menyambut ramadhan
Halaman 1 dari 1 • Share
menyambut ramadhan
أََلْحَمْدُ لِلّلهِ الَّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ وَشَهْرَ التَّوْبَةِ ، وَاَّلذِيْ أَنْزَلَ الْقُرْآنَ فِيْه بِوَصِيْلَةِ الْمَلاَئِكَةِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ مِنْ شَرِّ هَمَزَاتِ الشَّيْطَانِ وَالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ، أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، أَمَّا بَعْدْ :
فَيَا أِيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، و اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ أَنْزَلَ الرَّحْمَةَ فِيْ الشَّهْرِ الْمُبَارَكَةِ ، وَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْأنِ الْكَرِيْمِ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إذَا رَأيْتُمُ الْهِلَا لَ فَصُوْمُوا وَإذَا رَأيْتُمُوْهُ فَأفْطرُوْا فإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوا ثَلا ثِيْنَ يَوْمًا
Hadirin sidang jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah
Kini kita berada di penghujung bulan Sya’ban dan beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan. Maka selayaknya kita tidak perlu menunda lagi untuk meningkatkan keshalihan. Ini adalah waktu-waktu yang tepat untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Maka mulai sekarang marilah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah, semakin giat beribadah dan semakin jauh meninggalkan larangan-larangan Allah.Senantiasa berdoa sebagaimana ajaran Rasulullah SAW :
أَللَّهُمَّ بَارِكْلَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkatilah kehidupan kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah usia kami hingga bulan Ramadhan.
Kemudian ketahuilah wahai saudara-saudara seiman yang dimuliakan Allah, bahwa di antara nikmat terbesar yang dikaruniakan oleh Allah kepada para hamba-Nya adalah kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karenanya, para hamba mesti berbahagia menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh rasa syukur dan keridhoan. Sesuai firman Allah :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Bulan Ramadhan, adalah diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
Maka siapa pun yang masih dapat menjumpai bulan Ramadhan, maka hendaklah ia berpuasa.
Sementara beberapa hari lagi kita telah memasuki bulan ramadhan, maka marilah kita senantiasa menyongsong kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh suka cita. Mempersiapkan segala potensi fisik, materi dan ruhani untuk mengagungkan bulan Allah ini. Bila telah masuk awal Ramadhan, marilah berdoa kepada Allah, agar dikarunia keselamatan keimanan dan kehusyukan beribadah selama sebulan penuh.
Para ulama terdahulu mencontohkan bahwa, sejak mendekati hari-hari terakhir bulan Sya’ban, mereka senantiasa meningkatkan amalan-amalan kebaikan seraya berdoa, ”Ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini (Ramadhan) keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Berikanlah kepada kami, taufik dan i’anah-Mu agar kami mampu melakukan amalan-amalan yang Engkau cintai dan Engkau ridhai.”
Dan bila telah datang bulan Ramadhan nanti, marilah kita ikuti sabda rasulullah SAW :
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR. Ahmad)
Hadirin, Ikhwanul Muslimin Rahimakumullah
Puasa pada bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam. Kewajiban puasa Ramadhan berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah dan Ijma'.
Landasan al-Qur’an sebagaimana telah kita dengarkan bersama tadi dalam firman Allah yang tercantum di dalam surat al-Baqarah ayat 185
Sedangkan landasan hadits, tak berbilang banyaknya, salah satunya adalah sabda Rasulullah SAW :
بُنِيَ الإسْلاَ مُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةُ أنْ لاَ إلَهَ إلا الله وَأنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإقَامِ الصَّلا ةَ وَإيْتاَءِ الزَّكَاةِ وَالحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam berasaskan lima perkara, yaitu bersaksi tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa dibulan Ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Lalu mungkin kita akan bertanya Tanya, bilamanakah bulan Ramadha datang, dan kapankah kita akan memulai berpuasa Ramadhan?
Maka ketahuilah wahai saudara-saudara sekalian, Datangnya bulan Ramadhan dapat ditetapkan dengan dua jalan, pertama dengan terlihatnya hilal dan yang kedua adalah setelah menggenapkan bulan Sya'ban hingga 30 hari.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
إذَا رَأيْتُمُ الْهِلَا لَ فَصُوْمُوا وَإذَا رَأيْتُمُوْهُ فَأفْطرُوْا فإنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَصُوْمُوا ثَلا ثِيْنَ يَوْمًا
Apabila kalian melihat hilal (bulan sabit penanda awal Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (pada awal bulan Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka berpuasalah 30 hari. (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:
الصَّوْمُ يَومٌ تَصُوْمُوْنَ وَاْلفِطْرُ يَوْمٌ تُفْطِرُوْنَ وَالْأضْحَى يَوْمٌ تُضَحُّوْنَ
Puasa itu adalah pada hari kalian semua berpuasa, dan lebaran itu pada hari kalian berbuka, sedangkan Idul Adha adalah pada saat kalian semua berqurban. (HR. Tirmidzi)
Berdasarkan hadits ini kita dianjurkan agar menjaga persatuan dan persaudaraan sesama umat Islam, jangan terpecah belah dan saling bermusuhan, hanya karena perbedaan waktu penentuan awal Ramadhan dan hari raya.
Hadirin jamaah Juma’t yang berbahagia
Lalu siapa sajakh orang-orang yang diwajibkan untuk menjalankan puasa?
Mereka adalah orang-orang yang telah menetapi syarat dan rukun puasa, yakni pertama, ia harus orang Islam, Baligh (cukup umur) dan Berakal (tidak hilang akal)
Sedangkan rukun puasa adalah, pertama adanya niat yang harus telah dilakukan pada setiap malam bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّياَمَ قَبْلَ الفَجْرَ فَلا صِيَامَ لَهُ
Barang siapa tidak berniat puasa pada malam sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. (HR. Nasai)
Sedangkan rukun yang kedua adalah : Menahan diri. Yaitu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa seperti : makan, minum dan bersetubuh dari waktu mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari.
Kemudian yang perlu dikatahui adalah, hal-hal yang membatalkan puasa. Jika kita melakukan hal-hal berupa Makan, minum dan bersetubuh dengan sengaja.
Atau terdapat sesuatu yang masuk sampai ke tenggorokan, baik berkumur ketika wudhu atau menelan sesuatu benda dan yang lainnya. Tentu batallah puasa kita.
Hal lain yang membatalkan puasa adalah keluar mani dengan sengaja, seperti karena berlama-lama memandang wanita, baik wanita yang halal bagina maupun bukan, mengkhayal, berciuman atau bersentuhan dengan wanita sehingga keluar mani. Serta Muntah dengan sengaja.
Rasulullah SAW bersabda:
وَمَنْ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ
Barangsiapa muntah dengan sengaja maka wajib mengqadha' (puasanya). (HR. Tirmidzi). Adapun muntah tanpa sengaja, tidak membatalkan puasa.
Tidak bemiat puasa pada malam harinya, juga membatalkan puasa. Keluamya darah haid atau nifas. Murtad serta Hilang akal atau gila,a dalah juga membatalkan puasa. Karenanya kita harus senantiasa bertindak hati-hati selama menjalankan ibadah puasa.
Sedangkan orang-orang yang diperbolehkan tidak menjalankan ibadah puasa ada beberapa kategori, yakni :
1. Wanita hamil, sesuai dengan petunjuk dokter.
2. Wanita yang sedang menyusui, seperti haInya wanita hamil.
3. Musafir, orang yang bepergian jauh bukan untuk tujuan maksiat. Setelah itu wajib mengqadha' puasa yang ditinggalkannya.
4. Orang lanjut usia yang tidak sanggup lagi berpuasa. Sebagai gantinya dia harus membayar fidyah setiap hari dengan memberi makan kepada satu orang miskin.
Maka setelah mengtahui segala hal yang terkait dengan puasa Ramadhan, marilah kita bersiap menyambut bulan Ramadhan demi menunaikan salah satu rukun Islam. Marilah kita sambut bersama bulan penuh berkah dan penuh ampunan Allah ini dengan penuh rasa suka cita dan keikhlasan beribadah.
Sebagaimana Allah dan Rasulullah telah menyatakan keagungan bulan Ramadhan dalam surat al-Baqarah ayat 185 di atas. Serta sabda Rasulullah SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِِ
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: menyambut ramadhan
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَذِى جَعَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرَ الْخَيْرَاتِ وَالْبَرَكََةِ شَهْرَ الطَّاعَاتِ وَالْمَبَرَّاتِ شَهْرَ الصّيَامِ وَالْقِيَامِ وَأشْهَدُ أنْ لا اِلهَ اِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنْفَرِدُ بِالْوَحْدَانِيّةِ وَالْقُدْرَةِ الّذِى فَضَّلَ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالاَيَّامِ عَلَى بَعْضٍ وَجَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مِنَ الشُّهُوْرِالْعِظَامِ وَأيَّامَهُ مِنَ الايَّامِ الْكِرَامِ وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى أرْسَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اللّهُمَّ صَلي وِسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّهِمْ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ وَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَاِنَّ مَصِيْرَهَا اِلَى الزَّوَالِ
Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Puja dan puji syukur kepada Allah karena pada tahun ini kita kita diberi kesempatan kembali untuk bertemu dengan tamu yang sangat mulia, yakni bulan suci Ramadhan. Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama menyambut bulan suci ini dengan ucapan ahlan wa sahlan wa marhaban ya ramadhan, selamat datang Ramadahan 1428 H, bulan yang dimuliakan Allah, bulan yang penuh dengan barokah dan ampunan.
Perintah untuk menyambut bulan ini dengan penuh rasa kegembiraan termaktub dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
قَدْ آتََاكُمْ رَمَضَانُ سَيِّدُ الشُّهُوْرِ فَمَرْحَبًا بِهِ وَاَهْلاً جَاءَ شَهْرُ الصِّيَامِ بِبَرَكَاتٍ فَأكْرِمْ بِهِ
Artinya: "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka hendaklah engkau mengucapkan selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa dengan segenap berkah di dalamnya maka hendaklah engkau memuliakannya."
Bulan ini adalah bulan yang diberkati, bulan ini adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, bulan ini adalah bulan terjadinya peristiwa Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan dan di bulan juga merupakan bulan dimana pintu maghfirah (ampunan) dibuka selebar-lebarnya serta segenap amal kebajikan dilipatgandakan pahalanya. Mengingat betapa mulianya bulan ini, maka alangkah bahagianya jika pada momentum Ramadhan ini kita dapat bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita serta mengisinya dengan segala kebajikan.
Sidang Jum'at yang dimuliakan Allah
Dari seluruh keistimewaan Ramadhan, yang paling penting bagi kehidupan umat manusia terletak pada kewajiban untuk melaksanan puasa sebagaimana firman Allah SWT:
يا ايُّهَا الّذِيْنَ امَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Albaqarah 2: 183)
Dalam ayat ini, tersirat makna bahwa sebenarnya puasa bukanlah ibadah yang baru dilaksanakan ketika kedatangan Islam akan tetapi sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Para pakar perbandingan agama mendapatkan data bahwa sebelum mengenal agama Samawi, orang-orang Mesir kuno, orang-orang Yunani dan Romawi telah mengenal puasa. Demikian juga dengan orang-orang Majusi, Budha, Yahudi dan Kristen. Dalam karyanya "al-Fahrasat" Ibnu Nadim menyebutkan bahwa orang-orang Majusi berpuasa tiga puluh hari dalam setahun. Mereka juga melakukan puasa-puasa sunnah yang ditujukan sebagai penghormatan kepada bulan, Mars dan Matahari. Sementara At-Thabari dalam tafsirnya, Jami` al-Bayan, menyebutkan bahwa seluruh pemeluk agama samawi (ahl kitab) diwajibkan oleh Allah untuk melaksanakan puasa.
Barangkali terdapat perbedaan mengenai tata cara berpuasa antara satu agama dengan agama lainnya. Namun yang penting untuk kita camkan, dipraktekkannya model ibadah dengan cara menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu oleh agama-agama dan umat manusia dari rentang masa yang satu ke rentang masa berikutnya menegaskan bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat universal. Ia dipandang sebagai jalan yang sangat efektif dalam dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sedangkan dalam Islam, puasa memiliki keistimewaan yang berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfiman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ اِلا الصَّوْم فَاِنَّهُ لِي وَاَنَا أجْزِي بِهِ
"Semua amal anak Adam (manusia) untuk dirinya sendiri kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
Ketika melaksanakan puasa, sebenarnya tidak ada yang dapat mengetahui apakah seseorang sedang berpuasa atau tidak. Tidak menutup kemungkinan adanya orang yang terlihat berpuasa namun sebenarnya ia tidak melaksanakan ibadah puasa. Ketika sepi dari orang lain bisa saja ia makan, minum atau mengumbar hawa nafsu tanpa sepengetahuan orang lain. Pendek kata, hanya si pelakulah yang mengetahuinya apakah ia sedang berpuasa atau tidak. Lalu apakah yang membuat seseorang tetap menjaga puasanya? Satu-satunya jawaban adalah keimanan yang terpatri dalam jiwanya.
Dalam konteks ini, puasa sebenarnya adalah latihan dan uji kesadaran akan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, Dzat yang mengetahui dan mengawasi segenap tingkah laku manusia, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Jika seseorang yang berpuasa betul-betul berdasarkan motivasi keimanan nan dapat menjaga tindak tanduknya selama berpuasa maka ia akan mendapatkan pencerahan ruhani dan dikembalikan kepada fitrahnya sebagai manusia, makhluk yang mulai tanpa bercak noda dan dosa sebagaimana sabda Rasulullah:
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وسَنَّنَ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ
Artinya: "Bulan ramadhan, bulan dimana Allah telah mewajibkan kamu sekalian berpuasa dan aku sunnahkan kamu untuk melaksanakan sholat malam. Barangsiapa puasa Ramadhan dan sholat malam dengan dasar iman dan ihtisab, dia telah keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dia dilahirkan oleh ibunya."
Sidang Jum'at yang berbahagia
Memang benar bahwa melaksanakan ibadah puasa bukanlah sesuatu yang mudah karena membutuhkan latihan fisik dan psikologis. Namun perlu juga disadari bahwa tidak ada sebuah keuntungan besar yang didapatkan dengan upaya yang ala kadarnya. Sebaliknya setiap keuntungan besar hampir dapat dipastikan merupakan buah dari kerja keras dengan dukungan dengan modal yang besar pula.
Demikian juga dengan puasa Ramadhan. Di bulan ini, fisik kita dilatih menahan lapar dan haus agar kita juga peka terhadap penderitaan orang-orang miskin. Kita juga ditekankan untuk mengeluarkan infak dan sedekah dari kelebihan harta yang kita miliki. Kesemuanya itu pada dasarnya adalah sebuah pendidikan keimanan agar kita dapat merenung eksistensi diri kita sebagai manusia dan hamba Allah. Lebih jauh lagi agar kita memahami tugas kita sebagai umat Islam yang tidak hanya bertanggungjawab kepada diri kita sendiri akan tetapi juga memiliki tanggung jawab atas umat Islam yang lainnya.
Ibadah seperti memberi infak dan shodaqah kepada orang-orang yang miskin dan membutuhkan merupakan ibadah yang sangat penting, bukan saja di bulan Ramadhan namun seharusnya juga selalu dilakukan di luar bulan Ramadhan. Karena memperhatikan dan memabantu orang lain yang membutuhkan pertolongan dapat mengasah kepekaan kita serta mempererat tali silaturrahmi dan solidaritas sesama umat Islam. Dalam beberapa kesempatan kesempatan Rasulullah SAW bersabda: "Muslim satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lainnya; Tidak sempurna iman salah satu dari kalian hingga ia mampu mencinta saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri; Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya."
Di samping itu, puasa juga merupakan benteng yang menggiring manusia untuk berfikir sehat dan menekan hawa nafsunya. Rasulullah sendiri mengibaratkan puasa sebagai "junnah" atau perisai. Dalam sebuah hadis beliau bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَاِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفَثُ وَلا يَصْخَبُ فَاِنْ سَابَّهُ أحَدٌ أوْ قَاتَلَهُ فَالْيَقُلْ اِنِّى صَائِمٌ
Artinya: "Puasa adalah perisai. Jika salah satu dari kalian sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan mengeraskan perkataan. Jika seseorang mencacinya atau menantangnya maka hendaklah ia berkata: 'sesungguhnya aku sedang berpuasa."
Berfikir sehat, pengendalian emosi serta menahan amarah dan hawa nafsu ini merupakan hal yang sangat penting dalam puasa. Karena sebagai seorang yang sedang berpuasa maka ia harus dapat memlihara seluruh panca inderanya untuk tidak melakukan larangan Allah, terutama tidak melakukan hal-hal yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, apalagi merampas harta orang lain.
Sahabat Jabir bin Abdullah pernah berkata:
اِذَا صُمْتَ فَالْيَصُمْ سَمْعَكَ وَ بَصَرَكَ وَلِسَانَكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَأْثَمِ وَدَعْ اَذَى الْخَادِمُ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌوَسَكِيْنَةُ يَوْمَ صِيَامِكَ وَلا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصِيَامِكَ سَوَاءً
Artinya: "Apabila engkau sedang berpuasa, hendaklah puasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa. Jauhkanlah menyakiti pembantu. Hendaklah engkau berlaku terhormat dan tenang di hari ketika engkau berpuasa. Janganlah engkau samakan hari ketika engkau tidak puasa dengan hari ketika engkau berpuasa."
Dengan demikian, dengan datangnya bulan Ramadhan ini, sudah sepatutnya bagi kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas iman dan ketakwaan kita serta mengisi bulan Ramadhan dengan segenap hal yang berguna, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Dan semoga kita semua diberikan kekuatan lahir dan batin untuk bisa melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya.
رَبّنَا تَقَبَّلْ مَنَّا اِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ أنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَالْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: menyambut ramadhan
اَلْحَمْدُ للهِ الذي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ وَالَّذِيْ بِذِكْرِهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبَ وَبِفَضْلِهِ تَغْفِرُ الذُّنُوْبَ. أشْهَدُ أنْ لا اِلهَ إلاّ اللهُ الْخاَلِقُ المَعْبُوْدُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ الصَّارِفُ الْمَوْعُوْدُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أهْل التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْمَبْعُوْثِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT. marilah kita menikmati Ramadhan yang penuh berkah ini hanya untuk satu tujuan, yakni mencari keridhoan Allah SWT.
Karena kini kita telah memasuki bulan puasa, maka marilah kita instropeksi sejenak, sudahkah puasa kita dilakukan dengan benar. Apakah selama ini kita menjalani puasa sesuai ketentuan yang digariskan syariat?
Maka bersama-sama marilah kita renungi sejenak pada hal-hal berikut ini.
Agar puasa Ramadhan dapat dikerjakan dengan sempurma dan mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka hendaknya melakukan hal-hal berikut:
Sudahkah kita mempersiapkan jasmani dan rohani, mental spiritual seperti membersihkan lingkungan, badan, pikiran dan hati dengan memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT dan minta maaf kepada sesama manusia.
Jika mungkin niat kita selama ini belum benar, marilah kita meluruskannya dengan niat yang tulus ikhlas, hanya ingin mendapat ridha Allah SWT. Karena setan tidak akan mampu mengganggu orang yang tulus ikhlas dalam ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al¬-Hijr ayat 39-40:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di an tara mereka. (QS Al-Hijr: 39-40)
Dan bila kita masih belum dapat bersabar untuk menahan lapar dan dahaga, atau untuk menahan nafsu syahwat kita, maka kini, saat ini dan untuk selanjutnya, hendaknya kita dapatb erpuasa dengan penuh sabar untuk melatih fisik dan mental, karena kesabaran itu akan mendapat pahala yang sangat banyak. Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-¬Zumar: 10)
Namun bukan berarti kita menyia-nyiakan waktu kita dan menyiksa diri kita dengan berlama-lama berbuka atau telah makan sahur jauh-jauh sebelum waktu imsak tiba. Tidak harus demikian saudara-saudara. Segera berbuka jika waktunya sudah tiba dan, mengakhirkan makan sahur adalah cara yang tepat untuk meminimalisir beban fisik kita. Rasulullah SAW bersabda:
لَا تَزَالُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا أَخَرُّوْا السَّحُوْرَ وَعَجَّلُوْا اْلفِطْرَ
Umatku senantiasa berada dalam kebaikan jika mereka menyegerakan buka dan mengakhirkan sahur. (HR Ahmad).
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Seorang Muslim tidak akan mampu berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Karenanya, umat Islam berkewajiban menjaga kesehatan fisik mereka sepanjang menjalani ibadah Puasa Ramadhan.
Bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan adalah pesan Rasulullah secara langsung. Rasulullah mencontohkan dengan bersiwak, berbekam dan senantiasa menunjukkan raut muka yang penuh keceriaan. Sahabat Abdullah ibnu Mas’ud RA, menceritakan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepadanya untuk memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut.
Pada zaman dahulu, orang-orang Islam bahkan mengidealkan Ramadhan yang tidak diributkan oleh perkara-perkara duniawi dan kebendaan. Mereka menginginkan sepenuhnya dapat beribadah hanya kepada Allah tanpa terbagi dengan kebutuhan untuk mencukupi kehidupan duniawinya.
Selain itu, hal terpenting bagi seorang mukmin dalam mengisi waktu di bulan Ramadhan adalah dengan meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk, karena Ramadhan adalah waktu yang sangat mendukung bagi seorang mukmin untuk bertaubat. Karena pada masa ini, yakni selama bulan Ramadhan, syetan-syetan yang biasanya menggoda dan meniupkan nafsu angkara murka kepada manusia telah dibelenggu.
Dengan demikian, manusia tinggal menghadapi nafsunya sendiri selama bulan Ramadhan. Maka alangkah meruginya manusia, jika pada bulan ramadhan pun ia sama sekali tidak menunjukkan penurunan intensitas kemungkaran yang biasanya dijalankan. Bukankah ia tinggal melawan nafsunya sendiri?
Jika saja Ramadhan tidak dapat membuatnya sedikit pun mengurangi kemungkarannya, maka apakah lagi pada bulan-bulan ketika ia harus melawan syetan yang penuh dengan tipu daya? Maka sungguh merugilah orang seperti ini.
Karena Ramadhan adalah bulan pertaubatan, maka marilah kita segera mengahiri segala kemungkaran yang selama ini membelenggu kita. Sungguh dengan bertaubat, berarti kita telah membawa diri kita menuju keberuntungan di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah,
وَتُوْبًوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur, 24 : 31)
Dengan demikian, semoga kita dapat menangkap makna sesungguhnya dari sabda Rasulullah SAW ”Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).
Termasuk dari pertaubatan ini adalah menjaga kidah dari kebohongan-kebohongan yang biasanya sulit kita hindari. Karena apalah artinya perut kita lapar dan tenggorokan haus jika lidah kita tetap mudah berbohong?
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ فَيْ أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Siapa saja (selagi puasa) tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukan berbuat tidak bermanfaat, maka tidak ada artinya disisi Allah, walau dia tidak makan atau minum. (HR Bukhari)
Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia
Marilah di bulan ramadhan ini kita senantiasa memperbanyak membaca Al-Qur’an, menghayati dan mengamalkannya, sebagaimana Rasulullah SAW setiap bulan didatangi Malaikat Jibril untuk mengajarkan Al¬Qur'an. Mengertilah bahwa Al-Qur'an yang dibaca pada bulan Ramadhan akan memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari kiamat.
Memperbanyak i’tikaf di masjid adalah juga salah satu cara untuk bertaubat dan merenungi kesalahan-kesalahan kita selama setahun yang telah berlalu. Memperbanyak ibadah, shalat malam dengan mengajak keluarga untuk ibadah malam. Memperbanyak membaca Tasbih, karena sekali tasbih dibulan Ramadhan lebih baik dari seribu tasbih diluar Ramadhan.
Imam Az-Zuhri berkata, ”Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita, selain berpuasa, ialah membaca al-Qur’an”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya al-Qur’an untuk direnungi, dipahami, dan diamalkan.
Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyatakan, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan-kebaikan (selama bulan Ramadhan) dan telah meninggalkan keburukan-keburukan serta kemaksiatan untuk (memperbanyak) bersujud (sholat dan qiyamul lail/sholat malam) kepada Allah sebagai tanda syukur. Selain itu juga dianjurkan pila untuk memperbanyak memuji Allah dengan pujian-pujian (sanjungan) yang sesuai dengan keagungannya.”
Rasulullah SAW bersabda :
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ
Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR. Ahmad)
Artinya selama berpuasa, hendaknya kita selalu meningkatkan amal kebaikan, baik yang bersifat ritual, seperti sholat dan seremonial seperti silaturrahim, maupun yang bersifat individual seperti memperbanyak berdzikir dan merenungi keagungan Allah SWT.
Adalah sama sekali tiada halangan bagi seorang Muslim untuk tetap beraktifitas positif dan produktif selama berpuasa, kendati terjadi perubahan-perubahan kondisi tubuh terhadap seorang yang sedang menjalani ibadah puasa, terutama bagi mereka yang jarang berpuasa sunnah selama setahun sebelum kedatangan bulan Ramadhan.
Memang bahwa seseorang yang sedang berpuasa, akan mengalami perubahan kondisi badan seperti mau mulut yang berubah dan kondisi fisik yang melemah, namun justru di sanalah letak salah satu keutamaan orang-orang yang berpuasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, ”Bau mulut seseorang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya minyak misik. (HR. Bukhari)
Selain itu tentu saja umat Islam mesti menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan hati dan ketetapan niat untuk menjalani ibadah puasa hanya semata-mata karena Allah SWT. Karena keikhlasan dan kepasrahan inilah yang akan menentukan kualitas ibadah puasa seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
”Siapa pun yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan. (HR. Bukhori Muslim)
Karenanya, para ulama shalih terdahulu (salafus shalih) sangat memperhatikan dan memiliki semangat yang tinggi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya bulan penuh berkah ini. Di mana kegembiraan ini adalah dikarenakan bulan Ramadhan adalah waktu turunnya rahmat Allah secara berlimpah dan berlipat ganda kepada umat Muhammad.
Para salafus shalih, menyadari bahwa Ramadhan sangat singkat. Sungguh sangat berharga, setiap detik dalam waktu-waktu bulan Ramadhan. Karenanya, mereka senantiasa mempergunakan segala kesempatan di bulan ini dengan amalan yang dapat membersihkan diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan serta demi semakin mendekatkan diri kepada Allah. Tentu kita sebagai penerus perjuangan mereka, harus senantiasa mengikuti jejak ketaqwaan mereka di bulan Ramadhan ini.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: menyambut ramadhan
KH Ahmad Wazir Ali
(Katib Syuriah PCNU Jombang)
الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ التَّقْوَى خَيْرَ زَادٍ وَاَنْعَمَ عَلَيْنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَجَعَلَهُ اَحَدَ اَرْكَانِ الاِسْلاَمِ . اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَه اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَه وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَلْمَوْصُوْفُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ . اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ عَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهْلِ التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَة وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْن قَالَ الله ُتَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًا لِلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِنَ اْلهُدَى وَالْفُرْقَانِ ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَاْليَصُمْهُ ، وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أوْ عَلىَ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أيَّامِ أُخَرَ ، اَمَّا بَعْدُ : اِتَّقُوا الله فِى جَمِيْعِ اَوْقَاتِكُمْ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونْ
Hadharatal Muhtaromin, Sidang Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Alhamdulillah dengan tidak terasa pada hari ini telah muncul kembali di hadapan kita, Bulan Ramadhan yang dipenuhi dengan berbagai macam berkah dan keutamaan. Marilah kita sambut kedatangannya, menghormatinya sebagai mana menghormati tamu. Sebab sabda Rasulullah SAW, ”Jika ummatku mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, pasti mereka berkeinginan supaya semua bulan dalam setahun terdiri dari Bulan Ramadhan seluruhnya.
Dari sini, marilah kita selalu menambah tingkatan nilai ketaqwaan terhadap Allah dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga.
Secara psikologis, apabila Bulan Ramadhan tiba, maka sikap kaum muslimin terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1). Kelompok yang bergembira, mereka sangat bersyukur dan bergembira lantaran masih ditakdirkan panjang umur oleh Allah, sehingga masih memiliki kesempatan bisa bertemu lagi dengan bulan suci, bulan agung yang penuh barokah, yakni Ramadhan.
2). Kelompok yang menggerutu. Mereka mengeluh dan sinis karena merasa tidak leluasa lagi seperti hari-hari biasanya. Tidak dapat makan-minum di siang hari, sehingga lapar dan haus, lemah dan sebagainya. Hal ini biasanya dialami oleh mereka yang imannya masih lemah.
Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Mengenai keutamaan Bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:
قَدْجَاءَكُمْ شَهْرٌ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ اَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ . رواه احمد والنسائى والبيهقى
“Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, di mana Allah mewajibkan kamu berpuasa, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. Padanya ada suatu malam yang nilainya lebih berharga datri seribu malam. (HR Ahmad, Nasa'iy dan Baihaqiy).
Dalam Hadits lain dijelaskan bahwa:
“Siapa saja yang melakukan amalan sunnah akan dilipatgandakan pahalanya, bagaikan melakukan kewajiban, yang melakukan amalan wajib pahalanya dilipatgandakan 70 (tujuh puluh) kali jika dibanding dengan amalan di luar Bulan Ramadhan, bahkan diamnya orang yang berpuasa pun, mendapatkan suatu pahala, sedang berdzikir dan beribadah akan lebih besar lagi pahalanya.
Dari kedua hadis tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa:
- Orang yang berpuasa memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapatkan Surga, lantaran pintu-pintunya telah terbuka lebar, akan tetapi sebaliknya kemungkinan sangat kecil masuk neraka lantaran pintu-pintunya telah tertutup rapat-rapat, bahkan tangan-tangan setan yang biasa menggoda manusia sudah dibelenggu.
- Dalam Bulan Ramadhan, ditemukan adanya malam qodr (Lailatul Qodar) yang nilainya lebih berharga dibanding dengan seribu bulan. Sehingga Rasulullah SAW sendiri mencontohkan beribadah semalam suntut dengan beri'tikaf di masjid, solat sunah lebih banyak, berdzikir dan berdo'a, membaca Al-Qur'an dan membaca berbagai ilmu keagamaan.
Saudara-saudara Sekalian
Jika dihitung, 1000 bulan itu, ternyata ada 84 tahun. Karenanya, siapa saja yang beibadah di malam Ramadhan dan kebetulan bersamaan dengan Lailatul Qodar, maka dia mendapatkan pahala bagaikan beribadah 84 tahun.
Alangkah banyaknya pahala itu, sehingga beliau SAW menyatakan dalam Haditsnya, "Intai-intailah di malam ganjil pada sepertiga terakhir Ramadhan".
Pada Bulan Ramadhan yang suci dan agung ini, kita semua diperintahkan oleh Allah SWT. supaya menjalankan kewajiban Puasa sebulan penuh dengan cara menahan dahaga dan lapar, menahan nafsu dan menjauhi semua ucapan kotor. Selain itu kita juga dianjurkan untuk selalu memperbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan mendirikan shalat sunnah malam.
Sebab di dalam keadaan lapar dan dahaga, shalat malam dan membaca Al-Qur’an itu, bermanfaat sekali untuk menanamkan rasa kesadaran bahwa orang yang berpuasa itu tidak hanya merasakan lapar saja, tetapi untuk membina ummat supaya jiwanya subur, bersih dan sehat.
Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa saja yang telah melakukan kewajiban puasa dengan keimanan yang mantab dan penuh perhitungan, maka diampunilah dosa-dosa yang telah dikerjakan sebelumnya.”
Sekalipun demikian yang perlu diketahui bersama adalah, bahwa dalam menghadapi puasa ini, orang-orang islam terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1). Puasa karena iman dan taqwa hanya kepada Allah, seakan-akan apa yang sedang dan akan ia kerjakan, Allah selalu mengetahuinya, sebagaimana sabda Nabi SAW:
اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
“Ia beribadah hanya kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya dan jika tidak, maka Allah pasti melihatnya.”
2). Puasa karena malu pada orang yang disegani, sehingga yang didapat kelompok ini hanyalah lapar yang tidak dapat mempengaruhi prilaku perbuatan sehari-harinya, akibatnya ia tertipu oleh diri sendiri, sebagaimana firman Allah :
يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَمَايَخْدَعُوْنَ اِلاَّ اَنْفُسَهُمْ وَمَايَشْعُرُونَ
3). Kelompok Puasa orang yang tidak malu untuk tidak berpuasa, sehingga hal ini seperti apa yang disabdakan oleh Nabi SAW :
اِذَالَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Jika tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu.”
Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Karena sebab-sebab itulah, Bulan Ramadhan sering disebut sebagai “bulan pembakaran dosa, bulan pelebur dosa atau bulan pemutihan.” Orang yang dengan sempurna menyelesaikan puasanya di bulan Ramadlan akan suci dan bersih dirinya dari dosa dan noda. Kaum Muslimin diperintahkan agar melipatgandakan amaliyah kebajikan dan menghentikan segala bentuk tindakan yang berbau keburukan. Sehingga setelah Ramadhan berlalu nantinya, seorang Mukmin menjadi bagaikan bayi yang baru saja lahir dari kandungan ibunya, putih suci kembali tanpa dosa.
Karenanya, marilah kita memperbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur'an, baik dalam sistem tadarrus bersama di Masjid-masjid dan Musholla maupun di rumah masing-masing. Begitu juga mengikuti pengajian-pengajian yang biasa dilakukan para ulama di berbagai tempat, baik menjelang berbuka maupun setelah jama'ah sholat shubuh dan sebagainya.
Saudara Hadirin yang Dirahmati Allah,
Menurut imam al-Ghozali, kualitas berpuasa itu ternyata terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Pertama: puasa yang sekedar mempuasakan tenggorokan dan perut, tanpa mempuasakan pancaindra lain. Mulut masih saja berbicara kotor, bohong, adu domba dan fitnah, mata masih saja dipakai melihat sesuatu yang tidak senonoh, bahkan tangan masih saja dipakai untuk mengambil hak orang lain, baik dengan cara memanipulasi data dalam wujud korupsi maupun bentuk lainnya yang sangat variatif. Begitu juga telinga yang masih banyak dipakai untuk mendengarkan hal-hal yang terlarang,
Rasulullah SAW mensinyalir kondisi demikian dalam sabdanya :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْع وَالْعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan pahala apa pun kecuali hanya lapar dan haus.
Kedua: Puasa khusus, yakni selain menahan lapar dan haus, orang tersebut juga mempuasakan pancaindranya, dengan tidak mau melakukan perbuatan yang menyeleweng atau menjauhkan dirinya dari rahmat Allah.
Ketiga: Puasa yang paling istimewa, yaitu di samping tidak makan-minum dan mempuasakan pancaindera, ia juga mempuasakan hati nuraninya dari semua bentuk gerakan batin yang tercela. Dan seperti inilah yang akhirnya kita pilih, dan dengan bersungguh-sungguh akan berusaha kita capai.
Karena para hamba Allah yang menunaikan ibadah puasa dalam Bulan Ramadhan dan memperbanyak ibadah-ibadah yang lain, ia akan mendapatkan kebahagiaan, baik dunia maupun akhirat. Semoga dengan kedatangan bulan Ramadhan cinta kita kepada Allah akan semakin bertambah serta kita dikaruniai keikhlasan dalam menjalankan semua bentuk perintah dan menjahui segala larangan Allah. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan-kemudahan urusan dan berkah kepada kita. Amin yaa robbal 'alamin
اِنَّ اَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَاَبْيَنَ النِّظَامِ كَلاَمُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلاَّمِ وَالله تعالَى يَقُوْلُ وَ بِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْن اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبَّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَع الْفَجْرِ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم لِى وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» Menyambut Bulan Ramadhan
» 10 langkah positif menyambut datangnya Ramadhan
» Menyambut Ramadhan: Ramayana menuntut makanan non halal!!!
» = MENYAMBUT ROMADHON 1434 H =
» kegembiraan menyambut kelahiran
» 10 langkah positif menyambut datangnya Ramadhan
» Menyambut Ramadhan: Ramayana menuntut makanan non halal!!!
» = MENYAMBUT ROMADHON 1434 H =
» kegembiraan menyambut kelahiran
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik