tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
Halaman 1 dari 1 • Share
tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
dari kecil saya di ajarkan doa iftitah ”Alahu akbar kabiira ….......... wa’ana minal muslimin” baik orang tua,,, guru ngaji,,, teman,,, bahkan guru sekolah madrasah waktu SD,,,
tadi pas googling nemu kalimat Doa iftitah ”Alahu akbar kabiira….wa’ana minal muslimin” tidak sah,,,
benarkah doa iftitah diatas tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,,??
ayo ayo pencerahannya shalat saya selama ini dalam masalah besar ne,,,
saya tidak maen maen,,!!!!!!!!
tadi pas googling nemu kalimat Doa iftitah ”Alahu akbar kabiira….wa’ana minal muslimin” tidak sah,,,
benarkah doa iftitah diatas tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,,??
ayo ayo pencerahannya shalat saya selama ini dalam masalah besar ne,,,
saya tidak maen maen,,!!!!!!!!
JN-SeJenis Tomat- SERSAN MAYOR
-
Age : 35
Posts : 250
Kepercayaan : Islam
Location : SumSel
Join date : 14.11.11
Reputation : 4
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
HUKUM MEMBACA DOA ISTIFTAH (IFTITAH)
Di dalam permasalahan shalat, madzhab Hanbali dan Hanafi mengenal istilah
'wajib' selain hukum fiqh yang masyhur dikenal seperti rukun, sunnah (mustahab),
mubah, makruh dan haram. Dan di dalam beberapa buku-buku fiqh, seperti Shahih
Fiqih Sunnah ataupun Panduan Fiqih Lengkap, istilah 'wajib' ini menjadi bab
tersendiri selain bab rukun ataupun sunnah-sunnah shalat.
Barangsiapa dengan sengaja meninggalkannya, sementara ia tahu bahwa ucapan atau
perbuatan tersebut wajib dilakukannya dalam shalat maka shalatnya tidak sah, ini
adalah pendapat madzhab Hanbali.
Madzhab Hanafi tidak berpendapat bahwa meninggalkan wajib shalat dengan sengaja
dapat membatalkan shalatnya, tetapi pelakunya berdosa. Adapun menurut madzhab
Maliki dan Syafi'i tidak ada wajib shalat, yang ada hanyalah rukun dan sunnah
shalat.
Berkaitan dengan membaca doa iftitah, menurut pendapat yang paling rajih, maka
wajib hukumnya memulai shalat dengan doa iftitah setelah takbir dan sebelum
membaca al Fatihah, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah berdasarkan sabda
Nabi ShallallaHu 'alaiHi wa sallam dalam hadits Rifa'ah bin Rafi' kepada orang
yang salah dalam shalatnya,
"Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang hingga berwudhu dengan sempurna
sesuai ketentuan. Kemudian bertakbir, memuji Allah dan menyanjung-Nya dan
membaca al Qur'an yang mudah dihafalnya..." (HR. Abu Dawud no. 859, an Nasai
II/2, at Tirmidzi no. 302 dan Ibnu Majah no. 460)
Sabda Nabi ShallallaHu 'alaiHi wa sallam, "Memuji Allah dan menyanjung-Nya",
secara zhahir adalah doa iftitah.
Imam ash Shan'ani mengatakan tentang hadits di atas, "Hadits ini adalah adalah
hadits yang sangat agung, yang biasa dikenal sebagai hadits al Musii' shalatahu
(orang yang tidak bagus shalatnya). Hadits ini mengajarkan kepada kita hal-hal
yang wajib dilakukan dalam shalat, sehingga ibadah shalat tidak akan sempurna
kecuali dengannya" (Subulus Salam hal. 429)
Ash Shan'ani juga berkata, "Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa memuji dan
menyanjung Allah setelah takbiratul ihram hukumnya wajib" (Subulus Salam I/312)
Juga pendapat yang menyatakan wajibnya adalah satu riwayat dari Ahmad dan
pendapat yang dipilih Ibnu Baththah (al Furu' I/413 dan al Inshaf II/120)
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat mengatakan, "Tentang hukumnya membaca doa
iftitah kebanyakan ulama menganggapnya sunnah selain ada juga yang berpendapat
hukumnya wajib. Saya setuju dengan pendapat yang mengatakan wajib berdasarkan
riwayat di bawah ini (kemudian beliau membawakan hadits Rifa'ah bin Rafi'
sebagaimana yang telah disebutkan di atas)" (al Masaa-il Jilid 1 hal. 292)
Adapun beberapa doa iftitah yang mudah dibaca dalam shalat adalah sebagai
berikut :
Dari Aisyah dan lainnya radhiyallaHu 'anHum bahwa apabila Nabi ShallallaHu
'alaiHi wa sallam memulai shalat beliau membaca,
"SubhaanakallaHumma wabihamdika, wa tabarakasmuka, wa ta'alaa jadduka, wa laa
ilaHa ghairuka" yang artinya "Maha suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha
berkah akan nama-Mu, tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau" (HR. Abu
Dawud no. 776, at Tirmidzi no. 243, an Nasai no. 132, Ibnu Majah no. 806 dan
lainnya, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam al Irwaa' no. 341)
Dalam hadits lain bacaan doa iftitah adalah,
"Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiiH" yang artinya "Segala
puji – pujian bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik lagi penuh berkah di
dalamnya" (HR. Muslim 2/99 dan Abu Dawud no. 763)
Maraji' :
1. Al Masaa-il Jilid 1, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press,
Jakarta, Cetakan Kelima, 1426 H/2005 M.
2. Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Syaikh Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi,
Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1426 H/Juli 2005 M.
3. Shahih Fiqih Sunnah Jilid 2, Syaikh Abu Malik Kamal as Sayyid Salim, Pustaka
Tazkia, Jakarta, Cetakan Pertama, Rajab 1427 H/Agustus 2006 M.
4. Subulus Salam Jilid 1, Imam ash Shan'ani, Darus Sunnah Press, Jakarta,
Cetakan Pertama, Juli 2006.
Semoga dapat Bermanfaat.
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/32057
Di dalam permasalahan shalat, madzhab Hanbali dan Hanafi mengenal istilah
'wajib' selain hukum fiqh yang masyhur dikenal seperti rukun, sunnah (mustahab),
mubah, makruh dan haram. Dan di dalam beberapa buku-buku fiqh, seperti Shahih
Fiqih Sunnah ataupun Panduan Fiqih Lengkap, istilah 'wajib' ini menjadi bab
tersendiri selain bab rukun ataupun sunnah-sunnah shalat.
Barangsiapa dengan sengaja meninggalkannya, sementara ia tahu bahwa ucapan atau
perbuatan tersebut wajib dilakukannya dalam shalat maka shalatnya tidak sah, ini
adalah pendapat madzhab Hanbali.
Madzhab Hanafi tidak berpendapat bahwa meninggalkan wajib shalat dengan sengaja
dapat membatalkan shalatnya, tetapi pelakunya berdosa. Adapun menurut madzhab
Maliki dan Syafi'i tidak ada wajib shalat, yang ada hanyalah rukun dan sunnah
shalat.
Berkaitan dengan membaca doa iftitah, menurut pendapat yang paling rajih, maka
wajib hukumnya memulai shalat dengan doa iftitah setelah takbir dan sebelum
membaca al Fatihah, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah berdasarkan sabda
Nabi ShallallaHu 'alaiHi wa sallam dalam hadits Rifa'ah bin Rafi' kepada orang
yang salah dalam shalatnya,
"Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang hingga berwudhu dengan sempurna
sesuai ketentuan. Kemudian bertakbir, memuji Allah dan menyanjung-Nya dan
membaca al Qur'an yang mudah dihafalnya..." (HR. Abu Dawud no. 859, an Nasai
II/2, at Tirmidzi no. 302 dan Ibnu Majah no. 460)
Sabda Nabi ShallallaHu 'alaiHi wa sallam, "Memuji Allah dan menyanjung-Nya",
secara zhahir adalah doa iftitah.
Imam ash Shan'ani mengatakan tentang hadits di atas, "Hadits ini adalah adalah
hadits yang sangat agung, yang biasa dikenal sebagai hadits al Musii' shalatahu
(orang yang tidak bagus shalatnya). Hadits ini mengajarkan kepada kita hal-hal
yang wajib dilakukan dalam shalat, sehingga ibadah shalat tidak akan sempurna
kecuali dengannya" (Subulus Salam hal. 429)
Ash Shan'ani juga berkata, "Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa memuji dan
menyanjung Allah setelah takbiratul ihram hukumnya wajib" (Subulus Salam I/312)
Juga pendapat yang menyatakan wajibnya adalah satu riwayat dari Ahmad dan
pendapat yang dipilih Ibnu Baththah (al Furu' I/413 dan al Inshaf II/120)
Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat mengatakan, "Tentang hukumnya membaca doa
iftitah kebanyakan ulama menganggapnya sunnah selain ada juga yang berpendapat
hukumnya wajib. Saya setuju dengan pendapat yang mengatakan wajib berdasarkan
riwayat di bawah ini (kemudian beliau membawakan hadits Rifa'ah bin Rafi'
sebagaimana yang telah disebutkan di atas)" (al Masaa-il Jilid 1 hal. 292)
Adapun beberapa doa iftitah yang mudah dibaca dalam shalat adalah sebagai
berikut :
Dari Aisyah dan lainnya radhiyallaHu 'anHum bahwa apabila Nabi ShallallaHu
'alaiHi wa sallam memulai shalat beliau membaca,
"SubhaanakallaHumma wabihamdika, wa tabarakasmuka, wa ta'alaa jadduka, wa laa
ilaHa ghairuka" yang artinya "Maha suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha
berkah akan nama-Mu, tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau" (HR. Abu
Dawud no. 776, at Tirmidzi no. 243, an Nasai no. 132, Ibnu Majah no. 806 dan
lainnya, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam al Irwaa' no. 341)
Dalam hadits lain bacaan doa iftitah adalah,
"Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiiH" yang artinya "Segala
puji – pujian bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik lagi penuh berkah di
dalamnya" (HR. Muslim 2/99 dan Abu Dawud no. 763)
Maraji' :
1. Al Masaa-il Jilid 1, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press,
Jakarta, Cetakan Kelima, 1426 H/2005 M.
2. Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Syaikh Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi,
Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1426 H/Juli 2005 M.
3. Shahih Fiqih Sunnah Jilid 2, Syaikh Abu Malik Kamal as Sayyid Salim, Pustaka
Tazkia, Jakarta, Cetakan Pertama, Rajab 1427 H/Agustus 2006 M.
4. Subulus Salam Jilid 1, Imam ash Shan'ani, Darus Sunnah Press, Jakarta,
Cetakan Pertama, Juli 2006.
Semoga dapat Bermanfaat.
http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/32057
bahdar- SERSAN MAYOR
-
Posts : 259
Kepercayaan : Islam
Join date : 23.12.11
Reputation : 5
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
bahdar wrote:
Adapun beberapa doa iftitah yang mudah dibaca dalam shalat adalah sebagai
berikut :
Dari Aisyah dan lainnya radhiyallaHu 'anHum bahwa apabila Nabi ShallallaHu
'alaiHi wa sallam memulai shalat beliau membaca,
"SubhaanakallaHumma wabihamdika, wa tabarakasmuka, wa ta'alaa jadduka, wa laa
ilaHa ghairuka" yang artinya "Maha suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha
berkah akan nama-Mu, tiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau" (HR. Abu
Dawud no. 776, at Tirmidzi no. 243, an Nasai no. 132, Ibnu Majah no. 806 dan
lainnya, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam al Irwaa' no. 341)
Dalam hadits lain bacaan doa iftitah adalah,
"Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiiH" yang artinya "Segala
puji – pujian bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik lagi penuh berkah di
dalamnya" (HR. Muslim 2/99 dan Abu Dawud no. 763)
bacaan doa Iftitah diatas bisa menjadi referensi saya buat kedepan,,,
namun saat memandang kebelakang,,,????
ada masalah,,,,,
tadi pas googling nemu kalimat Doa iftitah ”Alahu akbar kabiira….wa’ana minal muslimin” tidak sah,,,
JN-SeJenis Tomat- SERSAN MAYOR
-
Age : 35
Posts : 250
Kepercayaan : Islam
Location : SumSel
Join date : 14.11.11
Reputation : 4
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
Bisa dibawa kesini saja Bung, link atau tulisannya..??
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
Admin wrote:Bisa dibawa kesini saja Bung, link atau tulisannya..??
sebentar
,,, googling search ,,,
nah ini dia
http://rendyasylum.wordpress.com/2008/11/20/4-doa-iftitah/
Doa-doa iftitah yang
dibaca oleh Rasulullah Saw bermacam-macam, dalam doa iftitah Nabi Saw
mengucapkan pujian, sanjungan, dan kelimat keagungan untuk Allah. Doa
iftitah dipaerintahkan oleh Rasulullah sebagaimana dalam hadits :
“Tidak sempurna
shalat seseorang sebelum dia bertakbir, memuji Allah ‘azza wa jalla,
menyanjungnya, dan membaca ayat-ayat Al-Quran yang dihafalnya…”. (H.R
Abu dawud dan Hakim)
Macam-macam bacaan doa iftitah yaitu:
- Allahhuma baa’id baynii wa bayna khathaa yaa ya
kamaa baa’ad ta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min
khathaa yaa ya kamaa yunaqqatstsawbul abyadhdhu minaddanas,
Allahummaghsilnii min khathaa yaa ya bil maa I watstsalji wal
barad.
Artinya :
“
Ya Allah,jauhkanlah diriki dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau
telah menjauhkan timur dari Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari
kesalahan-kesalahanku seperti kain putih yang dibersihkan dari kotoran.
Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan
embun”. (H.R Abu dawud)
- wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal
ardh hanifammusliman wa maa anaa minal musyrikiina. Inna shalaati
wa nusukii wa mahyaa yaw a mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamin. Laa
syariika lahu wa bidzaa lika umirtu wa anaa awwalulmuslimiina.
Allahumma antal malik, laa ilaaha illaa antaa subhaa naka
wabihamdika anta wa a naa ‘abduka dhalamtu nafsii, wa’ taraftu
bidzanbii, faghfirlii dzanbi jamii’an innahu laa yaghfirudzdzunuba
illaa anta, wah dinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii liahsanihaa
illaa anta, washshrif ‘annii sayyiahaa laa yashshrifu ‘anni
sayyiahaa illaa anta labbayka wasa’ dayka, wal khayrukulluhu fii
yadayka. Wasysyarru laysa ilayka. Walmahdiyyu man hadayta. Anaa bika
ilayka laa manjaa wa laa malja-a minka illaa ilayka. Tabaarakta wa
ta’aa layka astaghfiruka wa atuubu ilayk
Artinya :
“
Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Pencipta seluruh langit dan bumi
dengan penuh kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik,
Shalatku, hidupku, dan matiku semata-mata untuk Allah. Tuhan
alam semesta, tiada sesuatupun menyekutuiNya. Demikianlah aku
diperintahkan dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim.
Ya Allah, Engkaulah penguasa, tiada Tuhan selain engkau semata-mata.
Engkau Maha suci dan Maha terpuji, Engkaulah Tuhanku dan akulah hambaMu,
Aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Sesungguhnya
Engkaulah yang berhak mengampuni semua dosa.Berilah aku petunjuk kepada
akhlaq yang paling baik, karena hanya Engkaulah yang dapat memberi
petunjuk kepada aklhaq yang terbaik an jauhkanlah diriku dari akhlaq
yang buruk, karena hanya Engkaulah yang dapat menjauhkan diriku dari
akhlak buruk. Aku Jawab seruanMu dan aku mohon pertolonganMu, Segala
kebaikan di tanganMu, sedang segala keburukan tidak datang dariMu, Orang
yang terpimpin adalah orang yang Engka beri petunjuk, Aku berada dalam
kekuasaanMu dan akan kembali kepadaMu. Tiada tempat memohon keselamatan
dan perlindungan dosa dari siksaMu kecuali hanya Engkau semata. Engkau
Maha Mulia dan Maha tinggi, Aku memohon ampun kepadaMu dan bertaubat
kepadaMu”. (HR Muslim)
- Sama dengan do’a diatas tetapi tanpa kalimat :
Anta rabbii wa anaa ’abduka. artinya :”Engkau Tuhanku dan aku hambaMu”
Dan beliau menambahnya dengan kalimat :
Allahumma
antal maliku laa illaa anta subhaanaka wa bihamdika. Artinya : ”Ya
Allah, Engkaulah Penguasa, tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau
dan Maha Terpuji:. (H.R Nasai)
- Subhaanaka Allahumma wabihamdika wa tabaa rakasmuka wa ta’aa laa jadduka wa laa ilaaha ghayruka.
Artinya :
”Maha
Suci Engkau Ya Allah, maha terpuji Engkau dan Maha Mulia namaMu serta
maha Tinggi kehormatanMu, tiada Tuhan selain Engkau semata-mata”. (HR
Abu dawud dan hakim)
Dan masih banyak riwayat yang shahih lainnya namun riwayat diatas merupakan yang paling sering Rasulullah Saw bacakan.
Doa iftitah (waj-jahtu) sampai (wa’ana minal muslimin)
Hadis
doa iftitah dengan ucapan waj-jahtu sampai akhir adalah riwayat sahabat
Nabi saw Ali bin Abi Thalib. Dalam kitab-kitab hadis (1) Turmudzi
12:308, (2)Muslim 1:299, (3)Abu ‘Awanah 2 :101, (4)Abu Dawud 1:121, (5)
Nasai 2 :130, (6)Ahmad 1:94, 102, (7)Asy-Sya’y 12 terdapat bahwa bacaan
doa iftitah itu dimulai dengan wajahtu dan akhirnya wa atubu ilaik.
Tidak
ada satu pun riwayat, baik dari Ali tersebut atau dari sahabat Mabi saw
yang lainnya bahwa doa tersebut sampai wa’ana minal muslimin saja. Dalam kitab Syarah al-Muhadzdzab 3:319 ada sebutan demikian :
“Kata
syaikh Abu Muhammad dalam kitab Tabshirah : Dan disunnatkan makmum
segerakan membaca waj-jahtu sampai lafaz wa ‘ana minal muslimin saja,
kemudian didengarkan bacaan imamnya”
Maksudnya
: makmum yang terlambat turut imam, apabila imam hampir akan membaca
al-fatihah, dianjurkan membaca waj-jahtu cepat-cepat sampai wa ana minal
muslimin. Hendaklah diketahui bahwa doa iftitah itu satu ibadat, suatu
ibadat itu tidak boleh kita kurangi atau tambah menurut perasaan atau
pendapat kita sendiri.
Kepada
saudara-saudara yang bermahdzab syafi’i kiranya pelu saya terangkan
bahwa sesudah menyebut hadis waj-jahtu sampai akhirnya yaitu wa atubu
ilaik, imam syafi’I berkata :
Dan
dengan ini semua (waj-jahtu sampai wa atubu ilaik)aku berpegang, dan
aku perintahkan, dan aku suka seorang kerjakannya, sebagaimana
diriwayatkan dari Rasulullah saw dan tidak boleh orang meninggalkan
sedikitpun darinya, dan supaya ia mengganti (wa ana awwalu mislimin)
dengan (wa ana minal muslimin), maka jika ia menambah padanya sesuatu
atau ia kurangi, aku tidak suka itu. (Al-Umm 1:92).
Kesimpulan
- Doa Iftitah boleh dibaca dengan memilih salah satu doa iftitah diatas.
- Doa iftitah ”Alahu akbar kabiira….wa’ana minal muslimin” tidak sah.
kesimpulan beliau yang no 2. keknya g nyaman waktu saya baca,,,,
JN-SeJenis Tomat- SERSAN MAYOR
-
Age : 35
Posts : 250
Kepercayaan : Islam
Location : SumSel
Join date : 14.11.11
Reputation : 4
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
Saya rasa, kesimpulan si Penulis yang mengatakan tidak sah itu sangat terburu-buru...
dan jelas tidak bisa diyakini benar begitu saja...
Apakah itu akan berakibat kepada Sholatnya yang menjadi Tidak SAH secara keseluruhan atau bagaimana..??
Nah loh..
'Ilmu saya belum kesampean,.. untuk membahas ini...
Untuk menyatakan yang mana paling sahih itu merupakan tugas ulama berdasarkan pemahaman, istinbat mereka terhadap
hadist yang beragam tentang do'a iftitah ini...
dan jelas tidak bisa diyakini benar begitu saja...
Apakah itu akan berakibat kepada Sholatnya yang menjadi Tidak SAH secara keseluruhan atau bagaimana..??
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ
إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَلاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ.
Allah yang Maha Besar dan segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha suci Allah pagi dan petang. Aku hadapkan mukaku bagi Tuhan yang mencipta tujuh petala langit dan bumi, cenderung kepada penyerahan dan tidaklah aku daripada golongan orang yang musyrik. Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku, matiku adalah untuk Allah Tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu (apabila) aku disuruh dan aku adalah tergolong dari golongan Islam.[ Ismail
Kamus, Panduan Fardhu ‘Ain (At Tafkir Enterprise,
Kuala Lumpur, 1997), ms. 57-58]
Namun begitu, setelah diteliti doa iftitah di atas, maka dapati tidak wujud satu hadispun yang sahih datangnya dari Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang menunjukkan baginda shalallahu 'alaihi wasallam mengajar cara pembacaan sedemikian rupa. Setakat kajian penulis, yang wujud hanyalah hadis-hadis yang seakan-akan sama dengan cara pembacaan di atas tetapi ianya terpisah-pisah dan diambil sekerat sahaja. Mari kita lihat hadis-hadis tersebut:[
Catitan Penyunting:
Di sini
hadis-hadis diringkaskan kecuali terhadap bacaan itu
sendiri. Ini supaya para pembaca dapat mengamalkan terus
bacaan-bacaan tersebut]
Pertama:
Dari Ibn 'Umar, dia berkata: “Sedang kami bersolat bersama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, salah seorang dari kami mengucapkan:
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً.
“Allah yang Maha Agung lagi Maha Besar
dan segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Maha suci Allah pagi dan petang.”
Bersabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam: “Siapa yang telah mengucapkan kalimat begini dan begini?”
Salah seorang dari kami menjawab: “Saya, wahai Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.”
Baginda berkata: “Ianya (ucapan tersebut) telah membangkitkan rasa ajaib kepada aku kerana pintu-pintu syurga telah terbuka disebabkan oleh ucapan itu.”
Ibn 'Umar berkata: “Aku tidak pernah meninggalkan ucapan tersebut semenjak mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata begitu.”[
Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahihnya,
hadis no. 601]
Kedua:
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anh, dia berkata: “Bila Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berdiri hendak mengerjakan solat, diucapkannya takbir kemudian dibacanya:
.وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِين.َ
إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.َ
لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي
وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا
إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
وَاهْدِنِي لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang mencipta seluruh langit dan bumi, dengan sepenuh penyerahan dan bukanlah aku daripada golongan orang yang musyrik. Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku, matiku adalah untuk Allah Tuhan sekalian alam.
Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintah dan aku tergolong dari golongan Islam.
Ya Allah, Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah membuat aniaya terhadap diriku dan mengakui kesalahanku, maka ampunilah dosaku kesemuanya, dan tiadalah yang dapat mengampuni dosa-dosaku itu melainkan Engkau.
Dan tunjukilah aku kepada akhlak terbaik, tak ada yang akan menuntun kepada akhlak yang terbaik itu kecuali Engkau; dan jauhkanlah aku dari akhlak yang jelek, tak ada yang dapat menjauhkan aku dari akhlak yang jelek itu melainkan engkau.
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah dan aku patuhi perintah-Mu.
Dan kebaikan itu seluruhnya berada dalam Tangan-Mu sedangkan kejahatan itu tak dapat dipergunakan untuk menghampirkan diri kepada-Mu.
Aku milik-Mu, kepada-Mu-lah yang Maha Berkat lagi Maha Tinggi, aku meminta ampun dan bertaubat.”[
Sahih: Dikeluarkan oleh Muslim di dalam Shahihnya,
hadis no. 771.]
Nah loh..
'Ilmu saya belum kesampean,.. untuk membahas ini...
Untuk menyatakan yang mana paling sahih itu merupakan tugas ulama berdasarkan pemahaman, istinbat mereka terhadap
hadist yang beragam tentang do'a iftitah ini...
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
اللَّهُ
أكْبَرُ كَبِيراً، وَالحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً، وَسُبْحَانَ اللّه
بُكْرَةً وَأصِيلاً، وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ حَنِيفاً مُسْلِماً وما أنا من المُشْرِكِينَ، إنَّ صَلاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبّ العالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وأنَا مِنَ المُسْلِمينَ، اللَّهُمَّ أنْتَ المَلكُ
لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وأنا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي
واعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فاغْفِرْ لي ذُنُوبِي جَمِيعاً، فإنَّهُ لاَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ، وَاهْدِني لأحْسَنِ الأخْلاقِ لا
يَهْدِي لأحْسَنها إلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَها لا يَصْرِفُ
سَيِّئَها إِلاَّ أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ والخَيْرُ كُلُّهُ في
يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أنا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبارَكْتَ
وَتعالَيْتَ، أسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ.
Ini perkataan Imam Nawawi
Fasal (Ini satu Fasal):
Inilah apa yang warid (datang) daripada dzikir2 dalam doa tawajjuh (doa iftitah), maka disukai himpunkan semuanya bagi mereka yang bersolat bersendirian , juga bagi imam yang diberi izin oleh para makmum. Ada pun apabila mereka tidak mengizinkan baginya (bagi imam) maka tidak boleh dia (imam) memanjangkan (bacaan) keatas mereka, bahkan dipendekkan sebahagian daripadanya, dan eluk memendekkannya (sekadar membaca) : وجّهت وجهي
sehingga من المسلمين
Begitu juga orang yang bersolat bersendirian yang mengutamakan takhfif (meringankan/meringkaskan/memendekkan bacaan).
disukai disana maksud dari bahasa Indonesianya dalah Sunnah..
أكْبَرُ كَبِيراً، وَالحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً، وَسُبْحَانَ اللّه
بُكْرَةً وَأصِيلاً، وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضَ حَنِيفاً مُسْلِماً وما أنا من المُشْرِكِينَ، إنَّ صَلاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبّ العالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وأنَا مِنَ المُسْلِمينَ، اللَّهُمَّ أنْتَ المَلكُ
لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وأنا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي
واعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فاغْفِرْ لي ذُنُوبِي جَمِيعاً، فإنَّهُ لاَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ، وَاهْدِني لأحْسَنِ الأخْلاقِ لا
يَهْدِي لأحْسَنها إلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَها لا يَصْرِفُ
سَيِّئَها إِلاَّ أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ والخَيْرُ كُلُّهُ في
يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أنا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبارَكْتَ
وَتعالَيْتَ، أسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ.
Ini perkataan Imam Nawawi
فصل: هذا ما ورد من الأذكار في دعاء التوجه، فيستحبّ الجمع بينها كلها لمن صلى منفرداً، وللإِمام إذا أذن له المأمومون. فأما إذا لم يأذنوا له فلا يطوِّل عليهم بل يقتصر على بعض ذلك، وحَسُنَ اقتصارُه على: وجّهت وجهي إلى قوله: من المسلمين، وكذلك المنفرد الذي يُؤثر التخفيف.
Fasal (Ini satu Fasal):
Inilah apa yang warid (datang) daripada dzikir2 dalam doa tawajjuh (doa iftitah), maka disukai himpunkan semuanya bagi mereka yang bersolat bersendirian , juga bagi imam yang diberi izin oleh para makmum. Ada pun apabila mereka tidak mengizinkan baginya (bagi imam) maka tidak boleh dia (imam) memanjangkan (bacaan) keatas mereka, bahkan dipendekkan sebahagian daripadanya, dan eluk memendekkannya (sekadar membaca) : وجّهت وجهي
sehingga من المسلمين
Begitu juga orang yang bersolat bersendirian yang mengutamakan takhfif (meringankan/meringkaskan/memendekkan bacaan).
disukai disana maksud dari bahasa Indonesianya dalah Sunnah..
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
So,,,,,,,,,,,,,???
JN-SeJenis Tomat- SERSAN MAYOR
-
Age : 35
Posts : 250
Kepercayaan : Islam
Location : SumSel
Join date : 14.11.11
Reputation : 4
Re: tidak sah/kurang lengkap atau tidak boleh,,,??
kita tunggu saja pendapat rekan lain,..JN-SeJenis Tomat wrote:So,,,,,,,,,,,,,???
menurut saya tuduhan bacaan do'a tersebut yang TIDAK SAH, lantaran masih kurang atau belum lengkap bacaannya, masih SANGAT TERBURU-BURU...padahal do'a iftitah ini banyak versinya dari berbagai Hadist,
nah yang sering dipelajari atau dihafal Umat Muslim Indonesia umumnya adalah do'a Iftitah (yang dari Allohu akbar kabiroo sampai wa ana minal muslimin) itu adalah do'a yang sudah digabungkan dari beberapa Hadist, dan serasa saya jika itu masih bersumber dari berbagai Hadist dan makna bacaan adalah tetap memuji dan menyanjung Allah SWT, Insya Allah tidaklah salah..
"Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang hingga berwudhu dengan sempurna
sesuai ketentuan. Kemudian bertakbir, memuji Allah dan menyanjung-Nya dan
membaca al Qur'an yang mudah dihafalnya..." (HR. Abu Dawud no. 859, an Nasai
II/2, at Tirmidzi no. 302 dan Ibnu Majah no. 460)
Bagaimana pendapat rekan yang lain..kita tunggu saja, semoga kita mendapat berkah atas diskusi ini dan Insya Allah akan mendapat kesimpulan segera..
Mbah Abu, Sun-moon, Bung FM, amang, musicman, bakul kopi..dll
Similar topics
» Mending mana: Muslim pandai, jujur adil ATAU kafir kurang pandai, korupsi, dan tidak adil
» Alissa Wahid: MUI itu Ornop, Fatwanya Boleh Diikuti Boleh Tidak
» Bagaimana kaya dalam 3 tahun atau kurang Tung Desem Waringin - www robianto net
» istri tidak boleh minta cerai
» Kenapa non muslim tidak boleh masuk ke mekkah?
» Alissa Wahid: MUI itu Ornop, Fatwanya Boleh Diikuti Boleh Tidak
» Bagaimana kaya dalam 3 tahun atau kurang Tung Desem Waringin - www robianto net
» istri tidak boleh minta cerai
» Kenapa non muslim tidak boleh masuk ke mekkah?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik