Dikepung, Muslim Myanmar Tidak Bisa Melawan
Halaman 1 dari 1 • Share
Dikepung, Muslim Myanmar Tidak Bisa Melawan
http://international.okezone.com/read/2013/07/10/411/834916/dikepung-muslim-myanmar-tidak-bisa-melawan
Dikepung, Muslim Myanmar Tidak Bisa Melawan
Kisah tentang pembantaian yang terjadi terhadap Muslim Myanmar, pada Maret, dikuak oleh Associated Press. Pengepungan warga Muslim Myanmar oleh warga Myanmar, di Meikhtila menjadi awal dari pembantaian yang menewaskan 43 jiwa itu. Seperti yang sudah dipaparkan Associated Press sebelumnya, Madrasah Mingalar Zayone di Meikhtila menjadi incaran dari massa di Myanmar menjelang kerusuhan terjadi. Beberapa siswa yang berada di dalamnya sempat berusaha melarikan diri di lapangan rumput Wat Hlan Taw, sejak 20 Maret hingga 21 Maret pagi hari, di saat kerusuhan terjadi.
Associated Press, Rabu (10/7/2013) yang mendapatkan keterangan dari korban selamat dalam serangan itu, menggambarkan situasi yang terjadi. Melalui pengakuan dari korban yang bernama Thida, kantor berita Amerika Serikat (AS) itu memperoleh informasi apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Thida ketika mereka bersembunyi di Wat Hlan Taw, puluhan massa sudah mengejar di belakang mereka. Seorang guru bernama Shafee sempat putus ketika dalam persembunyiaannya mengingat dirinya menderita rasa sakit di perut.
Tidak butuh waktu lama, massa yang anti-Muslim itu menyisir Wat Hlan Taw dengan dipersenjatai senter. Beberapa dari mereka bahkan melemparkan batu ke dalam semak dengan menggunakan ketapel. "Keluar kalian, Kalars!" teriak massa, seperti ditirukan Thida. Istilah Kalars itu diaggap sebagai sebuah ucapan yang ditujukan untuk melecehkan Muslim Myanmar.
Kemudian warga Muslim yang menjadi korban lari ke sebuah perumahan yang dimiliki oleh pengusaha Muslim. Panik, mereka bahkan merobohkan pagar bantu untuk masuk. Mereka sadar bahwa massa tidak jauh berada di belakang. Thida menceritakan bagaimana seorang siswa bernama Koko bersimbah darah karena terkena sabetan parang dari massa yang mengamuk. Saat itu Koko merasa, mereka terperangkap seperti binatang dan dirinya tidak bisa berbuat apapun.
Beberapa siswa kemudian dalam kondisi panik menelpon untuk meminta bantuan, mulai kepada orangtua hingga menelepon polisi. Sementara beberapa dari mereka ada yang berteriak dan lainnya mencari benda apapun yang bisa digunakan untuk membela diri. Pada 21 Maret, sekira pukul 07.30 pagi waktu setempat politisi oposisi Win Htein tiba di lokasi dengan puluhan polisi. Pihak keamanan yang bersenjatakan senapan dan pelindung, membentuk barisan menghalangi massa anti-Muslim mendekati korban.
Menurut keterangan Thida, Win Htein tiba melihat dua jasad warga Muslim Myanmar di pinggiran Wat Hlan Taw. Selama 45 menit kemudian, Win melihat langsung massa yang mengejar lima siswa lain keluar dari semak-semak dan satu per satu dibantai. Polisi pun hanya berdiam diri melihat pembantaian itu. "Mereka (Muslim Myanmar) harus dimusnahkan!" teriak seorang perempuan Myanmar, seperti yang diceritakan Thida.
"Bunuh mereka semua!" teriak seorang lainnya. "Kita harus memperlihatkan keberanian warga Myanmar!" ujar warga Myanmar yang saat itu mengepung Thida. Win Htein yang merupakan seorang pejabat negara, muak. Dia ingin muntah. Dalam waktu dua dekade di penjara, dirinya tidak pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Seorang polisi pun akhirnya menyarankan Win Htein untuk pergi dari lokasi pembantaian.
Selang beberapa lama kemudian, seorang biksu dan empat orang anggota polisi menawarkan untuk mengawal warga Muslim yang terkepung itu ke kendaraan polisi yang jaraknya jauh dari ladang Wat Hlan Taw. "Kami akan melindungi kalian. Tetapi siswa itu harus berhenti berdoa. Mereka harus menurunkan senjata," ujar seorang polisi kepada siswa madrasah yang ingin melindungi diri.
Siswa-siswa Muslim Myanmar ini akhir dibawa ke mobil polisi dengan tangan di kepala seperti kriminal. Tetapi, selama dalam perjalanan mereka menuju mobil itu, masih ada warga Myanmar yang menyerang dan membunuh mereka termasuk pula melukai polisi yang tengah melindungi.
Mereka pun akhirnya di bawa ke sebuah biara untuk diberikan perlindungan. Total sekira 120 siswa berhasil diselamatkan, tetapi 36 lainnya tewas dibantai oleh warga Myanmar. Sementara jumlah keseluruhan korban tewas di Meikhtila mencapai 43 jiwa.
Dikepung, Muslim Myanmar Tidak Bisa Melawan
Kisah tentang pembantaian yang terjadi terhadap Muslim Myanmar, pada Maret, dikuak oleh Associated Press. Pengepungan warga Muslim Myanmar oleh warga Myanmar, di Meikhtila menjadi awal dari pembantaian yang menewaskan 43 jiwa itu. Seperti yang sudah dipaparkan Associated Press sebelumnya, Madrasah Mingalar Zayone di Meikhtila menjadi incaran dari massa di Myanmar menjelang kerusuhan terjadi. Beberapa siswa yang berada di dalamnya sempat berusaha melarikan diri di lapangan rumput Wat Hlan Taw, sejak 20 Maret hingga 21 Maret pagi hari, di saat kerusuhan terjadi.
Associated Press, Rabu (10/7/2013) yang mendapatkan keterangan dari korban selamat dalam serangan itu, menggambarkan situasi yang terjadi. Melalui pengakuan dari korban yang bernama Thida, kantor berita Amerika Serikat (AS) itu memperoleh informasi apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Thida ketika mereka bersembunyi di Wat Hlan Taw, puluhan massa sudah mengejar di belakang mereka. Seorang guru bernama Shafee sempat putus ketika dalam persembunyiaannya mengingat dirinya menderita rasa sakit di perut.
Tidak butuh waktu lama, massa yang anti-Muslim itu menyisir Wat Hlan Taw dengan dipersenjatai senter. Beberapa dari mereka bahkan melemparkan batu ke dalam semak dengan menggunakan ketapel. "Keluar kalian, Kalars!" teriak massa, seperti ditirukan Thida. Istilah Kalars itu diaggap sebagai sebuah ucapan yang ditujukan untuk melecehkan Muslim Myanmar.
Kemudian warga Muslim yang menjadi korban lari ke sebuah perumahan yang dimiliki oleh pengusaha Muslim. Panik, mereka bahkan merobohkan pagar bantu untuk masuk. Mereka sadar bahwa massa tidak jauh berada di belakang. Thida menceritakan bagaimana seorang siswa bernama Koko bersimbah darah karena terkena sabetan parang dari massa yang mengamuk. Saat itu Koko merasa, mereka terperangkap seperti binatang dan dirinya tidak bisa berbuat apapun.
Beberapa siswa kemudian dalam kondisi panik menelpon untuk meminta bantuan, mulai kepada orangtua hingga menelepon polisi. Sementara beberapa dari mereka ada yang berteriak dan lainnya mencari benda apapun yang bisa digunakan untuk membela diri. Pada 21 Maret, sekira pukul 07.30 pagi waktu setempat politisi oposisi Win Htein tiba di lokasi dengan puluhan polisi. Pihak keamanan yang bersenjatakan senapan dan pelindung, membentuk barisan menghalangi massa anti-Muslim mendekati korban.
Menurut keterangan Thida, Win Htein tiba melihat dua jasad warga Muslim Myanmar di pinggiran Wat Hlan Taw. Selama 45 menit kemudian, Win melihat langsung massa yang mengejar lima siswa lain keluar dari semak-semak dan satu per satu dibantai. Polisi pun hanya berdiam diri melihat pembantaian itu. "Mereka (Muslim Myanmar) harus dimusnahkan!" teriak seorang perempuan Myanmar, seperti yang diceritakan Thida.
"Bunuh mereka semua!" teriak seorang lainnya. "Kita harus memperlihatkan keberanian warga Myanmar!" ujar warga Myanmar yang saat itu mengepung Thida. Win Htein yang merupakan seorang pejabat negara, muak. Dia ingin muntah. Dalam waktu dua dekade di penjara, dirinya tidak pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Seorang polisi pun akhirnya menyarankan Win Htein untuk pergi dari lokasi pembantaian.
Selang beberapa lama kemudian, seorang biksu dan empat orang anggota polisi menawarkan untuk mengawal warga Muslim yang terkepung itu ke kendaraan polisi yang jaraknya jauh dari ladang Wat Hlan Taw. "Kami akan melindungi kalian. Tetapi siswa itu harus berhenti berdoa. Mereka harus menurunkan senjata," ujar seorang polisi kepada siswa madrasah yang ingin melindungi diri.
Siswa-siswa Muslim Myanmar ini akhir dibawa ke mobil polisi dengan tangan di kepala seperti kriminal. Tetapi, selama dalam perjalanan mereka menuju mobil itu, masih ada warga Myanmar yang menyerang dan membunuh mereka termasuk pula melukai polisi yang tengah melindungi.
Mereka pun akhirnya di bawa ke sebuah biara untuk diberikan perlindungan. Total sekira 120 siswa berhasil diselamatkan, tetapi 36 lainnya tewas dibantai oleh warga Myanmar. Sementara jumlah keseluruhan korban tewas di Meikhtila mencapai 43 jiwa.
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Pembela Kristen- SERSAN MAYOR
-
Posts : 349
Join date : 29.01.12
Reputation : 4
Similar topics
» Para Biksu Budha Buat RUU Pelarangan Pernikahan Budha dan Muslim
» Myanmar dapat bekerjasama dgn Israel dlm melawan bangsa dadakan Palestina & Rohingya
» F-22 (Kristen) VS Musicman (Muslim)-Kisah 2 batu, manusia lancang & kurang ajar tapi alloh swt cuma bisa terdiam tidak mampu berbuat apa-apa
» Video Muslim Hajar Muslim di AUSTRALIA. Polisi tidak perduli dengan mereka.
» Perempuan Muslim Dihukum Kerja Paksa di Myanmar
» Myanmar dapat bekerjasama dgn Israel dlm melawan bangsa dadakan Palestina & Rohingya
» F-22 (Kristen) VS Musicman (Muslim)-Kisah 2 batu, manusia lancang & kurang ajar tapi alloh swt cuma bisa terdiam tidak mampu berbuat apa-apa
» Video Muslim Hajar Muslim di AUSTRALIA. Polisi tidak perduli dengan mereka.
» Perempuan Muslim Dihukum Kerja Paksa di Myanmar
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik