Budha Maitreya bagi segala bangsa
Halaman 1 dari 2 • Share
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Budha Maitreya bagi segala bangsa
Identifikasi
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu tanda bukti
dari Tuhan kamu, dan telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang
(Maitreya Buddha)” (Q.S. 4:175).
Mahatma Buddha, guru serta pendakwah moral yang mulia,
dalam penghormatan lain dikenal sebagai ‘Cahaya Asia”; yang mengusir semua
kegelapan karena kejahilan serta menyembuhkan penyakit ruhani dari dataran
India; dilahirkan di kota Kapilavastu di Nepal sekitar 2400 tahun yang lalu.
Menurut keyakinan Buddha dia adalah akhir dari serangkaian pembaharu keagamaan
setelah banyak pengajar yang bangkit pada pelbagai kejadian khusus sebelum dia.
Ayahnya, Sudhodana adalah dari dinasti Sakya; seorang raja dan ibunya bernama
“Maya Dewi”. Silsilahnya mencapai Kshatrya Rishi Gautama yang terkenal, karena
itu Buddha dipanggil sebagai Sakya Muni Gautama atau Sakya Singha.
Pentingnya arti nama
Buddha: Buddha adalah kata Sanskerta dan ini berarti seorang yang bangkit,
terbangun, cerdas, pandai, bijaksana, tercerahkan, dan sebagainya. Atau ini
berarti seorang laki-laki sempurna, yang telah mencapai ilmu kebenaran dan
ketulusan serta seorang yang telah keluar dari kegelapan dunia kepada cahaya.
Sesungguhnya, asal kata ini adalah dari kata Arab Bath, Ba’atha dan Taba’ath,
yang berarti dia membangkitkannya, menarik hatinya, atau meletakkan dia dalam
gerakan atau tindakan. Baethun dan Beath berarti seorang lelaki yang kegelisahan
atau kesedihannya membangunkan dia dari tidurnya. Al-Quran menyatakan tentang
Muhammad:
“Dia ialah Yang membangkitkan (ba’atsa) di kalangan bangsa Ummi
seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun
mereka benar-benar dalam kesesatan yang terang” (Q.S. 62:2).
Menurut terminologi
Buddha, ini bukanlah nama melainkan gelar, yang dicapai oleh seseorang yang
telah keluar dari kegelapan kepada cahaya, dan yang menyeru kepada orang-orang
lain agar keluar dari lubang ini. Ada banyak Buddha bahkan sebelum Sakya Muni
Gautama dan di sana terdapat nubuatan tentang kedatangan seorang Buddha
sesudahnya. Maka kesamaan pertama dari Nabi Muhammad dengan Buddha adalah
gelarnya dan dalam dakwahnya; dia sendiri keluar dari kegelapan kepada cahaya
dan dia menyeru yang lain agar keluar dari sumur tanpa dasar ini. Dia dilahirkan
demi kesejahteraan kerumunan yang sangat besar ini! (Fo-sho-Hing-tsan-King
39:56).
Al-Quran mengumumkannya dengan kata-kata yang jelas:
“Telah Kami turunkan kepada kamu cahaya
yang terang” (Q.S. 4:175).
“Dia ialah Yang membangkitkan di
kalangan bangsa Ummi seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah” (Q.S. 62:2).
“Seorang Utusan yang membacakan kepada
kamu ayat-ayat Allah yang terang, agar ia mengeluarkan orang-orang yang beriman
dan berbuat baik dari gelap ke terang” (Q.S. 65:11).
Dan dalam ayat yang lain dikatakan:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu,
cahaya dan Kitab yang terang” (Q.S. 5:15).
Dua hal di sini yang dikatakan sebagai telah datang dari
Tuhan, suatu cahaya dan kitab yang terang. Cahaya adalah Nabi, dan Kitab, adalah
al-Quran:
“Dengan itu, Allah memimpin pada jalan keselamatan kepada siapa
yang mengikuti perkenan-Nya, dan mengeluarkan mereka dari gelap ke sinar
terang dengan izin-Nya, dan memimpin mereka pada jalan yang benar” (Q.S.
5:16).
Dan kegelisahannya pada kemanusiaan dinyatakan dalam:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu
seorang Utusan dari kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh
dalam kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu” (Q.S. 9:128).
Inilah gambaran
sejati dari hati yang gundah-gulana, tidak saja terhadap para pengikutnya
sendiri, tidak saja untuk kaum atau negerinya sendiri, melainkan untuk seluruh
kemanusiaan. Beliau cemas terhadap beban yang menimpa semuanya, dan beliau penuh
keprihatinan demi kesejahteraan semuanya. Risalahnya menyatakan diri sebagai
kekuatan ruhani yang terbesar, yang pada akhirnya ditakdirkan untuk membawa
seluruh umat manusia kepada kesempurnaan.
Dan ini sungguh mempengaruhi transformasi kemanusiaan
dari dalamnya kemerosotan yang paling rendah kepada puncak tertinggi peradaban
dalam jangka waktu yang pendeknya sungguh tak terkira. Untuk keadaan yang tiada
atandingannya ini, seorang pengarang anti-Muslim, Sir William Muir,
berkata:
“Dari zaman yang tak bisa diingat lagi Mekka dan seluruh
jazirah telah meluncur dalam kemandegan spiritual….Orang-orang tenggelam dalam
takhayul, kekejaman dan kemesuman….Agama mereka adalah berhala yang memalukan;
dan kepercayaan mereka adalah ketakutan khayali kepada hantu yang tidak
kelihatan… Tiga belas tahun sebelum Hijrah, Mekkah tergeletak tanpa kehidupan
dalam keadaan yang hina ini. Betapa besar perubahan telah terjadi dalam janagka
waktu tigabelas tahun ini!…. Kebenaran agama Yahudi telah lama bergema di
telinga orang-orang di Madinah, tetapi bergeming hingga mereka mendengar nada
ruhani yang menggebu dari Nabi Arabia sehingga mereka pun, terbangun dari tidur
lelapnya, dan tiba-tiba melompat dalam kehidupan yang baru dan
sungguh-sungguh”. (1)
Sekali lagi, “Buddha”
berarti seorang yang mempunyai ilmu yang lengkap tentang kebenaran. Kita dapati
dalam al-Quran:
“Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap.
Sesungguhnya kepalsuan itu pasti lenyap” (Q.S. 17:81).
Kedatangan Nabi
Muhammad di sini dikatakan sebagai Kedatangan kebenaran. Ketika Nabi Suci masuk
ke kota Mekkah sebagai seorang penakluk dan ketika Rumah dari Yang Maha-suci
dibersihkan dari berhala, Nabi membaca ayat ini dan berkata:
“Kebenaran telah datang, dan kepalsuan tak
akan timbul, dan tak akan kembali” (Q.S. 34:49).
Ini berarti bahwa kepalsuan tidak dapat berdiri di
hadapan kebenaran, dan bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang ke seluruh
penjuru dunia, sebagaimana dia telah menang di tanah Arab pada masa kehidupan
Nabi. Dan dalam ayat lain risalah Muhammad disebut Al-Furqan dan inilah nama
dari al-Quran sesuai dengan:
“Maha-berkah Dia Yang telah menurunkan
Pemisah (Furqan) kepada hamaba-Nya, agar ia menjadi juru ingat bagi sekalian
bangsa” (Q.S. 25:1).
Ini disebut Furqan karena pemisah yang akan membedakan
antara kebenaran dengan kepalsuan dan ini berkaitan dengan transformasi
besar-besaran yang terbawa dalam kehidupan umat.
Tambahan kata-kata
bahwa Nabi akan menjadi juru-ingat dari bangsa-bangsa, menunjukkan bahwa
transformasi yang dibawa di Arabia akhirnya akan meluas ke seluruh penjuru dunia
dan segala bangsa akan memetik manfaat darinya. Menurut ajaran al-Quran,
kebenaran itu terdiri dari keimanan kepada Tuhan atau selalu berkomunikasi
dengan Dzat Ilahi dan mencelupkan dirinya dalam sifat-sifat Ilahi serta pemurah
dan pengasih terhadap sesama manusia.
Ketiga arti dari kata
Buddha ini adalah atribut baik dari Gautama Buddha maupun Maitrreya Buddha
sebagaimana yang dinubuatkan oleh Gautama sendiri:
Membangunkan manusia
yang terbaring nyenyak, dia sendiri dibangunkan dan ditingkatkan menjadi Buddha.
Dalam kegelapan yang menyelimuti
sekitarnya dialah cahaya, menyeru orang-orang dan menunjukkan mereka jalan yang
benar kepada keselamatan.
Dia adalah gabungan dari kebenaran dan ketulusan
yang merontokkan segala kepalsuan.
Buddha Gautama meramalkan datangnya Maitreya Buddha yang
serupa dengannya. Setelah Buddha hanya ada dua utusan yang muncul ke dunia, Isa
Almasih dan Muhammad. Tetapi Yesus sendiri menyatakan bahwa ruh kebenaran belum
datang yang akan membimbing manusia kepada seluruh kebenaran:
“Tetapi
apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab ia tidak akan berkata-kata dari dirinya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengarnya itulah yang akan dikatakannya dan ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes
16:13) Tidak seorangpun yang muncul di dunia setelah Isa Almasih yang
menjawab gambaran ini kecuali Nabi Suci Muhammad. Dan lenyapnya kepalsuan dari
Arabia di hadapan matanya menunjukkan kebenaran dari pernyataannya ini.
Kedua, menurut
keyakinan Kristen maka pohon dimana Adam dilarang mendekati adalah pohon
pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan. Risalah Buddha menentang hal itu.
Menurut al-Quran itu adalah pohon kematian – kematian ruhani dari manusia –
pohon kejahatan dimana manusia lagi dan lagi-lagi diperingatkan agar jangan di
dekati, dan adalah kejahatan , yang mana semua Nabiyullah itu dan seluruh Buddha
memperingatkan manusia. Orang Kristen percaya bahwa dikeluarkannya manusia dari
surga itu karena memakan buah-buahan pohon pengetahuan tentang baik dan jahat.
Sedangkan menurut Nabi Muhammad itu bukanlah pengetahuan melainkan kebodohanlah
yang telah menyingkirkan dia dari sana.
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu tanda bukti
dari Tuhan kamu, dan telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang
(Maitreya Buddha)” (Q.S. 4:175).
Mahatma Buddha, guru serta pendakwah moral yang mulia,
dalam penghormatan lain dikenal sebagai ‘Cahaya Asia”; yang mengusir semua
kegelapan karena kejahilan serta menyembuhkan penyakit ruhani dari dataran
India; dilahirkan di kota Kapilavastu di Nepal sekitar 2400 tahun yang lalu.
Menurut keyakinan Buddha dia adalah akhir dari serangkaian pembaharu keagamaan
setelah banyak pengajar yang bangkit pada pelbagai kejadian khusus sebelum dia.
Ayahnya, Sudhodana adalah dari dinasti Sakya; seorang raja dan ibunya bernama
“Maya Dewi”. Silsilahnya mencapai Kshatrya Rishi Gautama yang terkenal, karena
itu Buddha dipanggil sebagai Sakya Muni Gautama atau Sakya Singha.
Pentingnya arti nama
Buddha: Buddha adalah kata Sanskerta dan ini berarti seorang yang bangkit,
terbangun, cerdas, pandai, bijaksana, tercerahkan, dan sebagainya. Atau ini
berarti seorang laki-laki sempurna, yang telah mencapai ilmu kebenaran dan
ketulusan serta seorang yang telah keluar dari kegelapan dunia kepada cahaya.
Sesungguhnya, asal kata ini adalah dari kata Arab Bath, Ba’atha dan Taba’ath,
yang berarti dia membangkitkannya, menarik hatinya, atau meletakkan dia dalam
gerakan atau tindakan. Baethun dan Beath berarti seorang lelaki yang kegelisahan
atau kesedihannya membangunkan dia dari tidurnya. Al-Quran menyatakan tentang
Muhammad:
“Dia ialah Yang membangkitkan (ba’atsa) di kalangan bangsa Ummi
seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun
mereka benar-benar dalam kesesatan yang terang” (Q.S. 62:2).
Menurut terminologi
Buddha, ini bukanlah nama melainkan gelar, yang dicapai oleh seseorang yang
telah keluar dari kegelapan kepada cahaya, dan yang menyeru kepada orang-orang
lain agar keluar dari lubang ini. Ada banyak Buddha bahkan sebelum Sakya Muni
Gautama dan di sana terdapat nubuatan tentang kedatangan seorang Buddha
sesudahnya. Maka kesamaan pertama dari Nabi Muhammad dengan Buddha adalah
gelarnya dan dalam dakwahnya; dia sendiri keluar dari kegelapan kepada cahaya
dan dia menyeru yang lain agar keluar dari sumur tanpa dasar ini. Dia dilahirkan
demi kesejahteraan kerumunan yang sangat besar ini! (Fo-sho-Hing-tsan-King
39:56).
Al-Quran mengumumkannya dengan kata-kata yang jelas:
“Telah Kami turunkan kepada kamu cahaya
yang terang” (Q.S. 4:175).
“Dia ialah Yang membangkitkan di
kalangan bangsa Ummi seorang Utusan di antara mereka, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah” (Q.S. 62:2).
“Seorang Utusan yang membacakan kepada
kamu ayat-ayat Allah yang terang, agar ia mengeluarkan orang-orang yang beriman
dan berbuat baik dari gelap ke terang” (Q.S. 65:11).
Dan dalam ayat yang lain dikatakan:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu,
cahaya dan Kitab yang terang” (Q.S. 5:15).
Dua hal di sini yang dikatakan sebagai telah datang dari
Tuhan, suatu cahaya dan kitab yang terang. Cahaya adalah Nabi, dan Kitab, adalah
al-Quran:
“Dengan itu, Allah memimpin pada jalan keselamatan kepada siapa
yang mengikuti perkenan-Nya, dan mengeluarkan mereka dari gelap ke sinar
terang dengan izin-Nya, dan memimpin mereka pada jalan yang benar” (Q.S.
5:16).
Dan kegelisahannya pada kemanusiaan dinyatakan dalam:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu
seorang Utusan dari kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh
dalam kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu” (Q.S. 9:128).
Inilah gambaran
sejati dari hati yang gundah-gulana, tidak saja terhadap para pengikutnya
sendiri, tidak saja untuk kaum atau negerinya sendiri, melainkan untuk seluruh
kemanusiaan. Beliau cemas terhadap beban yang menimpa semuanya, dan beliau penuh
keprihatinan demi kesejahteraan semuanya. Risalahnya menyatakan diri sebagai
kekuatan ruhani yang terbesar, yang pada akhirnya ditakdirkan untuk membawa
seluruh umat manusia kepada kesempurnaan.
Dan ini sungguh mempengaruhi transformasi kemanusiaan
dari dalamnya kemerosotan yang paling rendah kepada puncak tertinggi peradaban
dalam jangka waktu yang pendeknya sungguh tak terkira. Untuk keadaan yang tiada
atandingannya ini, seorang pengarang anti-Muslim, Sir William Muir,
berkata:
“Dari zaman yang tak bisa diingat lagi Mekka dan seluruh
jazirah telah meluncur dalam kemandegan spiritual….Orang-orang tenggelam dalam
takhayul, kekejaman dan kemesuman….Agama mereka adalah berhala yang memalukan;
dan kepercayaan mereka adalah ketakutan khayali kepada hantu yang tidak
kelihatan… Tiga belas tahun sebelum Hijrah, Mekkah tergeletak tanpa kehidupan
dalam keadaan yang hina ini. Betapa besar perubahan telah terjadi dalam janagka
waktu tigabelas tahun ini!…. Kebenaran agama Yahudi telah lama bergema di
telinga orang-orang di Madinah, tetapi bergeming hingga mereka mendengar nada
ruhani yang menggebu dari Nabi Arabia sehingga mereka pun, terbangun dari tidur
lelapnya, dan tiba-tiba melompat dalam kehidupan yang baru dan
sungguh-sungguh”. (1)
Sekali lagi, “Buddha”
berarti seorang yang mempunyai ilmu yang lengkap tentang kebenaran. Kita dapati
dalam al-Quran:
“Dan katakanlah: Kebenaran telah datang dan kepalsuan lenyap.
Sesungguhnya kepalsuan itu pasti lenyap” (Q.S. 17:81).
Kedatangan Nabi
Muhammad di sini dikatakan sebagai Kedatangan kebenaran. Ketika Nabi Suci masuk
ke kota Mekkah sebagai seorang penakluk dan ketika Rumah dari Yang Maha-suci
dibersihkan dari berhala, Nabi membaca ayat ini dan berkata:
“Kebenaran telah datang, dan kepalsuan tak
akan timbul, dan tak akan kembali” (Q.S. 34:49).
Ini berarti bahwa kepalsuan tidak dapat berdiri di
hadapan kebenaran, dan bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang ke seluruh
penjuru dunia, sebagaimana dia telah menang di tanah Arab pada masa kehidupan
Nabi. Dan dalam ayat lain risalah Muhammad disebut Al-Furqan dan inilah nama
dari al-Quran sesuai dengan:
“Maha-berkah Dia Yang telah menurunkan
Pemisah (Furqan) kepada hamaba-Nya, agar ia menjadi juru ingat bagi sekalian
bangsa” (Q.S. 25:1).
Ini disebut Furqan karena pemisah yang akan membedakan
antara kebenaran dengan kepalsuan dan ini berkaitan dengan transformasi
besar-besaran yang terbawa dalam kehidupan umat.
Tambahan kata-kata
bahwa Nabi akan menjadi juru-ingat dari bangsa-bangsa, menunjukkan bahwa
transformasi yang dibawa di Arabia akhirnya akan meluas ke seluruh penjuru dunia
dan segala bangsa akan memetik manfaat darinya. Menurut ajaran al-Quran,
kebenaran itu terdiri dari keimanan kepada Tuhan atau selalu berkomunikasi
dengan Dzat Ilahi dan mencelupkan dirinya dalam sifat-sifat Ilahi serta pemurah
dan pengasih terhadap sesama manusia.
Ketiga arti dari kata
Buddha ini adalah atribut baik dari Gautama Buddha maupun Maitrreya Buddha
sebagaimana yang dinubuatkan oleh Gautama sendiri:
Membangunkan manusia
yang terbaring nyenyak, dia sendiri dibangunkan dan ditingkatkan menjadi Buddha.
Dalam kegelapan yang menyelimuti
sekitarnya dialah cahaya, menyeru orang-orang dan menunjukkan mereka jalan yang
benar kepada keselamatan.
Dia adalah gabungan dari kebenaran dan ketulusan
yang merontokkan segala kepalsuan.
Buddha Gautama meramalkan datangnya Maitreya Buddha yang
serupa dengannya. Setelah Buddha hanya ada dua utusan yang muncul ke dunia, Isa
Almasih dan Muhammad. Tetapi Yesus sendiri menyatakan bahwa ruh kebenaran belum
datang yang akan membimbing manusia kepada seluruh kebenaran:
“Tetapi
apabila ia datang, yaitu Roh Kebenaran, ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab ia tidak akan berkata-kata dari dirinya sendiri, tetapi segala
sesuatu yang didengarnya itulah yang akan dikatakannya dan ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes
16:13) Tidak seorangpun yang muncul di dunia setelah Isa Almasih yang
menjawab gambaran ini kecuali Nabi Suci Muhammad. Dan lenyapnya kepalsuan dari
Arabia di hadapan matanya menunjukkan kebenaran dari pernyataannya ini.
Kedua, menurut
keyakinan Kristen maka pohon dimana Adam dilarang mendekati adalah pohon
pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan. Risalah Buddha menentang hal itu.
Menurut al-Quran itu adalah pohon kematian – kematian ruhani dari manusia –
pohon kejahatan dimana manusia lagi dan lagi-lagi diperingatkan agar jangan di
dekati, dan adalah kejahatan , yang mana semua Nabiyullah itu dan seluruh Buddha
memperingatkan manusia. Orang Kristen percaya bahwa dikeluarkannya manusia dari
surga itu karena memakan buah-buahan pohon pengetahuan tentang baik dan jahat.
Sedangkan menurut Nabi Muhammad itu bukanlah pengetahuan melainkan kebodohanlah
yang telah menyingkirkan dia dari sana.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
terima kasih untuk postingannya di ruang Budha
tetapi disini saya mau memohon kepada TS, lain kali kalau mau membandingkan Buddha dan Islam, mohon gunakan logika yang benar, bukan yang di cocok-cocokkan.
dalam identifikasi
Sudah jelas sekali disini bahwa Buddha dan Muhammad adalah 2 individu yang saling bertolak belakang baik dari kehidupan, tingkah laku maupun spiritual.
Buddha adalah seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna tingkah lakunya, tanpa cela, penuh dengan cinta kasih yang murni kepada semua makhluk, lemah lembut, tenang, tanpa nafsu indria, terbebas dari segala noda pikiran buruk maupun sifat yang tidak baik.
sedangkan muhammad adalah seorang manusia yang masih memiliki kekotoran batin seperti amarah, kebencian, berperang, merampok, membunuh (baik manusia maupun binatang), memiliki nafsu indria dan seabrek celaan. ( bukan maksud menghina, cuma membandingkan aja, masalahnya terdapat begitu banyak perbedaan yang ada)
dalam terminologi
Beliau (BUddha) yang telah menunjukkan jalan dengan terang adalah ungkapan yang diberikan oleh umat kepadanya karena ajaran beliau yang membawa kedamaian sejati dalam terangnya jalan, ini adalah penghargaan yang betul2 diberikan oleh umat.
amat sangat berbeda sekali dengan muhammad yang dikatakan terang oleh kitab, sehingga yang menjadi umat, baik dengan tulus ataupun terpaksa, harus mengakuinya. (sekali lagi bukan maksud menghina)
kemudian dalam segala segi masalah keimanan dan ajaran, ajaran Buddha dan islam benar- benar adalah 2 konsep yang berbeda sama sekali. Ajaran Buddha yaitu
EHIPASSIKO
Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.
Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:
"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)
Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.
Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.
KEBENARAN
(Sacca)
Kebenaran atau dalam bahasa Pali disebut dengan sacca, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran tidak selamanya menyangkut mengenai masalah moral semata.
Kebenaran sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak (Absolute) dan Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif.
Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak adalah Kebenaran yang harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Harus benar (apa adanya)
2. Tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang, kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda.
3. Tidak terikat oleh tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet Mars, kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda.
Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif adalah Kebenaran yang masih terikat dengan waktu dan tempat. Kebenaran ini hanya ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu.
Dalam ajaranNya, Guru Buddha mengajarkan 2 jenis Dhamma, yaitu yang bersifat Paramatha-sacca dan yang bersifat Sammuti-sacca.
sedangkan umat islam dilarang sama- sekali untuk mempertanyakan kekuasaan tuhan dalam segala ajarannya, bahkan meragukan sedikitpun adalah hal yang salah, karena semuanya adalah kuasa tuhan. sehingga ini menimbulkan begitu banyak kepercayaan yang secara kasar bisa disebut membabi-buta. atau boleh juga dikatakan kepercayaan yang dipaksakan.
(sungguh-sungguh tidak dengan maksud menghina)
semoga ini bisa memberikan sedikit pencerahan.
semoga semua makhluk berbahagia
tetapi disini saya mau memohon kepada TS, lain kali kalau mau membandingkan Buddha dan Islam, mohon gunakan logika yang benar, bukan yang di cocok-cocokkan.
dalam identifikasi
Sudah jelas sekali disini bahwa Buddha dan Muhammad adalah 2 individu yang saling bertolak belakang baik dari kehidupan, tingkah laku maupun spiritual.
Buddha adalah seseorang yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna tingkah lakunya, tanpa cela, penuh dengan cinta kasih yang murni kepada semua makhluk, lemah lembut, tenang, tanpa nafsu indria, terbebas dari segala noda pikiran buruk maupun sifat yang tidak baik.
sedangkan muhammad adalah seorang manusia yang masih memiliki kekotoran batin seperti amarah, kebencian, berperang, merampok, membunuh (baik manusia maupun binatang), memiliki nafsu indria dan seabrek celaan. ( bukan maksud menghina, cuma membandingkan aja, masalahnya terdapat begitu banyak perbedaan yang ada)
dalam terminologi
Beliau (BUddha) yang telah menunjukkan jalan dengan terang adalah ungkapan yang diberikan oleh umat kepadanya karena ajaran beliau yang membawa kedamaian sejati dalam terangnya jalan, ini adalah penghargaan yang betul2 diberikan oleh umat.
amat sangat berbeda sekali dengan muhammad yang dikatakan terang oleh kitab, sehingga yang menjadi umat, baik dengan tulus ataupun terpaksa, harus mengakuinya. (sekali lagi bukan maksud menghina)
kemudian dalam segala segi masalah keimanan dan ajaran, ajaran Buddha dan islam benar- benar adalah 2 konsep yang berbeda sama sekali. Ajaran Buddha yaitu
EHIPASSIKO
Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.
Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:
"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)
Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.
Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.
KEBENARAN
(Sacca)
Kebenaran atau dalam bahasa Pali disebut dengan sacca, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti keadaan (hal dan sebagainya) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Jadi, kebenaran tidak selamanya menyangkut mengenai masalah moral semata.
Kebenaran sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak (Absolute) dan Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif.
Paramatha-sacca atau Kebenaran Mutlak adalah Kebenaran yang harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Harus benar (apa adanya)
2. Tidak terikat oleh waktu, baik waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang, kebenaran ini tetap ada dan tidak berubah ataupun berbeda.
3. Tidak terikat oleh tempat, baik di suatu tempat atau di tempat lain, di Indonesia atau di planet Mars, kebenaran ini ada dan tidak berubah ataupun berbeda.
Sammuti-sacca atau Kebenaran Relatif adalah Kebenaran yang masih terikat dengan waktu dan tempat. Kebenaran ini hanya ada berlaku di tempat tertentu dan waktu tertentu.
Dalam ajaranNya, Guru Buddha mengajarkan 2 jenis Dhamma, yaitu yang bersifat Paramatha-sacca dan yang bersifat Sammuti-sacca.
sedangkan umat islam dilarang sama- sekali untuk mempertanyakan kekuasaan tuhan dalam segala ajarannya, bahkan meragukan sedikitpun adalah hal yang salah, karena semuanya adalah kuasa tuhan. sehingga ini menimbulkan begitu banyak kepercayaan yang secara kasar bisa disebut membabi-buta. atau boleh juga dikatakan kepercayaan yang dipaksakan.
(sungguh-sungguh tidak dengan maksud menghina)
semoga ini bisa memberikan sedikit pencerahan.
semoga semua makhluk berbahagia
Gravelord- SERSAN DUA
-
Age : 40
Posts : 95
Location : Sungai Guntung
Join date : 24.12.11
Reputation : 6
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
‘Metteya’ apakah itu artinya?
Istilah “Maitreya” diketemukan di semua buku tentang Buddhisme dengan sedikit perbedaan pengucapan. Dalam Sinhali dia adalah Maitri, dalam Siami dialah Phrae, Bayampaspa dalam Tibetan Chamra atau Po dalam Mgon, dalam bahasa Pali dia adalah Metteya, dalam Sanskrit Maitreya, dalam Burma Aremideia, dalam bahasa Cina Mei-ta-li-ye atau Mili Pusa atau Tzushih. Nama kedua dalam bahasa Tibet adalah Mahitreja, di Jepang Miroku, di Mongolia kita dapati Maidari. (14)
Setelah kita saksikan di pelbagai negeri yang berbeda pengucapannya sedikit berlainan mengikuti logat masing-masing, artinya juga sedikit berubah sebagaimana kita perlihatkan di bawah ini:
Maitreya dalam bahasa Sanskerta berarti mencintai dengan penuh kehangatan, dan penyayang, pemurah. (15)
“Ini juga nama dari Buddhisatva seorang yang diberkahi yang akan datang yang adalah Buddha ke lima dari dunia ini”. (16)
Ini berasal dari Maitai yang berarti persaudaraan, kemauan baik.
(“Buddhism”, oleh Monier Williams, halaman 128).
“Ini berarti kualitas dari persahabatan, pemurah, kasih yang hangat, persaudaraan antar bangsa, simpati, penuh perhatian kepada yang lain” (“Pali Dictionary”, oleh William Steade).
“Dia yang namanya adalah kebaikan” (“The Gospel of Buddha”, oleh Paul Carus, hal. 218).
“Kasih-sayang universal atau pemurah” (“Essence of Buddhism”, halaman 101, 105).
Nabi Muhammad layak bergelar Maitreya.
Menurut ramalan Buddha ini, nama Maitreya perlu dipertimbangkan. Rujukan di atas nampak menunjukkan bahwa kata maitreya berarti penuh kasih-sayang atau sahabat baik. Quran Suci telah menggambarkan Nabi Muhammad seperti itu, dan untuk memperkuat hal ini bisa ditemui dalam kehidupannya:
“Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa” (Q.S. 21:107).
“Jadi dengan rahmat Allah itulah engkau bertindak lemah-lembut terhadap mereka. Dan sekiranya engkau kasar (dan) kejam, niscaya mereka akan bubar dari sekeliling engkau” (Q.S. 3:158).
“Dan ( Muhammad adalah) rahmat bagi orang yang beriman di antara kamu” (Q.S. 9:61).
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Utusan dari kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh dalam kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu, kepada kaum mukmin ia belas kasih” (Q.S. 9:128).
Ini adalah gembaran yang sebenarnya dari hati yang sedih, tidak saja terhadap para pengikutnya sendiri, tidak kepada kabilah atau negerinya, melainkan kepada seluruh kemanusiaan. Dia sedih demi beban yang mesti dipikul oleh semuanya, dan dia solider demi kesejahteraan semuanya. Tetapi ada suatu hubungan khusus yang diberikan kepada para pengikutnya; kepada mereka ini, sebagai tambahan, dia penuh kasih sayang dan rahmat. Inilah sebabnya, mengapa Nabi Muhammad itu terbukti sebagai Maitreya yang dijanjikan, karena rahmat, kebaikan dan kasih-sayangnya yang melimpah.
Alasan lain dia sebagai Maitreya yang Dijanjikan.
Bagi orang biasa, apa yang dibaca, diulangi atau difikirkan itu adalah perkara yang mengawang dan kabur serta habislah sampai di sini. Bagi seorang siswa pemikir, apa yang diulang-ulang adalah suatu kekuatan besar, suatu daya tenaga yang bisa mengendalikan daya-daya yang lain.
Seorang penulis terkenal, yang berbicara tentang pemikiran universal, berkata:
Dia berfikir, dan jumlahnya berkembang menjadi bentuk; dia berkehendak, dan dunia menjadi terpecah; dia mencinta, maka lahirlah jiwa.
Seperti dalam fikiran Universal, begitu pula fikiran manusia yang luhur; perbedaan itu tidak satu macam, melainkan dalam tingkatan. Ada pepatah Latin “Lex orandi, lex credendi”. Cara terbaik untuk menemukan dasar keimanan dari seseorang yalah menelaah kata-kata yang digunakannya ketika berdoa. Adalah dengan cara yang tepat sama bahwa fikiran nabi itu membidik kata-kata pujian yang sama seperti pancuran, ketika kata pujian Tuhan diulang-ulangi dalam komunikasi dengan Tuhannya. Seorang pencinta sejati akan selalu mengulang-ulangi nama kecintaannya.
Tidak ada kitab agama atau kitab suci lain dimana nama Tuhan Yang Maha-pemurah dan Maha-pengasih begitu seringnya disebut kecuali dalam Quran Suci. Kaum Kristiani meng-klaim bahwa Tuhan itu kasih. Tetapi dalam kualitas pengutamaan Tuhan, bahkan gambaran Tuhan semacam ini sulit disebutkan bahkan oleh Yesus sendiri.
Nabi Suci Muhammad telah menggambarkan manifestasi rahmat Ilahi ini adalah tujuan penciptaan
manusia:
“Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhan dikau; dan untuk itulah Ia menciptakan mereka”. (Q.S. 11:119).
Nabi Suci telah menggambarkan rahmat sebagai batu landasan dari seluruh kepercayaan agama. Dia menyebutkan semua ikatan perkawinan dan hubungan darah sebagai sarana manifestasi rahmat Ilahi.(Q.S. 30:21). Wahyu Ilahi, adanya malaikat, kedatangannya utusan, semuanya adalah perwujudan rahmat-Nya. (Q.S. 55: 1-2, 40:7, 6:148, 7:156). Dia menekankan, bahwa argumen dan penalaran adalah rahmat Tuhan. (Q.S. 16:125).
Keadilan, persamaan dan kewargaan adalah berdasarkan rahmat Ilahi, dia mengaku.
Di dalam peperangan maupun perang salib, yang merupakan kejahatan terburuk dari setan, dia
menetapkan rambu-rambu, sehingga merubah peristiwa itu menjadi rahmat yang lengkap.
Asal-usul penciptaan, ikhtiar di bumi dan hidup sesudah mati, dia nisbahkan semuanya itu menjadi rahmat Ilahi. Bahkan pada saat-saat yang penuh duka-cita dalam hidup manusia dia tidak membiarkan manusia melupakan kemurahan dan kasih-sayang Tuhan.
Dia mengajarkan agar manusia tidak mengeluh kepada Tuhan bahkan karena kematian dari seorang yang dekat dan tersayang , tetapi harus membacakan doa untuk rahmat dan kasih-sayang-Nya.
Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad adalah perwujudan dari maitreya, utusan yang baik hati, pengasih-penyayang, dan karenanya menggenapi nubuatan dari Buddha.
“Berdakwahlah ke jalan Tuhan dikau dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan berbantahlah dengan mereka dengan cara yang amat baik”. (Q.S. 16:125).
“Dan jika kamu memberi hukuman, maka berilah mereka hukuman yang sepadan dengan hukuman yang ditimpakan kepada kamu. Tetapi jika kamu bersabar, niscaya ini lebih baik bagi orang yang bersabar” (Q.S. 16:126).
“Dan bersabarlah, dan kesabaran dikau tiada lain hanyalah karena (pertolongan) Allah; dan janganlah engkau berduka cita akan mereka, dan jangan pula engkau merasa kuatir akan apa yang mereka rencanakan” (Q.S. 16:127). “Sesungguhnya Allah itu menyertai orang yang bertaqwa dan mereka yang berbuat baik” (QS.16:128) “Ia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa diberi hikmah, dia itu sebenarnya diberi banyak kebaikan. Dan tak seorang pun akan ingat, kecuali orang yang mempunyai akal” (Q.S. 2:269).
Kitab Maitreya (Muhammad) akan merupakan Kebenaran yang sempurna.
Buddha dengan jelas meramalkan:
“Kecintaan kepada Kebenaran dalam tingkat tinggi akan diumumkannya, baik dalam semangat maupun dalam tulisannya”. (“Sacred Books of the East”, jilid 4, halaman 74). “Wahyunya akan lebih elok. Mereka yang mendengarkannya tidak akan mengenal bosan dalam menyimaknya, mereka ingin mendengar lebih lagi darinya”. (T.W.Rhys Davids, “Buddhism” halaman 183).
“Maitreya akan menerbitkan Pengetahuan Langitnya sendiri atas alam semesta ini….
Sepenuhnya sempurna dan seluruhnya murni” (Chakkavatti Sinhnad Suttanta D.III :76).
Quran Suci disebut ‘kebenaran yang sempurna’ karena:
Dia diturunkan oleh Tuhan, Tuhan yang Sejati. Ini diwahyukan pada saat yang paling dibutuhkan (diturunkan pada saat yang benar). Kepalsuan tidak dapat menemukan jalan ke dalamnya, atau bisa berbuat demikian. Kitab ini kebal terhadap penggantian dan perubahan; (Q.S. 41:42).
Semua nabi telah meramalkan kedatangan dari seorang nabi ke seluruh bangsa-bangsa yang akan
membuktikan kebenaran dari semua nabi serta kitab suci keagamaan (Q.S. 3:80).
Di masa depan tidak ada nubuatan semacam itu yang tetap belum tergenapi (Q.S. 41:42).
Kitab ini datang dari Kebenaran Yang-sempurna dan membimbing ke tujuan yang sama.
Istilah “Maitreya” diketemukan di semua buku tentang Buddhisme dengan sedikit perbedaan pengucapan. Dalam Sinhali dia adalah Maitri, dalam Siami dialah Phrae, Bayampaspa dalam Tibetan Chamra atau Po dalam Mgon, dalam bahasa Pali dia adalah Metteya, dalam Sanskrit Maitreya, dalam Burma Aremideia, dalam bahasa Cina Mei-ta-li-ye atau Mili Pusa atau Tzushih. Nama kedua dalam bahasa Tibet adalah Mahitreja, di Jepang Miroku, di Mongolia kita dapati Maidari. (14)
Setelah kita saksikan di pelbagai negeri yang berbeda pengucapannya sedikit berlainan mengikuti logat masing-masing, artinya juga sedikit berubah sebagaimana kita perlihatkan di bawah ini:
Maitreya dalam bahasa Sanskerta berarti mencintai dengan penuh kehangatan, dan penyayang, pemurah. (15)
“Ini juga nama dari Buddhisatva seorang yang diberkahi yang akan datang yang adalah Buddha ke lima dari dunia ini”. (16)
Ini berasal dari Maitai yang berarti persaudaraan, kemauan baik.
(“Buddhism”, oleh Monier Williams, halaman 128).
“Ini berarti kualitas dari persahabatan, pemurah, kasih yang hangat, persaudaraan antar bangsa, simpati, penuh perhatian kepada yang lain” (“Pali Dictionary”, oleh William Steade).
“Dia yang namanya adalah kebaikan” (“The Gospel of Buddha”, oleh Paul Carus, hal. 218).
“Kasih-sayang universal atau pemurah” (“Essence of Buddhism”, halaman 101, 105).
Nabi Muhammad layak bergelar Maitreya.
Menurut ramalan Buddha ini, nama Maitreya perlu dipertimbangkan. Rujukan di atas nampak menunjukkan bahwa kata maitreya berarti penuh kasih-sayang atau sahabat baik. Quran Suci telah menggambarkan Nabi Muhammad seperti itu, dan untuk memperkuat hal ini bisa ditemui dalam kehidupannya:
“Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa” (Q.S. 21:107).
“Jadi dengan rahmat Allah itulah engkau bertindak lemah-lembut terhadap mereka. Dan sekiranya engkau kasar (dan) kejam, niscaya mereka akan bubar dari sekeliling engkau” (Q.S. 3:158).
“Dan ( Muhammad adalah) rahmat bagi orang yang beriman di antara kamu” (Q.S. 9:61).
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Utusan dari kalangan kamu sendiri, pedih terasa olehnya kamu jatuh dalam kesengsaraan, sangat cemas terhadap kamu, kepada kaum mukmin ia belas kasih” (Q.S. 9:128).
Ini adalah gembaran yang sebenarnya dari hati yang sedih, tidak saja terhadap para pengikutnya sendiri, tidak kepada kabilah atau negerinya, melainkan kepada seluruh kemanusiaan. Dia sedih demi beban yang mesti dipikul oleh semuanya, dan dia solider demi kesejahteraan semuanya. Tetapi ada suatu hubungan khusus yang diberikan kepada para pengikutnya; kepada mereka ini, sebagai tambahan, dia penuh kasih sayang dan rahmat. Inilah sebabnya, mengapa Nabi Muhammad itu terbukti sebagai Maitreya yang dijanjikan, karena rahmat, kebaikan dan kasih-sayangnya yang melimpah.
Alasan lain dia sebagai Maitreya yang Dijanjikan.
Bagi orang biasa, apa yang dibaca, diulangi atau difikirkan itu adalah perkara yang mengawang dan kabur serta habislah sampai di sini. Bagi seorang siswa pemikir, apa yang diulang-ulang adalah suatu kekuatan besar, suatu daya tenaga yang bisa mengendalikan daya-daya yang lain.
Seorang penulis terkenal, yang berbicara tentang pemikiran universal, berkata:
Dia berfikir, dan jumlahnya berkembang menjadi bentuk; dia berkehendak, dan dunia menjadi terpecah; dia mencinta, maka lahirlah jiwa.
Seperti dalam fikiran Universal, begitu pula fikiran manusia yang luhur; perbedaan itu tidak satu macam, melainkan dalam tingkatan. Ada pepatah Latin “Lex orandi, lex credendi”. Cara terbaik untuk menemukan dasar keimanan dari seseorang yalah menelaah kata-kata yang digunakannya ketika berdoa. Adalah dengan cara yang tepat sama bahwa fikiran nabi itu membidik kata-kata pujian yang sama seperti pancuran, ketika kata pujian Tuhan diulang-ulangi dalam komunikasi dengan Tuhannya. Seorang pencinta sejati akan selalu mengulang-ulangi nama kecintaannya.
Tidak ada kitab agama atau kitab suci lain dimana nama Tuhan Yang Maha-pemurah dan Maha-pengasih begitu seringnya disebut kecuali dalam Quran Suci. Kaum Kristiani meng-klaim bahwa Tuhan itu kasih. Tetapi dalam kualitas pengutamaan Tuhan, bahkan gambaran Tuhan semacam ini sulit disebutkan bahkan oleh Yesus sendiri.
Nabi Suci Muhammad telah menggambarkan manifestasi rahmat Ilahi ini adalah tujuan penciptaan
manusia:
“Kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhan dikau; dan untuk itulah Ia menciptakan mereka”. (Q.S. 11:119).
Nabi Suci telah menggambarkan rahmat sebagai batu landasan dari seluruh kepercayaan agama. Dia menyebutkan semua ikatan perkawinan dan hubungan darah sebagai sarana manifestasi rahmat Ilahi.(Q.S. 30:21). Wahyu Ilahi, adanya malaikat, kedatangannya utusan, semuanya adalah perwujudan rahmat-Nya. (Q.S. 55: 1-2, 40:7, 6:148, 7:156). Dia menekankan, bahwa argumen dan penalaran adalah rahmat Tuhan. (Q.S. 16:125).
Keadilan, persamaan dan kewargaan adalah berdasarkan rahmat Ilahi, dia mengaku.
Di dalam peperangan maupun perang salib, yang merupakan kejahatan terburuk dari setan, dia
menetapkan rambu-rambu, sehingga merubah peristiwa itu menjadi rahmat yang lengkap.
Asal-usul penciptaan, ikhtiar di bumi dan hidup sesudah mati, dia nisbahkan semuanya itu menjadi rahmat Ilahi. Bahkan pada saat-saat yang penuh duka-cita dalam hidup manusia dia tidak membiarkan manusia melupakan kemurahan dan kasih-sayang Tuhan.
Dia mengajarkan agar manusia tidak mengeluh kepada Tuhan bahkan karena kematian dari seorang yang dekat dan tersayang , tetapi harus membacakan doa untuk rahmat dan kasih-sayang-Nya.
Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad adalah perwujudan dari maitreya, utusan yang baik hati, pengasih-penyayang, dan karenanya menggenapi nubuatan dari Buddha.
“Berdakwahlah ke jalan Tuhan dikau dengan bijaksana dan nasehat yang baik, dan berbantahlah dengan mereka dengan cara yang amat baik”. (Q.S. 16:125).
“Dan jika kamu memberi hukuman, maka berilah mereka hukuman yang sepadan dengan hukuman yang ditimpakan kepada kamu. Tetapi jika kamu bersabar, niscaya ini lebih baik bagi orang yang bersabar” (Q.S. 16:126).
“Dan bersabarlah, dan kesabaran dikau tiada lain hanyalah karena (pertolongan) Allah; dan janganlah engkau berduka cita akan mereka, dan jangan pula engkau merasa kuatir akan apa yang mereka rencanakan” (Q.S. 16:127). “Sesungguhnya Allah itu menyertai orang yang bertaqwa dan mereka yang berbuat baik” (QS.16:128) “Ia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa diberi hikmah, dia itu sebenarnya diberi banyak kebaikan. Dan tak seorang pun akan ingat, kecuali orang yang mempunyai akal” (Q.S. 2:269).
Kitab Maitreya (Muhammad) akan merupakan Kebenaran yang sempurna.
Buddha dengan jelas meramalkan:
“Kecintaan kepada Kebenaran dalam tingkat tinggi akan diumumkannya, baik dalam semangat maupun dalam tulisannya”. (“Sacred Books of the East”, jilid 4, halaman 74). “Wahyunya akan lebih elok. Mereka yang mendengarkannya tidak akan mengenal bosan dalam menyimaknya, mereka ingin mendengar lebih lagi darinya”. (T.W.Rhys Davids, “Buddhism” halaman 183).
“Maitreya akan menerbitkan Pengetahuan Langitnya sendiri atas alam semesta ini….
Sepenuhnya sempurna dan seluruhnya murni” (Chakkavatti Sinhnad Suttanta D.III :76).
Quran Suci disebut ‘kebenaran yang sempurna’ karena:
Dia diturunkan oleh Tuhan, Tuhan yang Sejati. Ini diwahyukan pada saat yang paling dibutuhkan (diturunkan pada saat yang benar). Kepalsuan tidak dapat menemukan jalan ke dalamnya, atau bisa berbuat demikian. Kitab ini kebal terhadap penggantian dan perubahan; (Q.S. 41:42).
Semua nabi telah meramalkan kedatangan dari seorang nabi ke seluruh bangsa-bangsa yang akan
membuktikan kebenaran dari semua nabi serta kitab suci keagamaan (Q.S. 3:80).
Di masa depan tidak ada nubuatan semacam itu yang tetap belum tergenapi (Q.S. 41:42).
Kitab ini datang dari Kebenaran Yang-sempurna dan membimbing ke tujuan yang sama.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
IDENTIFIKASI MAITREYA OLEH BUDDHA.
Mengenai identifikasi dari Maitreya yang Dijanjikan, Buddha telah memberikan wacana terinci dengan tulisannya sendiri. Dia berkata bahwa Dia Yang Dijanjikan itu kelak adalah:
Kasih sayang kepada segenap ciptaan.
Utusan perdamaian, seorang pembuat perdamaian.
Seorang yang tidurnya tak terganggu.
Seorang pemikir mendalam, seorang laki-laki yang bijaksana.
Seorang yang tidak akan dirasuki mimpi buruk.
Akan dibawah penjagaan langsung oleh para malaikat.
Pencinta yang sangat dari umat manusia.
Racun tidak dapat mencederainya.
Di bawah lindungan Allah dalam peperangan.
Selamat dari kerugian akibat api dan air.
Yang paling sukses di dunia dan setelah wafatnya dekat dengan Tuhannya.
Maitreya sebagai pengajar moral:
Amanah
Dihormati.
Lemah-lembut dalam bicara.
Berwibawa, terhormat.
Tidak sombong.
Tidak pernah menipu seseorang.
Tidak pernah meremehkan orang lain.
Menahan marahnya.
Tidak merasa senang atas kerugian orang lain.
Kasih-sayang kepada sesama makhluk seperti seorang ibu.
Gabungan dari perencanaan yang baik.
Suatu contoh bagi yang lain dalam perbuatan maupun kata-kata.
(Dhamma pad, Matteya Sutta, 151)
Sekarang marilah kita lihat sejauh mana Nabi Suci Muhammad cocok dengan kriteria yang ditetapkan oleh Buddha ini:
1. Kasih-sayang kepada segenap ciptaan: Karena kebaikan budi Nabi Muhammad inilah, maka dia ditetapkan Tuhan “sebagai rahmat bagi sekalian bangsa” (Q.S. 21:107).
Kasih sayang dan penuh perhatian terhadap sesama makhluk ini mempunyai arti berbeda dari titik pandang bermacam ragam agama. Umumnya, dipercaya oleh umat Hindu dan Buddha bahwa menyembelih binatang itu bertentangan dengan kasih-sayang, atau perhatian terhadap makhluk. Sebagai kenyataan, maka umat Muslim, Kristen, Yahudi dan bahkan macam-macam sekte Hindu dan Buddha berbeda pendapat mengenai konsep vegetarian. Dalam hal ini kata-kata Buddha sendiri kiranya boleh dikutip:
“Di manakah kasih-sayang orang itu, yang percaya, bahwa dengan menyembelih binatang bisa menghapuskan dosanya? Dapatkah satu dosa baru menghilangkan dosa lama? Bisakah darah makhluk tak berdosa membersihkan manusia dari dosa-dosanya?” Kata-kata Buddha ini hanya ingin menunjukkan bahwa menganggap kurban binatang itu sebagai penghapus dosa adalah blunder besar. Pada zamannya, para Brahmana menurut Weda suka membakar hidup-hidup ratusan hewan sebagai kurban untuk para dewata. Mereka percaya bahwa tindakan ini bisa membebaskannya dari dosa dan perbuatan jahat mereka. Mereka senang menikmati adu binatang. Sering-kali mereka menggelar acara itu secara besar-besaran hanya untuk merusak panenan dan buah-buahan rakyat miskin. Buddha menyaksikan semua kekejaman terhadap binatang ini dan mengeraskan suaranya terhadap pemborosan yang tak masuk akal ini.
Apa yang kita yakini sebagai rahmat dan penuh perhatian terhadap binatang adalah dengan tidak mencederai dan menganiaya mereka. Dan penggunaan terbaik untuk mereka harus dimanfaatkan sesuai dengan maksud penciptaannya, dan dengan berbuat demikian kita tidak boleh melampaui batas. Binatang yang sakit, kurang sehat, lemah dan kurus-kering, tidak boleh digunakan untuk bekerja. Perawatan harus diberikan dengan memberi makanan yang pantas. Inilah bagaiamana kita memperlakukan binatang dan menggunakan mereka apa yang kiranya cocok. Mengumbar mereka kemana-mana atau menyembahnya atau menjadikan jumlah mereka jauh melebihi batas sehingga membuat cemas manusia jelas juga melawan ajaran Islam dan akal sehat.
Islam bukanlah agama pertapa. Ini lebih dekat kepada ilmu. Menurut Islam, binatang itu diciptakan demi kemaslahatan kta, sebagaimana Quran Suci secara eksplisit berfirman:
“Dan sesungguhnya dalam hal ternak, terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari apa yang ada di dalam perutnya, dan mengenai (ternak) itu banyak sekali faedahnya bagi kamu, dan sebagian kamu makan” (Q.S. 23:21).
Tidak diragukan lagi fakta bahwa kita mengumpulkan banyak sekali ilmu dari binatang. Mereka memberi banyak sekali keuntungan kepada kita dengan memberikan kulit, tulang, wol, jeroan, dan sebagainya. Banyak kebutuhan kita tergantung kepada barang-barang ini. Dan ada beberapa hewan, yang tidak ada gunya kecuali dagingnya. Dalam segala hal itu, penyembelihan sungguh diperlukan.
Bukanlah berlebihan untuk mengatakan bahwa perhatian dan kasih-sayang yang bersemayam di hati Nabi Muhammad untuk satwa ini tak ada duanya dalam sejarah. Bahkan Almasih dan Buddha tidak bisa menandinginya. Dalam kitab hadist kita dan kisah hidup Nabi Suci, banyak ditulis tentang hal ini. Suatu ringkasan atas hal ini mungkin menarik untuk disimak: Suatu kali Nabi pergi ke kebun, dan melihat seekor unta yang kelaparan. Belia memanggil tuannya dan bersabda: ‘Apakah engkau tidak takut kepada Tuhan, sehingga memperlakukan binatang yang malang seperti ini?’ Suatu kali Nabi dalam perjalanan. Seseorang membawa sebutir telur. Segera seekor gagak datang dan kelihatan menunjukkan kesedihannya karena itu. Maka rasulullah s.a.w. berkata: “Siapakah yang menyakiti burung yang malang itu dengan mengambil telurnya/” Orang itu menjawab: ‘Wahai Nabi, sayalah yang telah melakukannya”. Nabi kemudian memerintahkan agar telur itu diletakkan kembali ke sarangnya.
c. Nabi dengan keras melarang memotong daging dari binatang yang masih hidup, yang umum dilakukan orang.
d. Ia melarang menyakiti binatang dengan api. Dia melarang mendorong-dorong binatang untuk beradu satu sama lain. Seorang pelacur melihat seekor anjing sedemikian haus sehingga dia menjulurkan lidahnya ke bumi yang basah. Dia sangat menaruh kasihan kepada makhluk yang malang itu, dan memberinya air untuk memuaskan dahaganya yang sangat. Nabi, setelah mendengar anekdot tersebut, bersabda bahwa pintu surga dibukakan baginya. Seorang perempuan mengikat seekor kucing hingga kehausan dan kelaparan dan akhirnya mati. Mendengar hal ini Nabi mengatakan bahwa perempuan jahat itu akan membukakan jalannya sendiri ke neraka. Anas bin Malik, seorang sahabat Nabi, berkata: bahwa para sahabat Nabi suka melepas pelana dari unta mereka segera setelah mereka berhenti dalam perjalanan, kemudian mereka akan mendirikan salat sehingga binatang itu ditinggalkan bebas untuk mencari makanannya dan beristirahat.
Muhammad sebagai pembuat perdamaian. Nama ini sendiri adalah agamanya “Islam” yang berarti “damai”. Nabi telah disebut pertama sebagai pembuat perdamaian. “dan aku adalah permulaan orang pembuat perdamaian” (Q.S. 6:164). Sifat beliau ini tidak sekedar dibenarkan oleh makna kamus saja. Agama Islam itu, semua dan seluruhnya, sebagai risalah, adalah suatu peraturan dan petunjuk bagi perdamaian dan ketenteraman. Tidak ada satupun fatwa, yang tidak menyadari perdamaian. Seorang yang tidur tanpa terganggu. Al-Quran menyatakan Nabi yang bersabda: “Katakanlah: Sesungguhnya salatku dan pengurbananku dan hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan sarwa sekalian alam” (Q.S. 6:163). Betapa tenteram, nyaman dan damainya yang bersemayam di hati Nabi karena hidup dan matinya adalah demi Allah semata-mata! Hadist meriwayatkan, bahwa Nabi biasa salat sebelum berangkat tidur. Dia biasa memuji Tuhan, dan bersyukur kepada-Nya pada jam-jam itu. Beliau tak pernah tidur tanpa sebelumnya membaca al-Quran. Dan ketika menjelang lelap, beliau biasa berdoa: “Wahai Tuhan, saya mati dan hidup demi asma-Mu”. Dan ketika terbangun dari lelapnya, beliau biasa berdoa: “Segala puji bagi Allah, Dia, yang telah memberiku kehidupan sesudah kematianku”. Ini menunjukkan betapa tak terganggu dan damainya tidur yang dinikmati oleh Nabi, dengan seluruh penyerahan dirinya kepada Tuhan. Mengenai para Nabi yang lain beliau mengatakan bahwa mata mereka terpejam tetapi hatinya jaga. Sedangkan mengenai dirinya, beliau katakan bahwa matanye terpejam, tetapi hatinya selalu sibuk dalam berkomunikasi dengan Allah (H.R.Muslim, bab “Salat-ul-lail”).
Kebijaksanaan dari nabi Suci. Kehidupan Nabi memberi suatu anekdot yang menunjukkan kebijaksanaannya yang tidak ada bandingannya.Saat itu adalah ketika kaum Quraish sedang bergotong royong untuk memperbaiki Ka’bah. Bermacam kabilah dan semuanya saling iri satu sama lain dan setiap suku ingin menaikkan Hajar Aswad ke dinding Ka’bah. Persaingan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah. Kemudian datanglah Nabi yang menggelar kainnya, meminta tiap kepala kabilah untuk memegang masing-masing ujungnya, mengangkatnya dan semuanya berperan serta dalam melaksanakan tugas yang suci dan terhormat itu.
Dalam rapat-rapat perang dan dalam menasihati delegasinya ketika mendiskusikan perkara yang Penting, dia bekerja secara ajaib dalam memberikan pandangannya sebagai hakim yang paling adil dan Penasihat yang terbaik. Karena sifat Nabi yang seperti inilah maka partikel pasir yang bertebaran di tanah Arab itu bisa di semen menjadi satu dinding yang kokoh dan solid. Kebal terhadap mimpi buruk.Di sini kita faham, mimpi buruk berarti impian yang timbul dari emosi yang berlebihan atau kekenyangan. Dalam Quran Suci, dikatakan tentang Nabi Muhammad:
“Sesungguhnya Allah telah memenuhi ru’ya Rasul-Nya dengan benar” (Q.S. 48:27).
Beliau melihat banyak ru’yah di masa mudanya dan itu benar terjadi seperti di siang hari. Mimpi buruk karena kekenyangan atau hasrat dan emosi berlebihan tak mungkin terjadi pada para nabi. Menurut hadist dari Nabi kita:
“Ru’yah datang dari Tuhan, sedangkan mimpi buruk datang dari Setan” (H.R. Bukhari). Dan dalam hadist lain dikatakan: “Wahyu mulai turun kepadanya dengan ru’yah yang suci. Dia melihat rukyah dan mereka terjadi dengan sebenarnya satu demi satu”. (H.R. Bukari. Malaikat akan menjaganya. Dikemukakan dalam segala kitab dan naskah suci, bahwa para nabi itu dijaga oleh malaikat. Dalam hal ini menarik untuk disebutkan, bahwa “Devdutta”, melihat kemuliaan yang menonjol dari Buddha, menyimpan dalam hatinya kecemburuan, dan karenanya kehilangan semua kekuatan pemikiran abstraksinya. Dia juga merencanakan skema jahat untuk menghentikan tersiarnya hukum yang benar. Naik ke gunung dia gelindingkan sebuah batu untuk mencederai Buddha; batu itu terbelah menjadi dua, setiap belahan melewati sisinya, hanya satu kakinya yang terluka. Karena itu Buddha berkata kepada Devdutta:
“Wahai orang yang bodoh, betapa besarnya kerugian yang kamu timpakan pada dirimu sendiri, dengan kejahatan serta niatmu untuk membunuh maka kamu telah menyebabkan darah Tatha gata mengalir”.
Bhikku (murid-murid Buddha) berkumpul untuk menjaganya, tetapi Buddha berkata kepada mereka: “Ini, wahai Bhikku, adalah perkara yang mustahil, dan satu yang tak dapat terjadi pada seseorang, yakni seseorang harus meninggalkan kehidupan Tathagata karena kekerasan”. “Tathagata, wahai Bhikku, dikecualikan (dari kematian) karena sebab alami. Mereka ini, wahai Bhikku, adalah lima macam guru yang sekarang ini hidp di dunia. Dan ini, wahai Bhikku, adalah suatu perkara yang mustahil, bahawa seorang Tathagatha bisa disembelih oleh perbuatan seseorang selain dirinya sendiri. Para Tathagata, wahai Bhikku, dikecualikan (dari kematian) karena sebab (alami)”.
“Karena ini, wahai Bhikku, pergilah masing-masing ke biaranya, karena para Tathagata tidak membutuhkan perlindungan”.
Sekarang, kita tiba kepada Nabi Suci atau Maitreya Buddha.
Di Mekkah, satu-satunya musuh Nabi hanyalah kaum Quraish. Di Madinah, kaum Yahudi adalah bangsa yang sangat berkuasa, dan sedikit saja bicara sudah menjadikan mereka musuh yang menakutkan. Begitu pula halnya dengan kaum Kristiani. Para kabilah lain di Arabia pada saat itu juga telah berhasil ditarik oleh Quraish agar memihak mereka.
Tak ada kebaikan ataupun kemurahan betapapun, yang diperlihatkan Nabi, bisa memuaskan kaum Yahudi, tak suatupun yang dapat merukunkan perasaan pahit yang mereka hidupkan, mereka segera saja menempatkan dirinya di jajaran musuh-musuh Islam.
Kaum Kristen juga lebih menyukai penyembah berhala dengan segala ikutannya yang jahat daripada ajaran Muhammad.
Dalam suasana yang mencekam ini diwahyukan dalam Quran Suci:
“Dan Allah akan melindungi engkau dari manusia” (Q.S. 5:67).
Bahwa beliau akan selalu di bawah perlindungan Ilahi di tengah bahaya yang tak terhitung yang mengancamnya dari segala penjuru dan rencana jahat tak terhitung yang mengancam jiwanya.
Ketika ayat ini diwahyukan beliau memanggil penjaga rumahnya dan meminta dia pergi karena Tuhan telah menjanjikan perlindungan baginya. Ketika kita membaca Kitab-kitab Buddhis kita akan menemukan di sana dua atau tiga musuh dari Buddha dan ketika para Bhikku berkumpul untuk menjaga dan melindunginya, maka dia berkata:
“Dan ini, wahai Bhikku, adalah perkara yang mustahil dan tak mungkin terjadi bahwa seorang Tathagata itu bisa terbunuh……Karena itu, pergilah, wahai Bhikku, masing-masing ke biaranya karena seorang Tathagata tidak perlu dilindungi”.
Begitu pula, meskipun para musuh Nabi Suci datang menyerbunya dalam jumlah ribuan adalah mustahil bagi mereka untuk memisahkan dia dari hidupnya dengan kekerasan. Apapun juga usaha yang dilakukan terhadapnya, dia akan diselamatkan oleh malaikat.
Pencinta umat manusia. Terutama, Nabi Suci berseru terhadap ketidak-adilan terhadap manusia dan mengajak manusia dengan kasih-sayang untuk berbuat adil kepada setiap jiwa manusia. Ketika teraniaya dan terancam oleh kekuatan yang luar-biasa besar, maka dia, sebagaimana Ibrahim, Krishna, Musa dan Daud selalu dilawan oleh kekuatan fisik, meskipun itu merupakan perang yang tak seimbang.
Tidak ada persamaannya dalam sejarah peperangan dimana seorang laki-laki bersama begitu sedikit sahabatnya melawan musuh yang berlipat dua, tiga, tidak, bahkan terkadang sepuluh kali lipat namun nyaris di setiap waktu dia selalu menang.
Dalam sepuluh tahun diai menaklukkan 1.000.000 mil persegi wilayah. Namun, dalam seluruh pertempuran ini hanya 150 musuh yang terbunuh dan 125 orang mukmin yang menyerahkan jiwanya baginya. Ini adalah contoh yang tiada tandingannya dalam sedikitnya darah yang tertumpah. Tidak pernah dalam sejarah peperangan bahwa seseorang dengan begitu sedikit pertumpahan darah bisa menguasai satu juta mil persegi dalam sepuluh tahun. Ini adalah mukjizat besar atas kecintaan kepada kemanusiaan yang dipunyai oleh Nabi Suci Maitreya. Akibat kemurahan yang berupa sangat sedikitnya hilangnya jiwa manusia ini yang telah membuat kabilah Arab yang gemar berperang itu hilang kebenciannya.
Tak bisa dicederai oleh racun. Di luar racun yang sangat fatal bagi manusia, maka Setan mengatasi yang lain dalam effektifitasnya. Dia tidak hanya menyerang tubuh kita, melainkan juga merasuk dalam pribadi spiritual dan menjadi penyebab dari keterasingan dan keruntuhan yang paling dalam. Mengapa Nabi Suci tidak takut oleh tambahan racun dari Setan atau kejahatan bisa dijawab oleh dirinya. Nabi menyatakan bahwa setiap orang mempunyai setan dalam dirinya, tetapi setan itu telah masuk Islam dan tidak perlu ditakuti lagi. Karena itu Setan tak pernah mengganggunya untuk melakukan perbuatan jahat. Terhadap racun yang biasa, dikatakan bahwa banyak orang mencampuri makanannya dengan racun, namun itu tidak akan merugikan kesehatannya. Seringkali terjadi bahwa Nabi tahu bahwa makanannya dicampuri racun dan beliau seketika tidak mau memakannya. Suatu anekdot dari seorang perempuan Yahudi dengan kisah yang semacam itu tercatat dalam hadist. Selamat dalam pertempuran. Lihat nomor enam. Terlindung dari bahaya api dan air. Ada banyak kisah tentang banyak nabi yang oleh musuhnya dimasukkan ke api atau atau dicoba ditenggelamkan dalam air tetapi api dan air itu tidak dapat mencederai mereka.
Sesungguhnya ini bukanlah suatu mukjizat yang mengagumkan. Banyak orang yang berjalan di api dan bahkan mereka bukan orang suci. Namun, tanda-bukti ini digenapi sebaik-baiknya dalam pribadi Nabi Suci dengan secara ini:
Dalam kehidupan beberapa nabi sendiri ketika bangsa-bangsa menulikan telinganya terhadap risalah Ilahi, badai api dan air datang menimpa mereka. Rahmat Nabi Suci tidak saja menyelamatkan dirinya dari setiap gangguan api atau air, tetapi juga seluruh bangsa dijaga keamanannya dari siksaan semacam itu. Al-Quran merujuknya sebagai berikut:
“Dan tatkala mereka berkata: Ya Allah, jika ini sungguh-sungguh kebenaran dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau timpakanlah kepada kami siksaan yang pedih. Dan Allah tak akan menyiksa mereka selagi engkau berada ditengah-tengah mereka; dan Allah tak akan menyiksa mereka selagi mereka memohon ampun (Q.S. 8: 32-33).
Betapa agungnya keputusan Tuhan ini. Dalam perang Badar suatu hujan yeng lebat membuat kerusakan besar terhadap musuh, sedangkan hujan yang sama terbukti menjadi rahmat yang besar bagi Nabi dan para sahabatnya.
Keberhasilan sepenuhnya di dunia ini dan di akhirat. Tidak ada sukses yang lebih baik bagi seseorang yang terpenuhi di hadapan gigi para penentangnya. Ketika Nabi naik ke mimbar dengan missi sucinya maka tak ada teman ataupun seseorang yang bersimpati kepadanya. Jika kejayaan dari rancangannya, kekurangan dalam sarananya, dan demikian besar hasilnya adalah tiga ukuran yang memperlihatkan ke-genius-an seseorang, lalu siapa yang berani membandingkannya dalam kemanusiaan orang besar dalam sejarah modern yang bisa melebihi Muhammad? Tidak kurang dari suatu mukjizat bahwa seseorang yang tidak mempunyai teman ataupun simpatisan, yang pada saat wafatnya tak seorangpun musuhnya yang tersisa di jazirah itu. Dia menemukan bangsanya seluruhnya dalam penyembahan berhala. Beliau meleburnya menjadi kaum Muslimin, yang membenci tuhan palsu dan hanya berhasrat untuk Tuhan Yang-esa dan Ghaib. Dia merubah suatu kaum yang penuh kejahatan menjadi satu yang terpuji dan tulus. Seorang dapat memperkirakan kebesaran ruhani Nabi Suci di alam mendatang dengan keberhasilan yang dicapainya di dalam kehidupan ini.
Kata-kata Buddha bahwa: “Yang paling berhasil di dunia dan setelah wafatnya dekat kepada Tuhannya” (atau dia yang berangkat ke Brahma Loka).
Bandingkanlah kata-kata ini dengan ayat-ayat dari al-Quran:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasaan ridla, amat memuaskan di hati Masuklah di antara hama-hamba-Ku, Dan masuklah ke Taman-Ku! (Q.S. 89:27-30).
Kata-kata terakhirnya adalah: “Subhana Rabbiyyal A’la”, “Maha-berkah Allah Yang Maha-tinggi”, Dan ruh dari Nabi besar itu terbang ke haribaan Sahabatnya Yang Maha-tinggi.
Mengenai identifikasi dari Maitreya yang Dijanjikan, Buddha telah memberikan wacana terinci dengan tulisannya sendiri. Dia berkata bahwa Dia Yang Dijanjikan itu kelak adalah:
Kasih sayang kepada segenap ciptaan.
Utusan perdamaian, seorang pembuat perdamaian.
Seorang yang tidurnya tak terganggu.
Seorang pemikir mendalam, seorang laki-laki yang bijaksana.
Seorang yang tidak akan dirasuki mimpi buruk.
Akan dibawah penjagaan langsung oleh para malaikat.
Pencinta yang sangat dari umat manusia.
Racun tidak dapat mencederainya.
Di bawah lindungan Allah dalam peperangan.
Selamat dari kerugian akibat api dan air.
Yang paling sukses di dunia dan setelah wafatnya dekat dengan Tuhannya.
Maitreya sebagai pengajar moral:
Amanah
Dihormati.
Lemah-lembut dalam bicara.
Berwibawa, terhormat.
Tidak sombong.
Tidak pernah menipu seseorang.
Tidak pernah meremehkan orang lain.
Menahan marahnya.
Tidak merasa senang atas kerugian orang lain.
Kasih-sayang kepada sesama makhluk seperti seorang ibu.
Gabungan dari perencanaan yang baik.
Suatu contoh bagi yang lain dalam perbuatan maupun kata-kata.
(Dhamma pad, Matteya Sutta, 151)
Sekarang marilah kita lihat sejauh mana Nabi Suci Muhammad cocok dengan kriteria yang ditetapkan oleh Buddha ini:
1. Kasih-sayang kepada segenap ciptaan: Karena kebaikan budi Nabi Muhammad inilah, maka dia ditetapkan Tuhan “sebagai rahmat bagi sekalian bangsa” (Q.S. 21:107).
Kasih sayang dan penuh perhatian terhadap sesama makhluk ini mempunyai arti berbeda dari titik pandang bermacam ragam agama. Umumnya, dipercaya oleh umat Hindu dan Buddha bahwa menyembelih binatang itu bertentangan dengan kasih-sayang, atau perhatian terhadap makhluk. Sebagai kenyataan, maka umat Muslim, Kristen, Yahudi dan bahkan macam-macam sekte Hindu dan Buddha berbeda pendapat mengenai konsep vegetarian. Dalam hal ini kata-kata Buddha sendiri kiranya boleh dikutip:
“Di manakah kasih-sayang orang itu, yang percaya, bahwa dengan menyembelih binatang bisa menghapuskan dosanya? Dapatkah satu dosa baru menghilangkan dosa lama? Bisakah darah makhluk tak berdosa membersihkan manusia dari dosa-dosanya?” Kata-kata Buddha ini hanya ingin menunjukkan bahwa menganggap kurban binatang itu sebagai penghapus dosa adalah blunder besar. Pada zamannya, para Brahmana menurut Weda suka membakar hidup-hidup ratusan hewan sebagai kurban untuk para dewata. Mereka percaya bahwa tindakan ini bisa membebaskannya dari dosa dan perbuatan jahat mereka. Mereka senang menikmati adu binatang. Sering-kali mereka menggelar acara itu secara besar-besaran hanya untuk merusak panenan dan buah-buahan rakyat miskin. Buddha menyaksikan semua kekejaman terhadap binatang ini dan mengeraskan suaranya terhadap pemborosan yang tak masuk akal ini.
Apa yang kita yakini sebagai rahmat dan penuh perhatian terhadap binatang adalah dengan tidak mencederai dan menganiaya mereka. Dan penggunaan terbaik untuk mereka harus dimanfaatkan sesuai dengan maksud penciptaannya, dan dengan berbuat demikian kita tidak boleh melampaui batas. Binatang yang sakit, kurang sehat, lemah dan kurus-kering, tidak boleh digunakan untuk bekerja. Perawatan harus diberikan dengan memberi makanan yang pantas. Inilah bagaiamana kita memperlakukan binatang dan menggunakan mereka apa yang kiranya cocok. Mengumbar mereka kemana-mana atau menyembahnya atau menjadikan jumlah mereka jauh melebihi batas sehingga membuat cemas manusia jelas juga melawan ajaran Islam dan akal sehat.
Islam bukanlah agama pertapa. Ini lebih dekat kepada ilmu. Menurut Islam, binatang itu diciptakan demi kemaslahatan kta, sebagaimana Quran Suci secara eksplisit berfirman:
“Dan sesungguhnya dalam hal ternak, terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari apa yang ada di dalam perutnya, dan mengenai (ternak) itu banyak sekali faedahnya bagi kamu, dan sebagian kamu makan” (Q.S. 23:21).
Tidak diragukan lagi fakta bahwa kita mengumpulkan banyak sekali ilmu dari binatang. Mereka memberi banyak sekali keuntungan kepada kita dengan memberikan kulit, tulang, wol, jeroan, dan sebagainya. Banyak kebutuhan kita tergantung kepada barang-barang ini. Dan ada beberapa hewan, yang tidak ada gunya kecuali dagingnya. Dalam segala hal itu, penyembelihan sungguh diperlukan.
Bukanlah berlebihan untuk mengatakan bahwa perhatian dan kasih-sayang yang bersemayam di hati Nabi Muhammad untuk satwa ini tak ada duanya dalam sejarah. Bahkan Almasih dan Buddha tidak bisa menandinginya. Dalam kitab hadist kita dan kisah hidup Nabi Suci, banyak ditulis tentang hal ini. Suatu ringkasan atas hal ini mungkin menarik untuk disimak: Suatu kali Nabi pergi ke kebun, dan melihat seekor unta yang kelaparan. Belia memanggil tuannya dan bersabda: ‘Apakah engkau tidak takut kepada Tuhan, sehingga memperlakukan binatang yang malang seperti ini?’ Suatu kali Nabi dalam perjalanan. Seseorang membawa sebutir telur. Segera seekor gagak datang dan kelihatan menunjukkan kesedihannya karena itu. Maka rasulullah s.a.w. berkata: “Siapakah yang menyakiti burung yang malang itu dengan mengambil telurnya/” Orang itu menjawab: ‘Wahai Nabi, sayalah yang telah melakukannya”. Nabi kemudian memerintahkan agar telur itu diletakkan kembali ke sarangnya.
c. Nabi dengan keras melarang memotong daging dari binatang yang masih hidup, yang umum dilakukan orang.
d. Ia melarang menyakiti binatang dengan api. Dia melarang mendorong-dorong binatang untuk beradu satu sama lain. Seorang pelacur melihat seekor anjing sedemikian haus sehingga dia menjulurkan lidahnya ke bumi yang basah. Dia sangat menaruh kasihan kepada makhluk yang malang itu, dan memberinya air untuk memuaskan dahaganya yang sangat. Nabi, setelah mendengar anekdot tersebut, bersabda bahwa pintu surga dibukakan baginya. Seorang perempuan mengikat seekor kucing hingga kehausan dan kelaparan dan akhirnya mati. Mendengar hal ini Nabi mengatakan bahwa perempuan jahat itu akan membukakan jalannya sendiri ke neraka. Anas bin Malik, seorang sahabat Nabi, berkata: bahwa para sahabat Nabi suka melepas pelana dari unta mereka segera setelah mereka berhenti dalam perjalanan, kemudian mereka akan mendirikan salat sehingga binatang itu ditinggalkan bebas untuk mencari makanannya dan beristirahat.
Muhammad sebagai pembuat perdamaian. Nama ini sendiri adalah agamanya “Islam” yang berarti “damai”. Nabi telah disebut pertama sebagai pembuat perdamaian. “dan aku adalah permulaan orang pembuat perdamaian” (Q.S. 6:164). Sifat beliau ini tidak sekedar dibenarkan oleh makna kamus saja. Agama Islam itu, semua dan seluruhnya, sebagai risalah, adalah suatu peraturan dan petunjuk bagi perdamaian dan ketenteraman. Tidak ada satupun fatwa, yang tidak menyadari perdamaian. Seorang yang tidur tanpa terganggu. Al-Quran menyatakan Nabi yang bersabda: “Katakanlah: Sesungguhnya salatku dan pengurbananku dan hidupku dan matiku adalah untuk Allah, Tuhan sarwa sekalian alam” (Q.S. 6:163). Betapa tenteram, nyaman dan damainya yang bersemayam di hati Nabi karena hidup dan matinya adalah demi Allah semata-mata! Hadist meriwayatkan, bahwa Nabi biasa salat sebelum berangkat tidur. Dia biasa memuji Tuhan, dan bersyukur kepada-Nya pada jam-jam itu. Beliau tak pernah tidur tanpa sebelumnya membaca al-Quran. Dan ketika menjelang lelap, beliau biasa berdoa: “Wahai Tuhan, saya mati dan hidup demi asma-Mu”. Dan ketika terbangun dari lelapnya, beliau biasa berdoa: “Segala puji bagi Allah, Dia, yang telah memberiku kehidupan sesudah kematianku”. Ini menunjukkan betapa tak terganggu dan damainya tidur yang dinikmati oleh Nabi, dengan seluruh penyerahan dirinya kepada Tuhan. Mengenai para Nabi yang lain beliau mengatakan bahwa mata mereka terpejam tetapi hatinya jaga. Sedangkan mengenai dirinya, beliau katakan bahwa matanye terpejam, tetapi hatinya selalu sibuk dalam berkomunikasi dengan Allah (H.R.Muslim, bab “Salat-ul-lail”).
Kebijaksanaan dari nabi Suci. Kehidupan Nabi memberi suatu anekdot yang menunjukkan kebijaksanaannya yang tidak ada bandingannya.Saat itu adalah ketika kaum Quraish sedang bergotong royong untuk memperbaiki Ka’bah. Bermacam kabilah dan semuanya saling iri satu sama lain dan setiap suku ingin menaikkan Hajar Aswad ke dinding Ka’bah. Persaingan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah. Kemudian datanglah Nabi yang menggelar kainnya, meminta tiap kepala kabilah untuk memegang masing-masing ujungnya, mengangkatnya dan semuanya berperan serta dalam melaksanakan tugas yang suci dan terhormat itu.
Dalam rapat-rapat perang dan dalam menasihati delegasinya ketika mendiskusikan perkara yang Penting, dia bekerja secara ajaib dalam memberikan pandangannya sebagai hakim yang paling adil dan Penasihat yang terbaik. Karena sifat Nabi yang seperti inilah maka partikel pasir yang bertebaran di tanah Arab itu bisa di semen menjadi satu dinding yang kokoh dan solid. Kebal terhadap mimpi buruk.Di sini kita faham, mimpi buruk berarti impian yang timbul dari emosi yang berlebihan atau kekenyangan. Dalam Quran Suci, dikatakan tentang Nabi Muhammad:
“Sesungguhnya Allah telah memenuhi ru’ya Rasul-Nya dengan benar” (Q.S. 48:27).
Beliau melihat banyak ru’yah di masa mudanya dan itu benar terjadi seperti di siang hari. Mimpi buruk karena kekenyangan atau hasrat dan emosi berlebihan tak mungkin terjadi pada para nabi. Menurut hadist dari Nabi kita:
“Ru’yah datang dari Tuhan, sedangkan mimpi buruk datang dari Setan” (H.R. Bukhari). Dan dalam hadist lain dikatakan: “Wahyu mulai turun kepadanya dengan ru’yah yang suci. Dia melihat rukyah dan mereka terjadi dengan sebenarnya satu demi satu”. (H.R. Bukari. Malaikat akan menjaganya. Dikemukakan dalam segala kitab dan naskah suci, bahwa para nabi itu dijaga oleh malaikat. Dalam hal ini menarik untuk disebutkan, bahwa “Devdutta”, melihat kemuliaan yang menonjol dari Buddha, menyimpan dalam hatinya kecemburuan, dan karenanya kehilangan semua kekuatan pemikiran abstraksinya. Dia juga merencanakan skema jahat untuk menghentikan tersiarnya hukum yang benar. Naik ke gunung dia gelindingkan sebuah batu untuk mencederai Buddha; batu itu terbelah menjadi dua, setiap belahan melewati sisinya, hanya satu kakinya yang terluka. Karena itu Buddha berkata kepada Devdutta:
“Wahai orang yang bodoh, betapa besarnya kerugian yang kamu timpakan pada dirimu sendiri, dengan kejahatan serta niatmu untuk membunuh maka kamu telah menyebabkan darah Tatha gata mengalir”.
Bhikku (murid-murid Buddha) berkumpul untuk menjaganya, tetapi Buddha berkata kepada mereka: “Ini, wahai Bhikku, adalah perkara yang mustahil, dan satu yang tak dapat terjadi pada seseorang, yakni seseorang harus meninggalkan kehidupan Tathagata karena kekerasan”. “Tathagata, wahai Bhikku, dikecualikan (dari kematian) karena sebab alami. Mereka ini, wahai Bhikku, adalah lima macam guru yang sekarang ini hidp di dunia. Dan ini, wahai Bhikku, adalah suatu perkara yang mustahil, bahawa seorang Tathagatha bisa disembelih oleh perbuatan seseorang selain dirinya sendiri. Para Tathagata, wahai Bhikku, dikecualikan (dari kematian) karena sebab (alami)”.
“Karena ini, wahai Bhikku, pergilah masing-masing ke biaranya, karena para Tathagata tidak membutuhkan perlindungan”.
Sekarang, kita tiba kepada Nabi Suci atau Maitreya Buddha.
Di Mekkah, satu-satunya musuh Nabi hanyalah kaum Quraish. Di Madinah, kaum Yahudi adalah bangsa yang sangat berkuasa, dan sedikit saja bicara sudah menjadikan mereka musuh yang menakutkan. Begitu pula halnya dengan kaum Kristiani. Para kabilah lain di Arabia pada saat itu juga telah berhasil ditarik oleh Quraish agar memihak mereka.
Tak ada kebaikan ataupun kemurahan betapapun, yang diperlihatkan Nabi, bisa memuaskan kaum Yahudi, tak suatupun yang dapat merukunkan perasaan pahit yang mereka hidupkan, mereka segera saja menempatkan dirinya di jajaran musuh-musuh Islam.
Kaum Kristen juga lebih menyukai penyembah berhala dengan segala ikutannya yang jahat daripada ajaran Muhammad.
Dalam suasana yang mencekam ini diwahyukan dalam Quran Suci:
“Dan Allah akan melindungi engkau dari manusia” (Q.S. 5:67).
Bahwa beliau akan selalu di bawah perlindungan Ilahi di tengah bahaya yang tak terhitung yang mengancamnya dari segala penjuru dan rencana jahat tak terhitung yang mengancam jiwanya.
Ketika ayat ini diwahyukan beliau memanggil penjaga rumahnya dan meminta dia pergi karena Tuhan telah menjanjikan perlindungan baginya. Ketika kita membaca Kitab-kitab Buddhis kita akan menemukan di sana dua atau tiga musuh dari Buddha dan ketika para Bhikku berkumpul untuk menjaga dan melindunginya, maka dia berkata:
“Dan ini, wahai Bhikku, adalah perkara yang mustahil dan tak mungkin terjadi bahwa seorang Tathagata itu bisa terbunuh……Karena itu, pergilah, wahai Bhikku, masing-masing ke biaranya karena seorang Tathagata tidak perlu dilindungi”.
Begitu pula, meskipun para musuh Nabi Suci datang menyerbunya dalam jumlah ribuan adalah mustahil bagi mereka untuk memisahkan dia dari hidupnya dengan kekerasan. Apapun juga usaha yang dilakukan terhadapnya, dia akan diselamatkan oleh malaikat.
Pencinta umat manusia. Terutama, Nabi Suci berseru terhadap ketidak-adilan terhadap manusia dan mengajak manusia dengan kasih-sayang untuk berbuat adil kepada setiap jiwa manusia. Ketika teraniaya dan terancam oleh kekuatan yang luar-biasa besar, maka dia, sebagaimana Ibrahim, Krishna, Musa dan Daud selalu dilawan oleh kekuatan fisik, meskipun itu merupakan perang yang tak seimbang.
Tidak ada persamaannya dalam sejarah peperangan dimana seorang laki-laki bersama begitu sedikit sahabatnya melawan musuh yang berlipat dua, tiga, tidak, bahkan terkadang sepuluh kali lipat namun nyaris di setiap waktu dia selalu menang.
Dalam sepuluh tahun diai menaklukkan 1.000.000 mil persegi wilayah. Namun, dalam seluruh pertempuran ini hanya 150 musuh yang terbunuh dan 125 orang mukmin yang menyerahkan jiwanya baginya. Ini adalah contoh yang tiada tandingannya dalam sedikitnya darah yang tertumpah. Tidak pernah dalam sejarah peperangan bahwa seseorang dengan begitu sedikit pertumpahan darah bisa menguasai satu juta mil persegi dalam sepuluh tahun. Ini adalah mukjizat besar atas kecintaan kepada kemanusiaan yang dipunyai oleh Nabi Suci Maitreya. Akibat kemurahan yang berupa sangat sedikitnya hilangnya jiwa manusia ini yang telah membuat kabilah Arab yang gemar berperang itu hilang kebenciannya.
Tak bisa dicederai oleh racun. Di luar racun yang sangat fatal bagi manusia, maka Setan mengatasi yang lain dalam effektifitasnya. Dia tidak hanya menyerang tubuh kita, melainkan juga merasuk dalam pribadi spiritual dan menjadi penyebab dari keterasingan dan keruntuhan yang paling dalam. Mengapa Nabi Suci tidak takut oleh tambahan racun dari Setan atau kejahatan bisa dijawab oleh dirinya. Nabi menyatakan bahwa setiap orang mempunyai setan dalam dirinya, tetapi setan itu telah masuk Islam dan tidak perlu ditakuti lagi. Karena itu Setan tak pernah mengganggunya untuk melakukan perbuatan jahat. Terhadap racun yang biasa, dikatakan bahwa banyak orang mencampuri makanannya dengan racun, namun itu tidak akan merugikan kesehatannya. Seringkali terjadi bahwa Nabi tahu bahwa makanannya dicampuri racun dan beliau seketika tidak mau memakannya. Suatu anekdot dari seorang perempuan Yahudi dengan kisah yang semacam itu tercatat dalam hadist. Selamat dalam pertempuran. Lihat nomor enam. Terlindung dari bahaya api dan air. Ada banyak kisah tentang banyak nabi yang oleh musuhnya dimasukkan ke api atau atau dicoba ditenggelamkan dalam air tetapi api dan air itu tidak dapat mencederai mereka.
Sesungguhnya ini bukanlah suatu mukjizat yang mengagumkan. Banyak orang yang berjalan di api dan bahkan mereka bukan orang suci. Namun, tanda-bukti ini digenapi sebaik-baiknya dalam pribadi Nabi Suci dengan secara ini:
Dalam kehidupan beberapa nabi sendiri ketika bangsa-bangsa menulikan telinganya terhadap risalah Ilahi, badai api dan air datang menimpa mereka. Rahmat Nabi Suci tidak saja menyelamatkan dirinya dari setiap gangguan api atau air, tetapi juga seluruh bangsa dijaga keamanannya dari siksaan semacam itu. Al-Quran merujuknya sebagai berikut:
“Dan tatkala mereka berkata: Ya Allah, jika ini sungguh-sungguh kebenaran dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau timpakanlah kepada kami siksaan yang pedih. Dan Allah tak akan menyiksa mereka selagi engkau berada ditengah-tengah mereka; dan Allah tak akan menyiksa mereka selagi mereka memohon ampun (Q.S. 8: 32-33).
Betapa agungnya keputusan Tuhan ini. Dalam perang Badar suatu hujan yeng lebat membuat kerusakan besar terhadap musuh, sedangkan hujan yang sama terbukti menjadi rahmat yang besar bagi Nabi dan para sahabatnya.
Keberhasilan sepenuhnya di dunia ini dan di akhirat. Tidak ada sukses yang lebih baik bagi seseorang yang terpenuhi di hadapan gigi para penentangnya. Ketika Nabi naik ke mimbar dengan missi sucinya maka tak ada teman ataupun seseorang yang bersimpati kepadanya. Jika kejayaan dari rancangannya, kekurangan dalam sarananya, dan demikian besar hasilnya adalah tiga ukuran yang memperlihatkan ke-genius-an seseorang, lalu siapa yang berani membandingkannya dalam kemanusiaan orang besar dalam sejarah modern yang bisa melebihi Muhammad? Tidak kurang dari suatu mukjizat bahwa seseorang yang tidak mempunyai teman ataupun simpatisan, yang pada saat wafatnya tak seorangpun musuhnya yang tersisa di jazirah itu. Dia menemukan bangsanya seluruhnya dalam penyembahan berhala. Beliau meleburnya menjadi kaum Muslimin, yang membenci tuhan palsu dan hanya berhasrat untuk Tuhan Yang-esa dan Ghaib. Dia merubah suatu kaum yang penuh kejahatan menjadi satu yang terpuji dan tulus. Seorang dapat memperkirakan kebesaran ruhani Nabi Suci di alam mendatang dengan keberhasilan yang dicapainya di dalam kehidupan ini.
Kata-kata Buddha bahwa: “Yang paling berhasil di dunia dan setelah wafatnya dekat kepada Tuhannya” (atau dia yang berangkat ke Brahma Loka).
Bandingkanlah kata-kata ini dengan ayat-ayat dari al-Quran:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhan dikau, dengan perasaan ridla, amat memuaskan di hati Masuklah di antara hama-hamba-Ku, Dan masuklah ke Taman-Ku! (Q.S. 89:27-30).
Kata-kata terakhirnya adalah: “Subhana Rabbiyyal A’la”, “Maha-berkah Allah Yang Maha-tinggi”, Dan ruh dari Nabi besar itu terbang ke haribaan Sahabatnya Yang Maha-tinggi.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
NUBUATAN TENTANG MAITREYA YANG TERKENAL DI DUNIA
Jika nubuatan itu mengandung kesaksian baik dari kawan maupun lawan, ini merupakan bukti terbesar tentang penting dan keasliannya. Ini berbeda bila misalnya bila ada perselisihan pendapat atas asalusulnya yang tepat. Keotentikan dari prognosis ini jelas dari fakta bahwa misionaris Kristen, Teosofi dan pakar Hindu telah mencoba melekatkannya kepada para orang suci dan nabinya sendiri. Tidak berapa lama yang lalu ketika saya di Madras dimana pusat Teosofi Adyar mengadakan suatu konferensi agama yang dihadiri oleh kaum Teosofi dari seluruh dunia. Pada peristiwa ini sejumlah besar kepustakaan telah diterbitkan dimana obyeknya adalah datangnya guru dunia, Maitreya, yang didiskusikan secara rinci. Maitreya yang dijanjikan telah disebutkan dalam buku-buku Kristen dan Teosofi dengan kata-kata berikut ini : “Maitreya Buddha yang ke lima belum datang. Yang belakangan ini adalah Kabbalistic Raja Almasih, utusan cahaya, Sosiosh juru-selamat Iran, yang akan datang dengan seekor kuda putih. Ini juga menjadi kedatangan Kristus yang kedua”. Lihat apokripa St. Yohanes. (“Isis Unveiled” oleh Madame Blavatsky, halaman 156).
“Kaum Buddhis menunggu kedatangan Maitreya Buddha di abad mendatang, demikian pula umat Hindu menunggu Kalki Avatar dari Wisnu yang akan datang dengan seekor kuda dengan pedang di tangan”. Avatara terakhir ini akan disebut Kalki. Dalam Bhagawat disebutkan bahwa Resi Maitreya, guru dunia masa kini yang disebut kawan Dwipayn Vyas Muni, yang akan menjadi guru terakhir dari Buddha yang dijanjikan. Pada saat Maitreya muncul untuk kedua kali dalam bentuk Almasih, dia menyeru kepada para muridnya untuk saling mencintai sama seperti dia mencintai mereka. Otoritas yang sama menulis selanjutnya bahwa Kalki Avatara dan Maitreya adalah dua Almasih, sebagaimana tulisnya: Dalam Wisnu Purana ditulis bahwa Resi Maitreya akan mengembangkan cahaya ruhani di abad kegelapan dan akan meletakkan landasan peradaban yang terbaik, berdasarkan persaudaraan, kasihsayang dan harmoni. Namun, nabi ini bukanlah Kalki Avatara, yang akan datang belakangan, tetapi Maitreya ini telah didefinisikan sebagai pembimbing ruhani masa depan. Dalam buku lain dari kaum Teosofi “The Master of the Path” oleh Lead Beater halaman 51, “seseorang yang bernama Krishna Murti telah didefinisikan sebagai Dia Yang Dijanjikan dan telah ditulis bahwa: Pangeran Maitreya mengambil arah yang sama ketika dia mengunjungi Palestina, 2.000 tahun yang lalu”. Dalam “Buddha and Christ” oleh Jinarja Dass, halaman 8, telah ditulis: “Pada hari-hari itu ada dua di antara jutaan manusia yang berdiri sebagai menara di atas yang lain dalam kekuatan berkah dan cinta. Sumedha dan lainnya, di hari-hari belakangan kita kenal mereka sebagai Gautama Buddha dan Kristus”. Seorang orientalis yang terkenal di dunia, Prof. Max Muller menulis dalam “Chips from a German Workshop” jilid I halaman 452-453 : “Pernahkah kaum Buddhis mencoba mengetahui bahwa Buddha yang Dijanjikan itu tiada lebih daripada Maitreya yang diharapkan, guru Hukum, namun dia timbul sebagai utusan cinta (Almasih)”. “Maitreya, nama dari Budhisatva yang merupakan Buddha di masa depan. Agama Buddha berpegang bahwa kebenarannya secara berulang-ulang telah diajarkan oleh Buddha, yang muncul dalam suksesi dan doktrin setelah kemerosotan dan menghilangnya, akan sekali lagi terlaksana dan diajarkan oleh Buddha di masa depan. Suatu siklus dimana tiada Buddha yang muncul disebut kosong (Shunya). Tetapi dalam siklus ini ada lima, empat telah muncul, dan yang kelima adalah Maitreya. Teori Buddha yang datang kembali ini bukannya primitif, tetapi sudah pasti timbul sebelum kanon Pali, karena Metteya disebutkan dua kali di sana” (Digha Nikaya, No.26. Buddhavansha bab 2) dan kepercayaan itu menjadi mapan di semua aliran (E. Leuman, “Maitreya Samiti”). “Ada satu makhluk , wahai saudaraku, yang lahir ke dunia demi kebaikan dan kemakmuran dari sebagian besar manusia, karena rahmat-Nya kepada dunia, demi kemaslahatan dan kebajikan dan kesejahteraan dewata dan manusia. Dan apakah makhluk itu? Seorang Tathagata, dan Arhat Buddha, Yang Utama”. (Digha Nikaya, 26). “Dia yang menaklukkan tidak akan ditaklukkan lagi” (Dhammapada). Edmund dan Pavri mendefinisikan Almasih Yang Dijanjikan yang disebutkan dalam Yohanes, sebagai Maitreya dan Almasih sebagai pribadi yang satu dan sama. (“Buddhist and Christian Gospels”, jilid II hal. 164; “The Coming of Christ”, hal. 106).
Beberapa penulis Hindu telah mencoba melekatkan nubuatan ini kepada orang suci mereka sendiri Shankaracharya. Ini adalah pribadi yang sama, yang melakukan segala macam kesulitan terhadap kaum Buddhis di India karena dia berpandangan bahwa Buddha itu menentang Weda (Telah kita sebutkan sebelumnya, pandangannya terhadap Weda). Dia membantai kaum Buddhis sedemikian besar jumlahnya hingga tak seorangpun yang tersisa di India, entah terbunuh atau melarikan diri dari India.
Betapapun dengan semuanya ini, adalah sungguh melukai hati bila Shankaracharya inidihubungkan dengan Maitreya Yang Dijanjikan. Juga klaim kaum Teosofi bahwa Krishna Murti adalah Maitreya setelah beberapa waktu mereka gagal mempropagandakannya, sekarang hanya menunggu akan datangnya Maitreya. Ini adalah pelajaran Tuhan kepada kaum Teosofi dan kepada mereka yang mengira bahwa nabi itu seorang yang dibuat oleh manusia atau rekaan orang belaka. Tuhan memenuhi nubuatan Buddha dalam pribadi Muhammad 1400 tahun yang lalu.
Mengenai klaim dari kawan-kawan Kristiani kita, bisa dicatat bahwa atribut Maitreya itu tidak bisa didapati dalam pribadi Kristus dan cukuplah kita mintakan perhatian terhadap buku Monier Williams tentang Buddhisme, dimana dia mengungkapkan hal yang paling memalukan dalam mengaitkan Messiah dan Buddha. Dalam suatu bab khusus dia menulis:
“Adalah rupanya suatu kenaifan, dalam menyimpulkan pelajaran ini; Siapakah yang akan kita pilih sebagai pedoman kita, harapan kita, juru selamat kita. “Cahaya Asia” atau cahaya dunia? (Buddhism and Christianity).
“Buddha atau Kristus? Adalah sekedar suatu ejekan untuk mengajukan pertanyaan ini kepada orang-orang yang rasional dan mau berfikir dalam abad ke sembilanbelas; kitab mana harus kita peluk dalam hati kita pada jam terakhir, kitab yang memberi tahu kita tentang orang mati, ketiadaan, Buddha yang menyerahkan kematiannya atau Kitab yang mengungkapkan kepada kita tentang yang hidup, kehidupan abadi yang diberikan oleh Kristus “. (Monier Williams, hal.536-563). Sebagai kenyataan bab ini berjudul: Nubuatan tentang Maitreya yang dikenal luas di dunia.
Klaim dari kaum Kristen, Teosofi dan Hindu telah membuktikan bahwa nubuatan ini terkenal dalam istilah yang paling jelas tanpa kebingungan lagi dalam kitab-kitab agama Buddha. Suatu kesimpulan ringkas dari tema mereka ini bisa diberikan di bawah ini:
Kaum Buddhis, begitu pula Persia, Hindu dan Kristen, telah menunggu seorang yang dijanjikan.
Namanya adalah Maitreya.
Dia kelak akan benar-benar seorang Maitreya dalam arti maupun kata.
Dia adalah gabungan dari rahmat dan penuh kehangatan.
Dia akan menjadi pemilik pedang, yakni pedang kebenaran, dan dia akan mempertahankan diri,
sebagaimana kata Quran Suci:
“(Perang) diizinkan kepada orang-orang yang diperangi, karena mereka dianiaya. Dan sesungguhnya Allah itu kuasa untuk menolong mereka. (Yaitu) orang-orang yang diusir dari rumah mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah” (Q.S. 22:39-40).
Maitreya yang akan datang, Wishnu Avatara dan Sosiosh dengan seekor kuda putihnya merujuk kepada kehidupan yang murni serta paling sublim, yang akan dipimpin oleh orang yang dijanjikan itu. Ini juga menunjukkan tertekannya nafsu jahat dengan pribadi yang tulus. Sebagai kenyataan, para sejarawan mengungkapkan kuda nabi yang disebut Buraq yang berwarna putih. Teka-teki ini dengan indahnya telah ditafsirkan dalam Wahyu kepada St. Yohanes, yang terbaca:
“Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil” (Wahyu 19:11).
Pedang di tangan dan seekor kuda putih yang ditungganginya diikuti pernyataan bahwa bahwa Dia yang Dijanjikan itu adalah seorang yang jujur dan benar, dan ia akan mengadili dengan pertolongan kebenaran dan berjuang untuk penyebarannya. Setiap kata dalam wahyu ini membuktikan Muhammad sebagai dia yang dijanjikan seperti yang dirujuk di atas. Dia diakui terkenal sebagai yang terpercaya (Al-Ameen) dan yang benar (Siddiq) oleh para musuhnya. Wahyu kepada Santo Yohanes itu ditulis pada tahun 96 M. Setelah Almasih maka giliran Nabi Suci yang telah berperang dan berjihad untuk menyebarkan kebenaran. Dan tidak ada sesuatupun yang membingungkan tentang kuda putih yang dimilikinya untuk berkendaraan. Nama dari dua kudanya adalah “Luhuf” dan “Sanjah”. Adalah aneh bahwa tak seorangpun nabi Bani Israil yang boleh mengendarai kuda.
Tuhan melarang berdagang dengan Mesir yang terkenal akan perdagangan kudanya (Ulangan 17:16), dan hanya Sulaiman yang empunya kuda.
Para hakim dan pangeran Bani Israil biasanya menggunakan keledai dan bihar sebagai kendaraan.
Karena itu nubuatan tentang seorang penunggang kuda adalah Muhammad dan pengendara keledai adalah Kristus. Bahwa Maitreya adalah teman Viasji adalah terang dari nubuatan, yang telah diramalkan tentang Nabi Suci oleh Vyasji dalam Bhavishya Purana (didiskusikan dalam “Prophet Muhammad in Hindu Scriptures” di tempat lain dalam buku ini).
Maitreya adalah Buddha yang terakhir dan Nabi; sebagaimana juga telah dikatakan dalam al-Quran:
“Muhammad bukanlah ayah salah seorang dari orang-orang kamu, melainkan dia itu Utusan Allah dan segel (penutup) para Nabi”. (Q.S. 33:40).
Maitreya akan menjadi utusan dari rahmat serta kasih-sayang ke seluruh lama semesta. Kedatangannya akan terjadi pada abad kegelapan (Kaliyuga). Dalam terminologi Hindu abad di dunia ini dibagi dalam empat abad (yugas). 1. Krutayuga, 2. Tretayuga, 3. Dwaparyuga, 4. Kaliyuga. Semua resi Hindu (utusan) muncul dalam ketiga abad pertama (periode) dan Muhammad muncul pada abad Kaliyuga.
SUMBER NUBUATAN TENTANG MAITREYA
Perkara lain yang menunjukkan keaslian akan pentingnya nubuatan ini tentang kedatangan Nabi Yang Dijanjikan terdapat dalam daftar sumber yang diberikan di bawah ini:
Nubuatan ini diberikan oleh murid Buddha yang terkenal dan terkemuka.
Disebutkannya adalah oleh percakapan Buddha sendiri.
Raja Buddhis membuat patung-patung dari Maitreya yang akan datang di pelbagai kota di Asia, semacam Kandhara, Gaya, Benares, di Provinsi Frontier, Deccan, Burma, Cina, Jepang, dan tempat-tempat yang terjauh di Asia Tengah. Beberapa dari patung ini setinggi 120 kaki.
Tidak saja Gautama Buddha melainkan juga semua Buddha yang terdahulu darinya mengharapkan kedatangan Dia yang Dijanjikan.
Dalam Kitab-kitab agama Buddha yang paling otentik dan standar, lukisanan sosok Dia yang Dijanjikan itu digambarkan dengan terang, supaya orang-orang tidak tertipu dalam mengenalinya.
Beberapa gambaran atas sifat-sifat khususnya yang menonjol juga telah diberikan.
Kualitas moralnya digambarkan dalam pujian yang ditulis dengan istilah yang jelas dan istimewa.
Masa kedatangannya telah disebutkan, tetapi tidak dalam istilah yang persis. Ada perbedaan pandangan tentang pertanyaan ini.
Maitreya, Dia yang Dijanjikan, telah digambarkan sebagai pembimbing dari seluruh umat manusia.
Disebutkan dalam istilah yang terbuka bahwa dia adalah akhir dari para nabi, bahwa tidak ada Buddha lagi yang muncul sesudahnya.
Dalam kepustakaan sejarah kaum Buddhis, disebutkan sebagai suatu fakta bahwa Dia Yang Dijanjikan ditunggu dimana-mana dengan sangat.
Nama “Maitreya” sendiri berhubungan dengan seorang yang dikenal tanpa suatu keraguan.
Buddha menyebut Dia yang Dijanjikan adalah seorang Buddha dan digambarkan pelariannya itu sama dengan Buddha yang Dijanjikan kelak.
Buddha menekankan nubuatan ini sedemikian kuatnya sehingga para muridnya semuanya lupa akan kesedihan atas kematiannya.
Kaum Buddhis sangat ingin tahu tentang Maitreya sehingga mereka menyangka setiap dan masing-masing pembaharu sebagai dia yang dijanjikan. Ada banyak kejadian semacam ini dalam sejarah kaum Buddhis.
Dalam Kitab-kitab suci agama Buddha disebutkan tidak saja tentang akhlaknya yang mulia dan patungpatung yang didirikan untuknya, melainkan juga tanda-bukti dan akhlak para muridnya, kaum mukmin dan para pengikutnya, yang diberikan secara rinci. Dia digambarkan sebagai gabungan dari akhlak semacam itu yang belum pernah ada pembaharu lain yang menyamainya.
Jika nubuatan itu mengandung kesaksian baik dari kawan maupun lawan, ini merupakan bukti terbesar tentang penting dan keasliannya. Ini berbeda bila misalnya bila ada perselisihan pendapat atas asalusulnya yang tepat. Keotentikan dari prognosis ini jelas dari fakta bahwa misionaris Kristen, Teosofi dan pakar Hindu telah mencoba melekatkannya kepada para orang suci dan nabinya sendiri. Tidak berapa lama yang lalu ketika saya di Madras dimana pusat Teosofi Adyar mengadakan suatu konferensi agama yang dihadiri oleh kaum Teosofi dari seluruh dunia. Pada peristiwa ini sejumlah besar kepustakaan telah diterbitkan dimana obyeknya adalah datangnya guru dunia, Maitreya, yang didiskusikan secara rinci. Maitreya yang dijanjikan telah disebutkan dalam buku-buku Kristen dan Teosofi dengan kata-kata berikut ini : “Maitreya Buddha yang ke lima belum datang. Yang belakangan ini adalah Kabbalistic Raja Almasih, utusan cahaya, Sosiosh juru-selamat Iran, yang akan datang dengan seekor kuda putih. Ini juga menjadi kedatangan Kristus yang kedua”. Lihat apokripa St. Yohanes. (“Isis Unveiled” oleh Madame Blavatsky, halaman 156).
“Kaum Buddhis menunggu kedatangan Maitreya Buddha di abad mendatang, demikian pula umat Hindu menunggu Kalki Avatar dari Wisnu yang akan datang dengan seekor kuda dengan pedang di tangan”. Avatara terakhir ini akan disebut Kalki. Dalam Bhagawat disebutkan bahwa Resi Maitreya, guru dunia masa kini yang disebut kawan Dwipayn Vyas Muni, yang akan menjadi guru terakhir dari Buddha yang dijanjikan. Pada saat Maitreya muncul untuk kedua kali dalam bentuk Almasih, dia menyeru kepada para muridnya untuk saling mencintai sama seperti dia mencintai mereka. Otoritas yang sama menulis selanjutnya bahwa Kalki Avatara dan Maitreya adalah dua Almasih, sebagaimana tulisnya: Dalam Wisnu Purana ditulis bahwa Resi Maitreya akan mengembangkan cahaya ruhani di abad kegelapan dan akan meletakkan landasan peradaban yang terbaik, berdasarkan persaudaraan, kasihsayang dan harmoni. Namun, nabi ini bukanlah Kalki Avatara, yang akan datang belakangan, tetapi Maitreya ini telah didefinisikan sebagai pembimbing ruhani masa depan. Dalam buku lain dari kaum Teosofi “The Master of the Path” oleh Lead Beater halaman 51, “seseorang yang bernama Krishna Murti telah didefinisikan sebagai Dia Yang Dijanjikan dan telah ditulis bahwa: Pangeran Maitreya mengambil arah yang sama ketika dia mengunjungi Palestina, 2.000 tahun yang lalu”. Dalam “Buddha and Christ” oleh Jinarja Dass, halaman 8, telah ditulis: “Pada hari-hari itu ada dua di antara jutaan manusia yang berdiri sebagai menara di atas yang lain dalam kekuatan berkah dan cinta. Sumedha dan lainnya, di hari-hari belakangan kita kenal mereka sebagai Gautama Buddha dan Kristus”. Seorang orientalis yang terkenal di dunia, Prof. Max Muller menulis dalam “Chips from a German Workshop” jilid I halaman 452-453 : “Pernahkah kaum Buddhis mencoba mengetahui bahwa Buddha yang Dijanjikan itu tiada lebih daripada Maitreya yang diharapkan, guru Hukum, namun dia timbul sebagai utusan cinta (Almasih)”. “Maitreya, nama dari Budhisatva yang merupakan Buddha di masa depan. Agama Buddha berpegang bahwa kebenarannya secara berulang-ulang telah diajarkan oleh Buddha, yang muncul dalam suksesi dan doktrin setelah kemerosotan dan menghilangnya, akan sekali lagi terlaksana dan diajarkan oleh Buddha di masa depan. Suatu siklus dimana tiada Buddha yang muncul disebut kosong (Shunya). Tetapi dalam siklus ini ada lima, empat telah muncul, dan yang kelima adalah Maitreya. Teori Buddha yang datang kembali ini bukannya primitif, tetapi sudah pasti timbul sebelum kanon Pali, karena Metteya disebutkan dua kali di sana” (Digha Nikaya, No.26. Buddhavansha bab 2) dan kepercayaan itu menjadi mapan di semua aliran (E. Leuman, “Maitreya Samiti”). “Ada satu makhluk , wahai saudaraku, yang lahir ke dunia demi kebaikan dan kemakmuran dari sebagian besar manusia, karena rahmat-Nya kepada dunia, demi kemaslahatan dan kebajikan dan kesejahteraan dewata dan manusia. Dan apakah makhluk itu? Seorang Tathagata, dan Arhat Buddha, Yang Utama”. (Digha Nikaya, 26). “Dia yang menaklukkan tidak akan ditaklukkan lagi” (Dhammapada). Edmund dan Pavri mendefinisikan Almasih Yang Dijanjikan yang disebutkan dalam Yohanes, sebagai Maitreya dan Almasih sebagai pribadi yang satu dan sama. (“Buddhist and Christian Gospels”, jilid II hal. 164; “The Coming of Christ”, hal. 106).
Beberapa penulis Hindu telah mencoba melekatkan nubuatan ini kepada orang suci mereka sendiri Shankaracharya. Ini adalah pribadi yang sama, yang melakukan segala macam kesulitan terhadap kaum Buddhis di India karena dia berpandangan bahwa Buddha itu menentang Weda (Telah kita sebutkan sebelumnya, pandangannya terhadap Weda). Dia membantai kaum Buddhis sedemikian besar jumlahnya hingga tak seorangpun yang tersisa di India, entah terbunuh atau melarikan diri dari India.
Betapapun dengan semuanya ini, adalah sungguh melukai hati bila Shankaracharya inidihubungkan dengan Maitreya Yang Dijanjikan. Juga klaim kaum Teosofi bahwa Krishna Murti adalah Maitreya setelah beberapa waktu mereka gagal mempropagandakannya, sekarang hanya menunggu akan datangnya Maitreya. Ini adalah pelajaran Tuhan kepada kaum Teosofi dan kepada mereka yang mengira bahwa nabi itu seorang yang dibuat oleh manusia atau rekaan orang belaka. Tuhan memenuhi nubuatan Buddha dalam pribadi Muhammad 1400 tahun yang lalu.
Mengenai klaim dari kawan-kawan Kristiani kita, bisa dicatat bahwa atribut Maitreya itu tidak bisa didapati dalam pribadi Kristus dan cukuplah kita mintakan perhatian terhadap buku Monier Williams tentang Buddhisme, dimana dia mengungkapkan hal yang paling memalukan dalam mengaitkan Messiah dan Buddha. Dalam suatu bab khusus dia menulis:
“Adalah rupanya suatu kenaifan, dalam menyimpulkan pelajaran ini; Siapakah yang akan kita pilih sebagai pedoman kita, harapan kita, juru selamat kita. “Cahaya Asia” atau cahaya dunia? (Buddhism and Christianity).
“Buddha atau Kristus? Adalah sekedar suatu ejekan untuk mengajukan pertanyaan ini kepada orang-orang yang rasional dan mau berfikir dalam abad ke sembilanbelas; kitab mana harus kita peluk dalam hati kita pada jam terakhir, kitab yang memberi tahu kita tentang orang mati, ketiadaan, Buddha yang menyerahkan kematiannya atau Kitab yang mengungkapkan kepada kita tentang yang hidup, kehidupan abadi yang diberikan oleh Kristus “. (Monier Williams, hal.536-563). Sebagai kenyataan bab ini berjudul: Nubuatan tentang Maitreya yang dikenal luas di dunia.
Klaim dari kaum Kristen, Teosofi dan Hindu telah membuktikan bahwa nubuatan ini terkenal dalam istilah yang paling jelas tanpa kebingungan lagi dalam kitab-kitab agama Buddha. Suatu kesimpulan ringkas dari tema mereka ini bisa diberikan di bawah ini:
Kaum Buddhis, begitu pula Persia, Hindu dan Kristen, telah menunggu seorang yang dijanjikan.
Namanya adalah Maitreya.
Dia kelak akan benar-benar seorang Maitreya dalam arti maupun kata.
Dia adalah gabungan dari rahmat dan penuh kehangatan.
Dia akan menjadi pemilik pedang, yakni pedang kebenaran, dan dia akan mempertahankan diri,
sebagaimana kata Quran Suci:
“(Perang) diizinkan kepada orang-orang yang diperangi, karena mereka dianiaya. Dan sesungguhnya Allah itu kuasa untuk menolong mereka. (Yaitu) orang-orang yang diusir dari rumah mereka tanpa alasan yang benar, kecuali hanya karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah” (Q.S. 22:39-40).
Maitreya yang akan datang, Wishnu Avatara dan Sosiosh dengan seekor kuda putihnya merujuk kepada kehidupan yang murni serta paling sublim, yang akan dipimpin oleh orang yang dijanjikan itu. Ini juga menunjukkan tertekannya nafsu jahat dengan pribadi yang tulus. Sebagai kenyataan, para sejarawan mengungkapkan kuda nabi yang disebut Buraq yang berwarna putih. Teka-teki ini dengan indahnya telah ditafsirkan dalam Wahyu kepada St. Yohanes, yang terbaca:
“Lalu aku melihat sorga terbuka; sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil” (Wahyu 19:11).
Pedang di tangan dan seekor kuda putih yang ditungganginya diikuti pernyataan bahwa bahwa Dia yang Dijanjikan itu adalah seorang yang jujur dan benar, dan ia akan mengadili dengan pertolongan kebenaran dan berjuang untuk penyebarannya. Setiap kata dalam wahyu ini membuktikan Muhammad sebagai dia yang dijanjikan seperti yang dirujuk di atas. Dia diakui terkenal sebagai yang terpercaya (Al-Ameen) dan yang benar (Siddiq) oleh para musuhnya. Wahyu kepada Santo Yohanes itu ditulis pada tahun 96 M. Setelah Almasih maka giliran Nabi Suci yang telah berperang dan berjihad untuk menyebarkan kebenaran. Dan tidak ada sesuatupun yang membingungkan tentang kuda putih yang dimilikinya untuk berkendaraan. Nama dari dua kudanya adalah “Luhuf” dan “Sanjah”. Adalah aneh bahwa tak seorangpun nabi Bani Israil yang boleh mengendarai kuda.
Tuhan melarang berdagang dengan Mesir yang terkenal akan perdagangan kudanya (Ulangan 17:16), dan hanya Sulaiman yang empunya kuda.
Para hakim dan pangeran Bani Israil biasanya menggunakan keledai dan bihar sebagai kendaraan.
Karena itu nubuatan tentang seorang penunggang kuda adalah Muhammad dan pengendara keledai adalah Kristus. Bahwa Maitreya adalah teman Viasji adalah terang dari nubuatan, yang telah diramalkan tentang Nabi Suci oleh Vyasji dalam Bhavishya Purana (didiskusikan dalam “Prophet Muhammad in Hindu Scriptures” di tempat lain dalam buku ini).
Maitreya adalah Buddha yang terakhir dan Nabi; sebagaimana juga telah dikatakan dalam al-Quran:
“Muhammad bukanlah ayah salah seorang dari orang-orang kamu, melainkan dia itu Utusan Allah dan segel (penutup) para Nabi”. (Q.S. 33:40).
Maitreya akan menjadi utusan dari rahmat serta kasih-sayang ke seluruh lama semesta. Kedatangannya akan terjadi pada abad kegelapan (Kaliyuga). Dalam terminologi Hindu abad di dunia ini dibagi dalam empat abad (yugas). 1. Krutayuga, 2. Tretayuga, 3. Dwaparyuga, 4. Kaliyuga. Semua resi Hindu (utusan) muncul dalam ketiga abad pertama (periode) dan Muhammad muncul pada abad Kaliyuga.
SUMBER NUBUATAN TENTANG MAITREYA
Perkara lain yang menunjukkan keaslian akan pentingnya nubuatan ini tentang kedatangan Nabi Yang Dijanjikan terdapat dalam daftar sumber yang diberikan di bawah ini:
Nubuatan ini diberikan oleh murid Buddha yang terkenal dan terkemuka.
Disebutkannya adalah oleh percakapan Buddha sendiri.
Raja Buddhis membuat patung-patung dari Maitreya yang akan datang di pelbagai kota di Asia, semacam Kandhara, Gaya, Benares, di Provinsi Frontier, Deccan, Burma, Cina, Jepang, dan tempat-tempat yang terjauh di Asia Tengah. Beberapa dari patung ini setinggi 120 kaki.
Tidak saja Gautama Buddha melainkan juga semua Buddha yang terdahulu darinya mengharapkan kedatangan Dia yang Dijanjikan.
Dalam Kitab-kitab agama Buddha yang paling otentik dan standar, lukisanan sosok Dia yang Dijanjikan itu digambarkan dengan terang, supaya orang-orang tidak tertipu dalam mengenalinya.
Beberapa gambaran atas sifat-sifat khususnya yang menonjol juga telah diberikan.
Kualitas moralnya digambarkan dalam pujian yang ditulis dengan istilah yang jelas dan istimewa.
Masa kedatangannya telah disebutkan, tetapi tidak dalam istilah yang persis. Ada perbedaan pandangan tentang pertanyaan ini.
Maitreya, Dia yang Dijanjikan, telah digambarkan sebagai pembimbing dari seluruh umat manusia.
Disebutkan dalam istilah yang terbuka bahwa dia adalah akhir dari para nabi, bahwa tidak ada Buddha lagi yang muncul sesudahnya.
Dalam kepustakaan sejarah kaum Buddhis, disebutkan sebagai suatu fakta bahwa Dia Yang Dijanjikan ditunggu dimana-mana dengan sangat.
Nama “Maitreya” sendiri berhubungan dengan seorang yang dikenal tanpa suatu keraguan.
Buddha menyebut Dia yang Dijanjikan adalah seorang Buddha dan digambarkan pelariannya itu sama dengan Buddha yang Dijanjikan kelak.
Buddha menekankan nubuatan ini sedemikian kuatnya sehingga para muridnya semuanya lupa akan kesedihan atas kematiannya.
Kaum Buddhis sangat ingin tahu tentang Maitreya sehingga mereka menyangka setiap dan masing-masing pembaharu sebagai dia yang dijanjikan. Ada banyak kejadian semacam ini dalam sejarah kaum Buddhis.
Dalam Kitab-kitab suci agama Buddha disebutkan tidak saja tentang akhlaknya yang mulia dan patungpatung yang didirikan untuknya, melainkan juga tanda-bukti dan akhlak para muridnya, kaum mukmin dan para pengikutnya, yang diberikan secara rinci. Dia digambarkan sebagai gabungan dari akhlak semacam itu yang belum pernah ada pembaharu lain yang menyamainya.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
jika muhammad adl maitreya, coba sebutkan maha purisanya muhammad
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
ga mau nyambung2 ke Islam atau Muhammad .... saya cuma fokus tentang Buddha
@dharma_senapati
kalau baca di wiki
https://id.wikipedia.org/wiki/Maitreya
mau tanya tentang yang merah :
1. Jadi Bodhisattva Maitreya (Buddha Maitreya) ini sebernarnya sudah datang atau akan datang ?
2. Diatas dijelaskan bahwa Buddha Maitreya sekarang masih bergelar sebagai bodhisattva (calon Buddha) dan bertempat tinggal di surga Tusita
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ... apakah ada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga .... atau memang bukan berada di bumi (dunia)
lanjut ke wiki :
hanya mau confirm aja sih >>> apakah artinya umat Buddha memang sedang menunggu seseorang .... (misalnya seperti dalam kasus samawi menunggu Messiah ... plus Islam yg juga menunggu Imam Mahdi ??)
kalau iya ... lalu apa yang terjadi bila "seseorang" ini datang ??
thanks banget kalau mau sharing ... lumayan buat nambah ilmu
@dharma_senapati
kalau baca di wiki
https://id.wikipedia.org/wiki/Maitreya
Dalam agama Buddha, Bodhisattva Maitreya adalah Buddha yang akan datang. Dalam bahasa Tionghoa, Maitreya terkenal sebagai Mile Pusa (彌勒菩薩).
Dalam agama Buddha diajarkan bahwa buddha merupakan sebuah gelar, sehingga Buddha bukanlah menunjuk kepada Buddha Sakyamuni saja. Buddha yang akan datang setelah Buddha Sakyamuni adalah Buddha Maitreya yang sekarang ini masih bergelar sebagai bodhisattva (calon Buddha).
Maitreya bertempat tinggal di surga Tusita, yang merupakan tempat tinggal bagi para bodhisatva sebelum mencapai tingkat ke-buddha-an. Buddha Sakyamuni juga bertempat tinggal di sini sebelum terlahir sebagai Siddharta Gautama di dunia.
mau tanya tentang yang merah :
1. Jadi Bodhisattva Maitreya (Buddha Maitreya) ini sebernarnya sudah datang atau akan datang ?
2. Diatas dijelaskan bahwa Buddha Maitreya sekarang masih bergelar sebagai bodhisattva (calon Buddha) dan bertempat tinggal di surga Tusita
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ... apakah ada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga .... atau memang bukan berada di bumi (dunia)
lanjut ke wiki :
Maitreya dalam literatur
Buddha Gautama bukanlah Buddha yang pertama di dalam masa-dunia ini (masa-dunia atau kalpa; satu kalpa lamanya kurang lebih 4.320.000.000 tahun). Buddha-Buddha sebelumnya adalah Buddha Kakusandha, Buddha Konagamana, Buddha Kassapa, Buddha yang akan datang adalah Buddha Mettaya (Maitreya). Dalam Cakkavatti-Sihanada Sutta, Sutta ke-26 dari Digha Nikaya dikatakan bahwa:
"Pada saat itu kota yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudvipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru. Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya"
Di dalam Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra disebutkan juga:
"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari keempat lautan masing-masing akan menyusut kira-kira 3000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi, persis kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih"
hanya mau confirm aja sih >>> apakah artinya umat Buddha memang sedang menunggu seseorang .... (misalnya seperti dalam kasus samawi menunggu Messiah ... plus Islam yg juga menunggu Imam Mahdi ??)
kalau iya ... lalu apa yang terjadi bila "seseorang" ini datang ??
thanks banget kalau mau sharing ... lumayan buat nambah ilmu
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
jangan kagetan dimana-mana itu islam jagonya cocokologi & maksalogiGravelord wrote:terima kasih untuk postingannya di ruang Budha
tetapi disini saya mau memohon kepada TS, lain kali kalau mau membandingkan Buddha dan Islam, mohon gunakan logika yang benar, bukan yang di cocok-cocokkan.
YADAH- LETNAN DUA
-
Age : 27
Posts : 1075
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 21.02.16
Reputation : 2
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
saya nemu forum Buddha dari google ....
http://www.wihara.com/topic/36481-dari-sutra-mana-dikatakan-bahwa-maitreya-akan-menjadi-buddha-ke-5/
yang menarik buat saya adalah pada post #15
yang merah ini menarik buat saya ... walaupun semua ini (termasuk uraian selanjutnya) adalah kalimat Benjamin Creme >>> yang ga jelas juga dasar teori-nya selain dengan menggabung2kan semua literatur agama ... terkait posisi-nya sebagai penganut Okultisme
jadi ... diluar sudut pandang Benjamin Creme .... bagaimana umat Buddha (in general) memahami tentang kedatangan Maitreya Budha ??
mudah2an sdr dharma bisa menjelaskan tentang yang underline ... thanks much
http://www.wihara.com/topic/36481-dari-sutra-mana-dikatakan-bahwa-maitreya-akan-menjadi-buddha-ke-5/
yang menarik buat saya adalah pada post #15
Kedatangan Beliau telah ditunggu-tunggu oleh beberapa generasi dan oleh hampir seluruh agama terkemuka didunia. Umat Kristen mengakui Beliau sebagai Jesus Kristus, serta mengharapkan kedatangan Beliau dalam waktu dekat; Umat Yahudi menunggu kedatangan Beliau sebagai Mesiah; Umat Hindu menantikan kedatangan Krishna; dan Umat Budha menunggu kedatangan Beliau sebagai Maitreya Budha; dan Umat Islam mengharapkan datang-nya Imam Mahdi atau Imam Mesiah. Walaupun terdapat bermacam ragam nama kepercayaan didunia ini namun semuanya tertuju pada individu yang satu dan sama : Guru Dunia, bernama Maitreya. Beliau lebih senang diakui hanya sebagai guru. Maitreya datang bukan sebagai Pimpinan agama dan tidak juga sebagai Penemu agama baru, namun Beliau lebih condong untuk dianggap sebagai Guru dan Penyuluh untuk setiap orang yang sudah beragama maupun yang belum.
Pada waktu menghadapi melandanya krisis politik, ekonomi dan sosial, Maitreya membangkitkan rasa kemanusiawian untuk membentuk suatu iklim kekeluargaan serta memperoleh suatu suasana peradaban yang bersumber pada pemerataan bersama di bidang ekonomi, keadilan dan bidang sosial yang lebih global. Beliau selamanya menyerukan suatu himbauan agar kita semua hendaklah selamanya berusaha bertindak demi keselamatan berjuta-juta umat manusia yang menderita kelaparan sepanjang tahun, justru di tengah-tengah dunia yang kekayaannya berlimpah-ruah. Diantara ramalan Maitreya yaitu antara lain akan terjadi sebuah pergeseran dalam prioritas sosial sehingga kecukupan pa-ngan, perumahan, papan, pendidikan dan pengobatan dijadikan sebagai hak-hak universal.
Di bawah naungan semangat Maitreya, manusiawi akan membentuk perubahan-perubahan yang dibutuhkan manusia dan akan terciptalah sebuah dunia baru yang lebih sehat dan maha adil untuk kita semua.
yang merah ini menarik buat saya ... walaupun semua ini (termasuk uraian selanjutnya) adalah kalimat Benjamin Creme >>> yang ga jelas juga dasar teori-nya selain dengan menggabung2kan semua literatur agama ... terkait posisi-nya sebagai penganut Okultisme
jadi ... diluar sudut pandang Benjamin Creme .... bagaimana umat Buddha (in general) memahami tentang kedatangan Maitreya Budha ??
mudah2an sdr dharma bisa menjelaskan tentang yang underline ... thanks much
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
@dee-nee
1. Buddha Maitreya ini sebernarnya belum datang, beliau masih berada di surga tusita dan masih menjadi seorang Bodhisattva
2. Surga tusita merupakan salah satu alam surga dengan tingkatan tertentu, ilustrasinya sbb :
Buddha Maitreya memang sangat ditunggu2 kedatangannya oleh umat buddha. Untuk itu maka diberikan penjelasan dalam LAKKHANA SUTTA mengenai ciri2 seorang Sammasambuddha
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
demikian penjelasan singkat saya semoga berkenan
1. Buddha Maitreya ini sebernarnya belum datang, beliau masih berada di surga tusita dan masih menjadi seorang Bodhisattva
2. Surga tusita merupakan salah satu alam surga dengan tingkatan tertentu, ilustrasinya sbb :
Buddha Maitreya memang sangat ditunggu2 kedatangannya oleh umat buddha. Untuk itu maka diberikan penjelasan dalam LAKKHANA SUTTA mengenai ciri2 seorang Sammasambuddha
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
demikian penjelasan singkat saya semoga berkenan
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
dharma_senapati wrote:@dee-nee
1. Buddha Maitreya ini sebernarnya belum datang, beliau masih berada di surga tusita dan masih menjadi seorang Bodhisattva
2. Surga tusita merupakan salah satu alam surga dengan tingkatan tertentu, ilustrasinya sbb :
jadi ... sesuai dengan pertanyaan saya ... (saya ulang lagi ya supaya ga bikin bingung pembaca)
1. Jadi Bodhisattva Maitreya (Buddha Maitreya) ini sebernarnya sudah datang atau akan datang ?
2. Diatas dijelaskan bahwa Buddha Maitreya sekarang masih bergelar sebagai bodhisattva (calon Buddha) dan bertempat tinggal di surga Tusita
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ... apakah ada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga .... atau memang bukan berada di bumi (dunia)
- oke clear ... jadi Buddha Maitreya memang belum datang
- tentang surga Tusita (sesuai dengan pertanyaan saya yang underline) >>> mudah2an anda bisa bedakan antara yang biru vs ungu >>> karena yang biru fokus pada KEADAAN-nya (yaitu keadaan seperti di surga ... tapi secara fisik tetap berada dalam dimensi manusia) ....
sementara yang ungu fokus pada LOKASI-nya (yaitu berada DILUAR DIMENSI manusia ... seperti alam gaib dsb)
sebelumnya saya mau info dulu : karena image yang anda tampilkan tidak terposting .... maka saya tebak2 buah manggis ajah ya ... mudah2an benar bahwa image yang anda kasih seperti ini
so back to underline ... jadi dilihat dari gambar diatas ... maka surga tusita bukan berada di alam manusia (manussa) >>> betul begitu ya ??
ini maksudnya gimana ya ?? >>> terkait pertanyaan saya yang underline (biru vs ungu)
penjelasan kenapa saya tanya yang bold ... saya sambung dalam thread lain
--------------------------------------------
dharma_senapati wrote:Buddha Maitreya memang sangat ditunggu2 kedatangannya oleh umat buddha. Untuk itu maka diberikan penjelasan dalam LAKKHANA SUTTA mengenai ciri2 seorang Sammasambuddha
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
demikian penjelasan singkat saya semoga berkenan
yang ini nyambung dengan pertanyaan saya :
hanya mau confirm aja sih >>> apakah artinya umat Buddha memang sedang menunggu seseorang .... (misalnya seperti dalam kasus samawi menunggu Messiah ... plus Islam yg juga menunggu Imam Mahdi ??)
kalau iya ... lalu apa yang terjadi bila "seseorang" ini datang ??
so confirm bahwa umat Buddha memang sedang menunggu seseorang (Buddha Maitreya) ... dan bila nyambung ke underline bold ... uraiannya ada di link
misalnya (saya ambil sebagian dari kalimat dalam link ini)
5. Dengan memiliki ini, jika ia hidup berumah-tangga ia akan menjadi raja cakkavati … penakluk bukan dengan tombak atau pedang melainkan dengan kebenaran (dhamma), ia menguasai dunia ini sampai ke batas lautan, kerajaan yang bebas dari penjahat, kuat, sejahtera, bahagia dan bebas dari bencana. Apa manfaat yang didapatnya sebagai raja? Ia tidak akan terganggu oleh kemauan jahat manusia. Bilamana ia meninggalkan kehidupan dunia (sebagai pertapa), ia akan menjadi Samma Sambuddha … Apa manfaat yang didapatnya sebagai Samma Sambuddha? Ia tidak dapat diganggu oleh: musuh atau gangguan dari dalam maupun luar, keserakahan, kebencian dan kebodohan, pertapa, brahmana, dewa, mara, brahma atau makhluk apa pun di dunia ini. Itulah manfaat-Nya sebagai Buddha. Inilah yang dinyatakan oleh Sang Bhagava.
balik ke pertanyaan >>> bila Buddha Maitreya datang maka salah satu contohnya akan terjadi yang hijau (khususnya underline)
begitu ya ??
tapi point 5 itu memang cuma contoh dari sekian banyak uraian lainnya dari link tersebut ... dan saya sambung setelah post ini
-------------------------------------------------
maka topik saya selanjutnya
A. Tentang 31 alam
B. Tentang kedatangan Buddha Maitreya
dan semua ini puanjang kalau dijelaskan bersama2 ... jadi untuk yang A (saya buatkan thread baru)
http://www.laskarislam.com/t10178-31-alam-kehidupan-dalam-agama-buddha#195510
sementara untuk B ... lanjut setelah post ini (karena masih nyambung dengan TS)
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
@dee-nee:
maaf kl pict yg diupload gak nampak, sy jg blm paham knp bisa bgt?
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ...apakahada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga.... ataumemang bukan berada di bumi (dunia)
31 alam kehidupan dicapai lwt proses kematian kecuali alam rupa-loka dan arupa-loka, sdgkan kondisi spt keadaan disurga adl kondisi batin seseorg (diluar 31 alam tsb)
maaf kl pict yg diupload gak nampak, sy jg blm paham knp bisa bgt?
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ...apakahada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga.... ataumemang bukan berada di bumi (dunia)
31 alam kehidupan dicapai lwt proses kematian kecuali alam rupa-loka dan arupa-loka, sdgkan kondisi spt keadaan disurga adl kondisi batin seseorg (diluar 31 alam tsb)
Terakhir diubah oleh dharma_senapati tanggal Tue Aug 23, 2016 9:28 am, total 1 kali diubah
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
dharma_senapati wrote:@dee-nee:
maaf kl pict yg diupload gak nampak, sy jg blm paham knp bisa bgt?
Kesalahan ada pada link gambar yg anda postkan, link gambar harus merupakan link gambar murni.
Tetapi post Anda diatas sudah saya edit untuk link gambar yg benar.
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
@dharma
sebenarnya di agama Budha itu ada Tuhan atau tidak ya?
sebenarnya di agama Budha itu ada Tuhan atau tidak ya?
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
@njlajahweb:
waaah koq jd oot ke tuhan sih?
tp okelah akan sy coba jwb. tuhan yg bgmn nih?
masalahnya dlm agama buddha gak mengenal konsep tuhan personal (berkondisi).
sblm sy menjelaskan ttg tuhan, bisakah @njlajahweb jelaskan rasanya nasi?
waaah koq jd oot ke tuhan sih?
tp okelah akan sy coba jwb. tuhan yg bgmn nih?
masalahnya dlm agama buddha gak mengenal konsep tuhan personal (berkondisi).
sblm sy menjelaskan ttg tuhan, bisakah @njlajahweb jelaskan rasanya nasi?
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
@dharma...
yah...
anggap saja saya orang yang paling oot sedunia
tapi apakah saya salah jika saya mengatakan bahwa rasa nasi itu manis kan kenyataanya seperti itu
yah...
anggap saja saya orang yang paling oot sedunia
tapi apakah saya salah jika saya mengatakan bahwa rasa nasi itu manis kan kenyataanya seperti itu
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
sekilas info...
kalau menurut saya, hati Budha adalah hati yang bisa merasakan bahwa cambuk TUHAN itu lebih indah dari kasih TUHAN, sekalipun orang tersebut sedang benar dihadapan-NYA. dan hati orang tersebut tidak mau menyalahkan TUHAN. karena hati orang tersebut telah manunggal dengan Hati TUHAN.
kalau menurut saya, hati Budha adalah hati yang bisa merasakan bahwa cambuk TUHAN itu lebih indah dari kasih TUHAN, sekalipun orang tersebut sedang benar dihadapan-NYA. dan hati orang tersebut tidak mau menyalahkan TUHAN. karena hati orang tersebut telah manunggal dengan Hati TUHAN.
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
jika seseorg telah mencapai ke-buddha-an, dia gak melekat lg hati / perasaannya dgn yg sifatnya duniawi, apalg dgn hati tuhan.
tuhan yg berkondisi spt itu menurut sy pribadi adl sosok mahadewa yg msh memiliki keinginan, yg mana keinginan adl sifat ketidakkekalan.
utk rasa nasi, pendpt km kurang tepat krn msh ada gula,madu,tebu,buah2an dll yg rasanya manis.
ayo donk jelaskan dgn tepat ttg rasa nasi tsb?
tuhan yg berkondisi spt itu menurut sy pribadi adl sosok mahadewa yg msh memiliki keinginan, yg mana keinginan adl sifat ketidakkekalan.
utk rasa nasi, pendpt km kurang tepat krn msh ada gula,madu,tebu,buah2an dll yg rasanya manis.
ayo donk jelaskan dgn tepat ttg rasa nasi tsb?
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
dharma_senapati wrote:@dee-nee:
maaf kl pict yg diupload gak nampak, sy jg blm paham knp bisa bgt?
>>> surga Tusita itu maksudnya gimana ya ?? ...apakahada di bumi tapi dalam keadaan seperti di surga.... ataumemang bukan berada di bumi (dunia)
31 alam kehidupan dicapai lwt proses kematian, sdgkan kondisi spt keadaan disurga adl kondisi batin seseorg (diluar 31 alam tsb)
coba disambung ke thread ini dulu ...
http://www.laskarislam.com/t10178-31-alam-kehidupan-dalam-agama-buddha#195510
supaya ga numpuk2 ... dan tumpang tindih ...
topik di TS ini kan tentang kedatangan Buddha Maitreya ... kalau link atas tentang 31 kehidupan (termasuk surga Tusita)
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
kembali ke topik utama, untuk menjadi seorang sammasambuddha hrs memenuhi kriteria "ciri2 manusia agung". referensi sbb :
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
jika ada manusia yg memiliki ciri2 tsb, maka dia layak disebut sbg sammasambuddha.
buddha maitreya pun pasti memiliki ciri2 tsb
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
jika ada manusia yg memiliki ciri2 tsb, maka dia layak disebut sbg sammasambuddha.
buddha maitreya pun pasti memiliki ciri2 tsb
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
dharma_senapati wrote:kembali ke topik utama, untuk menjadi seorang sammasambuddha hrs memenuhi kriteria "ciri2 manusia agung". referensi sbb :
http://samaggi-phala.or.id/tipitaka/lakkhana-sutta/
jika ada manusia yg memiliki ciri2 tsb, maka dia layak disebut sbg sammasambuddha.
buddha maitreya pun pasti memiliki ciri2 tsb
link-nya panjang banget sih ... bingung juga mengambil kesimpulan-nya ....
tapi intinya .... ciri2 manusia agung adalah :
Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.
Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
Tumit yang bagus (ayatapanhi).
Jari-jari panjang (digha-anguli)
Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).
Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).
Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).
Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavattha-guyho).
Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno)
Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit
Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).
Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).
Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).
Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).
Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).
Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).
Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).
Gigi-geligi rata (sama-danto).
Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).
Gigi putih bersih (susukka-datho).
Lidah panjang (pahuta-jivha).
Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.
Mata biru (abhinila netto).
Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).
Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
Kepala bagaikan berserban (unhisasiso).
jumlahnya 32 ... atau ada tambahan lagi ya kira2
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
yg tercantum pd sutta pitaka tsb demikian adanya
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
mungkin, bisa jadi Budha Matreya itu ciri fisiknya biasa saja, tapi Ciri-Ciri Budha Matreya yang seperti diatas, hanya bisa dilihat dengan penglihatan dari orang-orang khusus yang dikaruniai saja (seperti orang-orang indigo misalnya)
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Re: Budha Maitreya bagi segala bangsa
itu ciri2 fisik scr umum, gak perlu org yg mempunyai kemampuan khusus utk melihatnya
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Ajaran Maitreya, Kesesatan Manipulasi Kristen
» Tamparan keras bagi kaum Budha
» Para Biksu Budha Buat RUU Pelarangan Pernikahan Budha dan Muslim
» Dampak Demokrasi, Maka Umat Terpecah, Kecil, Lemah, Berkelompok dan Rapuh
» Bolehkah meyakini Bangsa Israel lebih tinggi dibanding bangsa lain? Bolehkah meyakini sudra adalah manusia dengan kasta terendah
» Tamparan keras bagi kaum Budha
» Para Biksu Budha Buat RUU Pelarangan Pernikahan Budha dan Muslim
» Dampak Demokrasi, Maka Umat Terpecah, Kecil, Lemah, Berkelompok dan Rapuh
» Bolehkah meyakini Bangsa Israel lebih tinggi dibanding bangsa lain? Bolehkah meyakini sudra adalah manusia dengan kasta terendah
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik