FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

DO'A-LAH DENGAN SUARA LEMBUT Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

DO'A-LAH DENGAN SUARA LEMBUT Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

DO'A-LAH DENGAN SUARA LEMBUT

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

DO'A-LAH DENGAN SUARA LEMBUT Empty DO'A-LAH DENGAN SUARA LEMBUT

Post by Admin Sat Dec 24, 2011 10:48 pm

BERDO’A DENGAN SUARA LEMBUT

Oleh : Masnun Tholab
www.masnuntholab.blogspot.com


Pendahuluan

Berdo'a adalah merupakan ibadah yang diperintahkan Allah kepada hambaNya. Allah subhanahuwata’ala berjanji akan mengabulkan hambaNya yang berdo'a kepadaNya.

QS. Al-Mu’min/Ghafir 40 : 60

وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين


Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".


Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :

ان الدعاء هوالعبادة ثم قرأ : ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ


“Sesungguhnya do’a itu ibadah, kemudian beliau membaca : Berdoalah kepadaKu niscaya Aku perkenankan bagimu” (HR. Ashabul Sunan dan Al-Hakim).
[Ihya Ulumiddin 2, hal. 395]



Berdo’a Dengan Suara Lembut
Dalil 1
QS. Al-A’raf (7) ayat 55 :

ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه لا يحب المعتدين

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.


Dalil 2
QS. Al-A’raf (7) ayat 205 :

واذكر ربك في نفسك تضرعا وخيفة ودون الجهر من القول بالغدو والآصال ولا تكن من الغافلين

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.


Dalil 3
QS. Maryam 19 : 3

إذ نادى ربه نداء خفيا

yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

Dalil 4
QS. Al-Israa 17 : 110

قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن أيا ما تدعوا فله الأسماء الحسنى ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها وابتغ بين ذلك سبيلا

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik)
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"


Dalil 5
عن أبي موسى الأشعري قال رفع الناس أصواتهم بالدعاء فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم «أيها الناس اربعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائباً إن الذي تدعون سميع قريب

Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata : ”Kami datang bersama dengan
Rasulullah. Ketika kami dekat dengan Madinah beliau membaca takbir, dan
manusia membaca takbir dan mengeraskan suara mereka. Maka Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian
bukanlah menyeru (Tuhan) yang tuli dan bukan pula (Tuhan) yang ghaib.
Sesungguhnya Tuhan yang kalian seru itu Maha Mendengar dan Maha Dekat.”
(HR. Al-Bukhari 4/2076)
[lihat Tafsir Al-Qurthubi 7, hal. 532]


Dalil 6
Dari Abu Musa Al-Asy’ari berkata : ”Kami datang bersama dengan
Rasulullah. Ketika kami dekat dengan Madinah beliau membaca takbir, dan
manusia membaca takbir dan mengeraskan suara mereka. Maka Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ياأيها الناس إن الذي تدعون ليس باصم ولا غائب إن الذي تدعون بينكم و بين اعناق ركابكم

Hai manusia, sesungguhnya zat yang kamu berdoa (kepadaNya) tidaklah tuli
dan bukan pula (Tuhan) yang ghaib. Sesungguhnya Dzat yang kamu berdo’a
(kepadaNya) itu diantara kamu dan antara tengkuk-tengkuk kendaraanmu”.
(Mutafaq ‘Alaih)
[Ihya Ulumiddin 2, hal. 401]



Pendapat Para ’Ulama Tentang Adab Berdo’a
1. Ibnu Katsir Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan :
أرشد تبارك وتعالى عباده إلى دعائه الذي هو صلاحهم في دنياهم وأخراهم فقال {ادعوا ربكم تضرعاً وخفية} قيل معناه تذللاً واستكانه, وخفية كقوله {واذكر ربك في نفسك} الاَية وفي الصحيحين عن أبي موسى الأشعري قال رفع الناس أصواتهم بالدعاء فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم «أيها الناس اربعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائباً إن الذي تدعون سميع قريب» الحديث, وقال ابن جريج عن عطاء الخراساني عن ابن عباس في قوله {تضرعاً وخفية} قال السر وقال ابن جرير تضرعاً تذللاً واستكانة لطاعته وخفية يقول بخشوع قلوبكم وصحة اليقين بوحدانيته وربوبيته فيما بينكم وبينه لا جهراً مراءاة وقال عبد الله بن المبارك بن فضالة عن الحسن قال: إن كان الرجل لقد جمع القرآن وما يشعر به الناس وإن كان الرجل لقد فقه الفقه الكثير وما يشعر به الناس وإن كان الرجل ليصلي الصلاة الطويلة في بيته وعنده الزوار وما يشعرون به ولقد أدركنا أقوماً ما كان على الأرض من عمل يقدرون أن يعملوه في السر فيكون علانية أبداً ولقد كان المسلمون يجتهدون في الدعاء وما يسمع لهم صوت إن كانإلا همساً بينهم وبين ربهم وذلك أن الله تعالى يقول {ادعوا ربكم تضرعاً وخفية} وذلك أن الله ذكر عبداً صالحاً رضي فعله فقال {إذ نادى ربه نداء خفياً} وقال ابن جريج يكره رفع الصوت والنداء والصياح في الدعاء ويؤمر باالتضرع والاستكانه. ثم روي عن عطاء الخراساني عن ابن عباس في قوله {إنه لايحب المعتدين} في الدعاء ولا في غيره
Allah subhanahuwata’ala memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya agar mereka berdoa memohon kepadaNya untuk kebaikan urusan dunia dan akhirat mereka. Untuk itu Allah subhanahuwata’ala berfirman :
ادعوا ربكم تضرعا وخفية إنه لا يحب المعتدين
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Menurut satu pendapat, makna yang dimaksud ialah mengucapkan do’a dengan perasaan yang rendah diri, penuh harap dan dengan suara yang lemah lembut. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firmanNya :

واذكر ربك في نفسك

Dan sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu… (QS. Al-A’raf 7 : 205)

Didalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Musa Al-Asy’ari yang menceritakan bahwa suara orang-orang terdengar keras saat mengucapkan do’anya. Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

[size=18
أيها الناس اربعوا على أنفسكم فإنكم لا تدعون أصم ولا غائباً إن الذي تدعون سميع قريب
[/size]
Hai manusia, tenangkanlah diri kalian, karena sesungguhnya kalian bukanlah menyeru (Tuhan) yang tuli dan bukan pula (Tuhan) yang ghaib. Sesungguhnya Tuhan yang kalian seru itu Maha Mendengar dan Maha Dekat.
Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ata Al-Khurasani dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firmanNya : “Dengan berendah diri dan suara yang lembut”
Yang dimaksud dengan khiifah adalah suara yang pelan.
Ibnu Jarir mengatakan, makna tadarru’ ialah berendah diri dan tenang
dalam ketaatan kepadaNya. Yang dimaksud dengan khiifah ialah dengan hati
yang khusyuk, penuh keyakinan terhadap Keesaan dan KekuasaanNya
terhadap semua yang ada antara kalian dan Dia, bukan dengan suara yang
keras untuk pamer.
Abdullah Ibnul Mubarrak meriwayatkan dari Mubarak Ibnul Fudalah, dari
Al-Hasan yang mengatakan bahwa sesungguhnya dahulu ada orang yang
benar-benar hafal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi tidak ada seorangpun yang
mengetahuinya. Dahulu ada orang yang benar-benar banyak menguasai ilmu
fiqih tetapi tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Sesungguhnya
dahulu ada orang yang benar-benar gemar melakukan shalat yang
panjang-panjang di dalam rumahnya, sedangkan di rumahnya banyak
pengunjung yang bertamu tetapi mereka tidak mengetahuinya.Sesungguhnya
kita sekarang menjumpai banyak orang yang tiada suatu amalpun di muka
bumi ini mereka mampu mengerjakannya secara sembunyi, tetapi mereka
mengerjakannya secara terang-terangan. Padahal sesungguhnya kaum muslim
di masa lalu selalu berupaya dengan keras dalam do’anya tanpa terdengar
suaranya selain hanya bisikan antara mereka dan Tuhannya.Demikian itu
karena Allah telah telah berfirman dalam kitabNya :
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. (QS. Al-A’raf 7 : 55)
Dan firman Allah Subhanahu wata’ala ketika menceritakan seorang hamba yang saleh yang Dia ridhoi perbuatannya, yaitu :
Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (QS. Maryam 19 : 3)
Ibnu Juraij mengatakan bahwa makruh mengeraskan suara, berseru, dan
menjerit dalam berdo’a; hal yang diperintahkan ialah melakukannya dengan
penuh rasa rendah diri dan hati yang khusyuk. Kemudian Ibnu Juraij
meriwayatkan dari Ata Al-Khurasani dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firmanNya :

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-A’raf 7 : 55)
Yakni dalam berdo’a dan dalam hal yang lainnya.
[Tafsir Ibnu Katsir 8, hal. 359].


2. Imam Al-Qurthubi
Imam Qurthubi dalam kitab Tafsir Al-Qurthubi menjelaskan :
قوله تعالى: "ادعوا ربكم" هذا أمر بالدعاء وتعبد به. ثم قرن جل وعز بالأمر صفات تحسن معه، وهي الخشوع والاستكانة والتضرع. ومعنى "خفية" أي سرا في النفس ليبعد عن الرياء؛ وبذلك أثنى على نبيه زكريا عليه السلام إذ قال مخبرا عنه: "إذ نادى ربه نداء خفيا" [مريم: 3].
ونحوه قول النبي صلى الله عليه وسلم: (خير الذكر الخفي وخير الرزق ما يكفي). والشريعة مقررة أن السر فيما لم يعترض من أعمال البر أعظم أجرا من الجهر. قال الحسن بن أبي الحسن: لقد أدركنا أقواما ما كان على الأرض عمل يقدرون على أن يكون سرا فيكون جهرا أبدا. ولقد كان المسلمون يجتهدون في الدعاء فلا يسمع لهم صوت، إن هو إلا الهمس بينهم وبين ربهم. وذلك أن الله تعالى يقول: "ادعوا ربكم تضرعا وخفية". وذكر عبدا صالحا رضي فعله فقال: "إذنادى ربه نداء خفيا" [مريم: 3].
وقد استدل أصحاب أبي حنيفة بهذا على أن إخفاء "آمين" أولى من الجهر بها؛ لأنه دعاء. وقد مضى القول فيه في "الفاتحة". وروى مسلم عن أبي موسى قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم في سفر - وفي رواية في غزاة - فجعل الناس يجهرون بالتكبير - وفي رواية فجعل رجل كلما علاثنية قال: لا إله إلا الله - فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (أيها الناس أربعوا على أنفسكم إنكم لستم تدعون أصم ولا غائبا إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم). الحديث

Firman Allah, “Berdoalah kepada Tuhanmu” adalah perintah untuk berdo’a dan menyembah-Nya. Kemudian Allah menyandingkan perintah ini dengan sifat-sifat yang membuat do’a tersebut menjadi lebih baik. Seperti bersikap khusyu’, bersuara lembut, dan memohon dengan bersimpuh dihadapanNya. Maka lafadz “Wakhufyah” adalah bersuara pelan di dalam hati untuk menghindari perasaan riya. Oleh karena itu Allah memuji Nabi Zakaria di dalam firmanNya,
إذ نادى ربه نداء خفيا
Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (QS. Maryam 19 : 3)
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

خير الذكر الخفي وخير الرزق ما يكفي

“Sebaik-baik dzikir adalah dengan suara yang lembut, sedangkan sebaik-baik rezeki adalah yang mencukupi” (Hadits ini disebutkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’us Saghir no. 4009 dari riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi).
Syariat telah menetapkan bahwa berbuat sesuatu yang baik dengan sembunyi-sembunyi lebih besar pahalanya daripada melakukannya secara terang-terangan. Makna seperti ini telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah.

Al Hasan bin Abu Al Hasan berkata, “Kami mengetahui ada beberapa kaum dimuka bumi ini yang mampu nelakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi akan tetapi mereka selalu melakukannya secara terang-terangan. Kaum muslimin bersungguh-sungguh dalam berdo’a, namun tidak terdengar suara mereka. Doa yang mereka panjatkan hanya berupa bisikan antara mereka dengan Tuhan mereka” (Lihat Tafsir Al Hasan Al Bashri 1/380).
Hal itu karena Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” Begitu pula Allah menyebutkan seorang hamba yang shalih karena Dia ridha atas perbuatan hamba tersebut. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Yaitu tatkala ia berdo’a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” (QS. Maryam 19 : 3) Para pengikut Abu Hanifah berdalil dengan ayat ini bahwa mengucapkan aamiin dengan suara lembut lebih utama daripada diucapkan dengan suara keras. Karena lafadz tersebut termasuk do’a.

Pembahasan mengenai hal ini telah dijelaskan dalam surah Al-Fatihah.
Muslim meriwayatkan dari Abu Musa, dia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah perjalanan –dalam riwayat lain disebutkan, dalam sebuah peperangan- , lalu orang-orang mengeraskan suara takbir—dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seseorang setiap kali mengeraskan suaranya saat mengucapkan, Laa ilaaha illallaah—, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Wahai manusia, lembutlah terhadap diri kalian sendiri. Sesungguhnya kalian tidak sedang berdo’a kepada dzat yang tuli dan ghaib. Kalian sedang berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan dekat, Dia selalu bersama kalian” (HR. Al Bukhari).[Tafsir Al-Qurtubhi 7, hal. 530-532]

3. Ibnu Jarir Ath-Thabari
Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Kitab Tafsir Ath-Thabari menjelaskan :
يقول تعالى ذكره: ادعوا أيها الناس ربكم وحده, فأخلصوا له الدعاء دون ما
تدعون من دونه من الاَلهة والأصنام. تَضَرّعا يقول: تذللاً واستكانة
لطاعته. وَخُفْيَةً يقول: بخشوع قلوبكم وصحة اليقين منكم بوحدانيته فيما
بينكم وبينه, لا جهارا مراءاة, وقلوبكم غير موقنة بوحدانيته وربوبيته, فعل
أهل النفاق والخداع لله ولرسوله. كما:
1ـ حدثني المثنى, قال: حدثنا سويد بن نصر, قال: أخبرنا ابن المبارك, عن
المبارك فضالة, عن الحسن, قال: إن كان الرجل لقد جمع القرآن وما يشعر جاره,
وإن كان الرجل لقد فقه الفقه الكثير وما يشعر به الناس, وإن كان الرجل
ليصلي الصلاة الطويلة في بيته وعنده الزوّار وما يشعرون به. ولقد أدركنا
أقواما ما كان على الأرض من عمل يقدرون على أن يعملوه في السرّ فيكون
علانية أبدا. ولقد كان المسلمون يجتهدون في الدعاء وما يسمع لهم صوت إن كان
إلاّ همسا بينهم وبين ربهم وذلك أن الله يقول: ادْعُوا رَبّكُمُ تَضَرّعا
وَخُفْيَةً وذلك أن الله ذكر عبدا صالحا, فرضي فعله فقال: إذْ نادَى رَبّهُ
نِدَاءً خَفِيّا.
2ـ حدثنا ابن حميد, قال: حدثنا جرير, عن عاصم الأحول, عن أبي عثمان النهدي,
عن أبي موسى, قال: كان النبيّ صلى الله عليه وسلم في غزاة, فأشرفوا على
واد يكبرون ويهللون ويرفعون أصواتهم, فقال: «أيّها النّاسُ ارْبَعُوا على
أنْفُسِكُمْ, إنّكُمْ لا تَدْعُونَ أصَمّ وَلا غائِبا إنّكُمْ تَدْعُونَ
سَمِيعا قَرِيبا مَعَكُمْ».
3ـ حدثنا القاسم, قال: حدثنا الحسين, قال: ثني حجاج, عن ابن جريج, عن عطاء
الخراساني, عن ابن عباس, قوله: ادْعُوا رَبّكُمْ تَضَرّعا وَخْفْيَةً قال:
السرّ.

Allah berfirman : Wahai manusia, berdo’alah hanya kepada Tuhanmu.
Bersikap ikhlaslah dalam berdoa kepadaNya tanpa berdo’a kepada yang lain
seperti kepada tuhan-tuhan lain dan berhala-berhala.
Firman Allah “Berserah diri” maknanya adalah merendahkan diri dan bersikap tenang dalam menaatiNya.

Firman Allah “Dan suara yang lembut” maknanya adalah, dengan hatimu yang
khusyu dan keyakinan yang benar darimu akan keesaanNya diantara dirimu
denganNya. Bukan dengan suara yang terlalu keras dan hati yang tidak
yakin akan keesaanNya dan pemeliharaanNya. Seperti tipuan yang dilakukan
oleh orang-orang mubafik kepada Allah dan RasulNya.
Riwayat-riwayat yang menjelaskan hal tersebut adalah :
1) Al-Mutsanna menceritakan kepadaku, ia berkata : Suwaid bin Nashr
menceritakab kepada kami, ia berkata : Ibnu Al-Mubarak memberitakan
kepada kami dari Al-Mubarak bin Fadhalah, dari Al-Hasan, ia berkata,
”Jika seseorang telah mengkaji Al-Qur’an secara keseluruhan, maka
tetangganya tidak merasakannya. Jika seseorang itu memahami banyak
pemahaman, maka orang lain tidak merasakannya. Jika seseorang
melaksanakan shalat yang lama di rumahnya, lalu ada tamu yang berkunjung
kepadanya, maka para tamu itu tidak merasakannya. Kami telah bertemu
dengan beberapa orang di atas bumi ini, sebenarnya mereka mampu
melakukan suatu amal secara rahasia, akan tetapi selamanya ia justru
melakukannya secara terang-terangan. Pada zaman dahulu kaum muslim
berdo’a bersungguh-sungguh, akan tetapi orang di sekeliling mereka tidak
mendengarnya melainkan hanya seperti pembicaraan antara ia dengan
Tuhannya, karena Allah berfirman : ”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut” Sebab Allah menyebutkan tentang
seorang hambaNya yang shalih dan Dia menyukai perbuatan hambaNya itu,
”yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” (QS.
Maryam 19 : 3) (Ibnu Al-Mubarak dalam Az-Zuhd 1/49 dan As-Suyuthi dalam
Ad-Durr Al-Mansur 3/476.

2) Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata : Jarir menceritakan
kepada kami dari Ashim Al-Ahwal, dari Abu Utsman An-Nahdi, dari Abu
Musa, ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam berada dalam
suatu peperangan, mereka berada di suatu lembah, mereka bertakbir dan
mengucapkan kalimat ’Laa ilaaha illallaah’ dengan mengangkat suara
tinggi. Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Wahai
manusia, konsistenlah terhadap urusan kamu. Sesungguhnya kamu bukan
menyeru kepada Tuhan yang tuli dan yang gaib, akan tetapi kamu menyeru
kepada Dia Yang Maha Mendengar, Maha Dekat, dan Dia bersama kamu”
(Al-Bukhari dalam Al-Maghazi no. 4205; Muslim dalam Adz-Dzikr wa ad-Du’a
no. 44).

3) Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata : Al-Husein
menceritakan kepada kami, ia berkata : Hajjaj menceritakan kepadaku dari
Ibnu Juraij, dari Atha Al-Khurasani, dari Ibnu Abbas, tentang ayat,
”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut”.
Ia berkata, ”Maknanya adalah, dengan rahasia” (Al-Baghawi dalam Ma’alim
At-Tanzil 2/482.)

4. Jalaludin As-Suyuthi dan Jalaludin Al-Mahali
Jalaludin As-Suyuthi dan Jalaludin Al-Mahali dalam kitab Tafsir Jalalain menjelaskan :
{ ادعوا ربكم تضرعا } حال تذللا { وخفية } سرا { إنه لا يحب المعتدين } في الدعاء بالتشدق ورفع الصوت
(Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri) menjadi hal, yakni merendahkan diri
(dan dengan suara yang lembut) secara berbisik-bisik
(Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas) di
dalam berdoa. Seperti banyak berbicara dengan suara yang keras.

5. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm berkata :
وأي إمام ذكر الله بما وصفت جهرا أو سرا أو بغيره فحسن وأختار للامام
والمأموم أن يذكر الله بعد الانصراف من الصلاة ويخفيان الذكر إلا أن يكون
إماما يجب أن يتعلم منه فيجهر حتى يرى أنه قد تعلم منه ثم يسر فإن الله عزو
وجل يقول ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها
Saya memilih untuk berdzikir kepada Allah setelah selesai shalat dengan
merendahkan suara bagi imam dan makmum, kecuali apabila ia adalah
seorang imam yang wajib diambil pelajaran darinya, maka ia harus
mengeraskan bacaan dzikirnya hingga ia mengira bahwa orang-orang telah
mengerti dan mendapat pelajaran darinya. Kemudian ia membaca
perlahan-lahan, karena sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya” (QS. Ali-Imran 17 : 110).
[Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 197].

6. Imam Ghazali
Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan tata kesopanan berdo’a :
خفض الصوت بين المخافتة والجهر لما روي أن أبا موسى الأشعري قال‏:‏ قدمنا
مع رسول الله فلما دنونا من المدينة كبر وكبر الناس ورفعوا أصواتهم فقال
النبي صلى الله عليه وسلم يا أيها الناس إن الذي تدعون ليس بأصم ولا غائب
إن الذي تدعون بينكم وبين أعناق ركابكم ‏"‏
Melunakkan suara antara menyembunyikan dan mengeraskan karena diriwayatkan bahwasanya Abu Musa Al-Asy’ari berkata :
“Kami datang bersama dengan Rasulullah. Ketika kami dekat dengan Madinah
beliau membaca takbir, dan manusia membaca takbir dan mengeraskan suara
mereka. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يا أيها الناس إن الذي تدعون ليس بأصم ولا غائب إن الذي تدعون بينكم وبين أعناق ركابكم
‘Wahai manusia, sesungguhnya Dzat Yang kamu berdo’a (kepadaNya) tidaklah
tuli dan ghaib. Sesungguhnya Dzat yang berdoa (kepadaNya) itu diantara
kamu dan antara tengkuk-tengkuk kendaraanmu,” (Mutafaq Alaih).
[Kitab ihya Ulumiddin 2, hal. 401].

7. Imam Nawawi
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab berkata :
قال الشافعي رحمه الله تعالي في الام بعد ان ذكر حديث ابن عباس السابق في
رفع الصوت بالذكر وحديث ابن الزبير السابق وحديث أم سلمة المذكور في الفصل
بعد هذا اختار للامام المأموم ان يذكرا الله تعالي بعد السلام من الصلاة
ويخفيان الذكر إلا ان يكون إماما يريد أن يتعلم منه فيجهر حتى يرى أنه قد
تعلم منه فيسر فان الله تعالي يقول (ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها) يعنى
والله اعلم الدعاء (ولا تجهر) ترفع (ولا تخافت) حتى لا تسمع نفسك
قال وأحسب أن النبي صلى الله عليه وسلم إنما جهر قليلا يعنى في حديث ابن
عباس وحديث ابن الزبير ليتعلم الناس منه لان عامة الروايات التى كتبناها مع
هذا وغيرها ليس يذكر فيها بعد التسليم تهليل ولا تكبير وقد ذكرت أم سلمة "
مكثه صلى الله عليه وسلم ولم يذكر جهرا
وأحسبه صلي الله عليه وسلم لم يمكث الا ليذكر سرا "
قال واستحب للمصلى منفردا أو مأموما ان يطيل الذكر بعد الصلاة ويكثر الدعاء رجاء الاجابة بعد المكتوبة هذا نصه في الام
واحتج البيهقي وغيره لتفسيره الاية بحديث عائشة رضى الله تعالى عنها قالت "
في قول الله تعالي (ولا تجهر بصلاتك ولا تخافت بها) نزلت في الدعاء " رواه
البخاري ومسلم
وهكذا قال اصحابنا إن الذكر والدعاء بعد الصلاة يستحب أن يسر بهما إلا أن
يكون اماما يريد تعليم الناس فيجهر ليتعلموا فإذا تعلموا وكانوا عالمين
أسره
واحتج البيهقي وغيره في الاسرار بحديث أبي موسى الاشعري رضي الله عنه قال "
كنا مع النبي صلي الله تعالى عليه وسلم وكنا إذا أشرفنا على واد هللنا
وكبرنا ارتفعت اصواتنا فقال النبي صل الله تعالي عليه وسلم يا أيها الناس
اربعوا علي انفسكم فانكم لا تدعون اصم ولا غائبا إنه معكم سميع قريب " رواه
البخاري
Imam Syafi’i menjelaskan dalam kitab Al-Umm setelah menyebutkan hadits
Ibnu Abbas sebelumnya tentang membaca dzikir dengan suara keras, hadits
Ibnu Zubair sebelumnya, dan hadits Ummu Salamah pada bab sebelumnya :
Aku berpendapat, “Imam dan makmum berdzikir setelah shalat. Imam dan
makmum berdzikir dengan suara lirih, kecuali bagi imam yang mengajari
dzikir kepada jamaah, ia harus mengeraskan bacaan dzikir, karena Allah
Aubhanahu wata’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya” (QS. Ali-Imran 17 :
110). Artinya, jangan mengeraskan doa dan melirihkannya hingga dirimu
sendiri tidak mendengarnya.
Menurutku riwayat Ibnu Az-Zubair tentang bacaan tahlil Nabi Shallallaahu
’alaihi wasallam dan riwayat Ibnu Abbas tentang bacaan takbir Nabi
Shallallaahu ’alaihi wasallam setelah salam, dibaca sedikit keras untuk
mengajari para sahabat, sebab sebagian besar riwayat yang kami catat
–selain riwayat Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair ini—tidak menyebutkan tahlil
atau takbir setelah salam, karena riwayat lain hanya menyebutkan,
”Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam usai shalat” tanpa ada redaksi
”berdzikir”. Disamping itu, Ummu Salamah RA menyebutkan Rasulullah
Shallallaahu ’alaihi wasallam duduk setelah shalat dan beliau tidak
berdzikir dengan suara keras.
Menurut saya, Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam duduk setelah shalat untuk berdzikir dengan suara lirih.
Asy-Syafi’i meneruskan, ”Saya suka orang yang shalat sendirian, atau
makmum memperlama dzikir setelah shalat dan memperbanyak doa dengan
harapan dikabulkan setelah menunaikan shalat wajib” Demikian pernyataan
Asy-Syafi’i dalam Al-Umm.
Al-Baihaqi dan lainnya dalam menafsirkan ayat dengan berhujjah dengan
hadits Aisyah RA, tentang firman Allah Subhanahu wata’ala, “Dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” (QS.
Ali-Imran 17 : 110). Aisyah RA berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
doa” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Seperti itu pula yang dijelaskan oleh sahabat-sahabat kami, bahwa dzikir
dan doa setelah shalat dianjurkan untuk diucapkan secara lirih, kecuali
bagi imam yang ingin mengajari jamaah. Saat itu, imam membaca dzikir
dengan suara keras agar jamaah belajar. Bila jamaah sudah tahu, imam
kembali membaca dzikir dengan suara lirih.
Al-Baihaqi dan lainnya berhujjah untuk membaca dzikir dan doa dengan
suara lirih dengan hadits dari Abu Musa, dia berkata, “Kami pernah
bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika memasuki lembah,
kami bertahlil dan bertakbir dengan suara keras, maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai manusia, sayangilah diri
kalian. Sesungguhnya kalian tidak sedang berdo’a kepada dzat yang tuli
dan ghaib. Kalian sedang berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan
dekat” (HR. Al Bukhari).
[Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab 3/416 (3/ 970-971)]

Kesimpulan
1. Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan hambaNya untuk berdo’a kepadaNya dengan suara yang lembut (lirih).
2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umatnya agar
ketika berdo’a kepada Allah tidak dengan mengeraskan suaranya, melainkan
dengan suara yang lembut (lirih).
3. Mayoritas ulama berpendapat bahwa berdoa lkepada Allah disyari’atkan dengan suara yang lembut (lirih).

Wallahu a’lam.

Sumber Rujukan :
-Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Puataka Imam Syafi’i, 2003.
-Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.
-Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Sinar Baru, Bandung, 2003
-Ibnu Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, Pustaka Azzam, Jakarta, 2008.
-Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Darul Fikri, Beirut, 2006.
-Imam Muslim, Sahih Muslim, Darul Ilmi, Surabaya
-Imam Syafi’i, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005
-Imam Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, Asy-Syifa, Semarang
-Imam Nawawi, Al-Majmu Syarah Al-Muhadzdzab, Pustaka Azzam, 2010

*Slawi, Maret 2011




Diposkan oleh
Masnun Tholab


di
08:45
sumber
Admin
Admin
Administrator
Administrator

Male
Posts : 1100
Kepercayaan : Islam
Location : Tanah Melayu
Join date : 03.08.11
Reputation : 55

https://laskarislam.indonesianforum.net

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik