Apakah karena Surga dan Neraka

First topic message reminder :

bolehlah sekiranya kita berdiskusi mengenai hal ini :

Apakah karena surga kita melakukan perintah-NYA, serta karena neraka kita menjauhi segala larangan-NYA?
dan
Apakah pengharapan akan surga dan pengharapan dijauhi neraka akan mengurangi ke-ikhlasan tindakan kita?

SEGOROWEDI wrote:

Mutiara wrote:Ada kisah sufi, tapi lupa hidupnya itu di jaman nabi Musa atau nabi Muhammad, pernah baca, ada seorang lelaki tua yang usianya ratusan tahun dan selalu rajin beribadah, ia merasa sedih ketika sahabatnya yang baru berusia seratus tahun tahun meninggal, ia khawatir sahabatnya itu tak bisa masuk surga karena pahalanya baru selama seratus tahun, belum selama dirinya. Lalu ia bertanya pada nabi, apakah sahabatnya itu akan masuk surga? Lalu nabi bertanya kepada Allah, dan nabi memberikan jawaban bahwa temannya itu akan masuk surga, tetapi si orang tua itu justru akan masuk neraka. Mendengar jawaban itu, si orang tua itu tersenyum. Saat ditanya nabi mengapa ia tersenyum, ia menjawab ia bahagia karena temannya masuk surga, dan ia menyatakan ikhlas jika Allah menghendaki dirinya masuk neraka, jika itu memang kehendakNya. Lalu nabi menjawab, aku diperintahkan Allah untuk menyampaikan kepadamu, bahwa keikhlasanmu itu telah membawamu ke surga, bersama temanmu kamu pun Allah tetapkan untuk masuk surga.

kisah antah berantah..

anda bisa menjadi peserta diskusi, tetapi anda harus mengemukakan pendapat anda terlebih dahulu tentang topik yang kita diskusikan ini. selanjutnya pendapat anda tersebut kita diskusikan bersama.

kalau si sw itu abaikan saja... dia kafir, mana tuhan dan yang bukan tuhan saja dia tidak tahu, percuma juga diajak diskusi. :)))

mahluk sesat dia, mengira yang bukan tuhan adalah tuhan, dan tuhan jadi bukan tuhan...yah, namanya juga sesat.

lampu teplok wrote:Beribadah kepada Allah itu bukan untuk mengharapkan untuk masuk surga, tp untuk mengharapkan Rahmat-Nya Allah SWT, karena yg membuat kita masuk surga adalah karena Rahmat-Nya Allah, dan untuk menggapai Rahmat Allah hanya dua caranya : patuhi perintahnya dan jauhi larangannya, simple dalam teori namun sulit dalam pelaksanaannya, yah, semoga kita semua tergolong menjadi manusia2 yg bertaqwa....
sekian jawaban by me
  

B E T U L ........ itulah "sami'na wa atho'na" sebagai jawaban dari ayat 51/56 .............. amiin

neraka dan surg aitu cuma konsekuensi saja, akibat dari suatu pilihan kita

Mutiara wrote:neraka dan surg aitu cuma konsekuensi saja, akibat dari suatu pilihan kita

jadi setuju bahwa surga/neraka bukan tujuan ....... trus yang nengng maksudkan "pilihan" sebenarnya apa ? ............................... okey

yup neraka dan surga itu hanya konsekuensi atas pilihan manusia dan jin, yakni memilih jadi muslim akan dapat surga, memilih jadi kafir akan dapat neraka, itu hukumnya.

Saya pribadi punya pandangan tentang hal ini.

Sebenarnya, kalau boleh jujur, surga dan neraka itu kasus luar biasa penting, bagi kita, bukan bagi Tuhan. Bisa jadi kita di dunia bilang ini itu atau tidak peduli tentang balasan surga atau neraka. Hal ini bisa dimaklumi karena kita tidak pernah melihat atau merasakannya. Tapi, saya yakin, kalau kita semua sudah bertemu dengan Tuhan di akhirat, tidak ada satupun orang-orang di sini yang mau meremehkan pahala surga dan neraka. Semuanya pasti menomorsatukan pahala yang judulnya surga ini. Dan tidak ada seorang pun yang volunteer mau masuk ke neraka. Masalahnya bukan hidup dan mati saja, tapi kekekalan versus kekekalan. Saya yakin kalau semua orang diberi kesempatan di hari akhir di hadapan Tuhan, anda mau tebus diri anda dengan apapun pasti akan anda lakoni asal tidak masuk neraka, tidak peduli seberapa mewek dan nangis darahnya anda di sana.

Maka dari itu, menanggapi kita beribadah karena surga atau neraka bagi saya pribadi memang, kita semua memprioritaskan surga. Namun ada satu hal krusial yang tidak bisa dilupakan dari natur manusia, yaitu denial. Denial adalah suatu perilaku psikologis yang mencoba menolak apapun hal-hal yang ada di depannya. Denial adalah anugerah dan cobaan terbesar dari Tuhan. Karena dengan adanya denial ini kita tidak perlu setiap hari bangun tiba-tiba di tengah malam karena kepikiran neraka dan surga. Denial membuat kita mengalihkan perhatian kita dari fokus surga dan neraka ke, misalnya, youtube.

Maka dari itu, saya pribadi berkonklusi tentang denial ini menjadi sebagai berikut,

Konklusi wrote:Perilaku, baik itu perbuatan baik atau buruk, yang dilakukan oleh manusia sehari-hari, adalah cerminan jujur dari kualitas manusia itu sendiri. Bukan karena surga dan neraka, karena kedua hal ini sudah diblok oleh denial. Tapi memang murni perilaku-perilaku kita itu menunjukkan siapa diri kita adanya.

Sekian pandangan dari saya, jika ada pandangan yang lain, dengan senang hati akan saya coba amati.

saya sih simpel..
- sorga bagi para pengikut Tuhan
- neraka bagi para pengikut setan

tinggal diteliti..
yang kita ikuti itu Tuhan atau setan

menelitinya gampang..
lihat buah-buah pengajarannya
lihat tabiat pembawanya

sudah dikasih tahu kalau amal baikny akafir itu bak fatamorgana...hanya akan Allah bayar lunas di dunia ini saja, tak bisa dibawa ke akherat, hanya dosa-dosanya saja dengan dosa terbesar kesyirikan, jadi neraka lah tempat kafir itu.

sedangkan bagi muslim, Allah limpahkan rahmadnya, sehingga terhapus seluruh dosanya (tanpa perlu harus membunuh tuhan, karenaAllah Maha pengasih dan penyayang, dan tak perlu tuhan harus bunih diri, karena Allah itu Maha Kuasa), sehingga semua muslim bisa masuk surga.

tinggal tingkat keimanan masing-masing yang akan menentukan level surganya masing-masing.

Agaroh ha'Tsadiqim wrote:Saya pribadi punya pandangan tentang hal ini.

Sebenarnya, kalau boleh jujur, surga dan neraka itu kasus luar biasa penting, bagi kita, bukan bagi Tuhan. Bisa jadi kita di dunia bilang ini itu atau tidak peduli tentang balasan surga atau neraka. Hal ini bisa dimaklumi karena kita tidak pernah melihat atau merasakannya. Tapi, saya yakin, kalau kita semua sudah bertemu dengan Tuhan di akhirat, tidak ada satupun orang-orang di sini yang mau meremehkan pahala surga dan neraka. Semuanya pasti menomorsatukan pahala yang judulnya surga ini. Dan tidak ada seorang pun yang volunteer mau masuk ke neraka. Masalahnya bukan hidup dan mati saja, tapi kekekalan versus kekekalan. Saya yakin kalau semua orang diberi kesempatan di hari akhir di hadapan Tuhan, anda mau tebus diri anda dengan apapun pasti akan anda lakoni asal tidak masuk neraka, tidak peduli seberapa mewek dan nangis darahnya anda di sana.

aku kira tidak ada yang meremehkan surga dan neraka ...... meskipun mereka mayoritas tidak tahu apa sebenarnya kedua tempat itu ............ anda teliti di ayat 51/56 manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada-NYA ............ andaikata tidak ada surga dan neraka apakah anda tidak mau beribadah kepada ALLAH ?

Namun ada satu hal krusial yang tidak bisa dilupakan dari natur manusia, yaitu denial. Denial adalah suatu perilaku psikologis yang mencoba menolak apapun hal-hal yang ada di depannya. Denial adalah anugerah dan cobaan terbesar dari Tuhan.

mungkin benar, masalahnya mampukah anda mengendalikan sifat ini, sehingga tujuan anda beribadah kepada ALLAH tetap istiqomah

Maka dari itu, saya pribadi berkonklusi tentang denial ini menjadi sebagai berikut ;
Perilaku, baik itu perbuatan baik atau buruk, yang dilakukan oleh manusia sehari-hari, adalah cerminan jujur dari kualitas manusia itu sendiri. Bukan karena surga dan neraka, karena kedua hal ini sudah diblok oleh denial. Tapi memang murni perilaku-perilaku kita itu menunjukkan siapa diri kita adanya.

aku kira lebih tepat dikatakan cerminan dari akhlak seseorang ............... okey

Tingkat keimanan tertinggi itu berjenjang-jenjang dan naik turun.

mulai dari yang terendah:
1) beribadah karena orang lain, takut pada ayah/ibu, takut dibilang bukan sebagai manusia alim dan beragama, takut dijauhi teman, dll
2) beribadah karena dirisendiri, al demi kesehatan, demi ketenangan batin ketika ada masalah saja ia rajin beribadah, ketika saat senang lalu malas, ibadah ditinggalkan dan terlupa, dll
3) beribadah karena ada pamrihnya,
al. supaya terkabul doa-doanya, bisa naik pangkat, bisa cepet kaya, bisa tercapai segala tujuan dan keinginan duniawinya.
4) beribadah karena takut pada neraka, dan ingin surga
ini juga berpamrih, tapi sudah lupayan tinggi, pamrihnya tentang kehidupan akherati, bukan sekedar keinginan duniawi saja.
5) ini tingkat keimanan yang tertinggi, yakni beribadah karena semata demi ridho Allah.

Mutiara wrote:Tingkat keimanan tertinggi itu berjenjang-jenjang dan naik turun.

mulai dari yang terendah:
1) beribadah karena orang lain, takut pada ayah/ibu, takut dibilang bukan sebagai manusia alim dan beragama, takut dijauhi teman, dll
2) beribadah karena dirisendiri, al demi kesehatan, demi ketenangan batin ketika ada masalah saja ia rajin beribadah, ketika saat senang lalu malas, ibadah ditinggalkan dan terlupa, dll
3) beribadah karena ada pamrihnya,
al. supaya terkabul doa-doanya, bisa naik pangkat, bisa cepet kaya, bisa tercapai segala tujuan dan keinginan duniawinya.
4) beribadah karena takut pada neraka, dan ingin surga
ini juga berpamrih, tapi sudah lupayan tinggi, pamrihnya tentang kehidupan akherati, bukan sekedar keinginan duniawi saja.
5) ini tingkat keimanan yang tertinggi, yakni beribadah karena semata demi ridho Allah.

yang sesuai dengan petunjuk ALLAH yang mana ? ............ itu aja yang jadi pegangan, gak usah yang macam-macam ......................... okey

manusia itu sendiri yang memang bermacam-macam, dan kamu tidak bisa mendikte karena tingkat keimanan manusia memang bermacam-macam sesuai kematangan diri masing-masing. Allah saja membebaskan manusia untuk jadi muslim atau kafir, demikian pula dengan level keimanan, tergantung kesiapan setiap manusia itu sendiri, tak bisa dipaksakan. dan dari setiap pilihan itu ada konsekuensinya masing-masing.

Mutiara wrote:manusia itu sendiri yang memang bermacam-macam, dan kamu tidak bisa mendikte karena tingkat keimanan manusia memang bermacam-macam sesuai kematangan diri masing-masing. Allah saja membebaskan manusia untuk jadi muslim atau kafir, demikian pula dengan level keimanan, tergantung kesiapan setiap manusia itu sendiri, tak bisa dipaksakan. dan dari setiap pilihan itu ada konsekuensinya masing-masing.

itulah ........... mengapa ALLAH menugaskan rasul, dan menurunkan quran sebagai petunjuk bagi manusia ........... hi hi hi ....... untuk apa aku mendikte orang, tetapi setiap muslim diwajibkan untuk menyampaikan petunjuk yang tersurat maupun yang tersirat dalam quran, agar mereka mempunyai keimanan yang sesuai dengan petunjuk ALLAH dalam alquran itu ...................... okey

menurutmu yang mana yang diwajibkan itu? wk wk wk nope, cukup menjadi muslim itulah kewajibannya kalau mau masuk surga, sedangkan tingkat keimanan itu tergantung kematangan tingkat spiritual masing-masing...tak ada yang salah, yang diwajibkan adalah beribadah di dunia ini,  itu kewajibannya, sedangkan tingkat keimanan hanya untuk membedakan tingkatan surganya masing-masing....

tiap pilihan ada konsekuensinya masing-masing.


QS 3. Ali 'Imran
Perintah taat kepada Allah dan Rasul serta sifat-sifat orang-orang yang bertakwa
132. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.


itu saja syarat masuk surga.

Mutiara wrote:menurutmu yang mana yang diwajibkan itu? wk wk wk nope, cukup menjadi muslim itulah kewajibannya kalau mau masuk surga, sedangkan tingkat keimanan itu tergantung kematangan tingkat spiritual masing-masing...tak ada yang salah, yang diwajibkan adalah beribadah di dunia ini,  itu kewajibannya, sedangkan tingkat keimanan hanya untuk membedakan tingkatan surganya masing-masing.

balighu anni walau ayaatan .......................... okey

Mutiara wrote:sudah dikasih tahu kalau amal baikny akafir itu bak fatamorgana...hanya akan Allah bayar lunas di dunia ini saja, tak bisa dibawa ke akherat, hanya dosa-dosanya saja dengan dosa terbesar kesyirikan, jadi neraka lah tempat kafir itu.

sedangkan bagi muslim, Allah limpahkan rahmadnya, sehingga terhapus seluruh dosanya (tanpa perlu harus membunuh tuhan, karenaAllah Maha pengasih dan penyayang, dan tak perlu tuhan harus bunih diri, karena Allah itu Maha Kuasa), sehingga semua muslim bisa masuk surga.

tinggal tingkat keimanan masing-masing yang akan menentukan level surganya masing-masing.

perbuatan baik kok fatamorgana..
yang diakui hanya perbuatan baik slim-slimah, jelas kebohongan belaka..
=deleted text=
*Pertanyaan yang menjurus terjadinya out of topic.
By Admin

Agaroh ha'Tsadiqim wrote:

Konklusi wrote:Perilaku, baik itu perbuatan baik atau buruk, yang dilakukan oleh manusia sehari-hari, adalah cerminan jujur dari kualitas manusia itu sendiri. Bukan karena surga dan neraka, karena kedua hal ini sudah diblok oleh denial. Tapi memang murni perilaku-perilaku kita itu menunjukkan siapa diri kita adanya.

Sekian pandangan dari saya, jika ada pandangan yang lain, dengan senang hati akan saya coba amati.

terima kasih pak Agaroh ha'Tsadiqim
maaf, perlu waktu lama bagi saya untuk sedikit memahami.
yang masih membingungkan saya karena ada pertanyaan pada benak saya dimana:
apakah karena kualitas baik maka perilaku akan baik
atau karena perilaku yang baik akan menjadi kualitas baik?

Mutiara wrote:

myxpnelyx wrote:

Mutiara wrote:kalau masih dipandang sebagai kewajiban, maka itu belum sepenuhnya ikhlas.

jika benar demikian adanya,  belum sepenuhnya ikhlas itu berdampak apa terhadap amalan yang kita lakukan?

yah pahalanya tak sebesar kalau yang benar-benar ikhlas SEMATA-MATA hanya untuk Allah.

jadi tergantung itu tergantung nawaitunya, lalu tergantung juga seberapa keikhlasan ketulusannya.

.

saya saat ini berpendapat sama dengan yang anda tulis tebal : tergantung niat.
mengenai keikhlasan dan ketulusan akan mengikuti arahnya niat.

@mutiara

hai, bagaimana tanggapan nengng untuk postingan tanggal 2 sept 2013 ............ okey

si mumut ke mana ya?
apa ngambek karena selain saya tapuki..
juga ditaboki seukuwah secara berjamaah..
  

Mutiara wrote:
5) ini tingkat keimanan yang tertinggi, yakni beribadah karena semata demi ridho Allah.

Jika kita muslim sudah masuk level ini (syurga atau neraka) jika Allah ridho tentunya tidak ada masalah.

sudah disebutkan di Quran hal-hal apa saja yang membuat Allah ridho itu....

silahkan dipelajari....

tingkat keimanan yang level tertinggi tentu saja.

btw. semua jawaban sudah jelas di Quran kalian tinggal mempelajarinya, jangan seperti bayi yang selalu minta disuapi melulu....orang online juga ada keterbatasan waktunya.....ada kesibukan masing-masing.