Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim
Halaman 1 dari 1 • Share
Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim
http://id.gatestoneinstitute.org/7109/satu-orang-kristen-dibantai-tiap-lima-menit
Satu Orang Kristen dibantai Tiap Lima Menit
oleh Raymond Ibrahim
24 Desember 2015
Terjemahan dari naskah asli: "One Christian Slaughtered Every Five Minutes"
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato
Sepanjang Bulan September, ketika semakin banyak umat Kristen dibantai dan disiksa demi agama mereka--- bukan saja oleh Negara Islam tetapi juga oleh kaum Muslim "biasa" dari seluruh penjuru dunia--- semakin banyak orang dan organisasi berseru untuk melakukan aksi. Sementara itu, berbagai kalangan yang tepat menanggapi kasus ini justru tidak melakukan apa-apa. Yang paling utama dari antara mereka adalah Presiden AS Barack Obama dan Paus Fransiskus
"Mengapa, kita meminta dunia barat, mengapa kita tidak menentang begitu banyak aksi buas penuh ketidakadilan ini?" tanya Kardinal Angelo Bagnasco, Ketua Konperensi Para Uskup Italia.
Patriark Katolik Melkit Yunani Gregorius III mengatakan: "Saya tidak paham mengapa dunia tidak mengangkat suaranya menentang tindakan-tindakan brutal seperti ini."
Sebuah laporan menuliskan: "Para aktivis hak asasi manusia menyaksikan peristiwa ini. Para pemimpin luar negeri menyaksikannya. Dan lebih dari 80 anggota Kongres AS menyaksikannya. Sama-sama mereka menekan pemimpin dunia bebas [Presiden Obama] untuk mendeklarasikan bahwa pembantaian umat Kristen tengah terjadi di Timur Tengah."
Sebagai tanggapan, pihak Gedung Putih mengaku tengah bersiap-siap untuk mengeluarkan pernyataan yang menuduh Negara Islam melakukan pembantaian massal terhadap berbagai kelompol minoritas. Pernyataan itu juga menyebutkan dan mengakui berbagai kelompok seperti kaum Yazidi sebagai korban. Bagaimanapun, kaum Kristen tampaknya tidak dimasukan sebagai korban. Para pejabat sekitar Obama berargumentasi bahwa kaum Kristen "tampaknya tidak memenuhi standar yang ditetapkan dalam perjanjian tentang aksi pembantaian massal."
Sementara itu, Romo Behnam Benoka, seorang imam dari Irak menulis surat kepada Paus Fransiskus. Dalam suratnya, dia menjelaskan secara rinci berbagai rasa takut yang kaum Kristen Timur Tengah alami. Dia gembira karena Paus meneleponnya dan mengatakan; "saya tidak akan meninggalkanmu." Seperti Benoka ungkapkan, "Ia telepon saya. Ia benar-benar memberi tahu saya, pasti saya bersamamu. Saya tidak akan lupakan kau...Akan saya lakukan hal-hal yang mungkin bisa saya lakukan untuk membantumu."
Bagaimanapun, pada akhir September, ketika Paus Fransiskus berdiri di depan dunia di PBB, energinya, sekali lagi terkuras untuk membela lingkungan hidup. Seluruh pidatonya, yang berlangsung hampir 50 menit, hanya satu kali dia menyebutkan soal penganiayaan umat Kristen. Saat itu pun umat Kristen tidak mendapatkan perhatian khusus. Tetapi dalam arus nafasnya yang sama, penderitaan mereka dirangkum dalam kalimat yang sama dengan agaknya penderitaan "para anggota agama mayoritas," yaitu, kaum Sunni Muslim (satu-satunya kelompok yang tidak diserang oleh Negara Islam, sebuah organisasi Sunni).
Amerika Serikat: Freddy Akoa, seorang perawat kesehatan Kristen berusia 49 tahun di Portland, Maine dengan sadis dipukul hingga tewas di rumahnya sendiri oleh tiga oknum umat Muslim. Di samping jenazahnya ditemukan Alkitabnya yang penuh darah. Korban menderita luka; sekujur tubuhnya lebam dan kepalanya mengalami benturan keras mematikan. Secara internal, dia menderita 22 tulang patah. Organ hati pun terluka. Pernyataan tertulis kepolisian mengatakan bahwa Akoa "dipukul dan ditendang di kepala. Kepalanya juga dipukul dengan kayu dalam sebuah serangan yang berlanjut tanpa henti selama berjam-jam." Akoa tampaknya mengadakan pesta sebelumnya atau ketika dia diserang. Tiga penyerangnya adalah pengungsi Muslim asal Somalia. Akhir-akhir ini, di Amerika dan Eropa, sejumlah "pengungsi" menjadi teroris Islam. Beberapa dari mereka mempunyai kaitan langsung dengan ISIS. (Sebuah faksi Al Shabaab, sebuah organisasi jihadi kenamaan Sonalia, baru-baru itu berjanji setia kepada ISIS).
Suriah: Seorang warga Kristen dari Desa Qaryatain, di Propinsi Homas diekseskusi mati oleh Negara Islam karena menolak mematuhi dhimmi, semacam persyaratan [bagi masyarakat kelas dua yang ditoleransi"] yang diterapkan kepada penduduk desa Kristen. ISIS juga membunuh seorang iman Kristen, memotong-motong tubuhnya berkeping-keping lalu mengirimkannya kepada keluarganya dalam sebuah kotak. Sebelumnya, ISIS menyandera seorang imam Katolik serta menuntut uang tebusan $ 120.000 (sekitar Rp 1.650 juta) dari keluarganya. Keluarganya memang akhirnya setelah dua bulan berhasil mengumpulkan dana tebusan. Tetapi setelah membayarnya, ISIS justru mengingkari janji dan bagaimanapun juga tetap membunuh imam Katolik itu dengan kejam.
Pakistan: Keluarga Muslim seorang wanita yang beralih menjadi Kristen dan menikahi seorang Kristen membunuh suaminya serta melukai sang wanita muda. Aleem Masih, 28 tahun menikahi Nadia, 23 tahun setahun silam, setelah dia beriman kepada Kristus. Pasangan baru menikah itu lalu meninggalkan desa mereka karena keluarga wanita berupaya "membalas dendam karena rasa malu yang ditimbulkan oleh saudari mereka kepada mereka dengan meninggalkan Islam serta menikahi seorang laki-laki Kristen," urai seorang pengacara yang terlibat menangani kasus itu. Ayah Nadia, Muhammad Din Meo dan orang-orang suruhannya akhirnya berhasil menculik pasangan itu dan membawa keduanya menuju sebuah kebun terdekat. "Pertama-tama. para oknum pria Muslim menyiksa pasangan itu dengan kejam dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi lalu menembak Aleem Masih tiga kali --- satu peluru mengenai mata kakinya, yang kedua menyasar tulang-tulang rusuknya sementara yang ketiga mengenai wajahnya," urai jaksa penuntut umum. "Nadia ditembak di pantatnya."
"Para keluarga Muslim meninggalkan pasangan naas itu karena yakin sudah membunuh mereka. Setiba di desa, di depan umum mereka mengumumkan bahwa mereka berhasil membalas tindakan yang memalukan mereka serta memulihkan kebanggaan kaum Muslim lalu dengan tangan dingin membunuh pasangan itu." Bagaimanapun, polisi menemukan Nadia masih bernafas ketika mereka tiba di kebun itu, "Dia sudah dipindahkan ke RSU di Lahore. Di sana dia berjuang melawan maut setelah menjalani operasi besar untuk mengeluarkan dua peluru dari pantatnya." Sejumlah besar umat Muslim berkumpul di rumah sakit ketika sang wanita yang terluka parah itu tiba di rumah sakit. "Beberapa orang dari gerombolan massa itu, membawa senjata. Dengan marah mereka meneriakan slogan anti-Kristen... Mereka memuji-muji Azhar yang berupaya memulihkan kebanggaan Umat Muslim dan mengatakan dia masuk surga karena membunuh orang kafir."
Filipina: Para teroris Islam kelompok jihadi Abu Sayyaf diduga terlibat dalam aksi pemboman sebuah bus penumpang yang dipenuhi orang Kristen di Kota Zamboanga, 18 September lalu. Insiden itu menewaskan seorang gadis berusia 14 tahun dan melukai 33 orang lainnya. Sumber-sumber intelijen sudah mengingatkan bahwa Abu Sayyaf bakal menyasar kota dan komunitas yang didominasi warga Kristen. Hanya 20% penduduk Zamboanga adalah Muslim, sedangkan hampir seluruh sisanya adalah Kristen (hampir semuanya Katolik).
Mesir: Ibu seorang imam Koptik dirampok dan dibunuh di Kota Fekria di Minya.
Tanzania: Selama satu pekan, enam gereja Kristen dibakar tuntas. Pada 23 September, tiga gereja dibakar: Gereja Internasional Air Hidup, Gereja Pentekosta Jemaat Allah Buyekera dan Gereja Evanggelis Jemaat Allah Tanzania. Tiga hari kemudian, pada 26 September, tiga gereja lain turut dibakar; yaitu Gereja Evanggelis Lutheran, Gereja Katolik Roma Kitundu dan Gereja Pentekosta Jemaat Allah Katoro. Menurut sebuah sumber setempat, "ketika bangun dari tidur pada 27 September orang-orang menemukan tempat suci mereka sudah ludes terbakar... Skenarionya sama; ada orang tidak kenal memasuki gereja, menaruh barang-barang yang mudah terbakar di atas altar, menuangkan minyak di atasnya lalu membakarnya. Mereka lalu lari sebelum ada orang menanggapi insiden itu sehingga tetap tidak diketahui pelakunya. Negara Afrika Timur sebagian besar terdiri dari umat Kristen dan Muslim, walaupun rasionya masih diperdebatkan.
Bethlehem: Sekelompok kaum Muslim membakar Biara St. Charbel. Sobhy Makhoul, pimpinan Patriarkat Maronit di Yerusalem mengatakan, "Itu aksi pembakaran, bukan karena masalah listrik [seperti diklam oleh pihak berwenang lokal]. Itu tindakan vandalisme sektarian yang dilakukan sekelompok kaum Muslim radikal. Kebakaran memang tidak menyebabkan korban jiwa atau terluka--- untungnya gedung tidak dihuni dan sedang direnovasi --- tetapi kerusakannya jelas dan komunitas Kristen lokal tampaknya takut dengan aksi kekerasan lebih jauh. Pemimpin Maronit itu mengatakan bahwa , "serangan itu...anti-Kristen, seperti banyak insiden lain di segala penjuru Timur Tengah. Kelompok-kelompok ekstremis beroperasi di kawasan ini, termasuk sejumlah sel Hamas."
Irak: Sebuah laporan yang mendiskusikan bagaimana seorang Kristen dibantai setiap lima menit di Irak, menambahkan bahwa "Kaum militan Negara Islam di Irak memanfaatkan gereja-gereja Kristen sebagai tempat penyiksaan. Di sana, mereka memaksa umat Kristen beralih menganut agama Islam atau mati."
Suriah: Beberapa hari setelah menduduki Kota Qaryatain, Negara Islam menghancurkan sebuah biara tua Katolik serta membuang sisa-sisa jenazah seorang santo yang sangat dihormati. Kelompok terror Suni itu memberikan ultimatum kepada umat Kristen di Qaryatain untuk membayar jizya (sejenis uang pemerasan), memeluk agama Islam atau meninggalkan negeri itu.
Yaman: Sehari setelah sebuah gereja Katolik di Aden dirusak, kelompok penyerang lain yang tidak teridentifikasi "membakar" bangunan Kristen, kata seorang saksi mata. Dari 22 gereja yang beroperasi di Aden sebelum 1967, ketika kota itu masih berada di bawah koloni Inggeris, hanya beberapa yang masih dibuka dan jarang digunakan oleh para pekerja asing dan pengungsi Afrika. Gereja St. Yosef yang kini dibakar adalah salah satu dari beberapa gereja tersebut.
Indonesia: Minggu, 27 September, Gereja GKI Yasmin Bogor merayakan ibadat yang keseratus di tempat terbuka sejak 2008, ketika sekelompok umat Muslim setempat mulai mengeluhkan keberadaan gereja itu. Walau gereja itu sudah terdaftar dan mendapatkan ijin, pihak berwenang dengan sepenuh hati menutupnya. Pada Desember 2010, Mahkamah Agung RI memerintahkan agar gereja itu dibuka kembali. Tetapi Walikota Kotamadya Bogor menolak mematuhinya dan tetap menyegelnya. Semenjak itu, umat gereja merayakan ibadah Minggu di rumah jemaatnya. Kerapkali perayaan pun terpaksa mereka rayakan di jalan, dan biasanya disoraki dan diserang oleh gerombolan-gerombolan oknum kaum Muslim.
Inggeris Raya: Seorang pria Pakistan, isterinya beserta enam anak mereka menghadapi penderitaan "siksaan luar biasa di tangan para tetangga yang menganggap mereka sebagai tukang fitnah." "Kejahatan" mereka adalah menjadi Kristen--- lebih dari 20 tahun silam. Meski menjadi "tahanan di rumah sendiri setelah serangan di jalan, berkali-kali mengalami kaca depan mobil mereka dihancurkan termasuk lemparan telur ke jendela mereka, keluarga Kristen itu mengatakan bahwa polisi dan Gereja Anglican tidak memberikan dukungan yang berarti dan "enggan untuk memperlakukan persoalan itu sebagai kejahatan karena kebencian terhadap agama." Nissar Hussaini, sang ayah mengatakan, "Hidup kami disabotase. Ini tidak boleh terjadi di Inggeris Raya. Kita tinggal dalam masyarakat demokratis dan apa yang mereka lakukan atas kami itu menjijikkan."
Turki: Sejak 27 Agustus, sebanyak 15 gereja mendapat ancaman mati karena "menolak Allah." Meski demikian, "Berbagai ancaman itu bukan hal baru bagi komunitas Protestan yang berdiam di negeri ini dan ingin membesarkan anak-anak mereka di sini," urai para pemimpin gereja. Ketika para mantan penganut Muslim, banyak jemaat memang murtad dari Islam, diancam akan dipenggal kepalanya. Berbagai pesan itu menuduh umat Kristen memilih "jalan menolak Allah" dan "menarik yang lain untuk percaya seperti kalian... Sebagai bidaah, kalian memperbesar jumlah dengan para pengikut yang lugu." Satu dari berbagai pesan itu menggambarkan bendera Negara Islam beserta kata-kata: "Orang kafir yang sesat, waktu kami untuk memenggal leher kalian segera tiba. Semoga Allah mendapatkan kemuliaan dan pujian."
Pakistan: Polisi menangkap seorang Kristen pekerja pembakar batu bata, Pervaiz Masih, di Distrik Kasur, Propinsi Punjab setelah seorang pengusaha Muslim saingannya salah menuduh dia menghina Nabi Islam, Muhammad. Pervaiz, ayah empat anak, termasuk seorang balita laki-laki meninggalkan rumah mereka setelah Muhammad Khalid mengajukan tuntutan yang mengatakan bahwa Pervaiz menghina Muhammad dalam sebuah perdebatan. Polisi menahan empat kerabat Pervaiz serta menyeret isterinya ke jalan lalu menelanjanginya tatkala mencoba memperoleh informasi tentang di mana suaminya berada. Polisi juga memukul umat Kristen setempat, merazia rumah-rumah mereka untuk mendapatkan informasi di kota kelahiran Pervaiz. Pervaiz akhirnya menyerahkan diri kepada polisi agar para kerabatnya dibebaskan.
Ethiopia: Sekelompok kaum muda Kristen yang terdiri dari 15 orang diserang serta ditangkap karena terlibat dalam evanggelisasi (penginjilan) di Ethiopia timur. Selain itu, enam pemimpin Kristen dinyatakan bersalah menimbulkan gangguan umum, menghancurkan kepercayaan masyarakat umum terhadap pejabat pemerintah serta menyebarluaskan kebencian. Keenam pria itu adalah anggota komite administratif sebuah gereja. Mereka pernah menulis surat kepada pemimpinan nasional gereja mereka, 11 Maret lalu menjelaskan berbagai siksaan yang mereka alami sebagai umat Kristen yang berdiam di Kawasan Silte yang mayoritas warganya Muslim. Mereka mengeluhkan adanya diskriminasi dalam peluang kerja, pemecatan tidak adil dari pekerjaan, masukan yang keras atas kinerja kerja, pembakaran bangunan gereja, serangan fisik dan ancaman yang mematikan. Surat itu ternyata bocor pada media lokal serta disebarluaskan sehingga mendorong terjadinya penangkapan dan hukuman atas mereka.
Libanon: Umat Kristen terpinggirkan oleh para pengungsi Muslim dari Suriah dan Irak. Mereka juga berada dalam bahaya kehilangan tempat di negeri mereka sendiri, urai Menteri Luar Negeri Libanon, Gebran Bassil: "Yang terjadi di Libanon adalah upaya untuk menggantikan masyarakat dengan [kaum Muslim] Suriah dan Palestina." Karena, penduduk Kristen Libanon, secara historis minoritas, urai Bassil, maka hak asasi mereka terancam karena "sejumlah kalangan mencoba memaksakan kaum Muslim kepada umat Krsiten" (sebuah situasi yang juga tengah terjadi di AS.). Dalam sebuah wawancara sebelumnya, Bassil mengatakan komunitas Kristen Timur Tengah secara keseluruhan merosot "dalam kelompok-kelompok besar". "Di Irak, gejala ini sudah terjadi lebih dari dari 20 tahun. Dan kita saksikan bahwa 90 persen umat Kristen sudah meninggalkan Irak. Di Suriah, kita tidak punya angka yang jelas karena situasinya kacau balau. Kami tidak bisa katakan. Kita tahu bahwa banyak sekali imigrasi dalam negeri dan keluar negeri termasuk juga pelarian... Tetapi yang pasti, gereja-gereja sudah dihancurkan dan orang-orang sudah meninggalkan tempat mereka."
Inggeris Raya: Seorang warga Iran, Noureden Mallaky – Soodman, 41 tahun diduga hendak dideportasi ke Iran setelah ditangkap karena mengancam sambil mengacungkan pedang di jalanan Kota London. Bagaimanapun, dia tidak jadi dideportasi, tampaknya karena Kedutaan Besar Iran tutup. Dia sebaliknya dirumahkan kembali 250 mil dari Kota London, di kota kecil bernama Stockton – on Tees. Sebelumnya, pada 2 April, dengan membawa pisau tentara (curved knive) dia mengamuk dan berteriak: "Saya Muslim dan akan penggal kepalamu brengsek. Saya ISIS dan orang-orang saya akan memotong buah z...armu, orang Kristen.... Akan saya bunuh kalian, akan saya bunuh kalian semua. Akan saya penggal kepala kalian semua dan memperkosanya."
Dhimmitude Mesir
Serangan warga Muslim atas umat Kristen meledak di dua desa terpisah di Samalout, sebelah utara Gubernuran Minya. Satu serangan tampaknya terjadi sebagai "balasan" atas pembangunan sebuah gereja kecil. Di sebuah desa, lima warga Koptik terluka; di desa lainnya, segerombolan kaum Muslim penuh pepak menaiki sejumlah mobil menyerang sebuah pesta pernikahan umat Kristen. Tiga umat Koptik terluka. Di seluruh penjuru kawasan itu, beberapa gadis Kristen juga digoda.
Di tempat terpisah, sebuah kelompok kaum Muslim di Desa Oula, dekat Aleksandria menyerang rumah-rumah serta Gereja Kristen, 20 September lalu, setelah polisi berupaya mengembalikan lahan yang direbut oleh seorang Muslim kepada pemiliknya yang beragama Kristen yang memang berhak. Ketika polisi tiba untuk melaksanakan perintah, mereka pun diserang sehingga terpaksa melarikan diri. "Setelah pasukan kemanan melarikan diri," urai seorang pemimpin gereja, "Satu gerombolan besar massa mengepung lalu melempari gereja dengan batu. Mereka kemudian menyerang empat rumah umat Kristen." Sedikitnya, dua umat Kristen terluka serius, salah satu dari mereka patah tulang punggungnya. "Dengan menggunakan mikrofon di masjid di dekat tempat kejadian dan desa-desa di sekitarnya, Keluarga El Houty [Keluarga Muslim yang menjarah lahan umat Kristen] memanggil umat Muslim dari di manapun di sekitar desa itu untuk datang. Mereka pun mengatakan polisi datang hendak mengambil lahan serta menyerahkannya kepada umat Kristen."
Ada juga kasus seorang mahasiswi Kristen Koptik yang diperlakukan secara diskriminatif. Namanya Marian. Kasusnya menjadi berita besar tatkala sejumlah media penting Mesir menjadikannya berita utama sehingga menjadi skandal. Gadis itu dikenal sebagai "Mahasiswi yang mendapat nilai nol" (Student Zero). Para mantan gurunya melukiskan dia sebagai "siswa yang cerdas." Dia pun berencana menjadi dokter. Nilainya mencapai 97 % selama dua tahun pertama sekolahnya sehingga wajar dia mengharapkan hasil yang sama pada tahun terakhirnya --- ternyata, dia hanya menemukan bahwa dia gagal. Nilai akhirnya, nol. Mendapatkan nilai yang tidak diharapkan itu, dia lalu mendesak untuk melihat hasil ujiannya. Tetapi permintaannya ditolak. Ketika isu itu menjadi berita utama media, hasil ujian pun diperlihatkan. Dia dan orang-orang lain--- termasuk pakar yang menganalisa tulisan tangan --- mengatakan tulisan tangan pada lembaran tes yang diperlihatkan bukanlah miliknya.
Dhimmitude Pakistan
Sebuah keluarga Kristen nyaris terbakar hidup-hidup selama sejumlah oknum Muslim berusaha "merebut lahan" rumah mereka. Penyebabnya adalah karena pemilik lahan, Boota Masih, 38 tahun dan isteri serta keluarganya menolak meninggalkan tanah kelahiran serta properti mereka kepada sejumlah kaum Muslim. Akibatnya, mereka pun dipukul dengan kejam. Orang-orang Muslim lalu menyiramkan minyak pada rumah lalu membakarnya setelah terlebih dulu mengunci Boota dan keluarganya dalam sebuah kamar. Beruntunglah, keluarga Masih berhasil meloloskan diri dengan menerobos lewat sebuah jendeal. Walau para saksi mata hadir di sana, polisi setempat enggan mendaftar keluhan itu secara resmi. Dan sebaliknya, menurut para penasehat hukum polisi malah menangkap Masih atas tuduhan palsu.
Hampir semua pekerjaan hina diperuntukan bagi umat Kristen dan kaum minoritas lain. Contoh paling akhir muncul dalam pengumuman lowongan kerja dari Punjab Institute of Cardiology, Laore. Dalam daftar pekerjaaan, semua pekerjaan terbuka bagi semua pelamar---- kecuali untuk posisi pekerjaan kebersihan seperti pembersih toilet: hanya pelamar non-Muslim yang dipilih. Menurut para pengacara buruh, "ini bentuk penindasan, rasisme dan sikap fanatik tidak langsung terhadap kaum minoritas agama negeri itu, terutama kalangan Kristen, Hindu dan kaum Muslim bukan Sunni.
Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
Satu Orang Kristen dibantai Tiap Lima Menit
Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim: September 2015
oleh Raymond Ibrahim24 Desember 2015
Terjemahan dari naskah asli: "One Christian Slaughtered Every Five Minutes"
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato
Sepanjang Bulan September, ketika semakin banyak umat Kristen dibantai dan disiksa demi agama mereka--- bukan saja oleh Negara Islam tetapi juga oleh kaum Muslim "biasa" dari seluruh penjuru dunia--- semakin banyak orang dan organisasi berseru untuk melakukan aksi. Sementara itu, berbagai kalangan yang tepat menanggapi kasus ini justru tidak melakukan apa-apa. Yang paling utama dari antara mereka adalah Presiden AS Barack Obama dan Paus Fransiskus
"Mengapa, kita meminta dunia barat, mengapa kita tidak menentang begitu banyak aksi buas penuh ketidakadilan ini?" tanya Kardinal Angelo Bagnasco, Ketua Konperensi Para Uskup Italia.
Patriark Katolik Melkit Yunani Gregorius III mengatakan: "Saya tidak paham mengapa dunia tidak mengangkat suaranya menentang tindakan-tindakan brutal seperti ini."
Sebuah laporan menuliskan: "Para aktivis hak asasi manusia menyaksikan peristiwa ini. Para pemimpin luar negeri menyaksikannya. Dan lebih dari 80 anggota Kongres AS menyaksikannya. Sama-sama mereka menekan pemimpin dunia bebas [Presiden Obama] untuk mendeklarasikan bahwa pembantaian umat Kristen tengah terjadi di Timur Tengah."
Sebagai tanggapan, pihak Gedung Putih mengaku tengah bersiap-siap untuk mengeluarkan pernyataan yang menuduh Negara Islam melakukan pembantaian massal terhadap berbagai kelompol minoritas. Pernyataan itu juga menyebutkan dan mengakui berbagai kelompok seperti kaum Yazidi sebagai korban. Bagaimanapun, kaum Kristen tampaknya tidak dimasukan sebagai korban. Para pejabat sekitar Obama berargumentasi bahwa kaum Kristen "tampaknya tidak memenuhi standar yang ditetapkan dalam perjanjian tentang aksi pembantaian massal."
Sementara itu, Romo Behnam Benoka, seorang imam dari Irak menulis surat kepada Paus Fransiskus. Dalam suratnya, dia menjelaskan secara rinci berbagai rasa takut yang kaum Kristen Timur Tengah alami. Dia gembira karena Paus meneleponnya dan mengatakan; "saya tidak akan meninggalkanmu." Seperti Benoka ungkapkan, "Ia telepon saya. Ia benar-benar memberi tahu saya, pasti saya bersamamu. Saya tidak akan lupakan kau...Akan saya lakukan hal-hal yang mungkin bisa saya lakukan untuk membantumu."
Bagaimanapun, pada akhir September, ketika Paus Fransiskus berdiri di depan dunia di PBB, energinya, sekali lagi terkuras untuk membela lingkungan hidup. Seluruh pidatonya, yang berlangsung hampir 50 menit, hanya satu kali dia menyebutkan soal penganiayaan umat Kristen. Saat itu pun umat Kristen tidak mendapatkan perhatian khusus. Tetapi dalam arus nafasnya yang sama, penderitaan mereka dirangkum dalam kalimat yang sama dengan agaknya penderitaan "para anggota agama mayoritas," yaitu, kaum Sunni Muslim (satu-satunya kelompok yang tidak diserang oleh Negara Islam, sebuah organisasi Sunni).
Masih saja, seperti kumpulan kisah lanjutan bulan September perlihatkan "para anggota agama mayoritas --- Kaum Sunni--- tidak dibantai, dipenggal dan diperkosa karena iman mereka; tidak mengalami masjid mereka dibom, dibakar; tidak dipenjara atau dibunuh karena murtad, menghina agama ataupun karena mengajak orang berpindah agama.Harus saya perbarui seruan yang berkali-kali saya sampaikan berkaitan dengan situasi yang menyedihkan yang melanda seluruh Timur Tengah, Afrika Utara dan negara-negara Afrika lainnya, tempat umat Kristen dipaksa menyaksikan perusakan tempat ibadah mereka, warisan budaya dan agama, rumah dan harta benda mereka. Semua itu mereka alami bersama kelompok-kelompok budaya dan etnis lain bahkan anggota agama mayoritas yang tak ingin terjebak dalam kebencian dan kebodohan. Akibatnya, mereka semua menghadapi alternatif; melarikan diri atau membayar agar bisa diterima selamanya serta untuk mendapatkan damai dengan hidup mereka atau dijadikan budak.
Kekejaman dan pembantaian
Uganda: Tiga laki-laki Muslim memukul serta memperkosa seorang wanita Kristen berusia 19 tahun. Pelajar muda itu sedang dalam perjalanan pulang dari Sekolah Tinggi Pendidikan Guru St. Mary di Bukedea, ketika diserang oleh laki-laki bertopeng. "Saya mencoba berteriak. Tapi salah seorang dari mereka menutup dan menampar mulut saya ketika mereka dengan paksa menarik saya keluar dari jalanan setapak," urai sang korban. "Saya dengar salah seorang menyuruh temannya yang lain supaya saya harus dibunuh karena orangtua saya meninggalkan Islam. Tetapi yang lain lagi mengatakan, "Tetapi kita tidak yakin apakah gadis ini Kristen." Bukan membunuhnya, mereka memperkosa dan memukulnya hingga luka parah sehingga dia masih mendapatkan perawatan rumah sakit atas luka-lukanyaAmerika Serikat: Freddy Akoa, seorang perawat kesehatan Kristen berusia 49 tahun di Portland, Maine dengan sadis dipukul hingga tewas di rumahnya sendiri oleh tiga oknum umat Muslim. Di samping jenazahnya ditemukan Alkitabnya yang penuh darah. Korban menderita luka; sekujur tubuhnya lebam dan kepalanya mengalami benturan keras mematikan. Secara internal, dia menderita 22 tulang patah. Organ hati pun terluka. Pernyataan tertulis kepolisian mengatakan bahwa Akoa "dipukul dan ditendang di kepala. Kepalanya juga dipukul dengan kayu dalam sebuah serangan yang berlanjut tanpa henti selama berjam-jam." Akoa tampaknya mengadakan pesta sebelumnya atau ketika dia diserang. Tiga penyerangnya adalah pengungsi Muslim asal Somalia. Akhir-akhir ini, di Amerika dan Eropa, sejumlah "pengungsi" menjadi teroris Islam. Beberapa dari mereka mempunyai kaitan langsung dengan ISIS. (Sebuah faksi Al Shabaab, sebuah organisasi jihadi kenamaan Sonalia, baru-baru itu berjanji setia kepada ISIS).
Suriah: Seorang warga Kristen dari Desa Qaryatain, di Propinsi Homas diekseskusi mati oleh Negara Islam karena menolak mematuhi dhimmi, semacam persyaratan [bagi masyarakat kelas dua yang ditoleransi"] yang diterapkan kepada penduduk desa Kristen. ISIS juga membunuh seorang iman Kristen, memotong-motong tubuhnya berkeping-keping lalu mengirimkannya kepada keluarganya dalam sebuah kotak. Sebelumnya, ISIS menyandera seorang imam Katolik serta menuntut uang tebusan $ 120.000 (sekitar Rp 1.650 juta) dari keluarganya. Keluarganya memang akhirnya setelah dua bulan berhasil mengumpulkan dana tebusan. Tetapi setelah membayarnya, ISIS justru mengingkari janji dan bagaimanapun juga tetap membunuh imam Katolik itu dengan kejam.
Pakistan: Keluarga Muslim seorang wanita yang beralih menjadi Kristen dan menikahi seorang Kristen membunuh suaminya serta melukai sang wanita muda. Aleem Masih, 28 tahun menikahi Nadia, 23 tahun setahun silam, setelah dia beriman kepada Kristus. Pasangan baru menikah itu lalu meninggalkan desa mereka karena keluarga wanita berupaya "membalas dendam karena rasa malu yang ditimbulkan oleh saudari mereka kepada mereka dengan meninggalkan Islam serta menikahi seorang laki-laki Kristen," urai seorang pengacara yang terlibat menangani kasus itu. Ayah Nadia, Muhammad Din Meo dan orang-orang suruhannya akhirnya berhasil menculik pasangan itu dan membawa keduanya menuju sebuah kebun terdekat. "Pertama-tama. para oknum pria Muslim menyiksa pasangan itu dengan kejam dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi lalu menembak Aleem Masih tiga kali --- satu peluru mengenai mata kakinya, yang kedua menyasar tulang-tulang rusuknya sementara yang ketiga mengenai wajahnya," urai jaksa penuntut umum. "Nadia ditembak di pantatnya."
"Para keluarga Muslim meninggalkan pasangan naas itu karena yakin sudah membunuh mereka. Setiba di desa, di depan umum mereka mengumumkan bahwa mereka berhasil membalas tindakan yang memalukan mereka serta memulihkan kebanggaan kaum Muslim lalu dengan tangan dingin membunuh pasangan itu." Bagaimanapun, polisi menemukan Nadia masih bernafas ketika mereka tiba di kebun itu, "Dia sudah dipindahkan ke RSU di Lahore. Di sana dia berjuang melawan maut setelah menjalani operasi besar untuk mengeluarkan dua peluru dari pantatnya." Sejumlah besar umat Muslim berkumpul di rumah sakit ketika sang wanita yang terluka parah itu tiba di rumah sakit. "Beberapa orang dari gerombolan massa itu, membawa senjata. Dengan marah mereka meneriakan slogan anti-Kristen... Mereka memuji-muji Azhar yang berupaya memulihkan kebanggaan Umat Muslim dan mengatakan dia masuk surga karena membunuh orang kafir."
Filipina: Para teroris Islam kelompok jihadi Abu Sayyaf diduga terlibat dalam aksi pemboman sebuah bus penumpang yang dipenuhi orang Kristen di Kota Zamboanga, 18 September lalu. Insiden itu menewaskan seorang gadis berusia 14 tahun dan melukai 33 orang lainnya. Sumber-sumber intelijen sudah mengingatkan bahwa Abu Sayyaf bakal menyasar kota dan komunitas yang didominasi warga Kristen. Hanya 20% penduduk Zamboanga adalah Muslim, sedangkan hampir seluruh sisanya adalah Kristen (hampir semuanya Katolik).
Mesir: Ibu seorang imam Koptik dirampok dan dibunuh di Kota Fekria di Minya.
Serangan Kaum Muslim terhadap Gereja-gereja Kristen
Amerika Serikat: Pada Minggu, 13 September, Rasheed Abdul Aziz, 40 tahun, ditangkap karena mengancam Gereja Baptis Misioner Korintus di Bullard, Texas. Warga Muslim Amerika itu membawa senapan, mengenakan pakaian perang --- lengkap dengan helm dan celana penyamaran, rompi dan sepatu taktis--- ketika memasuki gereja pada pukul 1 sore. Menurut Pastor John Johnson, Azis mengaku Allah meminta dia "membantai orang kafir" dan bahwa "ada orang akan mati hari ini." Pastor itu menambahkan, "Saya yakin itu niatnya ketika datang ke gereja kami. Ia berniat sungguh-sungguh untuk membunuh seseorang."Tanzania: Selama satu pekan, enam gereja Kristen dibakar tuntas. Pada 23 September, tiga gereja dibakar: Gereja Internasional Air Hidup, Gereja Pentekosta Jemaat Allah Buyekera dan Gereja Evanggelis Jemaat Allah Tanzania. Tiga hari kemudian, pada 26 September, tiga gereja lain turut dibakar; yaitu Gereja Evanggelis Lutheran, Gereja Katolik Roma Kitundu dan Gereja Pentekosta Jemaat Allah Katoro. Menurut sebuah sumber setempat, "ketika bangun dari tidur pada 27 September orang-orang menemukan tempat suci mereka sudah ludes terbakar... Skenarionya sama; ada orang tidak kenal memasuki gereja, menaruh barang-barang yang mudah terbakar di atas altar, menuangkan minyak di atasnya lalu membakarnya. Mereka lalu lari sebelum ada orang menanggapi insiden itu sehingga tetap tidak diketahui pelakunya. Negara Afrika Timur sebagian besar terdiri dari umat Kristen dan Muslim, walaupun rasionya masih diperdebatkan.
Bethlehem: Sekelompok kaum Muslim membakar Biara St. Charbel. Sobhy Makhoul, pimpinan Patriarkat Maronit di Yerusalem mengatakan, "Itu aksi pembakaran, bukan karena masalah listrik [seperti diklam oleh pihak berwenang lokal]. Itu tindakan vandalisme sektarian yang dilakukan sekelompok kaum Muslim radikal. Kebakaran memang tidak menyebabkan korban jiwa atau terluka--- untungnya gedung tidak dihuni dan sedang direnovasi --- tetapi kerusakannya jelas dan komunitas Kristen lokal tampaknya takut dengan aksi kekerasan lebih jauh. Pemimpin Maronit itu mengatakan bahwa , "serangan itu...anti-Kristen, seperti banyak insiden lain di segala penjuru Timur Tengah. Kelompok-kelompok ekstremis beroperasi di kawasan ini, termasuk sejumlah sel Hamas."
Irak: Sebuah laporan yang mendiskusikan bagaimana seorang Kristen dibantai setiap lima menit di Irak, menambahkan bahwa "Kaum militan Negara Islam di Irak memanfaatkan gereja-gereja Kristen sebagai tempat penyiksaan. Di sana, mereka memaksa umat Kristen beralih menganut agama Islam atau mati."
Suriah: Beberapa hari setelah menduduki Kota Qaryatain, Negara Islam menghancurkan sebuah biara tua Katolik serta membuang sisa-sisa jenazah seorang santo yang sangat dihormati. Kelompok terror Suni itu memberikan ultimatum kepada umat Kristen di Qaryatain untuk membayar jizya (sejenis uang pemerasan), memeluk agama Islam atau meninggalkan negeri itu.
Para jihadi Negara Islam tengah menghancurkan Biara kuno Mar Ellian di Qaryatain, Suriah. |
Indonesia: Minggu, 27 September, Gereja GKI Yasmin Bogor merayakan ibadat yang keseratus di tempat terbuka sejak 2008, ketika sekelompok umat Muslim setempat mulai mengeluhkan keberadaan gereja itu. Walau gereja itu sudah terdaftar dan mendapatkan ijin, pihak berwenang dengan sepenuh hati menutupnya. Pada Desember 2010, Mahkamah Agung RI memerintahkan agar gereja itu dibuka kembali. Tetapi Walikota Kotamadya Bogor menolak mematuhinya dan tetap menyegelnya. Semenjak itu, umat gereja merayakan ibadah Minggu di rumah jemaatnya. Kerapkali perayaan pun terpaksa mereka rayakan di jalan, dan biasanya disoraki dan diserang oleh gerombolan-gerombolan oknum kaum Muslim.
Serangan Kaum Muslim terhadap Kebebasan Umat Kristen
(Murtad, Penghinaan Agama dan Ajakan Pindah Agama)
Uganda: Madina, seorang ibu 36 tahun dengan delapan anak meminta dukungan doa karena kaum Muslim di daerahnya memaksa dia kembali memeluk Islam, atau kehilangan anak-anaknya serta dibunuh. Walau tetap bertahan sebagai Kristen setelah suaminya meninggalkannya satu dekade silam karena dia murtad dari Islam, Madina pun kembali menganut Islam, September lalu. "Keluarga suami mengancam membunuh saya dan membawa pergi anak-anak jika saya menolak untuk kembali menganut Islam. Kata mereka, 'kami tidak mau kehilangan anak dengan membiarkan mereka menjadi Kristen. Kami lebih baik membunuhmu dan mendapatkan kembali anak-anak'...Saya tidak punya tempat untuk pergi bersama anak-anakku, sehingga memutuskan untuk kembali memeluk Islam guna menyelamatkan anak-anak dan saya sendiri. Saya tahu Issa [Yesus] akan mengingat saya suatu saat."(Murtad, Penghinaan Agama dan Ajakan Pindah Agama)
Inggeris Raya: Seorang pria Pakistan, isterinya beserta enam anak mereka menghadapi penderitaan "siksaan luar biasa di tangan para tetangga yang menganggap mereka sebagai tukang fitnah." "Kejahatan" mereka adalah menjadi Kristen--- lebih dari 20 tahun silam. Meski menjadi "tahanan di rumah sendiri setelah serangan di jalan, berkali-kali mengalami kaca depan mobil mereka dihancurkan termasuk lemparan telur ke jendela mereka, keluarga Kristen itu mengatakan bahwa polisi dan Gereja Anglican tidak memberikan dukungan yang berarti dan "enggan untuk memperlakukan persoalan itu sebagai kejahatan karena kebencian terhadap agama." Nissar Hussaini, sang ayah mengatakan, "Hidup kami disabotase. Ini tidak boleh terjadi di Inggeris Raya. Kita tinggal dalam masyarakat demokratis dan apa yang mereka lakukan atas kami itu menjijikkan."
Turki: Sejak 27 Agustus, sebanyak 15 gereja mendapat ancaman mati karena "menolak Allah." Meski demikian, "Berbagai ancaman itu bukan hal baru bagi komunitas Protestan yang berdiam di negeri ini dan ingin membesarkan anak-anak mereka di sini," urai para pemimpin gereja. Ketika para mantan penganut Muslim, banyak jemaat memang murtad dari Islam, diancam akan dipenggal kepalanya. Berbagai pesan itu menuduh umat Kristen memilih "jalan menolak Allah" dan "menarik yang lain untuk percaya seperti kalian... Sebagai bidaah, kalian memperbesar jumlah dengan para pengikut yang lugu." Satu dari berbagai pesan itu menggambarkan bendera Negara Islam beserta kata-kata: "Orang kafir yang sesat, waktu kami untuk memenggal leher kalian segera tiba. Semoga Allah mendapatkan kemuliaan dan pujian."
Pakistan: Polisi menangkap seorang Kristen pekerja pembakar batu bata, Pervaiz Masih, di Distrik Kasur, Propinsi Punjab setelah seorang pengusaha Muslim saingannya salah menuduh dia menghina Nabi Islam, Muhammad. Pervaiz, ayah empat anak, termasuk seorang balita laki-laki meninggalkan rumah mereka setelah Muhammad Khalid mengajukan tuntutan yang mengatakan bahwa Pervaiz menghina Muhammad dalam sebuah perdebatan. Polisi menahan empat kerabat Pervaiz serta menyeret isterinya ke jalan lalu menelanjanginya tatkala mencoba memperoleh informasi tentang di mana suaminya berada. Polisi juga memukul umat Kristen setempat, merazia rumah-rumah mereka untuk mendapatkan informasi di kota kelahiran Pervaiz. Pervaiz akhirnya menyerahkan diri kepada polisi agar para kerabatnya dibebaskan.
Ethiopia: Sekelompok kaum muda Kristen yang terdiri dari 15 orang diserang serta ditangkap karena terlibat dalam evanggelisasi (penginjilan) di Ethiopia timur. Selain itu, enam pemimpin Kristen dinyatakan bersalah menimbulkan gangguan umum, menghancurkan kepercayaan masyarakat umum terhadap pejabat pemerintah serta menyebarluaskan kebencian. Keenam pria itu adalah anggota komite administratif sebuah gereja. Mereka pernah menulis surat kepada pemimpinan nasional gereja mereka, 11 Maret lalu menjelaskan berbagai siksaan yang mereka alami sebagai umat Kristen yang berdiam di Kawasan Silte yang mayoritas warganya Muslim. Mereka mengeluhkan adanya diskriminasi dalam peluang kerja, pemecatan tidak adil dari pekerjaan, masukan yang keras atas kinerja kerja, pembakaran bangunan gereja, serangan fisik dan ancaman yang mematikan. Surat itu ternyata bocor pada media lokal serta disebarluaskan sehingga mendorong terjadinya penangkapan dan hukuman atas mereka.
Dhimmitude
Jeman: Menurut sebuah laporan, "Banyak pengungsi Kristen dari Suriah, Irak atau Kurdistan diintimidasi dan diserang oleh para pengungsi Muslim. Dalam sejumlah pusat penampungan pengungsi yang didirikan oleh berbagai pihak berwenang lokal, Hukum Shariah diterapkan dan umat Kristen --- yang memang minoritas--- menjadi korban gangguan." Gottfried Martens, seorang pastor di Gereja Berlin selatan mengaku "kaum Muslim yang sangat relijius pun tengah menyebarluaskan pemikiran berikut di segala penjuru pusat penampungan pengungsi. Yaitu bahwa Hukum Shariah berkuasa di mana pun kita berada." Martens mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam atas kaum Muslim yang beralih menganut Kristen--- orang murtad, yang berdasarkan hukum Islam, bisa dibunuh: "Ada 100 % perluang bahwa orang-orang itu bakal diserang."Libanon: Umat Kristen terpinggirkan oleh para pengungsi Muslim dari Suriah dan Irak. Mereka juga berada dalam bahaya kehilangan tempat di negeri mereka sendiri, urai Menteri Luar Negeri Libanon, Gebran Bassil: "Yang terjadi di Libanon adalah upaya untuk menggantikan masyarakat dengan [kaum Muslim] Suriah dan Palestina." Karena, penduduk Kristen Libanon, secara historis minoritas, urai Bassil, maka hak asasi mereka terancam karena "sejumlah kalangan mencoba memaksakan kaum Muslim kepada umat Krsiten" (sebuah situasi yang juga tengah terjadi di AS.). Dalam sebuah wawancara sebelumnya, Bassil mengatakan komunitas Kristen Timur Tengah secara keseluruhan merosot "dalam kelompok-kelompok besar". "Di Irak, gejala ini sudah terjadi lebih dari dari 20 tahun. Dan kita saksikan bahwa 90 persen umat Kristen sudah meninggalkan Irak. Di Suriah, kita tidak punya angka yang jelas karena situasinya kacau balau. Kami tidak bisa katakan. Kita tahu bahwa banyak sekali imigrasi dalam negeri dan keluar negeri termasuk juga pelarian... Tetapi yang pasti, gereja-gereja sudah dihancurkan dan orang-orang sudah meninggalkan tempat mereka."
Inggeris Raya: Seorang warga Iran, Noureden Mallaky – Soodman, 41 tahun diduga hendak dideportasi ke Iran setelah ditangkap karena mengancam sambil mengacungkan pedang di jalanan Kota London. Bagaimanapun, dia tidak jadi dideportasi, tampaknya karena Kedutaan Besar Iran tutup. Dia sebaliknya dirumahkan kembali 250 mil dari Kota London, di kota kecil bernama Stockton – on Tees. Sebelumnya, pada 2 April, dengan membawa pisau tentara (curved knive) dia mengamuk dan berteriak: "Saya Muslim dan akan penggal kepalamu brengsek. Saya ISIS dan orang-orang saya akan memotong buah z...armu, orang Kristen.... Akan saya bunuh kalian, akan saya bunuh kalian semua. Akan saya penggal kepala kalian semua dan memperkosanya."
Dhimmitude Mesir
Serangan warga Muslim atas umat Kristen meledak di dua desa terpisah di Samalout, sebelah utara Gubernuran Minya. Satu serangan tampaknya terjadi sebagai "balasan" atas pembangunan sebuah gereja kecil. Di sebuah desa, lima warga Koptik terluka; di desa lainnya, segerombolan kaum Muslim penuh pepak menaiki sejumlah mobil menyerang sebuah pesta pernikahan umat Kristen. Tiga umat Koptik terluka. Di seluruh penjuru kawasan itu, beberapa gadis Kristen juga digoda.
Di tempat terpisah, sebuah kelompok kaum Muslim di Desa Oula, dekat Aleksandria menyerang rumah-rumah serta Gereja Kristen, 20 September lalu, setelah polisi berupaya mengembalikan lahan yang direbut oleh seorang Muslim kepada pemiliknya yang beragama Kristen yang memang berhak. Ketika polisi tiba untuk melaksanakan perintah, mereka pun diserang sehingga terpaksa melarikan diri. "Setelah pasukan kemanan melarikan diri," urai seorang pemimpin gereja, "Satu gerombolan besar massa mengepung lalu melempari gereja dengan batu. Mereka kemudian menyerang empat rumah umat Kristen." Sedikitnya, dua umat Kristen terluka serius, salah satu dari mereka patah tulang punggungnya. "Dengan menggunakan mikrofon di masjid di dekat tempat kejadian dan desa-desa di sekitarnya, Keluarga El Houty [Keluarga Muslim yang menjarah lahan umat Kristen] memanggil umat Muslim dari di manapun di sekitar desa itu untuk datang. Mereka pun mengatakan polisi datang hendak mengambil lahan serta menyerahkannya kepada umat Kristen."
Ada juga kasus seorang mahasiswi Kristen Koptik yang diperlakukan secara diskriminatif. Namanya Marian. Kasusnya menjadi berita besar tatkala sejumlah media penting Mesir menjadikannya berita utama sehingga menjadi skandal. Gadis itu dikenal sebagai "Mahasiswi yang mendapat nilai nol" (Student Zero). Para mantan gurunya melukiskan dia sebagai "siswa yang cerdas." Dia pun berencana menjadi dokter. Nilainya mencapai 97 % selama dua tahun pertama sekolahnya sehingga wajar dia mengharapkan hasil yang sama pada tahun terakhirnya --- ternyata, dia hanya menemukan bahwa dia gagal. Nilai akhirnya, nol. Mendapatkan nilai yang tidak diharapkan itu, dia lalu mendesak untuk melihat hasil ujiannya. Tetapi permintaannya ditolak. Ketika isu itu menjadi berita utama media, hasil ujian pun diperlihatkan. Dia dan orang-orang lain--- termasuk pakar yang menganalisa tulisan tangan --- mengatakan tulisan tangan pada lembaran tes yang diperlihatkan bukanlah miliknya.
Dhimmitude Pakistan
Sebuah keluarga Kristen nyaris terbakar hidup-hidup selama sejumlah oknum Muslim berusaha "merebut lahan" rumah mereka. Penyebabnya adalah karena pemilik lahan, Boota Masih, 38 tahun dan isteri serta keluarganya menolak meninggalkan tanah kelahiran serta properti mereka kepada sejumlah kaum Muslim. Akibatnya, mereka pun dipukul dengan kejam. Orang-orang Muslim lalu menyiramkan minyak pada rumah lalu membakarnya setelah terlebih dulu mengunci Boota dan keluarganya dalam sebuah kamar. Beruntunglah, keluarga Masih berhasil meloloskan diri dengan menerobos lewat sebuah jendeal. Walau para saksi mata hadir di sana, polisi setempat enggan mendaftar keluhan itu secara resmi. Dan sebaliknya, menurut para penasehat hukum polisi malah menangkap Masih atas tuduhan palsu.
Hampir semua pekerjaan hina diperuntukan bagi umat Kristen dan kaum minoritas lain. Contoh paling akhir muncul dalam pengumuman lowongan kerja dari Punjab Institute of Cardiology, Laore. Dalam daftar pekerjaaan, semua pekerjaan terbuka bagi semua pelamar---- kecuali untuk posisi pekerjaan kebersihan seperti pembersih toilet: hanya pelamar non-Muslim yang dipilih. Menurut para pengacara buruh, "ini bentuk penindasan, rasisme dan sikap fanatik tidak langsung terhadap kaum minoritas agama negeri itu, terutama kalangan Kristen, Hindu dan kaum Muslim bukan Sunni.
Tentang Seri Ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
***
Raymond Ibrahim adalah pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Tersalibkan Lagi: Tampilkan Perang Baru Islam Terhadap Kristen) (diterbitkan oleh Regnery bekerja sama dengan Gatestone Institute, April 2013).
Rindu- SERSAN MAYOR
-
Posts : 333
Kepercayaan : Lain-lain
Location : bumi
Join date : 09.05.14
Reputation : 7
Re: Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim
http://id.gatestoneinstitute.org/7604/gereja-bawah-kekuasaan-islam
Dibom, Dibakar dan Dikencingi: Gereja di Bawah Kekuasaan Islam
oleh Raymond Ibrahim
11 Maret 2016
Terjemahan dari naskah asli: Bombed, Burned, and Urinated On: Churches Under Islam
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato
Kosovo: Sejumlah kaum Muslim mengencingi gereja Kristen Ortodoks di Pristina, ibukota Kosovo. Wakil Perdana Menteri Branimir Stojanovic mengecam pencemaran Kenisah Kristus Sang Juru Selamat (Temple of Christ the Savior). "Kencing di tempat suci itu memalukan, tidak beradab dan vandalisme," kecamnya. (Tahun lalu di Italia, sekelompok Muslim menghancurkan sebuah patung Perawan Maria dan mengencinginya.) Stojanovic menambahkan bahwa: "Pengawasan besar-besar atas para demonstran oleh polisi', ketika mereka memasuki kenisah lalu mengencingnya juga sangat memalukan." Tempat-tempat suci [umat Kristen] Serbia di Kosovo terus saja dicemari, " urai wakil perdana menteri.
Aljazair: Pada 7 Januari lalu, para perusak tidak dikenal merusak, merampok lalu menuliskan berbagai slogan jihadi di sebuah gereja. Berbagai perabot gereja, peralatan upacara serta uang bernilai sekitar 8 ribu dolar AS (sekitar Rp 107 juta) dicuri dari Gereja Cahaya (Light Church) di kawasan Tizi-Ouzou, sekitar 62 mil dari Aljazair. Menurut Pastor Mustapha Krireche, "Para pencuri menerobos masuk gereja kami melalui jendela. Soalnya, kami baru pasang pintu penguat yang sangat sulit untuk dipaksa buka...Mereka bawa peralatan musik seperti gitar, synthesizer, perkusi dan peralatan-peralatan suara ditambah sebuah "printer", sebuah kotak derma, sejumlah uang dan bahan-bahan lain." Para penyerang kemudian meninggalkan graffiti (coretan tangan) yang memperlihatkan supremasi Islam di tembok-tembok gereja termasuk tulisan "Allah Akbar." Gereja itu sudah disasar dua kali sebelumnya; pada 2009, sekitar 20 para tetangga yang Islamis mencoba menghalangi jemaat gereja... mengikuti ibadat"; pada 2010, sekelompok Muslim menyerang seluruh bangunan gereja, berusaha membakar serta merusak Alkitab dan sebuah salib.
Kuwait: Wakil rakyat Ahmad Al-Azemi mengatakan bahwa dia beserta wakil rakyat lain akan menolak permintaan persetujuan awal untuk mendirikan gereja karena hal itu "bertentangan dengan hukum shariah Islam." Ditambahkannya bahwa para cendekiawan Islam sepakat melarang pendirian tempat kebaktian kaum non-Muslim di Semenanjung Arab.
Mongolia: Beberapa hari setelah menyelenggarakan Perayaan Natal, berbagai bahan peledak dilemparkan ke dalam cerobong asap sebuah bangunan gereja di Kazakh. Akibatnya, "Umat gereja memutuskan untuk tidak datang bersama-sama ke gereja selama beberapa waktu. Mereka [itu] takut terjadi lagi peledakan di rumah kaum beriman itu," urai seorang pemimpin gereja. Sejumlah besar orang sudah mulai hadiri ibadat Natal gereja. Umat Kristen setempat meyakini bahwa kedatangan umat dalam perayaan "membuat sejumlah Muslim lokal marah sehingga melakukan serangan."
Pakistan: Tiga gereja diserang:
1) Gereja Apostolik dibakar tuntas di Punjab. Bangunan gereka dibakar sehari setelah doa "tuguran" menyambut Epifani, 6 Januari lalu. Pastor Zulfiqar dari Gereja Apostolik mengatakan Alkitab dan bejana-bejana suci juga rusak termakan api. Perselisihan sebelumnya antara kaum Muslim dan Kristen diyakini menjadi penyebab aksi serangan pembakaran. Penduduk setempat menuduh polisi lalai, seperti biasa. Menurut penduduk setempat: "Semua umat Kristen kini sangat ketakutan. Api menggambarkan bahwa umat Kristen tidak lagi diinginkan di kawasan setempat."
2) Akba Azhar, seorang pria Muslim menyerobot masuk ke dalam Gereja Kemenangan (Victory Church) di Kasur lalu membakar sejumlah Alkitab serta berbagai buku suci. Walau ditangkap dan ditahan oleh sekelompok umat Kristen yang menyerahkannya kepada polisi dan walau penghinaan terhadap agama bisa dihukum mati, polisi malah mengatakan dia secara mental tidak stabil. Karena itu, urai mereka, dia tidak bisa diadili. Umat Kristen setempat tidak setuju dan tetap ngotot bahwa dia waras. Padahal, jumlah banyak umat Kristen kini sedang menanti hukuman mati di Pakistan terkait dengan tuduhan penghinaan terhadap Islam.
3) Sekelompok Muslim secara ilegal menduduki properti gereja. Umat Kristen akhirnya menyerah setelah mencoba merebut kembali bangunan gereja dan menghadiri pertemuan rekonsiliasi yang diadakan polisi: "sebaliknya kaum Muslim mempersenjatai diri dengan senapan dan parang lalu menyerang anggota keluarga Kristen di rumah-rumah mereka," urai umat Kristen setempat, Bashir Masih. Setelah gereja diduduki, kaum Muslim kawasan itu "membuat nyaris tidak mungkin bagi " anggota gereja untuk mengadakan kebaktian dalam rumah mereka sendiri sekalipun." "Kami sudah mendapat persetujuan tertulis dari kepala polisi setempat, Rai Ijaz, untuk mengadakan ibadat doa selama tiga jam di halaman pribadi seorang umat Kristen..." Tetapi ketika umat yang terdiri dari 30 warga Kristen mulai berdoa, Rashid Jutt, seorang Muslim yang berumur menjelang 20 tahun, muncul menghentikannya. Seorang pemuda Kristen yang ikut doa maju ke depan berusaha menghentikan pelecehan yang dilakukan pria Muslim itu. Perkelahian pun tidak terhindarkan. Tetapi umat memisahkan keduanya. Laki-laki Muslim itu malah bersumpah hendak "memberi pelajaran kepada kami semua" ketika meninggalkan tempat itu, urai Masih. Tampaknya, balas dendam oknum Muslim itu adalah dengan melaporkan kepada polisi bahwa umat Kristen mengikat dan menyiksa dia. Umat Kristen yang "segera tiba di kantor polisi memberi tahu inspektur polisi yang bertugas apa yang sebenarnya terjadi." Seorang perwira polisi malah menasehati mereka untuk mengabaikan persoalan itu dan sebaliknya mencoba "berdamai dengan kaum muda Muslim."
Kaum Kristen sepakat mengadakan pertemuan rekonsiliasi, tetapi kaum Muslim tidak pernah muncul. Belakangan, mereka menemukan sang pemuda itu "beserta 30 orang laki-laki lain bersenjatakan senapan, pedang dan kayu pemukul menyerang rumah-rumah kami memukul anak-anak lelaki kami." Kaum Kristen pun segera memanggil polisi yang datang pelahan dan "tidak menangkap satupun kaum Muslim...Kami merasa seluruh komunitas Muslim berubah menentang kami karena kami menentang aksi agresi mereka...Bahkan polisi setempat pun memihak kaum Muslim" simpul Masih. "Ketika berbagai razia dilakukan untuk menangkap anak-anak Kristen sama sekali tidak ada upaya dilakukan untuk menangkap Jutt dan antek-anteknya yang sudah kami sebutkan dalam keluhan kami karena menyerang rumah serta memukul anak-anak lelaki kami."
Sudan Selatan: Segelintir oknum kaum Muslim yang "dikirimkan" dari mayoritas Muslim di Sudan, sebuah negara tempat hukum Shariah ditegakan, diduga membakar tuntas sebuah bangunan gereja di kawasan selatan, tempat mayoritas umat Kristen berada. Pada 16 Januari lalu, ketika bangun pagi, para anggota Gereja Kristus Sudan di tempat pemukiman Yida menyaksikan tempat ibadat mereka dilalap api. "Saya tahu orang-orang yang bakar gereja kami itu dikirim dari Sudan dengan sengaja," lapor seorang pemimpin gereja yang tidak mau disebutkan namanya. Api membakar bagian luar dan dalam gereja, menghancurkan semua kursi, mimbar dan sejumlah Alkitab berbahasa Arab. Pada minggu berikutnya, umat yang hampir mencapai 200 orang itu mengadakan ibadat di tempat terbuka di tengah puing-puing bangunan gereja, yang hanya menyisakan batu-bata.
Mesir: Sebuah bom buatan tangan ditemukan dekat sebuah gereja 22 Januari lalu. Pastor Paul dari Gereja Ortodoks Koptik menemukan apa yang dia lukiskan sebagai "barang aneh" tergeletak berdekatan dengan kotak sampah di luar Gereja Perawan Maria di Aswan. Sang pastor lalu membawa benda asing itu kepada pihak berwenang untuk dianalisa dan ternyata adalah bom buatan. Di tempat terpisah, pasukan keamanan menangkap 10 umat Kristen Koptik karena mencoba membangun tembok mengelilingi sebuah lahan kosong guna memperluas gereja yang ada menjadi lahan mereka atau bahkan mungkin untuk membangun gereja. Memang sudah ada satu gereja di desa Abu Hannas di Samalout, Minya, tetapi terlampau kecil untuk melayani banyak penduduk Kristen desa itu. Karena itu, pihak gereja membeli lahan yang tidak terpakai di dekatnya dengan harapan bisa memperluas gereja atau membangun gedung lainnya.
Iran: Pihak berwenang Republik Islam tengah mencoba mengubah Gereja Kristen Assiria di Teheran menjadi masjid. Gereja itu secara tidak sah dijarah dua tahun silam ketika para pemimpin gereja diberi tahu bahwa sebuah aula sholat Islam bakal dibangun di sana.
Indonesia: Pihak berwenang di Propinsi Aceh yang diperintah berdasarkan Hukum Shariah berencana tenda-tenda yang dibangun oleh umat Kristen sebagai tempat ibadat setelah gereja-gereja mereka dibongkar penghujung tahun silam oleh pihak berwenang sebagai tanggapan terhadap aksi kekerasan kaum Muslim terhadap berbagai gereja. Berbagai serangan itu menyebabkan satu orang tewas dan ribuan umat Kristen kehilangan rumah. Pemerintah mengklaim pembongkaran itu sudah disepakati , karena tenda-tenda itu dibangun hanya untuk ibadat Natal --- sebuah klaim yang ditentang oleh para pemimpin Kristen. Ketika polisi Shariah dan pejabat lain tiba di sana Januari lalu untuk membongkar tenda, umat pun ngotot bertahan. "Ibu-ibu dan anak-anak beserta kaum muda menghalangi. Mereka mengungkapkan penolakan mereka dengan jelas," urai seorang pastor. Bagaimanapun, dua gereja tenda berhasil dibongkar.
Turki: Sebuah Gereja Ortodoks Suriah di Diyarbakir yang dianggap sebagai "situs warisan unik," diyakini sudah hancur selama perang antara pasukan Turki dan PKK Kurdi. Menurut keluarga Kristen terakhir yang meninggalkan tempat itu, Pastor Yusuf dan isterinya: "Isteri dan saya baru saja dengan susah payah melarikan diri dari gereja beberapa waktu lalu...Beberapa hari lalu, kami kirim anak-anak guna menempatkan mereka di tempat aman. Bagaimanapun, isteri dan saya tidak bisa tinggalkan gereja tua kuno itu," yang menyimbolkan tempat hidup damai terakhir bagi kaum Aramea di kota yang pernah penuh dengan orang Aramea ini.
1) Sekelompok oknum pria Muslim pergi ke sebuah Kristen lalu menyandera seorang anak laki-laki berumur 7 tahun. Secara bergiliran mereka lalu memperkosa anak malang itu beramai-ramai sebelum akhirnya menjeratnya hingga mati dengan seutas tali. Masyarakat setempat menemukan jenasah anak itu keesokan harinya teronggok di sebuah ladang: "Jenazahnya dikirim untuk pemeriksaan post-mortem, pascamati yang mengungkapkan bahwa anak lelaki 7 tahun itu dibunuh setelah diperkosa secara brutal," urai seorang warga setempat. "Para tertuduh termasuk keluarga kaya yang mabuk ketika menyandera anak kecil itu, membawanya pergi kemudian memperkosanya."
2) Sepekan kemudian, kelompok lain dilaporkan kaum Muslim "kaya dan mabuk" dalam sebuah mobil menyapa tiga gadis Kristen yang sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerja. Mereka digoda secara seksual dengan mengatakan, "gadis-gadis Kristen hanya diperlukan untuk satu hal, yaitu demi kesenangan para laki-laki Muslim." Ketika para gadis mencoba melarikan diri, para pria Muslim mengejar lalu menggilas mereka. Aksi biadab itu menewaskan seorang gadis berusia 17 tahun.
3) Seorang laki-laki Kristen disiksa hingga mati secara brutal dalam upaya memaksa dia mengaku mencuri dari majikannya yang Muslim. Khurram, anak dari Liaqat Masih, seorang pria Kristen berusia 47 tahun yang dibantai oleh polisi karena alasan yang sama, memberikan kesaksian tentang pemukulan yang dialami ayahnya sebelum tewas. Polisi menelanjangi ayahnya, memaksanya berdiri di kursi, mengikat tangannya ke punggung dan menggantungnya ke langit-langit. Aksi brutal itu menyebabkan bahu Liaqat tergeser. Setiap kali kakinya menginjak lantai, seorang perwira polisi menarik tali mengangkat tubuhnya lagi dan terus menekan lengannya sehingga bahunya tergeser. Karena Khurram dan Liagat tetap tidak mengaku bersalah selama penyiksaan, para perwira polisi terus memukul ayahnya yang sudah terikat dengan tongkat kayu hingga akhirnya tewas. Para perwira kemudian mengurangi tekanan tali lalu melepaskan jenazah sang ayah yang babak-belur itu dalam genangan air kencingnya sendiri, urai sang anak yang menyaksikan penyiksaan atas ayahnya. Waktu otopsi, para dokter menyimpulkan bahwa Liaqat malah mati karena serangan jatung dan tidak mendata berbagai luka dan memar yang dia derita selama dianiaya.
Bangladesh: ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pria Muslim berusia 85 tahun yang dilaporkan beralih menjadi Kristen. Dia ditemukan terbaring tewas dalam sebuah tempat mirip peti mati dengan darah memenuhi dada. Diyakini dia ditikam hingga tewas ketika sedang bekerja di tempat praktek pengobatan miliknya. Berdasarkan sebuah laporan, "tentara kalifah berhasil melenyapkan orang murtad bernama 'Samiral-Din' dengan menikamnya dengan pisau." Walau anak laki-laki al-Din mengaku ayahnya tidak pernah beralih memeluk Kristen dan sering sholat menghadapi Mekkah, pihak Gereja Satu Jalan tidak sepakat. Pihak gereja mengatakan dia baru saja "ikuti pertemuan di gereja di Desa Gopinathpurm pada 3 Januari lalu" dan bahwa dia sudah memberi tahu orang lain bahwa hidupnya dalam bahaya. "Gereja lokal memperlihatkan kepada kami berbagai dokumen yang mengukuhkan bahwa dia beralih menganut Kristen pada 2001 lalu," urai polisi setempat.
Suriah: Sebuah bom menyerang sebuah kawasan mayoritas Kristen menewaskan tiga orang dan melukai 10 orang lainnya. Semua korbannya Kristen. Serangan terjadi 24 Januari di Kota Qamishhli, Kurdi. Berbagai rumor beredar bahwa ISIS berada di balik serangan. Namun menurut seorang pemimpin Kristen, "Begitu banyak orang berpikir bahwa otak dan pelaksana di belakang aksi pemboman itu bisa saja kelompok Kurdi. Inilah faktor pengganggu lain perang ini: ada terorisme, tetapi kadang kita tidak tahu siapa yang sebenarnya menakut-nakuti kita."
Secara terpisah, dalam sebuah talkshow di Mesir yang disiarkan 18 Januari lalu, Ahmed 'Abdu Maher, seorang pengacara mengecam Al Azhar, universitas Islam tertua dunia yang paling bergengsi karena terus saja meradikalisasi para mahasiswanya. Disertai contoh, dia mengatakan: "Ada buku di Al-Azhar yang menyerukan agar kepala umat Koptik digundul paksa, menandai rumah-rumah mereka [sehingga kaum Muslim tahu di mana 'orang-orang kafir' tinggal] serta menolak berjabat tangan dengan mereka." Seperti terjadi, Negara Islam dan berbagai kelompok Muslim sejenisnya semuanya menganjurkan untuk tidak berjabatan tangan dengan umat Kristen "yang tidak bersih." Salah seorang ulama Mesir malah mengatakan dia melihat umat Kristen sangat "menjijikan." Juga bahwa rumah-rumah orang Kristen seharusnya dibedakan dengan tanda-tanda sebagaimana ISIS lakukan ketika membuat huruf "N" (nun) di rumah-rumah mereka di Mossul dan tempat lain. Bahkan dipraktekkan juga mencukur rambut kepala secara paksa. Kembali ke tahun 2013, berbagai kelompok jihadi jahat di Libya menyandera sekitar 100 umat Koptik dan secara brutal memperlakukan mereka ---termasuk mencukup rambut kepala mereka.
Turki: Dari sekitar 2 juta pengungsi Suriah di kawasan perbatasan Turki, ada 45.000 umat Kristen. Mereka menemukan bahwa "hidup mereka hanya sedikit lebih baik." Banyak dari mereka berpura-pura sebagai Muslim di tempat umum agar tidak diserang. Ibadat Kristen mereka batasi dalam privasi tenda dan rumah mereka . Menurut laporan, "Kelompok pengungsi lain di Turki yang diserang adalah umat Armenia. Zadig Kucuk dilaporkan menemukan ibunya yang berusia 85 tahun dibunuh Desember 2012 lalu, walau dia berdiam di sebuah komunitas Armenia yang besar di Istambul. Ketika ditemukan, satu lukisan salib besar dibuat di dada ibunya. Selain itu, ada berbagai kasus para pengungsi dipenggal kepalanya."
Iran: Bukannya mendapatkan lebih banyak perawatan medis yang diperlukan, seorang narapidana Kristen sebaliknya dijatuhi hukuman tambahan lima tahun penjara. Ebrahim Firouzi pertama ditangkap oleh agen-agen Republik Islam pada 2013 lalu. Belakangan, sebuah pengadilan hukum menjatuhkan hukuman satu tahun penjara dan dua tahun pembuangan baginya. Setelah masa hukumannya berakhir, Firouzi malah tetap ditahan ketika tuntutan baru "bertindak melawan keamanan nasional" dijatuhkan atasnya. Dia, dengan demikian tetap berada di penjara walau dada kirinya sakit parah selama lebih dari satu tahun. Kondisinya pun terus memburuk selama tiga bulan terakhir.
Kazakhstan: Ykas Kabduakasov, seorang Kristen yang meninggalkan Islam mendapat hukuman lebih berat setelah mengajukan banding . Sebuah pengadilan di Astana, ibukota negara itu, menjatuhkan hukuman dua tahun kerja rodi di kamp penjara daripada sebelumnya, hukuman tujuh tahun tahanan rumah. Ayah delapan anak itu ditangkap tahun lalu karena tuduhan "memicu kebencian agama." Da diajukan ke pengadilan Nopember lalu dan diijinkan pergi ke rumah untuk mulai menjalani tujuh tahun tahanan rumahnya. Umat Kristen setempat yakin alasan sebenarnya di balik penangkapan Yklas Kabduakasov adalah karena murtad dari Islam menjadi Kristen dan bahwa dia berbagi iman Kristennya dengan kalangan Muslim.
Mali: Seorang misionaris Kristen Swiss disandera selama 10 hari pada 2012 lalu. Namun, kini dia disandera lagi di Timbuktu. Pada 8 Januari lalu, Beatrice Stockly, seorang wanita berusia 40-an diambil dari rumahnya sebelum fajar oleh para pria bersenjata yang datang ke sana dengan menumpang empat pick-up. Memang, berbagai kelompok Islam militan aktif di kawasan tempat dia berdiam dan sudah melakukan dua serangan selama pekan-pekan sebelumnya. Salah satu serangan diarahkan pada sebuah stasiun radio Kristen tepat sebelum Natal, yang menyebabkan 25 orang tewas. Pada 2012 lalu, ketika para jihadi jahat menguasai kawasan itu, mereka menyatakan praktek agama Kristen itu tidak sah sehingga mencemarkan serta menjarah berbagai gereja serta tempat ibadah lainnya.
Pakistan: Ada gadis Kristen lain yang disandera oleh sekelompok pria Muslim dan dipaksa menganut Islam serta menikah salah seorang penyanderanya. Kala itu, sang gadis, Saima Bibi, 15 tahun, sedang seorang diri di sebuah desa di Kawasan Kasur ketika dirazia. Pihak keluarga melaporkan kasus itu kepada polisi melawan para penangkapnya. Orangtuanya berharap memberikan akte kelahiran yang membuktikan statusnya yang masih di bawah umur bakal terbukti bermanfaat dalam kasus itu. Soalnya, usia sah untuk menikah di Pakistan adalah 16 tahun. Bagaimanapun, polisi menegaskan bahwa Saima sudah menganut Islam dan para pejabat sudah mendapatkan dokumen yang mengesahkan perkawinannya.
Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan itu tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
Dibom, Dibakar dan Dikencingi: Gereja di Bawah Kekuasaan Islam
Penganiayaan Kaum Muslim Terhadap Umat Kristen, Januari 2016
oleh Raymond Ibrahim11 Maret 2016
Terjemahan dari naskah asli: Bombed, Burned, and Urinated On: Churches Under Islam
Diterjemahkan oleh Jacobus E. Lato
- Namun, ketika Kol.Steve Warren, jurubicara aksi militer Amerika melawan ISIS ditanya soal status umat Kristen di Irak segera setelah pertapaan itu dirusak, dia pun menjawab, "Kami tidak lihat bukti yang jelas yang secara khusus menyasar umat Kristen."
- Wakil rakyat Kuwait Ahmad Al-Azemi mengatakan bahwa dia beserta wakil rakyat lain akan menolak permintaan persetujuan awal untuk mendirikan gereja karena itu "bertentangan dengan hukum shariah Islam." Ditambahkannya bahwa para cendekiawan Islam sepakat melarang pendirian tempat kebaktian kaum non-Muslim di Semenanjung Arab.
- "Kami punya sedikit harapan bahwa masih ada harapan bagi kami umat Kristen Aramea, untuk berdiam di tanah nenek moyang kami."----Pastor Yusuf, kepala keluarga Kristen terakhir yang meninggalkan Diyarbakir, Turki.
- Ada gadis Kristen lain yang disandera oleh sekelompok pria Muslim dan dipaksa menganut Islam serta menikah salah seorang penyanderanya.
Serangan Kaum Muslim atas Gereja Kristen
Irak: Negara Islam telah meledakan pertapaan Kristen tertua negeri itu, Pertapaan St. Eliah. Padahal, bangunan seluas 2700 kaki persegi sudah berdiri dekat Mosul selama 14 abad. Selama beberapa tahun, sebelum tahun 2009, tentara AS melindungi dan kadangkala memanfaatkan pertapaan itu sebagai kapela. "Sejarah Kristen kami di Mosul sudah dihancurkan rata dengan tanah secara biadab," lapor seorang imam Katolik di Irbil. "Kami melihat ini sebagai upaya untuk mengusir kami keluar dari Irak, [dan] mengurangi sekaligus menghabisi eksistensi kami di tanah ini." Namun, ketika Kol.Steve Warren, jurubicara aksi militer Amerika melawan ISIS ditanya soal status umat Kristen di Irak segera setelah pertapaan itu dirusak, dia pun menjawab, "Kami tidak lihat bukti yang jelas yang secara khusus menyasar umat Kristen."Kosovo: Sejumlah kaum Muslim mengencingi gereja Kristen Ortodoks di Pristina, ibukota Kosovo. Wakil Perdana Menteri Branimir Stojanovic mengecam pencemaran Kenisah Kristus Sang Juru Selamat (Temple of Christ the Savior). "Kencing di tempat suci itu memalukan, tidak beradab dan vandalisme," kecamnya. (Tahun lalu di Italia, sekelompok Muslim menghancurkan sebuah patung Perawan Maria dan mengencinginya.) Stojanovic menambahkan bahwa: "Pengawasan besar-besar atas para demonstran oleh polisi', ketika mereka memasuki kenisah lalu mengencingnya juga sangat memalukan." Tempat-tempat suci [umat Kristen] Serbia di Kosovo terus saja dicemari, " urai wakil perdana menteri.
Aljazair: Pada 7 Januari lalu, para perusak tidak dikenal merusak, merampok lalu menuliskan berbagai slogan jihadi di sebuah gereja. Berbagai perabot gereja, peralatan upacara serta uang bernilai sekitar 8 ribu dolar AS (sekitar Rp 107 juta) dicuri dari Gereja Cahaya (Light Church) di kawasan Tizi-Ouzou, sekitar 62 mil dari Aljazair. Menurut Pastor Mustapha Krireche, "Para pencuri menerobos masuk gereja kami melalui jendela. Soalnya, kami baru pasang pintu penguat yang sangat sulit untuk dipaksa buka...Mereka bawa peralatan musik seperti gitar, synthesizer, perkusi dan peralatan-peralatan suara ditambah sebuah "printer", sebuah kotak derma, sejumlah uang dan bahan-bahan lain." Para penyerang kemudian meninggalkan graffiti (coretan tangan) yang memperlihatkan supremasi Islam di tembok-tembok gereja termasuk tulisan "Allah Akbar." Gereja itu sudah disasar dua kali sebelumnya; pada 2009, sekitar 20 para tetangga yang Islamis mencoba menghalangi jemaat gereja... mengikuti ibadat"; pada 2010, sekelompok Muslim menyerang seluruh bangunan gereja, berusaha membakar serta merusak Alkitab dan sebuah salib.
Kuwait: Wakil rakyat Ahmad Al-Azemi mengatakan bahwa dia beserta wakil rakyat lain akan menolak permintaan persetujuan awal untuk mendirikan gereja karena hal itu "bertentangan dengan hukum shariah Islam." Ditambahkannya bahwa para cendekiawan Islam sepakat melarang pendirian tempat kebaktian kaum non-Muslim di Semenanjung Arab.
Mongolia: Beberapa hari setelah menyelenggarakan Perayaan Natal, berbagai bahan peledak dilemparkan ke dalam cerobong asap sebuah bangunan gereja di Kazakh. Akibatnya, "Umat gereja memutuskan untuk tidak datang bersama-sama ke gereja selama beberapa waktu. Mereka [itu] takut terjadi lagi peledakan di rumah kaum beriman itu," urai seorang pemimpin gereja. Sejumlah besar orang sudah mulai hadiri ibadat Natal gereja. Umat Kristen setempat meyakini bahwa kedatangan umat dalam perayaan "membuat sejumlah Muslim lokal marah sehingga melakukan serangan."
Pakistan: Tiga gereja diserang:
1) Gereja Apostolik dibakar tuntas di Punjab. Bangunan gereka dibakar sehari setelah doa "tuguran" menyambut Epifani, 6 Januari lalu. Pastor Zulfiqar dari Gereja Apostolik mengatakan Alkitab dan bejana-bejana suci juga rusak termakan api. Perselisihan sebelumnya antara kaum Muslim dan Kristen diyakini menjadi penyebab aksi serangan pembakaran. Penduduk setempat menuduh polisi lalai, seperti biasa. Menurut penduduk setempat: "Semua umat Kristen kini sangat ketakutan. Api menggambarkan bahwa umat Kristen tidak lagi diinginkan di kawasan setempat."
2) Akba Azhar, seorang pria Muslim menyerobot masuk ke dalam Gereja Kemenangan (Victory Church) di Kasur lalu membakar sejumlah Alkitab serta berbagai buku suci. Walau ditangkap dan ditahan oleh sekelompok umat Kristen yang menyerahkannya kepada polisi dan walau penghinaan terhadap agama bisa dihukum mati, polisi malah mengatakan dia secara mental tidak stabil. Karena itu, urai mereka, dia tidak bisa diadili. Umat Kristen setempat tidak setuju dan tetap ngotot bahwa dia waras. Padahal, jumlah banyak umat Kristen kini sedang menanti hukuman mati di Pakistan terkait dengan tuduhan penghinaan terhadap Islam.
3) Sekelompok Muslim secara ilegal menduduki properti gereja. Umat Kristen akhirnya menyerah setelah mencoba merebut kembali bangunan gereja dan menghadiri pertemuan rekonsiliasi yang diadakan polisi: "sebaliknya kaum Muslim mempersenjatai diri dengan senapan dan parang lalu menyerang anggota keluarga Kristen di rumah-rumah mereka," urai umat Kristen setempat, Bashir Masih. Setelah gereja diduduki, kaum Muslim kawasan itu "membuat nyaris tidak mungkin bagi " anggota gereja untuk mengadakan kebaktian dalam rumah mereka sendiri sekalipun." "Kami sudah mendapat persetujuan tertulis dari kepala polisi setempat, Rai Ijaz, untuk mengadakan ibadat doa selama tiga jam di halaman pribadi seorang umat Kristen..." Tetapi ketika umat yang terdiri dari 30 warga Kristen mulai berdoa, Rashid Jutt, seorang Muslim yang berumur menjelang 20 tahun, muncul menghentikannya. Seorang pemuda Kristen yang ikut doa maju ke depan berusaha menghentikan pelecehan yang dilakukan pria Muslim itu. Perkelahian pun tidak terhindarkan. Tetapi umat memisahkan keduanya. Laki-laki Muslim itu malah bersumpah hendak "memberi pelajaran kepada kami semua" ketika meninggalkan tempat itu, urai Masih. Tampaknya, balas dendam oknum Muslim itu adalah dengan melaporkan kepada polisi bahwa umat Kristen mengikat dan menyiksa dia. Umat Kristen yang "segera tiba di kantor polisi memberi tahu inspektur polisi yang bertugas apa yang sebenarnya terjadi." Seorang perwira polisi malah menasehati mereka untuk mengabaikan persoalan itu dan sebaliknya mencoba "berdamai dengan kaum muda Muslim."
Kaum Kristen sepakat mengadakan pertemuan rekonsiliasi, tetapi kaum Muslim tidak pernah muncul. Belakangan, mereka menemukan sang pemuda itu "beserta 30 orang laki-laki lain bersenjatakan senapan, pedang dan kayu pemukul menyerang rumah-rumah kami memukul anak-anak lelaki kami." Kaum Kristen pun segera memanggil polisi yang datang pelahan dan "tidak menangkap satupun kaum Muslim...Kami merasa seluruh komunitas Muslim berubah menentang kami karena kami menentang aksi agresi mereka...Bahkan polisi setempat pun memihak kaum Muslim" simpul Masih. "Ketika berbagai razia dilakukan untuk menangkap anak-anak Kristen sama sekali tidak ada upaya dilakukan untuk menangkap Jutt dan antek-anteknya yang sudah kami sebutkan dalam keluhan kami karena menyerang rumah serta memukul anak-anak lelaki kami."
Sudan Selatan: Segelintir oknum kaum Muslim yang "dikirimkan" dari mayoritas Muslim di Sudan, sebuah negara tempat hukum Shariah ditegakan, diduga membakar tuntas sebuah bangunan gereja di kawasan selatan, tempat mayoritas umat Kristen berada. Pada 16 Januari lalu, ketika bangun pagi, para anggota Gereja Kristus Sudan di tempat pemukiman Yida menyaksikan tempat ibadat mereka dilalap api. "Saya tahu orang-orang yang bakar gereja kami itu dikirim dari Sudan dengan sengaja," lapor seorang pemimpin gereja yang tidak mau disebutkan namanya. Api membakar bagian luar dan dalam gereja, menghancurkan semua kursi, mimbar dan sejumlah Alkitab berbahasa Arab. Pada minggu berikutnya, umat yang hampir mencapai 200 orang itu mengadakan ibadat di tempat terbuka di tengah puing-puing bangunan gereja, yang hanya menyisakan batu-bata.
Mesir: Sebuah bom buatan tangan ditemukan dekat sebuah gereja 22 Januari lalu. Pastor Paul dari Gereja Ortodoks Koptik menemukan apa yang dia lukiskan sebagai "barang aneh" tergeletak berdekatan dengan kotak sampah di luar Gereja Perawan Maria di Aswan. Sang pastor lalu membawa benda asing itu kepada pihak berwenang untuk dianalisa dan ternyata adalah bom buatan. Di tempat terpisah, pasukan keamanan menangkap 10 umat Kristen Koptik karena mencoba membangun tembok mengelilingi sebuah lahan kosong guna memperluas gereja yang ada menjadi lahan mereka atau bahkan mungkin untuk membangun gereja. Memang sudah ada satu gereja di desa Abu Hannas di Samalout, Minya, tetapi terlampau kecil untuk melayani banyak penduduk Kristen desa itu. Karena itu, pihak gereja membeli lahan yang tidak terpakai di dekatnya dengan harapan bisa memperluas gereja atau membangun gedung lainnya.
Iran: Pihak berwenang Republik Islam tengah mencoba mengubah Gereja Kristen Assiria di Teheran menjadi masjid. Gereja itu secara tidak sah dijarah dua tahun silam ketika para pemimpin gereja diberi tahu bahwa sebuah aula sholat Islam bakal dibangun di sana.
Kiri : Gereja Assiria Majelis Umat Allah (Assemblies of God) di Teheran, Iran. Gereja itu secara illegal dijarah dua tahun silam oleh rejim, yang kini ingin mengubahnya menjadi masjid. Kanan, pada 7 Januari lalu, para perusak menghancurkan, merampok serta menuliskan slogan-slogan jihad pada Gereja Cahaya di Tizi Ouzou, Aljazair. |
Turki: Sebuah Gereja Ortodoks Suriah di Diyarbakir yang dianggap sebagai "situs warisan unik," diyakini sudah hancur selama perang antara pasukan Turki dan PKK Kurdi. Menurut keluarga Kristen terakhir yang meninggalkan tempat itu, Pastor Yusuf dan isterinya: "Isteri dan saya baru saja dengan susah payah melarikan diri dari gereja beberapa waktu lalu...Beberapa hari lalu, kami kirim anak-anak guna menempatkan mereka di tempat aman. Bagaimanapun, isteri dan saya tidak bisa tinggalkan gereja tua kuno itu," yang menyimbolkan tempat hidup damai terakhir bagi kaum Aramea di kota yang pernah penuh dengan orang Aramea ini.
"Kami dengar pertempuran makin mendekat dan merasa tanah makin lama makin berguncang. Apalagi isteri saya sangat ketakutan. Kami lalu sama-sama putuskan harus lari menyelamatkan diri ...Di rumah atau gereja pun kami sama sekali tidak aman. Psikologi kami sangat terganggu oleh apa yang kami alami akhir-akhir ini...Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan gereja kami, karena kami tidak berani melihatnya ketika lari menyelamatkan diri. Kini hanya sedikit sekali harapan kami tersisa bahwa masih ada masa depan bagi kami umat Kristen Aramea, untuk berdiam di tanah nenek moyang kami."
Muslim Bantai Orang Kristen
Pakistan: Sedikitnya tiga umat Kristen diperkosa dan / atau disiksa hingga mati oleh oknum umat Muslim.1) Sekelompok oknum pria Muslim pergi ke sebuah Kristen lalu menyandera seorang anak laki-laki berumur 7 tahun. Secara bergiliran mereka lalu memperkosa anak malang itu beramai-ramai sebelum akhirnya menjeratnya hingga mati dengan seutas tali. Masyarakat setempat menemukan jenasah anak itu keesokan harinya teronggok di sebuah ladang: "Jenazahnya dikirim untuk pemeriksaan post-mortem, pascamati yang mengungkapkan bahwa anak lelaki 7 tahun itu dibunuh setelah diperkosa secara brutal," urai seorang warga setempat. "Para tertuduh termasuk keluarga kaya yang mabuk ketika menyandera anak kecil itu, membawanya pergi kemudian memperkosanya."
2) Sepekan kemudian, kelompok lain dilaporkan kaum Muslim "kaya dan mabuk" dalam sebuah mobil menyapa tiga gadis Kristen yang sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerja. Mereka digoda secara seksual dengan mengatakan, "gadis-gadis Kristen hanya diperlukan untuk satu hal, yaitu demi kesenangan para laki-laki Muslim." Ketika para gadis mencoba melarikan diri, para pria Muslim mengejar lalu menggilas mereka. Aksi biadab itu menewaskan seorang gadis berusia 17 tahun.
3) Seorang laki-laki Kristen disiksa hingga mati secara brutal dalam upaya memaksa dia mengaku mencuri dari majikannya yang Muslim. Khurram, anak dari Liaqat Masih, seorang pria Kristen berusia 47 tahun yang dibantai oleh polisi karena alasan yang sama, memberikan kesaksian tentang pemukulan yang dialami ayahnya sebelum tewas. Polisi menelanjangi ayahnya, memaksanya berdiri di kursi, mengikat tangannya ke punggung dan menggantungnya ke langit-langit. Aksi brutal itu menyebabkan bahu Liaqat tergeser. Setiap kali kakinya menginjak lantai, seorang perwira polisi menarik tali mengangkat tubuhnya lagi dan terus menekan lengannya sehingga bahunya tergeser. Karena Khurram dan Liagat tetap tidak mengaku bersalah selama penyiksaan, para perwira polisi terus memukul ayahnya yang sudah terikat dengan tongkat kayu hingga akhirnya tewas. Para perwira kemudian mengurangi tekanan tali lalu melepaskan jenazah sang ayah yang babak-belur itu dalam genangan air kencingnya sendiri, urai sang anak yang menyaksikan penyiksaan atas ayahnya. Waktu otopsi, para dokter menyimpulkan bahwa Liaqat malah mati karena serangan jatung dan tidak mendata berbagai luka dan memar yang dia derita selama dianiaya.
Bangladesh: ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pria Muslim berusia 85 tahun yang dilaporkan beralih menjadi Kristen. Dia ditemukan terbaring tewas dalam sebuah tempat mirip peti mati dengan darah memenuhi dada. Diyakini dia ditikam hingga tewas ketika sedang bekerja di tempat praktek pengobatan miliknya. Berdasarkan sebuah laporan, "tentara kalifah berhasil melenyapkan orang murtad bernama 'Samiral-Din' dengan menikamnya dengan pisau." Walau anak laki-laki al-Din mengaku ayahnya tidak pernah beralih memeluk Kristen dan sering sholat menghadapi Mekkah, pihak Gereja Satu Jalan tidak sepakat. Pihak gereja mengatakan dia baru saja "ikuti pertemuan di gereja di Desa Gopinathpurm pada 3 Januari lalu" dan bahwa dia sudah memberi tahu orang lain bahwa hidupnya dalam bahaya. "Gereja lokal memperlihatkan kepada kami berbagai dokumen yang mengukuhkan bahwa dia beralih menganut Kristen pada 2001 lalu," urai polisi setempat.
Suriah: Sebuah bom menyerang sebuah kawasan mayoritas Kristen menewaskan tiga orang dan melukai 10 orang lainnya. Semua korbannya Kristen. Serangan terjadi 24 Januari di Kota Qamishhli, Kurdi. Berbagai rumor beredar bahwa ISIS berada di balik serangan. Namun menurut seorang pemimpin Kristen, "Begitu banyak orang berpikir bahwa otak dan pelaksana di belakang aksi pemboman itu bisa saja kelompok Kurdi. Inilah faktor pengganggu lain perang ini: ada terorisme, tetapi kadang kita tidak tahu siapa yang sebenarnya menakut-nakuti kita."
Dhimmitude
Jerman: Dalam sebuah surat kepada Menteri Urusan Khusus Federal Jerman, Hegumen Daniil, Pastor Pemimpin Pertapaan St. Georgius Sang Pemenang di Gotschendor dan seorang anggota Komisi Integrasi pada Kantor Kanselir Federal Jerman menulis:Mesir: "Makam kaum Koptik [umat Kristen pribumi Mesir] kini sedang berubah menjadi tempat pembuangan sampah." Itulah pesan dari Pastor Ayoub Yousef, yang mengepalain Gereja Katolik Koptik St. Georgius di Desa Dalga, di Minyar, di kawasan atas Mesir (Upper Egypt). Menurut sang pastor, berbagai makam Kristen setempat dalam "keadaan menyedihkan." Semua barang buangan dan sampah dibuang ke sana dengan tujuan menutupi makam. Dia sudah mengajukan sejumlah keluhan kepada perdana menteri dan banyak pejabat lain namun "tidak ada gunanya" karena situasi sudah tak bisa diterima dan mendesak memerlukan "campur tangan langsung."Para pengungsi Kristen dari Suriah, Eritrea dan negara-negara lain dihina, dikejar-kejar, dilecehkan secara kejam di berbagai kamp pengungsi oleh tentangga Muslim mereka. Ini juga terjadi pada minoritas agama Yazidi. Berbagai kasus aksi penghinaan berubah jadi ancaman untuk melukai dan membunuh hingga mati kerap terjadi... Menurut tradisi Islam, mereka [bekas Muslim, yang akan sangat berisiko] seharusnya dihukum, karena mereka melepaskan diri dari Islam. Mereka menghadapi tekanan sangat berat dan takut dengan hidup mereka, karena "para pembelot itu" kehilangan hak untuk hidup sejauh berkaitan dengan kaum Muslim radikal. Banyak umat Kristen yang datang dari Timur Tengah menderita penyiksaan yang luar biasa sehingga ingin kembali ke negara asal, karena bagi mereka, situasi di sana tampak tidaklah terlampau mengerikan dibanding situasi di pusat-pusat akomodasi pengungsi Jerman.
Secara terpisah, dalam sebuah talkshow di Mesir yang disiarkan 18 Januari lalu, Ahmed 'Abdu Maher, seorang pengacara mengecam Al Azhar, universitas Islam tertua dunia yang paling bergengsi karena terus saja meradikalisasi para mahasiswanya. Disertai contoh, dia mengatakan: "Ada buku di Al-Azhar yang menyerukan agar kepala umat Koptik digundul paksa, menandai rumah-rumah mereka [sehingga kaum Muslim tahu di mana 'orang-orang kafir' tinggal] serta menolak berjabat tangan dengan mereka." Seperti terjadi, Negara Islam dan berbagai kelompok Muslim sejenisnya semuanya menganjurkan untuk tidak berjabatan tangan dengan umat Kristen "yang tidak bersih." Salah seorang ulama Mesir malah mengatakan dia melihat umat Kristen sangat "menjijikan." Juga bahwa rumah-rumah orang Kristen seharusnya dibedakan dengan tanda-tanda sebagaimana ISIS lakukan ketika membuat huruf "N" (nun) di rumah-rumah mereka di Mossul dan tempat lain. Bahkan dipraktekkan juga mencukur rambut kepala secara paksa. Kembali ke tahun 2013, berbagai kelompok jihadi jahat di Libya menyandera sekitar 100 umat Koptik dan secara brutal memperlakukan mereka ---termasuk mencukup rambut kepala mereka.
Turki: Dari sekitar 2 juta pengungsi Suriah di kawasan perbatasan Turki, ada 45.000 umat Kristen. Mereka menemukan bahwa "hidup mereka hanya sedikit lebih baik." Banyak dari mereka berpura-pura sebagai Muslim di tempat umum agar tidak diserang. Ibadat Kristen mereka batasi dalam privasi tenda dan rumah mereka . Menurut laporan, "Kelompok pengungsi lain di Turki yang diserang adalah umat Armenia. Zadig Kucuk dilaporkan menemukan ibunya yang berusia 85 tahun dibunuh Desember 2012 lalu, walau dia berdiam di sebuah komunitas Armenia yang besar di Istambul. Ketika ditemukan, satu lukisan salib besar dibuat di dada ibunya. Selain itu, ada berbagai kasus para pengungsi dipenggal kepalanya."
Iran: Bukannya mendapatkan lebih banyak perawatan medis yang diperlukan, seorang narapidana Kristen sebaliknya dijatuhi hukuman tambahan lima tahun penjara. Ebrahim Firouzi pertama ditangkap oleh agen-agen Republik Islam pada 2013 lalu. Belakangan, sebuah pengadilan hukum menjatuhkan hukuman satu tahun penjara dan dua tahun pembuangan baginya. Setelah masa hukumannya berakhir, Firouzi malah tetap ditahan ketika tuntutan baru "bertindak melawan keamanan nasional" dijatuhkan atasnya. Dia, dengan demikian tetap berada di penjara walau dada kirinya sakit parah selama lebih dari satu tahun. Kondisinya pun terus memburuk selama tiga bulan terakhir.
Kazakhstan: Ykas Kabduakasov, seorang Kristen yang meninggalkan Islam mendapat hukuman lebih berat setelah mengajukan banding . Sebuah pengadilan di Astana, ibukota negara itu, menjatuhkan hukuman dua tahun kerja rodi di kamp penjara daripada sebelumnya, hukuman tujuh tahun tahanan rumah. Ayah delapan anak itu ditangkap tahun lalu karena tuduhan "memicu kebencian agama." Da diajukan ke pengadilan Nopember lalu dan diijinkan pergi ke rumah untuk mulai menjalani tujuh tahun tahanan rumahnya. Umat Kristen setempat yakin alasan sebenarnya di balik penangkapan Yklas Kabduakasov adalah karena murtad dari Islam menjadi Kristen dan bahwa dia berbagi iman Kristennya dengan kalangan Muslim.
Mali: Seorang misionaris Kristen Swiss disandera selama 10 hari pada 2012 lalu. Namun, kini dia disandera lagi di Timbuktu. Pada 8 Januari lalu, Beatrice Stockly, seorang wanita berusia 40-an diambil dari rumahnya sebelum fajar oleh para pria bersenjata yang datang ke sana dengan menumpang empat pick-up. Memang, berbagai kelompok Islam militan aktif di kawasan tempat dia berdiam dan sudah melakukan dua serangan selama pekan-pekan sebelumnya. Salah satu serangan diarahkan pada sebuah stasiun radio Kristen tepat sebelum Natal, yang menyebabkan 25 orang tewas. Pada 2012 lalu, ketika para jihadi jahat menguasai kawasan itu, mereka menyatakan praktek agama Kristen itu tidak sah sehingga mencemarkan serta menjarah berbagai gereja serta tempat ibadah lainnya.
Pakistan: Ada gadis Kristen lain yang disandera oleh sekelompok pria Muslim dan dipaksa menganut Islam serta menikah salah seorang penyanderanya. Kala itu, sang gadis, Saima Bibi, 15 tahun, sedang seorang diri di sebuah desa di Kawasan Kasur ketika dirazia. Pihak keluarga melaporkan kasus itu kepada polisi melawan para penangkapnya. Orangtuanya berharap memberikan akte kelahiran yang membuktikan statusnya yang masih di bawah umur bakal terbukti bermanfaat dalam kasus itu. Soalnya, usia sah untuk menikah di Pakistan adalah 16 tahun. Bagaimanapun, polisi menegaskan bahwa Saima sudah menganut Islam dan para pejabat sudah mendapatkan dokumen yang mengesahkan perkawinannya.
Tentang seri ini
Memang tidak semua, atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagian besar, kaum Muslim terlibat namun penganiayaan terhadap umat Kristen terus meningkat. Seri "Kaum Muslim Menganiaya Umat Kristen" dikembangkan untuk mengumpukan berbagai contoh aksi penganiayaan yang mengemuka setiap bulan walaupun tentu saja tidak semua.Seri ini mendokumentasikan berita-berita yang tidak berhasil dilaporkan oleh media-media arus utama.
Ia pun memperlihatkan bahwa penganiayaan itu tidaklah dilakukan secara acak tetapi sistematis dan terjadi dalam semua bahasa, etnis dan lokasi.
***
Raymond Ibrahim adalah pengarang buku Crucified Again: Exposing Islam's New War in Christians (Tersalibkan Lagi: Tampilkan Perang Baru Islam Terhadap Kristen) (diterbitkan oleh Regnery bekerja sama dengan Gatestone Institute, April 2013).
Rindu- SERSAN MAYOR
-
Posts : 333
Kepercayaan : Lain-lain
Location : bumi
Join date : 09.05.14
Reputation : 7
Re: Penyiksaan Kaum Kristen oleh Muslim
pasti akan ada saatNYA nanti(tidak mungkin tidak) dimana Tuhan pasti menghukum manusia yang berbuat jahat.
walaupun Tuhan tidak selalu menghukum manusia jahat, pada waktu yang kita inginkan,
tapi pasti pada waktunya Tuhan nanti, tuhan pasti menghukum mereka.
DAN JIKA orang-orang jahat itu, tidak dihukum di dunia ini, pasti mereka akan dihukum dineraka.
walaupun Tuhan tidak selalu menghukum manusia jahat, pada waktu yang kita inginkan,
tapi pasti pada waktunya Tuhan nanti, tuhan pasti menghukum mereka.
DAN JIKA orang-orang jahat itu, tidak dihukum di dunia ini, pasti mereka akan dihukum dineraka.
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Similar topics
» Jika Muslim Tak Menghargai Pahlawan Kristen, Maka Pahlawan Muslim Juga Tak Akan Dihargai Oleh Kristen
» Penganiayaan Kristen oleh Yahudi VS Penganiayaan Kristen oleh Muslim
» KEWAJIBAN UMAT MUSLIM SELAKU PENERUS DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP SELURUH UMAT MANUSIA TERMASUK KAUM KAFIR KRISTEN
» YES!!Gerakan Anti MUSLIM TELAH DIMULAI, AKIBAT PEMENGGALAN TENTARA INGGRIS OLEH MUSLIM!
» Acara Kristen pun Juga Tidak Disenangi Oleh Orang Kristen Sendiri
» Penganiayaan Kristen oleh Yahudi VS Penganiayaan Kristen oleh Muslim
» KEWAJIBAN UMAT MUSLIM SELAKU PENERUS DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW TERHADAP SELURUH UMAT MANUSIA TERMASUK KAUM KAFIR KRISTEN
» YES!!Gerakan Anti MUSLIM TELAH DIMULAI, AKIBAT PEMENGGALAN TENTARA INGGRIS OLEH MUSLIM!
» Acara Kristen pun Juga Tidak Disenangi Oleh Orang Kristen Sendiri
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik