FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

sejarah tasawuf Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

sejarah tasawuf Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

sejarah tasawuf

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

sejarah tasawuf Empty sejarah tasawuf

Post by sungokong Sun May 12, 2013 11:41 pm

Penamaan sufi tidak ditemukan secara pasti, dari kata apa asalnya. Ada perbedaan-perbedaan pendapat asal kata sufi ataupun tasawuf. Ibnu Taimiyah meneyebutkan sebagian perbedaan-perbedaan ang ada sebagai berikut;

Dikatakan bahwa lafadz sufi itu dinisbatkan ( disandarkan ) kepada ahli shofwah ( penghuni lorong dekat masjid Nabi ). Ini tidak benar karena kalau demikian maka pasti disebut shofiy.

Adapula yang berpendapat, sufi itu dinisbatkan kepada shof depan dihadapan Allah SWT. Ini pun salah, karena namanya jadi shofiy juga. Konon ada yang menisbatkan sufi kepada Shufah bin Basyar bin Thanjah, satu kabilah dari bangsa Arab, mereka bertetangga dengan Makkah dari zaman dahulu kala. Dinisbatkan orang-orang ahli ibadah ( nassak ) kepada mereka. Ini, walaupun sesuai untuk penisbatan dari segi lafadz yaitu tepat jadi "shufi" namanya, namun penisbatan itu lemah juga. Karena mereka itu tidak terkenal dan tidak populer bagi kebanyakan ahli ibadah. Dan seandainya ahli ibadah itu dinisbatkan kepada mereka maka pastilah penisbatan itu sudah ada pada zaman sahabat an tabi`in serta para pengikut mereka yang pertama. Dan lagi umumnya orang-orang yang berbicara mengenai nama sufi itu tidak mengetahui kabilah ini, dan tidak suka kalau dinisbatkan kepada kabilah yang ada dizaman jahiliyah dan tidak ada dizaman Islam.

Dan dikatakan - ini terkenal- bahwa sufi itu dinisbatkan kepada pakaian as-shuf/ bulu domba/ wool.

Asal kata sufi dari pakaian shuf ( bulu domba ) ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, karena kenyataan yang ada pada masa Ibnu Taimiyah adalah mereka memakai pakaian kasar ( bulu domba ), sebagai pengakuan untuk zuhud ( menahan diri dengan tidak cinta dunia ), dan menampakkan kesederhanaan dan kemelaratan hidup disamping menahan diri dari berhubungan dan meminta-minta pada orang, dan mencegah diri dari air dingin dan makan daging. Demikian pula mereka meninggalkan nikah. Sehingga perbuatan mereka tidak sesuai dengan zuhud ( tidak serakah ) yang disyari`atkan.

Nabi SAW telah mengingkari orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mencegah diri dari makan daging atau nikah. Seperti hadts yang telah datang dalam kitab Shahihain ( Bukhari dan Muslim ) dari Annas bin Malik, ia berkata, "Ada satu kelompok sahabat yang datang kerumah Nabi SAW untuk menayakan kepada istri-istri beliau tentang ibadah beliau. Setelah mereka diberitahu tentang keadaan ibadah beliau, seolah-olah mereka menganggap ibadah itu masih terlalu sedikit. Kemudian mereka berkata-kata satu sama lain, lalu mereka bertanya, dimana posisi kita dibandingkan dengan Rasulullah SAW padahal Allah SWT telah mengampuni dosa beliau, baik yang teredahulu maupun yang akan datang ?" Lalu salah seorang dari mereka berkata " Saya akan puasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka." Yang kedua mengatakan, " Saya akan menjauhi wanita dan tidak akan kawin selamanya." Lalu Rasulullah SAW datang kepada mereka sembari bersabda, " Kamukah yang telah berkata begini dan begitu tadi ? Ketahuilah, Demi Allah SWT, akulah orang yang paling takut kepada Allah SWT diantara kalian dan yang pailng bertaqwa kepadaNya, tetapi aku berpuasa dan berbuka, sholat dan tidur dan kawin dengan perempuan. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukanlah ia dari golonganku." ( Diriwayatkan Bukhori dan yang lainnya ). Ibnu Taimiyah dalam menguatkan shuf ( bulu domba ) sebagai sebab penamaan sufi adalah karena mereka terkenal dengan pakaian shuf ( bulu ). Itu hanyalah menyebutkan gejala mereka pada masa itu dan sebelumnya, yaitu pakaian shuf untuk menampakkan zuhud. Tetapi ada pendapat lain tentang penamaan itu menunjukkan sebagian pembicaraan mereka, yaitu pembicaraan yang kembali kepada pemkiran-pemikiran kuno seperti yang disebutkan oleh Al-Biruni Abu-Rahyan yang menisbatkan tasawub kepada kata " Shofia " Yunani yaitu hikmah ( filsafat ), mengingat karena saling dekatnya pendapat-pendapat antara pendapat orang-orang sufi dengan para filosof Yunani kuno.

Tasawuf itu adalah kasus yang lebih berbahaya ketimbang sekedar pakaian kasar, bahkan merupakan pemikiran -pemikiran buatan para filosof yang masuk ikut campur dalam islam padahal sebenarnya jauh dari islam, tetapi disampuli dengan cover yang menimbulkan mengelabuan bahwa tasawub itu termasuk dalam islam.

SEJARAH DAN FITNAH TASAWUF
Orang-orang sufi pada periode pertama menetapkan untuk merujuk kembali pada Al-quran dan As-sunah namun demikian iblis memperdayai mereka karena ilmu mereka yang sedikit sekali.

Ibnul Jauzi (wafat 597H) yang terkenal dengan bukunya Talbis Iblis menyebutkan contoh, Al-Junaid (tokoh sufi), berkata, "Madzhab kami ini terikat dengan dasar, Al Kitab dan As Sunnah." Dia ( Al-Junaid ), juga berkata,"Kami tidak mengambil tasawuf dari perkataan orang ini dan itu, tetapi dari rasa lapar, meninggalkan dunia, meninggalkan kebiasaan sehari-hari dan hal-hal yang dinggap baik. Sebab tasawuf itu berasal dari kesucian mu'amalah (pergaulan) dengan Allah SWT dan dasarnya adalah memisahkan diri dari dunia."

Komentar Ibnul Jauzi,jika seperti ini yang dikatakan para syaikh mereka, maka dari syaikh-syaikh yang lain muncul banyak kesalahan. Karena mereka menjauhkan diri ilmu

Jika memang begitu keadaannya, lanjut Ibnul Jauzi, maka mereka harus disanggah, karena tidak perlu ada sikap manis muka dalam menegakkan kebenaran. Jika tidak benar, maka kita tetap harus waspada terhadap perkataan yang keluar dari golongan mereka.

Dicontohkan suatu kasus, Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata tentang diri Sary As-Saqathy, "Dia seorang syaikh yang dikenal suka menjamu makanan." Kemudian ada yang mengabarinya bahwa dia berkata, "Tatkala Allah menciptakan huruf-huruf, maka huruf ba` sujud kepada-Nya" maka seketika itu pula Imam Ahmad berkata," Jauhilah dia!"

A. Kapan Awal Munculnya Tasawuf
Tentang kapan awal munculnya tasawuf, Ibnul Jauzi mengemukakan, yang pasti, istilah sufi muncul sebelum tahun 200 H. Ketika pertama kali muncul, banyak orang yang membicarakannya dengan berbagai ungkapan. Alhasil, tasawuf dalam pandangan mereka merupakan latihan jiwa dan usaha mencegah tabiat dari akhlak-akhlak yang hina lalu membawanya ke akhlak yang baik, hingga mendatangkan pujian didunia dan pahala diakhirat. Begitulah yang terjadi pada diri orang-orang yang pertama kali memunculkannya. Lalu datang talbis iblis ( tipuan yang mencampuradukkan yang hak dengan yang batil hingga yang batil dianggap yang hak ) terhadap mereka ( orang sufi ) dalam berbagai hal. Lalu iblis memperdayai orang-orang setelah itu daripada pengikut mereka. Setiap kali lewat satu kurun waktu, maka ketamakan iblis untuk memperdayai mereka semakin menjadi-jadi. Begitu seterusnya hingga mereka yang datang belakangan telah berada dalam talbis iblis.

Talbis iblis yang pertama kali terhadap mereka adalah menghalangi mereka mencari ilmu. Ia menampakkan kepada mereka bahwa maksud ilmu adalah amal. Ketika pelita ilmu yang ada didekat mereka dipadamkan, mereka pun menjadi linglung dalam kegelapan. Diantara mereka ada yang diperdaya iblis, bahwa maksud yang harus digapai adalah meninggalkan dunia secara total. Mereka pun menolak hal-hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi badan, mereka menyerupakan harta dengan kalajengking , mereka berlebih-lebihan dalam membenani diri, bahkan diantara mereka ada yang sama sekali tidak mau menelentangkan badannya, terlebih lagi tidur.

Sebenarnya tujuan mereka itu bagus. Hanya saja mereka meniti jalan yang tidak benar dan diantara mereka ada yang karena minimnya ilmu, lalu berbuat berdasarkan hadits-hadits maudhu` ( palsu ), sementara dia tidak mengetahuinya.

B. Syaria`t Dianggap Ilmu Lahir Sehingga Aqidahnya Rusak
Kemudian datang suatu golongan yang lebih banyak bicara tentang rasa lapar, kemiskinan, bisikan-bisikan hati dan hal lain-lain yang yang melintas didalam sanubari, lalu mereka membukukan hal-hal itu, seperti yang dialakukan Al-Harits Al-Muhasibi ( meninggal 857 M ). Adapula golongan lain yang mengikuti jalan tasawuf, menyendiri dengan ciri-ciri tertentu, seperti mengenakan pakaian tambal-tambalan, suka mendengarkan syair-syair, memukul rebana, tepuk tangan dan sangat berlebih-lebihan dalam maslah taharah dan kebersihan. Masalah ini semakin lama semakin menjadi-jadi, karena para syaikh menciptakan topik-topik tertentu, berkata menurut pandangannya dan sepakat untuk menjauhkan diri dari ulama.

Memang mereka masih tetap menggeluti ilmu, tetapi mereka menamakannya ilmu batin, dan mereka menyebut ilmu syariat sebagai ilmu dhahir. Karena rasa lapar yang mendera perut, mereka pun membuat khayalan-khayalan yang muskil, mereka menganggap rasa lapar itu sebagai suatu kenikmatan dan kebenaran. Mereka membayangkan sosok yang bagus rupanya, yang menjadi teman tidur mereka. Mereka itu berada diantara kufur dan bid`ah.

Kemudian muncul beberapa golongan lain yang mempunyai jalan sendiri-sendiri, dan akhirnya aqidah mereka menjadi rusak. Diantara mereka ada yang berpendapat tentang adanya inkarnasi/ hulul ( penitisan ) yaitu Allah menyusup kedalam diri makhluk dan ada yang menyatakan Allah menyatu dengan makhluk/ ittihad. Iblis senantiasa menjerat mereka dengan berbagai macam bid`ah, sehingga mereka membuat sunnah tersendiri bagi mereka.

C. Perintis Tasawuf Tak Diketahui Pasti
Abdurrahman Abdul Khaliq, dalam bukunya Al-Fikrus Sufi fi Dhauil Kitab was Sunnah menegaskan, tidak diketahui secara tepat siapa yang pertama kali menjadi sufi dikalangan ummat Islam. Imam Syafi`i ketika memasuki kota mesir menyatakan, "Kami tinggalkan kota Baghdad sementara disana kaum zindiq telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan assama` ( nyanyian )."

Kaum zindiq yang dimaksud Imam Syafi`i adalah orang-orang sufi. Dan assama` yang dimaksud adalah nyanyian-nyanyian yang mereka dendangkan. Sebagaimana dimaklumi, Imam Syafi`i masuk ke Mesir tahun 199 H. Perkataan Imam Syafi`I ini mengisyaratkan bahwa masalah nyanyian merupakan masalah baru. Sedaangkan kaum zindiq tampaknya sudah dikenal sebelum itu. Alasannya, Imam Syafi`i sering berbicara tentang mereka, diantaranya beliau menyatakan, "Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum Dhuhur ia menjadi orang yang dungu." Dia ( Imam Syafi`i ) juga pernah berkata." Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akalnya ( masih bisa ) kembali normal selamanya."

Semua ini, menurut Abdurrahman Abdl Khaliq, menunjukkan bahwa sebelum berakhirnya abad kedua Hijriyah terdapat satu kelompok yang diakalangan ulama Islam dikenal dengan sebutan Zanadiqoh ( kaum zindiq ), dan terkadang dengan sebutan mutashawwifah ( kaum sufi ). Imam Ahmad ( 780-855 M.) hidup sezaman dengan Imam Syafi`i ( 767-820 M.) dan pada mulanya berguru kepada Iamam Syafi`i. Perkataan Imam Ahmad tentang keharusan menjauhi orang-orang tertentu yang berada dalam lingkaran tasawuf, banyak dikutip orang. Diantaranya ketika seseorang datang kepadanya sambil meminta fatwa tentang perkataan Al-Harits Al Muhasibi ( tokoh sufi, meninggal 857 M.).Lalu Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Aku nasihatkan kepadamu, janganlah duduk bersama mereka." ( duduk dalam majlis Al-Harits Al-Muhasibi ).

Imam Ahmad memberi nasehat seperti itu karena beliau telash melihat Majlis Al-Harits Al-Muhasibi. Dalam majlis itu para peserta duduk dan menangis_menurut mereka_untuk mengoreksi diri. Mereka berbicara atas dasar bisikan hati yang jahat.

Perlu kita cermati, kini ada kalangan-kalangan muda yang mengadakan daurah/ penataran atau halaqah/ pengajian, lalu mengadakan muhasabatun nafsi/ mengoreksi diri, atau mengadakan apa yang mereka sebut renungan, dan mereka mengangis tersedu-sedu, bahkan ada yang meraung-raung.Apakah perbuatan mereka itu ada dalam sunnah Rasulullah SAW ? Ataukah memang mengikuti kaum sufi itu ?

D. Abad Ketiga Hijriyah Sufi Mulai Berani
Semua Tokohnya dari Parsi, tampaknya Imam Ahmad bin Hanbal r.a mengucapkan perkataan tersebut pada awal abad ketiga Hijriyah. Namun sebelum abad ketiga berakhir, tasawuf telah muncul dalam hakekat yang sebenarnya, kemudian tersebar luas ditengah-tengah umat, dan kaum sufi telah berani mengatakan sesuatu yang sebelumnya mereka sembunyikan. Jika kita meneliti gerakan sufisme sejak awal perkembangannya hingga kemunculan secara terang-terangan, kita akan mengetahui bahwa seluruh tokoh pemikiran sufi pada abad ketiga dan keempat Hijriyah berasal dari Parsi ( mini namanya Iran, dulu pusat agama Majusi, kemusyrikan yang menyembah api, kemudian menjadi pusat agama Syiah ), tidak ada yang berasal dari Arab.

Sesungguhnya tasawuf mencapai puncaknya, dari segi aqidah dan hukum, pada akhir abad ketiga Hijriyah, yaitu tatkala Husein bin Manshur Al-Hallaj berani menyatakan keyakinannya didepan penguasa, yakni dia menyatakan bahwa Allah SWT menyatu dengan dirinya, sehingga para ulama yang semasa dengannya menyatakan bahwa dia telah kafir dan harus dibunuh.

Pada tahun 309 H./922 M.ekskusi ( hukuman mati ) terhadap Husein bin Manshur Al Hallaj dilaksanakan. Meskipun demikian sufisme tetap menyebar dinegri Parsi, bahkan kemudian berkembang di Irak.

E. Abad Keempat Mulai Muncul Thariqat/ Tarekat
Tersebarnya sufisme didukung oleh Abu Said Al-Muhani. Ia mendirikan tempat -tempat penginapan yang dikelola secara khusus dan selanjutnya ia ubah menjadi markas sufisme. Cara penyebaran sufisme seperti itu diikuti oleh para tokoh sufi lainnya sehingga pada pertengahan abad keempat Hijriyah berkembanglah cikal bakal thariqat/ tarekat sufiyah, kemudian secara cepat tersebar di Irak, Mesir, dan Maghrib (Maroko ).

Pada abad keenam Hijriyah muncul beberapa tokoh tasawuf, masing-masing-masing-masing mengaku bahwa dirinya keturunan Rasulullah SAW, kemudian mendirikan tempat thariqat sufiyah Ar-Rifa`i ( Rifa`iyah ); diMesir muncul Al-Bada-wi, yang tidak diketahui siapa ibunya, siapa bapaknya, dan siapa keluarganya; demikian juga Asy-Syadzali ( Syadzaliyah/ Syadziliyah ) yang muncul diMesir. Dari thariqat tersebut muncul banyak cabang thariqat sufiyah.

F. Abad ke-VI, VII,dan VIII Puncak Fitnah Sufi
Pada abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriyah fitnah sufisme mencapai puncaknya. Kaum sufi mendirikan kelompok-kelompok khusus, kemudian diberbagai tempat dibangun kubah-kubah diatas kubur an. Semua itu terjadi setelah tegaknya Daulah Fathimiyah ( kebatinan ) di Mesir, dan setelah perluasan kekuasaan kewilayah-wilayah dunia Islam. Lalu, kuburan-kuburan palsu muncul, seperti kuburan Husain bin Ali r.a di Mesir, dan kuburan sayyidina Zainab. Setelah itu mereka mengadakan peringatan Maulud Nabi SAW, mereka melakukan bid`ah-bid`ah dan khufarat-khufarat. Pada akhirnya mereka meng-ilah-kan ( menuhankan ) Al-Hakim Bi-Amrillah Al-Fathimi Al-Abidi.

Propaganda yang dialakukan oleh Daulah Fathimiyah tersebut berawal dari Maghrib ( Maroko ), mereka menggantikan kekuasaan Abbasiyah yang Sunni. Daulah Fathimiyah berhasil menggerakkkan kelompok-kelompok sufi untuk memerangi dunia Islam. Pasukan-pasukan kebatinan tersebut kemudian menjadi penyebab utama berkuasanya pasukan salib ( Kristen Eropa ) diwilayah-wilayah Islam.

Pada Abad kesembilan, kesepuluh dan kesebelas Hijriyah, telah muncul berpuluh-puluh thariqat sufiyah, kemudian Aqidah dan Syariat sufi tersebar ditengah-tengah umat. Keadaan yang merata berlanjut sampai masa kebangkitan Islam baru.

G. Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya memerangi Sufi
Sesungguhnya kebangkitan Islam sudah mulai tampak pada akhir abad ketujuh dan awakl abad kedelapan Hijriyah, yaitu tatkala Imam Mujahid Ahmad bin Abdul Hakim Ibnu Taimiyah ( 1263-1328 M.) memerangi seluruh aqidah yang menyimpang melalui pena dan lsannya, diantara yang diperangi adalah aqidah kaum sufi.

Setelah itu, perjuangan beliau dilanjutkan oleh murid-muridnya, seperti Ibnul Qoyyim ( Damaskus 1292-1350 M.), Ibnu Katsir ( wafat 774 H.), Al Hafizh Adz Dzahabi, dan Ibnu Abdil-Hadi.

Meskipun mendapat serangan, tasawuf dan aqidah-aqidah batil terus mengakar, hingga berhasil menguasai umat. Namun pada abad ke-12 H. Allah SWT mempersiapkan Imam Muhammad bin Abdul Wahab untuk umat Islam. Ia memepelajari buku-buku Syaikh Ibnu Taimiyah, kemudian bangkit dan memberantas kebatilan. Dengan sebab upaya beliau, Allah SWT merealisasikan kemunculan Kebangkitan Islam baru.

Da`wah Muhammad bin Abdul Wahhab disambut oleh orang-orang mukhlkis diseluruh penjuru dunia Islam. Namun, daulah sufisme tetap memiliki kekuatan diberbagai wilayah dunia Islam, dan simbol-simbol tasawuf masih tetap ada. Simbol-simbol tasawuf yang dimaksudkan adalah kuburan-kuburan, syaikh-syaikh atau guru-guru sesat, dan aqidah-aqidah yang rusak dan batil.
sungokong
sungokong
SERSAN SATU
SERSAN SATU

Male
Posts : 154
Kepercayaan : Islam
Location : gunung hwa kwou
Join date : 04.05.13
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik