Curahan Hati
Halaman 1 dari 1 • Share
Curahan Hati
Yth. Pembaca :
Ass. Wr.wb, ....saya minta saran dan masukan dari para pembaca yang budiman. Saya seorang wanita yang sudah berumah tangga selama 20 tahun, di tahun ke 20 tahun usia pernikahan kami, saya minta cerai kepada suami saya, dengan alasan ketidak cocokan di antara kami, tetapi suami saya tidak pernah mau menceraikan saya. Perlu diketahui bahwa pernikahan saya dengan suami melalui proses perjodohan, pihak sayalah yang mendesak kepada pihak suami untuk segera meresmikan pernikahan itu, jujur saya sebenarnya tidak suka, tetapi karena desakan orang tua dan faktor usia saya yg sudah cukup, membuat saya menerima perjodohan tersebut. Seiring perjalanan waktu saya baru tahu kalau mertua perempuan saya sebenarnya tidak merestui perjodohan itu (proses perkenalan dan perjodohan dilakukan oleh adik mertua perempuan), hal ini terlihat dari ucapan beliau yang menyakitkan sekali, yaitu : "kan kamu yang ngejar-ngejar anakku", duh..... Gusti....., sambil menggendong anakku yang masih merah hatiku remuk terucap dalam hatiku : "Ya Allah......, betapa menghinanya mertuaku, apa aku terlalu jelek, dan tidak pantas mendapatkan suamiku, Ya Allah...., tolonglah HambaMu....tunjukan KebesaranMU. Belum lagi perlakuan lyang tidak mengenakan dari keluarga suamiku. Walaupun saya diperlukan seperti itu saya berusaha untuk mencintai suami saya, suami saya terkenal pendiam dan tertutup, sehingga segala sesuatunya saya tidak pernah tahu, termasuk kondisi dan kebiasaan di keluarga suami saya. Awal pernikahan saya kaget, karena suami saya tidak memberi uang belanja, kemudian saya bertanya sama orang tua saya, kok suami saya tidak pernah memberi seluruh gajinya sama saya, orangtua bilang, minta saja, saya tidak berani minta gaji suami saya. Saya tinggal di kos2 an, semua kebutuhan sandang, pangan dari saya semuanya, hingga akhernya saya memiliki seorang anak pertama, dengan lahirnya anak pertama kami, kami pindah menempati salah satu rumah mertua tanpa membayar. Dengan kehadiran anak pertama saya, otomatis kebutuhan meningkat, waktu itu gaji PNS sangat kecil, sehingga saya meminta uang suami saya untuk membeli susu, setiap kali saya meminta uang untuk keperluan rumah tangga, suami saya selalu berbelanja menggunakan kartu kridit hal ini berlangsung hingga bertahun tahun, dan setiap bulan ketika saya meminta uang gaji untuk keperluan rumah tangga, jawaban suami saya selalu bilang "gaji sudah habis untuk banyak kridit cart", dan tragisnya cicilan kartu kridit selalu kurang, karena gaji suami saya kecil, dan selalu minta saya untuk menutupi cicilan kartu kriditnya. Intinya apa yang suami saya berikan kepada saya adalah dengan menggunakan kartu kredit.Hal ini berlangsung hingga anak kami yang ke 3. Pertengkaran-pertengkaran tiap hari selalu terjadi, karena saya berusaha bekerja di 2 tempat, pagi jadi PNS, sore hingga malam saya bekerja di swasta, semuanya itu saya lakukan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara suamiku diam saja tanpa ada usaha lainnya.
oh yah selama saya berkeluarga, saya sering kali minta cerai sama suami, hal ini karena suami saya tidak/kurang berkomunikasi dengan saya maupun anak-anak, anak-anak tertekan karena suami saya termasuk ringan tangan dalam mendidik anak-anak. Cara mendidik anak-anak yang menumbuhkan kebencian pada anak saya yang pertama. Selama berumah tangga banyak sekali cobaan yang saya alami, anak ke 2 saya terkena radang otak, pernah lumpuh dan tidak bisa jalan, saya motang manting cari uang untuk biaya pengobatan anak saya, karena askes terbatas, sehingga akhernya anak ke 2 saya sembuh, walaupun fisiknya lemah, gampang sakit, sampai sekarang.
Puncak Peristiwa yang paling memilukan saya dalam berkeluarga pada tahun 2008, saya ungkap semuanya, kesabaranku sudah habis, selama ini peran suami sebagai kepala rumah tangga tidak ada, saya harus memenuhi kebutuhan rumah tangga, harus membayar kartu kredit yang lebih dari 5, dan saya beserta anak-anak merasa tidak nyaman dengan sikap suami saya. Saya buka semua uneg-uneg dari hati saya, bahwa perkawinan yang saya lakukan karena terpaksa, saya beberkan ketidak sukaan sikap.perangai suami selama ini, dengan maksud agar suami merubah dan memperbaikinya, ketidak sukaan sikap keluarga suami juga saya ungkap, akhernya dengan menangis, suami saya minta maaf akan merubahy sikap yang tidak disukai anak 2 dan saya.
Hingga pada suatu hari saya diberi kesempatan pindah instansi pemerintah yang lebih bagus, kepindahan saya berkat bantuan dari saudara jauh suami saya, dengan kepindahan saya ke instansi pemerintah yang baru, rejeki saya meningkat, seiring dengan usaha sampingan saya yang menghasilkan rejeki yang cukup besar, sehingga saya keluar bekerja di swasta, tetapi menggeluti usaha di rumah. Seiring itu pula karir saya di PNS juga meningkat, saya dipercayai memegang Kepala Subagian. Akhernya dengan perubahan rejeki saya, saya dapat mengambil rumah (DP rumah dari orang tua saya).
Seiring dengan waktu, ternyata suami saya tidak berubah tabiatnya, yang suka membanding-bandingkan sesuatu apabila memarahi anak-anak, pemalas, tidak ada bantuannya dalam mengurus rumah tangga (saat 2 pembantu tidak ada), tidak bisa kerja sama dengan baik dengan saya maupun anak-anak, tidak pernah memberi contoh yang baik dengan anak-anak, tidak bisa menjadi iman yang baik bagi istri dan anak-anaknya, hal ini membuat anak-anak dan saya tertekan banget. Terlebih setelah suami saya keluar dari pekerjaannya, semakin menjadi jadi pemalasnya , kerjanya marah-marah ke anak, tidur, nonton tv, sebagai seorang istri saya tidak mempermasalahkan suami dapat penghasilan atau tidak, karena toh selama ini semua dari saya, yang membuat tekanan batin luar biasa adalah perangai dia yang acuh banget terhadap istri dan anak-anaknya, jarang berkomunikasi tidak perhatian dengan istri dan anak-anak. Saya sudah bersabar bertahun tahun, disia-siakan suami, tidak di hargai sama keluarga suami, menutupi kondisi rumah tangga saya di depan orgtua maupun mertua, bertahun-tahun saya berdoa, tahajut memohon petunjuk dari Allah saya harus bagaimana ?, Yang diharapkan keluarga yang sakinah mawadah warohma...., tetapi nyatanya tidak. Hingga akhernya timbul kemantapan dari diri saya untuk memutuskan dengan tegas saya "minta diceraikan", keputusan ini perlu waktu bertahun-tahun, saya musyawaroh dengan keluarga besar saya, pertimbangan anak-anak, begitu anak-anak mengizinkan untuk cerai, saya minta bantuan bapak saya (ibu saya sudah meninggal, beliau yang menjodohkan saya), Bapak saya datang ke besan (mertua saya), untuk meminta talak dari anaknya, dengan pertimbangan keluarga saya tidak bahagia, tapi apa yang terjadi keluarga suami maupun suami saya tidak mau memberi talak satau kepada saya, dengan alasan dari suami bahwa kenapa baru sekarang, padahal waktu anak-anak masih kecil 2, saya sudah meminta, tapi suami saya tidak mau.
Pembaca yang budiman, demikian singkat curahan hati saya, yang saya tanyakan, sbb:
1. Apakah status saya sudah bisa di sebut janda, mengingat sudah lama saya tidak diberi nafkah lahir dan batin (untuk nafkah lahir sudah bertahun-tahun, untuk nafkah batin sudah 5 bulan ini saya tidak berhubungan lagi dengan suami) ? mohon saran dan masukannya.
2. Sebagai PNS tentunya agak susah kalau dari pihak saya yang mengajukan gugatan cerai (saya sudah mengajukan ke kantor saya), tetapi kantor tidak berani memproses mengingat aturannya yang berbelit-belit, lebih menyarankan pihak suamilah yang mengajukan cerai ke Pengadilan Agama, apa yang harus saya lakukan ?
3. Bagaimana dengan status saya sekarang ini, karena suami tidak mau cerai, tetapi masih satu rumah, sudah pisah ranjang, dan tidak berkomunikasi ?
4. Apakah materi yang saya miliki (mobil, rumah), harus dibagi (gono gini), mengingat semuanya dari hasil saya ?
Walaam..........
tomjeri 611
Ass. Wr.wb, ....saya minta saran dan masukan dari para pembaca yang budiman. Saya seorang wanita yang sudah berumah tangga selama 20 tahun, di tahun ke 20 tahun usia pernikahan kami, saya minta cerai kepada suami saya, dengan alasan ketidak cocokan di antara kami, tetapi suami saya tidak pernah mau menceraikan saya. Perlu diketahui bahwa pernikahan saya dengan suami melalui proses perjodohan, pihak sayalah yang mendesak kepada pihak suami untuk segera meresmikan pernikahan itu, jujur saya sebenarnya tidak suka, tetapi karena desakan orang tua dan faktor usia saya yg sudah cukup, membuat saya menerima perjodohan tersebut. Seiring perjalanan waktu saya baru tahu kalau mertua perempuan saya sebenarnya tidak merestui perjodohan itu (proses perkenalan dan perjodohan dilakukan oleh adik mertua perempuan), hal ini terlihat dari ucapan beliau yang menyakitkan sekali, yaitu : "kan kamu yang ngejar-ngejar anakku", duh..... Gusti....., sambil menggendong anakku yang masih merah hatiku remuk terucap dalam hatiku : "Ya Allah......, betapa menghinanya mertuaku, apa aku terlalu jelek, dan tidak pantas mendapatkan suamiku, Ya Allah...., tolonglah HambaMu....tunjukan KebesaranMU. Belum lagi perlakuan lyang tidak mengenakan dari keluarga suamiku. Walaupun saya diperlukan seperti itu saya berusaha untuk mencintai suami saya, suami saya terkenal pendiam dan tertutup, sehingga segala sesuatunya saya tidak pernah tahu, termasuk kondisi dan kebiasaan di keluarga suami saya. Awal pernikahan saya kaget, karena suami saya tidak memberi uang belanja, kemudian saya bertanya sama orang tua saya, kok suami saya tidak pernah memberi seluruh gajinya sama saya, orangtua bilang, minta saja, saya tidak berani minta gaji suami saya. Saya tinggal di kos2 an, semua kebutuhan sandang, pangan dari saya semuanya, hingga akhernya saya memiliki seorang anak pertama, dengan lahirnya anak pertama kami, kami pindah menempati salah satu rumah mertua tanpa membayar. Dengan kehadiran anak pertama saya, otomatis kebutuhan meningkat, waktu itu gaji PNS sangat kecil, sehingga saya meminta uang suami saya untuk membeli susu, setiap kali saya meminta uang untuk keperluan rumah tangga, suami saya selalu berbelanja menggunakan kartu kridit hal ini berlangsung hingga bertahun tahun, dan setiap bulan ketika saya meminta uang gaji untuk keperluan rumah tangga, jawaban suami saya selalu bilang "gaji sudah habis untuk banyak kridit cart", dan tragisnya cicilan kartu kridit selalu kurang, karena gaji suami saya kecil, dan selalu minta saya untuk menutupi cicilan kartu kriditnya. Intinya apa yang suami saya berikan kepada saya adalah dengan menggunakan kartu kredit.Hal ini berlangsung hingga anak kami yang ke 3. Pertengkaran-pertengkaran tiap hari selalu terjadi, karena saya berusaha bekerja di 2 tempat, pagi jadi PNS, sore hingga malam saya bekerja di swasta, semuanya itu saya lakukan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara suamiku diam saja tanpa ada usaha lainnya.
oh yah selama saya berkeluarga, saya sering kali minta cerai sama suami, hal ini karena suami saya tidak/kurang berkomunikasi dengan saya maupun anak-anak, anak-anak tertekan karena suami saya termasuk ringan tangan dalam mendidik anak-anak. Cara mendidik anak-anak yang menumbuhkan kebencian pada anak saya yang pertama. Selama berumah tangga banyak sekali cobaan yang saya alami, anak ke 2 saya terkena radang otak, pernah lumpuh dan tidak bisa jalan, saya motang manting cari uang untuk biaya pengobatan anak saya, karena askes terbatas, sehingga akhernya anak ke 2 saya sembuh, walaupun fisiknya lemah, gampang sakit, sampai sekarang.
Puncak Peristiwa yang paling memilukan saya dalam berkeluarga pada tahun 2008, saya ungkap semuanya, kesabaranku sudah habis, selama ini peran suami sebagai kepala rumah tangga tidak ada, saya harus memenuhi kebutuhan rumah tangga, harus membayar kartu kredit yang lebih dari 5, dan saya beserta anak-anak merasa tidak nyaman dengan sikap suami saya. Saya buka semua uneg-uneg dari hati saya, bahwa perkawinan yang saya lakukan karena terpaksa, saya beberkan ketidak sukaan sikap.perangai suami selama ini, dengan maksud agar suami merubah dan memperbaikinya, ketidak sukaan sikap keluarga suami juga saya ungkap, akhernya dengan menangis, suami saya minta maaf akan merubahy sikap yang tidak disukai anak 2 dan saya.
Hingga pada suatu hari saya diberi kesempatan pindah instansi pemerintah yang lebih bagus, kepindahan saya berkat bantuan dari saudara jauh suami saya, dengan kepindahan saya ke instansi pemerintah yang baru, rejeki saya meningkat, seiring dengan usaha sampingan saya yang menghasilkan rejeki yang cukup besar, sehingga saya keluar bekerja di swasta, tetapi menggeluti usaha di rumah. Seiring itu pula karir saya di PNS juga meningkat, saya dipercayai memegang Kepala Subagian. Akhernya dengan perubahan rejeki saya, saya dapat mengambil rumah (DP rumah dari orang tua saya).
Seiring dengan waktu, ternyata suami saya tidak berubah tabiatnya, yang suka membanding-bandingkan sesuatu apabila memarahi anak-anak, pemalas, tidak ada bantuannya dalam mengurus rumah tangga (saat 2 pembantu tidak ada), tidak bisa kerja sama dengan baik dengan saya maupun anak-anak, tidak pernah memberi contoh yang baik dengan anak-anak, tidak bisa menjadi iman yang baik bagi istri dan anak-anaknya, hal ini membuat anak-anak dan saya tertekan banget. Terlebih setelah suami saya keluar dari pekerjaannya, semakin menjadi jadi pemalasnya , kerjanya marah-marah ke anak, tidur, nonton tv, sebagai seorang istri saya tidak mempermasalahkan suami dapat penghasilan atau tidak, karena toh selama ini semua dari saya, yang membuat tekanan batin luar biasa adalah perangai dia yang acuh banget terhadap istri dan anak-anaknya, jarang berkomunikasi tidak perhatian dengan istri dan anak-anak. Saya sudah bersabar bertahun tahun, disia-siakan suami, tidak di hargai sama keluarga suami, menutupi kondisi rumah tangga saya di depan orgtua maupun mertua, bertahun-tahun saya berdoa, tahajut memohon petunjuk dari Allah saya harus bagaimana ?, Yang diharapkan keluarga yang sakinah mawadah warohma...., tetapi nyatanya tidak. Hingga akhernya timbul kemantapan dari diri saya untuk memutuskan dengan tegas saya "minta diceraikan", keputusan ini perlu waktu bertahun-tahun, saya musyawaroh dengan keluarga besar saya, pertimbangan anak-anak, begitu anak-anak mengizinkan untuk cerai, saya minta bantuan bapak saya (ibu saya sudah meninggal, beliau yang menjodohkan saya), Bapak saya datang ke besan (mertua saya), untuk meminta talak dari anaknya, dengan pertimbangan keluarga saya tidak bahagia, tapi apa yang terjadi keluarga suami maupun suami saya tidak mau memberi talak satau kepada saya, dengan alasan dari suami bahwa kenapa baru sekarang, padahal waktu anak-anak masih kecil 2, saya sudah meminta, tapi suami saya tidak mau.
Pembaca yang budiman, demikian singkat curahan hati saya, yang saya tanyakan, sbb:
1. Apakah status saya sudah bisa di sebut janda, mengingat sudah lama saya tidak diberi nafkah lahir dan batin (untuk nafkah lahir sudah bertahun-tahun, untuk nafkah batin sudah 5 bulan ini saya tidak berhubungan lagi dengan suami) ? mohon saran dan masukannya.
2. Sebagai PNS tentunya agak susah kalau dari pihak saya yang mengajukan gugatan cerai (saya sudah mengajukan ke kantor saya), tetapi kantor tidak berani memproses mengingat aturannya yang berbelit-belit, lebih menyarankan pihak suamilah yang mengajukan cerai ke Pengadilan Agama, apa yang harus saya lakukan ?
3. Bagaimana dengan status saya sekarang ini, karena suami tidak mau cerai, tetapi masih satu rumah, sudah pisah ranjang, dan tidak berkomunikasi ?
4. Apakah materi yang saya miliki (mobil, rumah), harus dibagi (gono gini), mengingat semuanya dari hasil saya ?
Walaam..........
tomjeri 611
tomjeri- REGISTERED MEMBER
-
Age : 58
Posts : 1
Kepercayaan : Islam
Location : Bekasi
Join date : 15.03.15
Reputation : 0
Re: Curahan Hati
mungkin ada baiknya jika anda menanyakan kepada mamadede,
entah lewat email atau whatsup atau mediasosial lainya ataupun dengan cara yang lain.
atau langsung datang kerumahnya, alamatnya ada disini[kalau anda belum tahu]
https://www.viva.co.id/siapa/read/120-dedeh-rosidah
=======================
tapi anda juga bisa menghubungi lewat ini :
https://www.facebook.com/mamahdedehdanaa/posts/untuk-curhat-langsung-ke-mamah-dedeh-dapat-langsung-menghubungi-kontak-dibawah-i/1625842230963175/
=======================
Atau bila perlu, anda undang mamadede kerumah anda atau anda bertemu langsung ditempat lain secara empat mata, jadi anda bisa lebih leluasa untuk menceritakan secara detailnya, sehingga bisa lebih memudahkan mamadede untuk mencarikan solusinya.
entah lewat email atau whatsup atau mediasosial lainya ataupun dengan cara yang lain.
atau langsung datang kerumahnya, alamatnya ada disini[kalau anda belum tahu]
https://www.viva.co.id/siapa/read/120-dedeh-rosidah
=======================
tapi anda juga bisa menghubungi lewat ini :
https://www.facebook.com/mamahdedehdanaa/posts/untuk-curhat-langsung-ke-mamah-dedeh-dapat-langsung-menghubungi-kontak-dibawah-i/1625842230963175/
=======================
Atau bila perlu, anda undang mamadede kerumah anda atau anda bertemu langsung ditempat lain secara empat mata, jadi anda bisa lebih leluasa untuk menceritakan secara detailnya, sehingga bisa lebih memudahkan mamadede untuk mencarikan solusinya.
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Similar topics
» PDT. JESSE LANTANG ~ HATI-HATI : 'BAHAYA ILAH ZAMAN' ~ KHOTBAH KRISTEN
» HATI HATI !!! Modus Baru Kejahatan Di Sekitar Kita
» jilbab hati dan sunat hati bukan ajaran islam
» Hati-hati Biskuit Mengandung Babi di Minimarket!
» Hati Hati Teledor Ev Yusak Cipto
» HATI HATI !!! Modus Baru Kejahatan Di Sekitar Kita
» jilbab hati dan sunat hati bukan ajaran islam
» Hati-hati Biskuit Mengandung Babi di Minimarket!
» Hati Hati Teledor Ev Yusak Cipto
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik