FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Tayangan Stasiun TV kita Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Tayangan Stasiun TV kita Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Tayangan Stasiun TV kita

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Tayangan Stasiun TV kita Empty Tayangan Stasiun TV kita

Post by keroncong Sun Dec 18, 2011 3:15 pm

SEKITAR 15-20 tahun yang
lalu (dihitung dari tahun 2000) kita mungkin tak dapat membayangkan bahwa suatu
saat negeri ini akan dihiasi oleh berbagai stasiun televisi swasta.
Pertelevisian nasional didominasi oleh stasiun televisi pemerintah yaitu TVRI,
yang bernaung di bawah Departemen Penerangan. Program-programnya, tidaklah
mengherankan, berisi hal-hal yang sesuai dengan selera pemerintah. Dalam suasana
pemerintah Orde Baru yang kurang atau mungkin bahkan tidak demokratis, praktis
rakyat tidak memiliki banyak pilihan menonton acara televisi yang sesuai dengan
seleranya. Hanya segelintir masyarakat yang dapat menikmati tayangan alternatif
(televisi asing) melalui parabola, mengingat untuk memilikinya relatif
mahal.

Program-program TVRI periode Orde Baru mungkin juga dapat
disaksikan pada negara-negara yang memiliki pemerintahan yang relatif otoriter:
cenderung monoton. Mungkin begitulah ciri pertelevisian nasional di
negara-negara yang tidak demokratis.

Sekitar tahun 1989 kita mengenal
televisi swasta pertama yaitu RCTI, stasiun televisi swasta yang dikenal luas
dimiliki oleh anggota Keluarga Cendana. Demikian pula sekitar tahun 1990, muncul
SCTV, tahun 1991 muncul TPI dan terus bermunculan Indosiar dan ANTV. Kehadiran
mereka sedikit banyak menyajikan tayangan alternatif yang sesuai dengan selera
masyarakat. Namun pembatasan mengenai apa yang boleh dan yang tak boleh
ditayangkan masih terasa. Program diskusi yang mengkritisi berbagai kebijakan
pemerintah masih sangat kurang –untuk tidak mengatakan tidak
ada.

Revolusi 1998 yang melengserkan simbol Orde Baru yaitu Soeharto
(lahir tahun 1921) dari jabatannya sebagai Presiden kedua Republik Indonesia,
mengubah banyak hal. Berbagai hal-hal yang sekian lama dinilai tabu dibahas pada
periode kekuasaannya begitu cepat diungkap atau disebar luas, semisal berbagai
praktek pelanggaran HAM dan praktek KKN. Gairah masyarakat untuk lebih
berpartisipasi menentukan nasib bangsa dan negara –yang tentu terkait dengan
nasib mereka sendiri– seakan mendapat “angin surga”. Para pejabat dan aparat
–baik sipil dan militer– yang sekian lama cenderung dinilai sewenang-wenang
sempat terpojok dan menjadi obyek sikap kritis masyarakat, terutama
LSM.

Angin surga kebebasan tersebut merambah pula ke dalam dunia
pertelevisian kita. Program-program yang disajikan lebih bervariasi dan
“berani”. Beberapa stasiun televisi baru muncul.

Namun perkara berani
atau bervariasi agaknya makin lama makin melampaui batas, kian jauh dan
menyimpang dari ukuran yang patut. Penulis menilai bahwa betapapun variatifnya
acara televisi, program-program yang disajikan agaknya dapat dibagi dalam
beberapa kelompok semisal telenovela, film India, sinetron, musik dangdut dan
tayangan misteri. Acara-acara demikian nyaris ada pada setiap stasiun. Seiring
perjalanan waktu, mulai ada yang mengkritisi hal demikian.

Sebagai
contoh, kita simak tayangan musik dangdut dan misteri. Jika kita mencermatinya,
nyatalah bahwa penampilan para artis dangdut makin lama makin berani dalam arti
pamer aurat dan gerak-geriknya cenderung erotis. Pada umumnya mereka adalah
generasi muda. Penampilan tersebut sempat menimbulkan keprihatinan para
seniornya. Para senior merasa telah bersusah payah mengangkat martabat musik
dangdut dari musik yang dinilai pinggiran atau kampungan menuju level terhormat
di pentas nasional, bahkan internasional. Penampilan seronok para artis muda
tersebut dinilai dapat menjerumuskan musik dangdut hingga menjadi musik
comberan.

Mengenai tayangan misteri, ini tak terlepas dari peradaban kita
(Timur) yang meyakini sesuatu yang ghaib. Ini mungkin dapat difahami, bahwa
perkara ghaib sangat terkait dengan agama yang memang lahir di Timur semisal
Hindu, Budha, Konghucu, Nasrani dan Islam. Bahkan sebelum ada agama, manusia
–terutama di Timur– meyakini bahwa di balik segala yang tertangkap panca indera
juga terdapat alam yang misteri, yaitu alam yang terdapat kekuatan atau kuasa
besar mengatur segala yang ada –yang lazim disebut Tuhan atau Dewa/i, ruh, setan
atau hantu. Kepercayaan itulah yang agaknya dieksploitasi habis-habisan oleh
(setiap) stasiun TV. Bahkan untuk pembuktian alam ghaib, beberapa orang bersedia
menjadi peserta “survey” dengan istilah seperti “uji nyali” dan “uka-uka”. Si
peserta ditinggal sendirian di tempat yang dinilai angker pada malam hari,
umumnya berakhir jam 05.00.

Dalam konteks Indonesia yang notabene
mayoritas Muslim, tak pelak bahwa tayangan tersebut merusak mental masyarakat.
Masyarakat seakan dituntun untuk percaya alam ghaib melenceng dari batasan yang
ditetapkan agama Islam –lazim disebut syirik– dan umbar aurat. Tayangan tersebut
boleh dibilang menguntungkan stasiun bersangkutan ditinjau dari banyak iklan
yang menghiasi acara tersebut, perkara dampak terhadap masyarakat itu soal lain.
Serahkan saja pada diri masing-masing penonton.

Bagi yang cermat
menyimak, tayangan yang dinilai merusak mental masyarakat adalah hasil dari
peradaban kapitalisasi global yang berfokus mencari untung (materi) belaka tanpa
peduli dampak moralnya. Jika menyebut kapitalis, hampir pasti bahwa yang
teringat adalah dunia Barat. Bahkan ada yang menilai bahwa tayangan yang
disajikan kepada masyarakat Indonesia bukan sekadar mencari untung, tapi
terselip suatu misi tertentu yaitu penjajahan budaya atau norma atau pernah
penulis baca dengan istilah penetrasi budaya. Memang penetrasi di bidang budaya
merupakan bagian dari imperialisme Barat selain dominasi di bidang politik dan
eksploitasi di bidang ekonomi. Walaupun cara dan wujudnya mungkin berbeda sesuai
dengan perjalanan zaman namun dasarnya tetap sama.

Untuk menghadapi
penjajahan model itu, bukanlah dengan cara militer yang didukung persenjataan
paling canggih, karena norma adalah sesuatu yang abstrak tetapi hidup atau ada
di masyarakat. Maka harus dihadapi dengan cara yang abstrak pula.

Sejauh
ini agama adalah cara yang tepat untuk menangkal dampak merusak dari tayangan
TV, baik diberikan di rumah/keluarga –dan ini yang paling dasar– juga diberikan
di lembaga pendidikan. Dinilai sebagai cara yang tepat karena agama memiliki
serangkaian hukum atau moral yang bila dilanggar akan menemui akibat yang lazim
disebut dosa, semacam noda atau cacat yang harus dibereskan oleh hukuman dalam
tempat yang sering digambarkan secara mengerikan yang lazim disebut
neraka.

Dalam ghaib, Tuhan menjelaskan bahwa yang pertama dan utama ghaib
adalah Tuhan itu sendiri. Manusia dituntut percaya ghaib dengan mendahulukan
percaya kepada Tuhan, Dzat yang Maha Ghaib. Dengan kepercayaan dasar demikian
manusia diarahkan percaya bahwa Tuhan mampu menciptakan makhluk
ghaib.

Untuk menutup kemungkinan manusia memperlakukan perkara ghaib
melenceng dari batasan yang ditetapkan-Nya, Tuhan menjelaskan bahwa makhluk
ghaib juga dibebani kewajiban mengabdi kepada Tuhan dan segala perilakunya juga
dimintai pertanggung jawaban, sama halnya dengan manusia. Setahu penulis, antara
makhluk ghaib dan manusia diizinkan saling berhubungan dalam lingkup tauhid,
bukan syirik.

Mengenai seni, agama menjelaskan bahwa Tuhan adalah Maha
Pencipta. Tentu saja mampu menciptakan yang indah-indah semisal hutan hijau,
langit cerah serta sungai yang bagai berlenggak-lenggok. Manusia hanya meniru
ciptaan tersebut dengan menyimak alam sekitar. Manusia diizinkan mengungkapkan
rasa indahnya dengan tujuan makin mencintai sumber keindahan yaitu Tuhan
sendiri. Mengumbar gerakan dan pakaian seronok tentunya tidak termasuk yang
mendapat izin Tuhan.

Tetapi maksud akhir agama bukanlah untuk menuntun
orang menggembirakan dengan surga dan menakuti dengan neraka, tetapi menuntun
manusia untuk hidup dan mati sesuai kehendak Tuhan sebagai rasa syukur terhadap
nikmat yang diberikan kepada kita, termasuk nikmat hiburan. Dan hal tersebut
memiliki peluang berguna menyikapi berbagai tayangan TV yang telah merambah
ruang privat kita yaitu kamar tidur atau (mungkin) WC kita.

Kaum Muslim
jelas mendapat tanggung jawab berat menyelamatkan Indonesia dari dekadensi moral
karena mayoritas penonton adalah kaum Muslim pula. Sikap kritis terhadap
tayangan TV perlu ditampilkan, bagaimanapun orang membuat stasiun TV dan
menyusun acaranya tidak terlepas dari perhitungan dagang, jika bicara soal
dagang orang cenderung lebih mengutamakan untung –tentu dalam arti materi– tanpa
atau sedikit mempedulikan dampak moral. Sadar atau tidak sadar para pemilik
modal melaksanakan agenda imperialis. Gerakan imperialis menetapkan bahwa
penjajahan dapat dilaksanakan melalui media elektronik –hampir pasti menjadikan
kaum Muslim sebagai target utama, di Indonesia telah tersedia para anteknya yang
siap melaksanakan program tersebut.

Kegagalan imperialis Barat dalam
perang salib (1095-1291) disimak dengan cermat. Kaum Muslim sulit dijajah kalau
imannya belum diperlemah atau moralnya belum dirusak. Media elektronik dapat
berperan ampuh menyebarkan faham yang mengagungkan nikmat lahir atau duniawi,
yang lazim disebut hedonisme. Tepat peringatan Muhammad menjelang akhir hayat
bahwa kaum Muslim akan takluk karena cinta dunia dan takut mati. Dua perasaan
itulah yang menjadi target bidik untuk di tumbuh-kembangkan oleh imperialis
Barat.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik