Taubat dari Dosa
Halaman 1 dari 1 • Share
Taubat dari Dosa
Taubat dari Dosa
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, terutama ni`mat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai hari kiamat.
Selanjutnya saya mengajak kepada diri sendiri dan saudara, untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada AllahSubhanallahu wa Ta’ala. Ketakwaan yang mampu membawa kepada kesucian jiwa dan keselarasan amal sesuai dengan ketentuan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai yang jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan kepala bisa dibersihkan dengan air sungai. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai. Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Karena ia bukan malaikat yang bersih dari dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.
Menyadari bahwa manusia manapun punya kelemahan dan kekhilafan, maka sudah saatnya kita merenung untuk senantiasa minta ampunan dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah bersabda, ”Demi Allah sungguh aku beristighfar dan bertaubat kepaNya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Sebelum kita membahas tentang taubat, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu dosa. Dosa adalah segala sesuatu yang dilahirkan akibat melakukan pelanggaran terhadap perintah-perintah atau larangan Allah. Orang yang melakukan dosa berarti telah bermaksiat. Macam maksiat ini oleh ulama dibagi secara umum menjadi dua, yaitu shaghair dan kabair.
1. Shaghair atau dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat.
2. Kaba’ir atau dosa besar, menurut Ibnu Abbas adalah setiap dosa yang ketika menyebutkannya Allah mengakhirinya dengan kata Naar, kemurkaan, laknat, atau adzab.
Taubat secara bahasa mempunyai arti kembali. Secara syar’i, taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dengan meminta ampun atas segala dosa dilakukan dan berjanji untuk sungguh-sungguh tidak mengulanginya di waktu yang akan datang, serta menggantinya dengan menjalankan amAl-amal shalih yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Seorang tabi’in Imam Al-Kalbi Rahimahullah mengatakan tentang taubat, “mengucapkan istighfar dengan mulut, penyesalan dengan hati, meninggalkan dosa dengan anggota, dan bertekad untuk tidak kembali berbuat dosa.”
Kapan Harus bertaubat?
Taubat harus dilaksakan segera dan tidak boleh ditunda-tunda. Karena penundaan bertaubat merupakan indikasi ketidakseriusan. Di samping itu penundaan dari taubat sangat membahayakan jiwa seseorang, bisa saja ia meninggal tiba –tiba sebelum sempat bertaubat. Inilah kenapa Allah dalam surat Ali Imron 133 Allah berkalam,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)
Kita perhatikan dalam ayat ini, Allah menggunakan kata (وَسَارِعُوا) yang artinya bersegera, kemudian kata (مَغْفِرَةٍ) menggunakan redaksi kata nakiroh atau kata yang masih bersifat umum. Ini memberikan salah satu isyarat, bahwa kita semua diperintahkan untuk bersegera, bercepat-cepat menggapai ampunan yang mana belum tentu kita gapai, bisa saja kita lebih dulu dipanggil Allah sebelum sempat bertaubat dan mendapatkan ampunan dari Allah. Karena pada hakikatnya semuanya yang ada di dunia ini, termasuk hidup mati kita adalah milik Allah. Karena dijelaskan bahwa,
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129)
“Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 129)
Dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa diterimanya taubat seseorang adalah taubat yang tidak ditunda-tunda, karena dalam menunda itu terdapat ketidakseriusan. Allah berkalam dalam surah an-Nisa`: 17
{إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’: 17). Diriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa maksud dari kata (يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ; yang kemudian mereka bertaubat dengan segera), adalah sebelum seseorang dalam keadan sakit atau sebelum meninggal.
Taubanya hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh. Karena itu, ada tiga syarat untuk taubat nasuha, yaitu:
Pertama, menyesali secara serius kesalahan masa lalu, merasa bersalah, bahkan jijik ketika mengingat masa lalu yang buruk.
Kedua, mencabut lepas secara total saat ini juga semua perbuatan buruk yang bertentangan dengan agama.
Ketiga, komitmen yang sungguh-sunggu untuk tidak kembali ke masa lalu yang buruk. Namun, apabila kesalahan tersebut berhubungan dengan hak-hak manusia maka, selain tiga syarat tersebut, harus ditambah syarat:
Keempat, Meminta maaf atau ridha atas dosa-dosa yang dilakukan kepada orang lain atau membayar ganti rugi atau memulangkan barang yang telah diambil itu.
Dengan demikian inti dari taubat nasuha adalah menyesali dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa mendatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap sesama manusia, maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?”, “Ya”, kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan: “Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya.”
Sumber: http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Taubat_dari_Dosa.aspx
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita, terutama ni`mat Iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai hari kiamat.
Selanjutnya saya mengajak kepada diri sendiri dan saudara, untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada AllahSubhanallahu wa Ta’ala. Ketakwaan yang mampu membawa kepada kesucian jiwa dan keselarasan amal sesuai dengan ketentuan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai yang jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan kepala bisa dibersihkan dengan air sungai. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai. Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Karena ia bukan malaikat yang bersih dari dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.
Menyadari bahwa manusia manapun punya kelemahan dan kekhilafan, maka sudah saatnya kita merenung untuk senantiasa minta ampunan dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah bersabda, ”Demi Allah sungguh aku beristighfar dan bertaubat kepaNya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Sebelum kita membahas tentang taubat, penting bagi kita untuk mengetahui apa itu dosa. Dosa adalah segala sesuatu yang dilahirkan akibat melakukan pelanggaran terhadap perintah-perintah atau larangan Allah. Orang yang melakukan dosa berarti telah bermaksiat. Macam maksiat ini oleh ulama dibagi secara umum menjadi dua, yaitu shaghair dan kabair.
1. Shaghair atau dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat.
2. Kaba’ir atau dosa besar, menurut Ibnu Abbas adalah setiap dosa yang ketika menyebutkannya Allah mengakhirinya dengan kata Naar, kemurkaan, laknat, atau adzab.
Taubat secara bahasa mempunyai arti kembali. Secara syar’i, taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dengan meminta ampun atas segala dosa dilakukan dan berjanji untuk sungguh-sungguh tidak mengulanginya di waktu yang akan datang, serta menggantinya dengan menjalankan amAl-amal shalih yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah.
Seorang tabi’in Imam Al-Kalbi Rahimahullah mengatakan tentang taubat, “mengucapkan istighfar dengan mulut, penyesalan dengan hati, meninggalkan dosa dengan anggota, dan bertekad untuk tidak kembali berbuat dosa.”
Kapan Harus bertaubat?
Taubat harus dilaksakan segera dan tidak boleh ditunda-tunda. Karena penundaan bertaubat merupakan indikasi ketidakseriusan. Di samping itu penundaan dari taubat sangat membahayakan jiwa seseorang, bisa saja ia meninggal tiba –tiba sebelum sempat bertaubat. Inilah kenapa Allah dalam surat Ali Imron 133 Allah berkalam,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)
Kita perhatikan dalam ayat ini, Allah menggunakan kata (وَسَارِعُوا) yang artinya bersegera, kemudian kata (مَغْفِرَةٍ) menggunakan redaksi kata nakiroh atau kata yang masih bersifat umum. Ini memberikan salah satu isyarat, bahwa kita semua diperintahkan untuk bersegera, bercepat-cepat menggapai ampunan yang mana belum tentu kita gapai, bisa saja kita lebih dulu dipanggil Allah sebelum sempat bertaubat dan mendapatkan ampunan dari Allah. Karena pada hakikatnya semuanya yang ada di dunia ini, termasuk hidup mati kita adalah milik Allah. Karena dijelaskan bahwa,
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (129)
“Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki. Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran: 129)
Dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa diterimanya taubat seseorang adalah taubat yang tidak ditunda-tunda, karena dalam menunda itu terdapat ketidakseriusan. Allah berkalam dalam surah an-Nisa`: 17
{إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’: 17). Diriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa maksud dari kata (يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ; yang kemudian mereka bertaubat dengan segera), adalah sebelum seseorang dalam keadan sakit atau sebelum meninggal.
Taubanya hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh. Karena itu, ada tiga syarat untuk taubat nasuha, yaitu:
Pertama, menyesali secara serius kesalahan masa lalu, merasa bersalah, bahkan jijik ketika mengingat masa lalu yang buruk.
Kedua, mencabut lepas secara total saat ini juga semua perbuatan buruk yang bertentangan dengan agama.
Ketiga, komitmen yang sungguh-sunggu untuk tidak kembali ke masa lalu yang buruk. Namun, apabila kesalahan tersebut berhubungan dengan hak-hak manusia maka, selain tiga syarat tersebut, harus ditambah syarat:
Keempat, Meminta maaf atau ridha atas dosa-dosa yang dilakukan kepada orang lain atau membayar ganti rugi atau memulangkan barang yang telah diambil itu.
Dengan demikian inti dari taubat nasuha adalah menyesali dosa-dosa yang dilakukan di masa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa mendatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap sesama manusia, maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?”, “Ya”, kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan: “Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya.”
Sumber: http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Taubat_dari_Dosa.aspx
minbar global indo- KOPRAL
-
Posts : 38
Kepercayaan : Islam
Location : indonesia
Join date : 13.03.14
Reputation : 0
Re: Taubat dari Dosa
minbar global indo wrote: Dosa adalah segala sesuatu yang dilahirkan akibat melakukan pelanggaran terhadap perintah-perintah atau larangan Allah. Orang yang melakukan dosa berarti telah bermaksiat. Macam maksiat ini oleh ulama dibagi secara umum menjadi dua, yaitu shaghair dan kabair.
1. Shaghair atau dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat.
2. Kaba’ir atau dosa besar, menurut Ibnu Abbas adalah setiap dosa yang ketika menyebutkannya Allah mengakhirinya dengan kata Naar, kemurkaan, laknat, atau adzab.
yang di bold dikatakan Dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Allah..
yang merah: Dosa kecil tidak mengakibat kan hukuman..
apakah dosa kecil itu bukan pelanggaran terhadap perintah Allah..??
jgn mau sampai di sesat kan..
yang namanya Dosa itu tetap sebagai suatu pelanggaran.. dan setiap orang berdosa pasti dihukum..
Iblis coba menipu dengan mengatakan dosa kecil tidak mendatangkan hukuman...
alex77- LETNAN DUA
-
Posts : 773
Kepercayaan : Protestan
Location : indonesia
Join date : 05.06.13
Reputation : 3
Re: Taubat dari Dosa
Setuju bung Alex...alex77 wrote:minbar global indo wrote: Dosa adalah segala sesuatu yang dilahirkan akibat melakukan pelanggaran terhadap perintah-perintah atau larangan Allah. Orang yang melakukan dosa berarti telah bermaksiat. Macam maksiat ini oleh ulama dibagi secara umum menjadi dua, yaitu shaghair dan kabair.
1. Shaghair atau dosa-dosa kecil adalah dosa-dosa yang tidak mengakibatkan hukuman di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat.
2. Kaba’ir atau dosa besar, menurut Ibnu Abbas adalah setiap dosa yang ketika menyebutkannya Allah mengakhirinya dengan kata Naar, kemurkaan, laknat, atau adzab.
yang di bold dikatakan Dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Allah..
yang merah: Dosa kecil tidak mengakibat kan hukuman..
apakah dosa kecil itu bukan pelanggaran terhadap perintah Allah..??
jgn mau sampai di sesat kan..
yang namanya Dosa itu tetap sebagai suatu pelanggaran.. dan setiap orang berdosa pasti dihukum..
Iblis coba menipu dengan mengatakan dosa kecil tidak mendatangkan hukuman...
Dosa kecil kl terus menerus dilakukan maka akan semakin menumpuk dosanya..spt peribahasa: sedikit demi sedikit lama2 menjadi bukit..
The seventh- SERSAN MAYOR
-
Posts : 297
Kepercayaan : Advent
Location : Tegal
Join date : 07.01.14
Reputation : 13
Re: Taubat dari Dosa
Saya setuju dengan neter @alex dan @The Sevent
Dosa kecil memang tidak ada ancaman khusus, akan tetapi ini merupakan bahaya yang tidak di sadari dan cenderung akan di remehkan.
karena besar atau kecil sama-sama berbahaya. sehingga akan menimbulkan efek buruk, segala sesuatu di mulai dengan yang kecil. Salah satu efeknya ialah akan menjadi faktor kebiasaan, sehingga seolah-olah tidak mengapa di lakukan.
karena tidak menyadari ini merupakan kesalahan dan merupakan dosa. maka tidak ada dalam pikiran untuk meminta ampun alias tobat. ini akibat terbiasa melakukan dosa kecil. dan parahnya lagi seseorang telah imun terhadap dosa kecil tersebut.
Dosa kecil memang tidak ada ancaman khusus, akan tetapi ini merupakan bahaya yang tidak di sadari dan cenderung akan di remehkan.
karena besar atau kecil sama-sama berbahaya. sehingga akan menimbulkan efek buruk, segala sesuatu di mulai dengan yang kecil. Salah satu efeknya ialah akan menjadi faktor kebiasaan, sehingga seolah-olah tidak mengapa di lakukan.
karena tidak menyadari ini merupakan kesalahan dan merupakan dosa. maka tidak ada dalam pikiran untuk meminta ampun alias tobat. ini akibat terbiasa melakukan dosa kecil. dan parahnya lagi seseorang telah imun terhadap dosa kecil tersebut.
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Similar topics
» dosa kecil wajib taubat
» istighfar dan taubat adalah kunci dari terbukanya rizki
» Bebas Dari Dosa Kesayangan Kotbah Yusak Tjipto
» apakah yesus satu-satunya manusia yang bersih dari dosa?
» Apakah dosa yg tak terampuni HANYA dosa menyekutukan Allah saja?
» istighfar dan taubat adalah kunci dari terbukanya rizki
» Bebas Dari Dosa Kesayangan Kotbah Yusak Tjipto
» apakah yesus satu-satunya manusia yang bersih dari dosa?
» Apakah dosa yg tak terampuni HANYA dosa menyekutukan Allah saja?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik