Kamajaya: penuh rasa cinta kasih;
Sunda berarti indah.
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Nahh...sodarah sodarih...segitu dulu... Insya Allah akan banyak hal yang akan saya sampaikan terkait pembahasan SUNDA dan AGEMAN (AGAMA) SUNDA WIWITAN...
Wasalam
Wasalam
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Mana nih...? Gak ada yang berani nyanggah..? Kalo SUNDA Adalah Agama Pertama di Planet Bumi..???
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
mang odoy wrote:Mana nih...? Gak ada yang berani nyanggah..? Kalo SUNDA Adalah Agama Pertama di Planet Bumi..???
Ga ada dalil Al Qur'annya.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Kedunghalang wrote:mang odoy wrote:Mana nih...? Gak ada yang berani nyanggah..? Kalo SUNDA Adalah Agama Pertama di Planet Bumi..???
Ga ada dalil Al Qur'annya.
ha ha ha ha... ya udah..belum nyampe berarti... suaah sihh..taunya LONDON aama INDIA doang..
Silahkan minggir di luar ring aja.. makasih.
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Menurut Al Qur'an, agama Allah yang pertama di dunia itu adalah yang dibawa oleh Adam as (Al Baqarah 2:30/31).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
masih meraba2
Maksud mang odoy ... manusia yang pertama kali mengenal adanya konsep The One and Only ini adalah dari agama sunda
begitu kah maksudnya mang ??
Maksud mang odoy ... manusia yang pertama kali mengenal adanya konsep The One and Only ini adalah dari agama sunda
begitu kah maksudnya mang ??
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
dee-nee wrote:masih meraba2
Maksud mang odoy ... manusia yang pertama kali mengenal adanya konsep The One and Only ini adalah dari agama sunda
begitu kah maksudnya mang ??
YA... seperti yang saya jelaskan di awal.... SU NA DA = MATAHARI
Justeru di tret ini...saya pun bermaksud MENELUSURI... kenapa sampe terjadi DISTORSI akan MITOLOGI MATAHARI dan MITOLOGI ASTRONOMI dalam Sunda Wiwitan. Karena semua MITOLOGI dalam Sunda Wiwitan...sebenernya mempunyai MAKNA... dan tidak semata mata RIIL .... contoh .... DEWA UTAMA/POKOK turun ke Bumi dalam bentuk MANUSIA untuk menyelamatkan dosa umat manusia..
Silahkan dilanjut MERABA RABA nya,,,, tapi awas...jangan kecentilan yaa....
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Bismillahhirahmannirahimm..
Tulisan ini saya sengaja susun untuk membahas Sunda Wiwitan, apa dan bagaimana..dalam rangka MENGINGATKAN Orang Sunda KHUSUSNYA…. Indonesia pada umumnya… bahwa KARUHUN (Nenek Moyang) kita sudah terlebih dahulu punya suatu AGEMAN (Pegangan dalam Keimanan/Agama) . Tulisan ini juga dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpemahaman..bahwa INDIA lah yang telah meng AGAMA kan bangsa Indonesia dengan ajaran Hindu Budha nya.
Sebelum lebih jauh membahas masalah ini… ada baiknya saya buka dengan pendapat para pakar dibidangnya.
Prof. DR. Busthanul Arifin, S.H.
Mengatakan, Bagaimana konsep hukum dalam agama Islam?.
Ad-din ini sama bagi semua manusia, karena Allah adalah Esa dan ad-din yang diturunkan-Nya juga satu (Ali Imran ayat 3, Al-Anbiya ayat 24 dan Asy-Syura ayat 13). Kata kunci dari Al-Qur’an tetang ad-din ini adalah “aamanuu wa’amilush-shaalihaat”, beriman dan beramal baik dan sifat yang terkait dengan ad-din adalah adil.
Syari’at adalah metode atau cara menjalankan ad-din. Syari’at dapat juga disebut program implementasi dari ad-din. Jadi kalau Ad-din hanya satu dan seragam, program pelaksanaannya berbeda-beda sepanjang sejarah kemanusiaan. Setiap rasul membawa syari’atnya masing-masing. Ada syari’at Nabi Nuh, syari’at Nabi Musa, syari’at Nabi Isa dan lain-lain. Syarit’at Nabi Muhammad adalah syari’at yang mengukuhkan dan meluruskan (mush-shaddiqan) kembali syari’at-syari’at yang terdahulu, sekaligus syri’at terakhir yang diturunkan Allah. “…Untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” (Al-Maa’idah ayat 48).
DR. YUSUF QORDHOWI dalam kitabnya “Fiqhul Ikhtilaf”, mengatakan : ”Muhammad Rahimahullah berkata :”Demikian pula jika seorang awam diuji dengan suatu persoalan kemudian menanyakannya kepada fuqaha. Para fuqaha menfatwakan kepadanya dengan keputusan haram atau halal sedangkan hakim kaum Muslimin memutuskan kebalikannya, karena termasuk masalah yang diperselisihkan oleh para fuqaha”. Ia harus mengikuti keputusan Hakim dan meninggalkan fatwa para fuqaha”. Lihat dalam Hujjatullahi Balighah, 1/158-60.
Kalow ada yang bertanya..”Apakah Sunda Wiwitan ini SESUAI dengan Ajaran Nabi Muhammad dengan Quran nya,,???”
Mari kita kaji bersama…
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Ibrahim : 4)
JELAS..!! Selain Allah SWT menjadikan rupa rupa Suku dan Bangsa, Allah juga mengutus Rasul-Rasul Nya (Utusan Utusan Nya) kepada tiap tiap tiap suku bangsa..SESUAI DENGAN BAHASANYA MASING MASING.
Dan Rasul Rasul tersebut….ada yang diceritakan didalam Al-Quran…ada juga yang tidak.
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung (An-Nisa : 164)
Nabi dan Rasul yang diceritakan dalam Al-Quran…KEBANYAKAN berada di Jazirah Arab dan sekitarnya. Pun begitu kenapa Al-Quran diturunkan dalam Bahasa Arab…dikarenakan..Misi Pertama Ajaran Nabi Muhammad….ditujukan untuk Kaumnya terlebih dahulu (yang berbahasa Arab) untuk selanjutnya menyebar ke seantero penjuru Bumi..dan bahasa Arab dijadikan BAHASA PERSATUAN bagi semua pengikut Ajaran Muhammad, demi keselarasan dan keseragaman yang akan menciptakan suatu Harmoni dalam berkehidupan beragama.
Hal ini..seperti dijelaskan dalam Al-Quran..
SURAT ASY-SYUURA
42:7. Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
SURAT YUSUF
12:2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
SURAT MARYAM 19:97.
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.
SURAT FUSHILAT
41:3. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui (bahasa Arab),
41:44. Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab?.
Dari sini..kita bisa mengambil makna..bahwa BAHASA…adalah sebagai CIRI KHAS dari suatu SUKU/KAUM.
Jadi kita sebagai suatu Kaum..khususnya Orang Sunda…sudah menjadi kewajiban kita untuk mengagungkan,merawat dan menggali akan khasanan Ilmu Sunda, Bahasa Sunda, Adat Sunda, Ageman Sunda, dan Budaya Sunda. Ini dalam rangka menerima dan menjalankan TAKDIR kita sebagai Orang Sunda yang punya Bahasa Sunda. Karena tohh,….kita lahir ke alam dunya bukan atas kemauan kita jadi orang Sunda, semata mata atas Kehendak Sang Maha Hidup..kalow dalam bahasa Arab nya,… AL-HAYYU.
Kalow dalam bahasa Arab… Utusan Utusan Allah SWT disebut PARA NABI dan RASUL….
Kalow ditatar (daerah) PA SUNDA AN (Pasundan)….disebut PARA HYANGAN …artinya…Kumpulan orang orang yang sudah WANOH (tau/dekat) dengan Hyang Agung.. Sang Hyang Tunggal.
Segini dulu dari saya… Insya Allah disambung lagi…
Wasalam,
Tulisan ini saya sengaja susun untuk membahas Sunda Wiwitan, apa dan bagaimana..dalam rangka MENGINGATKAN Orang Sunda KHUSUSNYA…. Indonesia pada umumnya… bahwa KARUHUN (Nenek Moyang) kita sudah terlebih dahulu punya suatu AGEMAN (Pegangan dalam Keimanan/Agama) . Tulisan ini juga dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpemahaman..bahwa INDIA lah yang telah meng AGAMA kan bangsa Indonesia dengan ajaran Hindu Budha nya.
Sebelum lebih jauh membahas masalah ini… ada baiknya saya buka dengan pendapat para pakar dibidangnya.
Prof. DR. Busthanul Arifin, S.H.
Mengatakan, Bagaimana konsep hukum dalam agama Islam?.
Ad-din ini sama bagi semua manusia, karena Allah adalah Esa dan ad-din yang diturunkan-Nya juga satu (Ali Imran ayat 3, Al-Anbiya ayat 24 dan Asy-Syura ayat 13). Kata kunci dari Al-Qur’an tetang ad-din ini adalah “aamanuu wa’amilush-shaalihaat”, beriman dan beramal baik dan sifat yang terkait dengan ad-din adalah adil.
Syari’at adalah metode atau cara menjalankan ad-din. Syari’at dapat juga disebut program implementasi dari ad-din. Jadi kalau Ad-din hanya satu dan seragam, program pelaksanaannya berbeda-beda sepanjang sejarah kemanusiaan. Setiap rasul membawa syari’atnya masing-masing. Ada syari’at Nabi Nuh, syari’at Nabi Musa, syari’at Nabi Isa dan lain-lain. Syarit’at Nabi Muhammad adalah syari’at yang mengukuhkan dan meluruskan (mush-shaddiqan) kembali syari’at-syari’at yang terdahulu, sekaligus syri’at terakhir yang diturunkan Allah. “…Untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang…” (Al-Maa’idah ayat 48).
DR. YUSUF QORDHOWI dalam kitabnya “Fiqhul Ikhtilaf”, mengatakan : ”Muhammad Rahimahullah berkata :”Demikian pula jika seorang awam diuji dengan suatu persoalan kemudian menanyakannya kepada fuqaha. Para fuqaha menfatwakan kepadanya dengan keputusan haram atau halal sedangkan hakim kaum Muslimin memutuskan kebalikannya, karena termasuk masalah yang diperselisihkan oleh para fuqaha”. Ia harus mengikuti keputusan Hakim dan meninggalkan fatwa para fuqaha”. Lihat dalam Hujjatullahi Balighah, 1/158-60.
Kalow ada yang bertanya..”Apakah Sunda Wiwitan ini SESUAI dengan Ajaran Nabi Muhammad dengan Quran nya,,???”
Mari kita kaji bersama…
Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Ibrahim : 4)
JELAS..!! Selain Allah SWT menjadikan rupa rupa Suku dan Bangsa, Allah juga mengutus Rasul-Rasul Nya (Utusan Utusan Nya) kepada tiap tiap tiap suku bangsa..SESUAI DENGAN BAHASANYA MASING MASING.
Dan Rasul Rasul tersebut….ada yang diceritakan didalam Al-Quran…ada juga yang tidak.
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung (An-Nisa : 164)
Nabi dan Rasul yang diceritakan dalam Al-Quran…KEBANYAKAN berada di Jazirah Arab dan sekitarnya. Pun begitu kenapa Al-Quran diturunkan dalam Bahasa Arab…dikarenakan..Misi Pertama Ajaran Nabi Muhammad….ditujukan untuk Kaumnya terlebih dahulu (yang berbahasa Arab) untuk selanjutnya menyebar ke seantero penjuru Bumi..dan bahasa Arab dijadikan BAHASA PERSATUAN bagi semua pengikut Ajaran Muhammad, demi keselarasan dan keseragaman yang akan menciptakan suatu Harmoni dalam berkehidupan beragama.
Hal ini..seperti dijelaskan dalam Al-Quran..
SURAT ASY-SYUURA
42:7. Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
SURAT YUSUF
12:2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
SURAT MARYAM 19:97.
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur'an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.
SURAT FUSHILAT
41:3. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui (bahasa Arab),
41:44. Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab?.
Dari sini..kita bisa mengambil makna..bahwa BAHASA…adalah sebagai CIRI KHAS dari suatu SUKU/KAUM.
Jadi kita sebagai suatu Kaum..khususnya Orang Sunda…sudah menjadi kewajiban kita untuk mengagungkan,merawat dan menggali akan khasanan Ilmu Sunda, Bahasa Sunda, Adat Sunda, Ageman Sunda, dan Budaya Sunda. Ini dalam rangka menerima dan menjalankan TAKDIR kita sebagai Orang Sunda yang punya Bahasa Sunda. Karena tohh,….kita lahir ke alam dunya bukan atas kemauan kita jadi orang Sunda, semata mata atas Kehendak Sang Maha Hidup..kalow dalam bahasa Arab nya,… AL-HAYYU.
Kalow dalam bahasa Arab… Utusan Utusan Allah SWT disebut PARA NABI dan RASUL….
Kalow ditatar (daerah) PA SUNDA AN (Pasundan)….disebut PARA HYANGAN …artinya…Kumpulan orang orang yang sudah WANOH (tau/dekat) dengan Hyang Agung.. Sang Hyang Tunggal.
Segini dulu dari saya… Insya Allah disambung lagi…
Wasalam,
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Kedunghalang wrote:Menurut Al Qur'an, agama Allah yang pertama di dunia itu adalah yang dibawa oleh Adam as (Al Baqarah 2:30/31).
Dan Nabi Adam gedubrak nya di INDIA...???
terus punya cucu MGA..??
wkwkwkwk... sambung sambung in aja semuanya..biar rame...
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Panjaaang amaat mang..
Nyimak dulu ahh...
Nyimak dulu ahh...
wildan99Islam- LETNAN DUA
-
Age : 25
Posts : 1430
Kepercayaan : Islam
Location : bogor
Join date : 20.03.13
Reputation : 58
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
wildan99Islam wrote:Panjaaang amaat mang..
Nyimak dulu ahh...
bareng2 yah Dan ...
(tarik kursi duduk sebelah Wildan)
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
dee-nee wrote:wildan99Islam wrote:Panjaaang amaat mang..
Nyimak dulu ahh...
bareng2 yah Dan ...
(tarik kursi duduk sebelah Wildan)
Nyantei aja.... neng dini yang duluan dipanggil...
Ladies first...
Lalaki mah belakangan... ararateul... wkwkwkwmwm
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
Dipanggil ngapain sih mang ??? presentasi ??
Lah saya mah cuma nonton ... wong ga ngerti apa2
Lah saya mah cuma nonton ... wong ga ngerti apa2
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
dee-nee wrote:Dipanggil ngapain sih mang ??? presentasi ??
Lah saya mah cuma nonton ... wong ga ngerti apa2
cieee..... ILMU PADI nii yeee....
RENDAH DIRI .... NINGGIIN MUTU ...
mang odoy- KAPTEN
- Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86
Re: "SUNDA" ... ADALAH "AGAMA" PERTAMA DIDUNIA..!!
mang odoy wrote:SEGOROWEDI wrote:“ Hyang tunggal katua kana jali nganawi-nawi jalan kabeh alam sakabeh alam dia disanes kara hung kadia ahung “
kalau biologis ya emang tidak
HALAHHH...Komentar basiii...ape lu kate dahhhh...
Yang jelas..Sunda Wiwitan tidak mengenal teori gila..bahwa Sang Hyang Tunggal..turun ke bumi dalam bentuk Darah Daging plus kentut ...untuk menebus dosol manusia dengan darah..
sunda wiwitan ngomongin sosok 'adam'/tidak?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Halaman 1 dari 6 • 1, 2, 3, 4, 5, 6
Similar topics
» Kristen, agama paling malas didunia
» benarkah kristen adalah agama filsafat dan bukan agama yang diwahyukan langsung dari Tuhan?
» Ilmuwan: Yesus Kristus Adalah Mitos Yang Diciptakan Oleh Bangsawan Romawi Pertama
» pahala adalah istilah dalam agama hindu; di agama lain tidak dikenal istilah pahala
» dosa adalah istilah dalam agama hindu, di agama lain tidak dikenal istilah dosa
» benarkah kristen adalah agama filsafat dan bukan agama yang diwahyukan langsung dari Tuhan?
» Ilmuwan: Yesus Kristus Adalah Mitos Yang Diciptakan Oleh Bangsawan Romawi Pertama
» pahala adalah istilah dalam agama hindu; di agama lain tidak dikenal istilah pahala
» dosa adalah istilah dalam agama hindu, di agama lain tidak dikenal istilah dosa
Halaman 1 dari 6
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik