FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by mencari petunjuk Mon Jul 30, 2012 12:43 pm


Radio Nederland Weredomroep (RNW), dalam situsnya menyebutkan, KDRT di Belanda dipicu oleh ayat Alkitab (Bibel). Angkanya cukup fantastis. Dalam satu tahun, satu juta orang di Belanda setiap tahunnya menjadi korban KDRT. Antara 200 hingga 300 ribu orang di antaranya menjadi korban serius atau korban kekerasan berulang. KDRT yang terjadi di Belanda tidak saja fisik, tetapi juga kekerasan seksual dan psikis seperti misalnya mengancam, menghina, dan menelantarkan pasangan.

“Jika ditampar di pipi kiri berilah pipi kananmu, ajaran Kristen ini kemungkinan jadi pemicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Belanda. Padahal di Belanda sendiri persamaan hak antara perempuan dan laki sudah sangat maju,” tulis RNW dalam berita berjudul “KDRT: Ditampar Pipi Kiri, Berilah Pipi Kanan,” Kamis (30/6/2011).

Menurut Nursyahbani Katjasungkana yang mengikuti workshop KDRT di Amsterdam bersama wakil 6 negara Eropa (Jerman, Austria, Spanyol, Inggris dan Belanda), kekerasan di dalam keluarga Belanda totok (bukan pendatang) lebih banyak terjadi di kelompok-kelompok tradisional yang masih kuat menjalankan agama.

Ayat Bibel yang disebut menjadi biang keladi terjadinya KDRT adalah Injil Matius dan Injil Lukas berikut:

“Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Matius 5:39).

Dalam prinsip pembalasan (lex talionis), ayat ini sulit ditafsirkan dan musykil diterapkan. Dr FF Bruce, profesor Kristen untuk studi Kritik Alkitab dan Eksegese di Manchester mengakui dengan jujur: “Ini merupakan perkataan keras dalam arti bahwa perkataan ini menetapkan sebuah tindakan yang tidak lazim bagi kita,” (The Hard Saying of Jesus, edisi Indonesia: Ucapan Yesus yang Sulit, Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995, hal. 62).

Lembaga Biblika Indonesia (LBI), lembaga resmi penerbit Alkitab Katolik, membubuhkan catatan kaki yang sangat krusial. Disebutkan dengan jelas bahwa Injil Matius 5:39 tersebut tidak pernah termaktub pada naskah kuno Yunani, bahkan tidak relevan karena kontradiktif dengan Injil Yohanes. Perhatikan catatan kaki LBI berikut:

“Matius 5:39, melawan orang yang berbuat jahat kepadamu tidak ada dalam naskah Yunani, tetapi ungkapan itu mengenai kejahatan yang menimpa orang sendiri... Yesus tidak melarang melawan serangan yang tidak adil, bdk Yoh 18:22 dan sama sekali tidak melarang menentang yang jahat di dunia” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan , hlm. 32, Imprimatur Mgr Donatus Djagom SVD, Uskup Agung Ende, Ndona 1974).

Karena nas Injil itu tidak pernah tercantum dalam naskah Yunani, maka bisa dipahami bahwa ayat itu tidak asli. Gara-gara ayat inilah, negeri kincir angin Belanda harus menuai satu juta kasus kekerasan dalam rumah tangga.

http://www.voa-islam.com/counter/christology/2011/07/21/15630/alquran-atau-bibel-pemicu-kdrt-menjawab-gugatan-forum-murtadin-kafirun/
avatar
mencari petunjuk
SERSAN SATU
SERSAN SATU

Posts : 192
Join date : 27.10.11
Reputation : 6

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by SEGOROWEDI Mon Jul 30, 2012 12:55 pm

standar Tuhan memang tidak mudah..
membalas kejahatan dengan kebaikan

lebih mudah standar setan
jiwa ganti jiwa alias balas dendam

tapi aneh
menghubungkan KDRT dengan membalas kejahatan dengan kebaikan
avatar
SEGOROWEDI
BRIGADIR JENDERAL
BRIGADIR JENDERAL

Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by Pembela Kristen Tue Jul 31, 2012 6:04 pm

Pembela Kristen
Pembela Kristen
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Posts : 349
Join date : 29.01.12
Reputation : 4

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by putramentari Wed Aug 01, 2012 6:50 am

SEGOROWEDI wrote:standar Tuhan memang tidak mudah..
membalas kejahatan dengan kebaikan

lebih mudah standar setan
jiwa ganti jiwa alias balas dendam

tapi aneh
menghubungkan KDRT dengan membalas kejahatan dengan kebaikan
ente bilang :

lebih mudah standar setan
jiwa ganti jiwa alias balas dendam

jadi yesus itu setan ya wed :malahan mata ganti mata :



Mat 5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan
engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari
anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam
neraka.



Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda 3009032720
putramentari
putramentari
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 42
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by santri Sat Sep 01, 2012 10:04 am

Alkitab melindungi para pemerkosa gadis perawan yang belum bertunangan.
Kitab Ulangan:

22:28 Apabila seseorang
bertemu dengan seorang gadis, yang masih perawan dan belum bertunangan,
memaksa gadis itu tidur dengan dia, dan keduanya kedapatan–
22:29 maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan gadis itu
memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu
haruslah menjadi isterinya, sebab laki-laki itu telah memperkosa dia;
selama hidupnya tidak boleh laki-laki itu menyuruh dia pergi.

Jika anda patuh pada aturan hukum tersebut (katanya sih firman Tuhan), pasti anda akan mencari gadis paling cantik yang masih perawan untuk anda perkosa, karena sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri anda. Nah disini bisa terjadi awal KDRT. karena awalnya saja sudah menyimpang dari hukum agama.
Enak kan?
santri
santri
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Posts : 275
Join date : 30.07.12
Reputation : 4

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by Pembela Kristen Sun Sep 02, 2012 8:45 pm

ngomong2 beritanya kok kontradiksi ama yg ini ya penyusup

Di ibu negeri saya, yaitu Belanda, semakin kurang orang bergereja dan beribadah pada hari minggu. Salah satu alasan untuk hal itu adalah bahwa banyak orang tidak tertarik lagi pada kebaktian-kebaktian di gereja, meskipun mereka beriman dan percaya kepada Allah. Alasan lain berhubungan dengan apa yang disebut sekularisasi: banyak orang tidak beragama lagi, karena kehilangan kepercayaan kepada Allah. Akibatnya pengaruh gereja dalam masyarakat merosot dan berkurang. Di Belanda gereja sebagai institusi tidak berwibawa lagi dan tidak mempunyai kekuasaan untuk menuntut orang menjalani kehidupan mereka sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Kristiani. Gereja tidak lagi merupakan pusat masyarakat dan kehidupan rohani dianggap sebagai hal pribadi saja. Dalam masyarakat nilai-nilai rohani tidak berperan lagi. Perkembangan ini sulit dapat dimengerti orang Indonesia. Pernah para zendeling datang dari Belanda dan menyebarluaskan Injil Yesus Kristus di sini. Akibatnya di tanah air ini ribuan gereja didirikan dan jemaat dibentuk. Karena itu negeri Belanda dianggap sebagai negeri kristiani. Tetapi sambil di Indonesia pada waktu sekarang banyak gedung gereja dibangun dan diperbesar, di Belanda beberapa gereja dibongkar. Tentu hal itu menyedihkan. Tetapi hal itu tidak sekedar negatif. Ada sisi positif juga. Salah satu hal yang positif adalah bahwa sekarang toleransi gereja terhadap orang yang beragama lain atau tidak beragama jauh lebih besar daripada pada masa lampau. Hal positif lain: minoritas yang masih bergereja tidak melakukan itu secara rutinitas atau formalitas saja. Kepedulian sisa orang yang masih beribadah besar sekali. Dan hal positif terakhir: gereja lebih terbuka bagi persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan dan ketidakadilan dalam dunia ini dan situasi para pengungsi yang datang ke Belanda. Ketika gereja masih berwibawa dan berkuasa dalam masyarakat, maka seringkali gereja buta dan tertutup untuk kebutuhan-kebutuhan sosial. Hanya hal-hal rohani ditekankan.

Rupanya situasi di Indonesia berbeda sekali dengan situasi di Belanda. Gereja (dan mesjid) selalu penuh. Jutaan orang bergereja dan beribadah. Nilai-nilai agamawi dan rohani dianggap sebagai nilai yang terpenting, baik dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat. Di sini persoalan bukan apakah nilai-nilai agamawi terpenting, tetapi nilai-nilai agamawi mana yang terpenting, karena manusia berbeda agama.

Para pendeta berwibawa dan bisa mempengaruhi perilaku etis dan sosial warga jemaat mereka. Dengan perkataan lain: institusi-institusi agamawi berperan penting dalam masyarakat Indonesia, dan kewibawaan mereka terbukti dengan fakta bahwa begitu banyak orang bergereja dan beribadah setiap hari jumat atau minggu.

Itu hal yang positif, karena betul bahwa nilai-nilai rohani dan agamawi penting. Tetapi ada sisi lain juga. Sisi yang kurang positif dan mungkin terkait erat dengan kewibawaan dan kekuasaan yang besar dari gereja sebagai institusi. Karena kalau nilai-nilai rohani dianggap begitu penting dan ditekankan selalu ada risiko bahwa hal-hal sosial diabaikan dan gereja tidak terlalu terlibat dalam hal seperti ketidakadilan sosial dan kemiskinan. Apa yang menonjol dalam kuliah-kuliah saya tentang nabi-nabi dalam Perjanjian Lama adalah bahwa beberapa mahasiswa mengajukan pendapat bahwa gereja mereka mengabaikan hal-hal sosial dan hanya berfokus kepada hal-hal rohani. Salah satu mahasiswa menulis: "Realitas yang terjadi adalah kurangnya kepedulian gereja terhadap gejala-gejala sosial. Gereja (baik lembaga maupun individu) cenderung lebih sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Tidak memeliki rasa tanggungjawab terhadap kondisi-kondisi sosial, sehingga tidak sensitif melihat gejolak-gejolak sosial". Mahasiswa yang lain menulis: "Apa yang diberitakan oleh Yeremia pada zamannya, masih bisa kita saksikan dalam kehidupan orang-orang kristen di masa kini. Kita kurang peduli terhadap orang atau sesama yang menderita dan membutuhkan perto-longan, karena yang kita utamakan adalah pembangunan sarana ibadah (gedung, kursi, kantor jemaat dll.), yang kita anggap sebagai rumah Tuhan."

Apakah berdasarkan situasi di Belanda dan di Indonesia kita harus menarik kesimpulan bahwa kalau nilai-nilai rohani ditekankan secara otomatis persoalan-persoalan sosial diabaikan atau sebaliknya? Karl Marx, seorang filosof menarik kesimpulan itu. Dia berpendapat bahwa fungsi ibadah dan agama adalah menutupi mata untuk penderitaan dan ketidakadilan sosial. Saya setuju dengan Marx bahwa seringkali kenyataan agama masing-masing demikian. Tetapi saya tidak sependapat bahwa itu esensi agama dan ibadah. Pada hakikatnya ibadah dan kepedulian sosial tidak bersaing. Menurut saya dalam alkitab kedua hal itu terkait erat. Misalnya dalam kitab Keluaran. Ketika Musa dipanggil Allah mengatakan kepadanya: "apabila engkau telah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini" (Kel. 3: 12). Kemudian Musa mengatakan kepada firaun: "Beginilah firman Tuhan: biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku" (Kel. 4:23). Ibadah itu dilaksanakan setelah pembebasan dari Mesir, ketika bangsa Israel tiba di gunung Sinai. Di sana mereka menerima kesepuluh firman Tuhan. Rupanya beribadah kepada Allah dan mengikuti kesepuluh firman itu saling terkait.

Dalam kesepuluh firman Tuhan ketiga aturan pertama berhubungan dengan relasi antara kita sebagai manusia dan Tuhan Allah. Dengan kata lain: aturan itu menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku kita terhadap Tuhan. Ini aturan-aturan ini tentang kekudusan manusia. Keenam aturan yang terakhir berhubungan dengan relasi manusia dengan sesamanya. Ini aturan-aturan tentang keadilan sosial. Kedua jenis aturan ini terkait erat. Tidak mungkin melayani Tuhan dan mengabaikan aturan-aturan tentang relasi dengan sesamanya. Dan relasi yang baik dengan sesamanya akibat hubungan yang baik dengan Tuhan. Keterkaitan itu jelas dari aturan keempat tentang hari Sabat. Aturan itu merupakan jembatan antara aturan tentang kekudusan dan keadilan.

Apa yang menarik: hari Sabat adalah hari ibadah Israel! Pada hari Sabat orang Yahudi bergereja/bersinagoge. Dan justru dalam aturan tentang perintah untuk beribadah umat Allah sekaligus diperintahkan hak istirahat bagi sesamanya! "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat; hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu". Pada hari itu kita diundang untuk memuji Tuhan, dengan kata lain: untuk beribadah. Tetapi jelas hal itu mempunyai konsekwensi sosial karena kita diperintahkan juga: "Jangan melakukan sesuatu pekerjaan [pada hari Sabat], engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu". Rupanya beribadah kepada Allah berarti juga: memberikan hak kepada sesamaku untuk beristirahat. Demikian kekudusan dan keadilan sosial saling terkait.

Mungkin itu hal penting baik bagi masyarakat Belanda, maupun bagi gereja-gereja Indonesia. Menurut saya pada dasarnya nilai-nilai masyarakat seperti solidaritas, toleransi dan keadilan sosial sebaik-baiknya terjamin kalau berakar dalam nilai-nilai rohani. Itu sisi pertama. Sisi lain adalah bahwa melayani Tuhan tanpa kepedulian sosial berarti memisahkan apa yang dikaitkan Allah. Hal itu dilarang dalam alkitab (Mt. 19: 6). Mengapa seringkali ibadah dan kepedulian sosial muncul sebagai saingan kalau sebenarnya mereka sahabat?

Penulis adalah dosen Perjanjian Lama di STT Intim dan utusan dari Gereja Belanda sejak Tahun 2001

Sumber: http://www.oaseonline.org/artikel/ed2hlm30-31.html

sekaligus ini menjadi bukti bahwa agama Kristen bukanlah produk dr penjajah Belanda yes
Pembela Kristen
Pembela Kristen
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Posts : 349
Join date : 29.01.12
Reputation : 4

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by santri Sun Sep 02, 2012 8:59 pm

Pembela Kristen wrote:ngomong2 beritanya kok kontradiksi ama yg ini ya Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda 3874437772

Di ibu negeri saya, yaitu Belanda, semakin kurang orang bergereja dan beribadah pada hari minggu. Salah satu alasan untuk hal itu adalah bahwa banyak orang tidak tertarik lagi pada kebaktian-kebaktian di gereja, meskipun mereka beriman dan percaya kepada Allah. Alasan lain berhubungan dengan apa yang disebut sekularisasi: banyak orang tidak beragama lagi, karena kehilangan kepercayaan kepada Allah. Akibatnya pengaruh gereja dalam masyarakat merosot dan berkurang. Di Belanda gereja sebagai institusi tidak berwibawa lagi dan tidak mempunyai kekuasaan untuk menuntut orang menjalani kehidupan mereka sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Kristiani. Gereja tidak lagi merupakan pusat masyarakat dan kehidupan rohani dianggap sebagai hal pribadi saja. Dalam masyarakat nilai-nilai rohani tidak berperan lagi. Perkembangan ini sulit dapat dimengerti orang Indonesia. Pernah para zendeling datang dari Belanda dan menyebarluaskan Injil Yesus Kristus di sini. Akibatnya di tanah air ini ribuan gereja didirikan dan jemaat dibentuk. Karena itu negeri Belanda dianggap sebagai negeri kristiani. Tetapi sambil di Indonesia pada waktu sekarang banyak gedung gereja dibangun dan diperbesar, di Belanda beberapa gereja dibongkar. Tentu hal itu menyedihkan. Tetapi hal itu tidak sekedar negatif. Ada sisi positif juga. Salah satu hal yang positif adalah bahwa sekarang toleransi gereja terhadap orang yang beragama lain atau tidak beragama jauh lebih besar daripada pada masa lampau. Hal positif lain: minoritas yang masih bergereja tidak melakukan itu secara rutinitas atau formalitas saja. Kepedulian sisa orang yang masih beribadah besar sekali. Dan hal positif terakhir: gereja lebih terbuka bagi persoalan-persoalan sosial seperti kemiskinan dan ketidakadilan dalam dunia ini dan situasi para pengungsi yang datang ke Belanda. Ketika gereja masih berwibawa dan berkuasa dalam masyarakat, maka seringkali gereja buta dan tertutup untuk kebutuhan-kebutuhan sosial. Hanya hal-hal rohani ditekankan.

Rupanya situasi di Indonesia berbeda sekali dengan situasi di Belanda. Gereja (dan mesjid) selalu penuh. Jutaan orang bergereja dan beribadah. Nilai-nilai agamawi dan rohani dianggap sebagai nilai yang terpenting, baik dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat. Di sini persoalan bukan apakah nilai-nilai agamawi terpenting, tetapi nilai-nilai agamawi mana yang terpenting, karena manusia berbeda agama.

Para pendeta berwibawa dan bisa mempengaruhi perilaku etis dan sosial warga jemaat mereka. Dengan perkataan lain: institusi-institusi agamawi berperan penting dalam masyarakat Indonesia, dan kewibawaan mereka terbukti dengan fakta bahwa begitu banyak orang bergereja dan beribadah setiap hari jumat atau minggu.

Itu hal yang positif, karena betul bahwa nilai-nilai rohani dan agamawi penting. Tetapi ada sisi lain juga. Sisi yang kurang positif dan mungkin terkait erat dengan kewibawaan dan kekuasaan yang besar dari gereja sebagai institusi. Karena kalau nilai-nilai rohani dianggap begitu penting dan ditekankan selalu ada risiko bahwa hal-hal sosial diabaikan dan gereja tidak terlalu terlibat dalam hal seperti ketidakadilan sosial dan kemiskinan. Apa yang menonjol dalam kuliah-kuliah saya tentang nabi-nabi dalam Perjanjian Lama adalah bahwa beberapa mahasiswa mengajukan pendapat bahwa gereja mereka mengabaikan hal-hal sosial dan hanya berfokus kepada hal-hal rohani. Salah satu mahasiswa menulis: "Realitas yang terjadi adalah kurangnya kepedulian gereja terhadap gejala-gejala sosial. Gereja (baik lembaga maupun individu) cenderung lebih sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Tidak memeliki rasa tanggungjawab terhadap kondisi-kondisi sosial, sehingga tidak sensitif melihat gejolak-gejolak sosial". Mahasiswa yang lain menulis: "Apa yang diberitakan oleh Yeremia pada zamannya, masih bisa kita saksikan dalam kehidupan orang-orang kristen di masa kini. Kita kurang peduli terhadap orang atau sesama yang menderita dan membutuhkan perto-longan, karena yang kita utamakan adalah pembangunan sarana ibadah (gedung, kursi, kantor jemaat dll.), yang kita anggap sebagai rumah Tuhan."

Apakah berdasarkan situasi di Belanda dan di Indonesia kita harus menarik kesimpulan bahwa kalau nilai-nilai rohani ditekankan secara otomatis persoalan-persoalan sosial diabaikan atau sebaliknya? Karl Marx, seorang filosof menarik kesimpulan itu. Dia berpendapat bahwa fungsi ibadah dan agama adalah menutupi mata untuk penderitaan dan ketidakadilan sosial. Saya setuju dengan Marx bahwa seringkali kenyataan agama masing-masing demikian. Tetapi saya tidak sependapat bahwa itu esensi agama dan ibadah. Pada hakikatnya ibadah dan kepedulian sosial tidak bersaing. Menurut saya dalam alkitab kedua hal itu terkait erat. Misalnya dalam kitab Keluaran. Ketika Musa dipanggil Allah mengatakan kepadanya: "apabila engkau telah membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini" (Kel. 3: 12). Kemudian Musa mengatakan kepada firaun: "Beginilah firman Tuhan: biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku" (Kel. 4:23). Ibadah itu dilaksanakan setelah pembebasan dari Mesir, ketika bangsa Israel tiba di gunung Sinai. Di sana mereka menerima kesepuluh firman Tuhan. Rupanya beribadah kepada Allah dan mengikuti kesepuluh firman itu saling terkait.

Dalam kesepuluh firman Tuhan ketiga aturan pertama berhubungan dengan relasi antara kita sebagai manusia dan Tuhan Allah. Dengan kata lain: aturan itu menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku kita terhadap Tuhan. Ini aturan-aturan ini tentang kekudusan manusia. Keenam aturan yang terakhir berhubungan dengan relasi manusia dengan sesamanya. Ini aturan-aturan tentang keadilan sosial. Kedua jenis aturan ini terkait erat. Tidak mungkin melayani Tuhan dan mengabaikan aturan-aturan tentang relasi dengan sesamanya. Dan relasi yang baik dengan sesamanya akibat hubungan yang baik dengan Tuhan. Keterkaitan itu jelas dari aturan keempat tentang hari Sabat. Aturan itu merupakan jembatan antara aturan tentang kekudusan dan keadilan.

Apa yang menarik: hari Sabat adalah hari ibadah Israel! Pada hari Sabat orang Yahudi bergereja/bersinagoge. Dan justru dalam aturan tentang perintah untuk beribadah umat Allah sekaligus diperintahkan hak istirahat bagi sesamanya! "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat; hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu". Pada hari itu kita diundang untuk memuji Tuhan, dengan kata lain: untuk beribadah. Tetapi jelas hal itu mempunyai konsekwensi sosial karena kita diperintahkan juga: "Jangan melakukan sesuatu pekerjaan [pada hari Sabat], engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu". Rupanya beribadah kepada Allah berarti juga: memberikan hak kepada sesamaku untuk beristirahat. Demikian kekudusan dan keadilan sosial saling terkait.

Mungkin itu hal penting baik bagi masyarakat Belanda, maupun bagi gereja-gereja Indonesia. Menurut saya pada dasarnya nilai-nilai masyarakat seperti solidaritas, toleransi dan keadilan sosial sebaik-baiknya terjamin kalau berakar dalam nilai-nilai rohani. Itu sisi pertama. Sisi lain adalah bahwa melayani Tuhan tanpa kepedulian sosial berarti memisahkan apa yang dikaitkan Allah. Hal itu dilarang dalam alkitab (Mt. 19: 6). Mengapa seringkali ibadah dan kepedulian sosial muncul sebagai saingan kalau sebenarnya mereka sahabat?

Penulis adalah dosen Perjanjian Lama di STT Intim dan utusan dari Gereja Belanda sejak Tahun 2001

Sumber: http://www.oaseonline.org/artikel/ed2hlm30-31.html

sekaligus ini menjadi bukti bahwa agama Kristen bukanlah produk dr penjajah Belanda Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda 3009032720

Ahh...gak usah menyangkal deh,toh sejarah kelam Benediktus IX, salah satu paus abad ke-11 yang paling hebat berskandal, yang dideskripsikan sebagai seorang yang keji, cura
ng, buruk dan digambarkan sebagai ‘iblis dari neraka yang menyamar sebagai pendeta’

Masa sih gak pernah baca artikel di atas.? Kan sudah kacau dari dulu ....
Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda 3594309410
santri
santri
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Posts : 275
Join date : 30.07.12
Reputation : 4

Kembali Ke Atas Go down

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda Empty Re: Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik