anak dirampas karena memilih islam
Halaman 1 dari 1 • Share
anak dirampas karena memilih islam
Kalau bukan karena kemurahan Allah, sudah gila aku menghadapi liku-liku perjalanan nasib. Murka keluarga, cacian sanak kerabat, cemoohan teman, memberondongku tanpa ampun. Bak anjing kurapan pembuat onar, ali disiksa sadis. Bahkan selembar selembar nyawa ini nyaris hilang. Muaranya satu, karena aku masuk Islam.
Mulanya memang aku seorang Katolik taat. Orangtuaku pimpinan dewan gereja. Mereka terpandang dan sangat dosegani. Bukan status sosialnya saja yg membuat pamor tersohor, tapi juga kekayaan yang kami miliki. Banyak orang menjuluki kami tuan tanah. Gemilang kemewahan membuat pribadiku keras hati. Apa saja mauku selalu ingin dituruti. Tapi, lama lama hatiku meradang. Tanpa tahu penyebabnya, aku kerap dilanda perasaan resah. Bosan. Tidak bersemangat.
Persaan tak karuan itu kontan berpengaruh pada seluruh kegiatanku. AKu jadi suka bolos sekolah dan malas kegereja, Sampai guru dan teman teman mencapku anak nakal. Padahal sebenarnya aku sering menyendiri. Ingin mencari jati diri.
Hingga suatu saat, aku disadarkan pada sebuah takdi yang harus kuterima. Aku seringkali didatangi mimpi mimpi aneh. Keanehan mimpi itulah yang akhirnya membuat perubahan besar dalam hidupku.
HIDAYAH LEWAT MIMPI
Lelaki paruh baya berbaju dan bersorban putih dengan selendang hijau tiba tiba muncul dalam mimpiku. Dia menanti dipertigaan jalan yang biasa kulewati menuju gereja. "Nak, jalan kamu bukan kesitu!" tegurnya. Lalu dia tunjukkan sebuah jalan lurus yang bercahaya. Setiap kali mau melangkah, ada telapak tangan bertuliskan Lafaz Allah.
Ugh.. untung cuma mimpi. Sebagai orang Katolik, aku khawatir dengan mimpi ini. Namun ternyata malam malam berikutnya, mimpi yang sama terulang lagi. Sejak saat itulah aku dilanda perasaan aneh. Semacam dis-orientasi. Aku enggan bersekolah. Ke gereja pun tidak sama sekali. Anehnya aku malah penasaran terus mengenal Islam.
Mimpi senada terus mendatangi selama setahun lebih. Bahkan suatu ketika, setiap mau tidur, di dalam kamarku sering kudengar orang sholawatan, qasidahan, serta segala ritual lain yang biasa dikerjakan umat Islam. Penasaran, lalu kutanyakan pada orang seisi rumah, apakah mereka mendengar seperti yang kudengar. Ternyata tidak. Malah ketika kuceritakan mimpi-mimpi anehku, mereka mengatakan bahwa mungkin leluhurku yang beragama Islam sedang kangen padakui.
Aku tak digubris. Sementara mimpi anehku datang lagi. Kali ini aku dikasih jubah putih. "Pak, saya kan Katolik, bagaimana mungkin saya Shalat?" tanyaku. Lelaki itu lalu mengajakku ketanah lapang. Disana banyak sekali orang berpakaian serba putih. Oleh lelaki itu aku diajarkan membaca Al-Qur'an, dituntun mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Herannya dengan pasrah kurelakan diriku melakukan semua itu.
"Pegang tongkat ini nak, bimbing orang-orang itu pergi Haji!", pesanya. Hatiku dilanda ketakutan luar biasa. Tak lama kudengar azan. Badanku bergetar menggigil. Setelah azan, dalam mimpi itu kubaca surah Yaasin.
Apa sebenarnya maka mimpi itu? Dalam mimpi aku diajarkan membaca Al-Qur'an, begitu terjaga benar benar bisa kubuktikan bahwa aku bisa. Subhanallah... Hatiku yang lusuh kontan terang.
Ada perasaan pedih jika aku meninggalkan shalat. Sementara kalau tidak kegereja, hati ini biasa biasa saja. Perasaanku kini gampang melunak, mudah tersentuh, padahal sebelumnya sangat egois. Hati jadi lembut. Mengapa bisa hanya dengan mempelajari buku-buku Islam aku berubah seperti ini? Sekonyong konyong aku menjadi pribadi penuh santun dan menghormati orang lain.
BABAK AWAL PENYIKSAAN ITU
Sejak itu kudalami Islam. Kubeli buku buku tuntunan ibadah, beberapa kaset ceramah K.H. Zainudin MZ yang waktu itu jadi trend, serta sebuah jilbab. Tentu saja kegiatan baru itu ini kulakukan tanpa sepengetahuan keluarga. Aku sangat menikmatinya. Maka lama-kelamaan sudah bisa kulaksanakan sholat, puasa, bahkan berjilbab.
Syahdan aku menjadi muslim sebelum aku benar-benar sah sebagai seorang muslim. Inikah hidayah itu?
Interesku akan jilbab ini memicu tindakan yang lumayan ekstrim. Alu sering datang ke mesjid layaknya seorang muslimah. Aku ingin bertanya pada orang-orang disana tentang tata cara gerakan sholat. Aku tahu tindakan ku bakal menuai resiko besar. Kalau sampai penyemaranku sampai terbongkar, aku pasti dibunuh.
Tapi kawan, tidak bisa kugambarkan perasaan ini ketika aku telah mengenal Islam. Ketika aku membawa AL-Qur'an, Tasbih, Yaasin, hatiku tenang. Relung hatiku syahdu.
Untuk mempelajari Islam lebih lanjut, kudatangi sanak kerabat yang muslim. "Bisa gila aku kalau sampai tidak bisa masuk Islam, kak!" kataku kepada mereka. Malangnya, reaksi mereka diluar dugaanku. Tak satupun yang percaya bahwa aku ingin masuk Islam. Mungkin karena keluargaku termasuk keluarga Katolik berpengaruh, mereka tak mau ambil resiko jika harus menampungku.
Serapat rapat bangkai ditutup pasti akan tercium juga. Saat pembagian raport, 'aktivitas baruku' akhirnya terbongkar. Pasalnya pihak sekolah memberitahu orangtuaku bahwa aku nunggak bayar SPP berbulan-bulan. Belum lagi aku sering bolos sekolah. Aku di interogasi. Aku bersikukuh tidak menceritakan aktivitasku yang sedang mendalami Islam.
Hingga suatu ketika aku berpapasan dengan teman kakakku dijalan. Dia mengamatiku penuh selidik. Sebab waktu itu aku sedang berjilbab. Jujur aku gugup. Takut ketahuan. Ternyata benar firasatku. Saat tiba dirumah, aku langsung babak belur dihantam oleh kakakku yang kebetulan seorang tentara.
Masya Allah. Inilah awal petaka itu. Seperti orang kesurupan , tubuhku dihujani pukulan dan tendangan. Aku roboh. Sepatu laras dengan tubuh besarnya menginjak tubuhku yang tak berdaya. Dari ujung rambut sampai kaki. Oh Tuhan. Sakit sekali. Darah bereceran. Aku pingsan. Bibirku robek. Badanku biru lebam.
Celakanya tidak satupun yang mau melindungiku. Malah mereka menggeledah kamarku. Mereka temukan semua "simpananku", Al-Qur'an, buku-buku tuntunan ibadah, tasbih, sajadah. Mendapatkan itu semua, kakakku yang kejam makin blingsatan menyiksaku.
Allahui Akbar. Tubuhku tak kuat lagi. Tapi hei, anehnya nyaliku ini sama sekali tak ciut. Semakin keras sikasaan menimpaku, semakin aku merasa punya kekuatan.
"Ananda ingin masuk Isam..." pintaku lirih dengan suara parau."Gila kamu! Sinting!! Otakmu sudah tidak waras!! teriak saudara saudaraku. Bak pencuri yang tertangkap basah, aku jadi bulan bulanan. Yaa Allah! Tolong aku!
MALAIKAT PENOLONG
Mereka menduga aku dipengaruhi oleh seseorang. Untuk anak sebayaku yang sedang ranum begini, jejaka mudalah yang jadi sasaran curiga mereka. Dikiranya aku sedang menjalin kasih dengan seorang pemuda muslim. Padahal pacaranpun aku tidak pernah.
Sejak peristiwa itu aku dikurung. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, mereka menegorku, Pukulan bak suguhan makanan. Dalam satu minggu, kadang lebih dari 20 kali kakakku menyiksaku. Tapi masya Allah, semakin aku ditekan begitu, keinginanku masuk Islam malah semakin kuat. Ketenangan dan kedamaian yang kutemukan dalam Islam membuatku mudah berbesar hati.
Satu satunya cara agar aku lepas dari cengkeraman keluarga adalah keluar dari rumah. Kuutarakan pada keluarga bahwa aku ingin melamar kerja disebuah perusahaan besar. Padahal yang terpikir olehku adalah melamar jadi pembantu. Entah kenapa mereka membiarkan aku melenggang.
Jauh dari rumah kurasakan kebebasan nyata. Tapi aku belum juga melaksanakan niatku untuk masuk Islam. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pria. Dia seorang Intel. Kayaknya bertemu kawan lama, kuceritakan keinginanku masuk Islam dan penyiksaan keluarga.
Dia sangat terkejut. Sadar akan bahaya yang mengintaiku setiap saat, dia menawarkanku untuk pergi kekapmpung halamannya. Disana aku ditempatkan disebuah pondok pesantren. Dan atas bombingan tokoh agama setempat akhirnya aku dibimbing mengucapkan Dua Kalimat Syahadat.
MEREKA MERAMPAS ANAKKU
Rupanya lelaki yang menolong itu ditakdirkan Allah menjadi suamiku. Beberapa bulan kemudian kami menikah. Dan tak lama kami dikaruniai anak. Aku hamil. Melihat kebahagiaan ini, menyarankan agar aku silaturahmi mengunjungi orang tua dan sanak keluargaku. Mungkin dengan kehadiran anakku nanti hati mereka lunak.
Aku pulang seorang diri karena suami sedang ditugaskan keluar daerah. Begitu sampai dirumah, ternyata drama penyiksaan itu kembali disuguhkan. Aku dikurung hingga waktu melahirkan. Kondisiku yang berbadan dua ternyata tidak mengibakan hati mereka. Bahkan ketika aku berhasil melahirkan, anakku langsung direbut.
Kawan, hati ibu mana yang rela dipisahkan dari anaknya. Tak boleh aku berdekatan dengan anakku. Bahkan untuk menyusui sekalipun. Selama aku tidak mau ke gereja tak akan ada kesempatan menimang anakku.
"Apa kamu bisa besarkan anak padahal kamu kere!" Begitu jawaban saudara saudaraku jika aku meminta anakku. Hatiku remuk redam.
Mereka kembali mengejekku, menertawakanku. "Rasain, siapa suruh masuk Islam!" Kesalahan sedikit yang kubuat selalu dijadikan senjata oleh mereka untuk mengintimidasiku. Bahkan saat anggota keluarga yang lain yang melakukan kesalahan, tetap kesalahan dituduhkan padaku. Mereka ciptakan jarak, sepertinya aku ini tak pantas berada ditengah tengah mereka.
Sampai suatu ketika ada kesempatan untuk kali kedua, aku kembali berhasil kabur. Walau harus kutinggalkan anakku. Kelak jika Allah mengizinkan aku akan menjemputnya.
Saat itu sedang ramai ramainya orang mendaftarkan diri sebagai TKW. AKu ikut mendaftar dengan harapan bisa dibawa pihak perusahaan pergi jauh.
SUAMI SELINGKUH
Aku kembali ke kampung halaman suamiku. Namun mertuaku kecewa karena tak bisa melihat cucunya. Sementara suami yang sedang tugas di rantau tak juga kembali. Malah kudengar kabar suamiku selingkuh. Aku berusaha sabar. Apapun yang terjadi. Alhamdulillah, akhirnya rumah tangga kami selamat. Bahkan tak berapa lama kami dikarunai beberapa anak.
Namun itu tak lama. Suamiku kambuh lagi. Bahkan lebih parah. Dia jarang pulang. Sering menginap dirumah kos wanita simpanannya. Padahal aku sedang hamil lagi. Ya Allah, semoga ujian ini menjadi jalan agar kau tambah sayang padaku!.
Aku jalani kehidupan rumah tangga seperti biasa. Aku berusaha tak mau tahu walaupun tahu. Namun aku tak mau dibuat bimbang, apakah suami menceraikanku atau tidak. Akhirnya, kutemui suami ditempat simpanannya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kudapati suami sedang tidak berbaju dengan perempuan itu. Dan teganya dia mengusirku sambil menjatuhkan talak.
Sempat kupikir, mungkin suami begini karena aku tak kerja (lantaran hamil). Memang penghasilanku cukup lumayan. Bahkan dari hasil kerja kerasku bisa kubangun rumah, beli kendaraan, tanah, ternak sampai menyekolahkan saudara-saudara iparku.
Aku tetap ingin mempertahankan rumah tanggaku. Subhanallah. Allah Maha Mendengar. Suamiku sadar kembali. Tapi inipun tak lama. Suamiku selingkuh lagi. Parahnya kini dia jadi tukang pukul. Tidak ada ujung pangkalnya, dia sering memukuliku. Dia tidak mau menyentuhku. Bahkan dengan tegas dia mau tinggal dengan simpanannya. Yang sangat menyakitkan, dia membawa anak anak kerumah kontrakan itu.
Dihadapkan pada persoalan sebesar in, beruntung kepalaku tetap dingin. Perasaanku tetap tenang. Tidak mudah tersulut emosi. Aku sendiri heran, mengapa aku bisa sekuat ini.
Ketika kuputuskan mendatangi suamiku, rasa cemburu dan amarah bisa kutekan. Malangnya, dia malah menjatuhkan talak, memaki dan menempelengku.
Yang kusesalkan, ulah suamiku kali ini didukung bapak mertua dan saudara-saudaranya. bahkan bapak mertua rela menceraikan ibu mertuaku gara-gara ibu mmebelaku.
Suamiku semakin gila. Kini dia berani membawa simpannnya kerumah. Bahkan berbuat mesum dikamar. Kutemukan suami sedang berzinah. Seketika itu juga aku pingsan. Dan disaat aku tak sadar, mereka sedang siap-siap kabur. Menyadari situasi yang membahayakan anaknya, bapak mertua membantu kabur sambil membawa anak-anakku. Aku heran, kenapa mertua mendukung anaknya dalam kemaksiatan?
Begitu siuman muka dan badanku dihantam ketembok. Sampai bibirku sobek. Saat itu juga dia jatuhkan talak tiga. Aku berusaha mengiba agar dia jangan menceraikanku. Namun ia menjawabnya dengan tendangan. Ya Allah, kuabdikan diri ini untuk mereka, suami dan keluarganya. Karena kuanggap orangtuaku telah tiada. Namun tak satupun peghargaan diberikan atas pengorbananku.
Tak kusangka tanpa sepengetahuanku rumah dan harta bendaku telah dibalik nama atasnama suami dan nama saudara saudaranya. Aku diusir. Setelah sebelumnya mereka mengeroyokku. Semua pintu rumah ditutup. AKu dicekik. Aku megap megap teriak minta tolong. Oh teganya mereka melakukan ini, padahal aku sedang hamil lagi. Mirisnya mertuaku tak percaya. Ia menuduhku bahwa itu bukan janin cucunya.
Aku bingung mau kemana. Untuk beberapa saat aku hidup dari belas kasihan orang lain. Hingga akhirnya aku lari kepondok pesantren.
Tak berapa lama kudengar kabar suami meninggal. Ia tewas tertembak saat sedang bertugas. Allah memisahkan kami saat kami belum berbaikan. Tapi sudah kuikhlaskan semua kelakuannya. Tidak ada kebencian sedikitpun terhadap dia. Kuanggap dia sedang tersesat dan harus dibimbing. Akupun berusaha berpikir positif. Kalau dia hidup hanya akan terus menerus berbuat dosa, lebih baik dia diambil Allah.
Masa melahirkan semakin dekat. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Termasuk pihak pesantren. Dengan berbagai pertimbangan, kucoba telpon kerumah. Tak diduga respon mereka baik. Bukan seperti yang kubayangkan. Mereka berjanji tidak akan menyiksaku jika aku pulang.
LEPAS DARI MULUT HARIMAU, KEMBALI KE MULUT BUAYA
Sambutan hangat benar-benar kurasakan saat kakiku kembali menginjak rumah. Terima kasih, ya Allah, mereka tulus menerimaku. Tidak ada yang mencurigakan. Tapi belum genap sebulan, penyiksaan gila itu terulang lagi. Bahkan kini lebih sadis.
Aku tidak diberi makan, Kalaupun dusuguhi makanan, makanan itu makanan haram, seperti daging babi atau anjing. Dua anakku telah berhasil dibaptis. Sementara yang belum terus dibiasakan ke gereja.
Aku berusaha mencuri kesempatan bercengkrama dengan anak anak. "Kakak dan adik saya nggak, sama mama?" tanyaku. Mereka mengangguk. AKu mewanti wanti. "Ingat ya nak, apa yang sedang kita lakukan disini adalah pura-pura. Pura pura kristen. Inga ya nak, kita ini orang Islam, sayang. Insya Allah, Allah selamatkan kita".
Pilu tak tertahankan. Aku merasa sebatangkara. Tiada teman curhat. Aku ingin tumpahkan semua beban ini pada Allah. "Ya Allah... ingin sekali kugenggam tanganMU..". "Kenapa aku tidak dilahirkan dalam keadaan Islam saja!"
YA ALLAH TOLONG KAMI
Kabur sedari dulu kurencanakan. Tapi penjagaan ketat membuatku tak berkutik. Lagi pula aku bingung mau kabur kemana? Tetapi kalau tidak lari mereka akan membaptis anak anakku. Aku khawatir akidah anak anak akan terkikis.
"Allahu Akbar.. Dia yang Maha Mendengar dan Melihat" membukakan jalan. Sehari sebelum dibaptis, hujan besar terus menerus. Dari pagi kemalam, hingga pagi lagi. Semua penghuni rumah terlelap. Biasanya mereka tidur diruang tengah sambil mengelilingi anak anakku. Tapi malam itu mereka masuk kamar masing masing.
Kuajak anakku tiga orang. Sementara yang dua tidak bisa. Tak mungkin mereka kubawa lari semua, berjalan selama berkilo-kilo menuju kerumah saudaraku yang Islam. Sayangnya tidak satupun yang mau menerima kami, karena mereka tahu kondisi pengawasan terhadapku semakin gawat. Mereka takut keluargaku yang terpandang dan punya pengaruh besar itu mengamuk.
Yang bisa mereka lakukan hanya memberi sumbangan ala kadarnya. Saat itu juga terkumpul dana 300 ribu rupiah. Aku disuruh kerumah saudara yang ada di pulau seberang.
Maka malam itu juga kami ke dermaga. Malangnya kapal baru berlayar dua hari lagi. Oh jadi selama itu kami harus bermalam di dermaga.
Perasaan haru dan bersalah tak bisa kututupi melihat ketiga buah hatiku. Yang kelas kelas 3 & 1 SD, serta yang berumur 1.5 tahun. Kami bertahan hidup dengan makan seadanya. Beruntung kedua anakku yang bersekolah sudah biasa puasa, sehingga dua bungkus nasi sudah cukup untuk makan sehari.
Pelarianku kepulau seberang ini ternyata tak bisa bertahan lama. Kabar tentang keluargaku yang tahu akan keberadaanku membuat saudaraku dipulau itu panik. Mereka tahu dari daftar nama penumpang. Apa susahnya bagi kakakku tang tentara itu menyelidiki keberadaanku??
Akhirnya kuputuskan untuk kembali kerumah mertua. Apapun resikonya. Yang terpenting bagiku saat itu adalah menyelamatkan aqidah anak-anakku. Meski mertua kejam kepadaku, tapi tidak kepada cucu-cucunya.
Adapun pekerjaanku disebuah LSM Internasional kini sudah berakhir. Rupanya atasanku dekat dengan tanteku yang Katolik. Bosku membujuk agar aku kembali lagi ke Katolik. Aku ditawari rumah mewah dengan wilayah domisili dibeberapa negara hebat didunia. Bahkan dia akan membuat asuransi pendidikan buat anak-anakku agar dapat bersekolah sampai level tertinggi.
Biarlah kesengsaraan menggelayutiku. Toh kedua tangan dan kakiku masih berfungsi. AKu akan cari kerja lagi. Aku ingin dapat tempat tinggal agar cepat bisa berkumpul dengan anak-anakku.
Nun jauh dilubuk dasar hatiku terselip perasaan rindu dapa orang tuaku. Demi Allah, aku masih menyayangi mereka meski aku disisihkan dan disampakkan. Yang aku inginkan hanyalah pengertian mereka akan keputusanku memilih islam.
Pernah kucuci kaki kedua orangtuaku dan kuminum air basuhannya. Tapi mereka bergeming. Dan akupun sama. Tak sejengkalpum kuubah pendirianku dan kembali keagama lama. Walau harus kehilangan segala-galanya, aku rela. Tapi aku tak rela jika Islam tercerabut dariku dan aku meninggal dalam keadaan murtad, tanpa menyebut nama Allah, tanpa zikir Laa Ilaaha Illa Allah... Aku tidak rela
Sumber :
Tabloid Hidayah
"ediri 75" Oktober 2007"
Catatan : dengan berbagai pertimbangan atas permintaan nara sumber, redaksi tidak dapat mencantumkan identitas pribadi saudara kita ini beserta fotonya. Semoga menjadi maklum
Mulanya memang aku seorang Katolik taat. Orangtuaku pimpinan dewan gereja. Mereka terpandang dan sangat dosegani. Bukan status sosialnya saja yg membuat pamor tersohor, tapi juga kekayaan yang kami miliki. Banyak orang menjuluki kami tuan tanah. Gemilang kemewahan membuat pribadiku keras hati. Apa saja mauku selalu ingin dituruti. Tapi, lama lama hatiku meradang. Tanpa tahu penyebabnya, aku kerap dilanda perasaan resah. Bosan. Tidak bersemangat.
Persaan tak karuan itu kontan berpengaruh pada seluruh kegiatanku. AKu jadi suka bolos sekolah dan malas kegereja, Sampai guru dan teman teman mencapku anak nakal. Padahal sebenarnya aku sering menyendiri. Ingin mencari jati diri.
Hingga suatu saat, aku disadarkan pada sebuah takdi yang harus kuterima. Aku seringkali didatangi mimpi mimpi aneh. Keanehan mimpi itulah yang akhirnya membuat perubahan besar dalam hidupku.
HIDAYAH LEWAT MIMPI
Lelaki paruh baya berbaju dan bersorban putih dengan selendang hijau tiba tiba muncul dalam mimpiku. Dia menanti dipertigaan jalan yang biasa kulewati menuju gereja. "Nak, jalan kamu bukan kesitu!" tegurnya. Lalu dia tunjukkan sebuah jalan lurus yang bercahaya. Setiap kali mau melangkah, ada telapak tangan bertuliskan Lafaz Allah.
Ugh.. untung cuma mimpi. Sebagai orang Katolik, aku khawatir dengan mimpi ini. Namun ternyata malam malam berikutnya, mimpi yang sama terulang lagi. Sejak saat itulah aku dilanda perasaan aneh. Semacam dis-orientasi. Aku enggan bersekolah. Ke gereja pun tidak sama sekali. Anehnya aku malah penasaran terus mengenal Islam.
Mimpi senada terus mendatangi selama setahun lebih. Bahkan suatu ketika, setiap mau tidur, di dalam kamarku sering kudengar orang sholawatan, qasidahan, serta segala ritual lain yang biasa dikerjakan umat Islam. Penasaran, lalu kutanyakan pada orang seisi rumah, apakah mereka mendengar seperti yang kudengar. Ternyata tidak. Malah ketika kuceritakan mimpi-mimpi anehku, mereka mengatakan bahwa mungkin leluhurku yang beragama Islam sedang kangen padakui.
Aku tak digubris. Sementara mimpi anehku datang lagi. Kali ini aku dikasih jubah putih. "Pak, saya kan Katolik, bagaimana mungkin saya Shalat?" tanyaku. Lelaki itu lalu mengajakku ketanah lapang. Disana banyak sekali orang berpakaian serba putih. Oleh lelaki itu aku diajarkan membaca Al-Qur'an, dituntun mengucapkan Dua Kalimat Syahadat. Herannya dengan pasrah kurelakan diriku melakukan semua itu.
"Pegang tongkat ini nak, bimbing orang-orang itu pergi Haji!", pesanya. Hatiku dilanda ketakutan luar biasa. Tak lama kudengar azan. Badanku bergetar menggigil. Setelah azan, dalam mimpi itu kubaca surah Yaasin.
Apa sebenarnya maka mimpi itu? Dalam mimpi aku diajarkan membaca Al-Qur'an, begitu terjaga benar benar bisa kubuktikan bahwa aku bisa. Subhanallah... Hatiku yang lusuh kontan terang.
Ada perasaan pedih jika aku meninggalkan shalat. Sementara kalau tidak kegereja, hati ini biasa biasa saja. Perasaanku kini gampang melunak, mudah tersentuh, padahal sebelumnya sangat egois. Hati jadi lembut. Mengapa bisa hanya dengan mempelajari buku-buku Islam aku berubah seperti ini? Sekonyong konyong aku menjadi pribadi penuh santun dan menghormati orang lain.
BABAK AWAL PENYIKSAAN ITU
Sejak itu kudalami Islam. Kubeli buku buku tuntunan ibadah, beberapa kaset ceramah K.H. Zainudin MZ yang waktu itu jadi trend, serta sebuah jilbab. Tentu saja kegiatan baru itu ini kulakukan tanpa sepengetahuan keluarga. Aku sangat menikmatinya. Maka lama-kelamaan sudah bisa kulaksanakan sholat, puasa, bahkan berjilbab.
Syahdan aku menjadi muslim sebelum aku benar-benar sah sebagai seorang muslim. Inikah hidayah itu?
Interesku akan jilbab ini memicu tindakan yang lumayan ekstrim. Alu sering datang ke mesjid layaknya seorang muslimah. Aku ingin bertanya pada orang-orang disana tentang tata cara gerakan sholat. Aku tahu tindakan ku bakal menuai resiko besar. Kalau sampai penyemaranku sampai terbongkar, aku pasti dibunuh.
Tapi kawan, tidak bisa kugambarkan perasaan ini ketika aku telah mengenal Islam. Ketika aku membawa AL-Qur'an, Tasbih, Yaasin, hatiku tenang. Relung hatiku syahdu.
Untuk mempelajari Islam lebih lanjut, kudatangi sanak kerabat yang muslim. "Bisa gila aku kalau sampai tidak bisa masuk Islam, kak!" kataku kepada mereka. Malangnya, reaksi mereka diluar dugaanku. Tak satupun yang percaya bahwa aku ingin masuk Islam. Mungkin karena keluargaku termasuk keluarga Katolik berpengaruh, mereka tak mau ambil resiko jika harus menampungku.
Serapat rapat bangkai ditutup pasti akan tercium juga. Saat pembagian raport, 'aktivitas baruku' akhirnya terbongkar. Pasalnya pihak sekolah memberitahu orangtuaku bahwa aku nunggak bayar SPP berbulan-bulan. Belum lagi aku sering bolos sekolah. Aku di interogasi. Aku bersikukuh tidak menceritakan aktivitasku yang sedang mendalami Islam.
Hingga suatu ketika aku berpapasan dengan teman kakakku dijalan. Dia mengamatiku penuh selidik. Sebab waktu itu aku sedang berjilbab. Jujur aku gugup. Takut ketahuan. Ternyata benar firasatku. Saat tiba dirumah, aku langsung babak belur dihantam oleh kakakku yang kebetulan seorang tentara.
Masya Allah. Inilah awal petaka itu. Seperti orang kesurupan , tubuhku dihujani pukulan dan tendangan. Aku roboh. Sepatu laras dengan tubuh besarnya menginjak tubuhku yang tak berdaya. Dari ujung rambut sampai kaki. Oh Tuhan. Sakit sekali. Darah bereceran. Aku pingsan. Bibirku robek. Badanku biru lebam.
Celakanya tidak satupun yang mau melindungiku. Malah mereka menggeledah kamarku. Mereka temukan semua "simpananku", Al-Qur'an, buku-buku tuntunan ibadah, tasbih, sajadah. Mendapatkan itu semua, kakakku yang kejam makin blingsatan menyiksaku.
Allahui Akbar. Tubuhku tak kuat lagi. Tapi hei, anehnya nyaliku ini sama sekali tak ciut. Semakin keras sikasaan menimpaku, semakin aku merasa punya kekuatan.
"Ananda ingin masuk Isam..." pintaku lirih dengan suara parau."Gila kamu! Sinting!! Otakmu sudah tidak waras!! teriak saudara saudaraku. Bak pencuri yang tertangkap basah, aku jadi bulan bulanan. Yaa Allah! Tolong aku!
MALAIKAT PENOLONG
Mereka menduga aku dipengaruhi oleh seseorang. Untuk anak sebayaku yang sedang ranum begini, jejaka mudalah yang jadi sasaran curiga mereka. Dikiranya aku sedang menjalin kasih dengan seorang pemuda muslim. Padahal pacaranpun aku tidak pernah.
Sejak peristiwa itu aku dikurung. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, mereka menegorku, Pukulan bak suguhan makanan. Dalam satu minggu, kadang lebih dari 20 kali kakakku menyiksaku. Tapi masya Allah, semakin aku ditekan begitu, keinginanku masuk Islam malah semakin kuat. Ketenangan dan kedamaian yang kutemukan dalam Islam membuatku mudah berbesar hati.
Satu satunya cara agar aku lepas dari cengkeraman keluarga adalah keluar dari rumah. Kuutarakan pada keluarga bahwa aku ingin melamar kerja disebuah perusahaan besar. Padahal yang terpikir olehku adalah melamar jadi pembantu. Entah kenapa mereka membiarkan aku melenggang.
Jauh dari rumah kurasakan kebebasan nyata. Tapi aku belum juga melaksanakan niatku untuk masuk Islam. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pria. Dia seorang Intel. Kayaknya bertemu kawan lama, kuceritakan keinginanku masuk Islam dan penyiksaan keluarga.
Dia sangat terkejut. Sadar akan bahaya yang mengintaiku setiap saat, dia menawarkanku untuk pergi kekapmpung halamannya. Disana aku ditempatkan disebuah pondok pesantren. Dan atas bombingan tokoh agama setempat akhirnya aku dibimbing mengucapkan Dua Kalimat Syahadat.
MEREKA MERAMPAS ANAKKU
Rupanya lelaki yang menolong itu ditakdirkan Allah menjadi suamiku. Beberapa bulan kemudian kami menikah. Dan tak lama kami dikaruniai anak. Aku hamil. Melihat kebahagiaan ini, menyarankan agar aku silaturahmi mengunjungi orang tua dan sanak keluargaku. Mungkin dengan kehadiran anakku nanti hati mereka lunak.
Aku pulang seorang diri karena suami sedang ditugaskan keluar daerah. Begitu sampai dirumah, ternyata drama penyiksaan itu kembali disuguhkan. Aku dikurung hingga waktu melahirkan. Kondisiku yang berbadan dua ternyata tidak mengibakan hati mereka. Bahkan ketika aku berhasil melahirkan, anakku langsung direbut.
Kawan, hati ibu mana yang rela dipisahkan dari anaknya. Tak boleh aku berdekatan dengan anakku. Bahkan untuk menyusui sekalipun. Selama aku tidak mau ke gereja tak akan ada kesempatan menimang anakku.
"Apa kamu bisa besarkan anak padahal kamu kere!" Begitu jawaban saudara saudaraku jika aku meminta anakku. Hatiku remuk redam.
Mereka kembali mengejekku, menertawakanku. "Rasain, siapa suruh masuk Islam!" Kesalahan sedikit yang kubuat selalu dijadikan senjata oleh mereka untuk mengintimidasiku. Bahkan saat anggota keluarga yang lain yang melakukan kesalahan, tetap kesalahan dituduhkan padaku. Mereka ciptakan jarak, sepertinya aku ini tak pantas berada ditengah tengah mereka.
Sampai suatu ketika ada kesempatan untuk kali kedua, aku kembali berhasil kabur. Walau harus kutinggalkan anakku. Kelak jika Allah mengizinkan aku akan menjemputnya.
Saat itu sedang ramai ramainya orang mendaftarkan diri sebagai TKW. AKu ikut mendaftar dengan harapan bisa dibawa pihak perusahaan pergi jauh.
SUAMI SELINGKUH
Aku kembali ke kampung halaman suamiku. Namun mertuaku kecewa karena tak bisa melihat cucunya. Sementara suami yang sedang tugas di rantau tak juga kembali. Malah kudengar kabar suamiku selingkuh. Aku berusaha sabar. Apapun yang terjadi. Alhamdulillah, akhirnya rumah tangga kami selamat. Bahkan tak berapa lama kami dikarunai beberapa anak.
Namun itu tak lama. Suamiku kambuh lagi. Bahkan lebih parah. Dia jarang pulang. Sering menginap dirumah kos wanita simpanannya. Padahal aku sedang hamil lagi. Ya Allah, semoga ujian ini menjadi jalan agar kau tambah sayang padaku!.
Aku jalani kehidupan rumah tangga seperti biasa. Aku berusaha tak mau tahu walaupun tahu. Namun aku tak mau dibuat bimbang, apakah suami menceraikanku atau tidak. Akhirnya, kutemui suami ditempat simpanannya. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kudapati suami sedang tidak berbaju dengan perempuan itu. Dan teganya dia mengusirku sambil menjatuhkan talak.
Sempat kupikir, mungkin suami begini karena aku tak kerja (lantaran hamil). Memang penghasilanku cukup lumayan. Bahkan dari hasil kerja kerasku bisa kubangun rumah, beli kendaraan, tanah, ternak sampai menyekolahkan saudara-saudara iparku.
Aku tetap ingin mempertahankan rumah tanggaku. Subhanallah. Allah Maha Mendengar. Suamiku sadar kembali. Tapi inipun tak lama. Suamiku selingkuh lagi. Parahnya kini dia jadi tukang pukul. Tidak ada ujung pangkalnya, dia sering memukuliku. Dia tidak mau menyentuhku. Bahkan dengan tegas dia mau tinggal dengan simpanannya. Yang sangat menyakitkan, dia membawa anak anak kerumah kontrakan itu.
Dihadapkan pada persoalan sebesar in, beruntung kepalaku tetap dingin. Perasaanku tetap tenang. Tidak mudah tersulut emosi. Aku sendiri heran, mengapa aku bisa sekuat ini.
Ketika kuputuskan mendatangi suamiku, rasa cemburu dan amarah bisa kutekan. Malangnya, dia malah menjatuhkan talak, memaki dan menempelengku.
Yang kusesalkan, ulah suamiku kali ini didukung bapak mertua dan saudara-saudaranya. bahkan bapak mertua rela menceraikan ibu mertuaku gara-gara ibu mmebelaku.
Suamiku semakin gila. Kini dia berani membawa simpannnya kerumah. Bahkan berbuat mesum dikamar. Kutemukan suami sedang berzinah. Seketika itu juga aku pingsan. Dan disaat aku tak sadar, mereka sedang siap-siap kabur. Menyadari situasi yang membahayakan anaknya, bapak mertua membantu kabur sambil membawa anak-anakku. Aku heran, kenapa mertua mendukung anaknya dalam kemaksiatan?
Begitu siuman muka dan badanku dihantam ketembok. Sampai bibirku sobek. Saat itu juga dia jatuhkan talak tiga. Aku berusaha mengiba agar dia jangan menceraikanku. Namun ia menjawabnya dengan tendangan. Ya Allah, kuabdikan diri ini untuk mereka, suami dan keluarganya. Karena kuanggap orangtuaku telah tiada. Namun tak satupun peghargaan diberikan atas pengorbananku.
Tak kusangka tanpa sepengetahuanku rumah dan harta bendaku telah dibalik nama atasnama suami dan nama saudara saudaranya. Aku diusir. Setelah sebelumnya mereka mengeroyokku. Semua pintu rumah ditutup. AKu dicekik. Aku megap megap teriak minta tolong. Oh teganya mereka melakukan ini, padahal aku sedang hamil lagi. Mirisnya mertuaku tak percaya. Ia menuduhku bahwa itu bukan janin cucunya.
Aku bingung mau kemana. Untuk beberapa saat aku hidup dari belas kasihan orang lain. Hingga akhirnya aku lari kepondok pesantren.
Tak berapa lama kudengar kabar suami meninggal. Ia tewas tertembak saat sedang bertugas. Allah memisahkan kami saat kami belum berbaikan. Tapi sudah kuikhlaskan semua kelakuannya. Tidak ada kebencian sedikitpun terhadap dia. Kuanggap dia sedang tersesat dan harus dibimbing. Akupun berusaha berpikir positif. Kalau dia hidup hanya akan terus menerus berbuat dosa, lebih baik dia diambil Allah.
Masa melahirkan semakin dekat. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Termasuk pihak pesantren. Dengan berbagai pertimbangan, kucoba telpon kerumah. Tak diduga respon mereka baik. Bukan seperti yang kubayangkan. Mereka berjanji tidak akan menyiksaku jika aku pulang.
LEPAS DARI MULUT HARIMAU, KEMBALI KE MULUT BUAYA
Sambutan hangat benar-benar kurasakan saat kakiku kembali menginjak rumah. Terima kasih, ya Allah, mereka tulus menerimaku. Tidak ada yang mencurigakan. Tapi belum genap sebulan, penyiksaan gila itu terulang lagi. Bahkan kini lebih sadis.
Aku tidak diberi makan, Kalaupun dusuguhi makanan, makanan itu makanan haram, seperti daging babi atau anjing. Dua anakku telah berhasil dibaptis. Sementara yang belum terus dibiasakan ke gereja.
Aku berusaha mencuri kesempatan bercengkrama dengan anak anak. "Kakak dan adik saya nggak, sama mama?" tanyaku. Mereka mengangguk. AKu mewanti wanti. "Ingat ya nak, apa yang sedang kita lakukan disini adalah pura-pura. Pura pura kristen. Inga ya nak, kita ini orang Islam, sayang. Insya Allah, Allah selamatkan kita".
Pilu tak tertahankan. Aku merasa sebatangkara. Tiada teman curhat. Aku ingin tumpahkan semua beban ini pada Allah. "Ya Allah... ingin sekali kugenggam tanganMU..". "Kenapa aku tidak dilahirkan dalam keadaan Islam saja!"
YA ALLAH TOLONG KAMI
Kabur sedari dulu kurencanakan. Tapi penjagaan ketat membuatku tak berkutik. Lagi pula aku bingung mau kabur kemana? Tetapi kalau tidak lari mereka akan membaptis anak anakku. Aku khawatir akidah anak anak akan terkikis.
"Allahu Akbar.. Dia yang Maha Mendengar dan Melihat" membukakan jalan. Sehari sebelum dibaptis, hujan besar terus menerus. Dari pagi kemalam, hingga pagi lagi. Semua penghuni rumah terlelap. Biasanya mereka tidur diruang tengah sambil mengelilingi anak anakku. Tapi malam itu mereka masuk kamar masing masing.
Kuajak anakku tiga orang. Sementara yang dua tidak bisa. Tak mungkin mereka kubawa lari semua, berjalan selama berkilo-kilo menuju kerumah saudaraku yang Islam. Sayangnya tidak satupun yang mau menerima kami, karena mereka tahu kondisi pengawasan terhadapku semakin gawat. Mereka takut keluargaku yang terpandang dan punya pengaruh besar itu mengamuk.
Yang bisa mereka lakukan hanya memberi sumbangan ala kadarnya. Saat itu juga terkumpul dana 300 ribu rupiah. Aku disuruh kerumah saudara yang ada di pulau seberang.
Maka malam itu juga kami ke dermaga. Malangnya kapal baru berlayar dua hari lagi. Oh jadi selama itu kami harus bermalam di dermaga.
Perasaan haru dan bersalah tak bisa kututupi melihat ketiga buah hatiku. Yang kelas kelas 3 & 1 SD, serta yang berumur 1.5 tahun. Kami bertahan hidup dengan makan seadanya. Beruntung kedua anakku yang bersekolah sudah biasa puasa, sehingga dua bungkus nasi sudah cukup untuk makan sehari.
Pelarianku kepulau seberang ini ternyata tak bisa bertahan lama. Kabar tentang keluargaku yang tahu akan keberadaanku membuat saudaraku dipulau itu panik. Mereka tahu dari daftar nama penumpang. Apa susahnya bagi kakakku tang tentara itu menyelidiki keberadaanku??
Akhirnya kuputuskan untuk kembali kerumah mertua. Apapun resikonya. Yang terpenting bagiku saat itu adalah menyelamatkan aqidah anak-anakku. Meski mertua kejam kepadaku, tapi tidak kepada cucu-cucunya.
Adapun pekerjaanku disebuah LSM Internasional kini sudah berakhir. Rupanya atasanku dekat dengan tanteku yang Katolik. Bosku membujuk agar aku kembali lagi ke Katolik. Aku ditawari rumah mewah dengan wilayah domisili dibeberapa negara hebat didunia. Bahkan dia akan membuat asuransi pendidikan buat anak-anakku agar dapat bersekolah sampai level tertinggi.
Biarlah kesengsaraan menggelayutiku. Toh kedua tangan dan kakiku masih berfungsi. AKu akan cari kerja lagi. Aku ingin dapat tempat tinggal agar cepat bisa berkumpul dengan anak-anakku.
Nun jauh dilubuk dasar hatiku terselip perasaan rindu dapa orang tuaku. Demi Allah, aku masih menyayangi mereka meski aku disisihkan dan disampakkan. Yang aku inginkan hanyalah pengertian mereka akan keputusanku memilih islam.
Pernah kucuci kaki kedua orangtuaku dan kuminum air basuhannya. Tapi mereka bergeming. Dan akupun sama. Tak sejengkalpum kuubah pendirianku dan kembali keagama lama. Walau harus kehilangan segala-galanya, aku rela. Tapi aku tak rela jika Islam tercerabut dariku dan aku meninggal dalam keadaan murtad, tanpa menyebut nama Allah, tanpa zikir Laa Ilaaha Illa Allah... Aku tidak rela
Sumber :
Tabloid Hidayah
"ediri 75" Oktober 2007"
Catatan : dengan berbagai pertimbangan atas permintaan nara sumber, redaksi tidak dapat mencantumkan identitas pribadi saudara kita ini beserta fotonya. Semoga menjadi maklum
paman tat- SERSAN MAYOR
-
Posts : 369
Kepercayaan : Islam
Location : hongkong
Join date : 05.07.13
Reputation : 15
Re: anak dirampas karena memilih islam
kejamnya kafir
Mutiara- KAPTEN
-
Posts : 3660
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 01.08.13
Reputation : 45
Re: anak dirampas karena memilih islam
padahal mengakunya ajaran kasih dan tanpa pemaksaanya, tapi kenyatannya jauh panggang dari api.
ritara- SERSAN SATU
-
Posts : 170
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 09.01.14
Reputation : 7
Re: anak dirampas karena memilih islam
wah.....imaginasi si paman makin kreatif....bertaqqyah kan boleh....
jaya- LETNAN SATU
-
Posts : 1967
Kepercayaan : Lain-lain
Location : London
Join date : 21.07.13
Reputation : 8
Re: anak dirampas karena memilih islam
Camellia Shehata Zakher : " Diculik & Disiksa Gereja karena menjadi muslim, memeluk agama Islam.
Namanya Camellia Shehata Zakher, ia berusia 25 tahun, lahir di salah satu kota di Mesir, Almenia dan dibesarkan sebagai seorang Kristen. Dia menikah setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan ilmu pengetahuan dengan seorang pendeta bernama Tadros Samaan.
Dia bekerja sebagai guru di kota yang sama di mana suaminya tinggal. Setelah beberapa waktu menikah, dia tahu tentang kenakalan suaminya, yaitu mencuri uang dari gereja dan menyembunyikannya di sebuah rekening bank swasta dengan namanya sehingga tidak akan dipertanyakan.
Mereka memiliki seorang putra, dan ketika anak mereka berumur enam bulan Camelia diperkenalkan dengan Islam melalui dialog dengan rekan-rekannya yang beragama Islam. Dari sana ia menjadi semakin ingin tahu lebih banyak tentang Islam dan Nabi Muhammad saw. Dia mendengar pada salah satu Jumat dari atap rumah, sebuah khotbah mengenai biografi Nabi Muhammad saw.
Setelah membaca tentang Islam dan mempelajari banyak hal akhirnya dia memilih untuk masuk agama Islam. Rekan-rekannya membuat sebuah pesta kecil dan menjadi saksi saat dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia mulai membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan hafal empat juz.
Pada saat itu, ia berhenti menyusui anaknya karena dia yakin bahwa anaknya akan tinggal dengan keluarga sang ayah. Camelia tidak tahu bahwa ia memiliki hak untuk mengambil anaknya seperti yang dijelaskan oleh Abu Yahya dan bisa memiliki hak asuh melalui pengadilan. Tentu saja keluarganya mengetahui Camelia telah memeluk Islam dan mereka berusaha sejak saat itu dengan segala cara agar ia meninggalkan keimanannya. Di tahun berikutnya, suaminya tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya.
Pada 17 Juli 2010, dia memutuskan untuk pergi ke bank dan mencairkan uang yang suaminya curi dari gereja dan disembunyikan di sebuah rekening dengan namanya. Ia kembali ke rumah, meninggalkan uang tersebut, mencium anaknya untuk mengucapkan selamat tinggal dan mengambil beberapa pakaian menuju Al Azhar. Ia mendengar bahwa ada seorang pria yang bisa membantunya mendapatkan sertifikat sebagai muallaf yang dikeluarkan Al Azhar, namanya adalah Moftah Mohamed atau dikenal dengan Abu Yahya.
Sebelum Camelia menemui Abu Yahya, melalui telepon setelah meninggalkan rumahnya, tentara keamanan memanggilnya berkali-kali dan menanyakan apakah Camelia bersama dengannya.
Abu Yahya dikenal dengan orang yang sering menolong orang lain untuk kembali ke Islam dan melakukan tes apakah mereka memeluk Islam dengan benar atau hanya berdasarkan kisah romantis dengan seorang Muslim atau alasan-alasan lainnya.
Pasukan keamanan menekankan bahwa jika Camelia menghubunginya, Abu Yahya harus menghubungi mereka secepatnya. Di waktu yang sama, suaminya mengumpulkan orang-orangnya dan berpura-pura bahwa istrinya diculik oleh seorang Muslim.
Abu Yahya melakukan penyelidikan dan ia mengetahui bahwa diluar sana orang-orang Kristen mengatakan (memfitnah) bahwa ia menculik seorang istri pendeta. Setelah melaksanakan sholat malam, Abu Mahmud Almenya, teman Abu Yahya yang telah bersama Camelia datang kepada Abu Yahya dan menanyakan apakah ia dapat menolong kasus Camelia. Dia menyambut keduanya dirumahnya dan ingin memastikan tentang kasus tersebut dan menanyakan bahwa ia memeluk Islam atas kesadarannya dan pilihannya sendiri. Camelia mengatakan kepada Abu Yahya bahwa ia ingin mendeklarasikan keislamannya secara resmi dan ia ingin segera melaksanakan ibadah umrah di bulan Ramadhan dan mewujudkan mimpinya mengunjungi masjid suci.
Abu Yahya akhirnya menyadari bahwa Camelia serius dan selama pembicaraan dengannya, Camelia bersikeras bahwa dia adalah seorang Muslimah yang telah memeluk Islam selama satu setengah tahun. Dia mengenakan niqab dan saat ia meninggalkan ruangan ia berdoa kepada Allah. Abu Yahya menyarankan agar Camelia menghubungi ibunya, jadi ia dapat merasa aman.
Di pagi hari dalam perjalanan untuk menyelesaikan keinginan Camelia mendapatkan sertifikat di Al-Azhar, Abu Yahya dan Abu Mahmud mengawal Camelia ke Al-Azhar. Mereka melaksanakan sholat Dzuhur di masjid Al-Azhar dan mendatangi sebuah kantor di dalam Al Azhar. Para pegawai di dalamnya mulai menjelaskan prosedurnya. Sertifikat telah ditandatangani oleh Camelia dan disaksikan beberapa orang. Namun petugas berhenti saat melihat nama Camelia dan menanyakan kepadanya, “Apakah Anda Camelia, berusia 25 tahun, seorang guru ilmu pengetahuan alam?”
Setelah ditanya seperti itu, petugas mengatakan Camelia harus datang kembali besok karena ia harus diuji oleh beberapa imam untuk meyakinkan bahwa ia telah meninggalkan Kristen. Abu Yahya memang melihat nama Camelia pada kertas kecil dan beberapa informasi tentangnya yang berada di laci petugas. Beberapa menit kemudian, petugas kembali dengan perilaku yang berbeda dan mengatakan kepada mereka bahwa Syaikh Saeed, yang memiliki kewenangan tidak ada di Al-Azhar dan Camelia harus mengakhiri prosesnya hari itu dan kembali esok hari.
Abu Yahya melihat perubahan tiba-tiba dan kebingungan di wajah petugas tersebut.
Tentara Keamanan menghubungi Abu Yahya dan menanyakan kepadanya mengenai kehadiran Camelia dan apakah mereka telah pergi ke Al-Azhar. Sejak saat itu tidak ada lagi kontak antara Abu Yahya dengan tentara yang menghubunginya sepanjang hari itu.
Pada pulul 00.00 Kamis dini hari, tentara keamanan kembali mengubungi Abu Yahya dan memintanya untuk kembali ke Al-Azhar secepatnya untuk menyelesaikan prosedur.
Kehadiran pendeta disekitar dan di dalam Al-Azhar dirasa tidak normal dan untuk setiap Muslim yang mengenal lembaga Al-Azhar. Mereka menanyakan setiap orang dengan bantuan polisi yang memasuki Al-Azhar untuk memperlihatkan kartu identitasnya. Abu Muhammad dan Abu Yahya mulai curiga dan mereka meninggalkan Camelia di dekat mobil dan masuk ke Al-Azhar untuk mencegah masalah apapun dan karena Camelia telah mengenakan niqab, tidak ada yang mengenalinya.
Kemudian mereka didekati oleh seorang pendeta dengan seorang polisi dan diminta memperlihatkan identitas. Abu Muhammad menolak memberikan informasi kepada mereka karena mereka adalah orang Kristen yang tidak memiliki otoritas di Al-Azhar. Di dalam al-Azhar, seorang petugas menanyakan kepada mereka jika mereka dari Almenia dengan kasus syahadat, mereka lebih baik meninggalkan Al-Azhar karena para polisi tengah mencari-cari mereka dan mereka akan ditangkap.
Abu Yahya berkata pada saat itu ia merasakan ada sesuatu yang tidak benar, Camelia juga melihat beberapa orang memperhatikan mereka dan akhirnya mereka bergegas untuk pergi dan naik taksi meninggalkan kunci mobil dengan saksi mata Abu Muhammad. Abu Yahya membawa Camelia ke kantor dimana ia bekerja dan ketika sampai di kantor ia membuka ponselnya dan melihat pesan dari pasukan keamanan nasional untuk menelepon kembali. Pasukan keamanan ingin dirinya membawa Camelia kembali ke Al azhar untuk menyelesaikan proses.
Saat itu Abu Yahya sangat khawatir dan memutuskan untuk tidak mengikuti perintah pasukan keamanan dan membawa Camelia ke rumahnya. Ia pergi untuk mengambil mobilnya yang dititipkan ke Abu Muhammad dan mereka telah bersama dengan pengacara sejak Abu Yahya memutuskan membawa Camelia ke rumahnya.
Di dalam mobil ia bertanya pada pengacara untuk membantu kasus ini dan mengambil hak asuh anak Camelia jika memungkinkan. Saat itu kami berada di jembatan Kasser El Nile dan tiba-tiba kami dikejutkan dengan serangan sekelompok orang dan salah satu dari mereka berteriak : " Anda Syaikh Moftah, Anda benar-benar sialan "! Saat itu Abu Yahya berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen yang berusaha untuk menangkapnya. Abu Yahya masih bingung sampai akhirnya ia mendengar suara dari radio yang mengatakan, “serang mereka sampai pingsang” dan kemudian ia tahu bahwa yang menyerang adalah tentara keamanan nasional.
Mereka memaksa Abu Yahya keluar mobil dan mereka juga melakukan hal yang sama dengan Camelia, saat itu Camelia berteriak terhadap tentara, “Mengapa kalian melakukan ini, tinggalkan saya, saya adalah Muslim…Allah tidak akan diam, takutlah kepada Allah, jangan biarkan nafsu mengendalikanmu… apakah Anda tidak punya belas kasihan?” dan ia terus berteriak sambil menangis hingga saat terakhir Abu Yahya melihatnya.
Abu Yahya terus berjuang sampai akhirnya mereka memaksanya masuk ke dalam mobil dan menutup matanya hingga ia tidak bisa melihat. Matanya baru kembali terbuka saat ia berada di kantor kepolisian di kota Nasser namun karena ia kehilangan banyak darah akibat luka di kepala, ia segera dilarikan ke rumah sakit dan mengalami gegar otak.
Ini adalah kisah sedih yang benar-benar diceritakan oleh Abu Yahya dan sampai sekarang tidak ada media yang mengabarkan tentang berita mengenai Camelia. Gereja menolak mengakui bahwa Camelia adalah seorang Muslim dan dia berada di dalam penjara dimana ia menerima penyiksaan untuk mengembalikannya menjadi seorang Kristen.
Terlihat bahwa mereka menolak ide yang mereka gembar-gemborkan bahwa seseorang bebas memilih agama yang ingin mereka anut. Di sisi lain, Pendeta Shenoda ketiga menyatakan bahwa Camelia berada di dalam sebuah gereja dan tidak diijinkan untuk diekspos media.
Kisah Camelia Shehata inilah yang dijadikan alasan oleh Mujahidin Irak saat mereka menyandera orang-orang Kristen di sebuah gereja di Baghdad. Mereka menuntut pembebasan Camelia Shehata secepatnya atau Kristen Irak akan terus menjadi target serangan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Ternyata ajaran KASIH KRISTEN hanya slogan saja...
LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH...
TIDAK ADA DAYA DAN UPAYA KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH...
Sampai sekarang belum diketahui bagaimana nasib saudari kita Camellia Shehata Zakher...
Semoga Allah SWT memberikan pertolongan dan ketabahan kepada saudari kita...
http://duniamuallaf.blogspot.com/2013/10/camellia-shehata-zakher-diculik-disiksa.html
Namanya Camellia Shehata Zakher, ia berusia 25 tahun, lahir di salah satu kota di Mesir, Almenia dan dibesarkan sebagai seorang Kristen. Dia menikah setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan ilmu pengetahuan dengan seorang pendeta bernama Tadros Samaan.
Dia bekerja sebagai guru di kota yang sama di mana suaminya tinggal. Setelah beberapa waktu menikah, dia tahu tentang kenakalan suaminya, yaitu mencuri uang dari gereja dan menyembunyikannya di sebuah rekening bank swasta dengan namanya sehingga tidak akan dipertanyakan.
Mereka memiliki seorang putra, dan ketika anak mereka berumur enam bulan Camelia diperkenalkan dengan Islam melalui dialog dengan rekan-rekannya yang beragama Islam. Dari sana ia menjadi semakin ingin tahu lebih banyak tentang Islam dan Nabi Muhammad saw. Dia mendengar pada salah satu Jumat dari atap rumah, sebuah khotbah mengenai biografi Nabi Muhammad saw.
Setelah membaca tentang Islam dan mempelajari banyak hal akhirnya dia memilih untuk masuk agama Islam. Rekan-rekannya membuat sebuah pesta kecil dan menjadi saksi saat dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia mulai membaca dan mempelajari Al-Qur’an dan hafal empat juz.
Pada saat itu, ia berhenti menyusui anaknya karena dia yakin bahwa anaknya akan tinggal dengan keluarga sang ayah. Camelia tidak tahu bahwa ia memiliki hak untuk mengambil anaknya seperti yang dijelaskan oleh Abu Yahya dan bisa memiliki hak asuh melalui pengadilan. Tentu saja keluarganya mengetahui Camelia telah memeluk Islam dan mereka berusaha sejak saat itu dengan segala cara agar ia meninggalkan keimanannya. Di tahun berikutnya, suaminya tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya.
Pada 17 Juli 2010, dia memutuskan untuk pergi ke bank dan mencairkan uang yang suaminya curi dari gereja dan disembunyikan di sebuah rekening dengan namanya. Ia kembali ke rumah, meninggalkan uang tersebut, mencium anaknya untuk mengucapkan selamat tinggal dan mengambil beberapa pakaian menuju Al Azhar. Ia mendengar bahwa ada seorang pria yang bisa membantunya mendapatkan sertifikat sebagai muallaf yang dikeluarkan Al Azhar, namanya adalah Moftah Mohamed atau dikenal dengan Abu Yahya.
Sebelum Camelia menemui Abu Yahya, melalui telepon setelah meninggalkan rumahnya, tentara keamanan memanggilnya berkali-kali dan menanyakan apakah Camelia bersama dengannya.
Abu Yahya dikenal dengan orang yang sering menolong orang lain untuk kembali ke Islam dan melakukan tes apakah mereka memeluk Islam dengan benar atau hanya berdasarkan kisah romantis dengan seorang Muslim atau alasan-alasan lainnya.
Pasukan keamanan menekankan bahwa jika Camelia menghubunginya, Abu Yahya harus menghubungi mereka secepatnya. Di waktu yang sama, suaminya mengumpulkan orang-orangnya dan berpura-pura bahwa istrinya diculik oleh seorang Muslim.
Abu Yahya melakukan penyelidikan dan ia mengetahui bahwa diluar sana orang-orang Kristen mengatakan (memfitnah) bahwa ia menculik seorang istri pendeta. Setelah melaksanakan sholat malam, Abu Mahmud Almenya, teman Abu Yahya yang telah bersama Camelia datang kepada Abu Yahya dan menanyakan apakah ia dapat menolong kasus Camelia. Dia menyambut keduanya dirumahnya dan ingin memastikan tentang kasus tersebut dan menanyakan bahwa ia memeluk Islam atas kesadarannya dan pilihannya sendiri. Camelia mengatakan kepada Abu Yahya bahwa ia ingin mendeklarasikan keislamannya secara resmi dan ia ingin segera melaksanakan ibadah umrah di bulan Ramadhan dan mewujudkan mimpinya mengunjungi masjid suci.
Abu Yahya akhirnya menyadari bahwa Camelia serius dan selama pembicaraan dengannya, Camelia bersikeras bahwa dia adalah seorang Muslimah yang telah memeluk Islam selama satu setengah tahun. Dia mengenakan niqab dan saat ia meninggalkan ruangan ia berdoa kepada Allah. Abu Yahya menyarankan agar Camelia menghubungi ibunya, jadi ia dapat merasa aman.
Di pagi hari dalam perjalanan untuk menyelesaikan keinginan Camelia mendapatkan sertifikat di Al-Azhar, Abu Yahya dan Abu Mahmud mengawal Camelia ke Al-Azhar. Mereka melaksanakan sholat Dzuhur di masjid Al-Azhar dan mendatangi sebuah kantor di dalam Al Azhar. Para pegawai di dalamnya mulai menjelaskan prosedurnya. Sertifikat telah ditandatangani oleh Camelia dan disaksikan beberapa orang. Namun petugas berhenti saat melihat nama Camelia dan menanyakan kepadanya, “Apakah Anda Camelia, berusia 25 tahun, seorang guru ilmu pengetahuan alam?”
Setelah ditanya seperti itu, petugas mengatakan Camelia harus datang kembali besok karena ia harus diuji oleh beberapa imam untuk meyakinkan bahwa ia telah meninggalkan Kristen. Abu Yahya memang melihat nama Camelia pada kertas kecil dan beberapa informasi tentangnya yang berada di laci petugas. Beberapa menit kemudian, petugas kembali dengan perilaku yang berbeda dan mengatakan kepada mereka bahwa Syaikh Saeed, yang memiliki kewenangan tidak ada di Al-Azhar dan Camelia harus mengakhiri prosesnya hari itu dan kembali esok hari.
Abu Yahya melihat perubahan tiba-tiba dan kebingungan di wajah petugas tersebut.
Tentara Keamanan menghubungi Abu Yahya dan menanyakan kepadanya mengenai kehadiran Camelia dan apakah mereka telah pergi ke Al-Azhar. Sejak saat itu tidak ada lagi kontak antara Abu Yahya dengan tentara yang menghubunginya sepanjang hari itu.
Pada pulul 00.00 Kamis dini hari, tentara keamanan kembali mengubungi Abu Yahya dan memintanya untuk kembali ke Al-Azhar secepatnya untuk menyelesaikan prosedur.
Kehadiran pendeta disekitar dan di dalam Al-Azhar dirasa tidak normal dan untuk setiap Muslim yang mengenal lembaga Al-Azhar. Mereka menanyakan setiap orang dengan bantuan polisi yang memasuki Al-Azhar untuk memperlihatkan kartu identitasnya. Abu Muhammad dan Abu Yahya mulai curiga dan mereka meninggalkan Camelia di dekat mobil dan masuk ke Al-Azhar untuk mencegah masalah apapun dan karena Camelia telah mengenakan niqab, tidak ada yang mengenalinya.
Kemudian mereka didekati oleh seorang pendeta dengan seorang polisi dan diminta memperlihatkan identitas. Abu Muhammad menolak memberikan informasi kepada mereka karena mereka adalah orang Kristen yang tidak memiliki otoritas di Al-Azhar. Di dalam al-Azhar, seorang petugas menanyakan kepada mereka jika mereka dari Almenia dengan kasus syahadat, mereka lebih baik meninggalkan Al-Azhar karena para polisi tengah mencari-cari mereka dan mereka akan ditangkap.
Abu Yahya berkata pada saat itu ia merasakan ada sesuatu yang tidak benar, Camelia juga melihat beberapa orang memperhatikan mereka dan akhirnya mereka bergegas untuk pergi dan naik taksi meninggalkan kunci mobil dengan saksi mata Abu Muhammad. Abu Yahya membawa Camelia ke kantor dimana ia bekerja dan ketika sampai di kantor ia membuka ponselnya dan melihat pesan dari pasukan keamanan nasional untuk menelepon kembali. Pasukan keamanan ingin dirinya membawa Camelia kembali ke Al azhar untuk menyelesaikan proses.
Saat itu Abu Yahya sangat khawatir dan memutuskan untuk tidak mengikuti perintah pasukan keamanan dan membawa Camelia ke rumahnya. Ia pergi untuk mengambil mobilnya yang dititipkan ke Abu Muhammad dan mereka telah bersama dengan pengacara sejak Abu Yahya memutuskan membawa Camelia ke rumahnya.
Di dalam mobil ia bertanya pada pengacara untuk membantu kasus ini dan mengambil hak asuh anak Camelia jika memungkinkan. Saat itu kami berada di jembatan Kasser El Nile dan tiba-tiba kami dikejutkan dengan serangan sekelompok orang dan salah satu dari mereka berteriak : " Anda Syaikh Moftah, Anda benar-benar sialan "! Saat itu Abu Yahya berpikir bahwa mereka adalah orang Kristen yang berusaha untuk menangkapnya. Abu Yahya masih bingung sampai akhirnya ia mendengar suara dari radio yang mengatakan, “serang mereka sampai pingsang” dan kemudian ia tahu bahwa yang menyerang adalah tentara keamanan nasional.
Mereka memaksa Abu Yahya keluar mobil dan mereka juga melakukan hal yang sama dengan Camelia, saat itu Camelia berteriak terhadap tentara, “Mengapa kalian melakukan ini, tinggalkan saya, saya adalah Muslim…Allah tidak akan diam, takutlah kepada Allah, jangan biarkan nafsu mengendalikanmu… apakah Anda tidak punya belas kasihan?” dan ia terus berteriak sambil menangis hingga saat terakhir Abu Yahya melihatnya.
Abu Yahya terus berjuang sampai akhirnya mereka memaksanya masuk ke dalam mobil dan menutup matanya hingga ia tidak bisa melihat. Matanya baru kembali terbuka saat ia berada di kantor kepolisian di kota Nasser namun karena ia kehilangan banyak darah akibat luka di kepala, ia segera dilarikan ke rumah sakit dan mengalami gegar otak.
Ini adalah kisah sedih yang benar-benar diceritakan oleh Abu Yahya dan sampai sekarang tidak ada media yang mengabarkan tentang berita mengenai Camelia. Gereja menolak mengakui bahwa Camelia adalah seorang Muslim dan dia berada di dalam penjara dimana ia menerima penyiksaan untuk mengembalikannya menjadi seorang Kristen.
Terlihat bahwa mereka menolak ide yang mereka gembar-gemborkan bahwa seseorang bebas memilih agama yang ingin mereka anut. Di sisi lain, Pendeta Shenoda ketiga menyatakan bahwa Camelia berada di dalam sebuah gereja dan tidak diijinkan untuk diekspos media.
Kisah Camelia Shehata inilah yang dijadikan alasan oleh Mujahidin Irak saat mereka menyandera orang-orang Kristen di sebuah gereja di Baghdad. Mereka menuntut pembebasan Camelia Shehata secepatnya atau Kristen Irak akan terus menjadi target serangan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Ternyata ajaran KASIH KRISTEN hanya slogan saja...
LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH...
TIDAK ADA DAYA DAN UPAYA KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH...
Sampai sekarang belum diketahui bagaimana nasib saudari kita Camellia Shehata Zakher...
Semoga Allah SWT memberikan pertolongan dan ketabahan kepada saudari kita...
http://duniamuallaf.blogspot.com/2013/10/camellia-shehata-zakher-diculik-disiksa.html
ritara- SERSAN SATU
-
Posts : 170
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 09.01.14
Reputation : 7
Re: anak dirampas karena memilih islam
Sumber berita dunia muallep....djah......seharusnya berita2 macem ini masuk area muslim sajalah.....
jaya- LETNAN SATU
-
Posts : 1967
Kepercayaan : Lain-lain
Location : London
Join date : 21.07.13
Reputation : 8
Re: anak dirampas karena memilih islam
bisa dicek ada fotonya, dan kalau sudah selamat dan aman terlindungi, bisa ditanyakan sendiri pengalamannya, semoga Allah melindunginya dari kekejian kafir.
tak ada asap kalau tak ada api.
tak ada asap kalau tak ada api.
ritara- SERSAN SATU
-
Posts : 170
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 09.01.14
Reputation : 7
Re: anak dirampas karena memilih islam
kafir selalu kepanasan kalau ada yang mualaf...
Mutiara- KAPTEN
-
Posts : 3660
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 01.08.13
Reputation : 45
Re: anak dirampas karena memilih islam
kejadian ini hampir menimpa tetangga gw, tapi yang mau merampas itu mertuanya, cucunya mau diculik karena ayah ibunya si cucu nekad mualaf, padahal mertuanya aktifis gereja
Mutiaraa- LETNAN DUA
-
Posts : 1445
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 20.01.14
Reputation : 29
Re: anak dirampas karena memilih islam
hadeuh kristenisasi dimana-mana, sejak jaman penjajahan belanda sampai sekarang masih saja mereka pakai cara kotor dan pemaksaan dalam beragama.
amara- SERSAN MAYOR
-
Posts : 639
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 20.01.14
Reputation : 6
roswan- SERSAN MAYOR
-
Posts : 493
Kepercayaan : Islam
Location : jakarta
Join date : 19.01.14
Reputation : 5
Re: anak dirampas karena memilih islam
wuf sadisnya yang ngaku sebagai agama kasih itu ternyata
'NDARIE- SERSAN SATU
-
Posts : 156
Kepercayaan : Islam
Location : IBUKOTA RI
Join date : 22.02.14
Reputation : -1
Re: anak dirampas karena memilih islam
untungnya yeyes masih gadis, bekum nikah, kalau sudah punya anak bisa-bisa mengalami hal yang sama, selamat berjuang untuk menyadarkam kedua orang tua dan oma opanya yah, memang tidak mudah, habis sholat doakan selalu semoga hidayah bisa cepat datang.
amara- SERSAN MAYOR
-
Posts : 639
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 20.01.14
Reputation : 6
Re: anak dirampas karena memilih islam
waduh jangan buka rahasia disini donk, sama bang Roswan juga cuma teman dekat kok, sahabat baik, dia banyak nolong aku, baik banget orangnya, masih available pula hii hii hii.
YEYES- PRAJURIT
-
Posts : 16
Kepercayaan : Islam
Location : earth
Join date : 09.03.14
Reputation : 0
Similar topics
» Tragedi Dahhak_al-Kilabi, seorang anak membuat ayahnya terbunuh karena menolak masuk islam
» Empat Pertanyaan Hendri Tyas Waluyo Sebelum Memilih Islam
» Dahsyat : Arnoud Van Dorn anggota partai anti Islam, anak buah Geert Wilders masuk Islam
» SIFAT-SIFAT alloh swt vs SIFAT-SIFAT iblis
» Karena Puasa, Seorang Pendeta Amerika Masuk Islam
» Empat Pertanyaan Hendri Tyas Waluyo Sebelum Memilih Islam
» Dahsyat : Arnoud Van Dorn anggota partai anti Islam, anak buah Geert Wilders masuk Islam
» SIFAT-SIFAT alloh swt vs SIFAT-SIFAT iblis
» Karena Puasa, Seorang Pendeta Amerika Masuk Islam
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik