Uni Eropa Diam Soal Mesir, Perdana Menteri Turki Mengutuk--terbukti pagan dan barat menerapkan standar ganda
Halaman 1 dari 1 • Share
Uni Eropa Diam Soal Mesir, Perdana Menteri Turki Mengutuk--terbukti pagan dan barat menerapkan standar ganda
Recep Tayyip Erdogan
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUl -- Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, pendukung kuat Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi, pada Sabtu mengecam Uni Eropa dan negara lain, yang tidak mengutuk keras pembunuhan puluhan orang di Kairo.
Pasukan keamanan menembak mati puluhan pendukung Mursi pada Sabtu, beberapa hari setelah tentara menyerukan amanat menghapus "kekerasan dan terorisme" setelah penggulingan pemerintahan demokratis pertama Mesir pada 3 Juli.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan, "sangat menyesalkan" jatuhnya korban jiwa dan menyerukan penghentian aksi kekerasan.
Namun Erdogan, yang baru-baru ini juga menghadapi aksi protes jalanan besar yang menuntut pemerintah mundur di dalam negeri, menuduh Uni Eropa menerapkan standar ganda dengan mempertanyakan penggunaan gas air mata polisi di Turki tapi tidak mempertanyakan penembakan yang berujung kematian pada para demonstran di Kairo.
"Mereka yang diam ketika kehendak bangsa Mesir dibantai akan diam lagi ketika rakyat dibantai. Apa yang terjadi pada Uni Eropa (dan) nilai-nilai Eropa, ke mana perginya orang-orang yang berkeliling menyebarkan pelajaran tentang demokrasi? "kata Erdogan dalam pidato di hadapan sekelompok pengusaha di Istanbul yang disiarkan televisi.
"Di mana Perserikatan Bangsa Bangsa? Dimana mereka yang menciptakan pertanyaan ketika polisi Turki yang sama sekali dibenarkan dengan cara yang sah menggunakan (meriam) air dan semprotan merica sekarang ketika ada kudeta dan pembantaian di Mesir," katanya.
Komentar Erdogan itu dibuat sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, mengemukakan pernyataan sensitif kepada sekutu Arabnya yang menerima bantuan militer lebih dari 1 milyar dolar setahun itu, dengan mendesak pemerintah Mesir untuk menghormati hak atas protes damai.
Uni Eropa, organisasi tempat Turki berusaha untuk bergabung, dan Amerika Serikat, keduanya mengkritik tindakan keras polisi Turki terhadap protes antipemerintah tersengit dalam beberapa dasawarsa terakhir. Lima orang tewas dalam bentrokan itu.
Pemerintahan Erdogan telah diwarnai dengan upaya-upayanya untuk menggalang pengaruh diplomatik Turki di Timur Tengah.
Redaktur : Heri Ruslan
Sumber : Antara
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUl -- Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan, pendukung kuat Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi, pada Sabtu mengecam Uni Eropa dan negara lain, yang tidak mengutuk keras pembunuhan puluhan orang di Kairo.
Pasukan keamanan menembak mati puluhan pendukung Mursi pada Sabtu, beberapa hari setelah tentara menyerukan amanat menghapus "kekerasan dan terorisme" setelah penggulingan pemerintahan demokratis pertama Mesir pada 3 Juli.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan, "sangat menyesalkan" jatuhnya korban jiwa dan menyerukan penghentian aksi kekerasan.
Namun Erdogan, yang baru-baru ini juga menghadapi aksi protes jalanan besar yang menuntut pemerintah mundur di dalam negeri, menuduh Uni Eropa menerapkan standar ganda dengan mempertanyakan penggunaan gas air mata polisi di Turki tapi tidak mempertanyakan penembakan yang berujung kematian pada para demonstran di Kairo.
"Mereka yang diam ketika kehendak bangsa Mesir dibantai akan diam lagi ketika rakyat dibantai. Apa yang terjadi pada Uni Eropa (dan) nilai-nilai Eropa, ke mana perginya orang-orang yang berkeliling menyebarkan pelajaran tentang demokrasi? "kata Erdogan dalam pidato di hadapan sekelompok pengusaha di Istanbul yang disiarkan televisi.
"Di mana Perserikatan Bangsa Bangsa? Dimana mereka yang menciptakan pertanyaan ketika polisi Turki yang sama sekali dibenarkan dengan cara yang sah menggunakan (meriam) air dan semprotan merica sekarang ketika ada kudeta dan pembantaian di Mesir," katanya.
Komentar Erdogan itu dibuat sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, mengemukakan pernyataan sensitif kepada sekutu Arabnya yang menerima bantuan militer lebih dari 1 milyar dolar setahun itu, dengan mendesak pemerintah Mesir untuk menghormati hak atas protes damai.
Uni Eropa, organisasi tempat Turki berusaha untuk bergabung, dan Amerika Serikat, keduanya mengkritik tindakan keras polisi Turki terhadap protes antipemerintah tersengit dalam beberapa dasawarsa terakhir. Lima orang tewas dalam bentrokan itu.
Pemerintahan Erdogan telah diwarnai dengan upaya-upayanya untuk menggalang pengaruh diplomatik Turki di Timur Tengah.
Redaktur : Heri Ruslan
Sumber : Antara
gusti_bara- SERSAN MAYOR
-
Posts : 628
Location : braling
Join date : 12.08.12
Reputation : 19
Similar topics
» Barat diam-diam tertarik pada Nabi Muhammad
» Perdana Menteri Islam
» Standar Ganda dalam Lingkungan Buddha
» Standar Ganda Emiliana & Seluruh Netter Non-Muslim Dimari
» Standar Ganda Terkait Shalat Menghadap Ka'bah dan Mencium Hajar Aswad
» Perdana Menteri Islam
» Standar Ganda dalam Lingkungan Buddha
» Standar Ganda Emiliana & Seluruh Netter Non-Muslim Dimari
» Standar Ganda Terkait Shalat Menghadap Ka'bah dan Mencium Hajar Aswad
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik