CACAT RUKUN ISLAM: Hukum Tuhan Yang Tidak Bisa Berdimensi Universal

First topic message reminder :

Bagaimana menjalankan puasa jika anda tinggal di wilayah dimana matahari-nya "tidak pernah terbit ataupun tenggelam"? Bagaimana hukum mengenai berpuasa seharusnya diberlakukan di wilayah seperti ini?

Menjalankan Ramadan Dimana Matahari Tidak Muncul Bagaimana anda menjalankan puasa selama bulan ‘suci’ Ramadan di wilayah dimana mataharinya tidak terbit maupun terbenam? Ini adalah sebuah pertanyaan kecil yang harus dihadapi oleh sejumlah kecil orang-orang Muslim, yang tinggal di wilayah Artik.

di ayat ttg tidak dibebaninya manusia mlebihi kemampuannya tadi,kok masih nanya...

kl manusia gak mampu menentukan wkt sholat krn gak bs lihat matahari dll,mk boleh pakai patokan waktu yg normal standarnya, spt kl manusia gak tahu arah kiblat, boleh hadap mana saja, ibadahnya tetap diterima Allah.

Mana Neng !??

cari di Quran sana, sdh ada keywordnya kok masih nanya

ntar kl gw sempet gw posting

cari di Quran sana, sdh ada keywordnya kok masih nanya

ntar kl gw sempet gw posting

Mana Neng !?
ternyata klaim muslimin-mah jagonya ngafal alqoran CUMAN OMONG KOSONG DOANK !!!

childs north wrote:maka KAPASITAS Alloh SWT perlu dipertanyakan menurunkan aturan yang TIDAK BISA berdimensi universal sebelum menilai KAPASITAS manusia yang universal

mana tidak berdimensi universalnya, kalau pada kenyataannya, aturan2 yang diturunkan Allah itu termasuk juga : http://www.laskarislam.com/t5404-boleh-non-islam-maupun-islam-dari-golongan-yang-belum-tentu-benar-sepanjang-tidak-membohongi-diri-sendiri (QS. 2:286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya)

childs north wrote:Gue tidak mau disibukkan dgn aturan agama tetanggamu SLIM !!!, tapi gue lagi pertanyakan Ilah fiktifmu

semua pertanyaan akan dijawab kecuali pertanyaan muna, karena menyibukkan diri menjawab pertanyaan muna itu tidak ada gunanya!

ini lho SLIM !!!

childs north wrote:

Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya)”. ( Q.S. Al-Isra’ : 78 )

MANA PENGECUALIANNYA buat ummat yang suka dibodohi di Kutub U & S ?

pengecualiannya ada di QS. 2:286 & QS. 17:84!

lha itu udah di QS. 2:286, QS. 17:84, & QS. 45:20!

TIDAK ADA, yang ada hanya model islami logika tawaf (muter2)

Ada kafir yang ikut thoaf....

Dengkulmu g lurus sehingga menyangka otak yang sehat malah salah.

Dalilnya sudah ada dhalaman 1 kok

قلنا: يا رسول الله، هذا اليوم كسنة أتكفينا فيه صلاة يوم وليلة؟ قال: "لا، اقْدُرُوا له قَدْرَه). أخرجه مسلم وأبو داود

Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)". [HR. Muslim dan Abu Daud]

http://ad-dai.blogspot.com/2010/04/shalat-di-kutrub.html

D. Kesimpulan
Bagi dearah yang abnormal dan ekstrim (seperti di kutub dimana siang dan malam masing-masing terjadi selama 6 bulan) maka dalam melaksanakan kewajiban shalat 5 waktu dan juga puasa dapat diperincikan sebagai berikut:
1. Hukum kawasan I (45-48 derajat LU-LS) Dalam menentukan waktu shalat hendaknya penduduk di daerah menyesuaikan dengan waktu-waktu yang disyariatkan (mengikuti peredaran matahari), begitu pula dengan waktu berpuasa dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Dan barang siapa yang tidak mampu menyelesaikan ibadah puasanya karena terlalu panjang waktu siangnya, maka boleh berbuka dan menggantinya pada waktu yang lain.
2. Hukum kawasan II (48-66 derajat LU-LS ) Waktu shalat isya dan fajar adalah dianalogikan dengan waktu terdekat, dan مجلس المجمع mengusulkan agar disamakan dengan waktu pada daerah 45 derajat. Misalnya jika waktu isya dimulai setelah 1/3 malam pada daerah 45 derajat, maka waktu isya dalam kawasan kedua ini juga dimulai setelah 1/3 malam. Begitu juga dalam menentukan waktu fajar.
3. Hukum kawasan III (66-up derajat LU-LS) Penentuan waktu shalat dikira-kirakan dengan waktu pada kawasan I (45 derajat). Sederhananya bisa dikira-kira berapa jam jarak antara Shubuh – Dhuhur - Ashar - Maghrib – Isya’.
Sedangkan pendapat lainnya penentuan waktu shalat didasarkan pada daerah terdekat atau disesuaikan dengan Makkah dan Madinah (Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq)

trims SLIM, ternyata masih ada umat muslim yang lebih JUJUR & GEDE otaknya
Nah ...berarti TIDAK SALAH tulisan seperti ini

childs north wrote:

......
Nah ini ANEHNYA :

Karena kebingunan, organisasi muslim menciptakan jadwal sholat di Kutub. TAPI menurut kedudukan matahari yg masih WAJAR siang dan malamnya. alias masih kurang lebih 12 jam siang 12 jam malam sepanjang tahun, yaitu 18° dibawah horizon. untuk subuh dan 17° dibawah horizon untuk isha.

inilah salah satu contoh bentuk PEMAKSAAN AGAMA terhadap ilmu pengetahuan ?

Yang bingung bukan Muslim, tapi justru kafir karena tidak menemukan celah yang cukup untuk bahan hinaan.

Dalil hadits ada, fatwa ulama ada, tinggal muslim setempat menentukan/menghitung berdasar posisi masing2.

nah itu sudah ada ayatnya, tak perlu semuaaa hal itu dirinci di quran,bisa setebal berapa kilometer tuh kitab kalau semua dimasukkan harus dirinci satu-satu, intinya sudaah jelas...terkait dg keterbatasan kondisi dan kemampuan manusia maka bisa mendapat pengecualian.

Dunia ini penuh ketidaksempurnaan dan ketifakpastian, Allah sangat tahu ini, itulah kenapa diperbolehkan adanya pengecualian pada kondisi ttt,atau situasi darurat ttt

Justru karena Allah tahu betul kondisinya makanya dikasihlah keringanan-keringanan dan pengecualian-pengecualian spt itu.
karena kondisi tiap manusia dari waktu ke waktu itu gak selalu sama.
spt ketika tersesat di hutan,atau dalam kegelapan sehingga sulit tahu arah,maka dikasihlah keringanan,tak usah hadap kiblat boleh,bebas hadap mana saja sholatnya.
juga kalau sholatnya ketika sedang di dalam kabah,bebas mau hadap mana saja.
bagi astronot yg diluar angkasa,juga boleh hadap mana saja,waktu sholatnya mengikuti kebiasaannya ketika di bumi,atau boleh ikuti jadwal di kota terdekat dengan titik posisinya di atas.
puasa juga kalau sedang sakit,boleh gak puasa cukup bayar fidyah saja.
kewajiban berhaji juga akan gugur,jika memang tidak mampu (ketidakmampuan ini meliputi ketidakadaannya dana, atau tidak adanya mahram yg menemani,tidak tersedianya kuota haji,dll)
beda lah dg tuhannya kafir,yang scr kaku melarang cerai kecuali cerai mati,lelaki normal kawin,tuhan palsumu itu tak paham ttg kodrat manusia,karena memang yesus itu bukan pencipta manusia,cuma manusia saja.
Kafir sering heboh sendiri,lah Allah saja menerima ibadah nya kok kafir yg heboh sendiri.

Emang yang Universal menurut kamu itu kayak apa...?
Yang hanya percaya tok, terus diampuni dosanya gitu....?

Mau dapet hasil tanpa usaha "NGIMPIIIII....."